• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANTARA PNS DAN WIRAUSAHAWAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANTARA PNS DAN WIRAUSAHAWAN SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

BEATRIK NOVIYANTI

NIM : 059114046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Manusia bisa bahagia

bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri

(5)

v

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Papi, Mami, dan Emak yang terkasih

Kristin, Maryke, dan Florentin, Saudaraku tersayang

Budi Wiryawan Utomo, I Luv Thee

(6)
(7)

vii Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh pandangan masyarakat terhadap status sosial, status ekonomi dan status pendidikan. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui perbedaan pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Hasil yang diperoleh ialah tidak ada perbedaan pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Hal ini menyebabkan hipotesis yang diajukan adalah tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan.

Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 120 sampel dengan kriteria bekerja sebagai PNS atau wirausahawan dengan batasan tingkat pendidikan antara SMA hingga S1. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala kepercayaan diri. Koefisien reliabilitas dari skala kepercayaan diri adalah 0,899.

Dari hasil analisis penelitian diperoleh t sebesar 0,616 dan probabilitas diperoleh sebesar 0,539 artinya hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan diterima. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara PNS dan wirausahawan.

(8)

viii

ABSTRACT

Beatrik Noviyanti (2009). The Difference of Self-Confidence Level between Civil Service Officer and Entrepreneur. Yogyakarta: Faculty of Psychology; Department of Psychology: Sanata Dharma University.

This research was aimed at knowing the difference of self-confidence level between Civil Service Officer and entrepreneur. Self-confidence was influenced by society perception toward social status, economic class and education level. Preface research was done for knowing the different of society perception about Civil Service Officer and entrepreneur. Result of the research was there was no different society perception toward Civil Service Officer and entrepreneur. It caused the hypothesis became there was no difference self-confidence level between Civil Service Officer and entrepreneur.

Total sample in this research were 120 individuals whose occupancies were Civil Service Officer or entrepreneur with education level of high school or higher education. The data collection was performed using self-confidence scale. The reliability coefficient of the self-confidence scale was 0.899.

It was shown that t value was 0,616 with p value of 0.0539 (p>0.05). It meant that the hypothesis stated previously was approved. It can be summarized that there was no difference significant self-confidence level between Civil Servive Officer and entrepreneur.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia menyertai dan memberi kasih yang sempurna kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Antara PNS Dan Wirausahawan” dapat diselesaikan.

Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan informasi, waktu, tenaga, pikiran dan nasehat serta dukungan yang tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

1. Papi, Mami dan Emak yang sangat penulis sayangi. Terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, pengertian, nasehat, semangat, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

3. Sylvia CMYM, S. Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

(11)

xi 6. Agung Santoso, M.A. dan Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku penguji yang telah

memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

7. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa studi.

8. Pak Gie, Mas Gandung, Mas Mudji, Mbak Nanik dan Mas Doni, yang telah memberi bantuan dan kemudahan kepada penulis selama studi.

9. Saudaraku terkasih, Ce Kristin (“Sukses dan bahagia selalu...”), Maryke (“Semangat selalu menjalani hidup!”), dan Florentin (“Rajin belajar ya Flo!”). 10.Budi Wiryawan Utomo, My Special One. Terima kasih telah setia menemani setiap langkah dalam hidupku. ”Xiexie ni zai wo shengming zhong gei le yanse”.

11.Frater Blasius Tjoa Tjoan Hoat, Om Kong Lie, Tante Kiok dan Baskoro yang selalu memberi support dan doa untuk penulis.

12.Om dan Tante Prasojo serta Mas Andri yang terkasih. Trima kasih atas kasih sayang, ketulusan, semangat dan doanya selama ini. Senang bisa menjadi anak Om dan Tante.

(12)

xii 14.Teman-teman seatap yang selalu setia menemani dalam suka dan duka, Ina (“Trims udah care banget sama aku, loph u honeyKu..”), Siscoyami (“Trims udah jadi tempat curhatQ. Tambah Kece y Bu...”), Deta (“Senang bisa berjuang bersama, tapi tetap akan kucuri benda ‘pink’ itu.. hahaha!”), Nisi (“Upah Mu besar di Surga karna berbakti sama aq.. hahaha… n smoga langgeng sama Ayah...”), Ken Dedes (“Goyang lagi Bu...”), Nia (“Tetap semangat ya Ni!!”), Agatha (“Momo, ayo berjuang..”), Ria (“Wati, berisik!! Hehe”), Hety (“Miss purple gitu lho…”), Mb Tyas (“Thanks udah bantuin ngerjain tugasQ…. Hihihi”), Mb Dhani (“Thanks buat ilmunya… Gbu!”), Diana (“Tengkyu bantuan dan makanannya ya bu!”), Mb Vita, Stella, Vicke, Mb Prima, Yuli, Nita. Pren 4eve….

15.Seluruh teman-teman Psikologi, angkatan 2005 yang selalu senasib dan seperjuangan. Terima kasih atas pertemanan dan kerjasamanya. Semoga sukses selalu!

16.Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan skripsi dan penyebaran skala: Joana, Ucie, Rindi, Reni, Conrad, Wira, Maya, Puput, Mb Rina, Silvi, Anne, Septi. Terima kasih telah menyempatkan waktu di sela-sela kesibukan teman-teman.

17.Teman-teman KKN angkatan XXXV kelompok 26: Chika, Made, Lulu, Tina, Nila, Twedy, Feme, Doni, Tyo.

(13)

xiii per satu yang telah membantu kelancaran studi penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang karya-karya penulis dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

(14)
(15)

xv 2. Ciri-ciri Orang yang Percaya Diri………..…

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri….….. 4. Aspek-aspek Kepercayaan Diri……….……. B. Pegawai Negeri Sipil Dan Wirausahawan………....……...

1. Pegawai Negeri Sipil……….….……...

2. Wirausahawan.……….……….

(16)

xvi

3. Seleksi Aitem……….

G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur……….……… 1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian... 2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian... H. Metode Analisis Data……….………….. BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….

A. Penelitian Pendahuluan.……….………..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..

(17)

xvii Tabel 2.

Tabel 3. Tabel 4.

Blue print skala kepercayaan diri………... Distribusi aitem skala kepercayaan diri……….. Blue print skala kepercayaan diri setelah ujicoba…………..

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(19)

xix Lampiran 2. Skala Kepercayaan Diri Uji coba………..

Lampiran 3. Skala Kepercayaan Diri Penelitian……… Lampiran 4. Reliabilitas Angket Penelitian Pendahuluan... Lampiran 5. Uji Hipotesis Penelitian Pendahuluan....……….. Lampiran 6. Uji Reliabilitas Dan Seleksi Aitem……….. Lampiran 7. Uji Normalitas……….. Lampiran 8. Uji Homogenitas……….. Lampiran 9. Uji Hipotesis…..……….. Lampiran 10. Uji Mean……….. Lampiran 11. Uji Perbedaan Mean……….…….

