• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI REMOTE CONTROL TELEVISI SEBAGAI PENGENDALI BEBAN TUGAS AKHIR - Aplikasi remote control televisi sebagai pengendali beban - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "APLIKASI REMOTE CONTROL TELEVISI SEBAGAI PENGENDALI BEBAN TUGAS AKHIR - Aplikasi remote control televisi sebagai pengendali beban - USD Repository"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI

REMOTE CONTROL

TELEVISI SEBAGAI

PENGENDALI BEBAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Oleh :

MARGARETHA SILVIANA

NIM: 065114028

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

(2)

FINAL PROJECT

APPLICATION OF TELEVISION REMOTE CONTROL AS A

LOAD CONTROL

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrcal Engineering Study Program

MARGARETHA SILVIANA

NIM : 065114028

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM SCIENCE

AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2011

(3)
(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP

MOTTO :

“Orang lain boleh menganggap kita tidak

mampu, tetapi kita harus buktikan kalau kita

mampu dan bisa berhasil “

Skripsi ini kupersembahkan untuk ...

TUHAN Yang Maha Esa Pembimbingku yang setia

Papa dan Mama tercinta serta kedua saudaraku

Juga untuk orang yang selalu setia

membantu dan menyemangatiku

(7)
(8)

INTISARI

Aplikasi remote control televisi sebagai pengendali beban adalah alat yang digunakan untuk mengendalikan beban dari jarak jauh tanpa user harus ke saklar untuk meng-on/off kan beban tersebut.

Beban yang digunakan berupa tiga buah lampu. Beban (lampu) dapat diatur waktu menyalanya untuk on/off sesuai dengan keinginan user dengan kenaikan dan penurunan waktu tiap 5 menit. Tampilan beban dan timer dapat dilihat pada LCD (Liquid Crystal

Display). LCD yang digunakan tipe LMB162ABC dan remote control televisi yang

digunakan dengan merek SONY.

Dari hasil percobaan, alat ini telah bekerja sesuai dengan perancangan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengujian antara remote control televisi dengan rangkaian aplikasi yang telah dirancang. Ketiga lampu dapat dikendalikan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan. Jarak maksimun yang dapat diterima antara remote control televisi dengan penerima pengendali beban adalah sejauh 7 meter dengan sudut maksimum sebesar 45°.

(9)

ABSTRACT

Applications television remote control as the load controller is a device that is used to control the load from far distance without switching on and off the lamp switch by the user.

The amounts used in the from of three load lamps. The time of load (lamp) can be set to switch in for on/off according to user’s control to increase and decrease the time every 5 minutes. The load display and the timer can be viewed on the LCD (Liquid Crystal Display). LCD that used is LMB162ABC and television remote control that used is the SONY brand.

From the experiment results, this device has been working according to the design. This can be shown from the test results between the television remote control with a series of application that have been designed. The three lamps can be controlled separately or simultaneously. The maximum acceptable distance between the remote control of the television with the load control receiver is as far as 7 meters with a maximum angle of 45 degrees.

(10)

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul “Aplikasi Remote Control Televisi” ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Selama menulis tugas akhir ini, penulis menyaadari bahwa ada begitu banyak pihak

yang telah memberikan bantuan dengan cara masing-masing, sehingga tugas akhir ini bisa

diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada orang tua yang tercinta atas doa, kesabaran dan dukungan baik secara moral

ataupun materi.

2. Kedua saudaraku Stephanie Verawati dan Deliyanti Chintya Venny atas dukungan

dan pengertiannya.

3. Bapak Damar Widjaja, ST., MT., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

kesabaran membimbing, member saran dan kritik yang membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas ini.

4. Seluruh dosen teknik elektro, laboran dan sekretariat yang telah banyak memberikan

pengetahuan kepada penulis selama ini.

5. Rudy Aziz , selaku pembimbing yang telah membantu penulis dalam mengerjakan

tugas akhir ini.

(11)

xi 

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ………. vi

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… vii

INTISARI ……….. viii

ABSTRACT ……….. ix

KATA PENGHANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………. xii

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR TABEL ……….... xviii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 2

1.3 Batasan Masalah ……….. 2

1.4 Metodologi Penelitian ………. 3

BAB II DASAR TEORI ………... 5

2.1 Infra Red ……….. 5

(13)

2.2 Metode Pengiriman Data Remote Control ……….. 6

2.2.1 Header …….……….. 7

2.3 Protokol SONY ………... 9

2.4 Detektor Infra Red ………. 10

2.5 Mikrokontroler AT89S51 ……… 13

2.5.1 Arsitektur AT89S51 ………. 14

2.5.2 Fungsi Pin Mikrokontroler AT89S51 ……….. 14

2.5.3 Organisasi Memori ………... 17

2.5.4 Timer dan Counter ………... 18

2.5.5 Sistem Interupsi ……… 21

2.6 LCD (Liquid Crystal Display) ………. 21

2.7 TRIAC (TRIode Alternating Current) ………. 23

2.7.1 Karakteristik TRIAC ……….... 24

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT ……… 27

3.1 Diagram Blok ……… 27

3.2 Perancangan Hardware ……….. 28

3.2.1 Penerima Infra Red ……….. 28

3.2.2 Rangkaian Osilator ……….. 29

3.2.3 Rangkaian LCD ………... 29

3.2.4 Rangkaian Driver TRIAC ……… 31

3.2.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 ………... 33

3.3 Pemograman Mikrokontroler ……….. 35

3.3.1 Pengolahan Data Beban ………... 36

3.3.2 Pengolahan Data Waktu ………... 39

(14)

3.3.3 Tampilan pada LCD ………. 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 46

4.1 Hasil Akhir Perancangan ………. 46

4.2 Cara Kerja Pengendali Beban Menggunakan Remote Control Televisi ... 47

4.3 Pengujian Unit Pengendali Beban dengan Menggunakan Remote Control Televisi ... 49

4.4 Pengujian Sinyal Pada Receiver ... 52

4.5 Pengujian Driver TRIAC ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 59

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Model sistem perancangan ………... 3

Gambar 2.1 Lebar pulsa dan lebar jeda pada Pulse-Coded Signal [4] ... 6

Gambar 2.2 Lebar pulsa dan lebar jeda pada Space-Coded Signal [4] ... 7

Gambar 2.3 Lebar pulsa dan lebar jeda pada Shift-Coded Signal [4] ... 7

Gambar 2.4 Lebar header dan kode remote control [4] ………... 8

Gambar 2.5 Bentuk sinyal pulse modulation [5] ... 9

Gambar 2.6 Kemasan detektor infra red GP1U5 dari Sharp [6] ... 11

Gambar 2.7 Diagram blok kemasan detektor GP1U5 [6] ... 12

Gambar 2.8 Keluaran kemasan detektor GP1U5 [6] ... 12

Gambar 2.9 Konfigurasi pin AT89S51 [7] ………...……….... 14

Gambar 2.10 Osilator eksternalAT89S51 [7] ………...………….... 17

Gambar 2.11 Bit-bit pada timer control [7] ... 18

Gambar 2.12 Mode operasi timer/counter pada TMOD [7] ... 18

Gambar 2.13 (a)Bentuk LCD 16 x 2. (b)Pin LCD 16 ×2 [8] ………... 22

Gambar 2.14 Simbol dan ekuivalensi TRIAC [9] ... 24

Gambar 2.15 Karakteristik TRIAC [9] ... 24

Gambar 2.16 Rangkaian sederhana snubber pada TRIAC [10] ... 25

Gambar 3.1 Blok diagram sistem ... 27

(16)

Gambar 3.2 Rangkaian penerima infra red [11] ... 28

Gambar 3.3 Rangkaian Osilator [12] ... 29

Gambar 3.4 Rangkaian LCD ... 30

Gambar 3.5 Rangkaian driver TRIAC ... 34

Gambar 3.6 Rangkaian penguat akhir untuk mengontrol beban ... 33

Gambar 3.7 Konfigurasi Mikrokontroler, Penerima infra red, TRIAC, dan LCD ... 34

Gambar 3.8 Flowchart Program Utama ... 35

Gambar 3.9 Flowchart Tombol Program (+) dan Tombol Program (-) untuk pengaturan beban ... 37

Gambar 3.10 Flowchart Pengaktifan beban ... 38

Gambar 3.11 Flowchart Non aktifan beban ... 39

Gambar 3.10 Flowchart volume (+) dan volume (-) sebagai pengaturan waktu pada beban ... 40

Gambar 3.11 Flowchart pengaktifan waktu pada beban ... 41

Gambar 3.12 Flowchart pengaturan waktu untuk pengaktifan waktu pada beban ... 42

Gambar 3.13 Flowchart non-aktifan waktu pada beban ... 42

Gambar 3.14 Flowchart pengaturan waktu untuk non-aktifan waktu pada beban ... 43

Gambar 3.16 Flowchart inisialisasi LCD ... 44

(17)

