• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BADAN HUKUM MILIK NEGARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1/127

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BADAN HUKUM MILIK NEGARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1/127"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BADAN HUKUM MILIK NEGARA

(2)

Kata Pengantar

Anggaran Rumah Tangga (ART) Institut Teknologi Bandung (ITB) merupakan pengaturan dan penjabaran lebih lanjut atas ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 155 tahun 2002 tentang Penetapan ITB sebagai Badan Hukum Milik Negara. ART ini memuat ketentuan-ketentuan pengaturan fungsi dan struktur organisasi ITB agar dapat melaksanakan proses akademik pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan baik dalam rangka melaksanakan misi dan mewujudkan visi ITB.

Penyusunan suatu peraturan tidak akan pernah lengkap dan sempurna. Bersamaan dengan ART dan penjelasan pasal-pasalnya ini, diterbitkan pula, dalam buku yang terpisah, Naskah Akademik ART ITB yang memuat sistem nilai dan semangat komunitas akademik ITB serta konsepsi pengelolaan organisasi ITB dengan prinsip manajemen modern (good governance). Naskah Akademik tersebut telah mendasari perumusan ART ITB, dan dapat digunakan sebagai landasan umum penyusunan kebijakan dan strategi pengelolaan ITB jika diperlukan. Sesungguhnya perubahan organisasi ITB dari bentuk lama Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kepada bentuk baru Badan Hukum Milik Negara (BHMN) merupakan transformasi budaya (mind set) yang perlu dilandasi oleh pemikiran yang luas dan komprehensif.

ART ITB ini terlambat diterbitkan, namun dapat memanfaatkan pengalaman pengelolaan dalam masa awal transisi semenjak tahun 2000 dan mencermati lebih baik kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat akademik ITB. Dengan tuntutan kualitas pengelolaan pada masa mendatang yang semakin meningkat serta perkembangan pengetahuan baik dalam bidang pengelolaan akademik dan manajemen organisasi, ART ini dapat saja secara periodik kita perbaharui/perbaiki/modifikasi pada isu atau pasal yang relevan dengan semangat ”good governance”, demi kemajuan dan kesejahteraan komunitas ITB.

MWA menyampaikan terimakasih kepada Satuan Tugas Penyusunan Sistem Peraturan dan ART ITB dan semua pihak, dari dalam dan luar ITB, yang telah memberikan sumbangsih yang sangat berarti.

Bandung, 1 September 2005 Ketua Majelis Wali Amanat

Institut Teknologi Bandung

(3)

Daftar Isi

Halaman:

Daftar Isi ... i

Mukadimah... 1

BAB I KETENTUAN UMUM ... 1

BAB II HIRARKI PERATURAN... 6

BAB III PENGAMBILAN KEPUTUSAN ... 7

Bagian Pertama Organ Konsultatif... 7

Bagian Kedua Organ Pelaksana... 8

BAB IV JATI DIRI, LAMBANG, VISI DAN MISI INSTITUT... 8

BAB V PENYELENGGARAAN TRIDARMA INSTITUT... 9

Bagian Pertama Umum... 9

Bagian Kedua Pendidikan... 9

Bagian Ketiga Program Studi... 10

Bagian Keempat Lulusan, Ijazah, Gelar Akademik... 11

Bagian Kelima Penelitian... 11

Bagian Keenam Pengabdian kepada Masyarakat... 12

Bagian Ketujuh Sistem Penjaminan Mutu Penyelenggaraan Kegiatan Akademik... 13

BAB VI MAJELIS WALI AMANAT (MWA)... 13

Bagian Pertama Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang, dan Tanggung-jawab MWA.. 13

Bagian Kedua Keanggotaan, Persyaratan, Pemilihan dan Kewajiban Anggota MWA. 14 Bagian Ketiga Pengurus MWA... 18

Bagian Keempat Persidangan dan Rapat MWA... 19

Bagian Kelima Dewan Audit... 20

Sub-Bagian 5.1 Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab DA... 20

Sub-Bagian 5.2 Keanggotaan, Persyaratan, Pemilihan, dan Kewajiban Anggota DA... 21

Sub-Bagian 5.3 Persidangan dan Rapat DA... 22

BAB VII SENAT AKADEMIK (SA)... 23

Bagian Pertama Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab SA... 23

Bagian Kedua Keanggotaan, Persyaratan, Pemilihan dan Kewajiban Anggota SA... 25

Bagian Ketiga Pengurus SA... 26

Bagian Keempat Persidangan dan Rapat SA... 26

BAB VIII MAJELIS GURU BESAR (MGB)... 27

Bagian Pertama Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab MGB.... 28

Bagian Kedua Keanggotaan dan Kewajiban Anggota MGB... 29

Bagian Ketiga Pengurus MGB... 30

Bagian Keempat Persidangan dan Rapat MGB... 30

BAB IX PIMPINAN INSTITUT... 32

(4)

Bagian Kedua Persyaratan Calon Rektor dan Calon Wakil Rektor... 35

Halaman: Bagian Ketiga Pemberhentian Rektor dan Wakil Rektor... 35

Bagian Keempat Manajemen Institut... 36

Bagian Kelima Satuan Penjaminan Mutu (SPM)... 37

Bagian Keenam Satuan Pengawas Internal (SPI)... 38

BAB X SATUAN AKADEMIK... 39

Bagian Pertama Fungsi dan Organisasi Satuan Akademik... 39

Bagian Kedua Fakultas/Sekolah... 40

Sub-Bagian 2.1 Kedudukan, Fungsi dan Organisasi Fakultas/Sekolah... 40

Sub-Bagian 2.2 Senat Fakultas/Senat Sekolah (SF/SS)... 41

Sub-Bagian 2.3 Pimpinan Fakultas/Sekolah... 43

Sub-Bagian 2.4 Unsur Pelaksana Administrasi dan Unsur Penunjang Akademik Tingkat Fakultas/ Sekolah... 45

Sub-Bagian 2.5 Kelompok Keilmuan (KK) ... 45

Bagian Ketiga Sekolah Pascasarjana (SPS) ... 46

Bagian Keempat Lembaga Tahap Persiapan Bersama (LTPB)... 47

Bagian Kelima Lembaga Pengkajian Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP4)... 49

Bagian Keenam Lembaga Kemahasiswaan (LK)... 50

Bagian Ketujuh Pusat-Pusat Institut ... 51

Bagian Kedelapan Perpustakaan... 52

Bagian Kesembilan Unit Sumber Daya Informasi (USDI) ... 53

Bagian Kesepuluh Unit Pelaksana Teknis (UPT) ... 53

Bagian Kesebelas Unit Usaha Penunjang... 54

BAB XI SATUAN KEKAYAAN DAN DANA (SKD)... 54

Bagian Pertama Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab SKD.... 54

Bagian Kedua Organisasi SKD... 56

Bagian Ketiga Pengelolaan Keuangan SKD... 56

Bagian Keempat Perencanaan, Pengendalian Mutu, Pengawasan dan Akuntabilitas SKD... 56

BAB XII SATUAN USAHA KOMERSIAL (SUK)... 57

Bagian Pertama Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab SUK.... 57

Bagian Kedua Organisasi SUK... 58

Bagian Ketiga Modal Awal dan Pengelolaan Keuangan SUK... 58

Bagian Keempat Perencanaan, Pengawasan dan Akuntabilitas SUK... 59

BAB XIII KEPEGAWAIAN... 60

Bagian Pertama Klasifikasi Pegawai... 60

Bagian Kedua Penerimaan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Pegawai... 61

Bagian Ketiga Pengelolaan, Kedudukan, dan Sistem Karir Pegawai ... 61

Bagian Keempat Kewajiban, Hak, dan Sanksi Pegawai... 62

Bagian Kelima Organisasi Pegawai... 64

Bagian Keenam Kesejahteraan Pegawai... 64

BAB XIV MAHASISWA DAN ALUMNI... 64

(5)

Bagian Kedua Alumni... 66

Halaman: BAB XV KODE ETIK. INSTITUT... 67

BAB XVI LARANGAN JABATAN RANGKAP... 67

BAB XVII GELAR KEHORMATAN DAN PENGHARGAAN... 68

BAB XVIII PERENCANAAN INSTITUT... 70

Bagian Pertama Hirarki Perencanaan... 70

Bagian Kedua Rencana Induk Pengembangan (RIP) Institut... 70

Bagian Ketiga Rencana Strategis (Renstra) Institut ... 71

Bagian Keempat Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Institut... 71

BAB XIX PENGELOLAAN ASET DAN KEUANGAN INSTITUT... 73

Bagian Pertama Pengelolaan aset... 73

Bagian Kedua Sistem Akuntansi dan Keuangan... 74

BAB XX PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS INSTITUT... 74

Bagian Pertama Pengawasan... 74

Bagian Kedua Akuntabilitas... 74

BAB XXI DOKUMEN INSTITUT... 75

BAB XXII SIDANG TERBUKA INSTITUT... 76

BAB XXIII PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) ... 77

BAB XXIV KETENTUAN PERALIHAN... 77

BAB XXV KETENTUAN PENUTUP... 77

Penjelasan Atas Anggaran Rumah Tangga Institut Teknologi Bandung... 1

(6)

Mukadimah:

Sesungguhnya setiap insan berhak memperoleh pendidikan, mengejar kebenaran dan keunggulan ilmiah, oleh karena itu sadar akan kedudukan sebagai universitas yang menumbuh-kembangkan budaya dan peradaban, Institut Teknologi Bandung berketetapan untuk membela dan menyiarkan keyakinan ini. Sebagai lembaga akademik, Institut Teknologi Bandung mengemban misi mencerdaskan dan mengembangkan kehidupan bangsa yang berbudaya luhur, bercita-cita menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta ilmu sosial dan kemanusiaan yang unggul dengan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tinggi, melakukan penelitian dan pengembangan untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, serta kemaslahatan umat manusia. Dalam mewujudkan cita-cita luhur tersebut, Institut Teknologi Bandung senantiasa memegang teguh kebenaran dan keadilan, serta menegakkan azas-azas demokrasi, kebebasan dan keterbukaan, hak azasi manusia, pelestarian lingkungan hidup, serta etika kebinekaan. Dalam semua gerak kehidupan bermasyarakat, Institut Teknologi Bandung menganut dan mengamalkan kemitraan dan kesederajatan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkahi upaya Institut Teknologi Bandung dalam mewujudkan cita-cita luhurnya.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Anggaran Rumah Tangga ini yang dimaksud dengan:

1. Alumni adalah seseorang yang pernah tercatat sebagai mahasiswa di Institut Teknologi Bandung.

2. Anggaran Dasar Institut Teknologi Bandung (yang selanjutnya disingkat AD) adalah ketentuan pengaturan dan pengelolaan Institut Teknologi Bandung yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara.

