• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS DI KELAS IX SMP KRISTEN 1 KLATEN DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION GO A ROUND SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS DI KELAS IX SMP KRISTEN 1 KLATEN DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION GO A ROUND SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS DI KELAS IX SMP KRISTEN 1

KLATEN DENGAN METODE KOOPERATIF

MODEL GROUP INVESTIGATION GO A ROUND

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Istiningtyas Sri Mumpuni 011424006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kehidupan telah mengajarkan hal ini kepadaku, yaitu bahwa MASA LALU sudah lewat…Hanya Tuhan dengan belas kasihNya yang tahu, bagaimana Dia harus memperlakukannya. Sedangkan MASA DEPAN belum datang…Juga hanya Tuhan yang tahu, bagaimana Dia hendak merencanakan dan menyelenggarakannya. Yang kutahu dan kupunya hanyalah hari ini…Maka tinggallah bagiku memusatkan diri menghidupi MASA KINI dengan pemberian diri dan kegembiraan. Sederhana tetapi tidaklah mudah…Tetapi aku yakin sepenuhnya bahwa bersama-sama dengan Tuhan, maka segala sesuatunya akan selesai tepat pada waktunya.

Kupersembahkan karya ini bagi: Yesus penyemangat hidupku

Bapak yang ku kasihi

Bundaku yang kukasihi

Adikku dessy yang kusayangngi

Seluruh Keluarga t ercint a

K eluarga besar SM P Krist en 1

K lat en

(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Istiningtyas Sri Mumpuni, 2011. PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS DI KELAS IX SMP KRISTEN 1 KLATEN DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION GO A ROUND. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pembelajaran dengan metode kooperatif learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran khususnya fisika. Dalam materi, Listrik Dinamis pada siswa kelas IX sangat terbantu dalam memahami materi dengan menggunakan metode kooperatif learning model Group Investigation Go a Round. Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui hubungan aktivitas siswa dalam pembelajaran metode kooperatif dengan perubahan pemahaman siswa; 2. Melihat hubungan aktivitas siswa dalam pembelajaran metode kooperatif dengan perubahan pemahaman siswa; 3. Mengetahui minat siswa dalam mengikuti pelajaran fisika dengan menggunakan metode kooperatif; 4. Mengetahui apakah pembelajaran dengan metode kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar fisika yang meliputi hasil, proses, dan sikap. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Instrument yang digunakan didalamnya berupa observasi, tes tertulis dengan pretest dan posttest yang berhubungan dengan listrik dinamis. Sedangkan untuk mengetahui hubungan aktivitas siswa menggunakan rekaman film disaat siswa melakukan percobaan dalam kelompok.

(7)

vii

ABSTRACT

Istiningtyas Sri Mumpuni, 2011. THE DYNAMIC ELECTRICITY LEARNING AT GRADE IX SMP KRISTWN 1 KLATEN BY USING COOPERATIVE LEARNING METHOD INVESTIGATION GO A ROUND MODEL. Fisic Education Study Program, Departement Of Mathematics and science Education, Faculty Of Teachers Training And Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta

Learning with cooperative learning method is one of the methods of learning that can help students understand the lesson, especially in physics. In material, the dynamic electricity at students class IX, the students are very helped to understand the material using the cooperative learning method in Investigation Group Go A Round model. The aim of this research is to 1. Know the relationship between the students activity by using cooperative learning method and changes the students’ understanding; 2. To see the relationship between the students activity by using cooperative learning method and changes the students’ understanding; 3. To know the students’ interest in participating in the physics lesson using cooperative learning method; 4. To know whether learning by using cooperative learning method can improve the students’ learning achievements of physics lesson that includes the results, processes, and attitudes.

This research included in qualitative research. The instruments used in the form of observation, written test with pretest and posttest in relation with the dynamic electricity. While, to know the relationship of the students’ activity uses film record when the students did the experiment in a group.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kebesaran kasih dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembelajaran Listrik Dinamis di Kelas IX SMP Kristen 1 Klaten Dengan Metode Kooperatif Model Group Investigation Go a Round”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan

tinggi dengan jenjang pendidikan strata satu.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak terbantu dengan bimbingan, kesempatan, sarana, fasilitas, dan dukungan spiritual yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk Drs.T.Sarkim,M.Ed.,Ph.D selaku Dosen Pembimbing, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan sejak awal penyusunan skripsi, penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Seluruh Dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya Bpk Aloysius Sugeng yang telah mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa JPMIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(10)

x

4. Adikku Desy Tri Astuti atas perhatian, dukungan dan doanya.

5. Sahabat-Sahabatku terkasih: Fransisca Desy, Sapto Purnomo, Yanti, dan Ida atas kekompakkan, persaudaraan yang terbangun dalam persahabatan yang indah.

6. Teman-temanku Pendidikan Fisika Angkatan 2001 yang melewati hari-hari penuh tantangan, saling memotivasi satu sama lain. Untuk semua itu, meskipun tidak akan pernah terulang, namun tetap akan menjadi kenangan.

7. Siswa-siswi Kelas IX B SMP Kristen 1 Klaten atas kesediaannya menjadi partisipan dan kerjasama yang baik.

Karya ini masih jauh dari sempurna. Menyadari hal itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan sains.

Yogyakarta, September 2011

(11)

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHANAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... . vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tinjauan Pustaka ... 4

1. Pembelajaran yang efektif ... . 4

2. Minat belajar siswa ... 5

3. Interaksi dalam proses pembelajaran ... 8

4. Prestasi belajar siswa ... 12

5. Pengertian metode kooperatif ... 13

1. Jenis – jenis metode kooperatif ... 15

2. Karakter dan unsur – unsur penting metode kooperatif ... 19

(12)

xii

6. Metode kooeratif learning model Group Investigation Go a Round .. 23

7. Filsafat Konstruktivisme ... 25

8. Konstruktivisme sosial ... 26

9. Teori perubahan konsep ... 27

10. Metode esperimen ... 28

C. Perumusan Masalah ... 32

D. Pembatasan Masalah ... 32

E. Tujuan Penelitian ... 33

F. Manfaat Penelitian ... 33

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

B. Subyek Penelitian ... 35

C. Jenis Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Desain Pembelajaran ... 36

F. Desain Penelitian ... 38

G. Instrument Penelitian ... 38

H. Metode Analisa ... 39

BAB III. DATA DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Pelaksanana Penelitian ... 41

B. Data dan Pembahasan ... 41

(13)

xiii

2. Pretest ... 43

3. Percobaan ... 44

4. Posttest ... 45

5. Analisa soal ... 47

1. Pre test ... 47

2. Post test ... 51

6. Rekaman Aktivitas Siswa Kelas IX B ... 56

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 66

1. Listrik Dinamis ... 67

A. Pengertian Arus Listrik ... 67

B. Hukum Ohm ... 67

C. Hambatan Penghantar ... 68

D. Rangkaian Penghambat ... 71

2. Peta Konsep ... 74

3. Instrument Observasi ... 75

4. Soal pre test ... 77

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini semakin pesat sehingga sumber daya manusia sangat dibutuhkan khususnya dalam penguasaan keterampilan dalam bidang IPA dengan metode pembelajaran yang tepat, maka dapat membantu anak dalam proses belajar. Dalam hal ini masyarakat menyadari pentingnya pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang penting dan utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Namun sekarang kualitas dan mutu pembelajaran di sekolah masih kurang baik, hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian di salah satu sekolah dasar di Klaten. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang baiknya kualitas dan mutu pembelajaran di sekolah antara lain minimnya fasilitas, sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang diperhatikan serta metode pembelajarannya yang monoton, sehingga membuat siswa merasa bosan dan pencapaian hasil belajar siswa pun masih dibawah. Kemudian kalau dilihat dari segi minat, siswa cenderung kurang senang bahkan ada yang menganggap pelajaran fisika itu sulit serta pembelajaran yang disampaikan oleh guru terkesan menegangkan sehingga siswa mempunyai anggapan pelajaran fisika itu sukar dan membosankan.

