• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS dan

A. Gambaran Umum Jual Beli dan Mekanisme Masuknya Pakaian Impor

3. Mekanisme Masuknya Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga

Pakaian impor bekas yang diproleh dari Negara Malaysia, Taiwan, Singapura, Jepang dan Korea masuk ke Indonesia melalui daerah Tanjung Balai Kepulauan Riau, Sumatera dan Provinsi Kalimantan Barat tepatnya di daerah Entikong, mengingat ketiga daerah tersebut secara geografis berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Pakaian impor bekas masuk melalui jalur laut. Pakaian dibawa ke dermaga menggunakan kapal- kapal kecil untuk mengelabuhi petugas Bea Cukai, karena para petugas sering melakukan operasi di daerah perbatasan. Setelah itu pakaian impor bekas di didrop di Tanah Abang, Bandung, dan Kediri, untuk selanjunya didistributorkan ke Kota- kota besar seperti Semarang, Solo, Boyolali, Yogyakarta, Salatiga, dan Kota Besar lainya di Pulau Jawa. Tidak tanggung- tanggung jumlah pakaian yang masuk di Indonesia untuk sekali jalan mencapai 1000 karung. Peredaran

57

pakaian impor bekas telah memberikan kerugian hingga triliunan Rupiah pada pengusaha khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis tekstil dan garment. Karenanya, pengusaha pun menolak tegas peredaran pakaian impor bekas tersebut.

Hal ini juga menyangkut harga diri Masyarakat Indonesia, karena untuk memenuhi kebutuhan sandangnya apakah harus dengan membeli pakaian impor bekas dari Negara lain, dan juga kondisi ini membuat industri tekstil dan garment dalam negeri berpotensi kehilangan pangsa pasarnya. Padahal, jika dilihat produk lokal sangat mampu dalam menggantikan pasar tersebut.Seharusnya pasar-pasar dalam negeri diisi oleh pedagang- pedagang lokal dan domestik, bukanpakaian impor bekas.Impor pakaian resmi melalui izin impor Kementerian Perdagangan nilainya mencapai Rp 48,02 triliun. Sedangkan pakaian impor, yang dipasok industri dalam negeri sebesar Rp93,35 triliun. Sedangkan selisih Rp10,9 triliun, diduga adalah pakaian impor ilegal yang belum termasuk pakaian impor yang bekas (Sriningrum, 2015).

Jika hal ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin jika usaha tekstil di Indonesia akan mengalami penurunan. Namun setelah adanya peraturan mengenai larangan impor pakaian bekas, Bea Cukai menjadi lebih giat dalam melakukan Patroli di daerah

58

perbatasan. Terkadang mereka juga harus melakukan tindakan kekerasan karena adanya perlawanan dari para penyelundup. Pak Parman yang merupakan asisten dari Bapak Amshar Chaniago menyatakan bahwa pakaian impor bekas bisa masuk di Pulau Jawa melalui Dermaga yang bisa di ajak bekerja sama, namun Beliau tidak mau menyebutkan secara jelas mengenai hal ini. Bisa dibilang tindakan yang dilakukan Pak Parman ini termasuk dalam kategori suap, selanjutnya pakaian akan dikirim menggunakan mobil box ke kota tujuan selanjutnya.Mungkin sudah banyak yang tahu jika sebenarnya menjual pakaian impor bekas dilarang oleh Pemerintah, namun masih saja dilakukan dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Untuk harga pakaian impor bekas ternyata bergantungpada naik turunya harga dolar. Dulunya sebelum tahun 2014 harga pakaian perbal (100 kg) sekitar 2 juta rupiah, namun setelah tahun 2014 saat dolar mengalami kenaikan yang cukup signifikan, harga perbal mencapai 4 juta hingga 7 juta rupiah.

4. Jenis- Jenis Pakaian Yang di Minati Oleh Pembeli Pakaian

Impor Bekas

Para pembeli memiliki alasan tersendiri untuk membeli pakaian impor bekas. Ada yang membeli karena harganya murah, ada pula yang membeli karena merknya. Jenis baju yang dijualpun

59

juga bermacam- macam seperti jaket, kemeja, jas, kaos, topi, celana, dll. Hampir semua pakaian bekas dengan berbagai macam jenis ada.

Sebelum menjajakan daganganya, para pedagang menyortir pakaian satu persatu, setiap 1 bal (100 kg) biasanya terdapat 300 potong pakaian dengan kualitas yang bermacam- macam. Dari yang masih bagus ( masih ada merk yang menempel), layak, jelek, dan kain pel semua ada. Kemudian pedagang akan memklarifikasikan harga sesuai dengan kualitas barangnya, dari harga 5000 hingga ratusan ribu semua ada.Merk pakaian yang sering dicari para pembeli biasanya Nike, Adidas, Silkytouch, Episk, LV, D&G, Levis, Vans.