3. Anggaran Rumah Tangga Institut Teknologi Bandung (yang selanjutnya disingkat ART) adalah pengaturan dan penjabaran lebih lanjut atas ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara.

4. Anggaran Tahunan Institut adalah anggaran tahunan yang digunakan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan Institut Teknologi Bandung dengan sumber dana yang berasal dari Pemerintah dan dari bukan Pemerintah.

(7)

5. Bagian adalah unsur pelaksana administrasi Pimpinan Fakultas/Sekolah, Lembaga dan unit kerja lain di lingkungan Institut Teknologi Bandung.

6. Dekan adalah pemimpin Fakultas/Sekolah dalam lingkungan Institut Teknologi Bandung yang berwenang dan bertanggung-jawab mengenai penyelenggaraan Fakultas/Sekolah.

7. Dewan Audit (yang selanjutnya disingkat DA) adalah organ Institut Teknologi Bandung yang secara independen melaksanakan evaluasi hasil audit internal dan eksternal atas penyelenggaraan Institut Teknologi Bandung untuk dan atas nama MWA.

8. Direktorat adalah unit pelaksana manajemen Pimpinan Institut Teknologi Bandung; 9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.

10. Dosen adalah pegawai Institut Teknologi Bandung yang diangkat oleh Institut Teknologi Bandung berdasarkan persyaratan pendidikan, keilmuan dan kemampuannya dengan tugas melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

11. Fakultas (atau Sekolah) adalah unsur pelaksana akademik Institut Teknologi Bandung dan pengelola sumber daya akademik untuk pengembangan pengetahuan akademik dan intelektual dalam disiplin ilmu tertentu.

12. Guru Besar adalah jabatan akademik dosen tertinggi Institut Teknologi Bandung. 13. Guru Besar Emeritus adalah penghargaan kehormatan yang diberikan secara

selektif kepada pensiunan dosen yang pernah menjabat guru besar. 14. Institut adalah Institut Teknologi Bandung.

15. Kebebasan Akademik adalah hak yang dimiliki anggota sivitas akademika Institut dalam melaksanakan kegiatan bidang akademik.

16. Kebebasan Mimbar Akademik adalah hak yang dimiliki oleh sivitas akademika Institut dalam melakukan komunikasi pengetahuan dan kegiatan akademik.

17. Kegiatan Akademik adalah kegiatan yang meliputi pendidikan/pembelajaran, penelitian dan pengabdian/pelayanan kepada masyarakat.

18. Kegiatan Non-Akademik adalah kegiatan yang tidak termasuk pada Kegiatan Akademik.

19. Kelompok Keilmuan (yang selanjutnya disingkat KK) adalah kelompok pembinaan dosen di bawah Fakultas/Sekolah yang bertanggung-jawab mengembangkan pengetahuan dan intelektualitas dalam bidang ilmu atau keahlian tertentu untuk mewujudkan identitas dan cita-cita Institut.

20. Keputusan adalah ketentuan yang diputuskan oleh suatu organ Institut berdasarkan wewenang yang dimilikinya terhadap suatu urusan atau permasalahan yang melibatkan lebih dari satu pihak.

21. Ketetapan adalah ketentuan yang ditetapkan oleh suatu organ Institut berdasarkan wewenang yang dimilikinya baik atas prakarasa sendiri atau atas permintaan pihak tertentu.

(8)

22. Komisi Sekolah Pascasarjana adalah badan normatif dalam unsur Sekolah Pascasarjana yang beranggotakan para Guru Besar yang mewakili bidang-bidang keilmuan program-program pendidikan pascasarjana dan Pimpinan Sekolah Pascasarjana, yang berfungsi mengembangkan norma, merumuskan kebijakan akademik, melaksanakan pengawasan dan memberikan pertimbangan kepada Pimpinan Sekolah Pascasarjana.

23. Komisi Lembaga Kemahasiswaan (yang selanjutnya disingkat Komisi LK) adalah badan normatif dalam unsur Lembaga Kemahasiswaan yang beranggotakan para dosen yang mewakili Fakultas/Sekolah dan Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan, yang berfungsi mengembangkan norma, merumuskan kebijakan pembinaan kegiatan dan kesejahteraan kemahasiswaan, melaksanakan pengawasan dan memberikan pertimbangan kepada Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan.

24. Komisi Lembaga Tahap Persiapan Bersama (yang selanjutnya disingkat Komisi LTPB) adalah badan normatif dalam unsur Lembaga Tahap Persiapan Bersama yang beranggotakan para Guru Besar yang mewakili bidang-bidang ilmu yang diperlukan oleh Program Tahap Persiapan Bersama dan Pimpinan Lembaga Tahap Persiapan Bersama, yang berfungsi mengembangkan norma, merumuskan kebijakan akademik, melaksanakan pengawasan dan memberikan pertimbangan kepada Pimpinan Lembaga Tahap Persiapan Bersama.

25. Kurikulum adalah seperangkat rancangan dan pengaturan pendidikan mengenai tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dalam suatu program studi.

26. Lembaga Kemahasiswaan (yang selanjutnya disingkat LK) adalah unsur pelaksana akademik tingkat di Institut yang merencanakan pengembangan, mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan kegiatan pendidikan ekstra-kurikuler dan pemberian bantuan kesejahteraan kepada mahasiswa.

27. Lembaga Pengkajian Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (yang selanjutnya disingkat LP4) adalah unsur pelaksana akademik di tingkat Institut yang melaksanakan pengkajian strategis kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

28. Lembaga Tahap Persiapan Bersama (selanjutnya disingkat LTPB) adalah unsur pelaksana akademik di tingkat Institut yang merencanakan pengembangan dan melaksanakan program pendidikan tahap persiapan bersama untuk mahasiswa program sarjana.

29. Mahasiswa Institut adalah seseorang yang terdaftar sebagai peserta program studi Institut.

30. Majelis Guru Besar (yang selanjutnya disingkat MGB) adalah organ Institut yang melakukan pembinaan kehidupan akademik dan integritas moral serta etika dalam lingkungan Sivitas Akademika Institut.

(9)

31. Majelis Wali Amanat (yang selanjutnya disingkat MWA) adalah organ tertinggi Institut yang beranggotakan wakil Pemerintah, wakil masyarakat, wakil alumni, dosen dan tenaga penunjang akademik, tenaga penunjang non-akademik, dan mahasiswa Institut.

32. Masa Peralihan adalah masa perubahan penyelenggaraan Institut dari status Perguruan Tinggi Negeri menjadi Badan Hukum Milik Negara, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 70 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 155 tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung sebagai badan hukum Milik Negara, yaitu 5 (lima) tahun sejak tanggal 26 Desember 2000, kecuali untuk ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 Peraturan Pemerintah No. 155 tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara yaitu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal 26 Desember 2000. 33. Menteri adalah Menteri yang bertanggung-jawab atas pendidikan tinggi di Republik

Indonesia.

34. Menteri Keuangan adalah Menteri yang bertanggung-jawab di bidang keuangan di Republik Indonesia.

35. Organ Konsultatif Institut adalah badan yang pengambilan keputusannya dilakukan secara kolektif yang termasuk dalam organisasi Institut dan terdiri atas MWA, DA, Senat Akademik, MGB, Senat Fakultas/Senat Sekolah, Komisi, badan konsultatif dalam organisasi pegawai, badan konsultatif dalam organisasi mahasiswa, dan badan lain yang ditetapkan oleh MWA.

36. Organ Pelaksana Institut adalah badan yang pengambilan keputusannya dilakukan oleh pemimpin badan tersebut dan terdiri atas Pimpinan Institut, Pimpinan Fakultas/Sekolah, Lembaga, Satuan Pengawas Internal, Satuan Penjaminan Mutu, Pusat, Perpustakaan, Unit Sumber Daya Informasi, Unit Pelaksana Teknis, Unit Usaha Penunjang, Satuan Kekayaan dan Dana, Satuan Usaha Komersial, badan pelaksana dalam organisasi pegawai, badan pelaksana dalam organisasi mahasiswa, dan badan lain yang ditetapkan oleh MWA.

