HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI
DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA PEMUSIK SECARA GROUP (BAND) DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Program Studi Ilmu Psikologi
Oleh :
Mathias Bagus Setiawan NIM : 049114024
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI
DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA PEMUSIK SECARA GROUP (BAND) DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Program Studi Ilmu Psikologi
Oleh :
Mathias Bagus Setiawan NIM : 049114024
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN MOTTO
"Get up...Stand up...Dont give up to fight.."
...dan aku persembahkan untuk...
Yesus Kristus
Bapak dan Ibu
Adik – adiku
Saudara
Sahabat
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 September 2011 Penulis
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI
DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA PEMUSIK SECARA GROUP (BAND) DI YOGYAKARTA
Mathias Bagus Setiawan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) di Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang penusik secara group (band) di Yogyakarta. Artinya semakin tinggi harga diri seseorang maka semakin tinggi motivasi berprestasinya. Sebaliknya, semakin rendah harga diri seseorang maka motivasi berprestasinya juga semakin rendah. Penelitian dilakukan pada 50 pemusik yang mempunyai group band dan berdomisili di Yogyakarta dengan rentang umur 18 tahun hingga 25 tahun. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala harga diri dan skala motivasi berprestasi yang dibuat oleh peneliti. Pada penelitian ini data dari hasil uji coba akan sekaligus menjadi data penelitian. Pada skala harga diri diperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,937 dan pada skala motivasi berprestasi koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,945. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,779 dengan signifikasi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel harga diri dan motivasi berprestasi. Hal juga ini menandakan bahwa hipotesis awal penelitian, yaitu ada hubungan positif dan signifikan antara harga diri dan motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) dapat diterima.
THE RELATION BETWEEN SELF-ESTEEM
AND ACHIEVEMENT MOTIVATION IN GROUP MUSICIAN (BAND) IN YOGYAKARTA
Mathias Bagus Setiawan
ABSTRACT
This research aim to find out the relation between self-esteem and achievement motivation in group musician (band) in Yogyakarta. The proposed hypothesis is that there is positive relation between self-esteem with achievement motivation in group musician (band) in Yogyakarta. It means that the higher of someone’s self-esteem, the higher his/her achievement motivation. On the contrary, the lower of someone’s self-esteem, the lower his/her achievement motivation. The research was done to 50 musicians who have band and live in Yogyakarta. The respondents were in between 18 to 25 year old. This research used self-esteem scale and achievement motivation scale which were created by the researcher. The data derived from the trial result would be the data of the research. From self-esteem scale is obtained 0.937 alpha reliability coefficients and from the achievement motivation is obtained 0.945 reliability coefficient. The result of the data analysis indicated that the correlation coefficients were 0.779 with 0.000 significances. It means there is positive and significance relation between the variable of self-esteem and achievement motivation. It also marks that research beginning hypothesis, i.e. positive and significance relation between self-esteem and achievement motivation in group musician (band) is accepted.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Mathias Bagus Setiawan
Nomor Mahasiswa : 049114024
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan Antara Harga Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Pemain Musik Secara Group (Band) di Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 September 2011
Yang menyatakan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
rahmatnya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. V, Didik Suryo H., M.Si. selaku dosen penguji skripsi, yang telah
membimbing dan memberikan masukan hingga mempermudah
pengerjaan skripsi ini
4. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi,. M.Psi. selaku dosen penguji
skripsi, yang telah memberikan masukan hingga mempermudah
pengerjaan skripsi ini.
5. Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Mbak Nanik,
Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie), terimakasih atas segala kerjasama
yang diberikan untuk kelancaran studi penulis di Fakultas Psikologi.
7. Bapak, Ibu, Monica, Maria, dan segenap Keluarga Besar Thomas
8. Sahabat-sahabatku Topik, Renda, Bayu, Kang Broti, Nita Kriwiel yang
menemaniku di saat akhir diselesaikanya skripsi ini.
9. Keluarga Besar Rockstar Studio & Recording, Henry, Angger, Desi,
wowok, raka, robby, Aldi, Ari atas kesempatan dan persaudaraannya.
10.Semua saudaraku yang tidak bisa disebutkan satu persatu di KBR
United, Tumindak Ngiwo, JB, Red Pavlov, KBT, PoyBoys dan
teman-teman di Psikologi yang selalu memberikan semangat dan tempat
untuk mengaduh serta yang slalu memberikan keceriaan kepadaku.
11.Seisen, The Crocodile, Lolelones, Mas Andi Savior, Sudenly Sunday,
Modern Age, dan semua band yang tidak bisa disebutkan satu persatu
yang telah andil dalam penyelenggaraan penelitian ini.
12.Keluarga besar Bp.Petrus Suwardanis dan Scholastica Ardyannita atas
suka duka, cinta dan hidup yang membuatku belajar menjadi lebih
dewasa.
13.Michel Cahyo(Ciel), terbanglah tinggi dan teruslah bernyanyi.
14.Playing For Change Foundation, thx for the passion and inspiration,
Marley’s Family dan Mas Tony-Q, heal the world and let’s get the
better pleace.
15.Semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu. Terimakasih
semuanya. Jah Bless...!!
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN...xvii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
A. Motivasi Berprestasi ... 7
1 Pengertian Motif dan Motivasi ... 7
2 Pengertian Motivasi Berprestasi ... 9
3 Aspek – Aspek Motivasi Berprestasi ... 11
4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ... 14
B. Harga Diri ... 16
1 Pengertian Harga Diri ... 16
2 Pembentukan Harga Diri ... 18
3 Penggolongan Harga Diri ... 22
C. Pemusik dan Group Band ... 23
1. Pemusik...23
2. Group Band...24
D. Hubungan Harga Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Pemusik ... 24
E. Hipotesis ... 27
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... .29
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... .29
C. Definisi Operasional... .29
D. Populasi dan Sampel ... .31
E. Metode Pengumpulan Data ... .32
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... .38
1 Validitas Alat Tes... .38
3 Seleksi Item ... .39
4 Hasil Uji Coba Alat Penelitian ... .40
G. Teknik Analisis Data ... .44
1 Uji Asumsi ... .44
2 Uji Hipotesis ... .45
BAB IV : PEMBAHASAN ... .46
A. Pelaksanaan Penelitian ... .46
B. Uji Asumsi ... .46
1 Uji Normalitas ... .46
2 Uji Linearitas... .47
C. Hasil Penelitian ... .48
1 Uji Hipotesis ... .48
2 Uji Tambahan ... .49
D. Pembahasan ... .50
BABV KESIMPULAN DAN SARAN ... .55
A. Kesimpulan ... .55
B. Saran ... .55
DAFTAR PUSTAKA ... .57
DAFTAR TABEL
1. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Harga Diri ... 36
2. Tabel Spesifikasi Item-item Skala Motivasi Berprestasi ... 38
3. Tabel Item – Item Skala Harga Diri (Distribusi Item Valid dan Gugur) .. 41
4. Tabel Spesifikasi Item – item skala harga diri sebelum dan sesudah Uji
coba ... 42
5. Tabel Spesifikasi item – item Skala Motivasi Berprestasi (Distribusi
Item Valid dan Gugur) ... 43
6. Tabel Spesifikasi item – item Skala Motivasi Berprestasi Sebelum dan
Sesudah Uji Coba ... 44
7. Tabel Hasil Uji Normalitas ... 47
DAFTAR SKEMA
1. Hubungan Antara Motif dan Motivasi ... 8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala ... 59
1.1 Skala Harga Diri ... 60
1.2 Skala Motivasi Berprestasi ... 64
Lampiran 2 : Data Penelitian... 68
2.1 Skoring Skala Harga Diri ... 69
2.2 Skoring Skala Motivasi Berprestasi ... 72
Lampiran 3 : Hasil Analisis Aitem Dan Reabilitas ... 79
3.1 Reliabilitas Skala Harga Diri Sebelum di Seleksi ... 80
3.2 Reliabilitas Skala Harga Diri Setelah di Seleksi ... 82
3.3 Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi Sebelum di Seleksi ... 84
3.4 Reliabilitas Skala Harga Diri Setelah di Seleksi ... 86
Lampiran 4 : Hasil Uji Asumsi ... 88
4.1 Uji Normalitas ... 89
4.2 Uji Linearitas ... 90
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Yogyakarta merupakan sebuah kota yang dikenal sebagai kota pelajar
dan kota budaya di mata dunia. Seiring berkembangnya waktu Yogyakarta
dapat dikatakan sebagai miniatur Indonesia karena di kota ini banyak dijumpai
pelajar maupun mahasiswa yang berasal dari seluruh pelosok di Indonesia, dari
Sabang sampai Merauke. Sebagai kota seni dan budaya, Yogyakarta sudah
menciptakan banyak musisi besar yang terkenal di tingkat nasional maupun
tingkat internasional.
