• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di KotaSalatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjanadalamHukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di KotaSalatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjanadalamHukum Islam"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS

(Studi Kasus di KotaSalatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh GelarSarjanadalamHukum Islam

Oleh:

Dita Septika Wati

NIM: 21412030

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS

StudiKasus di Kota Salatiga

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Dita Septika Wati

NIM: 21412030

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI

AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

MOTO

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha

yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seorang

manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

Jangan meremehkan seseorang yang memiliki masa lalu buruk,

bisa jadi dia mendapatkan masa depan yang paling cerah.

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahku Amin Syaifudin dan Ibu Titik Sumaryani, yang selalu

memberikan semangat tiada henti dan selalu menemani dalam kondisi apapun. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan. 2. Adik tercinta Okky Taufiq dan Dian Alida Paramita, yang selalu

mendukung Kakakmu ini untuk menggapai mimpi- mimpinya.

3. Keluarga besar yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa

kepadaku.

4. Temanku Hafsari Ayu Wardani yang selalu setia menemaniku dalam

menyusun skripsi ini.

5. Sahabatku Tri Setyorini, Istiqomah, Umi Wahyu Anisa, Siti Solikha, Iva Ekowati, Masadah, Dwi Astuti yang selalu menyemangatiku tiada henti.

6. Teman- teman Terbaiku HES 2012 terimakasih untuk 4 tahun ini,

kalian memberikan warna dalam hidupku.

7. Untuk semua orang disekitarku yang tidak bisa kusebutkan satu

(10)

x

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya Skripsi ini dapat penulis selesaikansesuai dengan yang diharapakan. Penulis juga beryukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh- Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan untuk Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW bserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, dengan judulPRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di Kota Salatiga). Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi- tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata- kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. BapakDr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah

IAIN Salatiga.

(11)

xi

4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan perngarahan untuk selal melakukan yang terbaik.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

6. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan. 7. Ibu Ben Ismi Dadarsih, S.H.,M.H., selaku Kepada Ketua Bidang

Perdagangan Disperindagkop dan UMKM Kota Salatiga.

8. Kepada Pedagang pakaian impor bekas di kota Salatiga yang sudah memberikan informasi.

9. Teman- teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012 IAIN Salatiga, yang selalu mendukung penulis dalam menuntut ilmu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita- Nya. Amin.

Akhirnya, peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, September 2016

(12)

xii

ABSTRAK

Wati, Dita Septika. 2016. Praktik Jual Beli Pakaian Impor Bekas (Studi Kasus di Kota Salatiga). Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nurhaida, S.H., M.SI.

Kata Kunci: Jual Beli, Impor, Pakaian Bekas.

Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dengan semakin berkembangnya zaman jual beli juga dilakukan antar negara, contohnya seperti Indonesia dan negara- negara lain di sekitarnya, dimana kegiatan ini dinamakan impor dan ekspor. Jual beli pakaian impor bekas yang sekarang banyak dijumpai di Kota Salatiga membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa yang menjadi penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga, Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas, serta Bagaimana peran pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga, untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas, untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif yang bersifat membangun, mengembangkan, dan menemukan teori- teori sosial. Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, dengan cara meneliti bahan- bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan.

Dalam praktik jual beli pakaian impor bekas yang ada di Kota Salatiga peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa jika dilihat dari jual beli yang dilakukan pembeli dan penjual tidak ada masalah, karena kedua belah pihak sama- sama

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Permendag No. 51/ M-DAG/ PER/7/ 2015/ Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas

2. Wawancara Dengan Penjual Pakaian Impor Bekas 3. Wawancara Dengan Pembeli Pakaian Impor Bekas 4. Foto Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas

5. Surat Nota Pembimbing

6. Surat Izin Penelitian di DISPERINDAGKOP dan UMKM Salatiga

7. Surat Izin Penelitian Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga

8. Daftar Nilai SKK

(15)

xv

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ... vii

MOTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISI ... xv

(16)

xvi

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian... 4

E. Penegasan Istilah ... 5

F. Tinjauan Pustaka ... 6

G. Metode Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Definisi Jual Beli ... 16

B. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli ... 21

C. Macam- Macam Jual Beli Menurut Islam ... 26

D. Impor Pakaian Bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M-DAG/ PER/ 7/ 2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas ... 35

BAB III PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS dan PENANGANANYA oleh PEMERINTAH KOTA SALATIGA 47

A. Gambaran Umum Jual Beli dan Mekanisme Masuknya Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga ... 48

1. Sejarah Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga . 48 2. Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga... 50

(17)

xvii

B. Peran Pemerintah Dalam Menangani Jual Beli Pakaian Impor Bekas di

Kota Salatiga ... 62

BAB IV ANALISIS ... 67

A. Faktor- Faktor yang Menyebab Maraknya Penjualan Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga ... 67

B. Tinjauan Hukum Islam Mengenai Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga ... 70

C. Peran Pemerintah Kota Salatiga dalam Menangani Masalah Jual Beli Pakaian Impor Bekas... 75

BAB V PENUTUP ... 79

A. KESIMPULAN ... 79

B. SARAN ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN- LAMPIRAN

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Karena ketiga hal tersebut merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap individu. Demikian untuk objek jual beli harus dalam kondisi dan kualitas yang baik, agar konsumen tidak kecewa atau merasa dirugikan. Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dengan semakin berkembangnya zaman jual beli juga dilakukan antar Negara, contohnya seperti Indonesia danNegara- Negara lain di sekitarnya, dimana kegiatan ini dinamakan impor dan ekspor. Kegiatan impor dan ekspor biasanya diawasi langsung oleh Pemerintah, agar barang yang dijadikan komoditi bukan merupakan barang- barang yang dilarang untuk diperjual belikan menurut Undang- undang. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari Negara lain kedalam negeri. Impor barang secara besar biasanya membutuhkan campur tangan dari bea cukai diNegara pengirim atau penerima.

(19)

2

harga yang sangat murah. Hal ini tentunya menarik pembeli terutama masyarakat ekonomi menengah kebawah. Mereka beranggapan bahwa membeli pakaian impor bekas tidak menjadi masalah karena harganya yang murah dan masih layak untuk dipakai, bahkan mereka ingin mencari pakaian dengan merk tertentu. Padahal dampak membeli pakaian impor bekas bagi kesehatan cukup berbahaya, karena pakaian impor bekas mengandung bakteri yang tidak akan hilang meskipun sudah dicuci berkali- kali. Jika persoalan ini tidak ditangani secara tegas maka akan menimbulkan lebih banyak masalah.

