• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) di Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) di Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI

DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA PEMUSIK SECARA GROUP (BAND) DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Program Studi Ilmu Psikologi

Oleh :

Mathias Bagus Setiawan NIM : 049114024

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI

DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA PEMUSIK SECARA GROUP (BAND) DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Program Studi Ilmu Psikologi

Oleh :

Mathias Bagus Setiawan NIM : 049114024

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

"Get up...Stand up...Dont give up to fight.."

(6)

...dan aku persembahkan untuk...

Yesus Kristus

Bapak dan Ibu

Adik – adiku

Saudara

Sahabat

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan

dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 September 2011 Penulis

(8)

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI

DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA PEMUSIK SECARA GROUP (BAND) DI YOGYAKARTA

Mathias Bagus Setiawan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) di Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang penusik secara group (band) di Yogyakarta. Artinya semakin tinggi harga diri seseorang maka semakin tinggi motivasi berprestasinya. Sebaliknya, semakin rendah harga diri seseorang maka motivasi berprestasinya juga semakin rendah. Penelitian dilakukan pada 50 pemusik yang mempunyai group band dan berdomisili di Yogyakarta dengan rentang umur 18 tahun hingga 25 tahun. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala harga diri dan skala motivasi berprestasi yang dibuat oleh peneliti. Pada penelitian ini data dari hasil uji coba akan sekaligus menjadi data penelitian. Pada skala harga diri diperoleh koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,937 dan pada skala motivasi berprestasi koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,945. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,779 dengan signifikasi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel harga diri dan motivasi berprestasi. Hal juga ini menandakan bahwa hipotesis awal penelitian, yaitu ada hubungan positif dan signifikan antara harga diri dan motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) dapat diterima.

(9)

THE RELATION BETWEEN SELF-ESTEEM

AND ACHIEVEMENT MOTIVATION IN GROUP MUSICIAN (BAND) IN YOGYAKARTA

Mathias Bagus Setiawan

ABSTRACT

This research aim to find out the relation between self-esteem and achievement motivation in group musician (band) in Yogyakarta. The proposed hypothesis is that there is positive relation between self-esteem with achievement motivation in group musician (band) in Yogyakarta. It means that the higher of someone’s self-esteem, the higher his/her achievement motivation. On the contrary, the lower of someone’s self-esteem, the lower his/her achievement motivation. The research was done to 50 musicians who have band and live in Yogyakarta. The respondents were in between 18 to 25 year old. This research used self-esteem scale and achievement motivation scale which were created by the researcher. The data derived from the trial result would be the data of the research. From self-esteem scale is obtained 0.937 alpha reliability coefficients and from the achievement motivation is obtained 0.945 reliability coefficient. The result of the data analysis indicated that the correlation coefficients were 0.779 with 0.000 significances. It means there is positive and significance relation between the variable of self-esteem and achievement motivation. It also marks that research beginning hypothesis, i.e. positive and significance relation between self-esteem and achievement motivation in group musician (band) is accepted.

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Mathias Bagus Setiawan

Nomor Mahasiswa : 049114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Harga Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Pemain Musik Secara Group (Band) di Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 September 2011

Yang menyatakan,

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

rahmatnya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. V, Didik Suryo H., M.Si. selaku dosen penguji skripsi, yang telah

membimbing dan memberikan masukan hingga mempermudah

pengerjaan skripsi ini

4. Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi,. M.Psi. selaku dosen penguji

skripsi, yang telah memberikan masukan hingga mempermudah

pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Ibu dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi (Mas Gandung, Mbak Nanik,

Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie), terimakasih atas segala kerjasama

yang diberikan untuk kelancaran studi penulis di Fakultas Psikologi.

7. Bapak, Ibu, Monica, Maria, dan segenap Keluarga Besar Thomas

(12)

8. Sahabat-sahabatku Topik, Renda, Bayu, Kang Broti, Nita Kriwiel yang

menemaniku di saat akhir diselesaikanya skripsi ini.

9. Keluarga Besar Rockstar Studio & Recording, Henry, Angger, Desi,

wowok, raka, robby, Aldi, Ari atas kesempatan dan persaudaraannya.

10.Semua saudaraku yang tidak bisa disebutkan satu persatu di KBR

United, Tumindak Ngiwo, JB, Red Pavlov, KBT, PoyBoys dan

teman-teman di Psikologi yang selalu memberikan semangat dan tempat

untuk mengaduh serta yang slalu memberikan keceriaan kepadaku.

11.Seisen, The Crocodile, Lolelones, Mas Andi Savior, Sudenly Sunday,

Modern Age, dan semua band yang tidak bisa disebutkan satu persatu

yang telah andil dalam penyelenggaraan penelitian ini.

12.Keluarga besar Bp.Petrus Suwardanis dan Scholastica Ardyannita atas

suka duka, cinta dan hidup yang membuatku belajar menjadi lebih

dewasa.

13.Michel Cahyo(Ciel), terbanglah tinggi dan teruslah bernyanyi.

14.Playing For Change Foundation, thx for the passion and inspiration,

Marley’s Family dan Mas Tony-Q, heal the world and let’s get the

better pleace.

15.Semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu. Terimakasih

semuanya. Jah Bless...!!

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

(14)

A. Motivasi Berprestasi ... 7

1 Pengertian Motif dan Motivasi ... 7

2 Pengertian Motivasi Berprestasi ... 9

3 Aspek – Aspek Motivasi Berprestasi ... 11

4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ... 14

B. Harga Diri ... 16

1 Pengertian Harga Diri ... 16

2 Pembentukan Harga Diri ... 18

3 Penggolongan Harga Diri ... 22

C. Pemusik dan Group Band ... 23

1. Pemusik...23

2. Group Band...24

D. Hubungan Harga Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Pemusik ... 24

E. Hipotesis ... 27

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... .29

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... .29

C. Definisi Operasional... .29

D. Populasi dan Sampel ... .31

E. Metode Pengumpulan Data ... .32

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... .38

1 Validitas Alat Tes... .38

(15)

3 Seleksi Item ... .39

4 Hasil Uji Coba Alat Penelitian ... .40

G. Teknik Analisis Data ... .44

1 Uji Asumsi ... .44

2 Uji Hipotesis ... .45

BAB IV : PEMBAHASAN ... .46

A. Pelaksanaan Penelitian ... .46

B. Uji Asumsi ... .46

1 Uji Normalitas ... .46

2 Uji Linearitas... .47

C. Hasil Penelitian ... .48

1 Uji Hipotesis ... .48

2 Uji Tambahan ... .49

D. Pembahasan ... .50

BABV KESIMPULAN DAN SARAN ... .55

A. Kesimpulan ... .55

B. Saran ... .55

DAFTAR PUSTAKA ... .57

(16)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Harga Diri ... 36

2. Tabel Spesifikasi Item-item Skala Motivasi Berprestasi ... 38

3. Tabel Item – Item Skala Harga Diri (Distribusi Item Valid dan Gugur) .. 41

4. Tabel Spesifikasi Item – item skala harga diri sebelum dan sesudah Uji

coba ... 42

5. Tabel Spesifikasi item – item Skala Motivasi Berprestasi (Distribusi

Item Valid dan Gugur) ... 43

6. Tabel Spesifikasi item – item Skala Motivasi Berprestasi Sebelum dan

Sesudah Uji Coba ... 44

7. Tabel Hasil Uji Normalitas ... 47

(17)