Perkembangan musik di Indonesia dan di Yogyakarta khususnya
tergolong sangat pesat. Bila dilihat dari perkembangan jumlah group musik
(band) yang ada di Yogyakarta sampai saat ini diperkirakan sudah mencapai
600 group band.(www.kompasiana.com) Beberapa band besar seperti Sheila on
7, Jikustik, Shaggy Dog dan Endank Soekamti juga berasal dari kota ini. Selain
itu banyak sekali band-band lokal yang ingin mengikuti jejak band-band besar
itu untuk mencoba menjadi band berkelas nasional maupun internasional.
Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi perilaku seniman-seniman
muda ini yang memilih jalur musik mereka secara group band. Mereka akan
berlomba-lomba agar musik mereka dikenal semua orang dan menciptakan
musik. Secara tidak langsung semua perilaku yang terbentuk itu akan
mempengaruhi motivasi berprestasi individu tersebut.
Lingkungan atau budaya merupakan salah satu faktor esensial bagi
pengembangan motif berprestasi. Bila kebudayaan tempat individu dilahirkan
dan dibesarkan memberikan dukungan yang besar pada individu untuk
mengembangkan motif berprestasi maka individu tersebut akan memiliki motif
berprestasi yang tinggi (Martaniah, 1984). Hal ini juga mendorong grup-grup
band ini untuk membentuk suatu komunitas atau perkumpulan dan
mengadakan kegiatan rutin untuk menampilkan hasil karya mereka dan
memajukan komunitas mereka. Saat ini bermunculan komunitas-komunitas
musik seperti Common People yang beranggotakan kurang lebih 20 band
beraliran Garage Pop, IRC (Indonesian Reggae Community) yang
beranggotakan 500 band beraliran reggae di wilayah Yogyakarta dan di
Indonesia, Jazz Mben Senen (Jazz setiap hari Senin) yaitu komunitas pemusik
yang beraliran Jazz yang diadakan di Kota Baru setiap hari Senin disetiap
minggunya sampai sekarang. Secara berkala komunitas ini selalu mengadakan
pementasan band-band anggota mereka dan selalu menyedot perhatian
penikmat musik di Yogyakarta.
Fenomena bermunculannya band-band lokal ini ini terus berlangsung
sampai sekarang. Beberapa individu memilih bermain musik seperti ini bukan
lagi sebagai hobby semata tetapi menjadikannya pekerjaan yang tetap. Dari
sekian banyak band yang bermunculan itu tidak sedikit pula yang mengalami
kebutuhan berprestasi yang tinggi akan tekun dan lebih lama saat mereka mulai
menemui kegagalan dalam pekerjaan mereka dan akan bekerja lebih keras
untuk menyelesaikan tugas tersebut hingga selesai (McClelland, 1985).
Sedangkan orang yang tidak mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi
mereka akan menghindari melakukan kegiatan itu lagi karena mereka merasa
gagal.
Tinggi rendahnya motivasi berprestasi seseorang juga bisa dilihat dari
perilakunya sehari-hari. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi
akan menunjukan perilaku tidak mudah putus asa, berusaha berprestasi
sebaik-baiknya, bekerja dengan tekun, menganggap kesulitan sebagai tantangan, dan
sebagainya (Munandar, 1987). Faktor latihan juga merupakan suatu aspek
penentu dan juga menjadi tolok ukur pemusik dalam melihat motivasinya
untuk berprestasi. Baik buruknya prestasi yang bisa di raih individu tersebut
dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satunya adalah motif berprestasi. Motif
berprestasi merupakan dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri
individu (internal) maupun dari luar individu (eksternal) untuk mencapai
kesuksesan atau mencapai prestasi.
Tinggi rendahnya motivasi berprestasi seorang pemusik ini secara tidak
langsung akan berhubungan dengan kepercayaan diri yang ia bangun, baik di
atas pentas maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Saat seorang mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi ia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih
kesuksesan atau keberhasilan yang ia impikan. Kemudian dengan keberhasilan
percaya diri yang tinggi sangat dibutuhkan oleh seseorang, karena dengan
percaya diri seseorang akan merasa yakin atas kemampuannya dan merasa bisa
menungguli orang lain.
Menurut Maslow (dalam Schultz,1991), apabila seseorang
merasakan suatu perasaan penghargaan diri dalam atau penghargaan diri, ia
akan merasa yakin dan aman akan dirinya, merasa berharga dan adekuat (serasi
dan seimbang). Apabila seseorang kekurangan harga diri, ia akan merasa
rendah diri, kecil hati dan tidak berharga dalam menghadapi kehidupan.
Supaya memiliki perasaan harga diri yang sejati hendaknya seseorang
mengetahui dirinya dengan baik dan mampu menilai secara objektif
kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya. Seseorang tidak dapat menghargai
dirinya, jika ia tidak mengetahui siapa dan apa dia sebenarnya.
Harga diri adalah suatu penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri,
yaitu dapat menerima diri sendiri dengan segala keterbatasannya (Husanain &
Noor,1979). Sedangkan Coopersmith (1987) menjelaskan, bahwa harga diri
adalah penilaian diri yang dibuat oleh seseorang terhadap dirinya yang sifatnya
relatif tetap, diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan dan dari
penerimaan penghargaan dan perlakuan orang terhadap dirinya. Orang yang
memiliki harga diri tinggi akan dapat menerima kegagalan dan keberhasilan
secara wajar dan lebih realistik, mempunyai motivasi yang kuat dalam
menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi kompetitif, lebih percaya
diri dan merasa lebih mampu, serta cenderung cemerlang dan lebih beraspirasi.
sendiri dan selalu meragukan kemampuannya, karena yang dilihat hanya
kekurangannya saja (Hurlock, 1976).