Gambar 3.15 Flowchart tampilan pada LCD ... 45

Gambar 4.1 Bentuk fisik pengendali beban melalui remote control televisi ... 46

Gambar 4.2 Bentuk fisik rangkaian pengendali beban ... 47

Gambar 4.3 Bentuk pola radiasi dari pemancar infra redremote control televisi terhadap penerima infra red ... 48

Gambar 4.4 Tampilan pada LCD saat beban pertama (lampu berwarna orange) Dinyalakan ... 49

Gambar 4.5 Tampilan pada LCD saat beban pertama, kedua dan ketiga dinyalakan ... 50

Gambar 4.6 Bentuk sinyal dari tombol program (+) ... 53

Gambar 4.7 Bentuk sinyal dari tombol program (-) ... 53

Gambar 4.8 Bentuk sinyal dari tombol volume (+) ... 54

Gambar 4.9 Bentuk sinyal dari tombol volume (-) ... 54

Gambar 4.10 Bentuk sinyal header ... 55

Gambar 4.11 Bentuk sinyal bit 1 ... 55

Gambar 4.12 Bentuk sinyal bit 0 ... 56

Gambar 4.13 (a) Pengukuran tegangan pada TRIAC. (b) Tampilan hasil pengukuran... ... 56

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Metode pengiriman kode remote control televisi dari berbagai

Merek [4] ... 8

Tabel 2.1 (Lanjutan) Metode pengiriman kode remote control televisi dari Berbagai merek [4] ... 8

Tabel 2.2 Contoh kode remote control televisi merek SONY [5] ... 10

Tabel 2.3 Keluarga mikrokontroler MCS-51 [7] ... 13

Tabel 2.4 Fungsi alternatif port 3 [7] ... 16

Tabel 2.5 Keterangan register TCON [7] ... 19

Tabel 2.6 Kombinasi M0 dan M1 pada register TMOD [7] ... 20

Tabel 2.7 Pin tampilan LCD [8] ... 23

Tabel 3.1 Konfigurasi pin LCD dan mikrokontroler ... 31

Tabel 3.2 Tampilan beban dan waktu pada LCD ... 31

Tabel 4.1 Cara kerja antara remote control televisi dengan hardware pengendali beban ... 51

Tabel 4.1 (Lanjutan) Cara kerja antara remote control televisi dengan hardware Pengendali beban ... 52

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Energi listrik adalah salah suatu energi yang pada saat ini sangat dibutuhkan manusia

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya peralatan listrik pada sebuah rumah. Sebuah rumah

biasanya memiliki ukuran ruangan yang cukup luas, sehingga untuk peletakan saklar lampu

dan stop kontak antara yang satu dengan lainnya memiliki jarak yang cukup jauh dan tidak

efektif dalam pengoperasiannya. Selain itu, setiap rumah memiliki perlengkapan elektronik

yang cukup banyak sehingga untuk menghidupkannya satu persatu memerlukan waktu

cukup lama. Agar kegiatan pada sebuah rumah menjadi lebih mudah dan praktis, sebuah

peralatan pengendali jarak jauh diperlukan untuk mengendalikan peralatan yang ada di

dalam rumah.

Terdapat berbagai macam cara untuk mengendalikan peralatan rumah tangga, antara

lain pengendali peralatan rumah tangga melalui jalur telephone dan RS485 [1]. Selain itu,

ada juga proses pengendalian peralatan rumah tangga tanpa kabel dengan menggunakan

cahaya infra red. Pengendalian ini biasanya berupa remote control televisi infra red yang

dapat digunakan untuk pengendalian jarak jauh. Penggunaan infra red untuk indoor (dalam

ruangan) lebih praktis karena stabilitas remote control televisi yang membuat pengguna

dapat dengan mudah mengendalikan peralatan dari sudut-sudut ruangan yang diinginkan.

Pengendalian peralatan rumah tangga menggunakan remote control televisi infra red

mempunyai keterbatasan jika akan digunakan untuk outdoor (luar ruangan), misalkan

mengendalikan peralatan rumah tangga yang berada di luar ruangan atau rumah. Hal ini

dapat diatasi dengan menggunakan kabel yang panjang untuk transmisi data, tetapi hal

tersebut kurang praktis dan aman.

(20)

Pengendalian remote control televisi biasanya hanya digunakan pada televisi saja.

Untuk lebih mengoptimalkan fungsi dari remote control televisi, penelitian ini akan

menghasilkan sistem pengendali yang menggunakan remote control televisi sebagai

pengendali peralatan rumah tangga.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah membuat apliksai remote

control televisi sebagai pengendali beban.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Dapat membantu masyarakat umum untuk mempermudah kegiatan

sehari-hari dalam mengendalikan perangkat elektronik.

b. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan atau

menambah pengetahuan tentang apliksai remote control televisi sebagai

pengendali beban.

c. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan refrensi ataupun

sumber informasi dalam mengembangkan penelitian sejenis selanjutnya.

1.3 Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini permasalahan dibatasi sebagai berikut :

1. Alat yang dibuat berbasis mikrokontroler AT89S51.

2. Remote control yang digunakan adalah remote control televisiSONY yang dijual di

pasaran.

3. Menggunakan LCD module 16 x 2 karakter untuk menampilkan waktu pengendalian

dan kondisi beban.

4. Beban yang digunakan adalah 3 buah lampu.

(21)

1.4 Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang dilakukan terdiri dari:

1. Studi literatur, yaitu dengan mempelajari berbagai informasi, baik dari buku maupun

internet sehingga dapat digunakan sebagai referensi pendukung dalam penyusunan

laporan.

2. Perancangan subsistem hardware dan software.

Tahap ini bertujuan untuk mencari model yang optimal dari sistem yang akan dibuat

dengan mempertimbangkan dari berbagai faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan

yang telah ditentukan. Gambar 1.1 memperlihatkan model sistem yang akan

dirancang.

Gambar 1.1. Model sistem perancangan

3. Pembuatan subsistem hardware dan software.

Berdasarkan Gambar 1.1, rangkaian akan bekerja apabila user ingin mengendalikan

beban secara ON/OFF. User memberikan interupsi melalui remote control televisi

dengan memencet salah satu tombol yang ada pada remote control televisi. Data

interupsi yang akan diterima oleh penerima (Rx) akan diubah oleh mikrokontroler.

Mikrokontroler akan memberikan perintah kepada beban dan user dapat

mengendalikan beban mana saja yang diinginkan melalui LCD sebagai monitor

(22)

4. Proses pengambilan data.

Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara pengiriman data interupsi ke

mikrokontroler oleh remote control televisi. Setelah itu, mikrokontroler akan

mengolahnya dan mengirimkan data ke protokol beban yang diinginkan untuk

ON/OFF. Beban yang dikendalikan itu dapat dilihat pada LCD.

5. Analisa dan penyimpulan hasil percobaan.

Analisa data dilakukan dengan mengecek keakuratan data terhadap hasil dari

pengujian alat yang telah dilakukan. Penyimpulan hasil percobaan dapat dilakukan

(23)

BAB II

DASAR TEORI

Bab ini akan menjelaskan perencanaan dan realisasi alat yang meliputi pemancar infra

red, detektor infra red, TRIAC, LCD, dan mikrokontroler.

2.1

Infra red

Sinar infra red adalah termasuk cahaya monokromatis yang tidak tampak oleh mata

manusia. Spektrum frekuensi cahaya secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu [2]:

a. Infra red, mempunyai panjang gelombang 0,3 mm–0,7 m.

b. Cahaya tampak, mempunyai panjang gelombang 0,7 m – 0,4 m.

c. Ultra Violet, mempunyai panjang gelombang 0,4 m – 0,03 m.

Gelombang elektromagnetik merupakan penyusun dari cahaya yang berada dalam

spektrum elektromagnetik yang mempunyai jangkauan sangat lebar [3]. Pada jarak yang

sama, seluruh spektrum elektromagnetik tersebut mempunyai cepat rambat yang sama tetapi

frekuensinya berbeda sesuai dengan panjang gelombangnya. Dalam hal ini berlaku :

e = .f ( 2.1)

dengan e adalah kecepatan cahaya (m/s),  adalah panjang gelombang (m), dan f adalah

frekuensi (Hz).

Suatu spektrum frekuensi cahaya disebut infra red jika panjang gelombangnya

0,78m – 1000m [2]. Sedangkan spektrum frekuensi yang sering digunakan adalah 2,5.1014

Hz – 2,0.1014 Hz.

