• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 10 ASPEK KELEMBAGAAN 10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 83b6f7cd58 BAB XBAB X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 10 ASPEK KELEMBAGAAN 10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 83b6f7cd58 BAB XBAB X"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 10

ASPEK KELEMBAGAAN

10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan

yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan

(2)

Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 10. 1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan

Bupati / Walikota

DPRD

Sekretaris

Dinas Lembaga

(3)

dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat; 4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan

(4)

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 10.2 berikut ini.

Gambar 10. 2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan

(5)

Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuaidengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

(6)

jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

10.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya. 10.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Kondisi keorganisasian bidang cipta karya di Kota tarakan saat ini mengalami permaslaahan utama yakni belum terdapat SOP yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bidang cipta karya. Masing masing lembaga atau SKPD terkait bekerja hanya berdasarkan tupoksi yang telah dimiliki.

10.2.2. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

(7)

substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 10. 1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya No Instansi Peran Instansi dalam

Pembangunan Bidang CK

Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan

Bidang CK

1 BAPPEDA Melakukan koordinasi, Perencanaan, Monitoring baik perencanaan maupun kegiatan fisik

1. Bidang Cipta Karya 2. Bidang Tata Ruang dan

Pengawasan Perizinan

Tabel 10. 2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No Nama SOP Intansi Yang Terlibat Tugas dan Fungsi Instansi dalam SOP

Ket : Belum terdapat SOP

10.2.3. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

(8)

yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

Tabel 10. 3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Unit

10.3. Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

(9)

Tabel 10. 4 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Faktor Eksternal

Faktor Internal

Peluang ( O )

a. Banyak terdapat lembaga yang mengadakan pelatihan peningkatan SDM b. Bantek dan Bimtek yang dilakukan oleh

Kementrian dan lembaga

c. Beasiswa Studi untuk PNS baik dari kementrian ataupun lembaga

d. Ketersediaan dana di pemerintah pusat

Ancaman ( T )

a. Kebijakan pemerintah pusat yang berubah b. Kebijakan politis baik dari lembaga legislatif

daerah maupun pusat.

Kekuatan ( S )

a. Terdapat beberapa orang yang ahli di bidang cipta karya

b. Terdapat gedung yang representatif

c. Koordinasi antar stakeholder terkait cukup baik

S - O

a. Meningkatkan koordinasi dalam rangka menangkap peluang bantek, bimtek, pelatihan maupun beasiswa untu peningkatan kapasitas lembaga.

b. Memanfaatkan gedung dan tenaga ahli yang ada dalam rangka bekerjasama dengan pemerintah pusat untuk pengadaan bimtek dan pelatihan di Kota Tarakan

S - T

a. Memanfaatkan tenaga ahli yang ada untuk meminimalisir dampak negatif perubahan kebijakan.

b. Meningkatkan koordinasi antar stakeholder guna untuk meminimalisir dampak negatif kepentingan kebijakan politik.

c. Belum terdapat jabatan fungsional terkait d. Belum terdapat SOP

W - O

a. Memanfaatkan lembaga pelatihan, program bantek maupun bimtek serta beasiswa studi untuk peningkatan kualitas SDM. b. Memanfaatkan ketersediaan dana di

pemerintah pusat untuk optimalisasi kebutuhan sarana dan prasarana

c. memanfaatkan bantek yang ada untuk penyusunan SOP

W - T

(10)

10.4. Rencana Pengembangan Kelembagaan

10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

Rencana pengembangan keorganisasian terkait dengan penataan struktur organisasi dan tupoksi dari masing masing PNS. dalam rangka pengembangan keorganisasian di lingkungan Pemerintah Kota Tarakan terkait bidang ke cipta karyaan perlu dilakukan evaluasi dan pendalaman tupoksi sehingga tidak terdapat kegiatan dan tupoksi yang berbenturan antar stakeholder. berikut adalah beberapa strategi pengembangan keroganisasian:

1. Memanfaatkan bantek yang ada untuk penyusunan SOP

10.4.2. Rencana Pengembangan Tata Laksana

Rencana pengembangan tata laksana terkait dengan beberapa hal berikut ini:

1. Memanfaatkan ketersediaan dana di pemerintah pusat untuk optimalisasi kebutuhan sarana dan prasarana

2. Meningkatkan koordinasi antar stakeholder guna untuk meminimalisir dampak negatif kepentingan kebijakan politik.

3. Memanfaatkan tenaga ahli yang ada untuk meminimalisir dampak negatif perubahan kebijakan.

4. Memanfaatkan gedung dan tenaga ahli yang ada dalam rangka bekerjasama dengan pemerintah pusat untuk pengadaan bimtek dan pelatihan di Kota Tarakan

10.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

(11)

kapasitas pegawai melalui pelatihan. berikut beberapa strategi dalam peningkatan kualitas SDM:

1. Memanfaatkan lembaga pelatihan, program bantek maupun bimtek serta beasiswa studi untuk peningkatan kualitas SDM.

2. Meningkatkan kualitas SDM guna meminimalisir dampak negatif perubahan kebijakan pemerintah pusat

3. Meningkatkan koordinasi dalam rangka menangkap peluang bantek, bimtek, pelatihan maupun beasiswa untu peningkatan kapasitas lembaga.

Tabel 10. 5 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

Aspek Kelembagaan

Strategi Rencana Aksi

Organisasi Meningkatkan bantuan teknis dari pemerintah pusat dalam rangka penyusunan SOP

 Melakukan koordinasi yang intensif

 Melakukan kajian penyusunan SOP

Tata Laksana Memanfaatkan peluang yang ada di pemerintah pusat dalam rangka memperbaiki tata laksana kelembagaan di daerah

 Memanfaatkan ketersediaan dana di pemerintah pusat untuk optimalisasi kebutuhan sarana dan prasarana

 Meningkatkan koordinasi antar stakeholder guna untuk meminimalisir dampak negatif kepentingan kebijakan politik.

 Memanfaatkan tenaga ahli yang ada untuk meminimalisir dampak negatif perubahan kebijakan.

 Memanfaatkan gedung dan tenaga ahli yang ada dalam rangka bekerjasama dengan pemerintah pusat untuk pengadaan bimtek dan pelatihan di peningkatan kualitas SDM pemerintah daerah

 Memanfaatkan lembaga pelatihan, program bantek maupun bimtek serta beasiswa studi untuk peningkatan kualitas SDM.

 Meningkatkan kualitas SDM guna meminimalisir dampak negatif perubahan kebijakan pemerintah pusat

Gambar

Gambar 10. 1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
Gambar 10. 2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta
Tabel 10. 2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
Tabel 10. 4 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, wawasan dan motivasi untuk mengembangkan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran

Akan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa informan dapat membaur dan mengapresiasi adanya perbedaan satu sama lain sehingga dapat menjalin hubungan dengan

Ada perbedaan yang sangat signifikan intensitas penggunaan SMS untuk berbincang-bincang (p = 0.000) dan perbedaan yang signifikan intensitas penggunaan SMS untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) Gambaran minat bekerja di industri (2) Gambaran prestasi praktik kerja lapangan(PKL) dan (3) hubungan antara minat bekerja

 Pada kotak ‘Link’ , Anda bisa memilih ‘ Parent ’ untuk membuat sub menu pada kanal, klik ‘ Add URL’ untuk menghubungkan kanal dengan halaman atau website tertentu.. Anda

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem informasi seleksi calon mahasiswa di Sekolah Tinggi Teknik Musi Palembang yang dapat mempermudah calon mahasiswa melakukan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Sistem otomasi penyalaan lampu ruang kuliah berbasis Atmega8535 dengan

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi dimana sistem-sistem ini dapat melakukan pendeteksian suhu ruangan, pendeteksian asap,