Dari segi industri, pakaian impor bekas sangat mengganggu pasar domestik yang merupakan pangsa pasar bagi industri garment kecil dan konveksi. Hal ini nantinya akan mengakibatkan turunya produktifitas usaha

garment dan konveksi yang berdampak di bidang sosial yakni akan menimbulkan penggangguran tenaga kerja. Dan di bidang ekonomi, selain terjadi penurunan pada penerimaan devisa dari ekspor termasuk pajak dan restribusi, juga mempengaruhi penerimaan pada penjualan/ pendapatan industri garment dan konveksi tersebut.

(20)

3

sebesar 5.000.000.000. Tidak hanya hukum positif saja yang menjelaskan tentang larangan ini, jika ditinjau dari hukum Islam jual beli pakaian impor bekas yang dilihat dari dzatnya dibolehkan namun jika cara masuknya saja sudah melanggar peraturan atau dengan cara yang bathil itu sama saja di anggap haram, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat An- Nisaa: 29 sebagai berikut,



































































“Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Dengan maraknya jual beli pakaian impor bekas yang ditemui khususnya di daerah kota Salatiga maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di Kota Salatiga).

B. Rumusan Masalah

(21)

4

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas?

3. Bagaimana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas.

3. Untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Untuk menambah khasanah pengetahuan bagi akademisi, khususnya mengenai pengembangan ilmu ekonomi Islam, yang terkait dengan jual beli pakaian impor bekas.

2. Secara Praktis

(22)

5

khususnya bagi Pemerintah yang ingin mengetahui permasalahan jual beli pakaian impor bekas. Serta sebagai informasi bagi para konsumen dan penjual tentang dampak negatif yang di timbulkan dari pakaian impor bekas.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap judul skripsi ini maka perlu kiranya peneliti untuk menegaskan istilah sebagai berikut:

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Praktik adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pengertian Impor adalah pemasukan barang dan sebagainya dari Luar Negeri.

Kitab Undang- undang Perdata pasal 1457 menjelaskan pengertian jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain membayarkan harga yang telah dijanjikan.

Pengertian pakaian bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M-DAG/ PER/ 7/2015 tentang Larangan Pakaian Impor Bekas, adalah Produk tekstil yang digunakan sebagai penutup tubuh manusia, yang teramasuk dalam tarif/ HS 6309.00.00.00.

(23)

6

Dari penegasan istilah di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian jual beli pakaian impor bekas merupakan penelitian yang akan meninjau latar belakang maraknya jual beli pakaian impor bekas dan sejauh mana peran Pemerintah dalam menangani masalah penjualan pakaian impor bekas yang dijumpai di Kota Salatiga.

F. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini belum ada yang meneliti mengenai masalah impor pakaian bekas di kota Salatiga, hal ini dikarenakan ketidak pedulian masyarakat mengenai larangan penjualan pakaian impor bekas dan dikarenakan sanksi jual beli pakaian impor bekas baru mulai ada sejak bulan maret tahun 2014.

Skripsi yang disusun oleh Sawidi, mahasiswa IAIN Walisongo Fakultas Syari‟ah (2003) dengan judul Studi Analisis Pendapat Imam

Nawawi tentang Syarat Manfaat Benda yang diperjualbelikan. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa Imam Nawawi mengharuskan adanya manfaat dalam benda yang diperjualbelikan, tetapi benda yang bermanfaat itu juga harus suci, halal, tidak menjijikan, tidak sedikit jumlahnya dan manfaatnya tidak dilarang oleh Islam.

(24)

7

Namun kwalitas dan merk pakaian menjadi acuhan adanya dorongan untuk mendapatkan kebutuhan penghargaan diri dikalanganya, karena semua orang dalam suatu masyarakat menginginkan suatu kehidupan yang stabil dan bernilai tinggi demi penghargaan baik dari dalam diri sendiri ataupun orang lain.

Dalam kajian pakaian bekas yang disampaikan oleh Egis MY (2014) menjelaskan bahwa untuk pakaian impor bekas sudah jelas dilarang. Aturan yang melarang sudah ada, kemudian apa yang dilarang sudah jelas. Dan yang mengeluarkan aturan atau ketentuan sudah jelas tertulis. Pakaian impor bekas memang ada yang menguntungkan bagi beberapa pihak tetapi hanya untuk jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang keberlangsungan industri TPT nasional, khususnya garment, sama sekali tidak ada benefitnya karena tidak ada nilai tambahnya.

Dari penelitian yang dilakukan Rini dengan judul Pengaruh Perdagangan Pakaian Bekas Terhadap Perekonomian Pedagangan

(25)

8

pedagang mengalami kemajuan, jika dilihat dari segi pendidikan anak- anak, kesehatan dan rumah yang ditempati.

Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Nur Mulyana tepatnya di wilayah Sulawesi Tenggara dengan judulCakar Gaya Modern,

menyimpulkan bahwa cakar mempunyai peminat yang cukup banyak, baik dari kalangan remaja maupun orang tua. Penjualan barang cakar (cap karung) sangat berkembang pesat seperti baju, tas, maupun sepatu. Dari hasil wawancara dengan penjual memaparkan bahwa untuk membuat usaha dana yang dibutuhkan untuk membeli 1 bal pakaian cakar sekitar Rp. 3.000.000,00 untuk kemeja dan Rp. 1.000.000,00 dan untuk baju kaos. Baju bekas ini biasanya di datangkan dari China, Korea, Taiwan, Singapura dan kebanyakan dari Negara tetangga. Jadi tidak heran jika diantaranya merk

terkenal seperti Calvin Klein, Polo, dan Crocodile. Pembeli mengaku senang membeli pakaian cakar ini, sebab harganya lebihmurah dan terjangkau. Sebenarnya Pemerintah sudah melarangperdagangan pakaian impor bekas, tetapi larangan ini tidak menyurutkan penjual karena konsumenya memang ada, apalagi sekarang zaman krisis ekonomi.

(26)

9

penelitian tersebut adalah sama- sama mengenai barang bekas. Namun yang menbedakan salah satunya adalah objek yang diperjual belikan, danbagaimana mekanisme masuknya pakaian bekas tersebut di kota Salatiga.

Dalam karya ilmiah yang disusun oleh Muhammad Arwad Rifa‟i (2006), yang berjudul Jual Beli Barang Bekas Menurut Perspektif Hukum Islam di Pasar Prambanan.Berisi tentang pratik jual beli barang bekas di Pasar Prambanan.