37. Organisasi mahasiswa Institut adalah wadah resmi kemahasiswaan yang diakui oleh Institut.

38. Organisasi pegawai Institut adalah organisasi yang diakui oleh Institut bagi pegawai Institut.

39. Pegawai Institut adalah individu yang bekerja di Institut dengan suatu ikatan perjanjian kerja.

40. Pemerintah adalah pemerintah Republik Indonesia.

41. Peraturan adalah ketentuan mengenai pengaturan dan pelaksanaan kegiatan akademik dan/atau non-akademik di Institut sebagai penjabaran lebih lanjut dari ART yang berlaku sesuai dengan lingkupnya dan dapat terdiri atas Peraturan Institut, Peraturan MWA, Peraturan SA, Peraturan MGB, dan peraturan organ Institut lainnya.

(10)

42. Perpustakaan Institut adalah Unsur Penunjang Akademik di tingkat Institut yang bertugas mengembangkan, mengelola, dan menyediakan pustaka, referensi dan informasi akademik guna mendukung kegiatan akademik.

43. Program Studi adalah kesatuan rencana pembelajaran sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik, pendidikan vokasi dan/atau pendidikan profesi yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan sasaran Program Studi.

44. Pusat adalah unsur pelaksana akademik dari kegiatan akademik yang bersifat transdisiplin atau lintas Fakultas/Sekolah atau unggulan/institusional pada tingkat Institut.

45. Rektor adalah pemimpin Institut yang berwenang dan bertanggung-jawab terhadap penyelenggaraan Institut.

46. Rencana Induk Pengembangan (yang selanjutnya disingkat RIP) adalah rencana pengembangan yang memuat sasaran dan tujuan yang akan dicapai Institut dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.

47. Rencana Kerja dan Anggaran (yang selanjutnya disingkat RKA) adalah penjabaran Rencana Strategis dalam Rencana Kerja serta Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran tahunan.

48. Rencana Strategis (yang selanjutnya disingkat Renstra) adalah penjabaran RIP yang memuat sasaran dan tujuan yang akan dicapai, strategi yang akan ditempuh serta program yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

49. Satuan Kekayaan dan Dana (yang selanjutnya disingkat SKD) adalah organ Institut yang berfungsi menangani pengelolaan kekayaan dan dana lestari, serta kekayaan intelektual Institut.

50. Satuan Pengawas Internal (yang selanjutnya disingkat SPI) adalah organ Institut yang melaksanakan pengawasan internal penyelenggaraan Institut.

51. Satuan Penjaminan Mutu (yang selanjutnya disingkat SPM) adalah organ Institut yang menyelenggarakan penjaminan mutu kegiatan akademik dan non-akademik Institut.

52. Satuan Usaha Komersial (yang selanjutnya disingkat SUK) adalah organ Institut yang berfungsi mengumpulkan dana melalui kegiatan usaha komersial guna mendukung kegiatan akademik Institut.

53. Sekolah: lihat ketentuan umum mengenai Fakultas.

54. Sekolah Pascasarjana Institut yang selanjutnya disingkat (SPS) adalah unsur pelaksana akademik di tingkat Institut yang melaksanakan koordinasi penerimaan mahasiswa, promosi dan pelaksanaan program pascasarjana, untuk menjamin tertib pelaksanaan dan mutu akademik program pendidikan pascasarjana Institut. 55. Senat Akademik (yang selanjutnya disingkat SA) adalah organ Institut yang

merupakan badan normatif tertinggi Institut di bidang akademik.

(11)

57. Senat Sekolah (yang selanjutnya disingkat SS) adalah badan normatif Sekolah. 58. Sivitas Akademika Institut adalah dosen dan mahasiswa Institut.

59. Tahun Anggaran Institut adalah sama dengan tahun kalender.

60. Tenaga penunjang akademik adalah pegawai Institut yang diangkat oleh Institut berdasarkan pendidikan, keahlian dan kemampuannya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan akademik Institut.

61. Tenaga non-akademik adalah pegawai Institut yang diangkat oleh Institut berdasarkan pendidikan, keahlian dan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan non-akademik Institut.

62. Unit Pelaksana Teknis (yang selanjutnya disingkat UPT) adalah Unsur Penunjang Akademik di tingkat Institut yang mengelola kegiatan penunjang akademik tertentu yang berdasarkan pertimbangan manajerial perlu dikelola secara terpisah dan bertanggung-jawab langsung kepada Rektor, yang antara lain disebut UPT Penerbit, UPT Pusat Bahasa, UPT Olahraga; Prioritas pelayanan adalah ke dalam lingkungan Institut, dan dapat digunakan untuk pelayanan masyarakat.

63. Unit Sumber Daya Informasi (yang selanjutnya disingkat USDI) adalah Unsur Penunjang Akademik di tingkat Institut yang bertugas mengembangkan, mengelola, dan menyediakan data dan informasi pengelolaaan Institut.

64. Unit Usaha Penunjang adalah unsur penunjang akademik di tingkat Institut yang mengelola kegiatan penunjang yang diperlukan oleh masyarakat akademik Institut, yang antara lain disebut asrama mahasiswa, rumah tamu, kantin, dan toko buku. 65. Unsur Penunjang Akademik adalah unit yang menunjang penyelenggaraan

kegiatan akademik sesuai kebutuhan, yang antara lain disebut laboratorium, bengkel, studio, kebun percobaan di tingkat Fakultas/Sekolah dan Perpustakaan, USDI, UPT, dan Unit Usaha Penunjang di tingkat Institut.

66. Warga Institut adalah sivitas akademika Institut, anggota MWA, anggota DA, tenaga penunjang akademik, tenaga penunjang non akademik, alumni dan pihak-pihak lain yang menjadi anggota organ yang dibentuk untuk kepentingan Institut.

BAB II HIRARKI PERATURAN

Pasal 2

(1) Hirarki peraturan di Institut mengenai pengaturan dan pelaksanaan semua kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah No. 155/2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung sebagai Badan Hukum Milik Negara beserta perubahannya, yang berfungsi sebagai AD;

b. ART;

(12)

d. Ketetapan dan Keputusan MWA; e. Ketetapan dan Keputusan SA;

f. Keputusan Rektor.

(2) Peraturan Institut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir c disusun oleh organ Institut dan diajukan kepada MWA untuk mendapatkan pengesahan sebagai Peraturan Institut.

(3) Ketentuan mengenai penetapan Peraturan Institut dan tata cara pengusulannya diatur lebih lanjut dalam Ketetapan MWA.

(4) Organ Institut dapat membuat keputusan dan/atau peraturan yang berlaku internal sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan di Institut dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi.

BAB III

PENGAMBILAN KEPUTUSAN Bagian Pertama Organ Konsultatif

Pasal 3

(1) Pengambilan keputusan oleh organ konsultatif Institut dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat oleh dan diantara para peserta musyawarah dalam rapat yang memenuhi korum.

(2) Korum Rapat organ konsultatif Institut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercapai jika dihadiri oleh lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota organ konsultatif Institut yang memiliki hak suara, kecuali ditentukan lain secara khusus. Dalam hal korum sebagaimana tersebut di atas tidak tercapai, maka dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari (tidak termasuk tanggal pemanggilan dan tanggal rapat) dapat diselenggarakan rapat ke dua. Rapat ke dua dinyatakan memenuhi korum apabila dihadiri sedikitnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah anggota organ konsultatif Institut.

(3) Keputusan rapat organ konsultatif Institut dinyatakan sah jika pada saat pengambilan keputusan korum rapat dipenuhi, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam ART ini.

(4) Jika dalam Rapat organ konsultatif Institut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) tidak dapat tercapai mufakat, pengambilan keputusan di rapat organ konsultatif Institut dilakukan berdasarkan pemungutan suara.

Pasal 4

(1) Keputusan rapat organ konsultatif Institut berdasarkan pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dinyatakan sah jika jumlah suara

(13)

yang setuju lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota organ konsultatif Institut yang hadir dan mempunyai hak suara, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam ART ini.

(2) Pemungutan suara tentang seseorang dilakukan secara rahasia, dengan cara mengisi surat suara tanpa ditandatangani dan diserahkan kepada Ketua Rapat yang bersangkutan secara tertutup.

Bagian Kedua Organ Pelaksana

Pasal 5

Pengambilan keputusan dalam organ pelaksana Institut dilakukan dengan memperhatikan kaidah manajemen.

BAB IV

JATI DIRI, LAMBANG, VISI DAN MISI INSTITUT Pasal 6

(1) Institut adalah universitas berbudaya penelitian yang berazaskan kebenaran dan keunggulan ilmiah, yang mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta ilmu sosial dan kemanusiaan untuk kemajuan bangsa, kesejahteraan masyarakat dan kemanusiaan.

(2) Atribut jati diri Institut dinyatakan dalam bentuk lambang, himne, bendera dan cap yang penggunaannya diatur dan ditetapkan tersendiri dalam Peraturan Institut.

Pasal 7

(14)

BAB V

PENYELENGGARAAN TRIDARMA INSTITUT Bagian Pertama

Umum Pasal 8

(1) Untuk mewujudkan visi, Institut menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

(2) Pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat diselenggarakan dalam bentuk Program Akademik.

(3) Program Akademik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diselenggarakan secara terpadu berdasarkan suatu Agenda Akademik.

