• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Macam Macam Jual Beli Menurut Islam

Ditinjau dari segi hukumnya jual beli dibedakan menjadi tiga yaitu jual beli shahih, bathil, dan fasid.

1. Jual beli shahih

Dikatakan jual beli shalih karena jual beli tersebut sesuai dengan ketentuan syara‟, yaitu terpenuhinya syarat dan rukun jual beli yang telah ditentukan.

2. Jual beli Fasid

Menurut ulama Hanafi yang dikutip dari buku Hukum Perikatan Islam di Indonesia bahwa jual beli jual beli fasid dan jual beli batal iru berbeda. Apabila kerusakan- kerusakan dalam jual

27

beli terkait dengan barang yang dijual belikan, maka hukumnya batal, misalnya jual beli benda- benda haram. Apabila kerusakan- kerusakan itu pada jual beli menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli dinamakan fasid. Namun jumru ulama tidak membedakan antara kedua jenis jual beli tersebut (Dewi, 2005: 108).

Fasid menurut jumhur ulama merupakan sinonim dari batal yaitu tidak cukup dan syarat suatu perbuatan. Hal ini berlaku pada bidang ibadah dan muamalah. Sedangkan menurut ulama mahzab Hanafi yang dikutib dalam buku Hukum Perikatan Islam di Indonesia, bahwa fasid dalam ibadah dengan muamalahitu berbeda. Dalam bidang muamalah, fasid diartikan sebagai tidak cukup syarat pada perbuatan. Menurut mahzab Syafi‟i fasid berarti tidak dianggap dan tidak diperhitungkan suatu perbuatan sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari kekurangan (cacat) padanya (Dewi, 2005: 109).

Menurut Imam Hanafi bahwa muamalahyang fasid pada hakikatnya tetap dianggap sah, sedangkan yang dirusak atau tidak sah adalah sifatnya, yang termasuk jual beli fasid antaran lain (Dewi, 2005: 117).

a. Jual beli al- majhul

Yaitu jual beli diamana barang atau bendanya secara global tidak diketahui kejelasan itu bersifat menyeluruh.

28

Tetapi apabila sifat ketidak jelasanya sedikit, maka jual belinya sah karena itu tidak akan membawa perselisihan. Ulama Hanafi mengatakan sebagai tolak ukur untuk unsur

majhul diserahkan sepenuhnya kepada „urf (kebiasaan yang berlaku bagi pedagang dan pembeli).

b. Jual beli yang dikaitan dengan suatu syarat

Jual beli yang dikaitakan dengan syarat misalnya ucapan penjual kepada pembeli, “saya jual sepeda saya ini kepada anda bulan depan setelah gajian”. Jual beli seperti ini batal menurut jumhur dan fasid menurut ulama Hanafi. Menurut ulama Hanafi, jual beli ini dianggap sah pada saat syaratnya terpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. Artinya jual beli itu baru sah apabila masa ditentukan “bulan depan” itu telah jatuh tempo.

c. Menjual barang yang tidak ada ditempat atau tidak dapat diserahkan pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh pembeli. Menurut ulama Maliki jual beli seperti ini diperbolehkan apabila sifat- sifatnya disebutkan, dengan syaratsifat- sifatnya tdak akan berbah sampai barang diserahkan. Sedangkan ulama Hambali menyatakan, jual beli itu sah apabila pihak [embeli mempunyai hak khiyar ru‟ yah (sampai melihat barang

29

itu), ulama Syafi‟i menyatakan jual beli itu batil secara mutlak.

3. Jual beli bathil

Yaitu jual beli yang salah satu rukunya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyari‟atkan (Hasan, 2003: 128). Jual beli yang dilarang oleh syariah atau dianggap bathil (Syarifudin, 2005: 201-208), diantaranya:

a. Jual beli gharar

Jual beli gharar adalah jual beli yang mengandung unsur penipuan dan pengkianatan, baik karena ketidakjelasan dalam objek jual beli atau ketidak pastian dalam cara pelaksanaannya. Hukum jual beli ini adalah haram, dasar penetapan terhadap jual beli ini adalah hadist dari Nabi Muhammad dari Abu Hurairah menurut riwayat Muslim:

ُلله ُلَوُسَ َهَبَن

ُهَّللا ىَّلَص

ِ ْيَبَ ْبَ َمَّلَسَوِهْيَلَع

ْبَعَو ِةاَصَاا

ِ َرَللْا ِ ْيَبَ

Nabi Muhammad SAW melarang jual beli hushah dan jual beli gharar”

Alasan haramnya jual beli ini adalah karena ketidak pastian dalam objek, baik barang, uang atau cara transaksisnya itu sendiri. Karena larangan dalam hal ini langsung menyentuh essensi jual belinya, maka disamping haram hukumnya, transaksi itu juga tidak sah.