Karya ilmiah yang disusun oleh Qorry Tilawah Muslim(2011) yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Onderdil Bekas di Pasar Klihtikan Pekuncen Yogyakarta.Berisi tentang praktik jual beli onderdil bekas di Pasar Klitikan, dan analisis hukum Islam mengenai jual beli onderdil bekas tersebut.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengenai bagaimana mekanisme masuknya pakaian impor bekas tersebut dan faktor apa saja yang menjadi penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas. Serta sejauh mana peran Pemerintah dalam menangani masalah pakaian impor bekas di Kota Salatiga.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

(27)

10

membangun mengembangkan dan menemukan teori- teori sosial (Moleong, 2010: 80). Selanjutnya peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan- bahan perpustakan yang merupakan data sekunder yang juga disebut sebagai penemuan hukum perpustakaan, sedangkan metode penelitian hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung dalam masyarakat. Peneliti akan melakukan wawancara kepada beberapa sumber diantaranya Disperindagkop di Bidang Perdagangan yang menangani masalah impor dan perlindungan konsumen, pedagang pakaian bekas, dan konsumen di Kota Salatiga.

2. Kehadiran Peneliti

Pada penelitian ini peneliti akan hadir sebagai peneliti, dengan melakukan wawancara kepada pedagang pakaian impor bekas, konsumen, Disperindagkop di bidang Perdagangan yang menangani masalah impor.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Salatiga tepatnya pada lapak- lapak yang menjual pakaian impor bekas.

4. Sumber Data

(28)

11

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan (Moleong, 2009: 89).

1) Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2009: 90). Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah penjual pakaian impor bekas, konsumen, Disperindagkop di bidang Perdagangan yang menangani masalah Impor. 2) Dokumen

Dalam hal penelitian ini dokumen yang digunakan adalah data- data dari Disperindagkop dan data yang diperoleh dari penjual pakaian impor bekas.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah buku-buku,artikel dan peraturan- peraturan, serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan jual beli pakaian impor bekas.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

(29)

12

ini peneliti akan mengunjungi dan mendata lapak- lapak penjual pakaian impor bekas di kota Salatiga. Serta mencoba melakukan observasi di Dinas Perdagangan guna memperoleh data yang akurat mengenai keberadaan praktik jual beli pakaian impor bekas saat ini.

b. Wawancara (interview), adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang pertanyaanya ditunjukan oleh peneliti kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab. Wawancara dilakukan secara mendalam karena peneliti menggunakan dasar penelitian, maka pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam dianggap paling tepat karena dimungkinkan untuk mendapat informasi secara detail dari objek yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara langsung terhadap informan yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sebelumnya.

(30)

13

penyuluhan bahaya pakaian impor bekas dari Dinas Perdagangan.

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan analisi data kualitatif yang bersifat membangun mengembangkan dan menemukan teori- teori sosial (Moleong, 2010: 80). Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data, data yang terkumpul terdiri dari cacatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambaran, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya (Moleong, 2009: 85).Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan cara menggambarkan masalah secara jelas dan mendalam. Peneliti mengumpulkan informasi dari pedagang, konsumen dan Dinas Perdagangan.

7. Tahap-Tahap Penelitian

Setelah menentukan tema yang akan diteliti, maka peneliti akan:

a. Melakukan survay lapak- lapak pakaian impor bekas di Kota Salatiga.

b. Membuat proposal penelitian.

(31)

14

d. Melakukan wawancara dengan pedagang pakaian impor bekas, konsumen, serta Dinas Perdagangan di kota Salatiga.

e. Menyusun hasil laporan penelitian tersebut. 8. Sistematika Penelitian

Sistematika ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Bab I: Mengidentifikasi pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penelitian.

Bab II: Kajian pustaka membahas tentang definisi jual beli, rukun dan syarat jual beli, Impor menurut Permendag No. 51/ M- DAG/ PER/ 7/ 2015/ Tentang Larangan Impor Pakaian bekas.

Bab III: Berisi paparan data dan hasil penelitian yang memaparkan gambaran umum jual beli pakaian impor bekas di kota Salatiga, sejarah awal masuknya pakaian impor bekas, mekanisme masuknya pakaian bekas kepada para penjual, dan faktor penyebab maraknya jual beli pakaian impor bekas di Kota Salatiga. Serta peran Pemerintah dalam menangani praktik jual beli pakain impor bekas di kota Salatiga.

(32)

15

mengenai praktik jual beli pakaian impor bekas dan peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas.

(33)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Jual Beli

Dalam bahasa arab kata jual

(

عيبلا)

dan kata beli

(ءارشلا)

merupakan dua kata yang berlawanan artinya, akan tetapi orang Arab biasa menggunakan ungkapan jual beli dengan satu kata, yaitu (

عيبلا)

. Jual beli

(al- bay‟) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling mengganti.Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 20 ayat 1 Bay‟ adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran benda dengan uang. Secara terminology, jual beli diartikan dengan tukar menukar harta secara suka sama suka atau peralihan pemilikan dengan cara penggantian menurut bentuk yang dibolehkan (Syarifuddin, 2003:192-193).

Menurut pengertian syari‟at, yang dimaksud dengan jual beli

adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Lubis, 1994: 33). Menurut H. Sulaiman Rasjid (1994: 278) jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu

(akad).

(34)

17

tersebut harta dan, milik, dengan ganti dan dapat dibenarkan. Yang dimaksud harta dalam definisi di atas yaitu segala yang dimiliki dan bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat. Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (ma‟dzun fih) agar dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.

Ada yang mendefinisikan jual beli sebagai kepemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta. Ada juga yang mengartikan jual beli merupakan tukar menukar suatu barang dengan barang lain yang berbeda dengan cara tertentu (aqad) (Azam, 2010: 23).

Jual beli menurut syara‟ memiliki beberapa pengertian menurut beberapa imam madzab, diantaranya:

1. Menurut Hanafiyah, jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus harta mencakup dzat atau uang. 2. Menurut syafi‟iyah, jual beli adalah suatu akad yang mengandung

tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas beanda atau manfaat untuk waktu selamanya.

(35)

18

4. Menurut Hambali, jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba tau bukan utang. Jual beli diperbolehkan dalam Al Qur‟an, sunnah dan ijma‟ umat. Adapun dalil dalam Al Qur‟an surah:

1. QS Al Baqarah: 275. melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

(36)

19



































































“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad

jual beli adalah haram sebagaimana yang disangkakan oleh sebagian orang berdasarkan ayat di atas.

