• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

62 MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO. 105300 SUKA

MAKMUR KEC. DELITUA Salim Ginting

Guru SD Negeri No. 105300 Sukamakmur Kec. Delitua Email: Pasaribu6@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas belajar siswa yang mencakup aktivitas belajar siswa saat bekerja dalam kelompok dikelas pada mata pelajaran Matematika yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran langsung. Subjek penelitian ini diambil di kelas V-B SD Negeri No. 105300 Suka Makmur Kec. Delitua dengan jumlah siswa 29 orang. Awal KBM dilakukan tes hasil belajar (Pretes), dengan data rata-rata 15,2 hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata-rata-rata siswa jarang membaca buku sebelum pembelajaran disekolah. Kemudian dilanjutkan KBM, akhir KBM ke II dan KBM ke IV dilakukan tes hasil belajar formatif I dan formatif II hasilnya masing-masing menunjukkan rata-rata 73,8 dan 82,8. Melihat data tersebut ada perubahan dan perubahan tersebut akibat tindakan guru selama KBM pada siklus II.

Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada siklus I antara lain membaca (20,5%), bekerja (13,75% ), bertanya sesama teman (3%), menjawab pertanyaan teman (3%) bertanya kepada guru (4,75%), dan yang tidak relevan dengan KBM (5%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada siklus II antara lain membaca (22,5%), bekerja (44%), bertanya sesama teman (12,5%), menjawab pertanyaan teman (12,5%) bertanya kepada guru (4,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4%). Penerapan metode penugasan selama KBM membuat siswa sangat senang, sangat antusias.

Namun demikian masih terdapat keterbatasan dalam penelitian yang dilaksanakan di SD Negeri No. 105300 Suka Makmur Kec. Delitua ini, diantaranya; 1) materi yang dipelajari pada setiap siklus berbeda meskipun pada pokok bahasan yang sama yaitu “Pecahan”. Hal ini memungkinkan pemahaman siswa terhadap materi berbeda-beda, mungkin pada siklus I tingkat pemahaman siswa lebih tinggi dari pada siklus II, atau sebaliknya. Penelitian ini hanya dilakukan dalam satu kelas yakni kelas V-B SD Negeri No. 105300 Suka Makmur Kec. Delitua karena keterbatasan dana dan waktu, hal ini membatasi kesimpulan akhir hanya berlaku pada kelas subjek tersebut dan perlu pembuktian untuk kelas yang lain.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Langsung, Aktivitas Belajar PENDAHULUAN

Secara umum, tujuan diberikannya matematika di sekolah adalah untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis, serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah

(2)

63 lebih ditekankan pada penataan nalar

dasar dan pembentuk sikap serta keterampilan dalam penerapan matematika.

Agar dapat mencapai tujuan tersebut diatas maka pembelajaran matematika harus mendapat perhatian yang serius. Keterampilan matematika bukan hanya agar siswa terampil berhitung tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran matematika di kelas, karena guru yang berhadapan langsung dengan siswa untuk mengelola pembelajaran sehingga siswa dapat menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, peran guru mendidik dan menggali potensi nilai-nilai positif siswa melalui bimbingan dan keteladanan.

Dalam pembelajaran matematika sebaiknya siswa dilibatkan secara aktif. Selama ini dalam proses penyampaian materi matematika banyak yang kurang dimengerti oleh siswa dan juga tidak memperhatikan taraf berfikir siswa. Padahal dalam usia sekolah dasar proses abstraksi siswa masih perlu dibantu dengan media lain. Untuk itu perlu suatu metode dan strategi dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari hasil observasi dan diskusi dengan guru di Kelas V-B SD Negeri No.105300 Suka Makmur Kecamatan Delitua, diperoleh bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa

masih dibawah rata-rata KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Dari jumlah siswa terdapat lebih dari 50% siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Seharusnya belajar dikatakan tuntas apabila siswa secara keseluruhan mampu mendapatkan nilai diatas nilai KKM yaitu 70. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran tersebut masih sangat rendah.