Pembeli pakaian impor bekas rata- rata masyarakat ekonomi menengah kebawah. Namun ada beberapa baju bekas yang harganya mahal karena merknya lebih berkelas daripada baju- baju yang lainya. Mereka yang mencari baju- baju dengan merk

tertentu ialah mereka yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli baju baru, ada juga anak- anak muda dan mahasiswa yang mencari merk baju sesuai dengan hoby yang mereka sukai. Seperti anak muda yang suka dengan vespa atau mereka yang memiliki hoby memancing biasanya mencari baju, jaket, atau celana dengan

60

Dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan para pembeli pada hari kamis (7/7) dengan Bambang (17), yang beralamat di Jalan Joko Tingkir Salatigamengungkapkan alasanya membeli pakaian impor bekas karena harganya yang murah dan barangnya masih bagus- bagus. Pelajar Sekolah Menengah ini mengatakan dengan uang sakunya yang pas- pasan dia sudah bisa membeli pakaian dengan merk terkenal dan kondisi pakaian yang masih bagus. “Bagi saya membeli pakaian bekas tidak menjadi masalah, tinggal pakaian itu dicuci kembali dengan air hangat dan

detergen sudah beres” ungkapnya yang ditemui peneliti di salah

satu lapak penjual pakaian impor bekas di Kota Salatiga.

Ada juga Maryati (45), berprofesi sebagai penjual es keliling yang lebih memilih membeli pakaian impor bekas karena harganya yang murah dan masih layak pakai. Ibu dua orang anak ini sering membelikan pakaian bekas untuk keluarganya, karena dengan uang 50 ribu rupiah beliau sudah mendapatkan pakaian bermacam jenis, tidak hanya untuknya namun juga untuk kedua anaknya.

Mbah Sapto (60), pembeli yang beralamatkan di Jalan Diponegoro menyatakan beliau sering membeli jas- jas impor bekas di lapak penjual pakaian impor bekas yang tidak jauh dari rumahnya itu. Menurutnya Jasnya bagus- bagus dan harganya

61

terjangkau, jika dibanding beliau harus membeli jas baru yang harganya mencapai 700 ribu rupiah.

Wahyu (20) seorang mahasiswa dari Kota Jepara, sering membeli pakaian impor bekas dengan alasan modelnya bagus- bagus dan harganya murah, sesuai dengan kantong mahasiswa. Terkadang dia juga membeli pakaian impor bekas hingga 20 potong untuk dijual kembali kepada teman- teman kampusnya. Banyak mahasiswa yang ingin terlihat keren dengan pakaian- pakaian bermerk, karena mereka tidak mampu membeli pakaian yang baru kemudian dengan membeli pakaian impor bekas itu menjadikan solusi agar tetap bergaya dengan kemampuan seadanya.

Yang lebih membuat ironi adalah, pakaian- pakaian impor dengan merk ternama itu ternyata diproduksi di Indonesia yang kemudian di ekspor ke luar negeri, selanjutnya setelah menjadi pakaian bekas dikembalikan lagi ke Indonesia, rasanya sangat disayangkan hal seperti ini terjadi. Seakan- akan bangsa Indonesia dibodohi dengan produk- produk buatan bangsa sendiri yang kemudian olehNegara lain hanya memberikan label merk agar barang- barang tersebut terlihat lebih berkelas.

62

B. PeranPemerintah Dalam Menangani Jual Beli Pakaian Impor Bekas di

Kota Salatiga

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Disperindagkop UMKM) Kota Salatiga akan melarang penjualan pakaian- pakaian impor bekas yang kian marak di Salatiga. Hal ini diungkapkan sekertaris Disperindagkop UMKM Salatiga, Wuri Pudjiastuti pada hari selasa (12/4).Beliau mengatakan, sejak ada pemberitaan pelarangan penjualan pakaian impor bekas oleh Kementerian Perdagangan, pihaknya telah melakukan survay ke beberapa lapak penjual pakaian impor bekas tersebut. Para penjual juga sudah mendapatkan pemberitahuan terkait rencana pelarangan tersebut.

Seperti diketahui, pakaian impor bekas yang kini banyak beredar disinyalir mengandung virus dan bakteri yang berbahaya, bahkan pada kasus tertentu bisa menimbulkan penyakit saluran kelamin yang mematikan. Terkait hal tersebut, Kementerian Perdagangan RI telah mengeluarkan pernyataan pelarangan peredaran pakaian impor bekas tersebut ke Indonesia, bahkan ada wacana ancaman pidana jika para penjual nekat menggelar dagangan pakaian impor bekas yang masuk ke Indonesia melalui jalur tak resmi tersebut.