Dengan demikian perlu metode pembelajaran yang sesuai yaitu mengupayakan terciptanya situasi pembelajaran yang menyenangkan sehingga

(15)

siswa dapat menerima dan mamahami pelajaran dengan baik. Dalam hal ini siswa yang aktif dan guru hanya sebagai fasilitator, sehingga akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran pun tercapai. Tujuan pembelajaran IPA (Suparno Paul, 1999:36) adalah :

1. Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar.

3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar.

4. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

5. Sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, tanggung jawab, bekerjasama dan mandiri.

(16)

pelajaran, dan dapat meningkatkan prestasi siswa, karena dalam pembelajaran dengan metode kooperatif siswa dapat menjalin interaksi dan bekerjasama dengan anggota kelompoknya untuk bertukar pendapat dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan adanya interaksi dan adanya kerjasama antar anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu masalah maka akan membantu siswa meningkatkan pemahaman suatu konsen dalam materi pembelajaran.

(17)

B. TINJAUAN PUSTAKA

B.1. Pembelajaran yang Efektif

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan dapat diartikan sebagai penciptaan situasi, kondisi dan kemudahan, memberi pengarahan dan bimbingan yang mengantar siswa melakukan sederetan proses secara berkesinambungan untuk membangun sendiri konsep dan mendefinisikan ( Budi Kartika , 1998:169). Menurut teori konstruktivisme belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya (Suparno Paul, 2000:16), sedangkan mengajar bukan merupakan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuan (Suparno Paul, 1997: 65).

Menurut Elis (1986), efektivitas mengacu pada proses dan hasil. Bila dilihat dari proses, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengacu pada :

1. Ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan kurikulum yang sudah ditetapkan.

2. Cukup banyak tugas-tugas yang harus dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa.

3. Tugas yang diberikan lebih banyak yang digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan.

(18)

5. Pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara berkesinambungan.

6. Memberi tanggung jawab yang lebih besar pada siswa untuk tugas yang dikerjakan.

Efektivitas proses dapat dilihat selama kegiatan pembelajaran yaitu bagaimana siswa terlibat aktif dalam berbagai aspek keterlibatan tertentu sebagai contoh siswa menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan membantu serta memperhatikan guru melakukan percobaan (Budi Kartika, 2001:25).

Bila dilihat dari hasil, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan siswa dengan prestasi akademik yang tinggi. Suatu pembelajaran dikatakan efektif bila apa yang dikerjakan selama proses pembelajaran benar, yaitu apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya harus sesuai dengan hakikat pembelajaran, materi dan tujuannya (Budi Kartika, 2001:24)

B.2. Minat Belajar Siswa

(19)

Menurut Winkel (1983) minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap dalam diri untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanisfestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

Minat adalah suatu rasa yang lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau suatu aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri sendiri. Semakin kuat dan semakin dekat hubungan tersebut akan semakin besar minatnya (Slameto, 1988).

Minat berhubungan dengan perasaan. Perasaan merupakan faktor psikis yang non intelektual yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar. Melalui perasaannya siswa mangarahkan penilaian yang agak spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajar di sekolah. Perasaan senang akan menimbulkan senang yang diperkuat dengan sikap positif.

(20)

1. Membina hubungan yang akrab dengan siswa, namun tetap menjaga kewibawaan dan tidak berkelakuan seperti remaja.

2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu rumit dan tidak terlalu mudah.

3. Menggunakan alat-alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran untuk menunjang proses belajar.

4. Cara mengajar bervariasi.

Minat mempunyai arti bahwa suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti dari situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada sesuatu, sehingga merasa ada kepentingan dengan sesuatu tersebut. Menurut Benard, minat tidak timbul secara spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada saat belajar atau bekerja (Sardiman, 1996). Minat dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut (Sardiman, 1996) :

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

(21)

B.3. Interaksi Dalam Proses Pembelajaran

Makhluk hidup untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu akan melakukan interaksi dengan makhluk hidup yang lain. Agar proses interaksi dapat berjalan dengan baik maka diperlukan komunikasi dengan sesama, karena dinamika kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain bersumber pada komunikasi.

Komunikasi berasal dari kata “communicare” yang artinya berpartisipasi, memberitahu, menjadi milik bersama. Komunikasi diartikan sebagai berita atau pengetahuan, dimana maksud dari berita tersebut dapat meningkatkan partisipasi bagi yang mendengarkan atau mengerti, sehingga berita tersebut menjadi milik bersama. Jadi tujuan dari komunikasi dan interaksi tersebut adalah mancapai pengertian bersama, dan kemudian mencapai persetujuan mengenai suatu pokok atau masalah yang merupakan kepentingan bersama (Sardiman, 1986:8).

(22)

Ciri-ciri interaksi konstruksional adalah sebagai berikut (Sardiman, 1986:17) :

1. Interaksi instruksional mempunyai tujuan, yakni untuk membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu,

2. ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

3. interaksi instruksional ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus,

4. ditandai dengan adanya aktivitas siswa,

5. dalam interaksi instruksional guru berperan sebagai pembimbing, 6. dalam interaksi instruksional membutuhkan disiplin,

7. ada batas waktu.

Secara garis besar ada tiga macam pola interaksi dalam proses pembelajaran, yaitu :

1. Pola Guru-guru

(23)

2. Pola Guru-siswa dan siswa-guru

Pola ini dapat terjadi dengan baik bila siswa maupun guru memberi respon yang baik dan saling mereaksikan setiap pertanyaan maupun pernyataan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pertanyaan maupun pernyataan yang diungkapkan saat pembelajaran mudah dipahami, baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan yang diungkapkan oleh guru kepada siswa merangsang siswa untuk berpikir dan menemukan jawabannya. Pada pola ini setiap memasuki materi pelajaran baru didahului dengan tanya jawab terlebih dahulu. Media yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dan tepat dengan materi yang disampaikan. Untuk membantu siswa agar mampu merespon pertanyaan maupun pernyataan dari guru maupun dari siswa lain, hendaknya saat menyampaikan informasi disampaikan dengan jelas dan tepat.

3. Pola siswa-siswa

Untuk menciptakan interaksi siswa-siswa sebaiknya metode yang digunakan adalah metode kelompok atau metode diskusi. Jenis pertanyaan yang digunakan sebaiknya bersifat meluas agar lebih banyak diungkapkan saat proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat mengundang interaksi siswa-siswa.

(24)

interaksi instruksional yang mendukung proses pembelajaran. Interaksi instruksional adalah interaksi yang disengaja, sadar tujuan yakni untuk menghantarkan anak didik ketingkat kedewasaan (Sardiman, 1986:18).

Untuk medukung tercapainya interaksi instruksional dalam proses pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah:

1. Saat menyampaikan informasi kepada siswa hendaknya disampaikan secara jelas dan tepat.

2. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa dapat merangsang siswa untuk berfikir kritis.

3. Dalam proses pembelajaran jangan mendominasi pelajaran dengan ceramah, menulis di papan tulis terus menerus dan mendikte siswa sampai akhir jam pelajaran, tanpa ada pertanyaan yang diberikan kepada siswa.

4. Menggunakan media yang sesuai untuk menyampaikan materi pelajaran dan merangsang keaktifan belajar siswa di dalam kelas.

5. Melibatkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi saat pelajaran berlangsung, sehingga siswa akan terlibat aktif didalamnya. 6. Memberikan respon-respon dan reaksi yang menguatkan dan

(25)

B.4. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam atau setelah mengikuti kegiatan belajar dalam periode dan materi tertentu. Keberhasilan siswa menunjukkan kualitas dan kuantitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Kuantitas berkaitan dengan jumlah siswa yang berhasil dalam ulangan, sedangkan kualitas berkaitan dengan mutu keberhasilannya. Siswa dikatakan mempunyai prestasi belajar yang tinggi bila banyak tujuan yang dicapai. Indikator-indikator yang menunjukkan siswa mempunyai prestasi belajar tinggi, dapat diketahui dari aspek ingatan, aspek pemahaman, aspek penerapan, dan analisis sintesis.

Aspek ingatan ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa mampu mengingat kembali materi pelajarn, mampu mendefinisikan dan mengungkapkan kembali suatu pernyataan, konsep atau hokum yang telah dipelajari. Aspek pemahaman ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa mampu memahami materi dengan membedakan pernyataan, maupun mengklasifikasikan materi pembelajaran. Aspek penerapan ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa mampu menerapkan hukum dalam soal. Aspek analisis sintesis ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa mampu menggunakan hukum dengan tepat, mendatanya dan menentukan langkah-langkah penyelesaian soal.

(26)

yaitu ulangan, skoring, dan pemrosesan skor menjadi nilai. Skor adalah angka yang menyatakan tingkat kebenaran jawaban siswa dalam ulangan. Perbedaan skor dengan nilai yaitu skor lebih mengacu pada penguasaan bahan yang diuji cobakan, sedangkan nilai mengacu pada penguasaan seluruh materi yang dipelajari. Agar nilai sungguh-sungguh menunjukkan pemahaman atau penguasaan materi yang dipelajari maka kualitas alat evaluasi yaitu soal-soal ujian mewakili seluruh materi yang dipelajari dan soal soal ujian mewakili unsur terpenting dalam pokok bahasan.

B.5. Pengertian Metode Kooperatif

Metode kooperatif merupakan konsep atau gambaran dari metode pembelajaran kelompok (group learning). Metode kooperatif adalah sebuah metode pembelajaran yang menekankan pada unsur-unsur kerjasama pada diri siswa untuk membangun pemahaman dalam kelompok pada suatu pembelajaran. Dengan metode kooperatif maka terjadi interaksi dan kerjasama dengan lingkungan. Metode kooperatif dikembangkan dalam pembelajaran karena banyak anggapan bahwa kemampuan kognitif setiap individu dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk interaksi sosial. Menurut Johson dan Johson (1994, 1997) metode kooperatif adalah metode belajar dengan cara bekerjasama antar siswa dalam suatu kelompok kecil untuk mencapai tujuan belajar.

(27)

tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran.

Metode kooperatif menuntut peran serta dari setiap anggota kelompoknya untuk aktif bertukar ide sehingga meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Metode kooperatif banyak memberi keuntungan pada siswa antara lain membantu menambah pemahaman siswa dalam materi pelajaran dan dapat meningkatkan prestasi siswa karena adanya interaksi dan kerja sama dengan siswa lain untuk bertukar pendapat dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Scoot (1995) metode kooperatif bertujuan untuk mencapai: 1) peningkatan prestasi, 2) penerimaan perbedaan teman, 3) interaksi yang efektif, 4) perkembangan sosial siswa. Sedangkan menurut King dkk (1991) metode kooperatif dapat: 1) menstimulasi perkembangan kognitif, 2) meningkatkan prestasi belajar, 3) meningkatkan hubungan sosial, 4) meningkatkan harga diri. Tujuan metode kooperatif untuk mencapai interaksi yang efektif dapat terwujud dengan adanya diskusi antar anggota kelompok yang membuat siswa saling berkomunikasi. Tetapi interaksi dengan jumlah siswa yang terlalu banyak, misalnya dalam satu kelas akan mempersulit siswa berinteraksi secara baik dan optimal. Hal itu disebabkan karena:

(28)

3) Ada siswa yang merasa kurang mampu dalam pelajaran sehingga sisa merasa takut dan tidak percaya diri.

Untuk mengatasi hal itu maka dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif perlu ditekankan dalam setiap kelompok bahwa belajar dalam kelompok bukan merupakan tempat untuk saling membantai atau saling menjatuhkan, melainkan untuk saling bertukar pendapat dalam memecahkan masalah. Dengan pengarahan itu siswa yang merasa kurang mampu dan kurang percaya diri tidak merasa takut.

B.5.1. Jenis – jenis Metode Kooperatif

Beberapa model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam model kooperatif ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu :

a. Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 – 5 siswa. b. Guru menyajikan pelajaran

c. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan dalam kelompok. Anggota kelompok yang mengetahi kawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok yang lain.

d. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan dengan tidak saling membantu.

(29)

2. Jigsaw (Model Team Ahli)

Dalam model Jigsaw (model team Ahli) ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran, yaitu :

a. Siswa dibagi kelompok dengan beranggotakan 4 – 5 siswa. b. Tiap siswa dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda. c. Anggota kelompok yang berbeda dengan penugasan yang sama

membentuk kelompok baru (kelompok ahli)

d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang mareti yang diberikan sesuai dengan hasi diskusi dengan kelompok ahli. e. Pembahasan materi.

3. Group Investigation Go a Round

Langkah – langkah yang harus dilakukan dahulu dalam model Group Investigation Go a Round adalah :

a. Membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa. b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analisis.

c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dalam kelompoknya dengan cara bertukar pendapat dalam diskusi kelompok.

(30)

4. Think Pair and Share

Langkah – langkah dalam model Think Pair and Share adalah : a. Guru menyampaikan inti materi

b. Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi / permasalahan yang disampaikan guru.

c. Guru memimpin dalam pembahasan permasalahan dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

d. Dengan bedasarkan hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi yang belum diungkap siswa.

e. Guru membantu menarik kesimpulan dari materi yang diberikan.

5. Make a Match (membuat Pasangan)

Pada metode Make a Match (membuat pasangan), perlu langkah – langkah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal pada sisi yang lain dan kartu yang lain pada sisi yang satunya diisi jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban).

(31)

e. Setelah satu babak selesai, kartu dapat dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya sampai diperkirakan tiap siswa memdapatkan 3 soal yang berbeda atau 3 jawaban yang berbeda.

f. Guru membantu menarik kesimpulan dari materi yang disampaikan.

Dari lima model pembelajaran cooperative yang ada, penulis menggunakan model Group Investigation Go a Round. Dengan menggunakan model Group Investigation Go a Round ini, peneliti dapat melakukan pembelajaran dengan metode kooperatif learning yang dikolaborasi dengan metode eksperimen dimana siswa diminta berdiskusi dengan melakukan eksperimen serta memecahkan masalah dalam ekperimen yang berhubungan dengan materi yang diberikan.

(32)

B.5.2. Karakter dan Unsur-Unsur Penting Metode Kooperatif

1. Karakter metode kooperatif

Ada karakteristik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran dengan metode kooperatif (Fajar Santoadi, 2005) yaitu:

a. Tumbuh kembang bersama

Pertumbuhan dan perkembangan kemampuan setiap anak didik atau siswa (akademik, intelektual maupun kualitas pribadi yang lain) terjadi karena hubungan antar pribadi yang berkualitas.

b. Belajar dalam pengalaman berbagi

Contoh bentuk kongkrit aktivitas belajar dan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar antara lain sharing, diskusi, tugas kelompok, dan presentasi. Belajar dan pembelajaran dengan sharing, diskusi, tugas kelompok, dan presentasi adalah merupakan pengalaman belajar aktif karena dalam hal ini siswa dapat menjadi lebih aktif dalam menyelesaikan suatu masalah karena mereka saling berbagi pengalaman atau bertukar pendapat dengan anggota kelompok yang lain.