DAFTAR SKEMA

1. Hubungan Antara Motif dan Motivasi ... 8

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala ... 59

1.1 Skala Harga Diri ... 60

1.2 Skala Motivasi Berprestasi ... 64

Lampiran 2 : Data Penelitian... 68

2.1 Skoring Skala Harga Diri ... 69

2.2 Skoring Skala Motivasi Berprestasi ... 72

Lampiran 3 : Hasil Analisis Aitem Dan Reabilitas ... 79

3.1 Reliabilitas Skala Harga Diri Sebelum di Seleksi ... 80

3.2 Reliabilitas Skala Harga Diri Setelah di Seleksi ... 82

3.3 Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi Sebelum di Seleksi ... 84

3.4 Reliabilitas Skala Harga Diri Setelah di Seleksi ... 86

Lampiran 4 : Hasil Uji Asumsi ... 88

4.1 Uji Normalitas ... 89

4.2 Uji Linearitas ... 90

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Yogyakarta merupakan sebuah kota yang dikenal sebagai kota pelajar

dan kota budaya di mata dunia. Seiring berkembangnya waktu Yogyakarta

dapat dikatakan sebagai miniatur Indonesia karena di kota ini banyak dijumpai

pelajar maupun mahasiswa yang berasal dari seluruh pelosok di Indonesia, dari

Sabang sampai Merauke. Sebagai kota seni dan budaya, Yogyakarta sudah

menciptakan banyak musisi besar yang terkenal di tingkat nasional maupun

tingkat internasional.

Perkembangan musik di Indonesia dan di Yogyakarta khususnya

tergolong sangat pesat. Bila dilihat dari perkembangan jumlah group musik

(band) yang ada di Yogyakarta sampai saat ini diperkirakan sudah mencapai

600 group band.(www.kompasiana.com) Beberapa band besar seperti Sheila on

7, Jikustik, Shaggy Dog dan Endank Soekamti juga berasal dari kota ini. Selain

itu banyak sekali band-band lokal yang ingin mengikuti jejak band-band besar

itu untuk mencoba menjadi band berkelas nasional maupun internasional.

Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi perilaku seniman-seniman

muda ini yang memilih jalur musik mereka secara group band. Mereka akan

berlomba-lomba agar musik mereka dikenal semua orang dan menciptakan

(20)

musik. Secara tidak langsung semua perilaku yang terbentuk itu akan

mempengaruhi motivasi berprestasi individu tersebut.

Lingkungan atau budaya merupakan salah satu faktor esensial bagi

pengembangan motif berprestasi. Bila kebudayaan tempat individu dilahirkan

dan dibesarkan memberikan dukungan yang besar pada individu untuk

mengembangkan motif berprestasi maka individu tersebut akan memiliki motif

berprestasi yang tinggi (Martaniah, 1984). Hal ini juga mendorong grup-grup

band ini untuk membentuk suatu komunitas atau perkumpulan dan

mengadakan kegiatan rutin untuk menampilkan hasil karya mereka dan

memajukan komunitas mereka. Saat ini bermunculan komunitas-komunitas

musik seperti Common People yang beranggotakan kurang lebih 20 band

beraliran Garage Pop, IRC (Indonesian Reggae Community) yang

beranggotakan 500 band beraliran reggae di wilayah Yogyakarta dan di

Indonesia, Jazz Mben Senen (Jazz setiap hari Senin) yaitu komunitas pemusik

yang beraliran Jazz yang diadakan di Kota Baru setiap hari Senin disetiap

minggunya sampai sekarang. Secara berkala komunitas ini selalu mengadakan

pementasan band-band anggota mereka dan selalu menyedot perhatian

penikmat musik di Yogyakarta.

Fenomena bermunculannya band-band lokal ini ini terus berlangsung

sampai sekarang. Beberapa individu memilih bermain musik seperti ini bukan

lagi sebagai hobby semata tetapi menjadikannya pekerjaan yang tetap. Dari

sekian banyak band yang bermunculan itu tidak sedikit pula yang mengalami

(21)

kebutuhan berprestasi yang tinggi akan tekun dan lebih lama saat mereka mulai

menemui kegagalan dalam pekerjaan mereka dan akan bekerja lebih keras

untuk menyelesaikan tugas tersebut hingga selesai (McClelland, 1985).

Sedangkan orang yang tidak mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi

mereka akan menghindari melakukan kegiatan itu lagi karena mereka merasa

gagal.

Tinggi rendahnya motivasi berprestasi seseorang juga bisa dilihat dari

perilakunya sehari-hari. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi

akan menunjukan perilaku tidak mudah putus asa, berusaha berprestasi

sebaik-baiknya, bekerja dengan tekun, menganggap kesulitan sebagai tantangan, dan

sebagainya (Munandar, 1987). Faktor latihan juga merupakan suatu aspek

penentu dan juga menjadi tolok ukur pemusik dalam melihat motivasinya

untuk berprestasi. Baik buruknya prestasi yang bisa di raih individu tersebut

dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satunya adalah motif berprestasi. Motif

berprestasi merupakan dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri

individu (internal) maupun dari luar individu (eksternal) untuk mencapai

kesuksesan atau mencapai prestasi.

Tinggi rendahnya motivasi berprestasi seorang pemusik ini secara tidak

langsung akan berhubungan dengan kepercayaan diri yang ia bangun, baik di

atas pentas maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Saat seorang mempunyai

motivasi berprestasi yang tinggi ia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih

kesuksesan atau keberhasilan yang ia impikan. Kemudian dengan keberhasilan

(22)

percaya diri yang tinggi sangat dibutuhkan oleh seseorang, karena dengan

percaya diri seseorang akan merasa yakin atas kemampuannya dan merasa bisa

menungguli orang lain.

Menurut Maslow (dalam Schultz,1991), apabila seseorang

merasakan suatu perasaan penghargaan diri dalam atau penghargaan diri, ia

akan merasa yakin dan aman akan dirinya, merasa berharga dan adekuat (serasi

dan seimbang). Apabila seseorang kekurangan harga diri, ia akan merasa

rendah diri, kecil hati dan tidak berharga dalam menghadapi kehidupan.

Supaya memiliki perasaan harga diri yang sejati hendaknya seseorang

mengetahui dirinya dengan baik dan mampu menilai secara objektif

kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya. Seseorang tidak dapat menghargai

dirinya, jika ia tidak mengetahui siapa dan apa dia sebenarnya.

Harga diri adalah suatu penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri,

yaitu dapat menerima diri sendiri dengan segala keterbatasannya (Husanain &

Noor,1979). Sedangkan Coopersmith (1987) menjelaskan, bahwa harga diri

adalah penilaian diri yang dibuat oleh seseorang terhadap dirinya yang sifatnya

relatif tetap, diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan dan dari

penerimaan penghargaan dan perlakuan orang terhadap dirinya. Orang yang

memiliki harga diri tinggi akan dapat menerima kegagalan dan keberhasilan

secara wajar dan lebih realistik, mempunyai motivasi yang kuat dalam

menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi kompetitif, lebih percaya

diri dan merasa lebih mampu, serta cenderung cemerlang dan lebih beraspirasi.

(23)

sendiri dan selalu meragukan kemampuannya, karena yang dilihat hanya

kekurangannya saja (Hurlock, 1976).

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang

hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang pemusik

secara grup khususnya di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada

hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik

secara band di Yogyakarta?