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam hidup, kesuksesan adalah salah satu hal yang penting bagi semua orang. Hal ini menyebabkan semua orang berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan. Salah satu faktor penting dalam meraih kesuksesan adalah kepercayaan diri. Hal ini didukung oleh Peale (1996) yang mengatakan bahwa seseorang pastilah tidak mungkin sungguh-sungguh berbahagia atau sukses tanpa memiliki tingkat rasa percaya diri yang mendasar. Selain itu, seseorang dapat dikatakan mandiri dalam segala tindakannya jika ia memiliki kepercayaan pada kemampuan dan kekuatannya sendiri (Wenzler, Maria, & Siregar, 1993)

(21)

Percaya diri menurut Hakim (dalam Jati, 2005) adalah suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Ketika individu memiliki pandangan yang positif terhadap kemampuan dirinya, tentunya mereka akan merasa percaya diri sehingga semakin dekat dengan pintu kesuksesan. Sebaliknya, ketika individu tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya sendiri, akan sulit bagi individu tersebut untuk meraih kesuksesan.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, banyak ditemukan orang yang kurang atau tidak memiliki rasa percaya diri. Menurut Afiatin (1998), salah satu hal yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah diterima atau tidaknya individu di dalam kelompok sosialnya. Hal ini memperlihatkan bahwa pandangan masyarakat terhadap seseorang akan berdampak pada konsep diri orang tersebut. Pada umumnya, kelompok sosial yang menjadi objek dalam pandangan masyarakat bisa didasarkan atas kekerabatan, usia, seks, dan pekerjaan (Soekanto, 2006).

(22)

3

Pegawai negeri sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang diangkat dan disahkan menjadi bagian dari pemerintahan untuk menjalankan tugas pemerintahan, berkewajiban melaksanakan tugas-tugas sesuai aturan yang ditetapkan dan dijamin hak-haknya oleh pemerintah (Nindrasari, 2008). Di samping itu, definisi wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian, demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya menurut (Zimmerer dan Scarbourough, 2005).

PNS dan wirausahawan sebenarnya merupakan pekerjaan yang sama-sama mampu memberikan penghasilan, hanya saja PNS bekerja pada negara, sedangkan wirausahawan mendapatkan penghasilan dengan cara membuka usaha sendiri. Walaupun begitu, masyarakat tetap saja memiliki pandangan yang berbeda terhadap kedua jenis pekerjaan tersebut. Pandangan yang berbeda ini bisa berdampak pada perasaan diterima atau tidaknya mereka di dalam kelompok sosialnya yang dapat berpengaruh terhadap rasa kepercayaan diri mereka.

(23)

Hal ini bila dilihat dari segi status ekonomi wirausahawan yang lebih tinggi daripada PNS.

Status sosial didefinisikan sebagai kedudukan seseorang (individu) dalam suatu kelompok pergaulan hidupnya (Soedjono, 1985). Menurut sebagian masyarakat yang memiliki pandangan pertama, status PNS masih mendapat penghargaan tinggi, bahkan ada yang menjadi simbol status mereka. Ketergila-gilaan pada status PNS adalah wajar terjadi, mengingat sebagian masyarakat masih menilai PNS merupakan status sosial yang lebih mapan dan terhormat dibandingkan dengan wirausahawan. Mereka melihat bahwa wirausahawan memiliki penghasilan tidak tetap, sehingga mereka kadang beruntung dan kadang tidak (Widiyoko, 2006).

(24)

5

mendapatkan banyak jenis tunjangan, gaji ke-13 dan uang pensiunan (”Gaji ke-13”, 2004).

Di sisi lain dalam hal status pendidikan, golongan masyarakat ini menganggap bahwa PNS memiliki status pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari salah satu syarat melamar menjadi calon PNS adalah melampirkan fotokopi STTB atau ijazah yang telah disahkan oleh pihak yang berwenang (“Pengadaan pegawai”, 2008). Syarat ini menyebabkan sebagian masyarakat berpikir bahwa orang-orang yang menjadi PNS adalah orang-orang yang pernah mengecap pendidikan. Selain itu, para PNS memiliki peluang untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang mereka miliki, misalnya dengan pemberian training hingga melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Lain halnya dengan wirausahawan, sebagian masyarakat mamandang bahwa yang biasa dinamakan wirausahawan adalah usahanya orang-orang yang tidak memiliki ijazah formal memadai dan tidak punya modal cukup. Dengan latar belakang pendidikan dan finansial yang minim, otomatis usahanya sangat kecil dan dikelola secara tidak professional (Wicaksono, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa beberapa kalangan masyarakat memandang bahwa status pendidikan PNS lebih tinggi daripada wirausahawan.

(25)

memandang bahwa menjadi wirausahawan juga bisa mendapatkan penghasilan yang besar dan tak terbatas. Sebagian orang beranggapan bahwa kewirausahaan adalah dunianya kaum pengusaha besar dan mapan, lingkungannya para direktur dan pemilik PT, CV serta berbagai bentuk perusahaan lainnya. Oleh karena itu, kewirausahaan sering dianggap sebagai wacana tentang bagaimana menjadi kaya (Koespono, 2008). Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat berpandangan bahwa wirausahawan lebih baik daripada PNS.

Dari beberapa hal di atas, dapat dilihat bahwa ada banyak pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Sebagian masyarakat memiliki pandangan yang lebih positif terhadap PNS. Namun ada juga beberapa kalangan masyarakat yang memandang wirausahawan lebih positif daripada PNS. Pandangan masyarakat terhadap kedua kelompok ini dapat berpengaruh pada tinggi rendahnya kepercayaan diri pada PNS dan wirausahawan.

(26)

7

Ketika PNS maupun wirausahawan sama-sama memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal tersebut dapat meningkatkan kinerja dan mempermudah mereka untuk meraih kesuksesan. Akan tetapi, masalah muncul ketika tidak adanya kepercayaan diri baik pada PNS maupun pada wirausahawan. Hal tersebut bisa menurunkan kinerja dan menjauhkan mereka dari kesuksesan. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri akan memberikan banyak dampak negatif, seperti memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya.

Pandangan masyarakat yang sama terhadap PNS dan wirausahawan tidak mempengaruhi kepercayaan diri mereka, baik dari sisi status sosial, status ekonomi maupun status pendidikan. Akan tetapi mulai muncul masalah jika mereka sama-sama memiliki kepercayaan diri yang rendah. Berdasarkan dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai adanya perbedaan kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan.

B. Perumusan Masalah

(27)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang adanya perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan kontribusi wacana di bidang Psikologi Sosial yang berkaitan dengan kepercayaan diri pada PNS dan wirausahawan.

2. Manfaat Praktis

(28)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri

1. Definisi Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri menurut Afiatin (1998) adalah aspek dari kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Kepercayaan diri dapat mendorong individu untuk meraih sukses. Hal ini didukung oleh pendapat Hakim (Jati, 2005) bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap yakin akan kemampuan yang dimiliki individu dalam meraih suatu tujuan, dimana individu tersebut memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan lingkungannya.

2. Ciri-ciri Orang yang Percaya Diri

(29)

harapan-harapan itu tidak terpenuhi. Selain itu mereka mempunyai sikap luwes, lebih bersedia mengambil risiko-risiko, dan menikmati pengalaman-pengalaman baru. Mereka juga merasa senang dengan dirinya dan cenderung bersikap santai di dalam situasi-situasi sosial. Berbeda halnya dengan orang yang kurang percaya diri. Ketika menghadapi masalah, orang yang kurang percaya diri cenderung menghindari risiko-risiko dan tantangan dari semua jenis. Mereka bersikap pasif dan membiarkan orang memegang kendali. Kurangnya percaya diri juga dapat merusak hubungan karena mereka akan merasa cemburu dan marah terhadap para sahabat, keluarga, kolega, atau mitra mereka yang percaya diri (Davies, 2004).