(4) Agenda Akademik termaksud pada ayat (3) disusun secara terintegrasi dan ditetapkan oleh SA.

(5) Pimpinan Institut menyusun Kalender Akademik berdasarkan Agenda Akademik.

(6) Kalender Akademik disusun untuk satu tahun akademik dan memuat jadwal

kegiatan akademik.

Bagian Kedua Pendidikan

Pasal 9

(1) Pendidikan diselenggarakan dalam bentuk program pendidikan bergelar dan program pendidikan tidak bergelar.

(2) Program pendidikan bergelar mencakup program pendidikan akademik, program pendidikan vokasi, dan program pendidikan profesi yang sesuai dengan misi Institut.

(3) Program pendidikan akademik diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta ilmu sosial dan kemanusiaan tertentu.

(4) Program pendidikan vokasi mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki

keterampilan dan keahlian terapan tertentu.

(5) Program pendidikan profesi mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh profesi tertentu.

(6) Program pendidikan bergelar diselenggarakan dalam bentuk program studi. (7) Program pendidikan bergelar dapat melalui aktivitas pengumpulan kredit dan alih

kredit yang diatur tersendiri dalam Ketetapan SA.

(8) Program pendidikan bergelar dilaksanakan sesuai dengan Kalender Akademik. (9) Program pendidikan bergelar dapat dilaksanakan di luar Kalender Akademik

(15)

Pasal 10

(1) Program pendidikan akademik meliputi program jenjang sarjana, jenjang magister, dan jenjang doktor.

(2) Program pendidikan akademik pada suatu jenjang yang lebih tinggi dapat merupakan kelanjutan searah ataupun bukan kelanjutan searah dari program pendidikan bergelar pada jenjang sebelumnya.

(3) Tujuan dan kualifikasi umum masing-masing jenjang program pendidikan akademik ditetapkan oleh SA.

Pasal 11

(1) Program pendidikan tidak bergelar dilaksanakan dalam lingkup pengabdian kepada masyarakat dan dalam konteks pendidikan sepanjang hayat.

(2) Kebijakan mengenai pendidikan tidak bergelar ditetapkan oleh SA sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tidak bergelar diatur dengan Keputusan Rektor.

Bagian Ketiga Program Studi

Pasal 12

(1) Program studi diadakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, berdasarkan antisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,seni, ilmu sosial dan kemanusiaan, serta perkembangan ekonomi, sosial dan budaya.

(2) Program studi dirancang untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dengan menjaga terjaminnya fleksibilitas bagi mahasiswa dalam merencanakan studinya serta mengembangkan kemampuan, wawasan dan potensinya.

(3) Program studi diselenggarakan di tingkat Fakultas/Sekolah sesuai dengan lingkup keilmuannya.

(4) Program studi diselenggarakan dengan mendayagunakan secara optimal sumberdaya Institut maupun di luar Institut sesuai kebutuhan.

(5) Program studi dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang memungkinkan penyempurnaan secara berkesinambungan dalam proses pelaksanaan maupun tujuannya.

Pasal 13

(1) Tata cara pengusulan, pembukaan dan penutupan program studi ditetapkan oleh SA.

(2) Tujuan dan sasaran pendidikan, profil lulusan serta kurikulum program studi dirumuskan oleh SF/SS, disahkan oleh SA dan dipublikasikan oleh Pimpinan ITB.

(16)

(3) Tolok ukur pencapaian tujuan program studi ditetapkan oleh SF/SS berdasarkan ketentuan SA.

(4) Kinerja program studi dinilai dengan tolok ukur, sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3), oleh SF/SS dan SPS berdasarkan hasil pengukuran oleh SPM dan DA. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan program-program studi ditetapkan

oleh Rektor.

Pasal 14

(1) Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) dievaluasi dan disempurnakan secara periodik oleh SF/SS.

(2) Pembinaan dan pengembangan mata kuliah dalam kurikulum dilakukan oleh KK yang terkait.

(3) Pembinaan dan pengembangan kegiatan akademik lainnya dalam program studi dikoordinasikan oleh pengelola program studi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum diatur di dalam Ketetapan SA. Bagian Keempat

Lulusan, Ijazah, dan Gelar Akademik Pasal 15

(1) Lulusan Institut adalah seseorang yang telah menamatkan studinya pada salah satu program pendidikan bergelar.

(2) Ijazah adalah tanda bukti kelulusan peserta program pendidikan bergelar.

(3) Ketentuan dan tata cara penetapan kelulusan, ijazah dan gelar bagi lulusan suatu program pendidikan begelar diatur di dalam ketetapan SA.

Bagian Kelima Penelitian

Pasal 16

(1) Misi penelitian dilaksanakan secara terpadu dengan misi pendidikan dan misi pengabdian kepada masyarakat, dan diselenggarakan untuk tujuan membangun intelektualitas/kecendikiaan dosen dan mahasiswa, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial dan kemanusiaan.

(2) Penelitian diselenggarakan dalam rangka meningkatkan mutu materi dan proses pembelajaran.

(3) Penelitian dilaksanakan dalam bentuk program-program penelitian pluridisiplin dan interdisiplin Fakultas/Sekolah, program penelitian transdisiplin atau lintas Fakultas/ Sekolah, program penelitian unggulan dan/atau program penelitian institusional. (4) Program penelitian pluridisiplin dilaksanakan oleh KK sedangkan program penelitian

(17)

(5) Program penelitian transdisiplin atau lintas Fakultas/Sekolah, program penelitian unggulan dan/atau program penelitian institusional dilakukan oleh Pusat Penelitian. (6) Program penelitian disusun dengan mengacu kepada Agenda Penelitian dalam

Agenda Akademik dan dilaksanakan sesuai dengan Kalender Akademik. Pasal 17

(1) Pembiayaan program penelitian berasal dari Institut dan/atau pihak lain sebagai hibah atau atas dasar kerjasama dengan Institut yang diintegrasikan dalam anggaran tahunan Institut.

(2) Rektor membangun sistem yang memungkinkan penyelenggaraan program penelitian yang bermutu dan berkelanjutan.

(3) Hasil penelitian merupakan aset yang wajib dipelihara, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial dan kemanusiaan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan penelitian diatur di dalam ketetapan SA. Bagian Keenam

Pengabdian kepada Masyarakat Pasal 18

(1) Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu misi Institut dalam bentuk pelayanan dan/atau kerjasama Institut dengan masyarakat sesuai dengan kompetensi akademik yang dimiliki, dan dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan.

(2) Orientasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah penerapan ilmu serta alih penguasaan teknologi dan seni untuk pembangunan bangsa, dan berperan serta dalam memberdayakan dan memajukan masyarakat.

(3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dalam bentuk program pluridisiplin dan interdisiplin Fakultas/Sekolah, program transdisiplin atau lintas Fakultas/Sekolah, dan/atau program pelayanan masyarakat khusus.

(4) Program pengabdian kepada masyarakat pluridisiplin dilaksanakan oleh KK sedangkan program pengabdian kepada masyarakat interdisiplin dilaksanakan antar KK dan dikoordinasikan oleh Fakultas/Sekolah.

(5) Program pengabdian kepada masyarakat transdisiplin atau lintas Fakultas/Sekolah, dan/atau program pelayanan kepada masyarakat khusus dilakukan oleh Pusat Pengabdian kepada Masyarakat.

(6) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pendidikan dan penelitian.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan pengabdian kepada masyarakat diatur di dalam ketetapan SA.

(18)

Bagian Ketujuh

Sistem Penjaminan Mutu Penyelenggaraan Kegiatan Akademik Pasal 19

(1) Program Akademik termaksud pada Pasal 8 ayat (2) diselenggarakan dengan menggunakan sistem penjaminan mutu.

(2) Kebijakan dan norma penjaminan mutu Program Akademik diatur di dalam ketetapan SA.

(3) SPM mengembangkan sistem penjaminan mutu berdasarkan kebijakan dan norma seperti termaksud dalam ayat (2).

(4) Rektor meningkatkan mutu Program Akademik secara berkelanjutan. BAB VI

MAJELIS WALI AMANAT (MWA) Bagian Pertama

Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang, dan Tanggung-jawab MWA Pasal 20

(1) MWA merupakan organ konsultatif Institut tertinggi yang mewakili kepentingan Pemerintah, masyarakat, dan Institut.

(2) MWA berfungsi:

a. menetapkan kebijakan umum Institut yang meliputi pengaturan organisasi Institut, pendanaan dan pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan pengelolaan aset, serta sistem peraturan dan perangkatnya;

b. mengusahakan pengumpulan dana dan mengendalikan penggunaan dana

Institut guna mendukung penyelenggaraan misi Institut;

c. memberdayakan Institut dalam melaksanakan misi dan mewujudkan visinya; d. memelihara kondisi kesehatan keuangan Institut;

e. menetapkan kebijakan umum tentang penyelenggaraan dan pengembangan,

termasuk kebijakan hubungan dengan pihak luar Institut;

f. melaksanakan pengawasan dan pengendalian umum atas pengelolaan Institut. (3) MWA bertugas:

a. menetapkan misi dan visi Institut; b. menetapkan RIP Institut;

c. mengesahkan Renstra dan RKA Institut;

d. memilih, mengangkat dan memberhentikan Rektor; e. melakukan penilaian atas kinerja Rektor;

(19)

f. menangani penyelesaian tertinggi atas masalah-masalah yang ada di Institut, termasuk penyelesaian tertinggi perselisihan antara organ dan/atau warga Institut;

g. bersama dengan Rektor menyusun dan menyampaikan Laporan Tahunan kepada Menteri.

