• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - YULIANA SETYARINI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - YULIANA SETYARINI BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Sectio caesarea

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan uterus melalui dinding depan perut atau histeretamia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar,2002).Sedangkan menurut Hakimi (2000), sectio caesarea adalah kelahiran bayi melalui insisi trans

abdomen uterus.

Sectio caesarea adalah suatu tidakan untuk melahirkan janin dengan berat di atas 4500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Wiknjosastro,

2002).Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut.(Amru sofian,2012)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea merupakan suatu

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding

uterus.Adapun beberapa indikasi sectio caesarea berasal dari faktor ibu dan faktor janin. Indikasi atas faktor ibu yaitu : disproporsi kepala panggul (cevalo pelvik

disproportion), disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa.

Indikasi atas faktor janin yaitu : janin besar, gawat janin, letak lintang, letak

bokong, gemelli.Menurut Mochtar (2002), ada beberapa jenis sectio caesarea

yaitu : sectio caesarea abdominalis, sectiocaesarea transperitonialis, sectio caesarea klasik corporal dengan membuat sayatan memanjang pada uteri ± 10 cm, sectio caesarea iscemika profundu low cervikal dengan insisi pada segmen

(2)

bawah rahim, sectio caesarea ekstraperitonialis yaitu tanpa membuka peritoneum

sehingga tidak membuka cavum abdomen, sectio caesarea vaginalis.

Adapun beberapa komplikasi dari sectio caesarea menurut Mochtar (2002), yang

pertama infeksi puerperal (nifas) yaitu : ringan dengan kenaikan suhu beberapa

hari saja, sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan

perut sedikit kembung, berat dengan peritonitis sepsis dan ileusparalitik.

Sedangkan yang kedua yaitu : perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh

darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri. Dan yang terakhir yaitu luka

kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih nitonilisasi terlalu

tinggi kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

2. Janin Besar

Janin besar adalah bila berat badan janin melebihi dari 4000 gram

(Mochtar,2002). Sedangkan menurut Prawiroharjdo (2010), janin besar adalah

janin yang berbobot 4000 gram atau lebih untuk kehamilan cukup bulan dan

dianggap berukuran terlalu besar. Dari kesimpulan di atas dapat disimpulkan

pengertian janin besar adalah berat badan janin lebih atau ≤ 4000 gram.

3. Nifas

Nifas adalah masa pulih kembali dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Mochtar,

2002).Nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6 minggu

(3)

minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali

organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nifas adalah periode dan waktu

atau masa sesudah persalinan yang membuktikan kira-kira 6 minggu untuk

kembalinya alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil.Nifas memiliki

beberapa periode yaitu nifas dini : kepulihan ibu dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan. Nifas intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8minggu. Nifas remote : waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil dan saat persalinan mengalami

gangguan.

a. Perubahan Fisiologi

Menurut Mochtar (2002), Wiknjosastro (2002), Hakimi (2010) dan Prawirohardjo

(2010) perubahan fisiologis pada masa nifas terjadi pada sistem reproduksi,

payudara dan laktasi, traktus urenareus, sistem gastro intestinal, sistem

kardiovaskuler, dan after pain.

1) Perubahan fisiologi sistem reproduksi yaitu vulva dan vagina, uterus, lochea,

serviks, perinium. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendor. Setelah 3 minggu masa nifas, vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil semua alat reproduksi berangsur-angsur akan kembali

semula. Sedangkan pada uterus, pada akhir kala III persalinan, fundus uteri

(4)

umur kehamilan 10 minggu (sebesar buah jeruk) tebal 10 cm, serta berat

kira-kira 1000 gram.

Setelah 24 jam persalinan fundus uteri berada kurang lebih 1-2 cm di bawah

umbilikus dan setelah 9 hari post partumuterus sudah tidak berada lagi di

abdomen. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas, lochea memiliki beberapa jenis yaitu : Lochea rubra berisi

darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari post partum,lochea

sanguinoleta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 post partum, lochea serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, loche alba cairan putih selama 2 minggu, lochea purulenta bila terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah dan berbau busuk, lochea statis yaitu lochea tidak lancar.