Beberapa ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu (Hakim dalam Jati, 2005):

a. Memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi di berbagai situasi

b. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan segala sesuatu serta mampu menetralisisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi c. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang

penampilannya

(30)

11

Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional diantaranya adalah (Rini, 2002):

a. Percaya akan kompetensi / kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri

d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)

e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung / mengharapkan bantuan orang lain)

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya

(31)

Di sisi lain, beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri diantaranya adalah (Rini, 2002),:

a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok

b. Menyimpan rasa takut / kekhawatiran terhadap penolakan

c. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri

d. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif

e. Takut gagal, sehingga menghindari segala risiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil

f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena

undervalue atau menilai rendah diri sendiri)

g. Selalu menempatkan / memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu

h. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan / penerimaan serta bantuan orang lain).

Selain itu, beberapa penelitian terdahulu terkait dengan dampak yang terjadi ketika seseorang tidak memiliki rasa percaya diri, antara lain: a. Kurangnya percaya diri bisa menyebabkan menurunnya kemampuan

(32)

13

oleh Martin (dalam Asmiana, 2003) tentang rasa percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri lebih rendah.

b. Stres juga dapat terjadi pada orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Rasa percaya diri menurut Nasution (dalam Asmiana, 2003) merupakan faktor yang dapat menyembuhkan stres seseorang dari hasil penelitian yang dilakukan pada pelajar SLTP / SMUN Ragunan menunjukkan bahwa salah satu sumber stres yang dialami oleh atlet pelajar adalah kurangnya rasa percaya diri dan adanya pikiran negatif.

(33)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Ada banyak hal yang mempengaruhi kualitas kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri bukanlah sifat sifat bawaan, akan tetapi diperoleh dari pengalaman hidup. Kondisi sosial ekonomi seseorang berpengaruh pada rasa percaya diri. Hal ini dikarenakan orang dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mempergunakan fasilitas yang tersedia, dengan demikian ia dapat dengan lebih mudah memenuhi kebutuhannya (Lauster dalam Wisnubhawana, 2006):

Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri antara lain: a. Pola asuh

Rasa percaya diri menurut Lindenfield (1997) terbentuk sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi setiap manusia. Proses interaksi dalam keluarga pada dasarnya menggambarkan suatu bentuk pola asuh tertentu sehingga berperan dalam membentuk dan mempengaruhi kepribadian seseorang, namun pengaruh ini semakin berkurang ketika anak beranjak dewasa.

b. Penampilan fisik

(34)

15

c. Tingkat pendidikan

Fungsi kognitif yang berkembang dengan baik, berupa penyerapan informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan membuat seseorang dihargai di masyarakat, sehingga akan berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri seseorang. Hal ini juga berpengaruh terhadap adanya penerimaan sosial, penghargaan sosial, serta perasaan berharga dan penerimaan diri. Hal ini menurut Papalia (dalam Kapu, 2002) akan berpengaruh terhadap perkembangan rasa percaya diri.

d. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi yang lebih baik akan memberikan jaminan untuk memperoleh fasilitas yang memudahkan seseorang untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya (Bernard dan Huckins dalam Kapu, 2002).

Selain itu, ada beberapa peneltian terdahulu terkait dengan faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang, antara lain:

(35)

bahwa subjek merasa lebih percaya diri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari karena mendapatkan wawasan yang luas dan pola pikir yang lebih maju setelah mereka mengikuti diklat.

e. Ada atau tidaknya pengalaman seseorang terhadap suatu hal yang akan dihadapi juga mempengaruhi rasa percaya diri. Lowe (dalam Asmiana, 2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, wanita yang akan melahirkan untuk pertama kalinya cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah, sedangkan yang sudah berpengalaman lebih percaya diri. Wanita dengan rasa percaya diri yang tinggi dalam proses persalinan akan lebih mudah. Sedangkan wanita dengan percaya diri yang rendah akan selalu merasa takut dan khawatir sehingga mempersulit proses persalinan bagi mereka.

(36)

17

dimilikinya atau dengan kata lain memilki keyakinan yang positif akan lebih percaya diri, sehingga akan mempunyai keberanian untuk berkomunikasi dan lebih bersikap terbuka dengan pasangannya.

g. Jenis kelamin dan kebudayaan seseorang juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian Jhonson (dalam Asmiana, 2003). Ia meneliti 363 pelajar di tiga sekolah dasar umum dengan 174 wanita dan 189 pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap rasa percaya diri pada pelajar. Selain itu, Lebedour (dalam Asmiana, 2003) meneliti di 25 universitas yang ada di 5 negara, Amerika Serikat, Belanda, Israel, Palestina, dan Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa percaya diri dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kebudayaan. Perbedaan jenis kelamin membawa perbedaan pada rasa percaya diri. Selain itu penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan Barat lebih memiliki rasa percaya diri daripada kebudayaan Asean.

h. Penampilan fisik mempengaruhi besar kecilnya rasa percaya diri seseorang. Penelitian ini dilakukan oleh Siaran (dalam Asmiana, 2003), dimana ia bekerjasama dengan rumah sakit Universitas ULM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata anak-anak yang mempunyai kelebihan berat badan memiliki rasa percaya diri yang rendah.

(37)

yang mempunyai orang tua cerai dan orang tua tidak cerai di kecamatan Mayar kabupaten Gresik. Penelitian yang dilakukan pada 60 remaja yang terdiri dari 30 remaja yang mempunyai orang tua cerai di desa Peganden dan 30 remaja dari orang tua tidak cerai di desa Sidomukti menunjukkan bahwa ada perbedaan tentang rasa percaya diri remaja yang mempunyai orang tua cerai dengan remaja yang mempunyai orang tua tidak cerai. Remaja yang memiliki orang tua tidak cerai kepercayaan dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang memiliki orang tua cerai.

4. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (dalam Dewi, 2004) adalah:

a. Ambisi normal, yaitu dorongan untuk mencapai hasil yang disesuaikan dengan kemampuannya, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatannya. b. Mandiri, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan, bertindak

sesuai dengan keputusannya, tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu. c. Optimis, berarti tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap

(38)

19

d. Rasa aman, berarti terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekitarnya dan mampu menghadapi segala sesuatunya dengan tenang.

e. Toleran (tidak egois), adalah tidak mementingkan kehendaknya sendiri, dapat mengerti kekurangan yang ada pada dirinya, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat, dapat menerima pendapat orang lain dan berani mengemukakan ide atau kehendaknya secara bertanggung jawab.

f. Yakin akan dirinya sendiri, tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, terbebas dari penilaian orang lain, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

B. Pegawai NegeriSipil dan Wirausahawan

1. Pegawai Negeri Sipil

(39)

Di Indonesia, pegawai negeri terdiri atas (“Pegawai negeri”, 2009): 1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)

Pegawai Negeri Sipil adalah warga negara Indonesia yang diangkat dan disahkan menjadi bagian dari pemerintahan untuk menjalankan tugas pemerintahan, berkewajiban melaksanakan tugas-tugas sesuai aturan yang ditetapkan dan dijamin hak-haknya oleh pemerintah (Nindrasari, 2008). Pegawai Negeri Sipil terdiri atas (“Pegawai negeri”, 2009):

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat (PNS Pusat), yaitu PNS yang gajinya dibebankan pada APBN, dan bekerja pada departemen, lembaga non departemen, kesekretariatan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, instansi vertikal di daerah-daerah, serta kepaniteraan di pengadilan. 2. Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNS Daerah), yaitu PNS yang bekerja di

Pemerintah Daerah dan gajinya dibebankan pada APBD. PNS Daerah terdiri atas PNS Daerah Provinsi dan PNS Daerah Kabupaten/Kota.