(4) MWA dapat mengadakan rapat bersama MGB, SA, dan Rektor untuk membahas

masalah yang diajukan oleh salah satu dari MWA, SA, dan Rektor, yang berdampak luas pada penyelenggaraan kegiatan dan kehidupan komunitas Institut dan/atau memerlukan koordinasi diantara MWA, SA, dan Rektor.

(5) MWA dapat membentuk perangkat pendukung organisasi sesuai kebutuhan dalam bentuk:

a. Komisi dan/atau Badan Kerja yang anggotanya terdiri atas anggota MWA dan/atau Sekretariat untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya sehari-hari;

b. Panitia dan/atau Kelompok Kerja untuk menangani hal-hal yang bersifat khusus, yang anggotanya dapat terdiri atas anggota MWA dan personil lain yang dipandang perlu.

(6) Perangkat pendukung yang dibentuk MWA paling tidak adalah badan normatif non-akademik yang berfungsi untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan dan memberikan arahan serta pertimbangan pengembangan kepada pimpinan SKD dan SUK.

(7) Pembentukan perangkat pendukung organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) butir a dan b, dan ayat (6) beserta tugas dan wewenangnya masing-masing ditetapkan dengan Keputusan MWA.

(8) Kewenangan lain yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi dan tugas MWA akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Institut

(9) MWA bertanggung-jawab kepada Menteri.

(10) Anggaran pelaksanaan tugas MWA dibebankan kepada anggaran tahunan Institut. Bagian Kedua

Keanggotaan, Persyaratan, Pemilihan dan Kewajiban Anggota MWA Pasal 21

(1) Anggota MWA terdiri atas Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan. (2) Anggota Biasa MWA terdiri atas:

a. 1 (satu) orang mewakili Menteri;

b. 1 (satu) orang mewakili Pemerintah Propinsi Jawa Barat; c. Rektor;

d. 6 (enam) orang mewakili SA; e. 1 (satu) orang mewakili mahasiswa;

(20)

g. 1 (satu) orang mewakili alumni; h. 8 (delapan) orang mewakili masyarakat.

(3) Anggota Biasa MWA diangkat oleh Menteri untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan, kecuali yang mewakili mahasiswa.

(4) Anggota Biasa MWA yang mewakili mahasiswa diangkat oleh Ketua MWA untuk masa jabatan 1 (satu) tahun dan tidak dapat diangkat kembali untuk masa jabatan berikutnya.

(5) Masa jabatan Anggota Kehormatan MWA adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.

Pasal 22

(1) Anggota Biasa MWA wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. tidak sedang memangku jabatan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan; b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan

keputusan pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap;

c. memiliki wawasan yang luas dan tajam serta kepekaan dan kepedulian

mengenai masa depan pendidikan tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta ilmu sosial dan kemanusiaan, dalam rangka mewujudkan kepeloporan dan kemandirian Institut;

d. memiliki integritas tinggi dan memegang nilai-nilai luhur;

e. memiliki lingkup pergaulan yang luas baik di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;

f. menunjukkan komitmen dan bersedia memberikan perhatian yang

sungguh-sungguh untuk kemajuan Institut;

g. memiliki kemampuan untuk mengembangkan gagasan baru dan

merealisasikannya dalam rangka melaksanakan misi dan mewujudkan visi Institut;

h. memiliki reputasi baik dalam karir profesional dan di masyarakat dikenal sebagai orang yang berhasil dan dihormati;

i. memiliki kemampuan untuk membangun dan mengembangkan kerjasama

kreatif untuk menghasilkan sinergi positif diantara pihak-pihak yang berkepentingan;

j. mampu mengartikulasikan harapan komunitas yang diwakilinya.

(2) Anggota Biasa MWA yang mewakili SA wajib memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:

a. berstatus sebagai dosen dengan hubungan kerja tetap Institut selama menjadi anggota MWA;

b. telah memiliki masa kerja efektif sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun berturut-turut di Institut;

(21)

(3) Anggota Biasa MWA yang mewakili tenaga penunjang non-akademik wajib memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:

a. berstatus sebagai pegawai dengan hubungan kerja tetap selama menjadi anggota MWA;

b. memiliki masa kerja efektif sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun berturut-turut di lingkungan Institut.

(4) Anggota Biasa MWA yang mewakili mahasiswa wajib memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:

a. berstatus sebagai mahasiswa selama menjadi anggota MWA;

b. memiliki indeks prestasi kumulatif serendah-rendahnya 2,75 (dua koma tujuh lima) pada saat terpilih;

c. aktif dalam kegiatan kemahasiswaan di lingkungan Institut. Pasal 23

(1) Anggota Biasa MWA yang mewakili Menteri dipilih oleh Menteri sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungannya.

(2) Anggota Biasa MWA yang mewakili Daerah Propinsi Jawa Barat dipilih oleh

Gubernur Propinsi Jawa Barat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungannya.

(3) Anggota Biasa MWA yang mewakili SA dan masyarakat dipilih oleh SA.

(4) Anggota Biasa MWA yang mewakili mahasiswa dipilih melalui mekanisme pemilihan yang berlaku di lingkungan organisasi mahasiswa Institut.

(5) Anggota Biasa MWA yang mewakili tenaga penunjang non-akademik, dipilih melalui mekanisme pemilihan yang berlaku di lingkungan organisasi pegawai Institut. (6) Anggota Biasa MWA yang mewakili alumni, dipilih melalui mekanisme pemilihan

yang berlaku di lingkungan Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung.

(7) Untuk keperluan pemilihan Anggota Biasa MWA sebagaimana dimaksud pada ayat (3), SA dapat membentuk panitia penjaringan bakal calon anggota.

(8) Anggota SA yang menduduki jabatan struktural di Institut tidak dapat dicalonkan untuk menjadi Anggota Biasa MWA.

(9) Calon Anggota Biasa MWA seperti yang dimaksud dalam ayat (2), (3), (5) dan (6) disampaikan oleh SA kepada Menteri untuk diangkat sebagai Anggota Biasa MWA. (10) Calon Anggota Biasa MWA seperti yang dimaksud dalam ayat (4) disampaikan oleh

SA kepada MWA untuk diangkat sebagai Anggota Biasa MWA. Pasal 24

(1) Masa jabatan Anggota Biasa MWA berakhir dengan sendirinya jika: a. habis masa jabatannya sebagai Anggota Biasa MWA; b. berhalangan tetap;

(22)

d. dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap.

(2) Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum masa jabatan Anggota Biasa MWA

berakhir, nama-nama calon anggota yang baru disampaikan oleh SA kepada Menteri.

(3) Dalam hal Anggota Biasa MWA berakhir keanggotaannya karena sebab seperti yang dimaksud dalam ayat (1) butir b, c, dan d, maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) bulan sudah ada anggota pengganti.

(4) Anggota Biasa MWA dapat diganti atas permintaan institusi yang memilihnya, atau atas usul MWA.

(5) Anggota Biasa MWA yang berakhir masa jabatannya, atau bila karena sesuatu dan lain hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, digantikan status keanggotaannya oleh Anggota Biasa MWA yang baru dari unsur yang sama untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, kecuali untuk anggota yang mewakili mahasiswa 1 (satu) tahun.

(6) Pergantian Anggota Biasa MWA sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), ditentukan oleh mekanisme yang berlaku di lingkungannya masing-masing.

Pasal 25

(1) Anggota Kehormatan MWA wajib memenuhi syarat-syarat dan kualifikasi sebagai berikut:

a. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap; b. memiliki wawasan yang luas dan tajam serta kepekaan dan kepedulian

mengenai masa depan pendidikan tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta ilmu sosial dan kemanusiaan, dalam rangka mewujudkan kepeloporan dan kemandirian Institut;

c. memiliki integritas tinggi dan memegang nilai-nilai luhur;

d. memiliki lingkup pergaulan yang luas, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;

e. menunjukkan komitmen dan bersedia memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk kemajuan Institut;

f. memiliki reputasi yang baik dalam perjalanan kariernya di lingkungan profesinya, dan di masyarakat dikenal sebagai orang yang berhasil dan dihormati;

g. memiliki kemampuan untuk membangun dan mengembangkan kerjasama kreatif untuk menghasilkan sinergi positif diantara pihak-pihak yang berkepentingan.

(2) Anggota Kehormatan MWA berhak menghadiri Sidang Terbuka dan acara bersama warga Institut.

(23)

(3) Anggota Kehormatan MWA berhak memperoleh informasi dan/atau laporan kegiatan Institut dari Rektor sebelum informasi tersebut dinyatakan sebagai dokumen terbuka.

(4) Anggota Kehormatan MWA dapat menghadiri rapat pembahasan atau koordinasi dengan Rektor atas undangan Pimpinan MWA dan berhak menyampaikan pendapat.

(5) Anggota Kehormatan MWA wajib memberikan kontribusi nyata untuk kepentingan pengembangan Institut.

Pasal 26

(1) Anggota Kehormatan MWA dipilih oleh MWA atas usul yang diajukan oleh warga Institut melalui MWA, SA, MGB dan/atau Rektor.

(2) Anggota Kehormatan MWA diangkat dan diberhentikan oleh MWA.

(3) Keputusan pengangkatan Anggota Kehormatan MWA ditetapkan dalam Rapat

Pleno MWA.