(33)

2. Unsur-unsur penting dalam metode kooperatif

Agar dapat memperoleh manfaat yang diharapkan ada lima unsur penting dalam metode kooperatif yaitu meliputi (Johson dan Johson ; 1997):

a. Keterampilan kognitif b. Interaksi langsung c. Rasa tanggung jawab d. Keterampilan sosial e. Tanggung jawab

Dalam proses pembelajaran kognitif, guru menjadi fasilitator bagi siswa dalam belajar. Selain sebagai fasilitator guru juga harus dapat menghidupkan suasana agar siswa tidak cepat merasa bosan dengan cara sering berinteraksi dengan siswa, sebagai contoh memberikan pertanyaan pada siswa.

Sedangkan menurut Lundgren (Sukarmin, 2002), unsur – unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar kooperatif learning lebih efektif adalah sebagai berikut :

(34)

b. Para siswa harus perpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.

c. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.

d. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

e. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

B.5.3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Kooperatif

1. Keunggulan metode kooperatif

a. Metode kooperatif dapat membantu memotivasi belajar siswa dan mengaktifkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Metode kooperatif dapat membentu siswa lebih cepat memahami materi pelajaran sehingga prestasi belajar meningkat.

(35)

2. Kelemahan metode kooperatif

Kelemahan-kelemahan metode kooperatif adalah:

a. Apabila guru tidak merencanakan dengan baik, dimana setiap anggota kelompok aktif berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok, maka kerjasama tidak akan berjalan dengan baik.

b. Apabila kerjasama dalam kelompok tidak berjalan dengan baik, maka metode kooperatif akan disalahgunakan siswa untuk menjadi lebih bebas, dan hanya ada beberapa anggota kelompok saja yang benar-benar memecahkan materi pelajaran untuk kelompoknya.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut maka diperlukan perencanaan ynag matang yaitu antara lain :

1. Guru merencanakan tugas dengan baik yaitu dengan membuat lembar kegiatan siswa (LKS) untu memperlancar dan mempermudah siswa memahami materi.

2. Permasalahan yang akan dipecahkan dalam kelompok merupakan tanggung jawab bersama dengan menyuruh siswa membuat laporan secara individu.

(36)

B.6. Metode Kooperatif Learning Model Group Investigation Go a Round

Metode kooperatif learning model Investigation Go a Round merupakan salah satu metode kooperatif learning yang langkah-langkah pembelajarannya cukup kompleks dalam pelaksanaannya. Metode ini melibatkan siswa mulai dari perencanaan sampai pada akhir pembelajaran.

Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok. Pendidik atau guru yang menggunakan metode investigation go a round awalnya membagi kelas dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang dengan pembagian secara acak tanpa memperhatikan kemampuan akademik siswa maupun gender ( jenis kelamin ).

Guru dan siswa bersama-sama memilih topik yang akan dipelajari. Siswa melakukan investigasi atau penelitian terhadap topik yang sudah ditentukan, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan hasil investigasi atau penelitian secara keseluruhan. Adapun langkah – langkah penggunaan motode kooperatif learning model Group Investigation Go a Round :

(37)

Kedua, siswa yang sudah masuk dalam kelompok bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar, tugas dan tujuan sesuai topik yang sudah ditentukan.

Ketiga, implementasi. Siswa bersama kelompoknya melakukan percobaan. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong siswa untuk menggunakan berbagai alat dan bahan yang sudah disiapkan dan juga menggunakan sumber yang ada di sekolah. Guru selalu mendampingi siswa dan membantu siswa jika dalam kelompok itu atau pada siswa memerlukan bantuan.

Keempat, analisis. Siswa menganalisis hasil dan data yang sudah diperoleh pada saat melakukan percobaan atau penelitian dan merencakan pembuatan laporan percobaan atau penelitian untuk dipresentasikan didepan kelas.

Kelima, penyajian hasil akhir. Penyajian hasil akhir bisa dibuat seperti laporan kegiatan untuk dipresentasikan di depan kelas. Presentasi dilakukan untuk membantu siswa belajar berbicara didepan umum dan juga agar semua siswa ikut terlibat. Presentasi dikoordinir oleh guru.

Keenam. evaluasi. Kegiatan akhir dari metode kooperatif learning model group investigasi go a round adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui

(38)

B.7. Filsafat Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Van Glasersfeld dalam Betten Court, 1989 dan Matthews, 1994). Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan yang dibentuk bukan merupakan tiruan dari kenyataan yang ada di dunia. Karena pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi (bentukan) maka pengetahuan tidak dapat dipindahkan (ditransfer) begitu saja dari otak seseorang ke otak orang lain.

(39)

ini tidak hanya sekedar memasukkan konsep baru, tetapi memunculkan skemata baru. Dengan melalui ketiga tahap tersebut pengetahuan seseorang yang sudah dibentuk akan terus mengalami perkembangan.

Tahap asimilasi dan akomodasi dapat terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan dalam pikiran manusia. Akibat adanya ketidakseimbangan itu mereka berusaha untuk menyeimbangkannya dengan melakukan asimilasi atau akomodasi. Dengan melakukan salah satu proses yang sesuai tersebut maka pikiran mereka akan seimbang kembali (Suparno Paul. 1997:32).

B.8. Konstruktivisme Sosial

(40)

merupakan tempat yang mendukung dalam pembentukan pengetahuan (Suparno Paul, 1997:47 - 48). Jadi pengetahuan yang dibangun seseorang tidak hanya dihasilkan melalui pengamatan dan oleh pikirannya sendiri tetapi juga melalui komunikasi dengan komunitasnya.

B.9. Teori Perubahan Konsep

Perubahan konsep dapat berupa melengkapi pengetahuan (konsep) yang telah ada atau mengkonstruksikan pengetahuan baru. Melengkapi pengetahuan yang telah ada berarti perubahan konsep yang telah dimiliki dengan konsep yang baru. Sehingga dengan proses itu siswa mempunyai konsep baru.

Sejalan dengan teori konstruktivisme, dalam proses belajar ada proses perubahan konsep yang terjadi dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah asimilasi, pada tahap ini siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk menghadapai masalah baru. Siswa berusaha untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi dengan pengetahuan yang mereka hadapi. Tahap kedua disebut akomodasi, dimana pada tahap ini siswa merubah konsepnya untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Karena konsep yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan masalah yang siswa hadapi maka diperlukan beberapa kondisi dan syarat agar terjadi akomodasi, yaitu:

(41)

2. Konsep yang baru harus dapat dimengerti, tasional, dan dapat memecahkan persoalan atau fenomena yang baru.

3. Konsep yang baru harus masuk akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan yang terdahulu, dan dapat konsisten dengan teori-teori atau pengetahuan yang sudah ada.

4. Konsep baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan penemuan yang baru (Suparno Paul, 1997:50)

Ada dua perubahan konsep yaitu perubahan konsep kuat dan perubahan konsep lemah. Perubahan konsep kuat apabila siswa mengubah konsep lama (yang telah ada) menjadi konsep baru, sedangkan perubahan konsep lemah apabila siswa tidak mengubah konsep yang telah ada, melainkan hanya memperluasnya. Banyak guru dan peneliti yang menggunakan atau menerapkan strategi mengajar yang mempercepat terjadinya perubahan konsep. Guru atau peneliti menekankan pada siswa agar siswa dibiasakan mempertanyakan keyakinan dan konsep yang dimilikinya. Guru atau peneliti membuat strategi yang membuat ketidakseimbangan dalam pikiran siswa, sehingga menimbulkan suatu masalah dalam pikiran siswa yang membuat siswa tertantang untuk mengubah konsep yang telah ada (Dykstra dkk dalam Suparno Paul, 1997:52).