Sedangkan dasarnya dalam hadistNabi diantara nya adalah hadist yang berasal dari Rufa‟ah bin Rafi‟ menurut riwayat al Bazar yang disahkan

oleh Al Hakim:

“Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah pernah ditanya tentang usaha apa yang lebih baik, Nabi berkata: Usaha seseorang dengan tangannya dan jual beli yang mabrur”. ( HR. Bazzar dan Hakim)

Supaya usaha jual beli itu berlangsung menurut cara yang dihalalkan, maka harus mengikuti ketetuan yang telah ditentukan. Ketentuan itu disebut rukun dan syarat jual beli.

(37)

20

suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Perkataan jual beli menunjukan bahwa dari satu pihak perbuatan dinamakan menjual, sedangkan dari pihak yang lain dinamakan membeli. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai dengan istilah Belanda “koop en verkoop” yang juga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu “verkoop” (menjual) sedang yang lainya “koopt” (membeli) (Subekti, 2001: 2). Jual beli adalah suatu perjanjian konsensuil artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur- unsur yang pokok (essentiali) yaitu barang dan harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tidak bergerak, sifat konsensuil jual beli ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi: jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum disepakati (Subekti, 1987: 20).

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan disepakati.

(38)

21

Didalam jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara‟. Menurut hukum Islam rukun dan syarat jual beli meliputi:

1. Adanya barang yang diperjual belikan, Syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan sebagai berikut (Syarifudin, 2005: 196-198).

a. Barangnya bersih, yang dimaksud adalah barang yang diperjual belikan bukanlah benda yang dikualifikasikan sebagai benda najis atau yang diharamkan seperti arak,

“Dari Jabir r.a: sesungguhnya Jabir mendengar Rasulullulah bersabda pada tahun haji yaitu di Makkah: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan penjualan arak, bangkai, babi, dan berhala (HR. Bukhori dan Muslim)”.

(39)

22

keindahannya, dinikmati suaranya serta digunakan untuk keperluan yang bermanfaat.

c. Milik orang yang melakukan akad maksudnya bahwa orang yang melakukan jual beli sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut telah mendapat ijin dari pemilik sah barang tersebut.

d. Mampu menyerahkan maksudnya bahwa penjual sebagai pemilik atau kuasa dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai objek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada pembeli. e. Mengetahui apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan jumlah harganya tidak diketahui maka perjanjian jual beli tidak sah sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung unsur penipuan.

f. Barang yang diakadkan berada di tangan.

g. Menyangkut perjanjian jual beli atas suatu barang yang belum berada ditangan itu dilarang sebab bisa jadi barang tersebut rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan.

(40)

tengah-23

tengah masyarakat secara aktual, sedangkan al-si‟r adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen (pemakai).Dengan demikian, harga barang itu ada dua, yaitu harga antar pedagang dan harga antar pedagang dan konsumen (harga dipasar) (Ihsan, 2008: 35). Syarat nilai tukar meliputi:

a. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.

b. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukumseperti pembayaran dengan cek dan kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang) maka pembayarannya harus jelas.

c. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara‟, seperti babi, dan khamar, karena kedua jenis benda ini tidak bernilai menurut syara‟.

3. Lafal atau ijab qabul, jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab

(41)

24

Sunnah ijab merupakan ungkapan awal yang diucapakan oleh salah satu dari dua pihak yang melakuakn akad, dan qabuladalah pihak yang kedua (Sabiq, 2006: 121). Para ulama sepakat untuk mengecualikan kewajiban ijab qabul itu terhadap objek jual beli yang bernilai kecil yang biasa berlangsung dalam memenuhi kebutuhan sehari hari, seperti jual beli sebungkus rokok. Untuk maksud ini, sudah dianggap bila penjual telah menunjukkan barangnya dan pembeli telah menunjukkan uangnya. Cara seperti ini disebut dengan mu‟atah. Misalnya membeli minuman kaleng di mesin otomatis dimana si pembeli telah memasukkan uang koinnya ke dalam lubang yang disediakan dan penjual melalui mesinnya telah menyodorkan minuman kaleng tersebut sesuai dengan pesanannya (Syarifudin,2003:195). Syarat ijab qabul

meliputi:

a. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal. b. Qabul sesuai dengan ijab, Apabila antara ijab dan qabul

tidak sesuai maka jual beli tidak sah.

c. Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.

(42)

25

a. Berakal sehat, oleh sebab itu seorang penjual dan pembeli harus memiliki akal yang sehat agar dapat melakukan transaksi jual beli dengan keadaan sadar. Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah meskipun harta yang dijual merupakan hartanya sendiri (Sudarsono, 2001: 74). Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur‟an surat An- Nisa ayat 5:





































“dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”.

b. Atas dasar suka sama suka, yaitu dalam melakukan jual beli salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada pihak lainya, sehingga pihak lain tersebut melakukan perbuatan jual beli bukan lagi disebabkan oleh kemaunya sendiri, tetapi adanya unsur paksaan. Jual beli yang demikian itu tidak sah.

(43)

26

yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli.

Secara konvensional saat terjadinya jual beli unsur- unsur pokok (essentialia) jual beli adalah barang dan harga. Sesuai dengan asas “konsensualisme” yang menjiwai hukum perjanjian B.W, jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata “sepakat” mengenai barang dan harga, begitu kedua belah pihak setuju maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah (Subekti: 1995: 2). Sifat konsensual jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi “jual- beli dianggap sudah

terjadi antara kedua belah pihak sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.

C. Macam- Macam Jual Beli Menurut Islam

Ditinjau dari segi hukumnya jual beli dibedakan menjadi tiga yaitu jual beli shahih, bathil, dan fasid.

1. Jual beli shahih

Dikatakan jual beli shalih karena jual beli tersebut sesuai dengan ketentuan syara‟, yaitu terpenuhinya syarat dan rukun jual beli yang telah ditentukan.

2. Jual beli Fasid

(44)

27

beli terkait dengan barang yang dijual belikan, maka hukumnya batal, misalnya jual beli benda- benda haram. Apabila kerusakan- kerusakan itu pada jual beli menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli dinamakan fasid. Namun jumru ulama tidak membedakan antara kedua jenis jual beli tersebut (Dewi, 2005: 108).