(4) Masa jabatan Anggota Kehormatan MWA berakhir dengan sendirinya jika: a. habis masa jabatannya sebagai Anggota Kehormatan MWA; b. berhalangan tetap;

c. mengundurkan diri; atau

d. dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap.

(5) Jumlah dan tata cara pemilihan Anggota Kehormatan MWA ditetapkan dalam Peraturan MWA.

Bagian Ketiga Pengurus MWA

Pasal 27

(1) Pengurus MWA wajib menyelenggarakan persidangan dan rapat sesuai ketentuan Pasal 29 dan Pasal 30 ART.

(2) Pengurus MWA mengkomunikasikan hasil rapat dan persidangan kepada anggota MWA pada rapat kerja atau sidang paripurna untuk ditetapkan menjadi keputusan.

(3) Pengurus MWA berhak mewakili anggota MWA dalam melakukan hubungan

dengan organ-organ Institut maupun dengan pihak-pihak eksternal. Pasal 28

(1) Pengurus MWA terdiri atas seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan seorang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh para anggota dengan masa jabatan 2,5 (dua setengah) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan.

(24)

(2) Pengurus MWA dipilih dalam Rapat Pleno yang diagendakan khusus untuk itu dan diselenggarakan atas undangan Menteri. Pengangkatan Pimpinan MWA dibuktikan dengan berita acara Rapat Pleno tersebut.

(3) Untuk dapat dipilih sebagai Pengurus MWA, calon Pengurus MWA wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. tidak berasal dari unsur-unsur Rektor, wakil Menteri, wakil Daerah Propinsi Jawa Barat, wakil tenaga penunjang non-akademik, dan wakil mahasiswa; b. sanggup bekerja untuk kepentingan MWA;

c. tidak memiliki jabatan rangkap, baik sebagai pimpinan maupun jabatan

struktural di lingkungan Institut dan/atau Perguruan Tinggi lain, pada instansi atau lembaga pemerintah, baik di Pusat maupun Daerah, serta jabatan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan jabatan Pengurus MWA. (4) Tata cara pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Pengurus MWA ditetapkan

dalam Peraturan MWA.

Bagian Keempat Persidangan dan Rapat MWA

Pasal 29

(1) Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, MWA menyelenggarakan Sidang

Paripurna sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan dihadiri oleh Anggota Biasa dan Anggota Kehormatan MWA.

(2) Apabila dipandang perlu, Sidang Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengundang unsur-unsur organ Institut atau pihak lain di luar keanggotaan MWA.

(3) Sidang Paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diadakan untuk membahas dan mengambil keputusan mengenai kebijakan-kebijakan umum serta membahas dan menilai laporan pertanggung-jawaban tahunan Rektor.

Pasal 30

(1) Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, MWA menyelenggarakan Rapat. (2) Rapat MWA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Rapat Kerja dan

Rapat dengan Menteri.

(3) Rapat Kerja MWA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi Rapat Pleno, Rapat Pengurus, dan Rapat Komisi.

(4) Rapat Pleno MWA adalah rapat lengkap yang dihadiri oleh seluruh Anggota Biasa MWA yang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) semester.

(5) Rapat Pengurus MWA adalah rapat yang dihadiri oleh Pengurus MWA. (6) Rapat Komisi MWA adalah rapat yang dihadiri oleh Anggota Komisi MWA.

(7) Rapat MWA dengan Menteri adalah rapat yang dilakukan bersama dengan Menteri yang dihadiri oleh seluruh Anggota Biasa MWA.

(25)

(8) Apabila dipandang perlu, Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengundang organ Institut atau pihak lain di luar keanggotaan MWA.

Pasal 31

(1) Rapat Kerja MWA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) diadakan untuk maksud mengambil dan/atau mempersiapkan keputusan yang berhubungan dengan tugas-tugas MWA.

(2) Rapat MWA dengan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (7)

diadakan untuk maksud menyampaikan laporan serta melakukan evaluasi atas kinerja Rektor dan kemajuan Institut.

Pasal 32

(1) Pengambilan keputusan dalam Sidang Paripurna MWA, Rapat Pleno MWA dan

Rapat MWA dengan Menteri yang dilakukan dengan pemungutan suara hanya memperhitungkan suara dari Anggota Biasa MWA kecuali Rektor.

(2) Keputusan Sidang Paripurna MWA, Rapat Pleno MWA dan Rapat MWA dengan

Menteri dinyatakan sah apabila pada saat pembukaan korum rapat dipenuhi, dan pada saat pengambilan keputusan jumlah anggota yang hadir dan anggota yang diwakili berdasarkan surat kuasa memenuhi korum rapat.

(3) Keputusan dalam Sidang Paripurna MWA, Rapat Pleno MWA dan Rapat MWA

dengan Menteri dinyatakan sah jika jumlah suara yang setuju lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah Anggota Biasa MWA.

Pasal 33

Ketentuan dan tata tertib pelaksanaan Sidang dan Rapat MWA ditetapkan dalam Peraturan MWA.

Bagian Kelima Dewan Audit (DA)

Sub-Bagian 5.1

Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab DA Pasal 34

(1) DA merupakan perangkat-audit MWA

(2) DA berfungsi melaksanakan evaluasi hasil audit internal dan eksternal atas penyelenggaraan Institut untuk dan atas nama MWA;

(3) DA bertugas:

a. menyusun rencana dan tata cara kerja DA; b. menetapkan kebijakan audit internal Institut;

(26)

d. mengusulkan kepada MWA akuntan publik untuk melaksanakan audit eksternal keuangan dan kekayaan Institut, serta auditor profesional untuk melaksanakan audit eksternal manajemen Institut di luar bidang keuangan dan kekayaan;

e. mempelajari dan menilai hasil audit internal dan eksternal; f. melaksanakan tugas audit lain yang diminta oleh MWA; g. melaporkan hasil kerjanya kepada MWA.

(4) Dalam setiap penugasan yang berhubungan dengan permintaan data dan informasi kepada unit selain SPI, DA perlu mendapat surat penugasan dari MWA.

(5) DA membuat laporan kepada MWA atas setiap penugasan yang diberikan.

(6) DA secara berkala menyampaikan laporan dan rekomendasi mengenai kegiatan dan permasalahan penting yang dihadapi kepada MWA.

(7) Tata cara mengenai pelaporan seperti yang dimaksud dalam ayat (5) dan (6) diatur lebih lanjut dengan Ketetapan MWA.

(8) Dalam hal dilakukan audit oleh badan pemerintah yang berwenang, maka DA dapat menugaskan SPI untuk mendampingi badan tersebut dalam melaksanakan tugasnya.

(9) DA bertanggung-jawab kepada MWA.

(10) Anggaran pelaksanaan tugas DA dibebankan kepada anggaran Institut. Sub-Bagian 5.2

Keanggotaan, Persyaratan, Pemilihan dan Kewajiban Anggota DA Pasal 35

(1) Jumlah anggota DA sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan anggota.

(2) Anggota DA dapat berasal baik dari dalam maupun dari luar Institut. (3) Ketua DA adalah seorang Anggota Biasa MWA yang ditugaskan oleh MWA. (4) Sekretaris DA dipilih oleh anggota DA, atas usul Ketua DA.

(5) Anggota DA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) minimal terdiri atas seorang yang mempunyai latar belakang manajemen, seorang yang mempunyai latar belakang akuntansi, dan seorang yang mempunyai latar belakang akademik.

Pasal 36

(1) Anggota DA wajib memenuhi persyaratan dan kriteria berikut:

a. memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman tentang proses, prosedur dan tata cara audit;

b. memiliki integritas yang tinggi; c. mempunyai reputasi yang baik;

(27)

e. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap; f. sehat rohani dan jasmani;

g. tidak mempunyai konflik kepentingan.

(2) Keanggotaan DA tidak boleh dirangkap dengan keanggotaan SA dan Pimpinan Institut .

(3) Anggota DA tidak boleh mempunyai afiliasi dengan Pimpinan Institut.

(4) Anggota DA diangkat dan diberhentikan oleh MWA untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(5) Masa jabatan anggota DA berakhir dengan sendirinya jika: a. habis masa jabatannya;

b. berhalangan tetap;

c. mengundurkan diri;

d. diberhentikan oleh MWA.

(6) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota DA diatur melalui Ketetapan MWA.

Pasal 37

(1) Apabila masa tugas Anggota Biasa MWA yang ditugaskan menjadi Ketua DA

berakhir, maka Ketua DA digantikan oleh Anggota Biasa MWA lainnya sampai berakhirnya perioda masa jabatan Ketua DA yang bersangkutan.

(2) Anggota DA yang dikarenakan sesuatu dan lain hal tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam periode masa jabatan, status keanggotannya digantikan sampai dengan berakhirnya perioda masa jabatan bersangkutan.

(3) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota pengganti DA diatur melalui Ketetapan MWA.

Sub-Bagian 5.3 Persidangan dan Rapat DA

Pasal 38

(1) Ketentuan dan tata tertib sidang dan rapat DA ditetapkan dalam Keputusan DA setelah mendapat persetujuan MWA.

(2) Dalam persidangan dan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), DA dapat mengundang Rektor, Wakil Rektor, pegawai Institut atau pihak lainnya untuk memberikan informasi yang diperlukan DA.

(28)

BAB VII SENAT AKADEMIK (SA)

Bagian Pertama

Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab SA Pasal 39

(1) SA merupakan organ konsultatif dan badan normatif tertinggi Institut di bidang akademik.