30

b. Jual beli mulaqih

Jual beli mulaqih adalah jual beli barang yang menjadi objeknya adalah hewan yang masih berada dalam bibit jantan sebelum bersetubuhnya dengan betina. Yang menjadi dasar dilarangnya jual beli ini adalah hadist dari Nabi dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al Bazzar:

َّنَا

َللها َلوُسَ

ُهَّللا ىَّلَص

َمَّلَسَو ِهْيَلَع

ِ ْيَبَ ْبَع ىَهَبَن

ِ ْيِقَلماْاَو َْ ِ اَلماا

“Sesungguhnya Nabi telah melarang jual beli mudhamin dan mulaqih”

Alasan pelarangan jual beli ini adalah karena objek yang diperjualbelikan tidak berada ditempat akad dan tidak dapat pula dijelaskan kualitas dan kuantitasnya. Ketidak jelasan ini menimbulkan ketidak relaan pihak- pihak yang melakukan transaksi jual beli.

c. Jual beli mudhamin

Jual beli mudhamin adalah transaksi jual beli yang objeknya adalah hewan yang masih berada dalam induknya. Alasan tidak diperbolehkannya jual beli ini adalah karena tidak jelasnya objek dalam jua beli. Meskipun sudah tampak wujudnya, tetapi tidak dapat diserahkan dalam jual beli dan belum pasti pula keadaan

31

dari objek tersebut apakah hewan tersebut akan lahir dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati.

d. Jual beli hushah atau lemparan batu.

Jual beli hushah mempunyai beberapa arti. Diantaranya adalah jual beli suatu barang yang terkena lemparan batu yang disediakan dengan harga tertentu. Arti lain dari jual beli ini adalah jual beli tanah dengan harga yang sudah ditentukan, yang luasanya sejauh yang dapat dikenai oleh batu yang dilemparkan. Hukum jual beli seperti ini adalah haram. Dasar hukumnya adalah hadistNabi yang melarang jual beli gahrar seperti halnya di atas.

e. Jual beli muhaqalah

Jual beli muhaqalah adalah jual beli buah buahan yang masih berada ditangkainya dan belum layak untuk dimakan. Alasan haramnya jual beli ini adalah karena objek jual belinya masih belum dimanfaatkan.

f. Jual beli munabazah

Jual beli munabazah adalah mempertukarkan kurma yang masih basah dengan kurma yang sudah kering dengan menggunakan alat ukur takaran. Alasan keharaman jual beli ini adalah karena ketidak jelasan dalam barang yang dipertukarkan ini dalam takarannya.

32

Jual beli mukhabarah adalahmuamalah dalam penggunaan tanah dengan imbalan bagian dari apa yang akan dihasilkan oleh tanah tersebut. Alasan haramnya jual beli ini adalah ketidakjelasan dalam pembayaran, sebab waktu akad berlangsung harga dan nilainya belum jelas.

h. Jual beli tsunayya

Jual beli tsunayya adalah jual beli dengan harga tertentu, sedangkan barang yang menjadi objek jual beli adalah sejumlah barang dengan pengecualian yang tidak jelas. Alasan haramnya jual beli ini adalah ketidak jelasan objek jual beli yang dapat membawa kepada ketidakrelaan pelaku transaksi.

i. Jual Beli „asb al fahl

Jual beli „asb al fahl adalah memperjualbelikan bibit pejantan hewan untuk dibiarkan dalam rahim hewan betina untuk mendapatkan anak. Kadang disebut juga sewa pejantan, alasan pelarangan di sini adalah karena ketidak jelasan objek transaksi, karena sukar ditentukan seberapa banyak bibit yang disalurkan ke rahim betina. Jual beli dalam bentuk ini tidak sah. Sebagian ulama melihatnya dari segi lain yaitu kebutuhan umum akan transaksi seperti ini bagi pengembangbiakan ternah. Oleh

33

karena itu, memasukkannya kepada bisnis sewa pembiakan ternak.

j. Jual beli mulamasah

Jual beli mulamasah adalah jual beli yang berlaku antara dua pihak, yang satu diantaranya menyentuh pakaian pihak lain yang diperjualbelikan waktu malam atau siang, dengan ketentuan bahwa yang tersentuh itu adalah yang dijual.

k. Jual beli munabazah

Jual beli munabazah adalah suatu bentuk transaksi yang masing- masing pihak melemparkan apa yang ada padanya kepihak lain tanpa mengetahui kuantitas dari objek yang dijadikan sasaran jual beli. Alasan haramnya jual beli adalah ketidakjelasan objek yang diperjualbelikan yang akan membawa ketidak relaan yang menjadi salah satu syarat jual beli.

l. Jual beli „urban

Jual beli „urban adalah jual beli atas suatu barang dengan harga tertentu dimana pembeli memberikan uang muka dengan catatan bahwa bila jual beli jadi dilangsungkan, akan membayar dengan harga yang disepakati, namun kalau tidak jadi, uang muka untuk penjual yang telah menerimanya lebih dahulu.

34

m. Jual beli talqi rukhban

Jual beli talqi rukban adalah jual beli setelah pembeli datang menyongsong penjual sebelum dia sampai dipasar dan mengetahui harga pasar.Alasan larangan di sini adalah penipuan terhadap penjual yang belum mengetahui keadaan pasar.

n. Jual beli orang kota dengan orang desa

Jual beli orang kota dengan orang desa adalah orang pasar yang telah mengetahui harga pasaran menjual barangnya kepada orang desa yang baru datang dan belum mengetahui harga pasar.

o. Jual beli shubrah

Jual beli shubrahadalah jual barang yang ditumpuk yang bagian luar kelihatan lebih baik dari bagian dalam. Jual beli seperti ini dilarang karena merupakan penipuan. p. Jual beli najasy

jual beli najasy adalah jual beli yang bersifat pura pura dimana si pembeli menaikkan harga barang, bukan untuk membelinya, tetapi hanya untuk menipu pembeli yang lainnya. Alasan keharamannya adalah karena penipuan.

Dokumen terkait