C. Tujuan Penenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara

harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang pemusik secara band

di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan

sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi, terutama psikologi

sosial, psikologi perkembangan, atau bidang lain yang ada kaitannya

dengan harga diri atau motivasi berprestasi, sehingga dapat menjadi bahan

(24)

Secara praktis, penelitian ini bisa memberikan informasi bagi para

pemusik, penikmat musik dan para pembaca mengenai harga diri dan

(25)

BAB II

DASAR TEORI

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motif dan Motivasi

Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang

menyebabkan seseorang melakukan tindakan-tindakan tertentu

(Handoko, 1992). Menurut Martaniah (1984) motif dapat diartikan

sebagai suatu konstruksi yang potensial dan laten yang dibentuk oleh

pengalaman-pengalaman dan secara relatif dapat bertahan meskipun

kemungkinan berubah masih ada dan mempunyai fungsi mengarahkan

atau menggerakan perilaku ke arah tujuan tertentu.

Menurut Handoko (1992), motivasi merpakan suatu tenaga

atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia yang dapat

menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah laku.

Motivasi bisa muncul karena faktor internal maupun eksternal.

Artinya, motivasi bisa muncul karena kehendak kita atau disebabkan

oleh lingkungan di sekitar.

Handoko (1992) juga mengemukakan bahwa ada hubungan

yang erat antara motif dan motivasi yaitu motif lebih mengarah pada

dorongan atau keinginan untuk mencapai tujuan, sedangkan motivasi

(26)

memenuhi dorongan dan mencapai tujuan. Hubungan yang erat antara

motif dan motifasi mengandung arti bahwa dalam istilah motivasi itu

sendiri sudah mencakup pengertian tentang motif sebagai penggerak

dan pengarah tingkah laku, sehingga Mc Clelland (dalam Martaniah

1984) menggunakan istilah motif dan motivasi dalam arti yang sama

atau secara sinonim.

Handoko (1992) juga menggambarkan hubungan antara

motif dan motivasi sebagai berikut:

SKEMA 1

Hubungan antara motif dan motivasi

Dorongan (drive)

Motif Perbuatan

tujuan

Kebutuhan (drive)

Motivasi

Berdasarkan skema dan beberapa pendapat diatas bisa

disimpulkan bahwa motif lebih mengarah pada dorongan atau

keinginan untuk mencapai tujuan, sedangkan motivasi berfungsi

sebagai penunjang dari motif atau sebagai kekuatan untuk memenuhi

(27)

2. Pengertian Motivasi Berprestasi

Setiap tindakan manusia selalu didorong oleh faktor-faktor

tertentu sehingga terjadi suatu tingkah laku atau perbuatan. Faktor

pendorong inilah yang disebut motif (Ninawati, 2002). Menurut

Handoko (1992) motif adalah suatu alasan atau dorongan yang

menyebabkan individu berbuat sesuatu atau melakukan tindakan

tertentu. Motif-motif tersebut pada saat tertentu akan menjadi aktif

bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.

Selanjutnya Murray & Lindgren (dalam Martaniah, 1984)

menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk

berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi rintangan-rintangan dan

memlihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha

untuk melebihi perbuatan yang lampau dan untuk menungguli orang

lain. Sedangkan Heckhausen (dalam Martaniah, 1984)

mengungkapkan bahwa motif berprestasi adalah suatu usaha untuk

meningkatkan atau mempertahankan kecakapan pribadi setinggi

mungkin dalam segala aktifitas.

Sampai saat ini, konsep kebutuhan Murray tampaknya masih

banyak digunakan untuk menjelaskan motivasi dan arah dari perilaku

(dalam Schultz & Schultz, 1994). Murray mengkategorikan kebutuhan

menjadi dua kategori yaitu kebutuhan primer (primer needs) dan

kebutuhan sekunder (sekunder needs). Kebutuhan primer adalah

(28)

atau kebutuhan yang diperlukan untuk tetap bertahan hidup.

Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang bersifat tidak

dipelajari. Di sisi lain, kebutuhan sekunder diartikan sebagai

kebutuhan yang timbul dan berkembang setelah kebutuhan primer

terpenuhi. Contoh dari kebutuhan sekunder tersebut adalah kebutuhan

untuk berprestasi (need of achievement) dan kebutuhan untuk

berafiliasi (need of affiliation).

Sejalan dengan Murray, Mc Clelland dan Green (dalam

Fieldman, 1992) menyebutkan bahwa di dalam manusia selain ada

dorongan yang bersifat biologis, terdapat juga dorongan lain yang

sangat kuat dan tidak memiliki dasar biologis yaitu kebutuhan untuk

mendapatkan prestasi. Kebutuhan untuk mendapatkan prestasi

merupakan salah satu kebutuhan sosial karena motif ini dipelajari

dalam lingkungan dan melibatkan orang lain serta motif ini

merupakan suatu komponen penting dalam kepribadian yang

membuat manusia berbeda satu dengan yang lain (Morgan, dkk, 1986)

Mc Clelland (dalam Robin, 1996) mengartikan motivasi

berprestasi sebagai dorongan untuk mengungguli dan berprestasi

sehubungan dengan seperangkat standar serta berusaha untuk

mendapatkan keberhasilan. Dengan motivasi berprestasi yang tinggi

seseorang akan mampu mengatasi setiap masalah dan rintangan untuk

(29)

Menurut Hurlock (1996) motivasi berprestasi seseorang juga

bisa ditimbulkan oleh adanya keinginan untuk merasa puas dan

keinginan untuk menjadi tenar atau terkenal. Adanya kepuasan pribadi

dan ketenaran yang diperoleh atas suatu prestasi menyebabkan

individu tersebut sangat berminat terhadap prestasi.

Berdasarkan definisi motivasi berprestasi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian motivasi berprestasi adalah suatu

dorongan atau keinginan yang berasal baik dari dalam diri individu

(internal) maupun dari luar individu (eksternal) untuk mengungguli

dan mencapai prestasi atau keberhasilan.

3. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi

Haditono, 1987 (Ratna, 2002) mengungkapkan mengenai

aspek-aspek dari motivasi berprestasi atau indicator dari motivasi

berprestasi, yaitu:

a. Keinginan untuk berprestasi sebaik-baiknya.

Keinginan untuk berprestasi (need of achievement) adalah

keinginan yang juga diungkap oleh Murray. Menurut Murray

ada beberapa orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk

berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi daripada

imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk

melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien jika

(30)

b. Mengadakan antisipasi berencana.

Antisipasi berencana merupakan suatu perencanaan yang

disusun dan dibuat untuk menanggulangi kejadian yang tidak

terduga sekaligus membuat suatu pola pikir yang sistematis

untuk memudahkan individu dalam mencapai apa yang

diinginkan.

c. Usaha-usaha yang kreatif untuk mencapai cita-cita.

Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang

untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan

maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi

dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif

berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dalam

pencapaian cita-cita diperlukan usaha-usaha yang kreatif

sebagai sarana pencapaian dan cita – cita dan juga antisipasi

adanya kejadian atau hal – hal yang diluar perkiraan.

d. Perasaan yang kuat dalam pencapaian tujuan

Perasaan yang kuat dalam pencapaian tujuan dapat

diaplikasikan dalam setiap hal yang bisa kita lakukan dalam

rangka untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Misalnya

dengan berlatih tekun kita akan menjadi terbiasa dengan

pekerjaan dan menjadi siap dalam menghadapi semua hal yang

terjadi. Seringkali kita terpaku hanya pada tujuan hidup yang

(31)

dari kemampuan kita. Untuk itu diperlukan suatu keyakinan

diri bahwa kita harus melihat lebih jauh tujuan hidup yang

lebih besar lagi.

e. Tidak takut gagal dan berani mengambil resiko

Seorang yang berani mengambil resiko adalah berani berbuat

dan tidak takut gagal. Untuk itu yang harys dimiliki adalah

kejujuran pada diri sendiri tentang perasaan dan kebutuhan.

Orang yang tidak takut gagal biasanya berani mencoba sesuatu

yang baru atau berbeda dan tidak takut gagal, merasa nyaman

dengan dirinya, sadar akan kemampuan dirinya sehingga dia

tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu kita harus mengenali

resiko pada setiap langkah yang akan kita ambil dan

membandingkan dengan pengalaman yang akan kita peroleh

jika kita mencoba sesuatu yang baru.

f. Mempunyai perasaan tanggung jawab personal.

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri

manusia. Ia akan selalu ada dalam diri individu karena pada

dasarnya tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar

yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Tanggung

jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan,

yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap

(32)

Dari aspek-aspek tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha

untuk mencapai suatu prestasi dengan usaha-usaha yang kreatif dan

tanggung jawab.

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya

motivasi berprestasi seseorang:

a. Kemampuan Intelektual

Menurut Mc Clelland (dalam Riza, 2001) kemampuan

intelektual merupakan faktor penting dalam menentukan

motivasi berprestasi seseorang. Semakin baik kemampuan

intelektual seseorang maka ia cenderung lebih mudah dalam

menganalisa suatu permasalahan, menilai suatu hal, dan

mencari pemecahan masalah dengan cepat dan efektif. Hal ini

menyebabkan individu memiliki keinginan untuk mencapai

keberhasilan dengan usaha yang lebih keras, mampu

mengantisipasi kegagalan, dan lebih percaya diri.

b. Budaya

Budaya dari suatu masyarakat yang terdiri dari nilai-nilai dan

sistem sosial bisa mempengaruhi kualitas motif berprestasi dari

setiap anggota masyarakat yang menganutnya. Mc Clelland

(33)

kurang berorientasi pada masa depan, mempunyai aktivisme

rendah, memperlihatkan kebudayaan dengan tingkat motivasi

berprestasi yang rendah.

c. Status sosial-ekonomi Orang tua

Status sosial-ekonomi orang tua akan berpengaruh terhadap

motivasi berprestasi anak-anaknya. Ratna (2002), dalam

penelitiannya menemukan bahwa seorang anak dari orang tua

yang mempunyai status sosial-ekonomi yang lebih tinggi

mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi

dibandingkan anak yang tingkat sosial-ekonomi orang tuanya

lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan perbedaan fasilitas yang

diberikan dan pengetahuan dan pengalaman orang tua tentang

cara mendidik anak. Fasilitas pendidikan yang lengkap akan

mendorong atau memacu semangat anak untuk lebih

berprestasi, dan pengetahuan yang luas atau pendidikan orang

tua yang tinggi akan menghasilkan cara yang tepat untuk

mendidik anak.

d. Harga Diri

Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan memiliki

rasa percaya diri yang tinggi, lebih mampu menjalani

kegiatanya dengan berhasil (Maslow dalam Globe, 1987),

dapat menerima kegagalan dan keberhasilan secara wajar dan

(34)

menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi

kompetitif, lebih percaya diri, dan meraa lebih mampu

(Coopersmith, 1967).

Menurut Hurlock (1996) motivasi berprestasi pada remaja juga

bisa ditimbulkan oleh adanya keinginan untuk merasa puas dan keininan

untuk mernjadi tenar atau terkenal. Adanya kepuasan pribadi dan

ketenaran yang diperoleh atas suatu prestasi menyebabkan seseorang

sangat berminat terhadap prestasi.

Dari beberapa pernyataan di atas, terlihat jelas bahwa timbulnya

motivasi berprestasi pada seseorang bisa disebakan oleh keinginan

individu sendiri dan adanya dorongan dari orang lain.

B. Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Harga diri merupakan penghargaan seseorang terhadap

dirinya sendiri, dan kualitas (tinggi-rendahnya) harga diri seseorang

dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Coopersmith

(1967) menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil penilaian yang

dilakukan oleh seseorang pada dirinya sendiri yang sifatnya relatif

tetap, diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan, seperti

(35)

Tjahjaningsih dan Nuryoto (1994) menyatakan bahwa

penilaian orang lain terhadap atribut yang melekat pada diri remaja

sangat berpengaruh pada penilaiannya terhadap dirinya sendiri.

Atribut yang dinilai baik oleh orang lain atau lingkungan akan

membuat bangga seseorang, shingga bisa menaikan harga dirinya.

Atribut seseorang yang dinilai buruk oleh orang lain akan membuat

orang tersebut merasa malu dan membuat harga dirinya rendah.

Klass dan Hodge (1978) menyatakan bahwa harga diri

merupakan hasil evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan individu

yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan.

Tinggi rendahnya harga diri seseorang juga berpengaruh

pada perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Koswara

(1991) kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan harga diri

menimbulkan perasaan percaya diri, kuat, stabil merasa berguna dan

diperlukan oleh orang lain. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi

kebutuhan harga diri menyebabkan timbulnya perasaan inferior,

lemah, dan tidak berdaya. Hal ini sejalan dengan perndapat Maslow

(dalam Globe, 1987) bahwa seseorang yang memiliki cukup harga diri

akan mempunyai sifat percaya diri, lebih mampu menjalani

kegiatanya dengan berhasil. Sebaliknya jika harga diri kurang atau

rendah maka seseorang akan diliputi rasa rendah diri, tidak berdaya

(36)

Menurut Maslow (dalam Tjahjaningsih dan Nuryoto, 1994)

harga diri bisa diperoleh melalui penghargaan seseorang terhadap

dirinya sendiri maupun penghargaan dari orang lain. Penghargaan dari

diri sendiri meliputi: kebutuhan presentasi, keunggulan dan kompetii,

kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebaan. Sedangkan penghargaan

diri orang lain meliputi: prestise, kedudukan, kemasyuran dan nama

baik, martabat dan penghargaan.

Dari berbagai macam pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa harga diri merupakan suatu hasil penilaian atau evaluasi yang

dibuat dan dipertahankan oleh individu terhadap dirinya sendiri,

sifatnya relatif tetap, dan diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

2. Pembentukan Harga Diri

Harga diri terbentuk dari interaksi individu dengan

lingkungannya, yaitu melalui pengalaman seseorang dalam kehidupan

sehari-hari bersama individu lain. Dalam interaksinya dengan orang

lain individu berusaha mengenal seperti apa orang lain dan seperti apa

dirinya. Menurut Rogers (1954) persoalan mengenai siapa diri kita

atau “siapa saya” akan membentuk suatu konsep yang terorganisir di

dalam diri seseorang. Konsep tersebut kemudian akan membentuk

suatu persepsi secara keseluruhan tentang kualitas, kemampuan,

(37)

orang lain. Hal tersebut kemudian akan membentuk Self-image dari

individu yang kemudian akan membentuk harga dirinya.