Sedangkan pada serviks setelah persalinan bentuk serviksmenganga seperti

corongwarna merah kehitaman,kadang-kadang terdapat perlukaan kecil setelah

melahirkan, tangan masih bisa masuk karena rahim setelah 2 jam dapat dilalui

oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari. Perubahan fisiologis masa

nifas pada sistem reproduksi yang terakhir adalah terjadi pada perinium, segera

setelah melahirkan perineum kembali menjadi kendor karena sebelum teregang

oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

2) Perubahan fisiologi pada payudara dan laktasi, payudara akan mencapai

maturitas yang penuh selama masa nifas, terkecuali jika laktasi disupresi

payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan nyeri tekan sebagai

(5)

3) Perubahan fisiologi pada traktus urinarius, buang air kecil akan sulit selama

24 jam pertama, sesudah bagian ini mengalami komprosi antara kepala janin

dan tulang pubis selama persalinan.

4) Perubahan fisiologi pada sistem gastrointestinal kerap kali diperlukan waktu

3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron

menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami

penurunan selama ½ hari. Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah

sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah

perinium dapat menghalangi keinginan ke belakang.

5) Pada sistem kardiovaskuler adalah penyesuaian pembuluh darah maternal,

setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat.Tiga perubahan fisiologis

pasca partum yang melindungi wanita : hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% - 15%, hilangnya

fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi,

terjadinya mobilisasi ekstra vaskuler yang disimpan selama hamil.

6) After pain atau mules, after pain terjadi sesudah melahirkan akibat reaksi

usus yang kadang-kadang sangat mengganggu selama 3-4 hari post partum.

Perasaan saat itu timbul bila masih terdapat sisa selaput ketuban sisa-sisa

plasenta atau gumpalan darah dalam cavum uteri.

b. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis yang sering terjadi adalah depresi post partum dimana hal

ini dipengaruhi oleh faktor emosi ibu. Dengan penurunan emosi ibu yang yang

(6)

ibu merasa keletihan post partum, nyeri perinium, pembengkakan payudara, after

pain dan tekanan-tekanan yang lain.

Untuk menunjang keberhasilan situasi psikologis, perlu ditegaskan juga hubungan

atau interaksi antara orang tua dan bayi atau yang disebut dengan proses bonding

(Prawirohardjo, 2010), hal ini perlu ditegakkan sejak di ruang persalinan, dengan

cara ayah dan ibu berusaha menerima dan mengenali bayi barunya dan berusaha

melakukan komunikasi.

Perubahan psikologis pada ibu post partum mempunyai tiga fase, yang pertama

yaitu : tahap ketergantungan (taking in) dimana hari ke 1-2 setelah melahirkan,

ibu siap membutuhkan perlindungan dan pelayanan ibu memfokuskan energinya

pada bagian yang baru. Yang kedua tahap ketergantungan ketidaktergantungan

(taking hold) dimana hari ke 3-5 dimana ibu siap menerima peran barunya dan

belajar tentang semua hal-hal baru dan tubuh mengalami perubahan yang

signifikan. Dan yang ketiga yaitu tahap saling ketergantungan (letting go) atau

inter dependent, terjadi pada minggu ke 5-6 setelah kelahiran, dimana keluarga

(7)

30

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Alat reproduksi eksternal pada wanita (Wiknjosastro, 2002)

Gambar 2. 1

2. Alat reproduksi internal pada wanita( Wiknjosastro,2002 )

Gambar 2. 2

1. Alat Reproduksi bagian luar atau external

Alat reproduksi bagian luar atau eksternal terdiri dari mons veneris, labia mayora,

(8)

mayora merupakan kelanjutan dari Mons Veneris, berbentuk lonjong, kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari bagian

luar tertutup rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.

