• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - Diah Safitri BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - Diah Safitri BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sejenis yang Relevan

Penelitian Jenis-jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada

Rubik Ekonomi Majalah Tempo Edisi Bulan Maret 2016 berbeda dengan penelitian sejenis yang telah ada. Peneliti menemukan penelitian yang relevan. Untuk

membuktikannya, peneliti meninjau skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Purwokerto. Penelitian sejenis yang relevan tersebut dilakukan oleh Pipit Noviana

Sari. Dengan judul Jenis Makna Kosa Kata Khusus Penyakit pada Rubik “Fokus

Kita” dalam Majalah Dokter Kita Bulan Oktober-November 2014 dan Saran Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.Penelitian tersebut merupakan penelitian yang mendeskripsikan jenis-jenis makna yang terdapat

pada kosa kata khusus pada bidang kesehatan yaitu penyakit dalam majalah Dokter Kita. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif. Tahap penyedian data meliputi pengumpulan data, pemilihan dan pemilahan dan penataan jenis data yang

dicatat. Teknik lanjutannya yaitu simak bebas libat cakap kemudian mencatat dan

dilanjutkan dengan pengklasifikasian.

Berdasarkan pemaparan dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian di atas

memiliki persamaan denganpenelitian ini. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti

jenis-jenis makna, menggunakan tahap penelitian, tahap analisis data, dan penyediaan

hasil analisis data yang sama. Adapun perbedaannya penelitian diatas dengan

penelitian ini adalah data dan sumber datanya, data yang dipakai dalam penelitian di

(2)

berupa istilah yang terdapat dalam ekonomi bidang ekonomi makro dan ekonomi

mikro. Sumber data penelitian di atas menggunakan media massa berupa majalah

Dokter Kita edisi Oktober-November 2014 dan penelitian ini menggunakan majalah

Tempo edisibulan Maret 2016.

B. Istilah

Dalam buku Pedoman Umum Pembentukkan Istilah (Depdiknas, 2012: 66)

istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang dengan

cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam

bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Istilah dibedakan menjadi dua yaitu

istilah umum dan istilah khusus. Istilah umum berasal dari bidang tertentu, yang

dipakai secara luas, menjadi unsur kosakata umum. Istilah khusus adalah istilah yang

maknanya terbatas pada bidang tertentu saja. Contoh dalam bidang ekonomi makro

istilah pajak dan dalam bidang ekonomi mikro ada istilah saham.

C. Semantik

Menurut Aminuddin (2008: 15) semantik mengandung pengertian studi

tentang makna. Aminuddin beranggapan bahwa makna merupakan bagian dari bahasa,

sedangkan semantik merupakan bagian dari linguistik. Sedangkan menurut Aslinda

dan Syafyahya (2007: 5) semantik merupakan ilmu yang membicarakan makna atau

arti suatu bahasa. Aslinda dan Syafyahya mengatakan bahwa semantik merupakan

salah satu komponen dari tata bahasa (di samping sintaksis dan morfologi) juga makna

kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik. Sedangkan menurut de Saussure

(3)

semantik adalah bagaimana menganalisis makna dalam sebuah kata, jenis makna yang

terdapat dalam suatu kata dan komponen makna yang dikandung oleh sebuah kata.

Dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dari

suatu bahasa.

D. Makna

1. Pengertian Makna

Makna menurut Palmer (dalam Djajasudarma, 2008: 5) hanya menyangkut

intrabahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam Djajasudarma, 2008:5)

menyebutkan bahwa mengkaji atau memberitakan makna suatu kata ialah memahami

kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang

membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna juga memiliki pengertian

bahwa makna merupakan hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Adapun

pengertian makna dalam pembahasan ini ialah hubungan antara bahasa dengan dunia

luar. dunia luar yang dimaksud adalahdunia luar yang telah disepakati bersama oleh

para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

2. Jenis-Jenis Makna

Menurut Abdul Chaer (2013: 60-78) makna mempunyai jenis atau tipe yang

dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut padang. Berdasarkan jenis

semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal,

berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem dapa dibedakan adanya

makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada

(4)

berdasarkan ketetapan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau

makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang

lain dapat disebutkan adanya makna asosiatif, makna kolokatif, makna reflektif,

makna idiomik, dan sebagainya. Sedangkan Menurut Mansoer Pateda (2010: 96-132)