Coopersmith (1967) menyatakan bahwa pembentukan harga

diri individu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu berupa penilaian

individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan tingkat penerimaan dan

penghargaan dari orang lain yang dirasakannya. Sedangkan faktor

eksternal yang mempengaruhi pembentukan harga diri individu yaitu

lingkungan sosial dimana individu tersebut tinggal dan berinteraksi,

terutama dari keluarga. Setiap individu akan belajar menilai dirinya

melalui sikap orang tua dan orang-orang dimana individu tersebut

sering berinteraksi.

Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan

teman sebaya juga berpengaruh bagi pembentukan harga diri

seseorang. Brehm & Kassin (1989) mengatakan bahwa apabila

individu merasa ditolak, kurang dicintai dan kurang mendapat

penghargaan dari lingkungannya, maka individu tersebut akan

mengembangkan rasa harga diri yang kurang baik. Sebaliknya apabila

individu diterima, dicintai, dan dihargai oleh lingkungannya, maka ia

akan membentuk dan mengembangkan harga diri yang baik.

Selain itu, harga diri seseorang juga bisa dibentuk dan

dipengaruhi oleh harapan individu terhadap dirinya sendiri. Calhoun

& Acocella (1990) mengatakan bahwa individu membuat evaluasi

(38)

individu dengan gambaran yang diharapkannya, semakin besar

ketidaksesuaian antara kedua hal tersebut akan mengganggu proses

pembentukan harga diri yang sehat.

Tingkat harga diri dapat diukur dengan menggunakan skala

yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pembentukan harga

diri Coopersmith (1967) yaitu:

a. Power : Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol

orang lain dan mengontrol dirinya sendiri. Pada situasi tertentu

kebutuhan ini ditunjukan dengan penghargaan dan

penghormatan dari orang lain. Aspek ini dapat berupa pengaruh

dan wibawa pada seorang individu. Ciri-ciri individu yang

mempunyai aspek ini biasanya menunjukan sikap asertif.

b. Virtue : ketaatan pada nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang

ada dalam masyarakat. Seseorang yang taat pada aturan-aturan

dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat akan

mempunyai perasaan berharga dan bangga pada diri sendiri.

Hal ini disebabkan bahwa dengan menunjukan perilaku yang

diharapkan dan diinginkan oleh masyarakat, maka orang lain

akan menghargai dan menghormati individu yang bersangkutan

sebagai orang yang berkelakuan baik dan bisa dijadikan

teladan. Hal ini akan mendorong terbentuknya harga diri yang

(39)

bagaimana individu melihat persoalan benar atau salah

berdasarkan moral, norma, dan etika yang berlaku di dalam

lingkungan interaksinya.

c. Significance : keberartian individu dalam lingkungan. Individu

akan merasa berarti jika ada penghargaan, penerimaan,

perhatian, dan kasih sayang dari orang-orang terdekat seperti

keluarga, sahabat, atau masyarakat. Dengan adanya lingkungan

yang mendukung, menerima, dan menghargai individu akan

membuat individu semakin berarti yang akhirnya membentuk

harga diri yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan tidak atau

jarang memberikan stimulus positif berupa penerimaan,

penghargaan atau dukungan kepada seorang individu, maka ia

akan merasa ditolak dan kemudian akan mengucilkan diri.

d. Competence : Kemampuan untuk mencapai apa yang

dicita-citakan atau diharapkan. Hal ini berhubungan dengan

kemampuan yang dimiliki individu, dengan adanya

kemampuan yang cukup individu merasa yakin untuk mencapai

apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah

yang dihadapinya. Aspek ini didukung oleh pengalaman

tentang kesuksesan yang pernah diraih seseorang yang

membuat individu yakin dan mampu menghadapi setiap

(40)

kegagalan akan membuat individu bermasalah dengan harga

dirinya.

Coopersmith (1967) menyatakan bahwa sejarah kehidupan

masa lalu seseorang yang penuh dengan trauma dan kegagalan akan

berprengaruh negatif terhadap pembentukan dan perkembangan harga

diri seseorang.

3. Penggolongan Harga Diri

Harga diri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu harga diri tinggi dan

harga diri rendah (Coopersmith, 1967):

a. Harga diri Tinggi

Orang yang mempunyai harga diri tinggi akan menilai dirinya

secara positif. Mereka mampu menerima dan mengenal diri

sendiri dengan keterbatasannya. Coopersmith (1967)

menyatakan bahwa orang yang mempunyai harga diri tinggi

percaya bahwa mereka adalah pribadi yang berhasil, menerima

diri, bahagia, bisa memenuhi harapan lingkungan, memandang

dirinya sebagai orang yang beruntung dan dapat menikmati

hidup, dapat menerima kegagalan dan keberhasilan secara

wajar dan lebih realistik, mempunyai motivasi yang kuat untuk

menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi

(41)

cemerlang dan lebih beraspirasi. Sedangkan orang yang

mempunyai harga diri rendah tidak mempunyai keyakinan ini.

b. Harga Diri Rendah

Individu dengan harga diri rendah cenderung menilai dirinya

sebagai pribadi yang negatif. Mereka menilai kekurangan dan

keterbatasan yang dimiliki secara berlebihan. Menurut Maslow

(dalam Schultz, 1991) seseorang dengan harga diri yang

rendah akan merasa rendah diri, kecil hati dan tidak berharga

dalam menghadapi kehidupan. Sedangkan Coopresmith (1967)

menyatakan seseorang yang memiliki harga diri rendah tidak

menyadari kelebihannya sendiri, merasa tidak mempunyai

kemampuan, dan merasa tidak berharga.

C. Pemusik dan Group Band

1. Pemusik

a. Pengertian Pemusik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian pemusik

mempunyai sinonim musikus, yang berarti orang yang mencipta,

memimpin, atau menampilkan musik; pencipta atau pemain musik.

Dengan kata lain pemusik adalah seseorang yang bermain musik, baik

itu menampilkan, menciptakan ataupun menyajikan suatu karya musik

(42)

b. Penggolongan Pemusik

Pemusik dapat digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan

jumlah anggota pemusik itu sendiri, yaitu:

1) Solo : menyanyi atau membawakan alat musik secara

sendirian

2) Duo : group kecil yang terdiri dari dua orang dalam

memainkan atau menyajikan suatu pertunjukan musik.

3) Group : beberapa musikus yang terdiri dari 3 orang atau

lebih memainkan hasil karya musik.

2. Group Band

Group band adalah sekumpulan musisi atau pemusik yang

menyajiakn suatu hasil karya musik yang dimainkan secara

berkelompok dengan pembagian media atau alat musik yang

berbeda yang dimainkan bersamaan secara harmonis dan

dinamis(www.musicnews.net).

D. Hubungan Harga Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Pemusik

Harga diri merupakan faktor penting dalam kehidupan semua

orang termasuk pada pemusik, karena akan berpengaruh terhadap bidang

kehidupan yang lain dari individu, misalnya dalam kehidupan sehari-hari

(43)

Coopersmith menyatakan bahwa orang akan mempunyai harga diri

yang tinggi bila ia mampu mengontrol orang lain dan dirinya sendiri,

merasa dihargai orang lain karena berprilaku sesuai dengan nilai-nilai yang

diharapkan masyarakat, merasa berarti dalam lingkungannya, dan

mempunyai keyakinan untuk mencapai apa yang dicita-citakan atau

diharapkan.