Di bagian dalam : tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar

sebase lemak. Labia minora merupakan lipatan bagian dalam bibir, tanpa rambut dari bagian atas klitoris. Klitoris merupakan bagian alat reproduksi luar yang bersifat erektik mengandung banyak pembuluh darah, dan saraf sensorif sehingga

sangat sensitif. Sedangkan vestibulum merupakan sebuah rongga di setiap sisi

yang dibatasi oleh lipatan labia dan bersambung dengan vagina dan terdapat

muara-muara diantaranya: interatus vagina (liang senggama), kelenjar bartouni,

himen (selaput dara), uretra.

2 Alat Reproduksi bagian dalam atau Internal

Alat reproduksi bagian dalam atau internal terdiri dari vagina, uterus, tubafalopi,

ovarium. Vagina yaitu organ yang mempunyai banyak pembuluh darah dan selaput syaraf, tidak ada kelenjar tetapi tetap basah oleh sekret dari serviks.

Vagina juga merupakan saluran merculus membranaus yang menghubungkan rahim dan vulva. Vulva terletak antara kandung kemih dan rectum. Pada dinding vagina terdapat lipat melintang disebut rugae, terutama dibagian bawah sel dinding vagina mengandung glikogen yang menghasilkan asam susu dari PH 4,5 untuk memberikan proteksi terhadap infeksi.

Uterus merupakan jaringan otot yang kuat terletak antara dipolvis minordiantara

kandung kemih dan rectum. Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pear) dan

gepeng ukuran uterus tergantung pada usia, anak-anak 2-3 cm multipara 6-8 cm.

(9)

selama masa kehamilan untuk mengeluarkan hasil konsepsi setelah cukup umur

untuk mengadakan involusi setelah kelahiran bayi. Tuba falopi terdapat di tepi

atas ligementum latum, tuba falopi merupakan tuba muskuler dengan panjang ± 12 jam dan diameternya 8 sampai 9 cm, tuba falopi berfungsi untuk menyalurkan

telur dan hasil konsepsi. Ovariumyaitu kelenjar berbentuk biji kenari yang terletak

di kanan dan kiri uterus di bawah uteri dan terikat di sebalah belakang oleh

ligamentum uteri, fungsinya antara lain : untuk memproduksi ovum, memproduksi estrogen dan memproduksi progesteron.

C. Etiologi

Berat badan janin tergantung pada potensi pertumbuhan genetik yang mungkin

mengalami retardasi atau peninggian karena dukungan pertumbuhan yang

diberikan ibu, integritas fungsional plasenta dan kemampuan janin menggunakan

zat nutrisi. Sectio caesarea pada keadaan emergency antara lain pada induksi persalinan gagal, kegagalan dalam kemajuan persalinan, diabetes atau pre eklamsi

yang berat, persalinan macet, perdarahan hebat dalam persalinan, janin

besar(Prawirohardjo, 2010).

Sedangkan distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang sulit atau

abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor

persalinan : persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif

akibat upaya mengejan ibu, perubahan struktur pelvis, sebab-sebab pada janin,

meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi bayi besar dan jumlah bayi,

posisi ibu selama persalinan dan melahirkan, respon psikologis ibu terhadap

(10)

(Prawirohardjo, 2010). Dan etiologi menurut Mochtar (2002) yaitu : kehamilan

posterm, wanita-wanita dengan habitus indolen, anak-anak sebelumnya selalu lebih besar dari anak terdahulu, orang tua yang besar, eritoblastosi,

hipertiroldisme, diabetes mellitus. D. Patofisiologi

Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram frekuensi bayi yang

lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3% yang lebih dari 4500

gram. Pada janin besar bisa dilahirkan per vagina.

Untuk menentukan bayi besar atau tidak dapat diperkirakan dengan cara :

1. Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit

melahirkannya dan adanya diabetes mellitus.

2. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak boleh sebab lainnya.

3. Pemeriksaan teliti tentang disporposisefalo atau feso pelvik.

Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya tidak

menyebabkan kesukaran persalinan, distosia akan diperoleh bila janin lebih besar

dari 4000-4500 gram, pada kepala yang sudah keras (post maturnitas) dan pada

bahu yang lebar (bayi kingkong). Apabila disproporsi sefalo atau feso pelvis ini dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun janin (Mochtar,

2002).Janin besar terjadi dari faktor ibu yang obisitas dan umur yang lebih dari 35

tahun.