(40)

21

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. PTT tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri (“Pegawai negeri”, 2009).

Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karir, yakni jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Jabatan karir dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah (eselon IV) hingga yang tertinggi (eselon I). Contoh jabatan struktural di PNS Pusat adalah: sekretaris jenderal, direktur jenderal, kepala biro, dan staf ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah, kepala dinas / badan / kantor, kepala bagian, kepala bidang, kepala seksi, camat, sekretaris camat, lurah, dan sekretaris lurah.

(41)

Daftar Golongan dan Pangkat PNS Indonesia (“Pegawai negeri”, 2009):

Tabel 1

Daftar golongan dan pangkat PNS Indonesia

Golongan Pangkat

I/a Juru Muda

I/b Juru Muda Tingkat I I/d Juru Tingkat I II/a Pengatur Muda

II/b Pengatur Muda Tingkat I II/c Pengatur

II/d Pengatur Tingkat I III/a Penata Muda

III/b Penata Muda Tingkat I III/c Penata

III/d Penata Tingkat I

IV/a Pembina

IV/b Pembina Tingkat I IV/c Pembina Utama Muda IV/d Pembina Utama Madya IV/e Pembina Utama

Setiap pegawai baru yang dilantik atau diputuskan sebagai PNS baik di pemerintah pusat maupun daerah akan diberikan Nomor Induk Pegawai atau NIP yang berjumlah 9 dijit angka, golongan dan pangkat sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai mana berikut di bawah ini (“Struktur tingkat”, 2008):

(42)

23

e. Pegawai baru lulusan D3 atau sederajat = II/c f. Pegawai baru lulusan S1 atau sederajat = III/a

g. Pegawai baru lulusan S2 sederajad/S1 Kedokteran/S1 Apoteker = III/b h. Pegawai baru lulusan S3 atau sederajat = III/c

Setiap PNS memiliki hak memperoleh kenaikan pangkat, yakni penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdiannya. Ada beberapa jenis kenaikan pangkat, diantaranya kenaikan pangkat reguler, kenaikan pangkat pilihan (misalnya karena menduduki jabatan fungsional dan struktural tertentu, menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara), kenaikan pangkat anumerta, dan kenaikan pangkat pengabdian. PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya bisa mendapatkan penghargaan yang disebut Satyalencana Karya Satya (“Pegawai negeri”, 2009).

2. Wirausahawan

Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian, demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya (Zimmerer dan Scarbourough, 2005).

(43)

1. Solois adalah seorang solois adalah wirausahawan yang bekerja sendiri.

2. Key partner adalah kerjasama seseorang dengan pihak lain, tetapi pihak lain tersebut tidak aktif atau peranannya sangat kecil.

3. Grup adalah orang-orang yang lebih suka bekerjasama dengan pihak-pihak lain.

4. Profesional adalah memiliki spesialisasi dalam keahliannya dan memiliki pendidikan relatif tinggi.

5. Penemu-peneliti adalah penemu kreatif yang memiliki ide untuk membuat produk yang lebih baik, tanggap terhadap kebutuhan pasar, yang kemudian mendirikan sebuah perusahaan untuk mengembangkan, membuat dan menjual produk.

6. Teknologi canggih adalah wirausahawan yang mempunyai pendidikan tinggi, dan keahlian teknis, terutama elektronik atau komputer.

7. Work force builder adalah seseorang yang memulai pekerjaannya dari dirinya sendiri, kemudian mendirikan perusahaan yang lebih besar melalui delegasi, merekrut orang dengan kemampuan berorganisasi. 8. Inveterate initiator adalah orang yang biasanya mencari kesempatan

untuk memulai suatu usaha baru dan biasanya menjual bisnis yang telah dimiliki dan sudah dimulai sebelumnya untuk memulai yang berikutnya.

(44)

25

10.Pengakuisisi adalah orang yang menyukai mengambil alih suatu bisnis yang sudah ada daripada memulai yang baru.

11.Spekulator adalah wirausahawan yang memiliki potensi untuk memperoleh aset besar untuk mendapatkan balik modal. Banyak para spekulator komoditas menemukan keuntungannya pada bisnis perumahan.

12. Wirausahawan yang menyimpang adalah wirausahawan yang membeli perusahaan yang memiliki masalah tetapi berpotensi untuk menghasilkan keuntungan.

13.Manipulator Nilai adalah seorang wirausahawan yang memperoleh aset dengan harga rendah, kemudian rnemanipulasi struktur keuangannya sehingga terlihat lebih berharga. Usaha tersebut kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi.

14.Wirausahawan gaya hidup adalah seseorang yang menikmati fasilitas dari kesuksesannya dan memandang bisnis sebagai cara untuk memperoleh hidup lebih enak. Minat utamanya adalah penghasilan yang stabil, sehingga orang ini mencari bisnis yang dapat bekerja dengan sendirinya dan dia hanya berfungsi sebagai pengontrol.

(45)

16.Konglomerat adalah jenis wirausahawan yang mengontrol suatu perusahaan kemudian dengan perusahaan induk ini ia membeli perusahaan lain.

17.Pengumpul modal adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengumpulkan sejumlah besar uang, melalui investor atau pemberi kredit.

18.Matrilenial atau patrilenial adalah seseorang yang mengepalai bisnis milik keluarga.

19.Wirausahawan publik adalah wirausahawan yang memulai atau mendirikan perusahaan dengan maksud untuk menjadi perusahaan publik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wirausahawan adalah seseorang yang berusaha menciptakan suatu lapangan kerja baik sendiri maupun bersama orang lain. Wirausahawan memiliki sikap kompetitif dan berani menanggung risiko yang ada. Selain itu, mereka selalu berupaya untuk mengembangkan modal yang mereka miliki untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

C. Perbedaan Kepercayaan Diri antara Pegawai Negeri Sipil dan

Wirausahawan

(46)

27

individu di dalam kelompok sosialnya. Hal ini memperlihatkan bahwa pandangan masyarakat terhadap seseorang akan berdampak pada konsep diri orang tersebut. Pada umumnya, kelompok sosial yang menjadi objek dalam pandangan masyarakat bisa didasarkan atas kekerabatan, usia, seks, dan pekerjaan (Soekanto, 2006).

Pandangan terhadap kelompok sosial bisa didasarkan pada pekerjaan seseorang. Ketika seseorang memiliki suatu pekerjaan, biasanya masyarakat akan memberikan suatu pandangan terkait dengan pekerjaan yang mereka miliki, baik dari status sosial, status ekonomi, maupun status pendidikan mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Ketika masyarakat memandang mereka secara positif, tentunya hal ini akan membuat tingginya rasa percaya diri mereka, dan sebaliknya.