(24)

2.2

Metode Pengiriman Data

Remote Control

Infra red remote control menggunakan cahaya infra red sebagai media dalam

mengirimkan data ke penerima [4]. Data yang dikirimkan berupa pulsa-pulsa cahaya dengan

modulasi frekuensi carrier 30kHz sampai 40kHz. Sinyal yang dikirimkan merupakan

data-data biner. Ada tiga metode yang digunakan untuk membentuk data-data-data-data biner tersebut yaitu

pengubahan lebar pulsa, lebar jeda (space), dan gabungan keduanya.

Pulse - Coded Signals

Pengiriman kode pada pulse – coded signal dilakukan dengan lebar jeda tetap yaitu t

sedangkan lebar pulsa adalah 2t. Jika lebar pulsa dan lebar jeda adalah sama yaitu t,

maka yang dikirim adalah bit 0. Jika lebar pulsa adalah 2t dan lebar jeda adalah t, maka

yang dikirim adalah 1. Lebar pulsa dan lebar jeda pada pulse-coded sinyal ditunjukkan

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Lebar pulsa dan lebar jeda pada Pulse-Coded Signal [4]

Space - Coded Signal

Pengiriman kode remote control dilakukan dengan cara mengubah lebar jeda, sedangkan

lebar pulsa tetap. Jika lebar jeda dan lebar pulsa adalah sama yaitu t, maka yang dikirim

adalah 0 . Jika lebar jeda adalah 3t, maka data yang dikirim adalah 1. Lebar pulsa dan

(25)

Gambar 2.2. Lebar pulsa dan lebar jeda pada Space-Coded Signal [4]

Shift - Coded Signal

Tipe ini merupakan gabungan dari tipe pulse dan space. Pengiriman kode remote

control dilakukan dengan cara mengubah lebar pulsa dan lebar jeda. Jika lebar jeda

adalah t dan lebar pulsa adalah 2t, maka ini diartikan sebagai data 1. Jika lebar jeda

adalah 2t dan lebar pulsa adalah t, maka ini diartikan sebagai data 0 (low). Lebar pulsa

dan lebar jeda pada shift-code sinyal ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Lebar pulsa dan lebar jeda pada Shift-Coded Signal [4]

2.2.1 HEADER

Sebelum kode dikirim, sinyal awal yang disebut header dikirim terlebih dahulu.

Header adalah sinyal yang dikirimkan sebelum kode sebenarnya dan juga merupakan sinyal

untuk mengaktifkan penerima. Header selalu dikirimkan dengan lebar pulsa yang jauh lebih

panjang dari pada kode. Kode remote control dikirimkan setelah header dikirimkan terlebih

(26)

sebagai penunjuk alamat peralatan yang akan diaktifkan dan fungsi kedua adalah sebagai

command atau perintah untuk melaksanakan instruksi dari remote control. Lebar header dan

kode remote control ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Lebar header dan kode remote control [4]

Antara jenis remote control yang satu dengan lainnya memiliki panjang header

berbeda, begitu pula lebar pulsa dan jeda (space). Tabel 2.1 menjelaskan tentang jenis

remote control dari berbagai merek perusahaan.

Tabel 2.1. Metode pengiriman kode remote control dari berbagai merek [4]

Merek

Remote

Panjang

data Tipe

Header

Pulse

Header

Space 1 Pulse 1 Space 0 Pulse 0 Space

Akai 32 bit Space 8800 2200 550 1650 550 550

Canon 32 bit Space 8800 4400 550 1650 550 550

Denon 15 bit Space 0 0 275 1900 275 275

Finlux 10/16 bit Shift 500 5200 500 530 500 530

Funai 24 bit Space 3200 3200 800 2400 800 800

Goldstar 32 bit Space 8800 2200 550 1650 550 550

Grundig 10 bit Shift 500 2600 500 550 500 550

Hitachi 32 bit Space 8800 2200 550 1650 550 550

JVC 16 bit Space 2080 4160 520 1560 520 520

Kenwood 32 bit Space 8800 2200 550 1650 550 550

Mitsubishi 16 bit Space --- --- 300 1950 300 880

(27)

Tabel 2.1.(Lanjutan) Metode pengiriman kode remote control dari berbagai merek [4]

Merek Remote

Panjang

data

Tipe Header Pulse

Header

Space

1 Pulse 1 Space 0 Pulse 0 Space

Onkyo 32 bit Space 8800 2200 550 1650 550 550

Orion 33 bit Space 9000 4450 550 1650 550 550

Panasonic 48 bit Space 4000 1600 400 1200 400 400

Philips 14 bit Shift --- --- 889 889 889 889

Pioneer 32 bit Space 8000 4000 500 1500 500 500

Salora 12 bit Space 50 550 0 375 0 190

Sanyo 32 bit Space 7850 4200 525 1575 525 525

Schneider 12 bit Space --- --- 1250 450 450 1250

Sharp 17 bit Space --- --- 275 1900 275 775

Sony 15 bit Pulse 2200 550 1100 550 550 550

TEAC 32 bit Space 8800 2200 550 1650 550 550

Technics 48 bit Space 4000 1600 400 1200 400 400

Yamaha 32 bit Space 8800 2200 550 1650 550 550

Catatan: Semua angka dalam mikrosecond (s).

2.3 Protokol SONY

Remote control merek SONY secara umum menggunakan protocol yang disebut

pulse modulation [5]. Pulse modulation diawali dengan header dan diikuti dengan 12 bit

data atau LSB (Least Significant Bit) dikirim dulu. Bentuk sinyal pulse modulation dapat

dilihat pada Gambar 2.5.

Header Bit’1’ Bit’0’

(28)

Dari Gambar 2.5, T sekitar 550 μs dan frekuensi carrier sebesar 40 KHz. Jarak antara data

satu dengan data berikutnya sekitar 25 ms. Tabel 2.2 merupakan contoh kode remote control

televisi merek SONY.

Tabel 2.2. Contoh kode remote control televisimerek SONY [5]

2.4 Detektor

Infra red

Detektor infra red yang digunakan pada remote control televisi ini adalah GP1U5

dari Sharp [6]. GP1U5 didesain khusus sebagai detektor sinyal infra red dalam aplikasi

(29)

Gambar 2.6. Kemasan detektor infra red GP1U5 dari Sharp [6]

Karakteristik kemasan GP1U5 adalah sebagai berikut [6]:

Catu daya 5 volt.

Konsumsi arus sebesar 5 mA.

Dalam kemasan terdapat penguat, band-pass filter, demodulator, dan pembanding.

Bandwidth sebesar 3 dB dari frekuensi 38 KHz.

Keluaran dalam tingkat TTL.

Terdapat rangkaian low-pass filter yang membantu mengurangi gangguan (noise)

dari rangkaian catu daya.

GP1U5 merupakan penerima infra red yang didesain khusus sebagai detektor remote

control televisi, VCR, CD, MD, AC, dan lain-lain. GP1U5 tersusun atas rangkaian penguat,

band-pass filter, demodulator, dan pembanding. Dalam kemasan GP1U5 terdapat fotodioda

yang digunakan sebagai detektor infra red. Penguat digunakan untuk menguatkan sinyal dari

fotodioda. Keluaran penguat ini dihubungkan dengan band-pass filter. Band-pass filter ini

digunakan untuk meloloskan frekuensi carrier dari pemancar infra red. Rangkaian

demodulator digunakan untuk meredam sinyal pembawa (carrier) 40 KHz dan meloloskan

(30)

digunakan untuk membentuk keluaran ke tingkat TTL. Diagram blok GP1U5 diperlihatkan

dalam Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Diagram blok kemasan detektor GP1U5 [6]

Gambar 2.8 menunjukkan keluaran kemasan detektor GP1U5. Kemasan tersebut

dalam tingkat TTL, jadi dapat langsung dihubungkan dengan mikroprosesor atau rangkaian

digital lainnya.

(31)

2.5

Mikrokontroler AT89S51

Perbedaan mendasar antara mikrokontroler dan mikroprosesor adalah mikrokontroler

selain memiliki CPU juga dilengkapi dengan memori input-output [7]. Memori input-output

merupakan kelengkapan sebagai sistem minimum mikrokomputer, sehingga sebuah

mikrokontoler dapat dikatakan sebagai mikrokomputer dalam keping tunggal (single chip

microcomputer) yang dapat berdiri sendiri.

Mikrokontroler AT89S51 adalah mikrokontroler ATMEL yang kompatibel penuh

dengan mikrokontroler keluarga MCS-51. Mikrokontroler AT89S51 membutuhkan daya

yang rendah, memiliki performa yang tinggi. Mikrokontroler AT89S51 merupakan

mikrokomputer 8 bit yang dilengkapi 4 Kbyte EPROM (Erasable and Programable Read

Only Memory) dan 128 byte RAM internal. Program memori AT89S51 dapat diprogram

ulang dalam sistem atau dengan menggunakan Program Nonvolately Memory Konvensional.