B.10. Metode Eksperimen

(42)

itu sendiri, meskipun tidak baru bagi orang lain) atau untuk mengetahui apa yang terjadi kalau diadakan Sesuatu proses tertentu ( Sujanti 1999:15). Menurut Sund (1973:160-161) dan Vaidya (1976:139) dalam Budi Kartika (2001:48) eksperimen adalah percobaan yang dilakukan untuk memeperoleh data, sehingga proses analisa dan kesimpulan dapat berlangsung. Dalam eksperimen siswa melakukan percobaan sendiri baik secara kelompok maupun secara individu. Eksperimen terdiri kegiatan observasi yang dirancang untuk mengamati fenomena alam tertentu dengan kondisi tertentu (Asan Damanik, 2000:105 dalam Marina Rinawati, 2002:19).

Dari beberapa pengertian eksperimen diatas dapat disimpulkan bahwa eksperimen adalah suatu cara memeperoleh pengetahuan dan keterampilan dengan melakukan kegiatan mengamati, mengumpulkan data, menganalisa dan menyimpulkan data. Dalam eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta yang ingin diketahuinya dengan melakukan kegiatan eksperimen sendiri maupun secara kelompok. Eksperimen menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri oleh siswa, mencari sendiri dan menemukan sendiri.

(43)

pembuatan alat sederhana, (5) merangsang daya berfikir kritis melalui penafsiran data hasil eksperimen, (6) melatih untuk bekerja tekun dan cermat serta berfikir jujur, sistematis dan rasional (DEPDIKBUD, 1999). Eksperimen dapat berfungsi sebagai motivasi siswa, dapat mengaitkan teori dengan peristiwa yang terjadi di linkungan.

Menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:78) eksperimen mempunyai keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulannya adalah : 1. Siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan untuk mengumpulkan

informasi, fakta, dan data yang diperlukan melalui eksperimen yang dilakukan.

2. Siswa mendapat kesempatan untuk melakukan pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep dan menguji kebenaran suatu hipotesa.

3. Siswa menjadi terampil menggunakan alat. 4. Siswa terlatih untuk berfikir dan bersikap ilmiah.

5. Siswa semakin mempercayai konsep yang telah dicobanya sendiri. Sedangkan kelemahan dari eksperimen adalah :

1. Memerlukan waktu secara khusus karena eksperimen membutuhkan waktu cukup lama.

(44)

3. Kurangnya pengalaman siswa maupun guru dalam melaksanakan eksperimen, akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam melakukan eksperimen.

4. Kegagalan dalam eksperimen akan mengakibatkan salahnya penerimaan informasi bagi siswa.

(45)

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh aktivitas pembelajaran dengan metode kooperatif model Group Investigation Go a Round terhadap pemahaman siswa.

2. Apakah pembelajaran dengan metode kooperatif model Group Investigation Go a Round dalam pembelajaran fisika meningkatkan minat siswa dalam belajar.

D. PEMBATASAN MASALAH

Penulis membatasi masalah pada beberapa masalah dan didefinisikan sebagai berikut :

1. Hubungan aktivitas pembelajaran metode kooperatif dengan perubahan pemahaman siswa dibatasi pada aktivitas yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

(46)

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melihat hubungan aktivitas siswa dalam pembelajaran metode kooperatif dengan perubahan pemahaman siswa.

2. Mengetahui sejauh mana minat siswa dalam mengikuti pelajaran fisika dengan menggunakan metode kooperatif.

3. Mengetahui apakah pembelajaran dengan metode kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar fisika yang meliputi hasil, proses, dan sikap.

F. MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi peneliti

Menambah pengalaman dalam proses pembelajaran serta mempraktikkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah yang nanti akan digunakan untuk memperluas pengetahuan.

2. Bagi guru dan calon guru

(47)

3. Bagi siswa

(48)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMP KRISTEN I KLATEN 2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Oktober 2007, dengan tahap penelitian sebagai berikut:

a. Observasi dilaksanakan pada bulan Juli 2007 selama satu minggu mulai dari tanggal 23 Juli 2007 sampai dengan tanggal 30 Juli 2007.

b. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2007 sampai dengan 12 September 2007.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini berjumlah 36 siswa dari jumlah keseluruhan 75 siswa kelas IX SMP KRISTEN I KLATEN. Kelas yang dipakai untuk mengambil data adalah kelas IX B dengan rincian jumlah siswa laki-laki 13 orang dan perempuan 23 orang. Kelas ini dipilih sebagai subyek penelitian karena kelas inilah yang diberikan dari pihak sekolah. SMP KRISTEN I KLATEN dipilih karena peneliti mengenal lingkungan sekolah tersebut. Faktor ini mempermudah peneliti untuk mendapatkan ijin untuk penelitian dan membantu memperlancar komunikasi peneliti dengan pihak sekolah. Komunikasi yang lancar antara peneliti siswa dan lingkungan sangat penting dalam penelitian ini.

(49)

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk melihat dan mengerti gambaran umum apa yang terjadi dalam keadaan yang ada (Suparno Paul, 2000:8). Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen lapangan dimana penelitian dilaksanakan saat siswa mengikuti pelajaran fisika yang sebelumnya dilakukan pretest terlebih dahulu.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas : metode kooperatif yang menekankan kelompoknya mencapai tujuan belajar

Variabel tak bebas : nilai pre-test dan pos-test interaksi siswa dalam kelompok dan cara pemecahan masalah.

E. Desain Pembelajaran

Untuk membantu kelancaran proses pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif learning model Group Investigation Go a Round, maka diperlukan tahap – tahap persiapan sebagai berikut :

Tahap 1 : Pemilihan Topik yang akan dipelajari

(50)

Jumlah siswa dalam kelompok adalah 4 siswa. Pembagian kelompok dilakukan tanpa melihat gender dan kemampuan akademik siswa, maupun tingkat sosial siswa. Guru meminta siswa memilih sendiri teman dalam kelompok yang menurut siswa nyaman untuk diajak dalam kerja kelompok dan berdiskusi. Tahap 3 : Implementasi

Setelah siswa masuk dalam kelompoknya dengan duduk berhadapan, guru membagi lembar percobaan yang harus dilakukan dan dikerjakan siswa sesuai. Bersama kelompoknya siswa melakukan percobaan dengan menggunakan alat yang sudah disiapkan. Dalam melakukan percobaan terlihat keaktifan siswa dalam memecahkan masalah yang ada. Selama siswa melakukan percobaan dalam kelompok, guru berkeliling mengawasi kegiatan siswa dalam kelompok dan membantu jika ada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. Diharapkan siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan masalah.

Tahap 4 : Analisis

Setelah selesai melakukan percobaan, siswa menganalisis dan membahas hasil dan data yang sudah diperoleh dalam percobaan. Siswa bersama dengan kelompoknya berdiskusi bersama untuk rencana pembuatan laporan percobaan. Tahap 5 : Penyajian hasil akhir

(51)

Setelah siswa menyelesaikan percobaan dan memecahkan semua masalah dengan berdiskusi dalam kelompok, guru mengevaluasi siswa. Evaluasi dilakukan secara kelompok dan berdiskusi dengan post-test untuk mengetahui kemampuan siswa dalam topik yang sudah dipelajari.

F. Disain Penelitian

Dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah :

1. Peneliti bersama dengan siswa menentukan topik yang akan dipelajari dan diteliti.

2. Peneliti mengadakan pretest untuk siswa yang dikerjakan secara kelompok dengan diskusi kelompok. Pretes dilaksanakan setelah penentuan topik sebelum siswa melakukan percobaan.

3. Peneliti melakukan pembelajaran dengan metode kooperatif model Group Investigation Go a Round.

4. Peneliti mengadakan postest dengan memberikan beberapa permasalahan dan soal yang harus diselesaikan secara kelompok dan berdiskusi.