Jika permasalahan diatas terus berlanjut maka sangat mengkhawatirkan terhadap dunia pendidikan yang seharusnya menghasilkan manusia yang bermutu. Guru juga harus mewaspadai permasalahan diatas, agar siswa-siswa tidak mendapat nilai yang rendah namun mendapatkan nilai yang memuaskan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni dengan menggunakan model Pembelajaran Langsung.

Model Pembelajaran Langsung juga sering disebut belajar melalui observasi, dimana siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Pembelajaran dengan model Pembelajaran Langsung, guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Model Pembelajaran Langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu

(3)

64 penguasaan pengetahuan yang

distrukturkan dengan baik dan penguasaan keterampilan.

Adapun pentingnya model Pengajaran Langsung menurut Eka (dalam

http://ekagurumesama.blogspot.com/ 2010/07/kekurangan-pembelajaran-langsung-direct.html) adalah sebagai berikut: 1) Mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. 2) efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun. 3) memudahkan guru dalam menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan. 4) menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi). Sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. 5) memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi).

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut;

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran langsung selama KBM?

2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung? Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui

bagaimana aktivitas belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran langsung.

2. Untuk mengetahui

bagaimana peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No. 105300 Suka Makmur Kec. Delitua Jl. Aman Desa Suka Makmur kecamatan Delitua pelaksanaannya pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juli 2015.

B. SubjekPenelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V-B. Pemilihan kelas B dikarenakan peneliti merupakan guru penjasorkes V-B SD Negeri No. 105300 Suka Makmur. Banyak subjek penelitian yakni 29 orang siswa.

C. Alat Pengumpul Data a) Tes hasil belajarTes hasil

belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan

(4)

65 sesudah pembelajaran

dengan model

pembelajaran langsung.

Tes hasil belajar disusun dalam bentuk pilihan berganda yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas V SD Negeri No.105300 Suka Makmur bidang studi Matematika. Tabel 1 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar

Butir Soal Klasifikasi / Kategori Jumlah soal C1 C2 C3 C4 1 √ 1 2 √ 1 3 √ 1 4 √ 1 5 √ 1 6 √ 1 7 √ 1 8 √ 1 9 √ 1 10 √ 1 Jumlah 1 5 1 3 10 D. Rancangan Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain model Kemmis dan Mc. Taggart (Dewi,2010:122). Penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) komponen utama yaitu: (1) Perencanaan tindakan (planning), (2) Tindakan (acting), (3) Pengamatan tindakan (observing) dan (4) Refleksi tindakan (reflect).

F. Teknik Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini digunakan metode

deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan.

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1) Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II 2) Menghitung nilai rata-rata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3) Penilaian

a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus:

100

soal

seluruh

Jumlah

benar

jawaban

Jumlah

Siswa

Nilai

(Slameto,2001:189)

b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:

(Subino,1987:80) Keterangan :

X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X

N = Jumlah peserta tes

N

X

(5)

66 c. Untuk penilaian aktivitas

digunakan rumus sebagai berikut:

Setelah data aktivitas siswa terkumpul sesuai dengan jumlah kegiatan belajar mengajar, maka data tersebut disusun kemudian data tersebut dirubah menjadi data prosntase. Untuk menganalisis data-data tersebut kemudian dianalisis dengan proporsi aktivitas.

(Majid, 2009:268) d. Ketentuan persentase

ketuntasan belajar kelas

ΣSb =Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 (kognitif)

ΣK = Jumlah siswa dalam sampel

Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai nilai ≥ 70 maka disebut tuntas

individu, dan bila ada 85% nilai ≥ 70 disebut tuntas kelas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Awal Penelitian SD Negeri No. 105300 Suka Makmur berada di desa Suka Makmur kecamatan Delitua kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan kondisi sekolah dapat dikatakan sekolah ini sangat menjamin konsentrasi siswa dalam belajar karena letaknya yang berada dikawasan pemukiman penduduk berpagar keliling, jauh dari hiruk pikuk jalan raya ataupun kebisingan bengkel dan industri. Serta didukung dengan taman sekolah yang tertata rapi. Siswa yang bersekolah disekolah ini rata-rata berasal dari desa Suka Makmur dengan latar belakang orangtua sebagaian besar sebagai petani.