“Beberapa waktu lalu kami sudah memberi himbauan kepada semua pedagang yang masih menggelar dagangan pakaian impor bekas. Ada sekitar lima bahkan lebih lokasi penjualan pakaian bekas tersebut di Salatiga,” ungkapnya kepada peneliti.

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara padahari selasa (8/4) dengan Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop dan UMKM kota

63

SalatigaBen Ismi Dadarsih, SH. Yang bertugas di Disperindagkop sejak tiga bulan terakhir ini, Beliau memaparkan bahwa sebenarnya masalah penjualan pakaian impor bekas di kotaSalatiga sudah mendapat perhatian khusus dari Dinas Perdagangan di kota Salatiga. Hal ini dikuatkan dengan adanya surat edaran dari Menteri Perdagangan untuk menertibkan para pedangan pakaianimpor bekas di kota masing- masing.

Dinas Perdagangan juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan penyuluhan kepada pedangan pakaian impor bekas di Aula Kantor Disperindag beberapa waktu yang lalu. Pemerintah berharap dengan diadakanya penyuluhan ini akan mengurangi volume penjualan pakaian impor bekas di kota Salatiga. Karena ternyata penjualan pakaian impor bekas tidak hanya memiliki efek negatif bagi pangsa pasar industri pakaian di Indonesia tetapi juga memiliki dampak negatif di bidang kesehatan.

Pakaian- pakaian impor bekas tersebut kondisinya bermacam- macam ada yang masih bagus akan tetapi tidak sedikit pula ada yang tidak layak untuk digunakan, terlepas dari itu dilihat dari segi kesehatan kurang memenuhi syarat untuk sebuah pakaian yang diperjual belikan di masyarakat, seperti halnya kabar berita tentang bahaya pakaian impor bekas yang dilangsir oleh media Nasioanal, bahwasanya Kementerian Perdagangan Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen telah melakukan pengujian terhadap 25 sempel pakaian impor bekas yang diambil dari lapak- lapak penjual pakain impor

64

bekas dimana dari keseluruhan sempel tersebut dinyatakan positif mengandung bakteri staphycoccus aureus yang menyebabkan bisul, jerawat, dan infeksi luka pada kulit manusia. Sementara bakteri Escherihia coli bisa menyebabkan gangguan saluran pencernaan (diare), jamur kapang (Aspergillus Sp) dan Khamir (candida Sp) dapat menyebabkan gatal- gatal, alergi, bahkan infeksi pada saluran kelamin.

Sebenarnya Pemerintah merasa serba salah dengan aturan ini, namun jika hal ini terus dibiarkan akan membawa dampak negatif kedepanya, karena disisi lain mayarakat mencari mata pencaharian untuk menyambung hidup namun apa yang mereka lakukan secara tidak langsung juga merugikan Neraga. Diharapkan kedepannya Pemerintah bisa memberikan solusi bagaimana agar penjual pakaian impor bekas masih tetap bisa membuka usaha lain yang lebih baik dibandingkan berjualan pakaian impor bekas. Mungkin Dinas Perdagangan bisa bekerjasama dengan Dinas Ketenagakerjaan atau Lembaga yang ada dimasyarakat untuk membuat pelatihan mandiri bagi mereka agar bisa belajar seperti membuat kerajinan dari bahan- bahan yang ada disekitar. Atau penyuluhan kepada mayarakat bagaiamana menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih barang yang akan dibeli.

Ternyata penjualan pakaian impor bekas tidak hanya menjadi perhatian dari Disperindag, kewenangan menertibkan para penjual pakaian impor bekas juga dilimpahkan kepada Kepolisian. Diharapkan Kepolisian bisa menertibkan para penjual pakaian impor bekas, namun setelah

65

Kepolisian melakukan Koordinasi dengan Kepala Bidang Perdagangan yang lama ternyata Kepala Bidang yang lama menyampaikan bahwa masalah ini agar diselesaikan dengan musyawarah terlebih dahulu dengan para penjual pakaian impor bekas untuk mengadakan penyuluhan dan survey di lapak- lapak penjual pakaian impor bekas.

Setelah diadakan penyuluhan oleh Disperindag kepada Penjual pakaian impor bekas sekarang dapat dilihat jumlah pedagang sudah mulai berkurang. Sebelum diadakan penyuluhan terdapat kurang lebih 15 pedagang sekarang setelah akhir 2014 tersisa 5 pedagang yang ada di Salatiga. Mungkin sebagian sudah mengerti tentang bahaya dari menjual pakaian impor bekas. Namun untuk penjual yang masih tetap berjualan pakaian impor bekas, biarkan itu menjadi urusanya dengan pihak Kepolisian yang memiliki kewenangan untuk memusnahkan pakaian- pakaian impor bekas yang diperjual belikan.

66

BAB IV

Dokumen terkait