E. Gambaran Klinis

Menurut Mochtar (2002) apabila terjadi distosia akan diperoleh jika janin besar

(11)

pada bahu yang lebar (bayi kingkong). Apabila sefalo pelvic disporpotion ini

dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin. Pada ibu yang

terkena DM saat kehamilan, ibu yang obesitas, bayi yang dilahirkan

dikhawatirkan akan mengalami hiploglekemi (kadar gula darah rendah). Sebab

saat dirahim ibu bayi terbiasa dengan kadar gula darah tinggi. Apabila bayi terjadi

hipoglikemi yaitu karena akibat kurangnya suplei gula darah maka akan mengakibatkan kejang dan mengalami cerebral palsi (cidera otak). Pada janin

besar beresiko mengalami patah tulang klavikula juga kerusakan saraf pada bagian

lengan (flexus brahialis) saat persalinan.

F. Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan pre operasi menurut (Nanda, 2013) adalah dengan hitung darah

lengkap, golongan darah, pencocokan silang, urinalis (kadar albumin atau

glukosa), kultur (mengidentifikasi herpesimpleks tipe II), menentukan CPD,

aminiosintesis (mengkaji materasi paru janin), USG melokalisasi letak dan berat janin, test non stress (mengkaji respon janin terhadap gerakan), pemantauan

elektrolit continue dengan memasukkan status janin atau aktivitas uterus.

Sedangkan penatalaksanaan post operasi yaitu dengan pemeriksaan jumlah darah

lengkap, hemoglobin atau hematokrit (mengkaji dari kadar pre operasi dan

mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan), urinalis, kultur urin,

(12)

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanaan pre operasi menurut Prawirohardjo(2010) : puasa, percukuran

pada pubis dan perineal dari garis nipple sampai pubis, pemasangan kateter untuk

drainase independent, penandatanganan ijin operasi, pemasangan infus, perawatan

bayi, penghangat dan perlengkapanya.

Sedangkan cara persalinan pada janin besar menurut Mochtar (2002): Pada

disproporsi sefalo dan feso pelvis yang sudah diketahui dianjurkan sectio caesarea, pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan

melakukan kleidotomi unilateral bilateral, setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan cidera post kledotominya konsulkan pada bagian bedah, apabila

janin meninggal lakukan embriotomi.

Penatalaksanaan post operasi menurut Mochtar (2002) : Perawatan luka insisi

yaitu luka insisi dibersihkan dengan larutan suci hama (larutan betadin) lalu tutup

dengan kasa. Luka dibersihkan dan pembalut luka diganti secara periodik.

Pemberian cairan yaitu selama 24 jam pertama pasien pasca operasi sehingga

pemberian infus harus banyak yang mengandung elektrolit, yaitu D 5 % - D 10%

dan RL secara bergantian ;diit yaitu cairan infus di hentikan setalah pasien flatus,

berikan makanan peroral secara bertahap mulai dari bubur halus, bubur kasar,

makanan biasa; mobilisasi yaitu dilakukan secara bertahap mulai dari miring

kanan kiri setelah pasien sadar, hari ke 2 didudukkan selama 5 menit dan bernafas

dalam lalu menghembuskannya disertai batuk – batuk kecil untuk melonggarkan

(13)

sampai ke-5 pasca bedah; kateterisasi yaitu kandung kemih yang penuh

menimbulkan rasa tidak enak pada pasien, di anjurkan pemasangan kateter selama

24 – 48 jam atau lebih menurut keadaan normal; pemberian obat – obatan yaitu

obat – obatan anti biotik dan anti inflamasi, obat – obatan pencegah perut

kembung untuk memperlancar kerja saluran pencernaan, obat – obatan lainnya

(14)

37

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Pathways keperawatan

(15)

b. Intervensi Keperawatan

Menurut Nanda(2012-2014) dan Aplikasi Nanda (2013).