Kurikulum yang diterapkan di sekolah adalah kurikulum KTSP, merupakan kurikulum yang dirancang oleh sekolah, kepala sekolah, guru, konselor dan komite.

Sebelum melaksanakan Siklus I, peneliti mengumpulkan data dan informasi tentang subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan antara lain daftar nama siswa kelas V-B dan data hasil pretes siswa. Data pretes disajikan dalam Tabel. 2

%

100

K

S

kelas

belajar

Ketuntasan

b

(6)

67 Tabel 2 Distribusi hasil pretes

Nilai Frekuensi Rata-rata S Deviasi 0 8 15.2 11.2 10 4 20 11 30 6 Jumlah 29

Merujuk pada Tabel 4.1, nilai terendah untuk pretes adalah 0 yang diperoleh 8 orang siswa, dan tertinggi adalah 30 yang diperoleh 6 orang siswa. Dengan KKM yang ditetapkan sebesar 70 berarti hanya 3 orang siswa yang tuntas atau ketuntasan secara klasikal adalah 0%. Nilai rata-rata kelas adalah 15.2 dengan standar deviasi 11.2. Ini berarti siswa tidak mempersiapkan diri belajar dirumah untuk tiap materi baru sebelum datang ke sekolah.

B. Hasil dan Pembahasan Siklus I

Pada Siklus I peneliti melakukan proses pembelajaran dan pengamatan terhadap proses pembelajaran tersebut. Pengamatan terhadap data proses dilakukan sesuai dengan indikator keberhasilan proses yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Data yang muncul dalam pelaksanaan tindakan kemudian diamati dan dipaparkan. Data proses yang diamati pada penelitian tindakan kelas ini meliputi : (1) data mengenai ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru atau peneliti, (2) data mengenai keaktifan anak.

Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, seperti berikut ini :

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat kegiatan perencanaan meliputi: a) Penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b) Membuat lembar kegiatan siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2.

c) Membuat tes pemahaman siswa siklus I.

d) Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

e) Menyediakan media pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan

pembelajaran ke-1 dan ke-2 sesuai dengan RPP oleh peneliti sebagai guru Matematika di SD Negeri No. 105300 Suka Makmur. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Diakhir siklus I dilakukan pula tes hasil belajar siswa untuk mengetahui pemahaman siswa dengan meggunakan tes hasil belajar sebagai formatif I., yaitu:

Senin 5 Mei 2014, dan rabu 7 Mei 2014 peneliti masuk ke kelas V-B SD Negeri No. 105300 Suka Makmur untuk malaksanakan proses pembelajaran siklus I,

(7)

masing-68 masing pertemuan ke-1 dan

pertemuan ke-2. Sesaat masuk kelas peneliti mengucapkan salam dengan ucapan “selamat Pagi” dengan serentak siswa menjawab “Pagi Pak!!!.”. Setelah salam peneliti mengajak siswa untuk berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing dengan mengikuti aba-aba dari ketua kelas. berikutnya peneliti mengabsen kehadiran siswa, peneliti bertanyan “apakah semua hadir ketua kelas ???. Ketua kelas yang bernama Ragil Ananta menjawab “ Iya Pak Semua Hadir”. Untuk lebih memastikan pernyataan ketua kelas tersebut peneliti mengabsen dengan memanggil nama-nama siswa secara bergiliran menurut daftar hadir yang sudah tersedia, dan hanya siswa yang namanya dipanggil yang akan menyauti suara guru. Untuk memulai materi pelajaran peneliti memberikan apersepsi. Setelah pelaksanaan apersepsi, Peneliti menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar, dan tujuan pembelajaran. Peneliti juga melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang akan dipelajari yaitu tentang operasi bilangan (penjumlahan pecahan). Dan melanjutkan materi selanjutnya