terdapat 29 jenis makna yaitu makna afektif, makna denotatif, makna deskriptif,

makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna gramatikal, makna

ideasional, makna intensi, makna khusus, makna kiasan, makna kognitif, makna

kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna konstruksi, makna kontekstual,

makna leksikal, makna lokusi, makna luas, makna piktorial, makna proposisional,

makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistika, makna tekstual,

makna tematis dan makna umum. Dari jenis-jenis makna yang sudah

disebutkanpenulis mengelompokan menjadi beberapa jenis makna. Jenis makna yang

dikelompokan merupakan jenis makna yang memiliki fungsi ataupun maksud yang

sama sehingga penulis menggabungkan jenis makna yang sama ke dalam suatu

kelompok.

Dari paparan di atas peneliti mengelompokkan jenis-jenis makna yang sudah

peneliti rangkum menjadi 14 jenis makna yang sudah peneliti kelompokkan, berikut

14 jenis-jenis makna:

a. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang

sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata

dalam kehidupan kita (Chaer 2013: 60). Makna leksikal juga bisa dikatakan makna

(5)

berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam

kamus bahasa tertentu (Pateda 2010: 119). Misalnya, kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan penyakit tifus. Makna ini

tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam kalimat panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada dua kalimat tersebut jelas merujuk pada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi dalam kalimat yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk pada binatang tikus melainkan pada seorang manusia,

yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.

b. Makna Khusus

Makna khusus adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas

pada bidang tertentu. Makna khusus juga disebut makna terbatas. Makna ini terbatas

dalam bidang atau kegiatan tertentu. Salah satu cara untuk mendapatkan makna

khusus, yakni menambah kata, baik di depan atau di belakang (Pateda, 2010:

106-107). Contohnya bagi dokter atau yang bekerja di rumah sakit, makna istilah operasi

selalu dikhususkan pada upaya menyelamatkan nyawa orang dengan jalan mengoprasi

sebagian anggota tubuh pasien. Itu sebabnya muncul urutan istilah operasi jantung,

operasi sesar, dan operasi tumor.

c. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai

rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan

(6)

kiasan. Makna konotatif juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Sebuah kata disebut

mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ‘nilai rasa’, baik positif

maupun negatif, jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi

(Chaer, 2013: 65). Misalnya kata perempuan dan wanita, kata perempuan mempunyai nilai positif karena penggunaan kata perumpuan biasanya digunakan dalam

penggunaan situasi formal, namun kata wanita biasanya digunakan pada hal yang

bernilai negatif, seperti wanita malam. Makna konotatif juga lebih berhubungan

dengan nilai rasa pemakai bahasa, apakah perasaan senang, jengkel, gembira atau jijik

(Pateda, 2010: 112-113).

d. Makna Luas

Makna luas menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata

lebih luas dari yang dipertimbangkan. Semua kata yang tergolong kata yang

berkonsep, dapat dikatakan memiliki makna luas. Makna luas juga dapat ditambahkan

kata atau kalimat yang lain sebagai penjelasnya sehingga menjadi makna khusus atau

makna sempit. Dikatakan demikian sebab apa yang diinformasikan dalam kata

tersebut belum jelas bagi pendengar apalagi bagi pembaca. Kata itu akan jelas sekali

maknanya setelah pendengar atau pembaca mengikuti rangkaian kalimat berikutnya

(Pateda, 2010: 120).

e. Makna Kias

Kiasan ini digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu,

(7)

sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti

kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti ‘bulan’, raja siang yang

berarti ‘matahari’, daki dunia dalam arti ‘harta uang’, membanting tulang dalam arti

‘bekerja keras’, semua memiliki arti kiasan. Antara bentuk ujaran dengan makna yang

diacu ada hubungan kiasan, perbandingan atau persamaan. Gadis cantik disamakan

dengan bunga; matahari yang menyinari bumi pada siang hari disamakan dengan raja

dan sebagainya (Chaer 2013: 60-78). Menurut Pateda makna kiasan tidak sesuai lagi

dengan konsep yang terdapat di dalam kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser

dari makna sebenarnya

f. Makna Gramatikal

Pateda (2010: 103) menyebut makna gramatika adalah makna yang muncul

sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Makna gramatikal disebut juga

makna konstektual atau makna situasional. Selain itu bisa juga disebut makna

struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal selalu berkenaan dengan