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang
hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang pemusik
secara grup khususnya di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada
hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik
secara band di Yogyakarta?
C. Tujuan Penenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara
harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang pemusik secara band
di Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan
sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi, terutama psikologi
sosial, psikologi perkembangan, atau bidang lain yang ada kaitannya
dengan harga diri atau motivasi berprestasi, sehingga dapat menjadi bahan
Secara praktis, penelitian ini bisa memberikan informasi bagi para
pemusik, penikmat musik dan para pembaca mengenai harga diri dan
BAB II
DASAR TEORI
A. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motif dan Motivasi
Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang
menyebabkan seseorang melakukan tindakan-tindakan tertentu
(Handoko, 1992). Menurut Martaniah (1984) motif dapat diartikan
sebagai suatu konstruksi yang potensial dan laten yang dibentuk oleh
pengalaman-pengalaman dan secara relatif dapat bertahan meskipun
kemungkinan berubah masih ada dan mempunyai fungsi mengarahkan
atau menggerakan perilaku ke arah tujuan tertentu.
Menurut Handoko (1992), motivasi merpakan suatu tenaga
atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia yang dapat
menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah laku.
Motivasi bisa muncul karena faktor internal maupun eksternal.
Artinya, motivasi bisa muncul karena kehendak kita atau disebabkan
oleh lingkungan di sekitar.
Handoko (1992) juga mengemukakan bahwa ada hubungan
yang erat antara motif dan motivasi yaitu motif lebih mengarah pada
dorongan atau keinginan untuk mencapai tujuan, sedangkan motivasi
memenuhi dorongan dan mencapai tujuan. Hubungan yang erat antara
motif dan motifasi mengandung arti bahwa dalam istilah motivasi itu
sendiri sudah mencakup pengertian tentang motif sebagai penggerak
dan pengarah tingkah laku, sehingga Mc Clelland (dalam Martaniah
1984) menggunakan istilah motif dan motivasi dalam arti yang sama
atau secara sinonim.
Handoko (1992) juga menggambarkan hubungan antara
motif dan motivasi sebagai berikut:
SKEMA 1
Hubungan antara motif dan motivasi
Dorongan (drive)
Motif Perbuatan
tujuan
Kebutuhan (drive)
Motivasi
Berdasarkan skema dan beberapa pendapat diatas bisa
disimpulkan bahwa motif lebih mengarah pada dorongan atau
keinginan untuk mencapai tujuan, sedangkan motivasi berfungsi
sebagai penunjang dari motif atau sebagai kekuatan untuk memenuhi
2. Pengertian Motivasi Berprestasi
Setiap tindakan manusia selalu didorong oleh faktor-faktor
tertentu sehingga terjadi suatu tingkah laku atau perbuatan. Faktor
pendorong inilah yang disebut motif (Ninawati, 2002). Menurut
Handoko (1992) motif adalah suatu alasan atau dorongan yang
menyebabkan individu berbuat sesuatu atau melakukan tindakan
tertentu. Motif-motif tersebut pada saat tertentu akan menjadi aktif
bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.
Selanjutnya Murray & Lindgren (dalam Martaniah, 1984)
menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk
berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi rintangan-rintangan dan
memlihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha
untuk melebihi perbuatan yang lampau dan untuk menungguli orang
lain. Sedangkan Heckhausen (dalam Martaniah, 1984)
mengungkapkan bahwa motif berprestasi adalah suatu usaha untuk
meningkatkan atau mempertahankan kecakapan pribadi setinggi
mungkin dalam segala aktifitas.
Sampai saat ini, konsep kebutuhan Murray tampaknya masih
banyak digunakan untuk menjelaskan motivasi dan arah dari perilaku
(dalam Schultz & Schultz, 1994). Murray mengkategorikan kebutuhan
menjadi dua kategori yaitu kebutuhan primer (primer needs) dan
kebutuhan sekunder (sekunder needs). Kebutuhan primer adalah
atau kebutuhan yang diperlukan untuk tetap bertahan hidup.
Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang bersifat tidak
dipelajari. Di sisi lain, kebutuhan sekunder diartikan sebagai
kebutuhan yang timbul dan berkembang setelah kebutuhan primer
terpenuhi. Contoh dari kebutuhan sekunder tersebut adalah kebutuhan
untuk berprestasi (need of achievement) dan kebutuhan untuk
berafiliasi (need of affiliation).
Sejalan dengan Murray, Mc Clelland dan Green (dalam
Fieldman, 1992) menyebutkan bahwa di dalam manusia selain ada
dorongan yang bersifat biologis, terdapat juga dorongan lain yang
sangat kuat dan tidak memiliki dasar biologis yaitu kebutuhan untuk
mendapatkan prestasi. Kebutuhan untuk mendapatkan prestasi
merupakan salah satu kebutuhan sosial karena motif ini dipelajari
dalam lingkungan dan melibatkan orang lain serta motif ini
merupakan suatu komponen penting dalam kepribadian yang
membuat manusia berbeda satu dengan yang lain (Morgan, dkk, 1986)
Mc Clelland (dalam Robin, 1996) mengartikan motivasi
berprestasi sebagai dorongan untuk mengungguli dan berprestasi
sehubungan dengan seperangkat standar serta berusaha untuk
mendapatkan keberhasilan. Dengan motivasi berprestasi yang tinggi
seseorang akan mampu mengatasi setiap masalah dan rintangan untuk
Menurut Hurlock (1996) motivasi berprestasi seseorang juga
bisa ditimbulkan oleh adanya keinginan untuk merasa puas dan
keinginan untuk menjadi tenar atau terkenal. Adanya kepuasan pribadi
dan ketenaran yang diperoleh atas suatu prestasi menyebabkan
individu tersebut sangat berminat terhadap prestasi.
Berdasarkan definisi motivasi berprestasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian motivasi berprestasi adalah suatu
dorongan atau keinginan yang berasal baik dari dalam diri individu
(internal) maupun dari luar individu (eksternal) untuk mengungguli
dan mencapai prestasi atau keberhasilan.
3. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi
Haditono, 1987 (Ratna, 2002) mengungkapkan mengenai
aspek-aspek dari motivasi berprestasi atau indicator dari motivasi
berprestasi, yaitu:
a. Keinginan untuk berprestasi sebaik-baiknya.
Keinginan untuk berprestasi (need of achievement) adalah
keinginan yang juga diungkap oleh Murray. Menurut Murray
ada beberapa orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk
berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi daripada
imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk
melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien jika
b. Mengadakan antisipasi berencana.