dengan pembelajaran

langsung.Kemudian siswa diminta untuk membentuk kelompok.Siswa diberikan waktu berdiskusi selama 30 menit untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS-1 pada pertemuan ke-1, dan LKS-2 pada

pertemuan ke-2 ). Setelah diskusi peneliti meminta hasil diskusi tersebut untuk dikumpulkan secara kelompok, setelah itu mendorong siswa untuk tampil kedepan kelas mempresentasekan hasil kelompok tersebut. Pada pertemuan ke-1 kelompok 1 dan keompok 2 tampil kedepan, sedangkan pada pertemuan ke-2 kelompok 3 dan kelompok 4 yang tampil. Siswa yang tampil pada pertemuan ke-1 adalah : Kelompok 1 : Sary, Cindy, Siti, Elvi dan Vira. Kelompok 2 adalah : Putri, Ragil, Widya, Wendi dan Arif. Setiap akhir presentase peneliti memberikan waktu untuk siswa yang ingin memberi tanggapan. Untuk mengakhiri pembelajaran peneliti mengajak siswa bersama-sama menyimpulkan pembelajaran, memberi penguatan, dan ditutup dengan ucapan salam penutup “selamat Pagi” dengan serentak siswa menjawab “selamat Pagi Pak...!!!!.

3. Pengamatan

Selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, peneliti berkolaborasi degan 2 orang teman sejawat (Pengamat/observer) untuk mengamati kegiatan siswa. Kegiatan siswa diamati selama 20 menit dengan menggunakan lembar aktivitas siswa yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pengamat mengamati aktivitas siswa dengan cara menceklis setiap dua menit sekali. Kelompok yang diamati adalah kelompok yang sebelumnya

(8)

69 sudah ditentukan oleh peneliti dan

pengamat. Hasil pengamatan ovserver pada siklus I seperti pada tabel 3 berikut :

No Aktivitas

Siklus I

Pengamat I Pengamat II Skor Proporsi Skor Proporsi

1 Menulis/membaca 29 41% 26 37% 2 Mengerjakan 9 13% 11 16% 3 Bertanya pada teman 6 9% 10 14% 4 Bertanya pada guru 12 17% 14 20% 5 Yang tidak relevan dengan KBM 14 20% 9 13% Jumlah 70 100% 70 100% 4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi KBM pada siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan selama KBM siklus I, diantaranya yaitu:

a. Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

b. Beberapa orang siswa masih

ada yang pindah

menggabungkan diri kekelompok lain dan mengabaikan kelompoknya sendiri.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi pada siklus I akan diterapkan pada KBM siklus II adalah antara lain:

a. Peneliti memberikan himbauan agar setiap siswa mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok. Bagi siswa yang tidak mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok, tidak mendapat tambahan nilai.

b. Beberapa siswa yang cenderung ribut ketika persentase ataupun ketika diskusi dalam kelompok menjadi perhatian kusus untuk diperhatikan.

C. Hasil dan Pembahasan Siklus II

Sama halnya dengan Siklus I, pada Siklus II peneliti (guru) melakukan tahap-tahap proses pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap-tahap pembelajaran di atas akan dirincikan di bawah ini:

1. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada KBM siklus II ini secara umum sama dengan KBM siklus I, bagian yang berbeda hanya materi pokok serta penyempurnaan RPP siklus II berdasarkan kelemahan-kelemahan pada siklus I.

(9)

70 Adapun persiapan sebelum

pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:

b. Peneliti sebagai guru

menyusun dan menyempurnakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan kelemahan-kelemahan pada siklus I. c. Menyusun lembar pelaksanaan model pembelajaran Langsung untuk siswa, lembar pengamatan aspek kognitif. 2. Pelaksanaan

Sebelum kegiatan

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya, peneliti mempersiapkan diri agar penelitian berlangsung lebih baik. Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan yang telah disusun pada RKH.