struktur ketatabahasaan. Makna gramatikal itu bermacam-macam. Setiap bahasa

mempunyai sarana atau alat gramtikal tertentu untuk menyatakan makna-makna

gramatikal itu. Untuk menyatakan makna ‘jamak’ bahasa Indonesia menggunakan

proses reduplikasi seperti kata buku yang bermakna ‘sebuah buku’ menjadi buku-buku

yang bermakna ‘banyak buku’. Dalam bahasa Inggris untuk menyatakan ‘jamak’

digunakan penambahan morfem {s} atau bentuk khusus. Misalnya book ‘sebuah

(8)

bentuk-bentuk gramatikal yang sama lazim juga terjadi dalam berbagai bahasa. Dalam

bahasa Indonesia misalnya, bentuk-bentuk kesedihan, ketakutan, kegembiraan dan

kesenangan memiliki makna gramatikal yang sama, yaitu hal yang disebut kata dasarnya. Tetapi bentuk atau kata kemaluan yang bentuk gramatikalnya sama dengan

deretan kata di atas, memiliki makna yang lain. Contoh lain, kata menyedihkan,

menakutkan, dan mengalahkan memiliki makna gramatikal yang sama yaitu

‘membuat jadi yang disebut kata dasarnya’. Tetapi kata memenangkan dan

menggalakan yang dibentuk dari kelas kata dan imbuhan yang sama dengan ketiga kata di atas, tidak memiliki makna seperti ketiga kata tersebut; sebab bukan

bermakna’membuat menjadi menang’ dan ‘membuat galak’ melainkan bermakna

‘memperoleh kemenangan’ dan ‘menggiatkan’. (Chaer 2013: 60-63).

g. Makna Nonreferensial

Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada atau

tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu suatu

di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna

referensial. Apabila makna itu tidak mempunyai referen maka kata itu disebut kata

bermakna nonreferensial. Kata meja dan kursi termasuk kata bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu jenis perabotan rumah tangga yang disebut

‘meja’ dan ‘kursi’. Sebaliknya kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai referen. Jadi, kata karena dan kata tetapi termasuk kata yang bermakna nonreferensial. Kata-kata yang termasuk kategori Kata-kata penuh, seperti sudah disebutkan, termasuk Kata-kata-Kata-kata

yang bermakna referensial; sedangkan kata tugas, seperti preposisi dan konjungsi,

(9)

h. Makna Lokusi, ilokusi dan perlokusi

Dalam kajian tindak tutur (speech act) dikenal adanya makna lokusi, makna

ilokusi, dan makna perlokusi. Yang dimaksud dengan makna lokusi adalah makna

yang dikatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna apa adanya. Sedangkan yang

dimaksud makna ilokusi adalah makna yang dipahami oleh pendengar. Sebaliknya,

yang dimaksud makna perlokusi adalah makna yang diinginkan oleh penutur.

Misalnya, kalau seseorang bertanya kepada tukang afdruk foto di pinggir jalan, “Bang,

tiga kali empat, berapa?”. Makna secara lokusi kalimat tersebut adalah keingin tahuan

si penutur tentang tiga kali empat. Namun, makna perlokusi, makna yang diinginkan

si penutur adalah bahwa si penutur ingin tahu berapa biaya mencetak foto ukuran tiga

kali empat sentimeter. Apabila si pendengar, yaitu tukang afdruk foto itu memiliki

makna ilokusi yang sama dengan makna perlokusi dari si penanya, tentu dia akan

menjawab, misalnya “dua ribu” atau “tiga ribu”. Tetapi kalau makna ilokusinya sama

dengan makna lokusi dari ujaran “tiga kali empat berapa”, dia pasti akan menjawab

“dua belas”, bukan jawab yang lain. Dalam kajian tindak tutur, sebuah ujaran

sekaligus dapat bermakna lokusi, ilokusi, dan perlokusi (Chaer 2013: 60-78).

i. Makna Ideasional

Makna ideasional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata

yang berkonsep. Kata yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung di dalam

satuan kata-kata baik bentuk dasar ataupun turunan. Dengan makna ideasional yang

terkandung di dalamnya dapat dilihat paham yang terkandung di dalam makna sebuah

kata. Dalam hubungan dengan makna ideasional kata ada baiknya dibedakan antara

(10)

sedangkan makna ideasional merupakan konsekuensi atau hal yang diharapkan yang

berlaku di dalam sebuah kata (Pateda, 2010: 104-105). Misalnya kata partisipasi

mengandung makna ideasional

j. Makna Kontekstual

Makna kontekstual muncul akibat hubungan antara ujaran dengan konteks.