G. Instrumen Penelitian

Instrument yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

(52)

tiap kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan dengan memberi lembar pengamatan untuk diisi hasil pengamatannya.

2. Tes pretest

Pretest diberikan pada siswa sebelum materi disampaikan untuk mengetahui konsep dan pengetahuan awal siswa dalam materi itu.

3. Tes Postes

Postest diberikan pada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sudah disampaikan dan sekaligus untuk mengetahui hasil belajar siswa.

H. Metode Analisa

Metode yang digunakan dalam menganalisa data adalah : 1. Hasil observasi

Berdasarkan lembar pengamatan yang telah diisi dan hasil foto maka dapat dilihat dan diketahui interaksi antar anggota kelompok dalam memecahkan masalah maupun dalam melakukan percobaan.

2. Hasil tes pre-test dan pos-test

(53)
(54)

BAB III

DATA DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Ijin untuk penelitian dikeluarkan pada tanggal 12 Juli 2007 oleh kepala sekolah SMP Kristen 1 Klaten. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai tanggal 23 Juli 2007 sampai dengan 12 September 2007. dalam kurun waktu tiga bulan itulah digunakan untuk penelitian untuk mengetahui Interaksi siswa dan kerjasama siswa dalam menyelesaikan soal maupun eksperimen tentang Listrik Dinamis. Berikut rangkaian kegiatan yang dilakukan selama penelitian:

Observasi : 23 Juli 2007 sampai dengan 30 Juli 2007 Pre-test : 7 Agustus 2007

Koreksi hasil pre-test : 9 Agustus 2007

Percobaan : 14 Agustus 2007, 20 Agustus 2007, 23 Agustus 2007, 27 Agustus 2007. Post-test : 30 Agustus 2007

Koreksi post-test : 2 September 2007

Wawancara : 7 September – 10 September 2007

B. DATA DAN PEMBAHASAN

Peneliti melibatkan 36 siswa dalam pengambilan data, hal ini dikarenakan jumlah siswa kelas IX adalah 76 siswa yang dibagi dalam 2 kelas.

(55)

Karena itu peneliti hanya menggunakan satu kelas yaitu kelas IX B dengan jumlah siswa 36 anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 23 anak perempuan.

B.1. Observasi

Peneliti meminta 3 orang untuk melakukan observasi didalam kelas pada saat proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif learning dengan model Group Investigation Go a Round. Dari hasil observasi diperoleh bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya siswa yang kurang teliti dalam mengecek kesiapan alat untuk melakukan percobaan. Tetapi perhatian siswa pada saat guru menjelaskan cukup antusias dan cukup aktif.

(56)

Menurut observer, metode kooperatif learning dengan model Group Investigation Go a Round ini dapat meningkatkan ketertarikan siswa pada

pelajaran fisika khususnya listrik dinamis dan juga membantu siswa mempermudah pemahaman pelajaran serta siswa tidak merasa bosan tapi justru akan merasa asyik dalam menerima pelajaran.

B.2. Pre-test

Dalam pengambilan data pada waktu pelaksanaan pre-test banyak siswa yang mengeluh, hal ini disebabkan karena mereka tidak terbiasa dengan metode seperti ini. Karena keadaan kelas yang tidak mendukung seperti halnya kurangnya partisipasi anak, kurangnya motivasi anak, adanya rasa ketakutan pada anak jika nilainya jelek maka banyak anak yang merasa gelisah pada waktu mengerjakan dan ada juga beberapa anak yang mengerjakan soal dengan asal-asalan. Dan hasilnya pun juga kurang bagus. Hasil nilai pre-test dapat dilihat pada tabel.

(57)

B.3. Percobaan

Sebelum melakukan percobaan, siswa dibagi dulu dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok, guru meminta siswa untuk mencari teman dalam satu kelompok yang menurut siswa tersebut nyaman diajak kerjasama dan berdiskusi dengan tidak mempertimbangkan gender dan kemampuan siswa. Jumlah kelompok ada sembilan kelompok tiap kelompok empat anak.

(58)

B.4. Post-test

Setelah melakukan dua percobaan peneliti memberikan sedikit penjelasan pada siswa sebelum diadakan post-test. Post-test diberikan siswa dan dikerjakan secara individu. Soal post-test berjumlah enam soal yang berupa pemahaman konsep dan kinerja ilmiah. Soal post-test mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda dengan soal pretest. Soal post-test lebih sulit disbanding dengan soal pretest. Hal ini dilakukan karena siswa sudah mendapatkan sedikit penjelasan materi dari guru dan juga sudah melakukan percobaan. Nilai hasil dari post-test dapat dilihat dalam tabel.

NILAI HASIL PENGAMBILAN DATA KELAS IX B

SMP KRISTEN I KLATEN

NO Nilai Pre-test Nilai Post-test

1 60 80

2 65 85

3 40 70

4 45 65

5 65 70

6 55 85

7 55 70

8 40 90

9 50 70

10 40 60

11 55 65

12 75 75

(59)

14 60 85

15 70 70

16 65 70

17 50 50

18 70 80

19 55 65

20 75 80

21 70 70

22 65 80

23 60 60

24 30 50

25 60 75

26 60 70

27 65 70

28 35 45

20 65 65

30 50 55

31 65 70

32 40 70

33 65 75

34 75 65

35 45 55

36 60 75

(60)

B.5. Analisis Soal

B.5.1. Pre Test

Analisis soal pre test pada setiap siswa dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

No

Soal

Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 5 5 0 10 10 5 10 5 5 5 60

2 5 5 0 10 10 10 10 5 5 5 65

3 5 0 0 5 10 0 10 0 5 5 40

4 5 5 0 5 10 0 10 0 5 5 45

5 5 5 0 10 10 10 10 5 5 5 65

6 5 0 0 10 10 5 10 5 5 5 55

7 5 0 0 10 10 5 10 5 5 5 55

8 5 0 0 10 5 5 5 0 5 5 40

9 5 0 0 10 10 5 10 0 5 5 50

10 5 0 0 10 5 5 5 0 5 5 40

11 5 0 0 10 10 5 10 5 5 5 55

12 10 5 5 10 10 10 10 5 5 5 75

13 5 5 0 10 10 10 10 0 5 5 60

14 5 5 0 10 10 10 10 0 5 5 60

15 5 5 0 10 10 10 10 10 5 5 70

(61)

17 5 0 0 10 10 5 10 0 5 5 50

18 5 5 5 10 10 10 10 5 5 5 70

19 5 0 0 10 10 5 10 5 5 5 55

20 10 5 5 10 10 10 10 5 5 5 75

21 5 5 5 10 10 10 10 5 5 5 70

22 5 5 0 10 10 10 10 5 5 5 65

23 5 0 0 10 10 10 10 5 5 5 60

24 5 0 0 10 10 0 5 0 0 0 30

25 5 0 0 10 10 10 10 5 5 5 60

26 5 0 0 10 10 10 10 5 5 5 60

27 5 5 5 10 10 10 10 0 5 5 65

28 5 0 0 10 10 5 5 0 0 0 35

20 5 5 0 10 10 10 10 5 5 5 65

30 5 0 0 10 10 5 10 0 5 5 50

31 5 5 0 10 10 10 10 5 5 5 65

32 5 0 0 10 10 10 5 0 0 0 40

33 5 5 0 10 10 10 10 5 5 5 65

34 10 5 5 10 10 10 10 5 5 5 75

35 5 5 0 10 10 10 5 0 0 0 45

(62)

Penilaian diberikan pada setiap soal dengan nilai maksimal 10. Pemberian nilai pada setiap soal didasarkan pada pekerjaan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Untuk jawaban benar diberi nilai 10 dan untuk jawaban yang kurang benar diberikan nilai 5. Penilaian ini berlaku untuk 10 soal pada pretest.

