• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGHARUH PERBEDAAN STATUS ANTARA GURU PNS DAN GURU HONORER TERHAPADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN 1 SALATIGA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGHARUH PERBEDAAN STATUS ANTARA GURU PNS DAN GURU HONORER TERHAPADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN 1 SALATIGA - Test Repository"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBEDAAN STATUS ANTARA GURU PNS DAN GURU HONORER

TERHADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN I SALATIGA TAHUN AKADEMIK

2008/2009

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Saijana (S. Pdi)

Dalam Ilmu Tarbiyah SKRIPSI

Disusun oleh:

Nama : AHMAD MAHSUN Nim :11105019

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

DEPARTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 0298 323706,323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 28 Agustus 2009

Penulis,

S

f*

(3)

DEPARTEMEN AGAMA RI

SAEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. 0298 323706, 323433 Salatiga 50721

Website: www. stainsalatiga.ac. id e-mail: administra^staiasalatigjL^id

PENGESAHAN KELULUSAN

(4)

D E P A R T E M E N A G A M A RI

S E K O L A H T I N G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

Drs. Abdul Syukur, M.Si

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Ahmad Mahsun

NIM : 111 05 019

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : PENGARUH PERBEDAAN STATUS ANTARA

GURU PNS DAN GURU HONORER

(5)

MOTTO

'

j a d i l a h

V

a n g t e r b a i k

*

(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ilahi Rabbi tempat penulis mengabdi, memuji, bersyukur, berkeluh kesah dan memohon pertolongan dalam mengarungi samudera kehidupan ini.

2. Uswah Khasanah Rasulluallah Muhammad SAW yang telah menunjukkan

dan menuntun umatnya ke jalan yang diridhaiNya {Si r at hal Mustaqim).

3. Sang pengokoh hidup, Ayah dan Ibu, yang menjadi "Rumah Jiwa" bagi

penulis dan mampu menjadi "Istana Inspirasi" merubah dan membentuk

hidup ini menjadi insan yang bermakna.

4. Mamas dan mbak (mas Syafi’i dan mbak Nely), adik dan keponakan tercinta (Emy dan Nisa), kakek dan nenek yang ada di jawa dan di Lampung, seluruh sanak saudaraku yang selalu memberikan dukungan dan do'anya, spesial untuk 'Wanita Sholikhahku" (Khusnul Walidah) yang selalu memotivasi dalam perjuangan mewujudkan harapan hidup dan cita- cita ini.

5. Kepada Bapak Abdul Syukur yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada Ustadz M.. Hafidz M. Ag yang telah mengarahkan kami dalam

memaknai hidup ini.

(7)

8. Sahabat-sahabati seperjuangan KKN Desa Daleman Kidul, memorikan selalu saat-saat kebersamaan kita.

9. Sahabat-sahabati PAI "A" yang terus semangat dan optimis menggapai cita-cita serta menjalin ukhuwah kebersamaan.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga mampu mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini.

Shalawat dan salam penulis sanjungkan ke hadirat usawatun liasanah

yaitu Rasulullah Muhammad SAW yang telah mendidik dan membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi olehNya (Sirathal Mustaqim) amin.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah keilmuan dan dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan desain pembelajaran yang menghargai subyek didiknya. Penulis juga berharap adanya masukan, kritikan membangun yang dapat membantu pangembangan tulisan ini kedepannya dan pengembangan potensi ilmu bagi penulis secara pribadi dan pembaca umumnya.

Segenap rasa syukur, penulis haturkan, karena dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menempuh program SI di STAIN Salatiga. Rasa syukur ini penulis juga haturkan dalam bentuk rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Abdul Syukur sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini. 3. Para Dosen dan Karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan jalan

ilmu dan pelayanan.