Sudah diketahui konteks berwujud dalam banyak hal. Konteks yang dimaksud yaitu

(i) konteks orang, termasuk di sini hal yang berkaitan dengan jenis kelamin,

kedudukan pembicara, usia pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi

pembicara/pendengar, (ii) konteks situasi, misalnya situasi aman, situasi ribut. (iii)

konteks tujuan, (iv) konteks formal, (v) konteks suasana hati, (vi) konteks waktu, (vii)

konteks tempat, (viii) konteks objek, (ix) konteks alat kelengkapan, (x) konteks

kebahasaan, maksudnya apakah memenuhi kaidah bahasa yang digunakan oleh kedua

belah pihak; dan (xi) konteks bahasa (Pateda, 2010: 116).

k. Makna Piktorial

Makna piktorial adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau

pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Perasaan yang muncul segera

setelah mendengar atau membaca suatu ekspresi yang menjijikan atau perasaan benci/

perasaan yang tidak diinginkan. Perasaan dapat pula berupa perasaan gembira,

misalnya kata kakus. Kata kakus jika dibaca atau diucapkan maka seseorang akan terbayang baunya, warna kotoran, bentu kotoran. Semua yang terbayang pendengar

atau pembaca merasa jijik ataupun mual. Makna kata kakus dengan segala bayangan

(11)

l. Makna Pusat

Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun

kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat. Dalam BI kata buku dan kata

meja termasuk kategori nomina, untuk ditentukan makna pusat harus menentukan dari sudut manakah kita lihat. Dari bentuknya, bahan bakunya, kegunaannya, atau

penjualan. Jika orang memandang buku dari segi bentuknya maka pusat kata buku

yaitu benda yang berbentuk segi empat. Jika orang memandang dari segi penjualan,

maka makna kata buku, yakni benda yang diperjual belikan. Jika orang memandang

dari segi bahan bakunya, maka makna kata buku, yakni terbuat dari kertas atau dari

kayu pohon (Pateda, 2010: 124).

m. Makna Tekstual

Makna tekstual adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks

secara keseluruhan. Makna tekstual tidak diperoleh melalui makna setiap kata, atau

makna setiap kalimat. Tetapi makna dapat ditemukan setelah seseorang membaca

keseluruhan teks. Makna tekstual juga dapat dilihat melalui kesimpulan dari teks yang

dibaca keseluruhan. Dengan demikian makna tekstual lebih berhubungan dengan

bahasa tertulis. Makna tekstual lebih berhubungan dengan amanat, pesan, boleh juga

tema yang ingin disampaikan melalui teks (Pateda, 2010: 130).

n. Makna Tematis

Makna tematis akan dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau

penulis. Baik dipahami melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan maupun

(12)

komunikasi dan pemahaman yang baik antara pembicara dan penulis. Misalnya

kalimat, “Ali anak dokter Bagus meninggal kemarin,” belum jelas siapa yang

meninggal. Kalau kalimat itu diubah menjadi, “Ali, anak dokter Bagus, meninggal

kemarin,”. Maka makna yang diinformasikan, yakni anak dokter Bagus meninggal

kemarin (Pateda, 2010: 130-131).

E. Ilmu Ekonomi 1. Pengertian

Menurut Samuelson (dalam Putong, 2002: 15) ilmu ekonomi adalah suatu

studi bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa

penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas tetapi

dapat dipergunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang

dan jasa dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi, sekarang dan dimasa

datang, kepada berbagai orang dan golongan masyarakat (Putong, 2002: 15).Selain

Samuelson, pakar ekonom Ekelund dan Tollison (dalam Alam, 2013: 4) juga

mengatakan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari cara individu dan

masyarakat yang mempunyai keinginan yang tidak terbatas memilih untuk

mengalokasikan sumberdaya yang terbatas demi memenuhi keinginan mereka. Ilmu

ekonomi menurut Sudarman (1980: 1) merupakan cabang ilmu sosial yang menaruh

perhatian pada masalah bagaimana seharusnya memanfaatkan sumber daya yang

terbatas jumlahnya untuk memuaskan kebutuhan manusia yang beraneka ragam.