Di dalam masyarakat, terdapat dua pandangan yang berbeda terhadap PNS dan wirausahawan. Pandangan pertama, PNS dipandang lebih baik daripada wirausahawan oleh sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari segi status sosial, status ekonomi dan status pendidikan PNS yang lebih tinggi daripada wirausahawan. Pandangan lain mengatakan bahwa wirausahawan lebih baik daripada PNS. Hal ini bila dilihat dari segi status ekonomi wirausahawan yang lebih tinggi daripada PNS.

(47)

memandang bahwa PNS memiliki tugas untuk melayani masyarakat dan mengabdi kepada negara. Selain itu, status PNS bagi kelompok masyarakat ini masih mendapat penghargaan tinggi, bahkan ada yang menjadi simbol status mereka. Ketergila-gilaan pada status PNS menurut Widiyoko (2006) adalah wajar terjadi, mengingat sebagian masyarakat masih menilai PNS merupakan status sosial yang lebih mapan dan terhormat dibandingkan dengan wirausahawan yang dianggap memiliki penghasilan tidak tetap. Mereka melihat bahwa wirausahawan memiliki penghasilan tidak tetap, sehingga mereka kadang beruntung dan kadang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat memandang bahwa status sosial PNS lebih tinggi daripada wirausahawan.

(48)

29

Di sisi lain, dalam hal status pendidikan, kelompok masyarakat ini menganggap bahwa PNS memiliki status pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu syarat menjadi seorang PNS adalah memiliki ijazah atau STTB (“Pengadaan pegawai”, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi PNS adalah orang yang memiliki pendidikan. Hal ini menyebabkan mereka berpikir bahwa orang-orang yang menjadi PNS adalah orang-orang yang pernah mengecap pendidikan. Selain itu, para PNS memiliki peluang untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang mereka miliki, misalnya dengan pemberian training hingga melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berbeda halnya dengan wirausahawan, pendidikan formal tidak mempengaruhi kesuksesan seseorang menjadi wirausahawan. Seseorang bisa menjadi wirausahawan walaupun ia tidak memilki pendidikan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat memandang status pendidikan PNS lebih tinggi daripada wirausahawan.

(49)

wacana tentang bagaimana menjadi kaya (Koespono, 2008). Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat berpandangan bahwa PNS lebih baik daripada wirausahawan.

Adanya pandangan masyarakat yang berbeda terhadap status sosial, status ekonomi dan status pendidikan pada PNS dan wirausahawan tentunya mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Ketika seseorang mendapatkan pandangan positif dari masyarakat, maka akan muncul rasa percaya diri yang tinggi. Sebaliknya, ketika masyarakat memberikan pandangan negatif terhadap seseorang, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang rendah.

Terkait dengan pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan, peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan terhadap pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p sebesar 0,866 dan t sebesar 0,170. Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Karena tidak ada perbedaan pandangan, maka PNS dan wirausahawan tidak memiliki perbedaan kepercayaan diri.

(50)

31

Gambar 1. Skema kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri anatara pegawai negeri sipil dan wirausahawan.

PEKERJAAN

a. Keuntungan besar b. Kaum pengusaha dan

kaya a. Status sosial tinggi

b. Mapan

c. Tunjangan, uang pensiun d. Status pendidikan tinggi e.

Pandangan Masyarakat Pandangan Masyarakat

WIRAUSAHAWAN PNS

Pandangan masyarakat terhadap PNS berimbang dengan pandangan masyarakat terhadap wirausahawan

(51)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah antara pegawai negeri sipil dan wirausahawan terdapat perbedaan tingkat kepercayaan diri.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau faktor-faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti (Audifax, 2008). Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah:

a. Variabel tergantung : Kepercayaan diri

b. Variabel bebas : Status pekerjaan, terdiri dari: a) Pegawai Negeri Sipil b) Wirausahawan

C. Definisi Operasional

1. Status pekerjaan adalah posisi yang ditempati seseorang yang terkait dengan hal-hal yang dilakukan sebagai mata pencaharian seseorang. Status pekerjaan dalam penelitian ini terdiri dari:

(52)

33

pemerintahan. PNS dapat diketahui dari golongan, instansi dan bagian dalam instansi pemerintahan yang mereka jabat.

b. Wirausahawan adalah individu yang menciptakan sendiri suatu usaha sebagai pekerjaan utamanya.

Informasi mengenai status pekerjaan bisa diketahui dari identitas pada skala. Sebelum mengisi skala, subjek diminta untuk memilih pekerjaan sebagai PNS atau wirausahawan. Jika subjek memilih pekerjaan sebagai PNS, maka subjek diminta untuk mengisi golongan, instansi dan bagian dalam instansi pemerintahan yang mereka jabat. Jika subjek memilih pekerjaan sebagai wirausahawan, maka subjek diminta untuk mengisi jenis usaha dan pendapatan rata-rata perbulan.

(53)

a. Ambisi normal

Ambisi yang normal menyebabkan seseorang dapat menyesuaikan ambisi dengan kemampuan, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara efektif dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatannya.

b. Mandiri

Kemandirian menyebabkan seseorang tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan sesuatu dan tidak membutuhkan dukungan dari orang lain.

c. Optimis

Perasaan optimis menyebabkan seseorang memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang dirinya dan masa depan.

d. Memiliki rasa aman

Seseorang yang memiliki rasa aman akan terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekitarnya.

e. Toleran

(54)

35

f. Yakin akan dirinya sendiri

Yakin terhadap kekuatan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki, tidak membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

D. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

(55)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala digunakan untuk mengetahui skala kepercayaan diri pada pegawai negeri dan wirausahawan.

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode

summated ratings atau skala Likert. Metode ini menggunakan respon subjek penelitian sebagai dasar penentuan skalanya. Skala Likert disusun dari pernyataan favorabel dan unfavorabel serta menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Penggunaan empat alternative jawaban ini dilakukan untuk menghindari central tendency effect, yaitu memberikan jawaban di tengah-tengah jika responden dalam keadaan ragu-ragu. Pengalaman banyak peneliti di Indonesia mencanangkan bahwa orang Indonesia cenderung tidak mau memberikan jawaban yang sangat ekstrim, sehingga jika masih ada pilihan jawaban ragu-ragu maka ini merupakan pilihan jawaban yang paling aman. Hal ini akan menyebabkan peneliti akan kehilangan informasi mengenai kecenderungan suatu pendapat yang inin diteliti (Hadi, 1991).

(56)

37

Sebelum membuat skala, peneliti menyusun blue print yang merupakan perencanaan dari isi skala. Blue print ini berupa batasan-batasan kawasan perilaku atau objek yang diukur, sehingga dapat dibuat butir-butir yang representatif demi menghindari hal-hal yang tidak relevan.

Tabel 2

Blue print skala kepercayaan diri

Jumlah Aitem Aspek

Favorabel Unfavorabel Jumlah

Ambisi normal 7 (7,78%) 8 (8,89%) 15 (16,67%)

Distribusi aitem skala kepercayaan diri

Jumlah Aitem Aspek

Favorabel Unfavorabel Jumlah

(57)

F. Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini, pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan untuk skala kepercayaan diri.