Dalam sistem mikrokontroler terdapat dua hal yang mendasar, yaitu hardware dan

software yang keduanya saling terkait dan mendukung. Tabel 2.3 adalah keluarga

mikrokontroler MCS-51. Dapat dilihat bahwa mikrokontroler 8031 merupakan versi tanpa

EPROM dari mikrokontroler 8051.

Tabel 2.3. Keluarga mikrokontoler MCS- 51 [7]

PART

NUMBER

ON CHIP CODE

MEMORY

ON CHIP DATA

MEMORY

TIMER

8051 4K ROM 128 BYTES 2

8031 0K 128 BYTES 2

8751 4K EEPROM 128 BYTES 2

8052 8K ROM 256 BYTES 3

8032 0K 256 BYTES 3

8752 8K EPROM 256 BYTES 3

(32)

2.5.1 Arsitektur AT89S51

Sebagai single chip yaitu suatu sistem mikroprosesor yang terintegrasi,

mikrokontroler AT89S51 mempunyai konfigurasi sebagai berikut [7]:

1. CPU 8 bit termasuk keluarga MCS-51.

2. 4 Kbyte alamat untuk memory program internal (EPROM).

3. 128 byte memori data dalam (Internal Data Memory/RAM).

4. 8 bit program status word (PSW).

5. 8 bit stack pointer (SP).

6. 32 pin I/O tersusun yaitu port 0-port 3 @ 8 bit.

7. 2 buah timer/counter 16 bit.

8. Data serial full dupleks.

9. Control register.

10.5 sumber interupt.

11.Rangkaian osilator dan clock.

2.5.2 Fungsi

Pin

Mikrokontroler AT89S51

Susunan pin-pin mikrokontroler AT89S51 diperlihatkan pada Gambar 2.9.

(33)

a. Port 0

Port 0 merupakan port dua fungsi yang berada pada pin 32-39 dari IC AT 89S51.

Port ini merupakan port I/O 8 bit dua arah yang serba guna. Port ini dapat digunakan

sebagai multlipleks bus data dan bus alamat rendah untuk pengaksesan memori eksternal.

b. Port 1

Port 1 merupakan port I/O yang berada pada pin 1-8. Port ini dapat bekerja dengan

baik untuk operasi bit maupun byte, tergantung dari pengaturan pada software.

c. Port 2

Port 2 merupakan port I/O serba guna yang berada pada pin 21- 28. Port ini dapat

juga digunakan sebagai bus alamat byte tinggi untuk rancangan yang melibatkan

pengaksesan memori eksternal.

d. Port 3

Port 3 merupakan port I/O yang memiliki dua fungsi yang berada pada pin 10-17.

Port ini mempunyai multi fungsi, seperti yang terdapat pada Tabel 2.4.

e. PSEN ( Programable Store Enable)

PSEN adalah sebuah sinyal keluaran yang terdapat pada pin 29. Fungsinya adalah

sebagai sinyal kontrol untuk memungkinkan mikrokontroler membaca program (code) dari

memori eksternal. PSEN dapat juga dikatakan sebagai sinyal control yang menghubungkan

memori program eksternaldengan bus selama pengaksesan.

f. ALE ( Address Latch Enable)

Sinyal output ALE yang berada pada pin 3.0. Fungsinya sama dengan ALE pada

(34)

alamat dan bus data. Sinyal ALE juga dipergunakan untuk menahan alamat memori

eksternalselama pelaksanaan instruksi.

Tabel 2.4. Fungsi alternarif Port 3 [7]

BIT NAMA BIT

ADDRES FUNGSI ALTERNATIF P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 RXD TXD INT0 INT 1 T0 T1 WR RD B0H B1H B2H B3H B4H B5H B6H B7H

Penerima data pada port serial

Pemancar data pada port serial

Eksternal interupsi 0

Eksternal interupsi 1

Input timer/counter eksternal

Input timer/counter

Sinyal pembacaan memori data eksternal

Sinyal penulisan memori data eksternal

g. EA ( External Acces)

Sinyal EA terdapat pada pin 3.1 yang dapat diberikan logika rendah (ground) atau

logika tinggi (+5V). Jika EA diberikan logika tinggi, maka mikrokontroler akan mengakses

program dari ROM internal (EEPROM/flash memori). Jika EA diberi logika rendah, maka

mikrokontroler akan mengakses program dari memori eksternal.

h. RST ( Reset)

Input reset pada pin 9 adalah reset master untuk AT89S51. Perubahan tegangan dari

(35)

i. Osilator

Osilator yang disediakan pada chip terbangun dari kristal yang dihubungkan pada pin

18 (X2) dan pin 19 (X1) sebesar 12 MHz. Bentuk rangkaian osilator eksternal AT89S51

dapat dilihat pada Gambar 2.10.

C 2 3 0 p f X T A L

X T A L 2

C 1 3 0 P F

X T A L 1 G N D

Gambar 2.10. Osilator eksternalAT89S51 [7]

j. Power

AT89S51 dioperasikan dengan tegangan supply +5V, pin Vccberada pada pin 40 dan

Vss (ground) pada pin 20.

2.5.3 Organisasi Memori

Mikrokontroler AT89S51 mengimplementasikan ruang memori yang terpisah antara

program (code) dan data [7]. Program data bisa merupakan memori internal, tetapi juga

dapat diperluas dengan memori eksternal sampai 64 Kbyte memori program dan 64 Kbyte

memori data.

Memori internal terdiri dari ROM/flash memori dan RAM data di dalam chip. RAM

berisi susunan general purposes storage, bit addressable storage, register bank dan special

function register. Ruang internal pada mikrokontroler AT89S51 dibagi menjadi :

1. Register bank (00H-1FH), bit addressable

2. Bit adresable RAM (20H-2FH)

3. General Purpose RAM (30H-7FH)

(36)

2.5.4

Timer dan Counter

Mikrokontroler AT89S51 mempunyai dua buah timer/counter 16 bit yang dapat

diatur melalui software, yaitu timer/counter 0 dan 1. Periode waktu timer/counter secara

umum ditentukan dengan persamaan berikut [7]:

 Untuk timer/counter 8 bit

T = (255-TLX) *1/(F osc/12)

dengan TLX adalah isi register TLO atau TL1.

 Untuk timer/counter 16 bit

T = (65535-THX*TLX) *1/(Fosc/12)

dengan THX adalah isi register TH0 atau TH1.

Pengontrolan kerja dari bit- bit pada timer control dan keterangan register TCON dapat

dilihat pada Gambar 2.11 dan Tabel 2.5.

MSB LSB

TF1 TR1 TF0 TR0 IE1 IT1 IE0 IT0

Gambar 2.11. Bit-bit pada timer control [7]

Pengontrolan pemilihan mode operasi timer/counter dengan kombinasi MO dan M1 pada

register TMOD dapat dilihat pada Gambar 2.12 dan Tabel 2.6 .

MSB LSB

GATE C/T M1 M0 GATE C/T M1 M0

(37)

Tabel 2.5.Keterangan register TCON [7]

Simbol Posisi Fungsi

TF1 TCON. 7 Timer 1 over flow flag, diset oleh hardware saat

timer/counter menghasilkan overflow

TR1 TCON. 6 Bit untuk menjalankan timer 1, diset oleh software

untuk membuat timer ON/OFF.

TF 0 TCON. 5 Timer 0 over flag, diset oleh hardware

TR 0 TCON. 4 Bit untuk menjalankantimer 0, diset oleh software

untuk membuat timer ON/OFF.

IE 1 TCON. 3 Eksternal interupt 1 edge flag.

IT 1 TCON. 2 Interupt 1 type control bit, diset oleh software

untuk menspesifikasi sisi turun/level rendah dari

intrupsi eksternal.

IE 0 TCON. 1 Eksternal interupt 0 edge flag.

IT 0 TCON. 0 Interupt 0 type control bit.

GATE pada saat TR dalam TCON diset 1, timer/counter X akan berjalan ketika

timer dikontrol oleh software. C/T adalah pemilhan fungsi timer atau counter. Clear 0

digunakan untuk operasi timer dengan masukan dari sistem clock internal. Set 1 digunakan

untuk operasi counter dengan masukan dari pin TO dan T1. M1 merupakan bit pemilih mode

1 dan M0 merupakan bit pemilih mode 0.

Mode yang akan digunakan pada register TMOD adalah sebagai berikut [7]:

 Mode 0

Dalam kode ini register timer disusun sebagai register 13 bit, setelah semua perhitungan

(38)

Dengan membuat GATE sama dengan 1, timer dapat dikontrol oleh masukan INT 1

untuk fasilitas pengukuran lebar pulsa.