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2002: 2) ilmu yang mempelajari bagaimana

(13)

disebut dengan ilmu ekonomi. Selanjutnya, ilmu ekonomi dibagi menjadi tiga

kelompok, yakni:

a. Ilmu ekonomi deskriptif, yang bertugas mengumpulkan keterangan-keterangan

factual tentang suatu masalah;

b. Teori ekonomi, yang bertugas menjelaskan mekanisme kegiatan ekonomi. Teori

ekonomi ini dibagi menjadi dua, yakni:

1) Teori Ekonomi Mikro

2) Teori Ekonomi Makro

c. Ilmu ekonomi terapan yaitu ilmu yang menggunakan kesimpulan-kesimpulan yang

diperoleh dari teori ekonomi untuk menjelaskan keterangan-keterangan atau

masalah-masalah yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif.

F. Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro 1. Ekonomi Makro

a. Pengertian

Ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari

bagaimana mekanisme perekonomian secara keseluruhan bekerja. Ekonomi makro

mempelajari kekuatan-kekuatan dan kecenderungan-kecenderungan yang

memengaruhi perekonomian secara keseluruhuhan. Ini mencangkup struktur, kinerja,

perilaku, dan pengambilan keputusan ekonomi secara keseluruhan dalam

perekonomian nasional, regional, serta global (Alam, 2013: 60). Menurut Putong

(2003: 145) ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang khusus

mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Menurut

(14)

tingkat kesempatan kerja, tingkat harga, jumlah uang beredar, investasi total, ekspor

total, pendapatan nasional, laju inflasi, dan sebagainya (Gilarso, 2001: 12). Dari

pengertian-pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa ekonomi makro merupakan

cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perekonomian secara luas.

b. Ruang Lingkup

Menurut Alam (2013: 61) ada beberapa data ekonomi makro yang dapat

digunakan sebagai acuan antara lain: (1) neraca perdagangan dan neraca pembayaran,

(2) pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan perkapita, (3)

Penggunaan tenaga kerja dan pengangguran, (4) Keadaan perubahan harga-harga atau

inflasi, dan (5) Kesetabilan kurs mata uang dalam negeri. Sedangkan menurut

(Putong, 2001: 17), dalam aspek ekonomi makro analisisnya antara lain: (1)

pendapatan nasional,(2)neraca pembayaran, (3)kesempatan kerja, (4)inflasi,

(5)investasi. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa ada 6 aspek data yaitu: (1)

neraca perdagangan dan neraca pembayaran, (2) pendapatan nasional, pertumbuhan

ekonomi, dan pendapatan perkapita, (3) penggunaan tenaga kerja dan pengangguran,

(4) keadaan perubahan harga-harga atau inflasi, (5) kesetabilan kurs mata uang dalam

negeri, dan (6) investasi.

c. Indikator Kegiatan Ekonomi Makro

1) Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran

Neraca perdagangan merupakan ikhtisar yang menunjukkan selisih antara niali

transaksi ekspor dan impor suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Neraca

(15)

yang nilai moneternya melebihi impor. Surplus dapat menjadi indikator bahwa jumlah

aliran dana masuk lebih besar dari jumlah aliran yang keluar. Neraca pembayaran

merupakan suatu ikhtisar yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan dari

negara-negara lain ke dalam negeri dan dari dalam negeri ke negara lain dalam satu

tahun tertentu. Neraca pembayaran bermasalah apabila neraca pembayaran mengalami

defisit. Artinya, pembayaran ke luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri.

Neraca pembayaran yang aktif mengindikasikan bahwa aliran dana masuk dan hak

suatu negara lebih besar dari aliran dana keluar dan kewajibannya terhadap negara

lain.

2) Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Per Kapita

Pendapatan nasional merupakan indikator yang dapat menunjukkan kemajuan

ekonomi suatu negara. Pendapatan nasional yang semakin meningkat akan mendorong

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang persentasenya melebihi

persentase pertumbuhan penduduk mengakibatkan pertumbuhan pendapatan per

kapita. Atau kata lainpendapatan nasional merupakan kumpulan pendapatan

masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan memengaruhi

tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan. Selain itu, jumlah

penduduk juga akan memengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu negara.