(9)

DAFTAR 1S1

G. Sistematika Penulisan Skrispi... 12

BAB IT. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Guru PNS... 14

B. Pengertian Guru Honorer...16

C. Loyalitas Mengajar...17

D. Tinj auan Kineij a Guru... 18

E. Norma Profesi Guru... 28

F. Hubungan Antara Status Guru Dengan Loyalitas Mengajar... 48

BAB III: GAMBARAN MAN I SALATIGA A. Sejarah Singkat MAN 1 Salatiga... 50

B. Gambaran guru dan karyawan... 51

(10)

BAB IV:ANALISIS DATA

A. Analisis Pendahuluan... 62 B. Analisis Lanjut... 65 BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan... 72 B. Saran-saran... 73 C. Penutup... 75 DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAK

Ahmad Mahsun (11105019) PENGARUH PERBEDAAN STASTUS ANTARA GURU PNS DAN GURU HONORER TERHADAP LOYALITAS MENGAJAR DI MAN 1 SALATIGA TAHUN AJARAN 2008/2009.

Pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan potensi diri manusia. Kegiatan belajar mengajar adalah rutinitas kegiatan yang dilakukan secara aktif oleh pendidik dan subyek didik. Semangat juang dan loyalitas mengajar adalah bekal dalam melaksanakan amanah mulia ini. Disiplin ilmu dan disiplin peraturan merupakan kewajiban yang harus dijunjung tinggi. Tetapi dalam realitas yang terjadi dalam dunia pendidikan tidak sedemikian. Penulis tertarik meneliti loyalitas guru karena hal ini sangat penting untuk penguatan loyalitas guru. Loyalitas harus selalu ditingkatkan dalam mengemban amanah sebagai guru dan demi mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Penelitian ini akan mencoba untuk meneliti loyalitas yang dimiliki guru PNS dan Honorer dalam mengajar.

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Peneliti menggunakan metode angket sebagai metode pokok dalam mendapatkan gambaran umum tentang loyalitas guru PNS dan Honorer. Adapun hasil temuan dari penelitian ini, yaitu loyalitas guru PNS lebih loyal dalam mengajar daripada guru Honorer.

(12)

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kagiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional kependidikan dilaksanakan oleh para tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar. Tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar itu adalah guru untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah; dosen untuk jenjang

pendidikan tinggi. Untuk melaksanakn profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan guru yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.

Secara umum guru itu harus memenuhi dua katagori yaitu mamiliki

Capability dan Loyality. Capability yakni guru itu harus memiliki kemampuan

f

dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritis tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Sementara Loyality keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga sebelum dan sesudah kelas. (Dede *

(13)

Dalam pendapat ahli pendidikan, guru adalah Teacher is a person who

causes a person to know or be able to do something or gives a person

knowledge or skill, artinya guru adalah seorang yang menyebabkan orang lain

mengetahui atau mampu melaksanakan sesuatu atau yang memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada orang lain. (Ny. Roestiyah N.K., 1986:176-177).

Perlu kita ketahui, bahwa kita memang mempunyai dua status guru,

yaitu Guru "Negeri dan Guru Swasta (Honorer). Guru Negeri dikatakan sebagai guru yang sudah menjadi Pegawai Negeri, yang digaji oleh Negara. Sedangkan Guru Swasta (Honorer) adalah guru yang digaji oleh sekolah atau yayasan. Ini memang sebuah perbedaan, tetapi sebenarnya jika diakui ini bukanlah suatu perbedaan. Ini adalah keragaman guru yang ada di Negara ini. (Muhamad Saroni, 2006 135).

(14)

f

Sedangkan Guru Negeri (PNS), mereka adalah guru yang digaji oleh Negara. Yang mana mereka harus memiliki komitmen dan loyalitas yang lebih tinggi dari pada Guru Swasta (Honorer). Disiplin PNS harus senantiasa dijaga. Disiplin itu jangan pernah melemah karena beranggapan bahwa PNS itu masuk atau tidak masuk kerja, bekerja atau tidak bekerja dengan baik tetap dibayar. Setiap PNS harus menyadari bahwa gaji yang diperoleh berasal dari uang rakyat. Karena itu, PNS harus memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada rakyat dengan kinerja yang baik.