Tabel 2.6. Kombinasi MO dan M1 pada register TMOD [7]

M1 M0 Mode Operasi

0 0 0 Timer 13 bit

1 1 1 Timer/counter 16 bit

1 0 2 Timer aoto reload 8 bit ( pengisian otomatis)

1 1 3 TLO adalah timer/counter 8 bit yang dikontrol

oleh control bit standar timer 0. THO adalah

timer 8 bit dan di kontrol oleh bit timer 1

 Mode 1

Mode1 sama denganmode 0 kecuali register timer akan bekerja dalam register 16 bit.

 Mode 2

Mode 2 menyusun register timer sebagai 8 bit counter. Over flow dari TL1 tidak hanya

mengatur TF1, tetapi juga mengisi TL1 dengan isi TH 1 yang diatur secara software.

Pengisian ini tidak mengubah TH1.

 Mode 3

Timer 1 dalam mode 3 hanya memegang hitungan yang efeknya sama seperti

mengatur TR sama dengan 0. Timer 0 dalam mode3 menetapkan TL 0 dan TH0 sebagai 2

counter terpisah. TL0 menggunakan control bit timer 0, yaitu C/T, GATE, TR0, INT0, DAN

(39)

2.5.5

Sistem Interupsi

Mikrokontroler 8051 mempunyai 5 buah sumber interupt yang dapat membangkitkan

interupt reguest adalah sebagai berikut [7]:

 INT0 : permintaan interupt luar dari kaki P3.2

 INT 1 : permintaan interupt luar dari kaki P3.3

Timer/counter 0 : bila terjadi overflowTimer/counter 1 : bila terjadi overflow

Port serial : bila pengiriman/peneriman satu frame telah lengkap

Saat terjadi interupt mikrokontroler secara otomatis akan menuju ke subrutin pada

alamat tersebut. Setelah interupt service selesai dikerjakan, mikrokontroler akan

mengerjakan program semula. Dua sumber interupsi merupakan sumber interupsi

eksternal/INT1. Kedua interupsi eksternal dapat mengaktifkan level aktif transisi tergantung

isi IT0 dan IT1. Pada register TCON, interupsi timer 1dan timer 0 aktif pada saat timer

yang sesuai mengalami rool-over. Interupt serial dibangkitkan dengan melakukan operasi

OR pada R1 dan T1. Setiap sumber interupsi dapat enable atau disable di dalam software.

Tingkat prioritas semua sumber interupsi dapat diprogram sendiri- sendiri dengan set

atau clear bit pada SFR IP (Interupt Priority). Interupsi tingkat rendah dapat diinterupsi oleh

interupsi yang mempunyai tingkat interupsi yang lebih tinggi, tetapi tidak sebaliknya.

Walaupun demikian, interupsi yang tingkat interupsinya lebih tinggi tidak bisa

menginterupsi sumber interupsi yang lain.

2.6 LCD (

Liquid Crystal Display )

LCD ( Liquid Crystal Display ) adalah suatu penampil dari bahan cairan kristal yang

pengoperasiannya menggunakan sistem dot matriks [8]. Perancangan alat ini menggunakan

(40)

karakter yang dapat ditampilkan sekaligus adalah sebanyak 32 karakter. Masing-masing

karakter tersebut terbentuk dari susunan titik yang berukuran 8 baris dan 5 kolom dot.

(a) (b)

Gambar 2.13.(a)Bentuk LCD 16 x 2. (b)Pin LCD 16 ×2 [8]

LCD terdiri dari 8 jalur data, 3 jalur kendali, dan fasilitas pengaturan kontras serta

backlight. LCD ini dapat dikendalikan dengan mikrokontroler atau mikroprosesor. Deskripsi

pin LCD tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7.

1. DB0 s/d DB7 merupakan jalur data yang dipakai untuk menyalurkan kode ASCII

maupun perintah pengatur kerja LCD tersebut.

2. RS (register select) merupakan pin yang dipakai untuk membedakan jenis data yang

dikirim ke LCD. Jika RS berlogika ‘0’, maka data yang dikirim adalah perintah untuk

mengatur kerja LCD tersebut. Jika RS berlogika ‘1’, maka data yang dikirim adalah

kode ASCII yang ditampilkan.

3. DB0 s/d DB7 merupakan jalur data yang dipakai untuk menyalurkan kode ASCII

(41)

Tabel 2.7. Pin tampilan LCD [8]

4. R/W (read/write) merupakan pin yang digunakan untuk mengaktifkan pengiriman

dan pengambilan data ke dan dari LCD. Jika R/W berlogika ‘0’, maka akan diadakan

pengiriman data ke LCD. Jika R/W berlogika ‘1’, maka akan diadakan pengambilan

data dari LCD.

5. E (enable) merupakan sinyal sinkronisasi. Jika E berubah dari logika ‘1’ ke ‘0’, maka

data di DB0 s/d DB7 akan diterima atau diambil dari port mikrokontroler.

6. VCC dan GND sebagai terminal power supply (+5V).

2.7 TRIAC (

TRIode Alternating Current )

TRIAC (Triode Alternating Current) merupakan sebuah thyristor dua arah yang

sangat ideal untuk menghantarkan arus bolak balik (AC) [9]. Simbol TRIAC dan

ekuivalensinya dapat dilihat pada Gambar 2.14 dan karakteristik TRIAC dapat dilihat pada

(42)

Terminal MT1 dan MT2 berfungsi sebagai saklar yang mengatur aliran arus beban yang

berasal dari sumber tegangan Alternate Current (AC), sedangkan gate berfungsi sebagai

pemicu (trigger).

Gambar 2.14. Simbol dan ekuivalensi TRIAC [9]

2.7.1 Karakteristik TRIAC

TRIAC memiliki karakteristik swicthing seperti pada SCR, kecuali bahwa TRIAC

dapat berkonduksi dalam berbagai arah. TRIAC dapat digunakan untuk mengontrol aliran

arus dalam rangkaian AC. Elemen seperti penyearah dalam kedua arah menunjukkan

kemungkinan dua aliran arus antara terminal utama M1 dan M2. Pengaturan dilakukan

dengan menerapkan sinyal antara gate (gerbang) dan M1. Gamabar 2.15 merupakan

karakteristik TRIAC [9].

(43)

Karena dapat bersifat konduktif dalam dua arah, biasanya TRIAC digunakan untuk

mengendalikan fasa arus AC (contohnya kontroler tegangan AC). Selain itu, karena TRIAC

merupakan devais bidirektional, terminalnya tidak dapat ditentukan sebagai anode atau

katode. Jika terminal MT2 positif terhadap terminal MT1, TRIAC dapat dimatikan dengan

memberikan sinyal gerbang positif antara gerbang G dan MT1. Sebaliknya jika terminal

MT2 negatif terhadap MT1 maka TRIAC akan dapat dihidupkan dengan memberikan sinyal

pulsa negatif antara gerbang G dan terminal MT1. Tidak perlu untuk memiliki kedua sinyal

gerbang positif dan negatif dan TRIAC akan dapat dihidupkan baik dengan sinyal positif

atau negatif [9].

Dalam prakteknya sensitifitas bervariasi antara satu kuadran dengan kuadran lain.

TRIAC biasanya beroperasi di kuadran I (+) / tegangan dan arus gerbang positif atau di

kuadran III (-) / tegangan dan arus gerbang negatif [9].

Pada umumnya rangkaian TRIAC dilengkapi dengan rangkaian snubber. Rangkaian

snubber berfungsi untuk mencegah lonjakan sinyal transient yang timbul secara tiba-tiba

diantara kedua terminal utama TRIAC yaitu MT1 dan MT2. Rangkaian snubber ini sangat

penting, tetapi TRIAC dapat ON secara tiba-tiba walaupun tidak ada sinyal trigger yang

masuk pada gate. Hal ini dapat disebabkan oleh besarnya sinyal yang masuk pada TRIAC

saat awal rangkaian TRIAC dinyalakan [10].

47

Load

IT

TRIAC VT

Vmain

1uF

(44)

Rangkaian sederhana snubber pada TRIAC dapat dilihat pada Gambar 2.16.

Kapasitor pada rangkaian snubber berfungsi untuk merendahkan atau menurunkan sinyal

frekuensi tinggi yang masuk pada TRIAC saat awal rangkaian TRIAC dinyalakan. Resistor

pada rangkaian snubber berfungsi untuk membatasi arus discharge kapasitif yang besar

ketika TRIAC menyala pada kondisi operasi tidak normal. Resistor tidak digunakan untuk

menahan lonjakan sinyal transient yang besar saat awal rangkaian TRIAC dinyalakan, tetapi

hanya untuk membatasi arus discharge kapasitif besar dari kapasitor yang melalui MT1 dan

MT2 pada saat operasi tidak normal. Perhitungan untuk rangkaian RC snubber yang

digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada datasheet AN437 Application note (RC

(45)

BAB III

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Pembuatan dasar kerja alat “Aplikasi Remote Control Televisi Sebagai Pengendali

Beban” membutuhkan perancangan software dan hardware. Perancangan peralatan yang

dibuat meliputi penyusunan diagram blok, rancangan hardware, dan pemograman

mikrokontroler (flowchart).