Pernyataan Coopersmith (1967) yang dikemukakan di atas bisa

berprengaruh terhadap motivasi berprestasi individu. Seseorang yang

mampu mengontrol orang lain dan dirinya sendri akan lebih merasa

percaya diri dan mudah menerima kritik dari orang lain. Ketaatan pada

nilai moral, etika, dan aturan masyarakat berkaitan dengan tanggung jawab

pribadi yang besar terhadap perilakunya dan mempertimbangkan segala

sesuatu secara matang sebelum bertindak. Orang yang mempunyai

perasaan bahwa dirinya “berarti” akan lebih percaya diri dan tidak mudah

putus asa. Individu yang merasa yakin akan kemampuannya juga akan

lebih percaya diri, tidak mudah putus asa, suka mencoba sesuatu yang

baru, mempunyai dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan dengan

sebaik-baiknya, berusah memperleh sesuatu yang lebih baik di masa

datang, dan mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

Faktor yang bisa berpengaruh terhadap baik buruknya prestasi

seseorang salah satunya adalah motivasi berprestasi. Individu dengan

motivasi berprestasi tinggi mempunyai sifat lebih percaya pada

(44)

besar, lebih bertanggung jawab terhadap masa depanya, lebih mempunyai

cara kreatif untuk meraih kesuksesan, tidak mudah menyerah dan putus

asa, dan lebih menyukai tantangan (Mc Clelland, 1985).

Remaja yang mempunyai harga diri yang tinggi memiliki rasa

percaya diri, lebih mampu menjalani kegiatannya dengan berhasil

(Maslow dalam Globe, 1987). Selain itu seseorang yang mempunyai harga

diri tinggi akan memandang dirinya sebagai orang yang beruntung dan

dapat menikmati hidup, dapat menerima kegagalan dan keberhasilan

secara wajar dan lebih realistik, mempunyai motivasi yang kuat untuk

menghadapi kegagalan, mencoba menghadapi situasi kompetitif, lebih

percaya diri dan lebih mampu, cenderung cemerlang dan lebih beraspirasi

(Coopersmith, 1967). Hal ini juga bisa mengarah pada terbentuknya

motivasi berprestasi pada seorang musisi atau pemusik.

Sebaliknya, apabila individu tidak bisa mengntrol diri sendiri dan

orang lain, merasa tidak dihargai oleh orang lain karena perilakunya yang

cenderung melanggar nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang di

cita-citakan, maka individu tersebut akan mempunyai harga diri yang rendah.

Harga diri yang rendah bisa berpengaruh negatif terhadap proses

berpikir, perasaan, keinginan dan tingkah laku (Brehm & Kassin, 1989).

Harga diri rendah menyebabkan individu menjadi orang yang tidak

percaya diri, sensitif terhadap kritik, mudah menyerah dan putus asa,

bertindak tanpa pertimbangan yang matang, cenderung tidak memikirkan

(45)

berprengaruh negatif terhadap minat seseorang terhadap prestasi dan bisa

menghambat tumbuhnya motivasi berprestasi seorang musisi atau

pemusik.

Dari uraian di atas terlihat bahwa variabel harga diri bisa

berprengaruh terhadap tumbuhnya motivasi berprestasi pada seorng

pemusik. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa harga diri yang

tinggi maka seorang pemusik atau musisi akan mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi pula. Sebaliknya apabila pemusik tersebut

mempunyai harga diri yang rendah maka individu tersebut akan

mempunyai motivasi berprestasi yang rendah pula.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada seorang penusik secara

group (band). Artinya semakin tinggi harga diri seseorang maka

semakintinggi motivasi berprestasinya. Sebaliknya, semakin rendah harga

(46)
(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara harga diri dengan

motivasi berprestasi pada pemusik secara group (band) di Yogyakarta.

B. Identifikasi variable Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1991). Dalam penelitian ini terdapat

dua jenis variable, yaitu variable bebas dan variable terikat. Variable bebas

adalah variable yang menjadi sebab kemunculan variable terikat,

sedangkan variable terikat adalah variabel yang diramalkan atau dipandang

sebagai akibat yang muncul oleh adanya variable bebas (Kerlinger, 2000).

Identifikasi variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variable Bebas : Harga Diri

2. Variabel Terikat : Motivasi Berprestasi

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan penelitian dalam

(48)

variable yang digunakan dan cara yang dipakai untuk mengukurnya

(Kerlinger, 2000). Definisi operasional kedua variable dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Harga Diri

Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri,

yang sifatnya relatif tetap dan dipengaruhi oleh interaksi seseorang

dengan lingkungan di mana ia tinggal. Tinggi rendahnya harga diri

individu diungkap dengan menggunakan skala harga diri. Semakin

tinggi nilai skor yang diperoleh menunjukan bahwa subyek

mempunyai harga diri yang tinggi, sedangkan semakin rendah skor

yang diperoleh menunjukan semakin rendahnya tingkat harga diri

subyek.

2. Motivasi Berprestasi

Dalam penelitian ini motivasi berprestasi merupakan dorongan

untuk berprestasi atau untuk meraih kesuksesan dalam bidang

bermusik, semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukan bahwa

subyek mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, sedangkan

semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah motivasi

(49)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti

atau diselidiki (Hadi, 1994). Populasi dalam penelitian ini adalah

pemusik-pemusik yang bermain music secara group (band) di

Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang di anggap bisa mewakili

populasi yang ada. Dalam penelitian ini pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu sampel atau subyek

dipilih berdasarkan ciri- ciri yang telah ditentukan sebelumnya.

Batasan populasi penelitian adalah sebagai berikut:

a. Usia 18-25 tahun

Dalam usia ini dianggap sebagai usia produktif sebagai pemusik

untuk memulai karier atau memfokuskan diri pada masa depan

yang dipilih. Dengan kata lain pada usia yang tergolong remaja

akhir ini mempunyai tuntutan yang lebih besar untuk berprestasi

karena harus mempersiapkan harus mempersiapkan karir dan masa

depan secara serius.

b. Berdomisili di Yogyakarta

Dengan asumsi bahwa subyek yang tinggal di Yogyakarta

(50)

sudah melekat pada kota Yogyakarta sebagai kota yang

menjunjung tinggi nilai budaya dan kesenian.

E. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini mengukur hubungan antara harga diri dengan

motivasi berprestasi pada seorang pemusik. Maka untuk mengolah data

digunakan teknik korelasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Skala harga diri

2. Skala motivasi berprestasi

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan

skala model Likert. Pernyataan yang digunakan dalam skala merupakan

skala terstruktur, yang mana jawaban sudah disediakan dan subjek hanya

memilih satu jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek.

Menurut Hadi (1991) modifikasi terhadap skala Likert perlu

dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala 5

tingkat yaitu:

1. Kategori belum memutuskan jawaban mempunyai arti

ganda, yaitu bisa diartikan belum memutuskan atau

memberi jawaban, atau bisa juga diartikan netral, setuju

tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu – ragu. Kategori yang mempunyai arti ganda ini tentu tidak

(51)

2. Tersedianya jawaban di tengah dapat menimbulkan

kecenderungan menjawab ke tengah terutama bagi mereka

yang ragu-ragu atas arahan kecenderungan jawaban, ke

arah setuju atau tidak setuju.