Selanjutnya, bagaimanakah dengan kualitas guru negeri (PNS) yang digaji lebih besar berlipat-lipat dari pada guru swasta (Honorer)? Apakah kualitas guru PNS lebih baik dari guru swasta (Honorer)? Tentu sangat relatif.

(15)

B. Penegasan Istilah

Setiap istilah yang termaktub dalam judul ini, secara terperinci perlu penulis jelaskan sesuai dengan interprestasi yang dimaksud, sehingga terhindar dari penafsiran-penafsiran yang kurang sesuai dengan konteks pembahasan dalam judul ini, lebih dari itu agar pembaca dapat memahami makna istilah pada setiap variabel penelitian.

1. Guru PNS

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, Guru diartikan orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata Guru yang dalam Bahsa Arab disebut Mu'alim dan dalam Bahsa Inggris

Teacher, itu memeng memiliki arti yang sederhana, yaitu: A person whos

occuptin is teaching others (Mcleod, 1989). Artinya, Guru adalah

seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Guru yang dimaksud

dalam bahasan ini adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar (UUPSN tahun 1989 Bab VU pasal 27 ayat 3). (Muhibbin Syah,

195: 223-224).

(16)

PNS adalah tenaga pendidik yang berstatus negeri (Pegawai yang digaji oleh Negara) yang pekerjaan utamanya mengajar.

2. Guru Honorer

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata honorer mempunyai arti sebagai berikut:

a. Bersifat sebagai kehormatan, anggota-, wasit.

b. Yang menerima honorarium (bukan gaji tetap), pegawai-, guru. ( WJS. Poerwdarminto, 1991: 312).

Dengan demikian, dalam penelitian ini yang dimaksud penulis tentang Guru Honorer adalah tenaga pendidik yang menerima Honorarium (bukan gaji tetap), yang pekerjaan utamanya mengajar.

3. Loyalitas Mengajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Loyalitas (kata benda) berarti kesetiaan, ketaatan, kepatuhan. ( WJS. Poerwdarminto, 1991: 533).. Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. (Muh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, 1993: 6).

Sedangkan menurut Sardinian AM., mengajar adalah menemukan pengetahuan kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman. ( Sardinian AM., 1992: 47).

(17)

Loyalitas Mengajar tesebut di atas penulis batasi dengan indikator sebagai berikut:

a. Disiplin melaksanakan peraturan sekolah. 1. Mengikuti kegiatan upacara bendera. 2. Mengikuti kegiatan rapat guru.

3. Mengenakan seragam guru sesuai peraturan.

4. Datang dan meninggalkan sekolahan sesuai peraturan. 5. Melaksanakan piket guru sesuai jadwal.

6. Menjaga nama baik almamater sekolah

b. Disiplin dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 1. Menggunakan kurikulum yang sesuai

2. Mengelola kelas dengan baik

3. Tepat waktu dalam mengawali dan mengakhiri KBM. 4. Bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar mengajar. 5. Berorientasi pada tugas, kewajiban dan pekeija keras.

6. Bekerja baik sesuai kemampuannya.

7. Semangat dan pantang menyerah dalam mendidik. C. Rumusan Masalah

Bardasarkan uraian dari latar belakang masalah dan penegasan istilah di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa pokok permasalahan atau Basic Question dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

(18)

2. Adakah pengaruh perbedaan status Guru PNS dengan Guru Honorer terhadap Loyalitas mengajar mereka di MAN 1 Salatiga tahun 2008/2009?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui data persebaran Guru di MAN 1 Salatiga tahun 2008/2009.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh status Guru PNS dengan Guru Honorer terhadap Loyalitas mengajar di MAN I Salatiga tahun 2008/2009.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi Arikunto, 1991: 62). Hipotesis adalah dugaan yang mungkin

benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. (Sutrisno Hadi, 1981:63).