3) Penggunaan Tenaga Kerja dan Pengangguran

Pengangguran dalam suatu negara ditunjukkan dengan angka perbedaan antara

angkatan kerja dan penggunaan tenaga kerja yang sesungguhnya. Angkatan kerja

(16)

Suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh

apabila tingkat penganggurannya kurang dari 4%. Meningkatnya tingkat

pengangguran tidak hanya disebabkan oleh penurunan kesempatan tenaga kerja,

namun juga akibat meningkatnya jumlah angkatan kerja. Peningkatan angkatan kerja

mengandung makna bahwa pengangguran kadang-kadang bertambah meskipun pada

saat yang sama kesempatan kerja juga bertambah.

4) Keadaan Perubahan Harga-Harga atau Inflasi

Inflasi adalah suatu gejala ekonomi yang paling tidak diinginkan sebab inflasi

dapat membuat perekonomian tidak stabil. Secara umum, dampak inflasi antara lain

adalah berkurangnya investasi disuatu negara, kenaikan suku bunga, penanaman

modal yang bersifat spekulatif, pelaksanaan pembangunan yang gagal, ketidak

stabilan ekonomi, neraca pembayaran defisit, dan kesejahteraan masyarakat merosot.

Inflasi yang terkendali meupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja ekonomi.

Inflasi juga merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan

terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh

berbagai faktor. Faktor yang dimaksud seperti faktor konsumsi masyarakat yang

meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan

spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

5) Kestabilan Kurs Mata Uang dalam Negeri

Kurs (exchange rate) adalah harga sebuah mata uang dari sutu negara yang

diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan penting

(17)

harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama. Nilai kurs sangat

penting saat mengambil keputusan untuk berbelanja atau membeli barang dari luar

negri, karena dengan kurs kita akan menerjemahkan harga-harga barang dari berbagai

macam negara kedalam mata uang negara kita.Misalnya nilai tukar atau kurs terhadap

dollar Amerika Serikat atau sebaliknya. Kesetabilan kurs mata uang merupakan

pertanda keberhasilan ekonomi. Jika kurs tidak menentu, maka hal itu merupakan

pertanda kinerja ekonomi yang tidak baik.

6) Invetasi

Menurut Fitzgeral, investasi adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan

usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal

pada saat sekarang dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di

masa yang akan datang. Dari definisi ini investasi dikonstruksikan sebagai sebuah

kegiatan untuk: (i) Penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang

modal. (ii) Barang modal itu akan dihasilkan produk baru. Menurut Sunariyah (2003:

4), investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan

biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di

masa-masa yang akan datang.

2. Ekonomi Mikro a. Pengertian

Teori Mikro ekonomi dapat didefinisikan sebagai: satu bidang studi dalam

ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian kecil dari keseluruhankegiatan

(18)

perilaku individu dan rumah tangga perusahaan dalam membuat keputusan tentang

alokasi sumber daya yang terbatas.Gilarso mengatakan bahwa dalam ilmu ekonomi

mikro kita mempelajari perilaku sebuah perusahaan atau cabang usaha tertentu dan

memusatkan perhatian pada hal-hal seperti pasar untuk satu jenis barang tertentu,

pendapatan faktor produksi tertentu, teori harga dan alokasi sumber daya ekonomi,

serta distribusi pendapatan di antara para pemilik faktor produksi. Dapat disimpulkan

dari beberapa pengertian di atas bahwa ekonomi mikro merupakan cabang ilmu

ekonomi yang mempelajari bagian-bagian kecil dari perilaku dan kegiatan ekonomi.

(Gilarso, 2001: 13).

b. Ruang Lingkup

Menurut Sudarman teori ekonomi mikro merupakan pemecahan

(disaggregation) dari variable-variabel ekonomi makro seperti konsumsi, investasi dan

tabungan. Ekonomi mikro menjelaskan komposisi dan alokasi dari produksi total

sedang ekonomi makro itu sendiri menjelaskan tingkat produksi total (1984: 4).

(Putong, 2002: 17) ilmu ekonomi mikro khususnya memperlajari perilaku individu

manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Aspek analisis antara lain sebagai

berikut: (1) Analisis biaya/ manfaat, (2) Teori permintaan dan penawaran, (3)

Elastisitas, (4) Model-model pasar, (5) Industri, (6) teori harga, dan (7) teori produksi.

c. Indikator Kegiatan Ekonomi Makro 1) Analisis Biaya

Biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang

(19)

Pertama, biaya eksplisit yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan faktor-faktor produksi. Kedua, adalah biaya implisit (tersembunyi), yaitu semua biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apa bila digunakan.