Fasid menurut jumhur ulama merupakan sinonim dari batal yaitu tidak cukup dan syarat suatu perbuatan. Hal ini berlaku pada bidang ibadah dan muamalah. Sedangkan menurut ulama mahzab Hanafi yang dikutib dalam buku Hukum Perikatan Islam di Indonesia, bahwa fasid dalam ibadah dengan muamalahitu berbeda. Dalam bidang muamalah, fasid diartikan sebagai tidak cukup syarat pada perbuatan. Menurut mahzab Syafi‟i fasid berarti tidak dianggap dan tidak diperhitungkan suatu perbuatan sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari kekurangan (cacat) padanya (Dewi, 2005: 109).

Menurut Imam Hanafi bahwa muamalahyang fasid pada hakikatnya tetap dianggap sah, sedangkan yang dirusak atau tidak sah adalah sifatnya, yang termasuk jual beli fasid antaran lain (Dewi, 2005: 117).

a. Jual beli al- majhul

(45)

28

Tetapi apabila sifat ketidak jelasanya sedikit, maka jual belinya sah karena itu tidak akan membawa perselisihan. Ulama Hanafi mengatakan sebagai tolak ukur untuk unsur

majhul diserahkan sepenuhnya kepada „urf (kebiasaan yang berlaku bagi pedagang dan pembeli).

b. Jual beli yang dikaitan dengan suatu syarat

Jual beli yang dikaitakan dengan syarat misalnya ucapan penjual kepada pembeli, “saya jual sepeda saya ini kepada anda bulan depan setelah gajian”. Jual beli seperti ini batal

menurut jumhur dan fasid menurut ulama Hanafi. Menurut ulama Hanafi, jual beli ini dianggap sah pada saat syaratnya terpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. Artinya jual beli itu baru sah apabila masa ditentukan “bulan depan” itu telah jatuh

tempo.

(46)

29 dianggap bathil (Syarifudin, 2005: 201-208), diantaranya:

a. Jual beli gharar

Jual beli gharar adalah jual beli yang mengandung unsur penipuan dan pengkianatan, baik karena ketidakjelasan dalam objek jual beli atau ketidak pastian dalam cara pelaksanaannya. Hukum jual beli ini adalah haram, dasar penetapan terhadap jual beli ini adalah hadist dari Nabi Muhammad dari Abu Hurairah menurut riwayat Muslim:

(47)

30

b. Jual beli mulaqih

Jual beli mulaqih adalah jual beli barang yang menjadi objeknya adalah hewan yang masih berada dalam bibit jantan sebelum bersetubuhnya dengan betina. Yang menjadi dasar dilarangnya jual beli ini adalah hadist dari

“Sesungguhnya Nabi telah melarang jual beli mudhamin dan mulaqih”

Alasan pelarangan jual beli ini adalah karena objek yang diperjualbelikan tidak berada ditempat akad dan tidak dapat pula dijelaskan kualitas dan kuantitasnya. Ketidak jelasan ini menimbulkan ketidak relaan pihak- pihak yang melakukan transaksi jual beli.

c. Jual beli mudhamin

(48)

31

dari objek tersebut apakah hewan tersebut akan lahir dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati.

d. Jual beli hushah atau lemparan batu.

Jual beli hushah mempunyai beberapa arti. Diantaranya adalah jual beli suatu barang yang terkena lemparan batu yang disediakan dengan harga tertentu. Arti lain dari jual beli ini adalah jual beli tanah dengan harga yang sudah ditentukan, yang luasanya sejauh yang dapat dikenai oleh batu yang dilemparkan. Hukum jual beli seperti ini adalah haram. Dasar hukumnya adalah hadistNabi yang melarang jual beli gahrar seperti halnya di atas.

e. Jual beli muhaqalah

Jual beli muhaqalah adalah jual beli buah buahan yang masih berada ditangkainya dan belum layak untuk dimakan. Alasan haramnya jual beli ini adalah karena objek jual belinya masih belum dimanfaatkan.

f. Jual beli munabazah

Jual beli munabazah adalah mempertukarkan kurma yang masih basah dengan kurma yang sudah kering dengan menggunakan alat ukur takaran. Alasan keharaman jual beli ini adalah karena ketidak jelasan dalam barang yang dipertukarkan ini dalam takarannya.

(49)

32

Jual beli mukhabarah adalahmuamalah dalam penggunaan tanah dengan imbalan bagian dari apa yang akan dihasilkan oleh tanah tersebut. Alasan haramnya jual beli ini adalah ketidakjelasan dalam pembayaran, sebab waktu akad berlangsung harga dan nilainya belum jelas.

h. Jual beli tsunayya

Jual beli tsunayya adalah jual beli dengan harga tertentu, sedangkan barang yang menjadi objek jual beli adalah sejumlah barang dengan pengecualian yang tidak jelas. Alasan haramnya jual beli ini adalah ketidak jelasan objek jual beli yang dapat membawa kepada ketidakrelaan pelaku transaksi.

i. Jual Beli „asb al fahl

(50)

33

karena itu, memasukkannya kepada bisnis sewa pembiakan ternak.

j. Jual beli mulamasah

Jual beli mulamasah adalah jual beli yang berlaku antara dua pihak, yang satu diantaranya menyentuh pakaian pihak lain yang diperjualbelikan waktu malam atau siang, dengan ketentuan bahwa yang tersentuh itu adalah yang dijual.

k. Jual beli munabazah

Jual beli munabazah adalah suatu bentuk transaksi yang masing- masing pihak melemparkan apa yang ada padanya kepihak lain tanpa mengetahui kuantitas dari objek yang dijadikan sasaran jual beli. Alasan haramnya jual beli adalah ketidakjelasan objek yang diperjualbelikan yang akan membawa ketidak relaan yang menjadi salah satu syarat jual beli.

l. Jual beli „urban

(51)

34

m. Jual beli talqi rukhban

Jual beli talqi rukban adalah jual beli setelah pembeli datang menyongsong penjual sebelum dia sampai dipasar dan mengetahui harga pasar.Alasan larangan di sini adalah penipuan terhadap penjual yang belum mengetahui keadaan pasar.

n. Jual beli orang kota dengan orang desa

Jual beli orang kota dengan orang desa adalah orang pasar yang telah mengetahui harga pasaran menjual barangnya kepada orang desa yang baru datang dan belum mengetahui harga pasar.

o. Jual beli shubrah

Jual beli shubrahadalah jual barang yang ditumpuk yang bagian luar kelihatan lebih baik dari bagian dalam. Jual beli seperti ini dilarang karena merupakan penipuan. p. Jual beli najasy

jual beli najasy adalah jual beli yang bersifat pura pura dimana si pembeli menaikkan harga barang, bukan untuk membelinya, tetapi hanya untuk menipu pembeli yang lainnya. Alasan keharamannya adalah karena penipuan.