Sedangkan menurut Moh. Nadzir, hipotesis adalah pernyataan yang

diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar keija serta panduan dalam verifikasi. (Moh. Nadzir, 1983: 182).

(19)

F. Metode Penelitian

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Suharsimi

Arikunto, 1991: 115). Sementara menurut Sutrisno Hadi, populasi

adalah semua kenyataan yang diperoleh dari sampel hendak digeneralisasikan. (Sutrisno Hadi, 1981: 70). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di MAN I Salatiga tahun 208/2009. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 26 guru yang terdiri dari 18 guru PNS dan 8 guru Honorer.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti. (Suharsimi Arikunto, 1991: 177). Yang dianggap mewakili dari populasi yang diambil. Dalam mengambil jumlah sampel penelitian, peneliti merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto

sebagai berikut:

“ untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitain populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. (Suharsimi Arikunto, 1991: 120).

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 8 guru PNS

(20)

2. Tehnik Pengumpulan Data

a. Metode Angket atau Questioner, merupkan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang

ia ketahui. (Suharsimi Arikunto, 1991: 70). Teknik ini peneliti lakukan dengan menggunakan angket yang tujuannya untuk mengetahui loyalitas mengajar guru MAN I Salatiga tahun 2008/2009.

b. Metode Observasi

Adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar. (Suharsimi Arikunto, 1991: 177). Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi sekolah dan pada saat pengisian angket.

c. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

(21)

3. Teknik Analsis Data

Dalam menganalisis data penelitian ini, penulis telah terlebih dahulu memisahkan antara variabel pengaruh (variabel XI dan X2)

tentang Guru PNS dengan Guru Honorer dan variabel terpengaruh (variabel Y) tentang loyalitas mengajar.

Setelah data-data terpisah, penulis melanjutkan langkah penganalisaan yang terdiri dari dua tahap yaitu:

a. Analisis Awal

Untuk menganalisa data tentang Guru PNS dengan Guru Honorer dan loyalitas mengajar dengan analisis persentase, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = — X 100%

N

Keterangn:

P = Prosentase angka yang dicari F = Frekuensi jawaban yang dipilih

N = Jumlah individu yang menjadi sampel 100% bilangan konstan

b. Analisis lanjut

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan status antara Guru PNS dengan Guru Honorer terhadap loyalitas mengajar,

(22)

(

Z

» - / , ) 2

/* Keterangan:

f o —V rekuensi Observasi

(23)

SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Penegasan Istilah

C. Pokok Masalah D. Tujuan Penelitian E. Hipotesis

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II: KAJIAN PUSTAKA

A. GURU PNS

Pengertian Guru PNS

B. GURU HONORER Pengertian Guru Honorer C. LOYALITAS MENGAJAR

Pengertian Loyalitas Mengajar D. TINJAUAN KINERJA GURU

1. Pengertian Kinerja

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru 3. Prinsip-prinsip Dalam Mengajar

(24)

E. NORMA PROFESI GURU 1. Kompetensi Professional Guru 2. Tugas dan Peran Guru

F. HUBUNGAN ANTARA STATUS DENGAN MENGAJAR

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM MAN I SALATIGA 1. Identitas Sekolah

2. Sejarah Singkat Berdirinya MAN I Salatiga 3. Gambaran guru dan karyawan

4. Gambaran Siswa dan Fasilitas Sekolah 5. Srtuktur Organisasi MAN I Salatiga B. TEMUAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA

A. ANALISIS PENDAHULUAN B. ANALISIS LANJUT

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN-SARAN

C. PENUTUP

(25)

BABU

KAJIAN PUSTAKA A. Guru PNS

Pandidikan itu pada hakekatnya adalah kesadaran untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan satu-satuya jalan untuk menyebarluaskan keutamaan, mengangkat

harkat dan martabat manusia serta menanamkan nilai kemanusian.