Antisipasi berencana merupakan suatu perencanaan yang
disusun dan dibuat untuk menanggulangi kejadian yang tidak
terduga sekaligus membuat suatu pola pikir yang sistematis
untuk memudahkan individu dalam mencapai apa yang
diinginkan.
c. Usaha-usaha yang kreatif untuk mencapai cita-cita.
Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dalam
pencapaian cita-cita diperlukan usaha-usaha yang kreatif
sebagai sarana pencapaian dan cita – cita dan juga antisipasi
adanya kejadian atau hal – hal yang diluar perkiraan.
d. Perasaan yang kuat dalam pencapaian tujuan
Perasaan yang kuat dalam pencapaian tujuan dapat
diaplikasikan dalam setiap hal yang bisa kita lakukan dalam
rangka untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Misalnya
dengan berlatih tekun kita akan menjadi terbiasa dengan
pekerjaan dan menjadi siap dalam menghadapi semua hal yang
terjadi. Seringkali kita terpaku hanya pada tujuan hidup yang
dari kemampuan kita. Untuk itu diperlukan suatu keyakinan
diri bahwa kita harus melihat lebih jauh tujuan hidup yang
lebih besar lagi.
e. Tidak takut gagal dan berani mengambil resiko
Seorang yang berani mengambil resiko adalah berani berbuat
dan tidak takut gagal. Untuk itu yang harys dimiliki adalah
kejujuran pada diri sendiri tentang perasaan dan kebutuhan.
Orang yang tidak takut gagal biasanya berani mencoba sesuatu
yang baru atau berbeda dan tidak takut gagal, merasa nyaman
dengan dirinya, sadar akan kemampuan dirinya sehingga dia
tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu kita harus mengenali
resiko pada setiap langkah yang akan kita ambil dan
membandingkan dengan pengalaman yang akan kita peroleh
jika kita mencoba sesuatu yang baru.
f. Mempunyai perasaan tanggung jawab personal.
Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri
manusia. Ia akan selalu ada dalam diri individu karena pada
dasarnya tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar
yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Tanggung
jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan,
yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap
Dari aspek-aspek tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha
untuk mencapai suatu prestasi dengan usaha-usaha yang kreatif dan
tanggung jawab.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya
motivasi berprestasi seseorang:
a. Kemampuan Intelektual
Menurut Mc Clelland (dalam Riza, 2001) kemampuan
intelektual merupakan faktor penting dalam menentukan
motivasi berprestasi seseorang. Semakin baik kemampuan
intelektual seseorang maka ia cenderung lebih mudah dalam
menganalisa suatu permasalahan, menilai suatu hal, dan
mencari pemecahan masalah dengan cepat dan efektif. Hal ini
menyebabkan individu memiliki keinginan untuk mencapai
keberhasilan dengan usaha yang lebih keras, mampu
mengantisipasi kegagalan, dan lebih percaya diri.
b. Budaya
Budaya dari suatu masyarakat yang terdiri dari nilai-nilai dan
sistem sosial bisa mempengaruhi kualitas motif berprestasi dari
setiap anggota masyarakat yang menganutnya. Mc Clelland
kurang berorientasi pada masa depan, mempunyai aktivisme
rendah, memperlihatkan kebudayaan dengan tingkat motivasi
berprestasi yang rendah.
c. Status sosial-ekonomi Orang tua
Status sosial-ekonomi orang tua akan berpengaruh terhadap
motivasi berprestasi anak-anaknya. Ratna (2002), dalam
penelitiannya menemukan bahwa seorang anak dari orang tua
yang mempunyai status sosial-ekonomi yang lebih tinggi
mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi
dibandingkan anak yang tingkat sosial-ekonomi orang tuanya
lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan perbedaan fasilitas yang
diberikan dan pengetahuan dan pengalaman orang tua tentang
cara mendidik anak. Fasilitas pendidikan yang lengkap akan
mendorong atau memacu semangat anak untuk lebih
berprestasi, dan pengetahuan yang luas atau pendidikan orang
tua yang tinggi akan menghasilkan cara yang tepat untuk
mendidik anak.
d. Harga Diri
Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan memiliki
rasa percaya diri yang tinggi, lebih mampu menjalani
kegiatanya dengan berhasil (Maslow dalam Globe, 1987),
dapat menerima kegagalan dan keberhasilan secara wajar dan
menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi
kompetitif, lebih percaya diri, dan meraa lebih mampu
(Coopersmith, 1967).
Menurut Hurlock (1996) motivasi berprestasi pada remaja juga
bisa ditimbulkan oleh adanya keinginan untuk merasa puas dan keininan
untuk mernjadi tenar atau terkenal. Adanya kepuasan pribadi dan
ketenaran yang diperoleh atas suatu prestasi menyebabkan seseorang
sangat berminat terhadap prestasi.
Dari beberapa pernyataan di atas, terlihat jelas bahwa timbulnya
motivasi berprestasi pada seseorang bisa disebakan oleh keinginan
individu sendiri dan adanya dorongan dari orang lain.
B. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Harga diri merupakan penghargaan seseorang terhadap
dirinya sendiri, dan kualitas (tinggi-rendahnya) harga diri seseorang
dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Coopersmith
(1967) menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil penilaian yang
dilakukan oleh seseorang pada dirinya sendiri yang sifatnya relatif
tetap, diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan, seperti
Tjahjaningsih dan Nuryoto (1994) menyatakan bahwa
penilaian orang lain terhadap atribut yang melekat pada diri remaja
sangat berpengaruh pada penilaiannya terhadap dirinya sendiri.
Atribut yang dinilai baik oleh orang lain atau lingkungan akan
membuat bangga seseorang, shingga bisa menaikan harga dirinya.
Atribut seseorang yang dinilai buruk oleh orang lain akan membuat
orang tersebut merasa malu dan membuat harga dirinya rendah.
Klass dan Hodge (1978) menyatakan bahwa harga diri
merupakan hasil evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan individu
yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan.
Tinggi rendahnya harga diri seseorang juga berpengaruh
pada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Koswara
(1991) kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan harga diri
menimbulkan perasaan percaya diri, kuat, stabil merasa berguna dan
diperlukan oleh orang lain. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi
kebutuhan harga diri menyebabkan timbulnya perasaan inferior,
lemah, dan tidak berdaya. Hal ini sejalan dengan perndapat Maslow
(dalam Globe, 1987) bahwa seseorang yang memiliki cukup harga diri
akan mempunyai sifat percaya diri, lebih mampu menjalani
kegiatanya dengan berhasil. Sebaliknya jika harga diri kurang atau
rendah maka seseorang akan diliputi rasa rendah diri, tidak berdaya
Menurut Maslow (dalam Tjahjaningsih dan Nuryoto, 1994)
harga diri bisa diperoleh melalui penghargaan seseorang terhadap
dirinya sendiri maupun penghargaan dari orang lain. Penghargaan dari
diri sendiri meliputi: kebutuhan presentasi, keunggulan dan kompetii,
kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebaan. Sedangkan penghargaan
diri orang lain meliputi: prestise, kedudukan, kemasyuran dan nama
baik, martabat dan penghargaan.