(2) SA berfungsi menetapkan kebijakan dasar, serta merumuskan sistem nilai, dan ketentuan dalam penyelenggaraan tridarma.

Pasal 40 (1) SA bertugas:

a. merumuskan misi dan visi Institut;

b. menetapkan kebijakan dasar tentang pengembangan dan penyelenggaraan

kegiatan akademik;

c. menetapkan kebijakan dasar tentang pembentukan, penyelenggaraan dan

penutupan program studi;

d. menetapkan kebijakan dasar tentang pengangkatan dan pemberhentian dosen dalam jabatan akademik;

e. menetapkan kebijakan dasar tentang penetapan kurikulum; f. menetapkan kebijakan dasar tentang pembinaan kemahasiswaan; g. menetapkan kode etik Institut;

h. menetapkan Agenda Akademik Institut;

i. memantau dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan akademik;

j. memberikan penilaian atas kinerja MWA dan memberikan hasil penilaiannya sebagai masukan kepada Menteri;

k. memberikan penilaian atas kinerja Rektor dalam bidang manajemen akademik dan memberikan hasil penilaiannya termasuk usulan sanksi kepada MWA;

l. memberikan masukan kepada MWA dalam penyusunan RIP Institut, dan

kepada Rektor dalam penyusunan Renstra dan RKA Institut; m. mengusulkan calon Rektor kepada MWA;

n. memilih calon Anggota Biasa MWA wakil SA dan masyarakat; o. mengusulkan calon Anggota Biasa MWA kepada Menteri; p. mengusulkan calon anggota DA kepada MWA;

q. memberikan pertimbangan kepada MWA dalam pengangkatan dan

pemberhentian Anggota Kehormatan MWA;

r. memberikan persetujuan atau penolakan usulan pengangkatan guru besar;

s. secara proaktif menjaring dan memperhatikan pandangan masyarakat

(29)

(2) Hasil penyusunan dan perumusan pelaksanaan tugas SA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan kebijakan umum Institut yang ditetapkan oleh MWA.

(3) Anggaran pelaksanaan tugas SA dibebankan kepada anggaran Institut. Pasal 41

(1) SA dapat membentuk perangkat pendukung organisasi sesuai kebutuhan dalam bentuk:

a. Komisi dan/atau Badan Kerja yang anggotanya terdiri atas anggota SA dan/atau Sekretariat untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya sehari-hari;

b. Panitia dan/atau Kelompok Kerja untuk menangani hal-hal yang bersifat khusus, yang anggotanya dapat terdiri atas anggota SA dan personil lain yang dipandang perlu.

(2) Komisi SA dipimpin oleh seorang Ketua dan Sekretaris yang dipilih oleh Anggota Komisi dari Anggota SA yang bukan ex-officio.

(3) Pembentukan perangkat pendukung organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a dan b beserta tugas dan wewenangnya masing-masing ditetapkan dengan Keputusan SA.

(4) Dalam hubungan dengan penyelenggaraan kegiatan akademik, SA dapat:

a. memperoleh akses atas setiap informasi akademik baik secara langsung maupun tidak langsung dari Rektor dan pejabat unit akademik Institut;

b. meminta dan mendapatkan penjelasan kepada/dari Rektor mengenai penyelenggaraan kegiatan bidang akademik bila diperlukan;

c. memberikan masukan penyelenggaraan kegiatan akademik kepada Rektor. (5) SA dapat mengusulkan penggantian Anggota Biasa MWA wakil SA.

(6) SA dapat meminta MWA untuk memeriksa Rektor apabila terjadi pelanggaran atas AD/ART.

(7) Kewenangan lain yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi dan tugas SA akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Institut.

Pasal 42

(1) SA menyampaikan laporan tahunannya kepada komponen-komponen sivitas akademika Institut yang relevan dengan kepentingan masing-masing, sebagai bentuk pertanggung-jawaban, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berakhirnya tahun anggaran Institut.

(2) Laporan tahunan SA yang dimaksud dalam ayat (1) mencakup kegiatan yang dilakukan dan capaiannya.

(30)

Bagian Kedua

Keanggotaan, Persyaratan, Pemilihan dan Kewajiban Anggota SA Pasal 43

(1) Anggota SA terdiri atas: a. Wakil-wakil SF/SS;

b. Anggota ex-officio yang meliputi perwakilan-perwakilan Pimpinan Institut, Dekan Fakultas/Sekolah, Lembaga dan unsur Satuan Akademik Institut lainnya sesuai dengan kebutuhan.

(2) Anggota SA wakil-wakil SF/SS merupakan representasi dari masyarakat akademik Fakultas/Sekolah dan berjumlah 3 (tiga) orang untuk masing-masing Fakultas/ Sekolah.

(3) Tiga orang anggota SA wakil-wakil SF/SS seperti yang dimaksud dalam ayat (2) dipilih dari dan oleh SF/SS yang bersangkutan, dan wajib berasal dari KK yang berbeda.

(4) Jumlah anggota SA ex-officio maksimum 30% (tiga puluh persen) dari jumlah anggota SA.

(5) Keanggotaan ex-officio dalam SA berlaku secara otomatis sejak pengangkatan dan berakhir pada saat yang bersangkutan tidak lagi menduduki jabatan dimaksud. (6) Keanggotaan ex-officio diusulkan oleh Rektor.

(7) Anggota SA diangkat dan diberhentikan melalui Ketetapan MWA. Pasal 44

(1) Persyaratan anggota SA wakil SF/SS: a. memiliki integritas yang tinggi;

b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mendapatkan kekuatan hukum tetap;

c. sehat rohani;

d. mempunyai reputasi akademik yang menonjol dan diakui dalam bidang atau kelompok keilmuannya;

e. menunjukkan kinerja yang menonjol dalam pelaksanaan tugas akademik yang diembannya di tingkat Fakultas/Sekolah dan/atau Institut;

f. menunjukkan komitmen terhadap pengembangan Institut; g. berwawasan luas mengenai pendidikan tinggi;

h. berstatus sebagai dosen dengan hubungan kerja tetap yang menduduki jabatan fungsional akademik sekurang-kurangnya jenjang Lektor Kepala dan telah memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di Institut.

(2) Tata cara pemilihan anggota SA wakil SF/SS ditetapkan dalam Peraturan SA. (3) Masa jabatan anggota SA wakil SF/SS adalah 4 (empat) tahun dan dapat diangkat

(31)

(4) Jika dinilai tidak menjalankan kewajibannya anggota SA wakil SF/SS dapat diganti atas permintaan Fakultas/Sekolah yang memilihnya, atau atas usul SA kepada Fakultas/Sekolah yang memilihnya.

Pasal 45

(1) Masa jabatan anggota SA wakil SF/SS berakhir dengan sendirinya jika: a. berakhir masa jabatannya;

b. berhenti menjadi dosen Institut; c. berhalangan tetap;

d. mengundurkan diri; e. diberhentikan oleh SA.

(2) Anggota SA wakil SF/SS, yang berakhir masa jabatannya, atau bila karena sesuatu dan lain hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, digantikan oleh anggota SA yang baru dari Fakultas/Sekolah yang sama untuk masa jabatan baru 4 (empat) tahun.

Bagian Ketiga Pengurus SA

Pasal 46

(1) SA dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh seorang Sekretaris yang dipilih oleh dan dari para anggota untuk 2 (dua) tahun masa jabatan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Pemilihan Pengurus SA dibuktikan dengan berita acara Rapat SA yang kemudian disahkan dengan Ketetapan MWA. (2) Anggota SA ex-officio tidak dapat dipilih untuk menjadi Pengurus SA.

(3) Sekretaris SA dipilih oleh anggota berdasarkan usulan dari Ketua.

(4) Pengurus SA berhak mengatasnamakan SA dalam melakukan hubungan dengan

organ internal Institut dan dengan masyarakat luar sepanjang menyangkut kepentingan SA.

(5) Atas penggunaan wewenang sebagaimana dimaksudkan pada ayat (4), untuk hal-hal yang dianggap penting, Pengurus SA wajib melaporkannya kepada Sidang SA berikutnya.

(6) Apabila diperlukan, Pengurus SA dapat mengundang nara sumber yang bukan

anggota SA untuk memberikan masukan atau pendapat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas SA .

Bagian Keempat Persidangan dan Rapat SA

Pasal 47

(32)

(2) Sidang SA diselenggarakan paling sedikit sekali dalam setiap bulan dan dihadiri oleh para anggota.

(3) Sidang SA dapat dilakukan atas permintaan tertulis dari paling sedikit 10 (sepuluh) orang anggota SA, dan diselenggarakan secepatnya setelah permintaan diterima oleh Pengurus SA.

(4) Korum Sidang SA tercapai jika dihadiri oleh 50% (lima puluh persen) dari anggota SA bukan ex-officio ditambah satu orang anggota bukan ex-officio.

(5) Bila suatu Sidang SA tidak mencapai korum, maka penyelenggaraan Sidang tersebut ditangguhkan untuk waktu 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam. Apabila sidang ke dua tidak juga mencapai korum, maka sidang tetap dapat dilanjutkan dengan memperhatikan alasan ketidakhadiran anggota lain untuk dimasukkan dalam risalah sebagai bagian dari hasil sidang.