1. Validitas

Menurut Azwar (2006), validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam penelitian ini tipe validitas yang digunakan adalah validitas isi.

Menurut Azwar (2005), validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement. Dalam penelitian ini, untuk memenuhi validitas isi, peneliti akan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing terkait dengan skala yang akan diujicobakan.

2. Reliabilitas

(58)

39

3. Seleksi Aitem

Pada skala yang telah diujicobakan, peneliti akan menyeleksi aitem-aitem yang secara teori telah tersusun dengan baik apakah juga baik setelah dicobakan secara empiris bardasar kriteria tertentu. Menurut Spector (dalam Prakosa, 1998) salah satu parameter yang digunakan dalam proses seleksi aitem skala adalah koefisien alpha. Dalam penelitian ini, peneliti manggunakan koefisien alpha untuk seleksi aitem.

Prakosa (1998) menyatakan bahwa jika kita mengunakan prosedur seleksi aitem dengan koefisien alpha, ketika membuang aitem yang lemah mungkin bisa atau tidak meningkatkan alpha akan tergantung sebarapa banyak aitem yang tersisa serta seberapa lemah atau buruk aitem yang dibuang. Oleh karena itu, prosedur analisis aitem ini menghendaki beberapa tahap prosedur iteratif, seperti menghitung korelasi aitem total, kemudian menetapkan alpha, membuang aitem yang buruk, menghitung lagi korelasi aitem total dari aitem yang tersisa, cek alpha-nya, buang lagi aitem yang buruk, cek alpha, demikian seterusnya sampai diperoleh alpha

yang dikehendaki.

G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur

1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

(59)

Uji coba dilakukan terhadap 50 subjek yang memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan subjek penelitian. Subjek uji coba yaitu orang-orang yang bekerja sebagai PNS atau wirausahawan dengan pendidikan terakhir antara SMA sampai dengan S1.

Subjek mengisi skala di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan kerja masing-masing subjek. Jumlah aitem yang banyak menjadi salah satu kendala dalam mengerjakan skala. Hal ini menyebabkan peneliti memberikan waktu beberapa hari kepada subjek untuk mengisi skala tersebut. Skala yang disebar kemudian dikumpulkan kembali beberapa hari setelah penyebaran.

2. Hasil Uji coba Alat Ukur Penelitian

Pada tahap awal, peneliti memberikan penilaian pada masing-masing respon yang diberikan oleh subjek pada setiap aitem, dimana terdapat 90 aitem yang terdiri dari 42 aitem favorabel dan 48 aitem unfavorable. Skor untuk skala favorabel, yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1, sedangkan untuk skala unfavorabel, yaitu SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. skor total untuk tiap-tiap subjek diperoleh dengan cara menjumlahkan semua skor butir yang diperoleh subjek.

(60)

41

Cronbach’s Alpha akan dibuang dan kemudian dilakukan penghitungan reliabilitas kembali hingga tidak ditemukan lagi nilai Cronbach’s Alpha if item deleted yang berada di atas nilai Cronbach’s Alpha. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan reliabilitas, sehingga aitem-aitem yang tidak memberi sumbangan terhadap reliabilitas akan dibuang. Hal ini didukung oleh Prakosa (1998) yang menyatakan bahwa jika kita mengunakan prosedur seleksi aitem dengan koefisien alpha, ketika membuang aitem yang lemah mungkin bisa atau tidak meningkatkan alpha akan tergantung sebarapa banyak aitem yang tersisa serta seberapa lemah atau buruk aitem yang dibuang. Oleh karena itu, prosedur analisis aitem ini menghendaki beberapa tahap prosedur iteratif, seperti menghitung korelasi aitem total, kemudian menetapkan alpha, membuang aitem yang buruk, menghitung lagi korelasi aitem total dari aitem yang tersisa, cek alpha-nya, buang lagi aitem yang buruk, cek alpha, demikian seterusnya sampai diperoleh alpha

yang dikehendaki.

Hasil Cronbach’s Alpha dalam hitungan pertama adalah sebesar 0,787. Aitem-aitem yang gugur antara lain aitem nomor 3, 5, 8, 11, 12, 13, 18, 19, 27, 28, 40, 44, 46, 54, 56, 57, 58, 66, 67, 68, 70, 74, 77, 86 dan 88.

(61)

Aitem yang masih tersisa berjumlah 52 aitem, kemudian dilakukan kembali penghitungan reliabilitas. Penghitungan reliabilitas yang ketiga meningkatkan nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,893. aitem-aitem yang gugur antara lain nomor 1, 2, 7, 10, 61 dan 72.

Aitem yang tersisa berjumlah 46 aitem, dimana hasil reliabilitas

Cronbach’s Alpha ialah 0,9 dan tidak terdapat lagi aitem-aitem yang memiliki nilai Cronbach’s Alpha if item deleted yang berada di atas nilai

Cronbach’s Alpha. Tabel 4

Blue print skala kepercayaan diri setelah ujicoba

Jumlah Aitem Aspek

Favorabel Unfavorabel Jumlah Prosentase

Ambisi normal 17 (19), 36 (27),

( ) nomor aitem pada skala penelitian

(62)

43

sendiri. Aitem yang digugurkan adalah aitem yang memiliki nilai

Cronbach’s Alpha if item deleted yang paling besar yaitu aitem nomor 14, 62 dan 82. Aitem yang tersisa berjumlah 43 aitem. Hal ini menyebabkan nilai Cronbach’s Alpha menjadi 0,899.

H. Metode Analisis Data

(63)

44

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Pendahuluan

Peneliti melakukan penelitian pendahulu untuk melihat perbedaan pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Alat pengumpulan data menggunakan angket penilaian terhadap PNS dan wirausahawan yang dibagi menjadi tiga pandangan, yaitu pandangan dari segi status sosial, status ekonomi dan status pendidikan terhadap PNS dan Wirausahawan. Penilaian ini berkisar antara 0 sampai 10. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat di luar PNS dan wirausahawan.

Pada angket ini, sampel penelitian diberikan definisi tentang PNS dan wirausahawan. Hal ini untuk menyamakan persepsi pada sampel penelitian. Setelah itu, sampel penelitian diminta untuk memberikan penilaian terhadap PNS dan wirausahawan. Peneliti menyebarkan angket di Yogyakarta kepada 50 orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan orang-orang yang pekerjaannya di luar dari PNS dan wirausahawan.

(64)

45

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan paired sample t-test dengan bantuan program SPSS for Windows version 15.0.

Hipotesis untuk penelitian ini adalah:

Ho : “Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pandangan masyarakat terhadap PNS dan Wirausahawan”

Hi : “Ada perbedaan yang signifikan terhadap pandangan masyarakat terhadap PNS dan Wirausahawan”

Hasil dari tabel terlihat bahwa nilai t sebesar 0,170 dan p sebesar 0,866 (p > 0,05) maka Ho diterima. Kesimpulannya tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pandangan masyarakat terhadap PNS dan Wirausahawan.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Solo, Klaten, Yogyakarta, Magelang dan Temanggung pada tanggal 1 April 2009 sampai 20 April 2009. Subjek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 120 orang, yang terbagi menjadi 60 orang PNS dan 60 orang wirausahawan yang memiliki pendidikan terakhir antara SMA sampai dengan S1.