3. Maksud kategorisasi jawaban sangat setuju (SS) – setuju(S) – tidak setuju(TS) – sangat tidak setuju(STS) yaitu untuk dapat melihat kecenderungan pendapat

responden ke arah sesuai atau tidak sesuai.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan model Try Out terpakai, yang artinya skala yang digunakan

sebagai alat pengumpul data hanya diberikan sekali saja kepada suyek.

Skala untuk Try Out penelitian ini diberikan kepada subyek yang sama

dengan melakukan korelasi item total secara keseluruhan yang kemudian

setelah diperoleh sisa total item yang gugur baru kemudian dilakukan

analisis kedua.

Adapun skala yang digunakan dalam masing-masing variabel

penelitian ini adalah:

1. Skala harga diri

Tingkat harga diri diukur dengan menggunakan skala yang

dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pembentukan harga diri

(52)

a. Power : Kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol

orang lain dan mengontrol dirinya sendiri. Pada situasi tertentu

kebutuhan ini ditunjukan dengan penghargaan dan

penghormatan dari orang lain. Aspek ini dapat berupa pengaruh

dan wibawa pada seorang individu. Ciri-ciri individu yang

mempunyai aspek ini biasanya menunjukan sikap asertif.

b. Virtue : ketaatan pada nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang

ada dalam masyarakat. Seseorang yang taat pada aturan-aturan

dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat akan

mempunyai perasaan berharga dan bangga pada diri sendiri.

Hal ini disebabkan bahwa dengan menunjukan perilaku yang

diharapkan dan diinginkan oleh masyarakat, maka orang lain

akan menghargai dan menghormati individu yang bersangkutan

sebagai orang yang berkelakuan baik dan bisa dijadikan

teladan. Hal ini akan mendorong terbentuknya harga diri yang

positif, demikian juga sebaliknya. Aspek ini ditunjukan dengan

bagaimana individu melihat persoalan benar atau salah

berdasarkan moral, norma, dan etika yang berlaku di dalam

lingkungan interaksinya.

c. Significance : keberartian individu dalam lingkungan. Individu

akan merasa berarti jika ada penghargaan, penerimaan,

perhatian, dan kasih sayang dari orang-orang terdekat seperti

(53)

yang mendukung, menerima, dan menghargai individu akan

membuat individu semakin berarti yang akhirnya membentuk

harga diri yang positif. Sebaliknya, jika lingkungan tidak atau

jarang memberikan stimulus positif berupa penerimaan,

penghargaan atau dukungan kepada seorang individu, maka ia

akan merasa ditolak dan kemudian akan mengucilkan diri.

d. Competence : Kemampuan untuk mencapai apa yang

dicita-citakan atau diharapkan. Hal ini berhubungan dengan

kemampuan yang dimiliki individu, dengan adanya

kemampuan yang cukup individu merasa yakin untuk mencapai

apa yang dicita-citakan dan mampu mengatasi setiap masalah

yang dihadapinya. Aspek ini didukung oleh pengalaman

tentang kesuksesan yang pernah diraih seseorang yang

membuat individu yakin dan mampu menghadapi setiap

masalah. Sedangkan pengalaman masa lalu yang penuh dengan

kegagalan akan membuat individu bermasalah dengan harga

dirinya.

Aspek-aspek tersebut digunakan untuk membuat 42 item

pernyataan yang terdiri dari 22 item favorabel dan 20 item unvavorabel.

Selanjutnya penyebaran item dari tiap aspek pada skala harga diri dapat

(54)

Tabel 1

Tabel Spesifikasi Item- item skala harga diri

No Aspek No Item

Responden diminta untuk memilih alternatif jawaban yang paling

sesuai dengan dirinya dan dalam skala tersebut tidak ada jawaban “benar atau salah”, sehingga responden bebas memilih alternatif jawaban tersebut,

yaitu pilihan jawaban sangat setuju (SS) , setuju(S), tidak setuju(TS),

sangat tidak setuju(STS) . Pemberian skor Skala Harga Diri dimulai dari

angka 4 sampai 1 untuk item-item yang favorable (pernyataan positif) dan

angka 1 sampai 4 untuk item-item yang unfavorable (pernyataan negatif).

Subyek yang memperoleh skor tinggi dalam Skala Harga Diri

(55)

yang memperoleh skor yang rendah dalam Skala Harga Diri

mengindikasikan bahwa subyek memiliki harga diri yang rendah.

2. Skala Motivasi Berprestasi

Skala ini disusun berdasarkan 6 aspek dari motivasi yang

dikemukakan oleh Haditono (Ratna, 2002). Akan tetapi aspek motivasi

berprestasi tersebut lebih dispesifikasikan menjadi aspek motivasi

berprestasi di bidang musik. Enam aspek tersebut adalah:

a. Keinginan untuk berprestasi sebaik-baiknya

b. Mengadakan antisipasi berencana

c. Usaha-usaha yang kreatif untuk mencapai cita-cita

d. Perasaan yang kuat dalam pencapaian tujuan

e. Tidak takut gagal dan berani mengambil resiko

f. Mempunyai perasaan tanggung jawab personal

Aspek – aspek tersebut digunakan untuk membuat 50 item pernyataan yang terdiri dari 26 item favorabel dan 24 item unvavorabel.

Selanjutnya penyebaran item dari tiap aspek pada skala harga diri dapat

(56)

Tabel 2

Tabel Spesifikasi Item- item Skala Motivasi Berprestasi

No Aspek No Item

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu harus diuji

validitas dan reliabilitasnya untuk mendapatkan item-item yang valid dan

reliabel, sehingga tidak terjadi kesesatan dan kekeliruan dalam

pengukuran. Alat ukur dalam mengungkap atribut-atribut yang hendak di

ukur memegang peranan yang sangat penting dalam pengukuran sikap

(57)

Azwar (1996) mendefinisikan validitas yaitu suatu ukaran

untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu alat tes dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi bila instrumen tersebut menjalankan

fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut

Tipe validitas yang digunakan dalam Skala Harga Diri dan

Skala Motivasi Berprestasi ini adalah validitas isi. Validitas isi

menunjukan sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan

kawasan isi yang hendak diukur (Azwar, 1996). Analisis validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes

dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement, sehingga

validitas isi telah terpenuhi apabila item-item dalam tes sesuai dengan

blue-printnya, sesuai dengan batasan domain ukur yang telah

ditetapkan semula dan masing-masing item telah sesuai dengan

indikator perilaku yang hendak diungkapnya (Azwar, 2001).

2. Reliabilitas

Reliabilitas (keajegan, konsistensi, kestabilan) pada dasarnya

menunjukan pada konsep sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 1996). Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik

ditunjukan dengan suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.

Estimasi reliabilitas dilakukan dengan pendekatan konsistensi internal

(58)

3. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan cara menguji karateristik

masing-masing item yang menjadi bagian tes. Apabila terdapat item tidak

memenuhi syarat kualitas, maka tidak dapat diikutkan dalam bagian

tes. Salah satu kualitas yang baik adalah konsistensi antara item

dengan tes secara keseluruhan atau sering disebut dengan korelasi item

total. Pengujian reliabilitas dan validitas hanya dapat dilakukan

terhadap item-item yang telah teruji dan terpilih (Azwar, 1999).

Sebagai kriteria pemilihan berdasarkan koefisien korelasi total,

digunakan batasan (rix) ≥ 0,3. Semua item yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar,

1999).