(6) Rapat SA terdiri atas Rapat Koordinasi dan Rapat Komisi. Rapat Koordinasi adalah Rapat yang dihadiri oleh Pengurus dan para Ketua Komisi. Rapat Komisi adalah Rapat yang dihadiri oleh para Anggota Komisi.

(7) Rapat SA sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) diadakan untuk maksud membahas dan mempersiapkan keputusan yang berhubungan dengan tugas dan wewenang SA.

(8) Sidang dan Rapat SA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika diperlukan dapat mengundang pihak-pihak yang diperlukan untuk pembahasan materi sidang dan rapat, baik dari dalam maupun dari luar Institut.

Pasal 48

(1) Setiap anggota SA memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat dalam setiap Sidang atau Rapat SA secara bertanggung-jawab.

(2) Dalam hal terdapat pembicaraan yang bersifat rahasia, baik berdasarkan permintaan anggota maupun berdasarkan pendapat Sidang atau Rapat SA, maka kerahasiaannya wajib dijamin.

(3) Pimpinan dan Anggota SA memiliki hak suara yang sama dalam pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara pada Sidang SA.

(4) Anggota SA ex-officio tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara pada Sidang SA.

(5) Keputusan dalam Sidang SA dinyatakan sah jika jumlah suara yang setuju lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota SA bukan ex-officio.

(6) Dalam hal terjadi kekosongan keanggotaan SA bukan ex-officio yang disebabkan oleh proses penggantian anggota, maka jumlah anggota SA untuk perhitungan pengambilan keputusan adalah jumlah anggota seharusnya dikurangi dengan jumlah anggota yang sedang dalam proses penggantian.

Pasal 49

(33)

(2) Bila Ketua SA berhalangan memimpin sidang, maka Ketua SA dapat menunjuk seorang anggota SA untuk memimpin sidang.

(3) Apabila ayat (2) tidak dapat dilaksanakan, maka Sidang SA dipimpin oleh Sekretaris SA untuk memilih Ketua Sidang dari Anggota SA bukan ex-officio yang hadir. (4) Ketentuan dan tata tertib pelaksanaan Sidang dan Rapat SA lainnya ditetapkan

dalam Peraturan SA.

BAB VIII

MAJELIS GURU BESAR (MGB) Bagian Pertama

Kedudukan, Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung-jawab MGB Pasal 50

(1) MGB merupakan organ konsultatif Institut yang membangun kepemimpinan dalam mewujudkan pembinaan kehidupan akademik dan integritas moral serta etika profesional dalam lingkungan sivitas akademika Institut.

(2) MGB bertugas:

a. mengkaji dan mengembangkan konsep pembinaan kehidupan akademik sivitas akademika Institut;

b. mengkaji dan mengembangkan sistem nilai akademik Institut; c. mengkaji dan merumuskan pandangan pengembangan Institut;

d. memberikan pertimbangan kepada SA mengenai pengusulan pengangkatan Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dan penganugerahan penghargaan Institut.

Pasal 51

(1) MGB dapat membentuk perangkat pendukung organisasi sesuai kebutuhan dalam bentuk:

a. Komisi dan/atau Badan Kerja yang anggotanya terdiri atas anggota MGB, dan/atau Sekretariat untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya sehari-hari;

b. Panitia dan/atau Kelompok Kerja untuk menangani hal-hal yang bersifat khusus, yang anggotanya dapat terdiri atas anggota MGB dan personil lain yang dipandang perlu.

(2) Komisi MGB dipimpin oleh seorang Ketua dan Sekretaris yang dipilih oleh anggota Komisi dari anggota komisi yang menjabat Guru Besar dengan status hubungan kerja tetap.

(3) Pembentukan perangkat pendukung organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a dan b beserta tugas dan wewenangnya masing-masing ditetapkan dengan Keputusan MGB.

(34)

(4) Dalam melaksanakan tugasnya MGB berhak:

a. mendapatkan akses informasi kepada MWA, SA dan Pimpinan Institut; dan b. menyelenggarakan fora ilmiah.

(5) MGB dapat memberikan pendapat atau menyampaikan saran kepada MWA, SA dan Rektor mengenai penyelenggaraan atau penyelesaian permasalahan Institut.

(6) MGB dapat memberikan pandangannya tentang masalah-masalah yang

berkembang di Institut dan di masyarakat luas kepada MWA, SA, Rektor, masyarakat Institut dan masyarakat luas.

(7) Kewenangan lain yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi dan tugas MGB akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Institut

(8) Anggaran pelaksanaan tugas MGB dibebankan kepada anggaran tahunan Institut. Pasal 52

(1) MGB menyampaikan laporan tahunannya kepada komponen-komponen sivitas akademika Institut yang relevan dengan kepentingan masing-masing, sebagai bentuk pertanggung-jawaban, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berakhirnya tahun anggaran Institut.

(2) Laporan tahunan MGB yang dimaksud dalam ayat (1) mencakup kegiatan yang dilakukan dan hasilnya.

Bagian Kedua

Keanggotaan dan Kewajiban Anggota MGB Pasal 53

(1) Anggota MGB terdiri atas dosen dengan jabatan Guru Besar dan pemegang penghargaan Guru Besar Emeritus.

(2) Guru Besar dengan status hubungan kerja tidak tetap dan pemegang penghargaan Guru Besar Emeritus wajib menyatakan kesediaannya sebelum diangkat menjadi anggota MGB.

(3) Keanggotaan MGB berakhir jika: a. berhenti menjadi dosen Institut; b. berhalangan tetap;

c. diberhentikan oleh MGB.

(4) Keanggotaan MGB untuk Guru Besar dengan status hubungan kerja tidak tetap dan pemegang penghargaan Guru Besar Emeritus berakhir jika mengundurkan diri; (5) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota MGB lebih lanjut diatur dalam

Peraturan MGB.

(35)

Pasal 54 (1) Anggota MGB wajib:

a. memberikan keteladanan dalam menegakkan integritas moral, etika dan kesarjanaan dan dalam berkarya sesuai dengan kegurubesarannya;

b. menjunjung tinggi harkat dan martabat Guru Besar;

c. memberikan kontribusi pemikirannya bagi pengembangan kelembagaan MGB; d. menaati semua Peraturan MGB dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan

oleh MGB.

(2) Anggota MGB berhak menyampaikan pendapat dan pandangannya dalam sidang dan rapat MGB secara bebas dan bertanggung-jawab, dan sesuai dengan tata-tertib yang berlaku.

Bagian Ketiga Pengurus MGB

Pasal 55

(1) MGB dipimpin oleh seorang Ketua yang dibantu oleh seorang Sekretaris yang dipilih oleh dan dari para anggota untuk masa jabatan 2 (dua) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(2) Pemegang penghargaan Guru Besar Emeritus dan Guru Besar dengan status hubungan kerja tidak tetap tidak dapat menjadi pengurus MGB.

(3) Pengurus MGB tidak dapat dijabat rangkap dengan keanggotaan MWA, Pengurus SA dan Rektor.

(4) Tata cara pemilihan Ketua dan Sekretaris MGB ditetapkan dalam Peraturan MGB. Bagian Keempat

Persidangan dan Rapat MGB Pasal 56

(1) MGB melaksanakan sidang dan rapat secara reguler dan teratur.

(2) Sidang MGB, terdiri atas Sidang Tertutup dan Sidang Terbuka. Sidang Tertutup adalah sidang yang dihadiri oleh anggota MGB. Sidang Terbuka adalah sidang yang dapat dihadiri oleh masyarakat luas.

(3) Jika diperlukan Sidang Tertutup dapat mengundang pihak-pihak yang diperlukan untuk memberikan informasi sesuai dengan agenda sidang.

(4) Sidang Tertutup MGB sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 2 (dua) bulan.

(5) Sidang Tertutup dapat diselenggarakan atas permintaan tertulis dari paling sedikit 10 (sepuluh) orang anggota MGB, dan diselenggarakan secepatnya setelah permintaan diterima oleh Pengurus MGB.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut membuktikan bahwa pada bukaan 270 o , gas dan udara telah bercampur baik yang menyebabkan pembakaran dalam ruang bakar mesin meningkat sehingga menghasilkan

Perbedaan penelitian adalah analisis pada penelitian terdahulu merupakan analisis yang mengarah kepada kondisi rantai pasok pada usaha garam rakyat, sedangkan penelitian

Melihat dan menganalisa beberapa solusi yang diinginkan oleh berbagai sumber yang diwawancarai, kemudian Peneliti juga menawarkan/ memberikan solusi bagaimana agar

Jadi jika dideskripsikan secara sederhana cara tools aircrack mendapatkan password jaringan adalah mula – mula jaringan wireless yang ada disekitar dipindai untuk

Bila nilai yang diperoleh sama dengan atau lebih tinggi dari nilai standar yang tertera pada setiap jenis kelainan, maka anak tersebut dapat dikategorikan tergolong anak yang

Dalam rangkaian kegiatan penyusunan model untuk pembuatan tabel volume pohon, berdasarkan sebuah set data sebaiknya dilanjutkan dengan tahap validasi model dengan

Hasil regresi hubungan antara peubah bebas diameter dan tinggi pohon dengan peubah tidak bebas volume pohon menunjukkan bahwa ke-enam persamaan memiliki nilai R lebih dari 92%;

Noraini Abdullah B08-0-BK05 PRIMARY SCIENCE EDUCATION / SAINS SEKOLAH RENDAH KSP60704. Trends and Issues in Primary