3.1.

Diagram Blok

Diagram blok sistem pengontrol peralatan rumah tangga dengan remote control

televisi berbasis mikrokontroler AT89C51 dapat dilihat dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Blok diagram sistem Penjelasan dari masing-masing blok adalah sebagai berikut:

1. Infra red module receiver, berfungsi untuk menerima kode-kode scan tombol dari

remote control televisi yang digunakan. Dari scan kode ini nantinya akan digunakan

untuk mengaktifkan ataupun mematikan peralatan listrik yang ada di rumah.

(46)

2. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi sebagai pengolah data dari keseluruhan sistem.

Mikrokontroler ini mempunyai internal ROM 4 Kbyte sehingga tidak memerlukan

memori program eksternal, mempunyai 4 port I/O 8 bit dan bekerja dengan tegangan

catu single supply 5 volt.

3. Rangkaian driver TRIAC berfungsi sebagai penggerak dari peralatan listrik agar

dapat dikontrol oleh mikrokontroler.

4. Lampu digunakan sebagai beban yang akan dikontrol oleh remote control televisi.

5. Remote control televisi yang digunakan adalah remote control televisi yang ada di

rumah.

3.2

Perancangan

Hardware

3.2.1

Penerima

Infra Red

Penerima infra red berfungsi untuk menangkap atau menerima sinyal remote control

televisi. Blok ini menggunakan detektor infra red yang mempunyai keluaran dalam tingkat

TTL. Skema rangkaian penerima infra red ditunjukkan dalam Gambar 3.2 [11].

Gambar 3.2.Rangkaian penerima infra red [11]

G

N

D

1

V

C

C

2

O

U

T

3

IC1 GP1U5

R1 22K C1

47/16

VCC

(47)

Detektor infra red membutuhkan tegangan sebesar 5 volt untuk mencatu rangkaian

di dalamnya. C1 pada rangkaian di atas digunakan untuk mengurangi ripple yang diakibatkan

oleh pemberian catu daya dari luar. Sedangkan R1 digunakan sebagai pull-up keluaran

detektor infra red yang mempunyai nilai resistansi sebesar 22 K.

3.2.2 Rangkaian Osilator

Kecepatan proses yang dilakukan oleh mikrokontroler ditentukan oleh sumber clock

(pewaktuan) yang mengendalikan mikrokontroler tersebut. Gambar 3.3 adalah rangkaian

osilator internal yang sudah tersedia di dalam chip mikrokontroler. Frekuensi osilatornya

ditentukan dengan cara menghubungkan kristal pada pin XTAL1 dan XTAL2 serta dua buah

kapasitor ke ground. Kristal yang digunakan memiliki frekuensi dari 0 sampai 12 MHz.

Besar kapasitansinya disesuaikan dengan spesifikasi pada lembar data mikrokontroler yaitu

33 pF [12]. Pemilihan besar frekuensi kristal disesuaikan dengan pemilihan kecepatan yang

diharapkan untuk transfer data melalui pinserial interface mikrokontroler. Dengan memakai

kristal 11,059 MHz, maka satu siklus mesin membutuhkan waktu selama 1,08 mikrodetik

atau 1/11,059 MHz x 12 periode.

3 3 p F

X T A L 1

3 3 p F

X T A L 2

1 1 . 0 5 9

Gambar 3.3. Rangkaian Osilator [12]

3.2.3

Rangkaian LCD

Komunikasi mikrokontroler AT89C51 dengan LCD yang ada pada Gambar 3.4, tidak

(48)

LCD LMB162ABC memiliki driver yang dapat mengubah data ASCII pada output

mikrokontroler menjadi tampilan karakter. Potensio yang terdapat pada LCD berfungsi

untuk mengatur kontras karakter yang tampil. Nilai potensio yang digunakan sebesar 10 KΩ,

yang sesuai dengan datasheet. Konfigurasi pin LCD dengan port mikrokontroler dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Perancangan alat penampil (LCD karakter) yang digunakan berfungsi untuk

menampilkan instruksi dari remote control televisi. Instruksi yang ditampilakan pada

perancangan ini terdiri dari LOAD dan TIME. LOAD digunakan untuk menampilkan beban

yang dipilih oleh user dan TIME digunakan untuk menampilkan waktu dari beban yang

dipilih. Contoh tampilan beban dan waktu pada LCD dapat dilihat pada Tabel 3.2.

I R S E N S O R

A T 8 9 S 5 1

9 1 8 1 9 2 9 3 0 3 1 1 2 3 4 5 6 7 8 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 3 9 3 8 3 7 3 6 3 5 3 4 3 3 3 2

R S T X T A L 2 X T A L 1

P S E N A L E / P R O G E A / V P P

P 1 . 0 P 1 . 1 P 1 . 2 P 1 . 3 P 1 . 4 P 1 . 5 P 1 . 6 P 1 . 7

P 2 . 0 P 2 . 1 P 2 . 2 P 2 . 3 P 2 . 4 P 2 . 5 P 2 . 6 P 2 . 7

P 3 . 0 / R X D P 3 . 1 / T X D P 3 . 2 / I N T O

P 3 . 3 / I N T 1

P 3 . 4 / T O P 3 . 5 / T 1

P 3 . 6 / W R P 3 . 7 / R D

P 0 . 0 P 0 . 1 P 0 . 2 P 0 . 3 P 0 . 4 P 0 . 5 P 0 . 6 P 0 . 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6

L C D

3 3 p F 1 1 . 0 5 9

1 0 u F 3 3 p F

K e d r i v e r T R I A C

V C C

1 0 0 n F 1 0 K

1

3

2

K e d r i v e r T R I A C

K e d r i v e r T R I A C

8 . 2 K

(49)

Tabel 3.1. Konfigurasi pin LCD dan mikrokontroler

Pin LCD Port Mikrokontroler

RS P2.6

E P2.7

D0 P2.0

D1 P2.1

D2 P2.2

D3 P2.3

Tabel 3.2. Tampilan beban dan waktu pada LCD

L O A D : 1 2 3

T I M E : x x x x x x

Keterangan : 1,2,3 adalah beban dan xx untuk tampilan waktu

3.2.4

Rangkaian

Driver

TRIAC

Driver TRIAC yang digunakan adalah tipe MOC3040. Driver TRIAC tipe

MOC3040 memiliki bentuk seperti IC (Integrated Circuit) dengan 6 kaki pin yang terdiri

dari sebuah LED (Light Emitting Diode) dan sebuah TRIAC. Driver ini termasuk jenis

optocoupler sehingga relatif aman jika terjadi ketidaknormalan pada bagian beban.

Optocoupler ini berfungsi untuk mengisolasi atau mengamankan mikrokontroler dari tegangan tinggi 220 VAC. Rangkaian driver TRIAC dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Pengaktifan TRIAC melalui driver ini adalah dengan pulsa low yang berasal dari

port 1.5 s/d port 1.7 mikrokontroler. Jika ada pulsa low (0 volt) pada pin kaki 2, maka akan

terjadi beda potensial antara pin kaki 1 dan 2. Hal ini mengakibatkan arus mengalir dan

dioda dalam MOC3040 memancarkan cahaya sehingga bilateral switch ON. Arus yang

mengalir dari pin kaki 6 ke 4 akan mengaktifkan TRIAC menjadi ON, sehingga TRIAC

dapat mengalirkan arus.

Rangkaian diver tipe MOC3040 memiliki tegangan LED sebesar 1,6 Volt, arus LED

sebesar 10 mA, dan Vcc sebesar 5 Volt [13]. Untuk mencari resistor pada rangkaian driver

(50)

LED LED CC I V V

R= − (3.1)

Ω = − = 340 01 , 0 6 , 1 5 A V V

Karena nilai resistor sebesar 340 Ω tidak ada di pasaran, maka yang digunakan adalah

resistor sebesar 330 Ω.

MOC3040 bukan sebagai solid state relay atau pengendali lampu dimmer untuk

mengendalikan laju data dua arah. Fungsi resistor 330 ohm pada MOC3040 adalah untuk

pembatas arus pada trigger dalam mengendalikan laju data dan membatasi arus yang

mengalir melalui dioda. Untuk tegangan rendah, arus yang mengalir maksimum 30 mA. Jika

hambatan dioda dalam MOC3040 diabaikan dan tegangan masukan (Vin) dari

mikrokontroler sebesar 5 Volt, maka arus yang mengalir dapat dihitung sebagai berikut [13]:

R V I = in

(3.2) mA A V 15 , 15 15 015 , 0 330 5 = = Ω =

Arus 15,15 mA bagi mikrokontroler sudah dianggap besar, sehingga pengaktifan MOC3040

dengan active low agar mikrokontroler tidak melakukan sourcing.