4. Hasil Uji Coba Alat Penelitian

a. Hasil Uji Coba Skala Harga Diri

Skala Harga Diri dihitung menggunakan SPSS for windows versi

16.0. Seleksi item menggunakan koefisien korelasi item total. Kriteria

item yang diterima jika korelasinya positif dan sama dengan atau lebih

besar dari 0,3 (Azwar, 1999). Uji reliabilitas Skala Harga Diri pada 42

item dengan α = 0,925 dan 8 item gugur. Setelah menghilangkan item gugur, koefisien reliabilitas α = 0,937 dengan 34 item. Hasil uji coba

(59)

Tabel 3

Tabel Item- item Skala Harga Diri (Distribusi Item Valid dan Gugur)

No Aspek No Item Favorable No item

Unfavorable Jumlah

1 Power 1, 5, 7, 16, 18, 19,

20, 22, 26, 30*, 42

2, 9, 11*, 12*,

15, 28, 29, 32, 38

20

2 Virtue 24, 27, 36, 40 4

3 Significance 3, 4, 8, 35* 17, 21, 23, 31,

34,

9

4 Competence 10*, 14, 37, 6*, 13, 25, 33*,

39*,41

9

Jumlah 22 20 42

Pada tabel diatas nomer item yang diberi tanda bintang adalah

nomor item yang gugur. Tabel 4 berikut ini menunjukan spesifikasi

(60)

Tabel 4

Tabel Spesifikasi Item- item skala harga diri Sebelum dan Sesudah Uji Coba

b. Hasil Uji coba Skala Motivasi berprestasi

Skala Motivasi Berprestasi dihitung menggunakan SPSS

for windows versi 16.0. Seleksi item menggunakan koefisien

korelasi item total. Kriterian item yang diterima jika korelasinya

positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0,3 (Azwar, 1999).

Uji reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi pada 50 item dengan α = 0,930 dan 9 item gugur. Setelah menghilangkan item gugur,

(61)

Tabel 5

Tabel Spesifikasi Item- item Skala Motivasi Berprestasi (Distribusi Item Valid dan gugur)

(62)

Tabel 6

Tabel Spesifikasi Item- item Skala Motivasi Berprestasi Sesudah Uji coba

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan salahsatu syarat dalam penggunaan

tehnik korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan

data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai

(63)

a. Uji normalitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara

distribusi sebaran variabel prediktor dan variabel kriterium dalam

penelitian ini bersifat normal atau tidak. Data dinyatakan

berdistribusi normal apabila signifikasi lebih besar daripada 5%

atau 0.05. Sebaliknya, apabila nilai signifikasi yang diperoleh lebih

kecil dari 5% atau 0.05, maka sebaran data tersebut tidak

berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan

dengan Kolmogorov-Smirnov pada SPSS for Windows versi 16.0

b. Uji linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah hubungan antara

skor variabel prediktor dan variabel kriterium merupakan bergaris

lurus atau tidak. Jika hubungan antara dua variabel tersebut

menunjukan garis lurus maka dapat dinyatakan terdapat korelasi

linier antara kedua variabel. Data dinyatakan linear apabila dua

variabel mempunyai signifikasi kurang dari 0.05 (Priyatno, 2008).

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan positif

antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada pemusik secara grup

di Yogyakarta. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan

(64)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dengan sekala harga diri

dan motivasi berprestasi dilaksanakan tanggal 21 Februari 2011- 27

Februari 2011, dengan subyek para pemain musik yang biasa berlatih di

Rockstar Studio, Yogyakarta yang berusia 18 sampai 25 tahun. Peneliti

membagikan 50 skala pada subjek dan kembali dengan jumlah yang sama

pada peneliti. Akan tetapi terdapat 1 eksemplar yang tidak memenuhi

umur yang ditetapkan sehingga jumlah total skala yang memenuhi syarat

untuk di analis adalah 49 eksemplar.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

membagikan kedua jenis skala kepada subyek untuk diisi. Skala harga diri

terdiri dari 42 item sedangkan skala motivasi berprestasi terdiri dari 50

item.

B. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran variabel

(65)

maka data tidak dapat dianalisis. Penelitian uji normalitas diolah dengan

menggunakan SPSS for Windows versi 16.0.

Tabel 7 Hasil Uji Normalitas

Variabel

Kolmogorov- Smirnov

Signifikansi Keterangan

Harga diri 0.844 0.475 Normal

Motivasi

berprestasi

0.996 0.275 Normal

Hasil di atas diperoleh Kolmogorov-Smirnov untuk variabel harga

diri sebesar 0,844 dengan signifikasi 0,475. Nilai signifikansi tersebut

lebih besar dari 5 % pada variable harga diri, dengan demikian sebaran

data adalah normal.

Data variabel Motivasi berprestasi Kolmogorov-Smirnov sebesar

0.996 dengan signifikansi 0.275 Nilai signifikansi tersebut lebih dari 5 %

pada variabel Motivasi Berprestasi, dengan demikian sebaran data adalah

normal.

2. Uji Linearitas

(66)

dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. Dari hasil

pengolahan data, menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai

ini menunjukkan bahwa data antara variabel Harga Diri dan Motivasi

Berprestasi adalah linear karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05

(0,000 < 0,05).

C. Hasil Penelitian

1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi Pearson Product Moment Pada taraf signifikasi 5% (0,05). Uji

Hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0.

Uji hipotesis satu ekor (one tailed) dilakukan pada penelitian ini karena

hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah, yaitu berarah positif.

Dari hasil analisi data diketahui bahwa koefisien korelasi antara

variabel Harga Diri dan Motivasi Berprestasi sebesar 0,779 dengan

signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara variabel Harga Diri dan Motivasi Berprestasi. Jadi,

semakin tinggi Harga diri seseorang maka semakin tinggi juga Motivasi

berprestasi yang di rasakan oleh orang tersebut. Dari penelitian ini,

diketahui bahwa r = 0, 765 dan koefisien determinan (r2) sebesar 60,7%.

Hal ini berarti Harga diri memiliki sumbangan efektif sebesar 60,7 %

terhadap Motivasi berprestasi. Sedangkan 39,3% lainya dipengaruhi oleh

Gambar

Tabel Spesifikasi Item- item skala harga diri
Tabel Spesifikasi Item- item Skala Motivasi Berprestasi
Tabel Item- item Skala Harga Diri (Distribusi Item Valid dan Gugur)
Tabel Spesifikasi Item- item skala harga diri Sebelum dan Sesudah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi, serta mengetahui tingkat konsep diri dan motivasi berprestasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kemampuan mengajar dengan motivasi berprestasi. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif

Motivasi berprestasi timbul karena adanya faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah kepercayaan diri. Tujuan dari

mempersiapkan karir. Kualitas pemilihan karir ditentukan oleh tingkat kematangan karir. Harga diri dan motivasi berprestasi merupakan faktor personal yang terkait

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada siswa MTs NU Miftahul Falah Dawe Kudus,

Kemudian terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi menunjukkan bahwa konsep diri merupakan hal yang penting

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Harga Diri (Self Esteem) dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa SMK PGRI 28 Jakarta dengan menggunakan data yang empiris

Sedangkan hipotesis alternatif yang berbunyi “Terdapat korelasi positif dan signifikan antara motivasi berprestasi, minat belajar, konsep diri peserta didik secara