3. Pengamatan

Pengamatan dimulai dengan memperhatikan proses pembelajaran dari pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Peneliti melakukan observasi dibantu dengan observer dengan terlebih dahulu mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar. Dari observasi yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa perihal yang dilakukan anak pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, antara lain:

No Hasil Tes Data Awal Siklus I Siklus II 1 Nilai 30 100 100 Tertinggi 2 Nilai terendah 0 40 60 3 Rata-rata nilai tes 15.2 73.8 82.8 4 Ketuntasan klasikal 11,53% 61,53% 86.20% 3. Refleksi

Selama pengamatan terhadap kegiatan siswa siklus II (ranah afektif), penilaian terhadap tes hasil belajar (ranah kognitif), dan pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran Langsung siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang harus diadakan perbaikan, siswa yang belum terkendali pada pertemuan pembelajaran sebelumnya tidak menjadi bagian yang menggangu pembelajaran, pada siklus II dapat diatasi oleh Peneliti dengan baik, hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua aspek dalam hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Karena proses pelaksanaan pada siklus I dan siklus II telah dapat mencapai hasil dari pembelajaran yang diharapkan dan telah dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, maka tindakan pembelajaran pada siklus III tidak dilanjutkan lagi.

C. Pembahasan Penelitian Merujuk pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada mata pelajaran Matematika nilai rata-rata sebelum penerapan model pembelajaran Langsung yaitu berupa nilai pretes adalah 15.2 dengan ketuntasan

(10)

71 belajar yang dicapai 0%, setelah

penerapan model pembelajaran Langsung nilai siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 73.8 dengan persentasi 61,53%, untuk nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan namun begitu masih terdapat beberapa siswa memperoleh nilai yang di bawah kriteria ketuntasan minimum. Pada siklus II nilai rata-rata kelas adalah 82.8 dan ketuntasan klasikal adalah sebesar 86.20%.

Meskipun telah tercapai ketuntasan belajar pada siklus I, namun selama pengamatan terhadap kegiatan siswa tindakan I siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu:

a. Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

b. Beberapa orang siswa

menggangu dalam

pelaksanaan persentase. Kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II

dengan melakukan tindakan– tindakan. Adapun solusi yang diterapkan pada pelaksanaan siklus II dari hasil refleksi di atas antara lain:

a. Peneliti memberikan peringatan agar setiap siswa mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok. Bagi siswa yang tidak mengemukakan pendapatnya pada saat kerja kelompok, akan dikurangi nilainya. b. Beberapa orang siswa yang

menggangu teman yang lain pada saat pelaksanaan pembelajaran menjadi perhatian khusus dan mendapat pengawasan lebih peneliti.

Pembelajaran yang diterapkan pada siklus II sama seperti pada siklus I, penerapan pembelajaran Langsung pada mata pelajaran matematika. Tahapan pembelajaran dengan menggunakan tiga tahapan sebagai berikut: tahap awal (persiapan), tahap inti

(pelaksanaan), dan tahap akhir

(penutup).

Langkah yang diterapkan adalah sebagai berikut:

a. Sebelum pembelajaran, peneliti sebagai guru bidang studi mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan guru kelas, sejawat dan narasumber. b. Sebelum menerapkan

pembelajaran Langsung peneliti memberikan pengarahan secara detail kepada siswa tentang

(11)

72 prosedur pelaksanaan

penerapan pembelajaran Langsung serta tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bingung dalam pelaksanaan pembelajaran dan mudah

untuk mengikuti

pembelajaran.

c. Untuk meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam kelompok, Peneliti memberikan peringatan bahwa, jika terdapat siswa yang membuat ribut, tidak mengikuti pelaksanaan dengan seksama, maka akan dicatat dan akan mempengaruhi nilai siswa (semua siswa dalam kelas mendengarkan informasi dari Peneliti dan tenang).

d. Peneliti memberikan perhatian terhadap siswa yang membuat ribut, dengan begitu siswa yang membuat gaduh tersebut akan lebih tenang, sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar.