Driver MOC3040 dalam perancangan ini merupakan penguat awal, sehingga

diperlukan penguat akhir yang berfungsi agar tegangan keluran yang dihasilkan untuk beban

stabil. Penguat akhir ini pada dasarnya adalah rangkaian seri RC yang ditambahkan

komponen TRIAC sebagai pengatur tegangan pada beban. Rangkaian penguat akhir untuk

(51)

T R I A C

2 2 0 V S O U R C E V O L T A G E

1

2

1 u F / 4 0 0 V

R 6

3 3 0 M O C 3 0 4 0

1 2

6 4

R 3 4 7 / 1 V A

2 2 0 / 1 A

R 9

3 3 0

B E B A N P 1 . 7

V C C

Gambar 3.6. Rangkaian penguat akhir untuk mengontrol beban

Komponen TRIAC yang digunakan dalam perancangan ini adalah seri BTA 08 [14].

Berdasarkan datasheet TRIAC BTA 08, nilai tegangan break over untuk memicu TRIAC

adalah sebesar 1,3V. Berdasarkan Gambar 3.6, diketahui bahwa sumber tegangan AC yang

digunakan adalah sebesar 220V dengan frekuensi jala-jala 50Hz. Resistor yang digunakan

sebesar 47 Ω dan kapasitor yang digunakan sebesar 1 uF. Perhitungan nilai komponen

resistor dan kapasitor dapat dilihat pada datasheet AN437 Application note (RC snubber

circuit design for TRIACs) [10].

Fungsi resistor dan kapasitor pada rangkaian penguat akhir adalah sebagai peredam tegangan

balik apabila ada beban. Fungsi Vcc dan 220/1A adalah sebagai tegangan sumber untuk

power supply dan sebagai sekring.

3.2.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler digunakan sebagai pengolah instruksi masukan dari remote control

televisi kemudian ditampilkan pada LCD. Mikokontroler AT89S51 menghubungkan antara

(52)

MOC3040 1 2 6 4 P1.7 VCC JP2 1 2 3 4 MOC3040 1 2 6 4 R5 330 TRIAC JP3 1 2 3 4 TRIAC R6 330 220/1A TRIAC R1 47/1VA 220/1A R7 330 220/1A R2 47/1VA R8 330 P1.5 R3 47/1VA R9 330 C1 1uF/400V P1.6 MOC3040 1 2 6 4 JP1 1 2 3 4 C2 1uF/400V R4 330 C3 1uF/400V

Gambar 3.5. Rangkaian driver TRIAC

TRIAC 100nF 220/1A C1 1uF/400V 220/1A 33pF R4 330 220/1A AT89S51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0 P2.1 P2.2 P2.3 P2.4 P2.5 P2.6 P2.7 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0 P0.1 P0.2 P0.3 P0.4 P0.5 P0.6 P0.7 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

JP1 1 2 3 4 R6 330 LCD R2 47/1VA R1 47/1VA OUT VCC R3 47/1VA 1 TRIAC VCC 2 JP2 1 2 3 4 22K MOC3040 1 2 6 4 10K 1 3 2 11.092 VCC R7 330 GP1U5 TRIAC 8.2K 47/16 R5 330 MOC3040 1 2 6 4 10uF R8 330 GND 33pF MOC3040 1 2 6 4 C3 1uF/400V VCC JP3 1 2 3 4 R9 330 C2 1uF/400V

(53)

start

Inisialisasi port mikrokontroler

Tombol program (+)

Tombol program (-)

Tombol volume (+)?

Matikan beban

end Tampilan LCD

T

Y

Y T

Y T

Pengaturan waktu

Pengaturan beban

Gambar 3.8. Flowchart Program Utama

Pemograman mikrokontroler digunakan untuk mengolah instruksi masukan dari

penerima (receiver). Flowchart program utama ditunjukkan pada Gambar 3.8. Proses yang

pertama kali dilakukan adalah membaca instruksi masukan dari remote control televisi.

Kode instruksi masukan disimpan pada flash memory yang berkapasitas 4 Kbyte. Pada

proses ini, terjadi inisialisasi port mikrokontroler yang digunakan remote control televisi

(54)

televisi aktif, dilakukan pengecekan tombol program (+). Jika user menginginkan

pengecekan tombol program (+), maka remote control televisi akan mengatur beban.

Setelah beban diatur, akan dilukakan pengecekan lagi untuk tombol program (-). Jika user

menginginkan pengecekan tombol program (-), maka beban akan mati dan selesai. Jika user

tidak menginginkan pengecekan tombol program (-), maka akan kembali ke proses

pengecekan tombol program (+) dan menunggu sampai ada masukan lagi dari user. Pada

saat pengecekan tombol program (+) jika user tidak menginginkan pengecekan tombol

program (+), maka akan terjadi pengecekan lagi untuk tombol volume (+). Jika user

menginginkan pengecekan tombol volume (+), maka akan terjadi proses pengaturan waktu

dan terjadi pengecekan tombol program (-). Untuk proses pengecekan tombol program (-)

selanjutnya akan sama seperti cara kerja diatas. Jika user tidak menginginkan pengecekan

tombol volume (+), maka akan kembali ke proses pengecekan tombol program (+) dan

menunggu sampai ada masukan lagi dari user.

3.3.1 Pengolahan Data Beban

Instruksi-instruksi masukan yang digunakan pada perancangan ini adalah tombol

program (+) dan tombol program (-). Semua instruksi yang digunakan telah dikodekan

dalam bentuk bilangan hexadecimal dan disimpan pada flash memory, misalnya untuk kode

instruksi pada tombol program (+) adalah 90H. Tombol program (+) berfungsi untuk

memilih beban agar beban dapat ON. Tombol program (-) berfungsi untuk memilih beban

(55)

start

Tombol program (+)

Variabel aktifkan (+1)

Pengaktifan beban Tombol

program (-)

Variabel aktifkan (-1)

Non aktifkan beban

Tampilan LCD

Y

T T

Y

Gambar 3.9. Flowchart Tombol Program (+) dan Tombol Program (-) untuk

pengaturan beban

Pada pengaturan beban ini pertama kali jika user menekan tombol program (+), maka

akan terjadi penambahan beban yang akan diaktifkan. Setelah beban tersebut aktif, maka

akan ditampilkan pada tampilan LCD dan setelah itu akan kembali ke pengecekan tombol

program (+) dan menunggu sampai ada masukan lagi dari user. Jika user tidak menekan

tombol program (+), maka beban pertama akan langsung ON dan setelah itu akan terjadi

pengecekan untuk tombol program (-). Jika user memilih tombol program (-), maka akan

terjadi pengurangan untuk pengaktifan beban. Setelah beban yang dipilih aktif, maka akan

ditampilkan pada LCD dan akan kembali ke pengecekan tombol program (+) dan menunggu

sampai ada masukan lagi dari user. Jika user memilih tombol program (-), maka akan

ditampilkan pada LCD dan akan kembali ke pengecekan tombol program (+) dan menunggu

(56)

start

ON beban 1? Aktifkan beban 1 Tampilkan beban 1

Tampilan LCD

end ON beban 2?

ON beban 3?

Aktifkan beban 2

Aktifkan beban 3

Tampilkan beban 2

Tampilkan beban 3

Y

Y

Y T

T

Gambar 3.10. Flowchart Pengaktifan beban

Gambar 3.10 menunjukkan flowchart untuk mengaktifakan beban. Proses kerjanya

pertama kali jika user ingin menghidupkan beban satu, maka beban satu akan ON dan akan

ditampilkan pada LCD. Jika user tidak ingin menghidupkan beban satu, maka akan terjadi

pengecekan pada beban dua. Untuk beban dua dan beban tiga proses kerjanya sama seperti

(57)

start

OFF beban 1? Non aktifkan beban 1

Tampilkan beban 1

Tampilan LCD

end OFF beban 2?

OFF beban 3?

Non aktifkan beban 2

Non aktifkan beban 3

Tampilkan beban 2

Tampilkan beban 3

Y

Y

Y T

T

Gambar 3.11. Flowchart Non aktifan beban

Gambar 3.11 menunjukkan flowchart untuk non aktifakan beban. Jika user ingin

mematikan beban satu, maka beban satu akan OFF dan akan ditampilkan pada LCD. Jika

user tidak ingin mematikan beban satu, maka akan terjadi pengecekan pada beban dua.

Untuk beban dua dan beban tiga proses kerjanya sama seperti beban satu.

3.3.2 Pengolahan Data Waktu

Pengolahan data waktu merupakan lanjutan dari pengolahan data beban. Pada

pengolahan data waktu ini, yang digunakan adalah tombol volume (+) dan volume (-).