Dari berbagai macam pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa harga diri merupakan suatu hasil penilaian atau evaluasi yang
dibuat dan dipertahankan oleh individu terhadap dirinya sendiri,
sifatnya relatif tetap, dan diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
2. Pembentukan Harga Diri
Harga diri terbentuk dari interaksi individu dengan
lingkungannya, yaitu melalui pengalaman seseorang dalam kehidupan
sehari-hari bersama individu lain. Dalam interaksinya dengan orang
lain individu berusaha mengenal seperti apa orang lain dan seperti apa
dirinya. Menurut Rogers (1954) persoalan mengenai siapa diri kita
atau “siapa saya” akan membentuk suatu konsep yang terorganisir di
dalam diri seseorang. Konsep tersebut kemudian akan membentuk
suatu persepsi secara keseluruhan tentang kualitas, kemampuan,
orang lain. Hal tersebut kemudian akan membentuk Self-image dari
individu yang kemudian akan membentuk harga dirinya.
Coopersmith (1967) menyatakan bahwa pembentukan harga
diri individu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu berupa penilaian
individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan tingkat penerimaan dan
penghargaan dari orang lain yang dirasakannya. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi pembentukan harga diri individu yaitu
lingkungan sosial dimana individu tersebut tinggal dan berinteraksi,
terutama dari keluarga. Setiap individu akan belajar menilai dirinya
melalui sikap orang tua dan orang-orang dimana individu tersebut
sering berinteraksi.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan
teman sebaya juga berpengaruh bagi pembentukan harga diri
seseorang. Brehm & Kassin (1989) mengatakan bahwa apabila
individu merasa ditolak, kurang dicintai dan kurang mendapat
penghargaan dari lingkungannya, maka individu tersebut akan
mengembangkan rasa harga diri yang kurang baik. Sebaliknya apabila
individu diterima, dicintai, dan dihargai oleh lingkungannya, maka ia
akan membentuk dan mengembangkan harga diri yang baik.
Selain itu, harga diri seseorang juga bisa dibentuk dan
dipengaruhi oleh harapan individu terhadap dirinya sendiri. Calhoun
& Acocella (1990) mengatakan bahwa individu membuat evaluasi
individu dengan gambaran yang diharapkannya, semakin besar
ketidaksesuaian antara kedua hal tersebut akan mengganggu proses
pembentukan harga diri yang sehat.
Tingkat harga diri dapat diukur dengan menggunakan skala
yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pembentukan harga
diri Coopersmith (1967) yaitu:
a. Power : Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol
orang lain dan mengontrol dirinya sendiri. Pada situasi tertentu
kebutuhan ini ditunjukan dengan penghargaan dan
penghormatan dari orang lain. Aspek ini dapat berupa pengaruh
dan wibawa pada seorang individu. Ciri-ciri individu yang
mempunyai aspek ini biasanya menunjukan sikap asertif.
b. Virtue : ketaatan pada nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang
ada dalam masyarakat. Seseorang yang taat pada aturan-aturan
dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat akan
mempunyai perasaan berharga dan bangga pada diri sendiri.
Hal ini disebabkan bahwa dengan menunjukan perilaku yang
diharapkan dan diinginkan oleh masyarakat, maka orang lain
akan menghargai dan menghormati individu yang bersangkutan
sebagai orang yang berkelakuan baik dan bisa dijadikan
teladan. Hal ini akan mendorong terbentuknya harga diri yang
bagaimana individu melihat persoalan benar atau salah
berdasarkan moral, norma, dan etika yang berlaku di dalam
lingkungan interaksinya.
c. Significance : keberartian individu dalam lingkungan. Individu
akan merasa berarti jika ada penghargaan, penerimaan,
perhatian, dan kasih sayang dari orang-orang terdekat seperti
keluarga, sahabat, atau masyarakat. Dengan adanya lingkungan
yang mendukung, menerima, dan menghargai individu akan
membuat individu semakin berarti yang akhirnya membentuk
harga diri yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan tidak atau
jarang memberikan stimulus positif berupa penerimaan,
penghargaan atau dukungan kepada seorang individu, maka ia
akan merasa ditolak dan kemudian akan mengucilkan diri.
d. Competence : Kemampuan untuk mencapai apa yang
dicita-citakan atau diharapkan. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan yang dimiliki individu, dengan adanya
kemampuan yang cukup individu merasa yakin untuk mencapai
apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah
yang dihadapinya. Aspek ini didukung oleh pengalaman
tentang kesuksesan yang pernah diraih seseorang yang
membuat individu yakin dan mampu menghadapi setiap
kegagalan akan membuat individu bermasalah dengan harga
dirinya.
Coopersmith (1967) menyatakan bahwa sejarah kehidupan
masa lalu seseorang yang penuh dengan trauma dan kegagalan akan
berprengaruh negatif terhadap pembentukan dan perkembangan harga
diri seseorang.
3. Penggolongan Harga Diri
Harga diri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu harga diri tinggi dan
harga diri rendah (Coopersmith, 1967):
a. Harga diri Tinggi
Orang yang mempunyai harga diri tinggi akan menilai dirinya
secara positif. Mereka mampu menerima dan mengenal diri
sendiri dengan keterbatasannya. Coopersmith (1967)
menyatakan bahwa orang yang mempunyai harga diri tinggi
percaya bahwa mereka adalah pribadi yang berhasil, menerima
diri, bahagia, bisa memenuhi harapan lingkungan, memandang
dirinya sebagai orang yang beruntung dan dapat menikmati
hidup, dapat menerima kegagalan dan keberhasilan secara
wajar dan lebih realistik, mempunyai motivasi yang kuat untuk
menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi
cemerlang dan lebih beraspirasi. Sedangkan orang yang
mempunyai harga diri rendah tidak mempunyai keyakinan ini.
b. Harga Diri Rendah
Individu dengan harga diri rendah cenderung menilai dirinya
sebagai pribadi yang negatif. Mereka menilai kekurangan dan
keterbatasan yang dimiliki secara berlebihan. Menurut Maslow
(dalam Schultz, 1991) seseorang dengan harga diri yang
rendah akan merasa rendah diri, kecil hati dan tidak berharga
dalam menghadapi kehidupan. Sedangkan Coopresmith (1967)
menyatakan seseorang yang memiliki harga diri rendah tidak
menyadari kelebihannya sendiri, merasa tidak mempunyai
kemampuan, dan merasa tidak berharga.
C. Pemusik dan Group Band
1. Pemusik
a. Pengertian Pemusik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pemusik
mempunyai sinonim musikus, yang berarti orang yang mencipta,
memimpin, atau menampilkan musik; pencipta atau pemain musik.
Dengan kata lain pemusik adalah seseorang yang bermain musik, baik
itu menampilkan, menciptakan ataupun menyajikan suatu karya musik
b. Penggolongan Pemusik
Pemusik dapat digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan
jumlah anggota pemusik itu sendiri, yaitu:
1) Solo : menyanyi atau membawakan alat musik secara
sendirian
2) Duo : group kecil yang terdiri dari dua orang dalam
memainkan atau menyajikan suatu pertunjukan musik.