Sebagai lembaga pendidikan formal sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik siswanya. Untuk itu sekolah menyelanggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) sebagai saran mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap siswanya. Ia mempunyai peran penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan siswa-siswinya.

Dalam ilmu pendidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa menjadi salah satu hal pokok bahsan yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu pendidikan yang begitu luas dan

(26)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, Guru diartikan orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata Guru yang dalam Bahsa Arab disebut Mu'alim dan dalam Bahsa Inggris Teacher, itu memeng memiliki arti yang sederhana, yaitu: A person whos occuptin is

teaching others (Mcleod, 1989). Artinya, Guru adalah seseorang yang

pekerjaannya mengajar orang lain. Guru yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar (UUPSN tahun 1989 Bab YII pasal 27 ayat 3). (Muhibbin Syah, 195: 223-224).

Sedangkan dalam pendapat Sardiman, Guru adalah tenaga profesional di bidang kependidikan yang mempunyai tugas mengajar, mendidik dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berpribadi (Pancasila). (Sardiman, 1994:148).

PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah Karyawan; Anggota Personalia (kantor; pekerja resmi Negara atau Pemerintah), yang berstatus negeri, dan digaji oleh Negara. (Tim Prima Pena, 206: 364).

Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud penulis Guru PNS adalah tenaga pendidik yang berstatus negeri (Pegawai yang digaji oleh Negara) yang pekerjaan utamanya mengajar.

(27)

dipatuhi dan di junjung tinggi sebagai acauan dalam menjalankan profesinya. Disiplin peraturan dan bertanggung jawab terhadap tugasnya adalah suatu bekal yang harus dipegang erat dalam usaha mendidik siswa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini.

B. Guru Honorer

Tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau Pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Peraturan Pemerintah Tentang

Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negri Sipil)

Guru Honorer adalah tenaga pendidik yang menerima Honorarium (bukan gaji tetap), yang pekeijaan utamanya mengajar.

Mengajar bukanlah suatu pekeijaan yang sangat mudah, profesionalisme keguruan adalah bekal yang menuntun seorang guru dalam mendidik siswa. Guru adalah teladan bagi siswanya, setiap kebiasaan apapun yang dilakukan guru kemungkinan besar akan ditiru oleh anak didiknya. Disiplin ilmu, disiplin administrasi dan disiplin terhadap aturan profesi keguruan adalah acuan seorang guru dalam menjalankan tugas mulianya. Tanpa adanya

(28)

seorang penddik. Mereka akan tetap loyal, semangat dan bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru. Prinsip mereka adalah ketulusan hati dalam mendidik, kinerja baik yang mereka kerjakan tentunya akan membuahkan hasil yang baik pula.

C. Loyalitas Mengajar

1. Pengertian Loyalalitas Mengajar

Loyalitas mengajar adalah suatu kesetiaan seseorang pengajar (guru) kepada tugas yang diembannya yaitu memberikan pelajaran kepada anak didiknya.

Loyalitas profesi tidak lain adalah atribut bagi seorang guru yang setia pada profesinya dengan terus belajar dan menerapkan kompetensinya sehingga memberikan nilai tambah bukan hanya pada diri sendiri tapi bagi lingkungan dimana pun dia berada. Khususnya bagi seorang pengajar adalah seorang guru yang setia dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati untuk mengajar anak didiknya.

(29)

guru, disiplin adminstrasi, disiplin ilmu dan kepatuhan terhadap kode etik keguaruan serta kepatuhan untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang diterapkan desekolah.

D. Tinjauan Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Sulistiyani dan Rosyidah (2003: 223) menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Secara definitif Bemandin dan Russell dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Penilaian kinerja adalah menilai rasio

hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. (Hasibuan, 2005: 87).

(30)

Kineija guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kineija guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.