Selain itu, biaya juga dapat digolongkan menjadi biaya internal, yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaandan biaya eksternal, yaitu biaya yang seharusnya ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat operasional

perusahaan yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar usaha (Putong,

2003: 111).

2) Permintaan dan Penawaran a) Permintaan

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar

tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam

periode tertentu. Masyarakat selaku konsumen harus membeli barang atau jasa

keperluannya di pasar. Keadaan ini mengandaikan bahwa barang atau jasa itu

memiliki tingkat harga tertentu. Adanya berbagai macam harga di pasar selanjutnya

mengandaikan adanya kondisi yang mempengaruhi. Terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi permintaan dari seorang individu atau masyarakat terhadap suatu

barang, diantaranya adalah harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah

penduduk, selera dan ramalan/estimasi di masa yang akan datang, dan harga barang

lain/subtiusi. Besar kecilnya perubahan permintaan dideterminasi/ditentukan oleh

besarkecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan terbalik antara

harga terhadap permintaan dan berbanding lurus dengan penawaran (Putong, 2003:

(20)

b) Penawaran

Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu

pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Sebagaimana

juga halnya dengan permintaan, maka pada teori penawaran juga dikenal apa yang

dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan penawaran. Penawaran adalah

gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu,

periode tertentu, dan berbagai macam tingkat harga tertentu (Putong, 2003:

32-38).Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan

produknya pada suatu pasar di antaranya sebagai berikut: harga barang itu sendiri,

harga barang-barang lain, ongkos dan biaya produksi, tujuan produksi dari

perusahaan, dan teknologi yang digunakan (Putong, 2003: 32-38).Faktor teknologi

akan memengaruhi output barang atau jasa yang akan dihasilkan produsen. Semakin

tinggi teknologi, semakin cepat barang dihasilkan, maka semakin besar pula

penawaran yang terjadi.

3) Elastisitas

Angka pengukur kepekaan dalam ilmu ekonomi disebut sebagai koefisien

elastisitas (dalam hal ini adalah koefisien elastisitas permintaan). Jadi jelasnya

koefisien elastisitas (permintaan) adalah derajat (dalam satuan angka tentunya)

kepekaan dari permintaan suatu barang terhadap perubahan harga barang yang

dimaksud. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yang menyebabkan

terjadinya perbedaan nilai elastisitanya, yaitu sebagai berikut: adanya barang

substitusi, presentase pendapatan yang digunakan/jenis barang, jangka waktu

(21)

2003: 47-60). Elastisitas penawaran adalah derajat kepekaan atas peubahan harga

terhadap perubahan jumlah barang yang ditawarkan. Dengan mengetahui nilai

elastisitasnya, maka dapat diketahui prilaku produsen dalam menawarkan produk

berhubungan dengan tingkat harga. Produsen juga akan mendapatkan informasi

mengenai barang yang diperjual belikannya di pasar, apakah memungkinkan untuk

menaikkan atau menurunkan harga jual yang dimaksud (Putong, 2003: 47-60).

4) Industri (Aplikasi Hukum dan Teori) a) Aplikasi dalam Bidang Pertanian

Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling

tua di dunia yang sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang kehidupan

produksi sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian diantaranya mencangkup: subsektor

perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan. Hasil dari sektor pertanian

adalah produk yang bersifat tidak tahan lama. Tidak tahan lama yang dimaksud adalah

sangat dibutuhkan tetapi permintaannya bersifat elastis.

b) Aplikasi dalam Bidang Industri

Barang indutri adalah barang yang dihasilkan dari proses pengolahan dengan

menggunakan teknologi yang bertujuan menambah kegunaan (daya guna) dari barang

tersebut. Industri adalah kumpulan dari semua perusahaan yang menghasilkan barang

yang sama. Beberapa hal yang digolongkan dalam idang insudtri adalah sebagai

beikut: industri pengolahan (manufacture), industri pariwisata, industri hiburan,