Dari analisa soal diatas maka bisa kita lihat bahwa ada beberapa soal yang bisa dikerjakan siswa dan ada juga soal yang tidak bisa diselesaikan siswa. Jumlah siswa yang bisa mengerjakan dan yang tidak bisa mengerjakan untuk setiap soal adalah sebagai berikut :

Soal nomor 1 : semua siswa bisa mengerjakan, tetapi hanya ada 3 siswa yang dapat menyelesaikan dengan soal dengan jawaban yang benar. Sedangkan 33 siswa jawabannya kurang tepat. Soal nomor 2 : untuk soal nomor 2, tidak ada siswa yang dapat menjawab

dengan tepat. Ada 21 siswa yang menjawab pertanyaan tetapi masih belum tepat dan ada 15 siswa yang tidak menjawab pertanyaan soal nomor 2.

Soal nomor 3 : Hanya ada 6 siswa yang menjawab tetapi belum tepat, sedangkan 30 siswa tidak menjawab pertanyaan nomor 3. Soal nomor 4 : 2 siswa tidak mengerjakan dan menjawab soal nomor 4,

sedangkan 34 siswa lainnya mengerjakan.

(63)

Soal nomor 6 : Pada soal nomor 6 ada 3 siswa yang tidak mengerjakan, 11 siswa mengerjakan tapi jawaban yang diberikan kurang tepat, dan 22 siswa mengerjakan dengan jawaban yang tepat.

Soal nomor 7 : Untuk soal nomor 7, semua siswa mengerjakan soal tapi ada 6 siswa yang menjawab kurang tepat dan 30 siswa yang menjawab dengan baik.

Soal nomor 8 : Pada soal nomor 8 hanya ada 1 siswa yang bisa mengerjakan dengan baik sedangkan 20 siswa menjawab dengan kurangb tepat dan ada 15 siswa yang tidak menjawab.

Soal nomor 9 : Ada 32 siswa yang menjawab soal nomor 9 tetapi masih belum tepat, sedangkan 4 siswa yang lainnya tidak menjawab pertanyaan.

Soal nomor 10 : Pada Soal nomor 10 sama dengan soal nomor 9 yaitu ada 32 siswa yang menjawab tetapi masih kurang tepat, sedangkan 4 siswa tidak mengerjakan.

Jadi yang paling banyak dapat dikerjakan siswa adalah soal nomor 1, 4, 5, 3, 9 dan 10. Sedangan untuk soal yang tidak dikerjakan siswa atau siswa mengerjakan tapi masih salah adalah soal nomor 2, 3, 6, 7, 8.

(64)

B.5.2. Post Test

Analisa soal Post Test pada setiap siswa, setelah siswa melakukan percobaan dan mendapatkan penjelasan materi dari peneliti dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No Soal Nilai

1 2 3 4 5 6

1 20 10 10 10 20 10 80

2 20 10 10 15 20 10 85

3 10 10 10 15 15 10 70

4 10 10 10 10 15 10 65

5 15 10 10 15 10 10 70

6 20 10 10 15 15 15 85

7 10 10 10 15 15 10 70

8 20 10 10 20 20 10 90

9 15 10 10 15 10 10 70

10 10 10 10 10 10 10 60

11 15 10 10 10 10 10 65

12 15 10 10 15 15 10 75

13 15 5 5 20 15 10 70

14 20 10 10 15 15 10 80

15 15 10 10 15 10 10 70

16 10 10 10 15 15 10 70

17 10 0 0 15 15 10 50

18 20 10 10 15 15 10 80

19 15 10 0 15 15 10 65

20 20 10 10 15 15 10 80

21 20 5 5 15 15 10 70

22 20 10 10 15 15 10 80

(65)

24 20 0 0 10 10 10 50

25 15 10 10 15 15 10 75

26 20 10 10 10 10 10 70

27 20 10 10 10 10 10 70

28 10 0 0 15 10 10 45

20 15 5 0 20 15 10 65

30 15 0 0 15 15 10 55

31 20 5 5 15 15 10 70

32 20 10 10 10 10 10 70

33 20 10 10 15 10 10 75

34 15 10 10 10 10 10 65

35 15 5 0 15 10 10 55

36 15 10 10 15 10 10 70

Nilai diberikan pada masing-masing soal dengan bobot nilai yang berbeda-beda tergantung dari bobot soal. Nilai maksimal untuk soal nomor 1, 4, 5 dan 6 adalah 20. Untuk soal nomor 2 dan 3 nilai maksimalnya 10. Siswa yang menjawab soal dengan benar maka akan mendapatkan nilai 20 pada soal nomor 1, 4, 5, dan 6. Siswa yang menjawab soal kurang tepat maka akan mendapat nilai 15 jika hanya sedikit kurang tepat. Mendapat nilai 10 jika menjawab kurang tepat dan jawaban salah akan mendapat nilai 0 (nol).

(66)

Dari analisa soal dan nilai yang diperoleh siswa, kita bisa melihat siswa yang dapat menyelesaikan setiap soal dengan benar dan siswa yang tidak bisa mengerjakan soal. Analisa untuk setiap soal yang bisa dikerjakan dan tidak bisa dikerjakan siswa adalah sebagai berikut :

Soal nomor 1 : Pada dasarnya untuk soal nomor 1 semua siswa bisa mengerjakan, hanya masih 20 siswa yang memberikan jawaban yang kurang tepat. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum bisa membedakan lampu yang tersusun seri dan pararel pada suatu rangkaian.

Soal nomor 2 : Untuk soal nomor 2 ada 4 siswa yang salah menjawab dan 5 siswa yang memberikan jawaban benar tapi alasan yang diberikan kurang tepat.

Soal nomor 3 : Pada soal nomor 3 ada 6 siswa yang menjawab salah. Soal nomor 4 : Untuk soal nomor 4 semua siswa bisa mengerjakan dan

menggunakan persamaan dengan benar, tetapi masih ada siswa yang hasil akhir penghitungannya salah. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan penghitungan hasil akhir salah yaitu antara lain siswa tergesa-gesa dalam menghitung, waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal kurang, dan siswa kurang teliti dalam menghitung. Soal nomor 5 : Untuk soal nomor 5 hampir sama dengan soal nomor 4.

(67)

penghitungan akhir hasil yang diperoleh salah. Kemungkinan yang menyebabkan ini antara lain siswa masih bingung cara penyelesaian pada soal rangkaian campuran. Dalam penganalisaan soal pada rangkaian, masih banyak siswa yang terlalu tergesa-gesa dan kurang pemahaman serta kurang bisa membedakan antara rangkaian seri dan pararel.

Soal nomor 6 : Pada soal nomor 6, jawaban yang diberikan siswa hampir semuanya kurang tepat. masih ada siswa yang belum bisa membedakan beda potensial pada setiap lampu yang tesusun dalam rangkaian.

Setelah mendapatkan penjelasan materi dari peneliti dan siswa melakukan percobaan tentang listrik dinamis, siswa lebih bisa memahami dan mengerti materi listrik dinamis. Ini bisa dilihat dari cara penyelesaian soal dan nilai yang diperoleh setiap siswa. Rata - rata antara nilai pre test dan nilai post test mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu untuk rata - rata nilai pre test 57 dan rata – rata untuk post test 70.

(68)

Siswa yang mengalami perubahan peningkatan nilai paling banyak yaitu siswa nomor 8. Siswa yang tidak mengalami perubahan nilai yaitu siswa nomor 12, 15, 17, 21, 23, 29. Siswa yang mengalami penurunan nilai yaitu siswa nomor 34.