(65)

C. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS for Windows version 15.0. dengan menggunakan teknik Kolmogorof-Smirnov. Jika p > 0,05 maka data terdistribusi secara normal, sebaliknya jika p < 0,05 maka data dinyatakan tidak normal.

Dari tabel dapat dilihat bahwa p sebesar 0,133 lebih besar dari 0,05, maka data kepercayaan diri memiliki distribusi yang normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang sama. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s test for equalitiy of variance. Pengambilan keputusan didasarkan jika p > 0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi yang mempunyai varian sama, tetapi jika p < 0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi yang memiliki varian tidak sama. Dari tabel dapat dilihat bahwa p sebesar 0,049 lebih kecil dari 0,05 maka data kepercayaan diri memiliki varian yang tidak sama.

3. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain:

Hi : “Ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan”.

(66)

47

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji

Independent Sample t-test (uji t) dengan bantuan program SPSS for Windows version 15.0.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik uji Independent Sample t-test (uji t) tanpa menghitung asumsi normalitas dan homogenitas. Hal ini didukung oleh Howell (1982) yang menyatakan bahwa dalam prakteknya asumsi normalitas dan homogenitas dapat seringkali dilanggar dengan memberikan efek yang relatif kecil jika jumlah n antar keleompok sama.

Taraf Signifikansi yang digunakan adalah 5%, sehingga dasar pengambilan keputusan ialah jika probabilitas (sig. 2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitas (sig. 2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak.

Hasil dari tabel terlihat bahwa t sebesar 0,616 dan p sebesar 0,539 (p > 0,05) maka Ho diterima. Kesimpulannya tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara PNS dan wirausahawan.

4. Uji Mean

(67)

t). Dari hasil tabel dapat dilihat bahwa p sebesar 0,000 ( p < 0,05) dan t sebesar 188, 364. Hal ini menunjukkan bahwa ada pebedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris. Perbandingan antara mean teoritik dengan mean empiris menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritik. Hal ini berarti bahwa PNS dan wirausahawan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

D. Pembahasan

Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar 0,616 dan p sebesar 0,593 lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Artinya tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara PNS dan wirausahawan. Data di atas menunjukkan bahwa baik PNS maupun wirausahawan memiliki tingkat kepercayaan diri yang sama. Pandangan masyarakat yang sama terhadap PNS dan wirausahawan membuat kepercayaan diri PNS dan wirausahawan sama-sama tinggi.

Kepercayaan diri yang sama tinggi antara PNS dan wirausahawan disebabkan karena samanya pandangan masyarakat terhadap kedua kelompok ini. Hal ini tampak dari segi status sosial, status ekonomi dan staus pendidikan yang sama tinggi, baik PNS maupun wirausahwan.

(68)

49

kepercayaan diri yang tinggi walaupun mereka bekerja bukan untuk negara dan memiliki penghasilan tidak tetap (Mahayana, 2001). Hal ini disebabkan karena banyak wirausahawan yang berhasil dan kemudian menjadi contoh bagi masyarakat, karena dengan usaha dan kerja keras mereka mampu mengembangkan bisnis mereka. Selain itu, dengan berwirausaha mereka menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang, sehingga semakin berkembang usaha mereka maka semakin besar pula lapangan kerja yang terbuka. Hal ini dapat dilihat pada wirausahawan sukses seperti Mr Joger yang sukses dan menciptakan banyak lowongan pekerjaan di Bali (“Kisah sukses”, 2009). Hal ini menyebabkan baik PNS maupun wirausahawan sama-sama memiliki status sosial yang tinggi.

(69)

bonus ketika mereka berhasil mencapai target yang telah ditentukan (Anshori, 2003).

Dalam hal pendidikan, PNS memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena mereka memiliki status pendidikan yang tinggi. Masyarakat memandang PNS memiliki status pendidikan yang tinggi karena salah satu syarat melamar menjadi calon PNS adalah melampirkan fotokopi STTB atau ijazah yang telah disahkan oleh pihak yang berwenang (“Pengadaan pegawai”, 2008). Hal ini berarti bahwa orang yang menjadi PNS adalah orang-orang yang berpendidikan. Selain itu, para PNS memiliki peluang untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang mereka miliki, misalnya dengan pemberian training hingga melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

(70)

51

(71)

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa t sebesar 0,616 dan p sebesar 0,539 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara PNS dan wirausahawan.

B. Saran

Penelitian ini masih jauh dari sempurna dan memiliki beberapa kelemahan. Berdasarkan kelemahan yang ada, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan evaluasi dan perbaikan:

1. Bagi peneliti selanjutnya, apabila hendak melakukan penelitian serupa diharapkan memperhatikan beberapa hal, seperti:

a. Metode Penelitian

Penelitian diharapkan juga dilakukan dengan metode kualitatif agar dapat melihat dinamika yang dialami oleh subjek. b. Subjek penelitian

(72)

53

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T. & Andayani, B. (1998). Peningkatan kepercayaan diri remaja penganggur melalui kelompok dukungan sosial. Jurnal Psikologi, XXV (2), 35-46.

Anshori, M. I. (2003). Pengaruh wirausaha terhadap pengembangan karir individu pada distributor multi level marketing “x” di Malang. Skripsi. Universitas Airlangga Surabaya, Surabaya, Indonesia. Diunduh 16 Juli 2009, dari http://skripsi-indonesia.com/pengaruh-wirausaha-terhadap- pengembangan-karir-individu-pada-distributor-multi-level-marketing-x-di-malang/

Asmiana, W. (2003). Perbedaan rasa percaya diri antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan di

UMM. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Muhamadiyah Malang, Malang,

Indonesia. Diunduh 9 Februari 2009, dari

http://digilib.itb.ac.id/index.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-windy-8811-percaya_di&q=percaya%20diri&newlang=

indonesian

Audifax. (2008). Research: sebuah pengantar untuk “mencari-ulang” metode penelitian dalam psikologi. Yogyakarta: Jalasutra.

Azwar, S. (2005). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(73)

Dewi, Y. R. (2004). Hubungan antara kepercayaan diri dan komunikasi interpersonal pada wiraniaga. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Gaji ke-13 diterima PNS awal juni. (2004). Sinarharapan.co.id. Diunduh 17 Februari 2009, dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0405/31/ nas05.html

Hadi, S. (1991). Analisis butir untuk instrument. Yogyakarta: Andi Offset.

Herdiman, F. S. (2009). Wirausahawan muda mulai dari lingkungan keluarga.

Binaswadaya.org. Diunduh 16 Juli 2009, dari

http://www.binaswadaya.org/index.php?option=com_content&task=view &id=168&Itemid=38&lang=in_ID

Howell, D. C. (1982). Statistical methods for psychology. Boston: Duxbury Press.