Selama pengamatan terhadap kegiatan siswa siklus II (ranah afektif), penilaian terhadap tes hasil belajar (ranah kognitif), dan pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran Langsung siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang harus diadakan perbaikan, siswa yang membuat ribut pada siklus II dapat diatasi oleh Peneliti dengan baik, hasil belajar siswa sudah menunjukkan

peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua aspek dalam hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Karena proses pelaksanaan pada siklus I dan siklus II telah dapat mencapai hasil dari pembelajaran yang diharapkan dan telah dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, maka tidak diadakan siklus selanjutnya. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Data-data tes hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran Langsung terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan:

1. Dengan menggunakan model pembelajaran Langsung hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dari siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan. Sebelum menggunakan model saat preetes diketahui rata-rata hasil belajar siswa adalah 38,48 dan ketuntasan klasikal 11,53%. Dengan menerapkan model pembelajaran langsung diketahui hasil belajar siswa pada Postes I dan Postes II adalah rata-rata 77,55 dengan ketuntasan klasikal 61,53% pada siklus I, dan 91,01 nilai rata-rata dengan 96,15% ketuntasan klasikal. 2. Aktivitas belajar siswa dengan

menerapkan model

pembelajaran langsung pada siklus I dan siklus II berdasarkan pengatan kedua observer adalah

(12)

73 : pengamatan siklus I,

menulis/membaca 39%, bekerja 14%, bertanya pada teman 11%, bertanya pada guru 19%, dan yang tidak relepan dengan KBM 16%. Pengamatan siklus II, menulis/membaca 21%, bekerja 41%, bertanya pada teman 22%, bertanya pada guru 14%, dan yang tidak relepan dengan KBM 3%.

B. Saran

1. Melalui penerapan model Langsung disarankan bagi peneliti lanjut agar melakukan penelitian yang sejenis dengan lebih mendesain bahan tambahan atau teknik-teknik inovatif yang dapat meningkatkan aktivitas (interaksi dengan siswa dan Peneliti).

2. Melalui penerapan model pembelajaran langsung hasil belajar siswa makin baik. Atas dasar ini, disarankan bagi guru-guru SD Negeri No. 105300 Suka Makmur Kec. Delitua khususnya bagi guru-guru mata pelajaran matematika untuk dapat menggunakan model pembelajaran langsung sebagai model alternatif untuk mengajarkan pembelajaran matematika.

DAFAR RUJUKAN

Aqib, Zainal. (2006). Penelitian

Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. Isjoni, (2009), Cooperative Learning, Penerbit Alfabeta, Bandung. Joyce, Wheil, dan Calhoun, (2010),

Model’s of Teaching (Model–Model Pengajaran), Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Mulyasa., (2002) . Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Sardiman, A. M., (2006), Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar, Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Slameto., (2003), Belajar dan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Sudwiyanto, dkk. (2013). Terampil Berhitun Matematika Untuk SD Kelas IV. Erlangga. Jakarta Trianto., (2009), Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif Progressif, Kencana Prenada Media Group,Jakarta. Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta. Zainal,A., (2006), Peneltian Tindakan Kelas. Penerbit, Yrama Widya, Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat kecemasan penderita gagal ginjal kronik yang menjalani

Agar sistem proteksi dapat bekerja dalam tiga konfigurasi yang berbeda, yaitu saat hanya terhubung Microgrid saja ( Islanding ), saat terhubung grid saja dan

Firstly, the researcher would like to express her gratitude to Allah, the almighty for grace and guidance so that she could finish this research by the title the

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA 24.. JALAN

Pada pemodelan propagasi akustik seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 di atas, sinyal suara diasumsikan mengalami tiga kondisi, yaitu kondisi sinyal terpropagasi

)URP WKH UHVXOW RI UHVSRQGHQWV assuming that Jayapura and Abepura are two VHSDUDWHGFLWLHVWKHUHZDVDIROORZXSLQTXLU\ on the image of Jayapura and Abepura as

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat, pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasih karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah tingkat berpikir dan kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita pada pokok