Siswa yang mendapatkan nilai paling tinggi pada soal post test yaitu siswa nomor 8 dan siswa yang mendapatkan nilai paling rendah yaitu siswa nomor 28. Nilai yang diperoleh siswa nomor 8 mengalami perubahan peningkatan besar. Perubahan peningkatan nilai yang diperoleh siswa disebabkan karena 1) siswa merasa nyaman belajar kelompok dengan teman sebaya. Hal ini dilihat dari beberapa anak yang pada saat melakukan percobaan dalam kelompoknya mengalami kesulitan atau dalam menyelesaikan masalah ada siswa yang dalam kelompok mengalami kesulitan dalam mengerjakan bertanya pada guru bagaimana cara menyelesaikannya. Tetapi ada siswa yang justru bertanya pada temannya yang dalam satu kelompok untuk membantu menjelaskan. Karena siswa ini merasa lebih bisa memahami penjelasan teman dari pada penjelasan guru. 2) siswa mudah memahami materi pelajaran khususnya listrik dinamis dengan metode kooperatif learning. 3) siswa lebih senang belajar dengan percobaan, eksperimen, dibanding dengan metode ceramah. 4) dengan langsung melakukan percobaan dan sedikit penjelasan dari guru, siswa lebih mudah menerima dan memahami pelajaran dengan baik.

(69)

melihat bahwa siswa yang belajar dalam kelompok lebih termotivasi dalam belajar dan lebih mudah memahami pelajaran. Dalam melakukan aktivitas kelompok pun juga lebih terlihat aktif baik secara individu maupun secara kerja sama dalam kelompok itu. Siswa lebih aktif melakukan percobaan dan lebih mudah memecahkan masalah yang ada dalam percobaan ataupun dalam soal yang diberikan dengan berdiskusi bersama teman dalam satu kelompok. Dengan adanya diskusi dalam satu kelompok, siswa akan belajar dan akan lebih bisa menghargai pendapat orang lain. Selain itu siswa juga dapat saling membantu menjelaskan pada anggota kelompok lain yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang ada.

Dengan aktivitas yang baik dan kerjasama yang terjalin antar anggota kelompok, kita bisa melihat hasil yang diperoleh siswa dari nilai yang mereka peroleh. Peningkatan nilai yang siswa peroleh tidak sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya karena kemampuan pemahaman siswa satu dengan yang lainnya berbeda – beda.

B.6. Rekaman Aktivitas Siswa Kelas IX B

(70)

dan ruangan laboratorium yang belum memadahi. Kegiatan praktikum baru bisa dimulai pada saat tahun pelajaran 2007 - 2008 dimana sekolah ini mengalami perubahan baik dari segi proses belajar mengajarnya.

Sebelum siswa melakukan percobaan, peneliti mengecek terlebih dahulu kesiapan siswa dalam hal ini siswa diminta untuk masuk dalam kelompoknya masing-masing, kemudian memberikan sedikit pengarahan kepada siswa dan menjelaskan kepada siswa. Setelah itu peneliti meminta pada setiap kelompok untuk mengecek kelengkapan percobaaan baik dari bahan yang digunakan maupun alat yang akan digunakan.

(71)

Peneliti juga melakukan penelitian fokus pada satu kelompok untuk dilihat hasil kerja dari kelompok tersebut, baik dari keaktifan siswa, kerjasama siswa dalam kelompok, diskusi setiap anggota kelompok, dan pemahaman siswa dalam materi ini.

(72)

Dari rekaman film ini kita dapat melihat bahwa ada kelompok yang membutuhkan pendampingan dan sedikit bantuan dari peneliti dalam melakukan percobaan. Hal ini dilihat dari munculnya beberapa pertanyaan yang diajukan kepada guru untuk kesulitan yang muncul.

Bahwa ada beberapa kelompok yang pada saat melakukan melakukan percobaan dan menyelesaikan masalah dalam percobaan itu terlihat kerjasama yang terjadi dalam kelompok itu kurang. Masih ada siswa yang hanya mengandalkan teman dalam kelompoknya untuk menyelesaikan masalah itu.

(73)
(74)
(75)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode kooperatif learning dapat membantu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran khususnya fisika. Terbukti pada saat melakukan percobaan semua siswa terlibat didalamnya. Siswa yang setiap harinya hanya diam saja dan mempunyai aktivitas yang rendah, dengan adanya metode kooperatif learning siswa yang biasanya pasif menjadi lebih aktif dan aktivitas yang dikalkukan meningkat yaitu dengan teman anggota kelaompoknya mencoba menyelesaikan masalah dalam percobaan.

2. Penggunaan metode kooperatif learning pada proses belajar mengajar mampu membantu siswa:

a. Membantu siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. b. Meningkatkan nilai akademis. Terbukti adanya peningkatan nilai

yang diperoleh siswa setelah malakukan pembelajaran dengan metode kooperatif learning.

c. Membantu siswa belajar dengan cara kerjasama dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah.

d. Membantu miningkatkan motivasi siswa dalam belajar fisika.

(76)

3. Metode kooperatif learning membantu minat belajar siswa dalam pelajaran fisika.

B. SARAN

1. Siswa dan guru lebih siap lagi dalam menggunakan metode kooperatif learning.

(77)

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Kartika (1990).

Peta dn Pemetaan Konsep dan Perannya dalam Kegiatan Belajar.

Yogyakarta : IKIP SADHAR

Dahar, Ratna Wilis (1989).

Teori – teori Belajar.

Jakarta: Erlangga

Dimyati, mudjiono (1991).

Belajar dan Pembelajaran

. Jakarta. PT.Rineka Cipta

Elis (1986).

Efektivitas Proses Belajar

. Bandung: Sinar Baru

Fajar Santoadi (2005).

Pembelajaran Kooperatif Kritis.

Yogyakarta: Widya Dharma Vol.15 no.2

Hamalik, Oemar.(1983).

Metode – metode Belajar dan Kesulitan II.

Bandung

:

Tarsito

J.Jhasibuan,DIP.ED, Moedjiono.

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Remadja Karya CV

Bandung

Johnson,D.W dan R.T. Johnson. (1997)

Learning Together and Alone : Cooperative,

Competitive, and Invidualistic Learning. 4

th

.

New Jersey : Prentice Hall

King, L., dkk (1991)

Small Group Cooperative Learning:Developening a Category System.

Issues In Educational Research. Vol 1. No. 1

Sardiman (1986).

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta

:

CV. Rajawali

Sarkim, T (2005)

Tinjauan Tentang Situasi dan Poses Pembaharuan Pembelajaran Sains

dengan Teori Konstruktivisme Sosial.

Yogyakarta : Widya Dharma Vol. 15, No. 2

(78)

Slameto (1988).

Teori

Gambar

gambar dengan menggunakan kamera pada setiap kegiatan yang dilakukan
Gambar rangkaian paralel
 Gambar 1

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 1 Grafik pola konsumsi pakan Ayam Kampung umur 8-12 minggu Berdasarkan hasil analilis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan tidak mempengaruhi

Untuk mendukung tahapan strategi komunikasi pemasaran yang telah di lakukan, dalam tahapan event and experience Demajors DIY dapat memanfaatkan tahapan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/CK-06/POKJA/2015 tanggal 25 Mei 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor

Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,

Penanganan orang didalam gedung (handling capacity) adalah langkah pertama dalam menganalisis kebutuhan jumlah elevator, handling capacity pada gedung Grha Widya Maranatha

Mind Mapping Program melalui model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa kelas XI.A2.. SMA Negeri 4

dilakukan terhadap komposisi larutan pulsing R1 (aquades + 5% gula), hal ini dikarenakan jumlah mahkota bunga segar pada tanaman bunga matahari yang

امأ تاملكلا ةعطاقتما يهف ةقيرط ميلعتلا مدختست بيردتل ذيماتلا ركفت تاملكلا ةحيحصلا ةدمعأا ةغرافلا حطسم وأ لزان. مادختساب ذ ةقيرطلا ةيلمع ميلعت ،تادرفما ىجرت