Tombol volume (+) dan volume (-) berfungsi sebagai pewaktuan beban. Flowchart volume

(58)

start

Tombol volume (+)

Tampilan LCD

Pengaktifan waktu beban

Tombol volume (-)

Variabel pengaturan waktu

(+1)

Variabel pengaturan waktu

(-1)

Non aktifan waktu beban

T

Y Y

T

Gambar 3.10. Flowchart volume (+) dan volume (-) sebagai pengaturan waktu pada beban

Pada pengaturan waktu ini jika user menekan tombol volume (+), maka akan terjadi

penambahan waktu yang akan diatur. Setelah waktu tersebut ON, maka akan ditampilkan

pada tampilan LCD dan setelah itu akan kembali ke pengecekan tombol volume (+) dan

menunggu sampai ada masukan lagi dari user. Jika user tidak menekan tombol volume (+),

maka akan langsung ON waktu pada beban pertama dan setelah itu akan terjadi pengecekan

untuk tombol volume (-). Jika user memilih tombol volume (-), maka akan terjadi

pengurangan waktu untuk beban. Setelah waktu yang dipilih telah diatur, maka akan

ditampilkan pada LCD dan akan kembali ke pengecekan tombol volume (+) dan menunggu

sampai ada masukan lagi dari user. Jika user memilih tombol volume (-), maka akan

ditampilkan pada LCD dan akan kembali ke pengecekan tombol volume (+) dan menunggu

(59)

Gambar 3.11. menujukkan flowchart pengaktifan waktu pada beban. Jika user ingin

meghidupkan beban satu, maka akan terjadi proses pengaturan waktu. Jika user tidak ingin

meghidupkan beban satu, maka akan terjadi pengecekan untuk menghidupkan waktu pada

beban dua. Proses berikutnya untuk menghidupkan waktu pada beban dua dan tiga sama

seperti menghidupkan waktu pada beban satu.

start

On timer beban 1?

On timer beban 1?

On timer beban 1?

Y

Y

Y T

T

T

end

Pengaturan waktu

Gambar 3.11. Flowchart pengaktifan waktu pada beban

Gambar 3.12. menujukkan flowchart pengaturan waktu untuk pengaktifan waktu

pada beban. Jika tombol volume (+) yang dipilih oleh user, maka beban yang dipilih akan

diproses untuk diatur waktu hidupnya (ON) setiap kenaikkan 10 menit sampai perbandingan

waktu maksimal selama 60 menit. Jika waktu yang dipilih lebih dari 60 menit, maka

pengaturan waktu akan kembali menjadi 00. Jika waktu yang dipilih user tidak lebih dari 60

(60)

start

Tombol volume (+)

increment waktu 10 menit Y

T

end

Compare waktu 70 menit

Waktu menjadi 00 Y

T

Gambar 3.12. Flowchart pengaturan waktu untuk pengaktifan waktu pada beban

start

OFF timer beban 1?

OFF timer beban 2?

OFF timer beban 3?

Y

Y

Y T

T

T

end

Pengaturan waktu

Gambar 3.13. Flowchart non-aktifan waktu pada beban

Gambar 3.13. menujukkan flowchart non-aktifan waktu pada beban. Jika user ingin

mematikan beban satu, maka akan terjadi proses pengaturan waktu. Jika user tidak ingin

(61)

dua. Proses berikutnya untuk mematikan waktu pada beban dua dan tiga sama seperti

mematikan waktu pada beban satu.

start

Tombol volume (-)

dicrement waktu 10 menit

Y

T

end

Compare waktu 00 menit

Waktu menjadi 60 menit

Y T

Gambar 3.14. Flowchart pengaturan waktu untuk non-aktifan waktu pada beban

Gambar 3.14. menujukkan flowchart pengaturan waktu untuk non-aktifan waktu

pada beban. Jika tombol volume (-) yang dipilih oleh user, maka beban yang dipilih akan

diproses untuk diatur waktu matinya (OFF) setiap penurunan 10 menit sampai perbandingan

waktu maksimal selama 00 menit. Jika waktu yang dipilih kurang dari 00 menit, maka

pengaturan waktu akan kembali menjadi 60 menit. Jika waktu yang dipilih user tidak

kurang dari 00 menit, maka pewaktuan beban akan selesai sampai waktu yang diingikan.

3.3.3

Tampilan Pada LCD

Penggunaan LCD adalah sebagai penampil. Untuk dapat menampilkan beban dan

pewaktuan beban, LCD terlebih dahulu harus diberi inisialisasi. Proses inisialisasi LCD

terdiri dari tiga instruksi yaitu function set, display ON/OFF control dan entry mode set.

Awal proses inisialisasi adalah dengan memberikan logika rendah pada port RS

(62)

kode yang akan digunakan. Instruksi ini disebut fuction set yang bertujuan agar LCD

mengetahui batas instruksi yang dikirimkan berikutnya. Perancangan ini menggunakan

panjang kode sebesar sebesar 4 bit dengan cara memberikan kode 03FH pada LCD.

Display ON/OFF control berfungsi untuk mengaktifkan display dan kursor dengan

memberikan kode 00DH pada LCD. Entry mode set berfungsi untuk mengerakkan kursor,

kode 04H untuk geser kiri dan 006H untuk geser kanan.

Untuk menampilkan karakter ke LCD, RS diberi logika tinggi (RS=’1’) dan R/W

diberi logika rendah (R/W=’0’) terlebih dahulu. Flowchart inisialisasi LCD dapat dilihat

pada Gambar 3.16. Setelah proses inisialisasi, LCD dapat digunakan untuk menampilkan

instruksi dari mikrokontroler. Gambar 3.15 adalah flowchart untuk menampilkan instruksi

dan kode pada LCD. Beban pada baris pertama LCD ditampilkan terlebih dahulu setelah

instruksi dan kode ditampilkan. Setelah itu user memilih beban yang akan ditampilkan dan

mengatur waktu beban yang ingin ditampilkan.

START

END KIRIM DATA 03FH

FUNCTION SET

KIRIM DATA 0DH DISPLAY ON/OFF

CONTROL

KIRIM DATA 004H atau 006 H ENTRY SET

MODE

SET PORT RS (RS=1)

CLEAR PORT R/W R/W=0

TAMPILKAN KARAKTER INSTRUKSI dan DATA

A

A

(63)

start

end Inisialisasi LCD

Tampilkan beban pada baris pertama LCD

Tampilkan waktu untuk beban 2

Tampilkan waktu untuk beban 3

Kembali ke beban 1 Tampilkan waktu untuk

beban 1

Pilih beban ? Beban 2 ? Beban 3 ?

Pilih beban ? Pilih beban ?

Beban 1 ?

Pilih beban ?

Y

T

T

Y

Y

T

T

Y

Y

T

T

Y

T

Y

(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan beberapa pengujian dan pengamatan yang telah diambil, beserta

pembahasannya untuk mengetahui kesesuaian alat yang dibuat dengan perancangan.

Pengujian akan meliputi hasil kerja alat secara keseluruhan.

4.1 Hasil Akhir Perancangan

Dari perakitan perangkat keras dan pemrograman perangkat lunak telah dihasilkan

suatu peralatan yang berfungsi untuk mengendalikan ON/OFF lampu menggunakan remote

control televisi, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. Be

Gambar

Gambar 1.1. Model sistem perancangan
Gambar 2.1. Lebar pulsa dan lebar jeda pada Pulse-Coded Signal [4]
Gambar 2.2. Lebar pulsa dan lebar jeda pada Space-Coded Signal [4]
Gambar 2.4. Lebar header dan kode remote control [4]
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Mengingat kondisi morfologis Indonesia yang rentan terhadap berbagai risiko dan dampak perubahan iklim, Presiden Joko Widodo perlu menegaskan visi mewujudkan ketangguhan iklim

Seseorang pada penelitian ini akan dinyatakan memiliki problematic internet use jika mengalami perubahan mood (menggunakan internet untuk memfasilitasi beberapa perubahan pada

1.. Selain mempunyai beberapa daerah aliran sungai untuk objek wisata, daerah Kabupaten Mandailing Natal ini sangat indah dilalui oleh Bukit Barisan serta pantai

QuickBird adalah citra digital yang mampu menyajikan data dengan resolusi spasial hingga 64 cm, sehingga memungkinkan objek sebesar 64 cm di permukaan dapat

Dan dalam film itu menceritakan bahwa anak-anak yang berada di pedalaman papua yang haus akan pendidikan,buta akan huruf,namun mereka memiliki tekad yang besar untuk memperoleh

jawaban yang paling sesuai dengan keadaan pemimpin anda pada kuisioner I dan keadaan diri. Anda pada kuisioner

a) Penjumlahan 2 + 2 = 4.. Dibaca: tangan kanan buka jari telunjuk dan jari manis, ditambah 2, buka jari manis dan jari kelingking, hasilnya keempat jari terbuka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku perawat dalam memberikan layanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Poli Umum