D. Impor Pakaian Bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M- DAG/ PER/ 7/

(52)

35

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian impor adalah pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri. Dalam Permendag No. 87 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Produk tertentu menjelaskan yang disebut dengan impor adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean, sedangkan Importir adalah orang persesorangan atau lembaga atau badan hukum maupaun bukan badan hukum, yang melakukan impor.

Dalam kamus ekonomi pengertian impor adalah suatu barang yang diproduksi di Negara lain yang kemudian dikirim dan dijual diluar negeri. Ini mengakibatkan adanya aliran keluar valuta asing dari dalam negeri (impor yang dapat dilihat).

Impor adalah memasukan barang- barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan Pemerintah ke dalam peredarandalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan Valuta ( Amir, 2004: 139), kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan masyarakatakan barang- barang dengan cara mendatangkan barang yang belum tersedia dalam negeri dari luar negeri (Amir, 2004: 204).

(53)

36

dan para distributor yang bertugas mengantarkan barang dagangan ke pasar dalam negeri (Purnamawati, 2013:13).

Sedangkan menurut Djauhari Impor adalah memasukan barang dari luar negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Ahsjar,2007: 153). Kegiatan impor dapat terselenggara karena beberapa hal antara lain, produksi dalam negeri belum ada namun barang atau jasa tersebutsangat diperlukan di dalam negeri, atau produksi dalam negeri sudah ada namun belum mencukupi kebutuhan dalam negeri sehingga masih dibutuhkan untuk impor.

Kemudian menurut Andi Susilo, impor secara harafiah diartikan sebagai kegiatan memasukan barang dari suatu Negara (luar Negeri) ke dalam wilayah Negara lain. Hal ini berarti melibatkan dua Negara dalam hal ini bisa diwakili oleh kepentingan perusahaan antar dua Negara tersebut yang berbeda dan pastinya juga peraturan serta perUndang- undangan yang berbeda pula (Susilo, 2013: 101). Daerah pabean adalah wilayah republik Indonesia yang meliputi daratan, perairan dan ruang udara di atasnya serta tempat- tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landasan kontinen yang di dalamnya berlaku UU no. 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan jo UU no.17 tahun 2006.

(54)

37

tersebut. Yang berbeda dan pastinya juga peraturan serta perUndang- undanganya berbeda pula. Negara yang satu bertindak sebagai eksportir dan yang lain bertindak sebagai penerima (Susilo, 2013:135). Dalam melakukan kegiatan impor, importir harus mengurus perizinan terkait impor terlebih dahulu diantaranya (Susilo, 2013: 136):

1. Izin dari Kementerian Perdagangan, calon importir harus mendapatkanizin dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang disebut dengan (APIT) serta Angka Pengenal Impor Terbatas.

2. Jika calon importir menginginkan untuk menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk dan penangguhan bea masuk dilakukan oleh importir yang juga melakukan kegiatan ekspor, calon importir harus mengajukan fasilitas yang dinamakan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yang berisi tentang beberapa keterangan yaitu:

a. Pembebasan Bea Masuk dan Penangguhan PPn dan PPnBM.

b. Pengembalian Bea Masuk dan Pembayaran PPn dan PPnBM.

c. Pembebasan Bea Masuk dan Penangguhan PPn dan PPnBM.

(55)

38

Jika barang- barang yang akan di impor ternyata bukan barang baru seperti mesin bekas maka dibutuhkan izin khusus. Selain mengurus izin importir juga harus mengurus pembayaranya, seperti yang kita ketahui dalam melakukan kegiatan ekspor impor biasanya menggunakan Letter of Credit (L/C). Untuk menggunakan L/C kita harus melakukan pembukaan L/C terlebih dahulu di bank, dengan cara harus memenuhi beberapa syarat yang harus dipenuhi importir. Importir harus menandatangani syarat- syarat umum pada Bank Umum Nasional untuk pembukaan L/C.

Hal yang melatar belakangi pelarangan pakaian impor bekas terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 51/ M- DAG/ PER/ 7/ 2015/ tentang Larangan Impor Pakaian Bekas, sebagai berikut:

1. Bahwa pakaian impor bekas berpotensi membahanyakan kesehatan manusia sehingga tidak aman untuk dimanfaatkan dan digunakan untuk masyarakat.

2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melindungi kepentingan konsumen, perlu melarang impor pakaian bekas.

(56)

39

Adapun larangan impor pakaian bekas tertuang dalam pasal 2 dan pasal 3 yang berbunyi;

Pasal 2 berbunyi: Pakaian bekas dilarang untuk impor ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Pasal 3 berbunyi: pakaian bekas yang tiba di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada atau setelah tanggal Peraturan Menteri ini berlaku wajib dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang- undangan.

Dan sanksi juga diberikan kepada importir yang melanggar tertuang dalam pasal 4 yang berbunyi: importir yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan larangan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 dikenai sanksi administrasi dan sanksi lain sesuai ketentuan peraturan perUndang- undangan.

Dalam Undang- undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen juga menjelaskan tentang hal yang dilarang bagi pelaku usaha, di sini yang dimaksud dengan pelaku usaha sendiri adalah para pedagang pakaian impor bekas. Karena dalam bermuamalah ada aturan- aturan dimana aturan tersebut difungsikan untuk memberikan keamanan ataupun kenyamanan bagi kedua belah pihak yang melakukan jual beli dan juga untuk melindungi konsumen pada khususnya seperti yang tertuang pada pasal 8 yang berisi tentang:

(57)

40

a. Tidak memenuhi/ tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perUndang- undangan. b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto dan

jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.

c. Tidak sesuai dengan ukuran, tarakaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya. d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau

kemajuan, sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan atau jasa tersebut.

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan komposisi, proses pengelolaan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang atau jasa tersebut.

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan iklanatau promosi penjualan barang dan atau jasa tersebut.

g. Tidak mencantumkan tangggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.

(58)

41

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat atau isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yangmenurut ketentuan harus dipasang atau dibuat.

j. Tidak mencantumkan informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perUndang- undangan yang berlaku.

2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud.