3) Group : beberapa musikus yang terdiri dari 3 orang atau
lebih memainkan hasil karya musik.
2. Group Band
Group band adalah sekumpulan musisi atau pemusik yang
menyajiakn suatu hasil karya musik yang dimainkan secara
berkelompok dengan pembagian media atau alat musik yang
berbeda yang dimainkan bersamaan secara harmonis dan
dinamis(www.musicnews.net).
D. Hubungan Harga Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Pemusik
Harga diri merupakan faktor penting dalam kehidupan semua
orang termasuk pada pemusik, karena akan berpengaruh terhadap bidang
kehidupan yang lain dari individu, misalnya dalam kehidupan sehari-hari
Coopersmith menyatakan bahwa orang akan mempunyai harga diri
yang tinggi bila ia mampu mengontrol orang lain dan dirinya sendiri,
merasa dihargai orang lain karena berprilaku sesuai dengan nilai-nilai yang
diharapkan masyarakat, merasa berarti dalam lingkungannya, dan
mempunyai keyakinan untuk mencapai apa yang dicita-citakan atau
diharapkan.
Pernyataan Coopersmith (1967) yang dikemukakan di atas bisa
berprengaruh terhadap motivasi berprestasi individu. Seseorang yang
mampu mengontrol orang lain dan dirinya sendri akan lebih merasa
percaya diri dan mudah menerima kritik dari orang lain. Ketaatan pada
nilai moral, etika, dan aturan masyarakat berkaitan dengan tanggung jawab
pribadi yang besar terhadap perilakunya dan mempertimbangkan segala
sesuatu secara matang sebelum bertindak. Orang yang mempunyai
perasaan bahwa dirinya “berarti” akan lebih percaya diri dan tidak mudah
putus asa. Individu yang merasa yakin akan kemampuannya juga akan
lebih percaya diri, tidak mudah putus asa, suka mencoba sesuatu yang
baru, mempunyai dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan dengan
sebaik-baiknya, berusah memperleh sesuatu yang lebih baik di masa
datang, dan mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
Faktor yang bisa berpengaruh terhadap baik buruknya prestasi
seseorang salah satunya adalah motivasi berprestasi. Individu dengan
motivasi berprestasi tinggi mempunyai sifat lebih percaya pada
besar, lebih bertanggung jawab terhadap masa depanya, lebih mempunyai
cara kreatif untuk meraih kesuksesan, tidak mudah menyerah dan putus
asa, dan lebih menyukai tantangan (Mc Clelland, 1985).
Remaja yang mempunyai harga diri yang tinggi memiliki rasa
percaya diri, lebih mampu menjalani kegiatannya dengan berhasil
(Maslow dalam Globe, 1987). Selain itu seseorang yang mempunyai harga
diri tinggi akan memandang dirinya sebagai orang yang beruntung dan
dapat menikmati hidup, dapat menerima kegagalan dan keberhasilan
secara wajar dan lebih realistik, mempunyai motivasi yang kuat untuk
menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi kompetitif, lebih
percaya diri dan lebih mampu, cenderung cemerlang dan lebih beraspirasi
(Coopersmith, 1967). Hal ini juga bisa mengarah pada terbentuknya
motivasi berprestasi pada seorang musisi atau pemusik.
Sebaliknya, apabila individu tidak bisa mengntrol diri sendiri dan
orang lain, merasa tidak dihargai oleh orang lain karena perilakunya yang
cenderung melanggar nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang di
cita-citakan, maka individu tersebut akan mempunyai harga diri yang rendah.
Harga diri yang rendah bisa berpengaruh negatif terhadap proses
berpikir, perasaan, keinginan dan tingkah laku (Brehm & Kassin, 1989).
Harga diri rendah menyebabkan individu menjadi orang yang tidak
percaya diri, sensitif terhadap kritik, mudah menyerah dan putus asa,
bertindak tanpa pertimbangan yang matang, cenderung tidak memikirkan
berprengaruh negatif terhadap minat seseorang terhadap prestasi dan bisa
menghambat tumbuhnya motivasi berprestasi seorang musisi atau
pemusik.
Dari uraian di atas terlihat bahwa variabel harga diri bisa
berprengaruh terhadap tumbuhnya motivasi berprestasi pada seorng
pemusik. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa harga diri yang
tinggi maka seorang pemusik atau musisi akan mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi pula. Sebaliknya apabila pemusik tersebut
mempunyai harga diri yang rendah maka individu tersebut akan
mempunyai motivasi berprestasi yang rendah pula.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang penusik secara
group (band). Artinya semakin tinggi harga diri seseorang maka
semakintinggi motivasi berprestasinya. Sebaliknya, semakin rendah harga
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara harga diri dengan
motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) di Yogyakarta.
B. Identifikasi variable Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1991). Dalam penelitian ini terdapat
dua jenis variable, yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas
adalah variable yang menjadi sebab kemunculan variable terikat,
sedangkan variable terikat adalah variabel yang diramalkan atau dipandang
sebagai akibat yang muncul oleh adanya variable bebas (Kerlinger, 2000).
Identifikasi variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variable Bebas : Harga Diri
2. Variabel Terikat : Motivasi Berprestasi
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan penelitian dalam
variable yang digunakan dan cara yang dipakai untuk mengukurnya
(Kerlinger, 2000). Definisi operasional kedua variable dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Harga Diri
Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri,
yang sifatnya relatif tetap dan dipengaruhi oleh interaksi seseorang
dengan lingkungan di mana ia tinggal. Tinggi rendahnya harga diri
individu diungkap dengan menggunakan skala harga diri. Semakin
tinggi nilai skor yang diperoleh menunjukan bahwa subyek
mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan semakin rendah skor
yang diperoleh menunjukan semakin rendahnya tingkat harga diri
subyek.
2. Motivasi Berprestasi
Dalam penelitian ini motivasi berprestasi merupakan dorongan
untuk berprestasi atau untuk meraih kesuksesan dalam bidang
bermusik, semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukan bahwa
subyek mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, sedangkan
semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah motivasi
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti
atau diselidiki (Hadi, 1994). Populasi dalam penelitian ini adalah
pemusik-pemusik yang bermain music secara group (band) di
Yogyakarta.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang di anggap bisa mewakili
populasi yang ada. Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu sampel atau subyek
dipilih berdasarkan ciri- ciri yang telah ditentukan sebelumnya.
Batasan populasi penelitian adalah sebagai berikut:
a. Usia 18-25 tahun
Dalam usia ini dianggap sebagai usia produktif sebagai pemusik
untuk memulai karier atau memfokuskan diri pada masa depan
yang dipilih. Dengan kata lain pada usia yang tergolong remaja
akhir ini mempunyai tuntutan yang lebih besar untuk berprestasi
karena harus mempersiapkan harus mempersiapkan karir dan masa
depan secara serius.
b. Berdomisili di Yogyakarta
Dengan asumsi bahwa subyek yang tinggal di Yogyakarta
sudah melekat pada kota Yogyakarta sebagai kota yang
menjunjung tinggi nilai budaya dan kesenian.
E. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini mengukur hubungan antara harga diri dengan
motivasi berprestasi pada seorang pemusik. Maka untuk mengolah data
digunakan teknik korelasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Skala harga diri
2. Skala motivasi berprestasi
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan
skala model Likert. Pernyataan yang digunakan dalam skala merupakan
skala terstruktur, yang mana jawaban sudah disediakan dan subjek hanya
memilih satu jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek.
Menurut Hadi (1991) modifikasi terhadap skala Likert perlu
dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala 5
tingkat yaitu:
1. Kategori belum memutuskan jawaban mempunyai arti
ganda, yaitu bisa diartikan belum memutuskan atau
memberi jawaban, atau bisa juga diartikan netral, setuju
tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu – ragu. Kategori yang mempunyai arti ganda ini tentu tidak
2. Tersedianya jawaban di tengah dapat menimbulkan
kecenderungan menjawab ke tengah terutama bagi mereka
yang ragu-ragu atas arahan kecenderungan jawaban, ke
arah setuju atau tidak setuju.
3. Maksud kategorisasi jawaban sangat setuju (SS) – setuju(S) – tidak setuju(TS) – sangat tidak setuju(STS) yaitu untuk dapat melihat kecenderungan pendapat
responden ke arah sesuai atau tidak sesuai.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model Try Out terpakai, yang artinya skala yang digunakan
sebagai alat pengumpul data hanya diberikan sekali saja kepada suyek.
Skala untuk Try Out penelitian ini diberikan kepada subyek yang sama
dengan melakukan korelasi item total secara keseluruhan yang kemudian
setelah diperoleh sisa total item yang gugur baru kemudian dilakukan
analisis kedua.
Adapun skala yang digunakan dalam masing-masing variabel
penelitian ini adalah:
1. Skala harga diri
Tingkat harga diri diukur dengan menggunakan skala yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pembentukan harga diri
a. Power : Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol
orang lain dan mengontrol dirinya sendiri. Pada situasi tertentu
kebutuhan ini ditunjukan dengan penghargaan dan
penghormatan dari orang lain. Aspek ini dapat berupa pengaruh
dan wibawa pada seorang individu. Ciri-ciri individu yang
mempunyai aspek ini biasanya menunjukan sikap asertif.
b. Virtue : ketaatan pada nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang
ada dalam masyarakat. Seseorang yang taat pada aturan-aturan
dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat akan
mempunyai perasaan berharga dan bangga pada diri sendiri.
Hal ini disebabkan bahwa dengan menunjukan perilaku yang
diharapkan dan diinginkan oleh masyarakat, maka orang lain
akan menghargai dan menghormati individu yang bersangkutan
sebagai orang yang berkelakuan baik dan bisa dijadikan
teladan. Hal ini akan mendorong terbentuknya harga diri yang
positif, demikian juga sebaliknya. Aspek ini ditunjukan dengan
bagaimana individu melihat persoalan benar atau salah
berdasarkan moral, norma, dan etika yang berlaku di dalam
lingkungan interaksinya.
c. Significance : keberartian individu dalam lingkungan. Individu
akan merasa berarti jika ada penghargaan, penerimaan,
perhatian, dan kasih sayang dari orang-orang terdekat seperti
yang mendukung, menerima, dan menghargai individu akan
membuat individu semakin berarti yang akhirnya membentuk
harga diri yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan tidak atau
jarang memberikan stimulus positif berupa penerimaan,
penghargaan atau dukungan kepada seorang individu, maka ia
akan merasa ditolak dan kemudian akan mengucilkan diri.
d. Competence : Kemampuan untuk mencapai apa yang
dicita-citakan atau diharapkan. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan yang dimiliki individu, dengan adanya
kemampuan yang cukup individu merasa yakin untuk mencapai
apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah
yang dihadapinya. Aspek ini didukung oleh pengalaman
tentang kesuksesan yang pernah diraih seseorang yang
membuat individu yakin dan mampu menghadapi setiap
masalah. Sedangkan pengalaman masa lalu yang penuh dengan
kegagalan akan membuat individu bermasalah dengan harga
dirinya.
Aspek-aspek tersebut digunakan untuk membuat 42 item
pernyataan yang terdiri dari 22 item favorabel dan 20 item unvavorabel.
Selanjutnya penyebaran item dari tiap aspek pada skala harga diri dapat
Tabel 1
Tabel Spesifikasi Item- item skala harga diri
No Aspek No Item
Responden diminta untuk memilih alternatif jawaban yang paling
sesuai dengan dirinya dan dalam skala tersebut tidak ada jawaban “benar atau salah”, sehingga responden bebas memilih alternatif jawaban tersebut,
yaitu pilihan jawaban sangat setuju (SS) , setuju(S), tidak setuju(TS),
sangat tidak setuju(STS) . Pemberian skor Skala Harga Diri dimulai dari
angka 4 sampai 1 untuk item-item yang favorable (pernyataan positif) dan
angka 1 sampai 4 untuk item-item yang unfavorable (pernyataan negatif).
Subyek yang memperoleh skor tinggi dalam Skala Harga Diri
yang memperoleh skor yang rendah dalam Skala Harga Diri
mengindikasikan bahwa subyek memiliki harga diri yang rendah.
2. Skala Motivasi Berprestasi
Skala ini disusun berdasarkan 6 aspek dari motivasi yang
dikemukakan oleh Haditono (Ratna, 2002). Akan tetapi aspek motivasi
berprestasi tersebut lebih dispesifikasikan menjadi aspek motivasi
berprestasi di bidang musik. Enam aspek tersebut adalah:
a. Keinginan untuk berprestasi sebaik-baiknya
b. Mengadakan antisipasi berencana
c. Usaha-usaha yang kreatif untuk mencapai cita-cita
d. Perasaan yang kuat dalam pencapaian tujuan
e. Tidak takut gagal dan berani mengambil resiko
f. Mempunyai perasaan tanggung jawab personal
Aspek – aspek tersebut digunakan untuk membuat 50 item pernyataan yang terdiri dari 26 item favorabel dan 24 item unvavorabel.
Selanjutnya penyebaran item dari tiap aspek pada skala harga diri dapat
Tabel 2
Tabel Spesifikasi Item- item Skala Motivasi Berprestasi
No Aspek No Item
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu harus diuji
validitas dan reliabilitasnya untuk mendapatkan item-item yang valid dan
reliabel, sehingga tidak terjadi kesesatan dan kekeliruan dalam
pengukuran. Alat ukur dalam mengungkap atribut-atribut yang hendak di
ukur memegang peranan yang sangat penting dalam pengukuran sikap
Azwar (1996) mendefinisikan validitas yaitu suatu ukaran
untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu alat tes dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi bila instrumen tersebut menjalankan
fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut
Tipe validitas yang digunakan dalam Skala Harga Diri dan
Skala Motivasi Berprestasi ini adalah validitas isi. Validitas isi
menunjukan sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan
kawasan isi yang hendak diukur (Azwar, 1996). Analisis validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement, sehingga
validitas isi telah terpenuhi apabila item-item dalam tes sesuai dengan
blue-printnya, sesuai dengan batasan domain ukur yang telah
ditetapkan semula dan masing-masing item telah sesuai dengan
indikator perilaku yang hendak diungkapnya (Azwar, 2001).