(22)

c) Aplikasi dalam Bidang Informatika

Informatika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari transformasi fakta

berlambang yaitu data maupun informasi pada mesin berbasis komputasi. Informatika

juga mencangkup struktur, sifat, dan interaksi dari beberapa sistem yang dipakai

untukmengumpulkan data. Bidang informatika adalah bidang baru yang dibahas

dalam pengantar ilmu ekonomi mikro oleh penulis. Secara umum bidang informatika

hanyalah bidang yang berhubungan dengan data dan informasi. Data dan informasi

yang dimaksud termasuk teknologi informasinya yaitu berupa komputer (perangkat

keras (hadware) dengan perangkat lunak (software), manajemen dan manusia

(operator), dan komunikasi.

d) Penstabilan Harga Komoditi Pertanian

Komoditi pertanian bersifat khas, yaitu disatu sisi sangat dibutuhkan, tetapi di

sisi lain permintaannya bersifat tidak elastias (harga tidak berpengaruh besar terhadap

permintaan). Oleh karena itu, besar kemungkinan produsen komoditi pertanian di satu

sisi akan banyak mengalami kerugian karena harga tidak berpengaruh besar pada

permintaan, di sisi lain produsen akan bisa semena-mena menaikkan harga

komoditinya (merugikan konsumen) karena elastisitasnya bersifat inelastic sehingga

akan menguntungkan bila menaikkan harga dengan mengurangi penjualan atau

produksi (Putong, 2003: 70-74).

5) Teori Harga

Setiap barang yang memiliki nilai akan mampu ditukar dengan barang lain

secara bebas. Dan ketika nilai yang dimiliki barang tersebut dinyatakan dengan uang,

(23)

tersebut dinyatakan atau diukur dengan uang. Jadi, antara nilai dan harga tidak sama:

Nilai (tukar) suatu barang diukur dengan membandingkannya dengan barang lain

(Gilarso, 2001: 70). Nilai barang dinyatakan dalam uang menjadi harga. Harga

ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (Gilarso, 2001: 76).

6) Teori Produksi

Produksi atau memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu

barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau

lebih dari semula. Untuk memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi yaitu alat

atau sarana untuk melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi yang

dimaksudkan dalam ilmu ekonomi adalah manusia (tenaga kerja=TK), modal (uang

atau alat modal seperti mesin = M), SDA (tanah=T) dan skill (Teknologi=T) (Putong,

2003: 100-101).

7) Model-Model Pasar

Suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan orang yang membeli

suatu barang dan jasa tertentu dengan harga tertentu pula. Pasar juga merupakan

proses hubungan timbal balik antara penjual dan pembeli untuk mencapai kesepakatan

harga dan jumlah suatu barang / jasa yang diperjualbelikan. Alasannya tempat

bertemunya penjual dan pembeli tersebut bisa dimana saja. Macam pasar yang secara

absolut hanya ada dalam teori ekonomi adalah bentuk persaingan murni dan

persaingan sempurna. Secara garis besar, macam-macam pasar ditinjau dari segi

penjualan. Pasar yang dimaksud merupakan pasar persaingan sempurna, monopoli,

monopolistis, dan oligopoli. Bila ditinjau dari sisi pembeli, macam-macam pasar:

Referensi

Dokumen terkait

In vocational schools, teachers need the autonomy to respond to the dynamics of the classroom, to teach using various strategies during the process of students’ learning and

The implementation of waiting time of pharmacy service for outpatients for compound medicine had been in the range of hospital service minimum standard but it had not been in

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh keluaran daya maksimum untuk laser CO 2 sealed-off pada arus listrik 10,75 mA dengan jumlah garis radiasi laser yang dihasilkan sebanyak

(1) Bagi Wajib Pajak yang karena kondisi keuangannya tidak memungkinkan untuk melunasi sekaligus pembayaran Pajak Penghasilan Final yang terutang dalam rangka penilaian

Tujuan sekolah Adiwiyata secara umum bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sekolah yang peduli dan berbudaya lingkupan dengan menciptakan kondisi yang lebih baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1). Pengaruh harga produk jasa terhadap sikap konsumen, 2). Pengaruh variasi produk jasa terhadap sikap konsumen, 3). Pengaruh

The SNF are putted on the spent fuel baskeets (canister) consisting the racks.. The decay heat from spent fuel bundles of baskets be transferred to the serial heat

DATA PENGUNJUNG DARI BERBAGAI INSTITUSI KE PERPUSTAKAAN PATIR SELAMA DELAPAN..