3. Pelaku usaha dilarang memperdangangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

(59)

42

Sebenarnya di Negara Indonesia juga mengimpor barang bekas atau sering disebut dengan barang modal bukan baru, namun untuk mengimpor barang modal bukan baru harus memperhatikan aturan- aturan, yang terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 75/ M- DAG/ PER/ 12/ 2013/ Tentang Ketentuan Impor Barang Modal Bukan Baru, terdapat dalam pasal 2 yang berbunyi:

1. Barang modal bukan baru yang dapat diimpor meliputi barang sesuai pos tarif/ HS yang tercantum dalam lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri. 2. Barang modal bukan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya dapat diimpor oleh:

a. Perusahaan pemakai langsung b. Perusahan rekondisi

c. Perusahaan remanufakturing dan/ atau d. Perusahaan penyedia peralatan kesehatan

Jika hal- hal yang dilakukan importir tidak sesuai dengan perUndang- undangan yang berlaku, maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai tindak pidana impor. Berikut ini tindakan- tindakan yang termasuk dalam tindak pidana impor (Jaffar, 2015: 53):

1. Mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifes. 2. Membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat

(60)

43

3. Membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam pemberitahuan pabean.

4. Membongkar atau menimbun barang impor yang masih dalam pengawasan pabean di tempat selain tempat tujuan yang ditentukan dan/ atau diizinkan.

5. Menyembunyikan barang impor secara melawan hukum.

6. Mengeluarkan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeanya dari kawasan pabean atau dari tempat penimbunan berikut atau dari tempat lain dibawah pengawasan pabean tanpa persetujuan pejabat bea dan cukai yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan Negara.

7. Mengangkut barang impor dari tempat penimbunan sementara atau tempat penimbunan berikat yang tidak sampai ke kantor pabean tujuan dan tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut diluar kemampuanya.

8. Dengan sengaja memberitahukan jenis dan/ atau jumlah barang impor dalam pemberitahuan pabean secara salah.

Ancaman atas tindak pidana penyelundupan impor ini adalah dipidana dengan pidana penjara sekurang- kurangya selama satu tahun, setinggi- tingginya sepeluh tahun dan pidana denda sekurang- kurangnya Rp. 50.000.000, dan sebanyak- banyaknya Rp. 5.000.000.000.

(61)

44

berarti importir memikul risiko atas segala sesuatu mengenai barang yang diimpor, seperti risiko kerugian kerusakan, keterlambatan, penipuan, daan manipulasi. Oleh karena itu, sebaiknya importir berhati- hati dalam menyusun kontrak, dalam menilai indentor dan pensuplai, serta dalam mengambil tindakan pengamanan atas risiko kerugian seperti dalam penentuan persyaratan asuransi, penentu jasa transportasi, dan angkutan. Para importir ini umumnya terdiri dari (Amir, 2000: 65):

1. Pengusaha Impor

Pengusaha impor atau lazimnya disebut dengan Import Mercant

adalah badan usaha yang diberikan izin oleh Pemerintah dalam bentuk TAPPI (Tanda Pengenal Pengakuan Importir) untuk mengimpr barang yang khusus disebut dalam izin tersebut dan tidak berlaku untuk barang lain di luar yang disebut dalam TAPPI tersebut.

2. Approved Importer (Approved Traders)

Yang dimaksud dengan Approved Importer atau dikenal dengan istilah Approved Trade, sesungguhnya hanyalah pengusaha impor biasa yang secara khusus diistimeakan oleh Pemerintah dan Departemen Perdagangan untuk mengimpor komditi tertentu untuk tujuan tertentu pula yang dipandang perlu oleh Pemerintah.

Approved Imorters ini misalnya importir cengkeh, importir bahan bak plastik, dan importir gandum.

(62)

45

Untuk memudahkan perusahaan- perusahaan yang didirikan dalam rangka UU- PMA/ PMDN, Pemerintah telah memberikan izin khusus pada perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk mengimpor mesin- mesin dan bahan baku yang diperlukanya sendiri (bukan untuk diperdagangkan). Izin ini diberikan dalam bentuk APIT (Angka Pengenal Importir Terbatas) yang dikeluarkan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atas nama Menteri Perdagangan. 4. Importir Umum

Perusahaan impor yang khusus mengimpor aneka macam dagang dapat memperoleh kedudukan sebagai importir umum atau lazim disebut General Importir. Perusahaan yang biasanya memperoleh status sebagai Trading Hause atau Wisma Dagang. Trading Hause

adalah badan usaha yang mengumpulkan barang- barang keperluan untuk diekspor dan diimpor.

5. Agent Importers

Perusahaan Asing yang berminat memasarkan hasil produksinya di Indonesia seringkali mengangkat perusahaan setempat sebagai kantor perwakilan atau menunjuk suatu Agen Tunggal yang akan mengimpor hasil produknya ke Indonesia. Alat- alat besar, kendaraan bermotor, dan barang elektronik umumnya mempunyai

(63)

46

6. Buying Agent

(64)

47

BAB III

JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS DAN PENANGANANNYA OLEH PEMERINTAH KOTA SALATIGA

A. Gambaran Umum Jual Beli danMekanisme Masuknya Pakaian Impor

Bekas di Kota Salatiga

1. Sejarah Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga

Indonesia merupakan Negara yang dikategorikan masih berkembang sejak era reformasi, banyak usaha- usaha yang mulai dikembangkan di Indonesia, salah satunya usaha garment. Para pengusaha di bidang garmentbersaing menciptakan model- model pakaian terbaru untuk menarik minat para pembeli. Model pakaian yang beraneka ragam dengan harga yang bermacam- macam menjadi opsi bagi beberapa pembeli untuk membeli pakaian sesuai dengan selera dan kebutuhan masing- masing orang, ini adalah salah satu hal yang memicu perkembangan fashion di Indonesia.

Dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Parman (39) yang merupakan asisten Bapak Amshar Chaniago pada hari Kamis (7/7), diketahui bahwa pada saat Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997- 1998, para pengusaha

(65)

48

kali lipat lebih mahal, oleh karena itu peminat pakaian menjadi menurun.

Dari kondisi inilah kemudian muncul pakaian impor bekas, di saat Indonesia mengalami krisis moneter pakaian impor bekas hadir untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat dengan harga yang lebih murah. Banyak masyarakat yang beralih untuk membeli pakaian impor bekas, mereka berfikir membeli pakaian bekas tidak menjadi masalah di saat seperti ini. Yang penting pakaian masih layak untuk dipakai dan harganya murah itu sudah cukup untuk saat dimana Indonesia mengalami masa tersulit seperti ini.