2. Reliabilitas
Reliabilitas (keajegan, konsistensi, kestabilan) pada dasarnya
menunjukan pada konsep sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 1996). Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik
ditunjukan dengan suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.
Estimasi reliabilitas dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal
3. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan dengan cara menguji karateristik
masing-masing item yang menjadi bagian tes. Apabila terdapat item tidak
memenuhi syarat kualitas, maka tidak dapat diikutkan dalam bagian
tes. Salah satu kualitas yang baik adalah konsistensi antara item
dengan tes secara keseluruhan atau sering disebut dengan korelasi item
total. Pengujian reliabilitas dan validitas hanya dapat dilakukan
terhadap item-item yang telah teruji dan terpilih (Azwar, 1999).
Sebagai kriteria pemilihan berdasarkan koefisien korelasi total,
digunakan batasan (rix) ≥ 0,3. Semua item yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar,
1999).
4. Hasil Uji Coba Alat Penelitian
a. Hasil Uji Coba Skala Harga Diri
Skala Harga Diri dihitung menggunakan SPSS for windows versi
16.0. Seleksi item menggunakan koefisien korelasi item total. Kriteria
item yang diterima jika korelasinya positif dan sama dengan atau lebih
besar dari 0,3 (Azwar, 1999). Uji reliabilitas Skala Harga Diri pada 42
item dengan α = 0,925 dan 8 item gugur. Setelah menghilangkan item gugur, koefisien reliabilitas α = 0,937 dengan 34 item. Hasil uji coba
Tabel 3
Tabel Item- item Skala Harga Diri (Distribusi Item Valid dan Gugur)
No Aspek No Item Favorable No item
Unfavorable Jumlah
1 Power 1, 5, 7, 16, 18, 19,
20, 22, 26, 30*, 42
2, 9, 11*, 12*,
15, 28, 29, 32, 38
20
2 Virtue 24, 27, 36, 40 4
3 Significance 3, 4, 8, 35* 17, 21, 23, 31,
34,
9
4 Competence 10*, 14, 37, 6*, 13, 25, 33*,
39*,41
9
Jumlah 22 20 42
Pada tabel diatas nomer item yang diberi tanda bintang adalah
nomor item yang gugur. Tabel 4 berikut ini menunjukan spesifikasi
Tabel 4
Tabel Spesifikasi Item- item skala harga diri Sebelum dan Sesudah Uji Coba
b. Hasil Uji coba Skala Motivasi berprestasi
Skala Motivasi Berprestasi dihitung menggunakan SPSS
for windows versi 16.0. Seleksi item menggunakan koefisien
korelasi item total. Kriterian item yang diterima jika korelasinya
positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0,3 (Azwar, 1999).
Uji reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi pada 50 item dengan α = 0,930 dan 9 item gugur. Setelah menghilangkan item gugur,
Tabel 5
Tabel Spesifikasi Item- item Skala Motivasi Berprestasi (Distribusi Item Valid dan gugur)
Tabel 6
Tabel Spesifikasi Item- item Skala Motivasi Berprestasi Sesudah Uji coba
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi
Uji asumsi merupakan salahsatu syarat dalam penggunaan
tehnik korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan
data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai
a. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara
distribusi sebaran variabel prediktor dan variabel kriterium dalam
penelitian ini bersifat normal atau tidak. Data dinyatakan
berdistribusi normal apabila signifikasi lebih besar daripada 5%
atau 0.05. Sebaliknya, apabila nilai signifikasi yang diperoleh lebih
kecil dari 5% atau 0.05, maka sebaran data tersebut tidak
berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan
dengan Kolmogorov-Smirnov pada SPSS for Windows versi 16.0
b. Uji linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara
skor variabel prediktor dan variabel kriterium merupakan bergaris
lurus atau tidak. Jika hubungan antara dua variabel tersebut
menunjukan garis lurus maka dapat dinyatakan terdapat korelasi
linier antara kedua variabel. Data dinyatakan linear apabila dua
variabel mempunyai signifikasi kurang dari 0.05 (Priyatno, 2008).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan positif
antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik secara grup
di Yogyakarta. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dengan sekala harga diri
dan motivasi berprestasi dilaksanakan tanggal 21 Februari 2011- 27
Februari 2011, dengan subyek para pemain musik yang biasa berlatih di
Rockstar Studio, Yogyakarta yang berusia 18 sampai 25 tahun. Peneliti
membagikan 50 skala pada subjek dan kembali dengan jumlah yang sama
pada peneliti. Akan tetapi terdapat 1 eksemplar yang tidak memenuhi
umur yang ditetapkan sehingga jumlah total skala yang memenuhi syarat
untuk di analis adalah 49 eksemplar.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
membagikan kedua jenis skala kepada subyek untuk diisi. Skala harga diri
terdiri dari 42 item sedangkan skala motivasi berprestasi terdiri dari 50
item.
B. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran variabel
maka data tidak dapat dianalisis. Penelitian uji normalitas diolah dengan
menggunakan SPSS for Windows versi 16.0.
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kolmogorov- Smirnov
Signifikansi Keterangan
Harga diri 0.844 0.475 Normal
Motivasi
berprestasi
0.996 0.275 Normal
Hasil di atas diperoleh Kolmogorov-Smirnov untuk variabel harga
diri sebesar 0,844 dengan signifikasi 0,475. Nilai signifikansi tersebut
lebih besar dari 5 % pada variable harga diri, dengan demikian sebaran
data adalah normal.
Data variabel Motivasi berprestasi Kolmogorov-Smirnov sebesar
0.996 dengan signifikansi 0.275 Nilai signifikansi tersebut lebih dari 5 %
pada variabel Motivasi Berprestasi, dengan demikian sebaran data adalah
normal.
2. Uji Linearitas
dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. Dari hasil
pengolahan data, menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai
ini menunjukkan bahwa data antara variabel Harga Diri dan Motivasi
Berprestasi adalah linear karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05).
C. Hasil Penelitian
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment Pada taraf signifikasi 5% (0,05). Uji
Hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0.
Uji hipotesis satu ekor (one tailed) dilakukan pada penelitian ini karena
hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah, yaitu berarah positif.
Dari hasil analisi data diketahui bahwa koefisien korelasi antara
variabel Harga Diri dan Motivasi Berprestasi sebesar 0,779 dengan
signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara variabel Harga Diri dan Motivasi Berprestasi. Jadi,
semakin tinggi Harga diri seseorang maka semakin tinggi juga Motivasi
berprestasi yang di rasakan oleh orang tersebut. Dari penelitian ini,
diketahui bahwa r = 0, 765 dan koefisien determinan (r2) sebesar 60,7%.
Hal ini berarti Harga diri memiliki sumbangan efektif sebesar 60,7 %
terhadap Motivasi berprestasi. Sedangkan 39,3% lainya dipengaruhi oleh