Jati, D. N. (2005). Perbedaan kepercayaan diri antara aanita dewasa dini yang sudah menikah dan yang belum menikah di klaten. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Kapu, K. K. (2002). Hubungan antara ketrampilan komunikasi dengan rasa percaya diri mahasiswa fakultas psikologi sanata dharma yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Kewirausahaan. (tanpa tahun). Diunduh 23 Juli 2009, dari http://www.e-dukasi.net

(74)

55

Koespono. (2008). Kewirausahaan sebagai sebuah nilai. disperindag.semarangkab.go.id. Diunduh 6 Maret 2009, dari http://disperindag.semarangkab.go.id

Lenniawaty, M. F., &Setiawaty, F. (2004). Analisa karakteristik wirausahawan dalam pengembangan usaha sendiri di Surabaya pusat. Skripsi. Universitas Kristen Petra Surabaya, Surabaya, Indonesia. Diunduh 6 Maret 2009, dari http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2004/jiunkpe-ns-s1-2004-31400335-4315-wirausahawan-chapter2.pdf

Lindenfield, G. (1997). Seri keluarga mendidik anak agar PD: pedoman bagi orang tua. Jakarta: Arcan.

Narbuko, C. & Achmadi, H. A. (2001). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nindrasari, P. N. (2008). Perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi masa pensiun pada pegawai negeri sipil dinas tenaga kerja

dan transmigrasi propinsi daerah istimewa yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Mahayana, M. S. (2001). Akar Melayu: Sistem Sastra & Konflik Ideologi di Indonesia & Malaysia. Magelang: Indonesia Tera.

Pengadaan pegawai negeri sipil. (2008). e-pns.com. Diunduh 17 Februari 2009, dari http://www.e-pns.com/main/index.php?view=article&catid=70%3 Aformasi-pengadaan&id=199%3Apengadaan-pegawai-negeri-sipil&tmpl= component&print=1&page=&option=com_content& Itemid=54

(75)

Pengkajian terhadap penyempurnaan prosedur pelayanan dalam penetapan dan pemberian pensiun PNS. (tanpa tahun). Bkn.go.id. Diunduh 17 Februari 2009, dari http://www.bkn.go.id/penelitian/buku%20penelitian%202005/ buku%20Pensiun%20Hasil%20Perbaikan%20new/BAB2.htm

Peale, N. V. (1996). Berpikir Positif. Jakarta: Binarupa Aksara.

Prakosa, H. (1998). Penyusunan skala psikologi: analisis item pada skala summated rating. Indonesian Psychology Journal, 14 (53), 46-54.

Rini, J. F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. e-psikologi.com. Diunduh 1 Februari 2009, dari http://www.e-psikologi.com/dewasa/161002.htm

Soedjono, D. (1985). Sosiologi, pengantar untuk masyarakat Indonesia. Bandung: Alumni.

Soekanto, S. (2006). Sosiologi: Suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Struktur tingkat/ jenjang karir golongan pegawai negeri sipil/ PNS Indonesia. (2008). organisasi.org. Diunduh 17 Maret 2009, dari http://organisasi.org/struktur-tingkatan-jenjang-karir-golongan-pegawai-negeri-sipil-pns-indonesia

Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Ubadillah. (2006). Bagaimana menjadi percaya diri. e-psikologi.com. Diunduh 1 Februari, 2009, dari http://www.e-psikologi.com/dewasa/161002.htm

(76)

57

Wicaksono, R. (2007). Kesalahan memaknai wirausaha. rohanieducation.wordpress.com. Diunduh 6 Maret 2009, dari http://rohadieducation.wordpress.com/2007/06/13/kesalahan-memaknai-wirausaha/

Widiyoko. (2006). CPNS tanpa tes. suarakarya-online.com. Diunduh 27 Februari, 2009, dari http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=142336

Wisnubhawana, A. (2006). Hubungan antara intensitas berlatih kebugaran program pembentukan badan dengan kepercayaan diri pada remaja

laki-laki. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

(77)

Lampiran 1. Angket Penilaian PNS dan Wirausahawan

PENILAIAN TENTANG PEKERJAAN

Instruksi: Berikanlah penilaian terhadap PNS dan wirausahawan dari segi status sosial, status ekonomi dan status pendidikan. Jika penilaian terhadap PNS ataupun wirausahawan tinggi, maka nilainya semakin besar. Sebaliknya, jika penilaian terhadap PNS ataupun wirausahawan rendah, maka nilainya semakin kecil.

PNS adalah warga negara Indonesia yang diangkat dan disahkan menjadi bagian dari pemerintahan untuk menjalankan tugas pemerintahan, berkewajiban melaksanakan tugas-tugas sesuai aturan yang ditetapkan dan dijamin hak-haknya oleh pemerintah.

Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian, demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.

Penilaian terhadap PNS dari segi: (silangi salah satu nilai)

Status Sosial 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Status Ekonomi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Status Pendidikan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penilaian Terhadap Wirausaha dari segi: (silangi salah satu nilai)

Status Sosial 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Status Ekonomi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(78)

59

Lampiran 2. Skala Kepercayaan Diri Uji coba

Skala Perilaku

Oleh:

(79)

Saudara/i yang terhormat,

Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saat ini saya sedangan mengadakan penelitian mengenai PNS dan wirausahawan. Untuk itu, saya meminta kesediaan saudara dalam pengisian skala ini.

Di bawah ini ada pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal yang saudara alami sehari-hari. Saudara diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan diri saudara, dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia. Adapun alternatif jawaban yang tersedia adalah:

STS : Sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut TS : Tidak setuju dengan pernyataan tersebut

S : Setuju dengan pernyataan tersebut

SS : Sangat setuju dengan pernyataan tersebut

Dalam hal ini tidak ada jawaban benar dan salah ataupun penilaian baik dan buruk. Kerahasiaan jawaban saudara kami jamin, untuk itu kami sangat mengharapkan dan menghargai keterbukaan saudara. Pastikan saudara telah mengisi seluruh pernyataan.

Sebelum mengisi seluruh pernyataan, saudara dimohon untuk mengisi indentitas diri saudara terlebih dahulu. Terima kasih.

Gambar

Tabel 1 Daftar golongan dan pangkat PNS Indonesia
Gambar 1. Skema kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan
Tabel 3 Distribusi aitem skala kepercayaan diri
Tabel 4 Blue print skala kepercayaan diri setelah ujicoba

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan terdapat hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi pada Remaja di Bandar Lampung

ABSTRAK PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERSAHABAT DAN KARAKTER CINTA DAMAI BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII A

Gagasan ini secara lebih nyata dituangkan menjadi sebuah program dengan tujuan umum untuk “memperkuat kapasitas dalam mengelola konflik dan risiko bencana alam dengan me-

Sistem puli adalah gabungan beberapa puli bebas, puli tetap dan puli rantai. Penggunaan sistem ini adalah untuk mentransmisikan daya yang terjadi pada crane. Digunakan jenis

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa program BRI Peduli Pasar Rakyat (BRI Pesat) merupakan bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility yang

Keluhan subyektif adalah keluhan yang dirasakan pada saat bekerja di Pengolahan Debu Kapas UD Tuyaman Desa Sidomukti Kabupaten Kendal.. Keluhan yang dirasakan pada

Poppy Indriani dan Harjahdi (2013) Pengambilan Keputusan Transaksi Berdasarkan Analisis Teknikal Dan Fundamental Pengambilan Keputusan dalam transaksi emas di perdagangan

Berdasarkan latar belakang di atas, alasan mengapa dilakukan penelitian in dilatarbelakangi oleh adanya persaingan yang ketat dengan produk tabungan yang ada pada bank