No. Diagnosa

Keperawatan

NIC NOC

1. Nyeri akut

b.d agen injury fisik ( luka insisi post op. SC )

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24jam diharapkan nyeri berkurang dengan KH :

Indikator Awal Tujuan

TTV dalam batas normal

4 5

Keringat dingin berkuran g

3 5

Skala nyeri berkuran g

3 4

Keterangan : 1 = Ektrim 2 = Berat 3 = Sedang 4 = Ringan 5 = Tidak ada

- Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif

- Kaji kultur yang

mempengaruhi respon nyeri

- Ajarkan tentang

teknik non farmakologi

- Monitot TTV

- Anjurkan klien untuk beristirahat

- Kolaborasi dengan

dokter untuk terapi analgetik yang tepat

2. Defisit

perawatan diri b.d kelelahan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24jam ADLs klien meningkat dengan KH :

Indikator Awal Tujuan

Klien terbebas dari bau badan

3 5

ADLs mandiri

3 5

Klien tampak bersih

4 5

- Monitor kemampuan

klien untuk perawatan diri secara

mandiri

- Berikan personal

hygiene

- Dorong klien untuk

kebutuhan kebersihan

- Ganti pakaian pasien

- Fasilitasi klien

unbtuk menyisir ramput

- Pertahankan privasi

saat klien berpakaian

- Berikan pujian atas

(16)

Keterangan : 1 = Ektrim 2 = Berat 3 = Sedang 4 = Ringan 5 = Tidak ada

berpakaian sendiri

3. Resiko

infeksi b. d procedure invasive

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan resiko infeksi teratasi dengan KH :

Indikator Awal Tujuan

Tidak menunju kan tanda invasive

4 5

Akral tidak teraba hangat

4 5

Leukosit dalam batas normal

3 5

Suhu dalam batas normal

4 5

Keterangan : 1 = Ektrim 2 = Berat 3 = Sedang 4 = Ringan 5 = Tidak ada

- Observasi adanya

tanda infeksi

- Tingkatkan intake

cairan

- Cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan tindakan

- Monitor suhu &

leukosit

- Kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian antibiotic

yang tepat

4.

Defisiensi pengetahua n : nutrisi ibu menyusui b.d kurangnya sumber informasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24jam diharapkan pengetahuan klien meningkat dengan KH:

Indikator Awal Tujuan

Mengerti tentang nutrisi

4 5

- Berikan informasi

mengenai

• Pengertian nutrisi

• Manfaat ASI bagi

bayi&ibu

• Menjelaskan

zat-zat gizi yang dibutuhkan

- Demonstrasikan

zat-zat gizi yang dibutuhkan

- Ajarkan cara

(17)

Tabel 2.1 Mengerti

zat gizi yang

dibutuhk an

3 5

Mampu menyebu tkan jenis-jenis makanan yang mengand ung nutrisi

4 5

Keterangan : 1 = Ektrim 2 = Berat 3 = Sedang 4 = Ringan 5 = Tidak ada

- Ajarkan cara

membagi menu harian

- Berikan dukungan

Gambar

Gambar 2. 1
Gambar 2. 3
Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Bisa disimpulkan bahwa pengertian Sectio Caesaria dengan indikasi presentasi bokong adalah tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding

Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau section caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan.. janji dan dalam

Sectio Caesar atau dalam bahasa sehari- hari disebut operasi sesar adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau

Seksio sesarea adalah satu persalinan buatan yang dilakukan dalam usaha untuk mengeluarkan janin melalui suatu sayatan dibuat pada dinding perut dan uterus (Dickinson, J.E.,

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan

Sectio Caesarea adalah cara melahirkan anak dengan cara melakukan pembedahan / operasi lewat dinding perut dan dinding uterus untuk melahirkan anak

Sectio caesarea adalah caesarea adalah melahirkan melahirkan janin janin melalui in melalui insisi sisi pada pada dinding dinding abdomen abdomen (laparotomi)dan

Indikasi Sectio caesarea  Ibu  Uretoplasenta  Janin Sectio caesarea Luka Penyembuhan luka Factor – factor penyembuhan luka Intrinsik Ekstrinsik Gula darah