Awal masuknya pakaian impor bekas melalui jalur laut tepatnya di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau dan Jalur darat melalui daerah Entikong Kalimantan Barat. Pakaian impor bekas mudah masuk di daerah ini karena secara geografis wilayah tersebut berbatasan langsung dengan Negara Malaysia yang tentunya memudahkan para pedagang untuk memasukan pakaian bekas di Indonesia. Pakaian masuk secara bebas di Negara Indonesia, karena pada saat itu regulasi mengenai pakaian impor bekas belum ada seperti sekarang ini.

(66)

49

bekas di Pulau Jawa terdapat di daerah Tanah Abang dan Kota Bandung, pakaian bekas diperoleh dari beberapa Negara sepertiThailand, Korea, Jepang, dan Hongkong. Setelah dari Tanah Abang barulah pakaian bekas didistributorkan di daerah Jawa seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Salatiga, dan masih banyak kota- kota besar lainnya. Para penjual biasanya hanya bermodalkan kepercayaan dengan penjual lainnya, mereka sering berkomunikasi menggunakan telfon atau pesan singkat. Biasanya para pedagang memesan pakaian impor bekas sebanyak 2 sampai 3 bal dengan harga beraneka macam tergantung kebutuhan.

Pakaian impor bekas mulai menjamur di kota Salatiga sejak tahun 2000an, saat itu banyak masyarakat Salatiga yang membeli pakaian impor bekas karena harganya yang murah dan pilihanya yang beraneka ragam tergantung selera dan kebutuhan masing- masing pembeli. Dari sinilah yang kemudian membuka peluang usaha jual beli pakaian impor bekas di Kota Salatiga sampai saat ini.

2. Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga

(67)

50

mereka bisa ditemui dipinggir- pinggir jalan utama di Salatiga. Mereka biasanya menjajakan daganganya dari pagi hingga malam hari. Berikut ini beberapa daftar lapak penjual pakaian impor bekas yang ada di Salatiga yang masih ada hingga saat ini:

Tabel 3.1 Daftar Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga

No. Nama Pemilik Kota

Asal Alamat

1. Amshar Chaniago Bandung Jl. Diponegoro Salatiga 2. Ashari Salatiga Pasar Raya II Salatiga 3. Sugiyanto Salatiga Jl. Bangau No. 18 Salatiga 4. Menik Jakarta Jl. Muwardi Salatiga

5. Martin Ambon Jl. Veteran Salatiga (Depan RSUD Salatiga)

Meskipun hingga tahun 2016 masih tersisa lima lapak penjual pakaian impor bekas, namun lapak- lapak yang ada cukup besar dan lengkap.

Bapak Amshar Chaniago, salah satu pemilik yang berasal dari Kota Bandung memiliki lapak yang diberi nama “AULIA

(68)

51

lapakterlengkap, pakaian dari harga 5000 hingga ratusan ribu rupiah semua ada di sini. Di lapaknya ini beliau memiliki 3 orang kariyawan yang rata- rata pendidikanya hanya sampai Sekolah Menengah Pertama. Dengan modal awal 200 juta rupiah Bapak Amshar mulai membuka usahanya, Bapak Parman (asisten Bapak Amshar) menjelaskan bahwa usaha yang dijalani ini sudah tersebar di daerah Sumatera dan Jawa, beliau memesan pakaian impor bekas dari Tanah Abang yang kemudian dikirim ke Salatiga dengan menggunakan jasa paket. Para penjual pakaian impor bekas juga saling berhubungan antara satu dengan yang lain, namun untuk organisasi antar penjual pakaian impor bekas saat ini belum ada.

Yang lebih mengherankan, usaha penjualan pakaian impor bekas miliknya ternyata juga mendapatkan surat izin usaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Dalam surat tersebut tertulis izin usaha berupa pedagang eceran pakaian, yang berlaku sampai dengan tahun 2020. Bagaimana hal ini bisa terjadi, padahal sudah jelas dalam peraturan yang dibuat oleh Pemerintah jika perdagangan pakaian impor bekas dilarang. Tetapi pada kenyataanya hal ini masih terjadi dan mendapatkan izin dari Pemerintah, jika hal seperti ini terjadi mengapa harus ada regulasi mengenai larangan penjualan pakaian impor bekas.

(69)

52

beralamat di Jalan Muwardi Salatiga, tidak banyak informasi yang diperoleh peneliti di lapak ini. Karena peneliti hanya menemui 2 karyawan dan Pemiliknya sendiri sedang berada di Jakarta. Karyawan Ibu Menik tidak berani memberikan informasi lebih lengkap mengenai usaha penjualan pakaian impor bekasnya. Mungkin mereka sebenarnya sudah paham bahwa usaha yang dibuka Ibu Menik merupakan usaha yang sebenarnya dilarang Pemerintah.

(70)

53

tindakan tegas seperti apa yang mestinya tertulis di PERMENDAG No. 51/ M- DAG/ PER/ 7/ 2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas yakni memusnahkan pakaian impor bekas yang masih beredar dipasaran.

Gambar

Tabel 3.1  Daftar Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota
Gambar 1.1 Lapak pakaian impor bekas milik Bapak Soegiono
Gambar 1.3 Barang datang mikik Bapaka Soegiono
Gambar 1.5 Pakaian bekas di lapak Ibu Menik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, perlakuan konsentrasi larutan nurtisi hidroponik tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap peubah hasil panen seperti

Berkaitan dengan kasus penyadapan yang dilakukan oleh Myanmar terhadap Kedutaan Besar Republik Indonesia, apabila negosiasi yang telah dilakukan tidak membuahkan

Film ini tidak hanya memperlihatkan kisah heroik Antonina dan Jan Zabinski dalam upaya menyelamatkan beberapa orang Yahudi dari kamp konsentrasi, namun film ini juga

Cilj ovog istraživanja je odrediti karakteristike (kemijski sastav i boju mesa) te sastav masnih kiselina prsnog mišića (Musculus pectora- lis major) jarebica kamenjarki

Penerapan pertanian organik sampai saat ini masih menjadi dilema antara usaha meningkatkan produksi pangan dengan menggunakan pupuk ataupun pestisida kimia

(a) Berbagi pengalaman dan pembelajaran dari penyelenggaraan Olimpiade Lond on 2012 guna mendukung persiapan penyelenggaraan Asian Games 2018 dan event olahraga lain

 Dalam hal ini, sumber lisan telah memainkan peranan penting kepada para pengkaji sejarah dalam melakukan kajian sejarah ke atas pelbagai tema sejarah terutamanya sejarah

Koefisien keragaman harga antar wilayah untuk kedelai lokal pada bulan September 2017 sebesar 18,5%, yang berarti disparitas harga kedelai lokal antar wilayah masih relatif