Berkaitan dengan kineija guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya. Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kineija guru menurut Siswanto (2003: 234) adalah sebagai berikut: a. Kesetiaan

(31)

b. Prestasi Keija

Prestasi keija adalah kineija yang dicapai oleh seorang tenaga keija dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga keija dalam menyelesaikan tugas dan pekeijaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat resiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk

melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya. (Westra 1997: 291).

Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari:

1) Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan kerja.

2) Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar. 3) Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya. d. Ketaatan

(32)

e. Kejujuran

Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga keija dalam melaksanakan tugas dan pekeijaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

f. Kerja sama

Kerja sama adalah kemampuan tenaga keija untuk bekeija

bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekeijaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

g. Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga keija untuk mengambil keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasan.

h. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk

(33)

pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru

Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005: 2) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu :

a. Kepemimpinan kepala sekolah, b. Fasilitas kerja,

c. Harapan-harapan, dan

d. Kepercayaan personalia sekolah. 3. Prinsip-Prinsip Dalam Mengajar

Mengajar bukanlah tugas yang ringan bagi seorang guru. Mengingat tugas yang berat, maka seorang indvidu harus memiliki prinsip. Dalam hal ini terdapat beberapa macam prinsip dalam mengajar, namun di sini penulis menguraikan lima prinsip diantaranya adalah:

a. Perhatian

(34)

kegunaan akan pelajaran yang telah diperoleh. Sedangkan perhatian yang tidak secara langsung akan muncul bila dirangsang oleh guru yaitu dengan penyajian pelajaran yang menarik, serta menggunakan media yang merangsang anak berfikir. Bila perhatian kepada pelajaran itu ada maka pelajaran yang diterimanya akan dihayati sehingga mengakibatkan anak dapat membandingkan, membedakan dan menyampaikan dari pengetahuan yang telah diterimanya.

b. Appersepsi

Setelah menguraikan tentang prinsip yang pertama yaitu perhatian maka prinsip yang kedua yaitu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Hal ini akan lebih melancarkan jalannya guru dalam mengajar.

c. Korelasi

Hasil dari kegiatan belajar mengajar akan sukses apabila di dalam mengajar guru selalu memperhatikan dan memikirkan hubungan diantara setiap mata pelajaran karena semua ilmu pengetahuan itu saling berkaitan. Jadi dalam mengajar guru harus selalu

memperhatikan apakah yang diajarkan guru berkorelasi atau tidak, dapat diterima akal, dapat dimengerti, yang bertujuan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan baik guru maupun siswa

(35)

d. Individualisasi

Setiap siswa satu dengan yang lain pastinya memiliki bermacam- macam perbedaan, seperti perbedaan inteligensi, minat, bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya dan berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan sosial ekonomi dan keluarga. Tugas di sini adalah menyelidiki dan memahami perbadaan dari masing-masing siswa, yaitu dengan cara membuat perencanaan secara klasikal maupun individual,

e. Evaluasi

Kegiatan belajar mengajar perlu dievalusai, untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan seorang guru dalam mengajar, yang dapat diperoleh dari hasil penilaian, maka guru dituntut harus bisa mengevaluasi atau menilai. Fungsi dari evaluasi ini guru dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa sehingga dapat bertindak tepat apabila siswa mengalami kesulitan belajar. Selain dapat menggambarkan kemajuan siswa, evaluasi dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas mengajar

(36)

pengembangan pembelajaran yang mencakup pemilihan materi, strategi, media, evaluasi, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar prosedur tertentu.

Menurut Zainal Aqib (2002), Pada dasarnya merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan. Dalam kaitan ini, guru mempunyai keterkaitan yang erat dengan kualitas dan hasil pendidikan. Untuk mewujudkan kinerja guru yang profesional dalam reformasi pendidikan, secara ideal ada beberapa karakteristik citra guru yang diharapkan, antara lain:

a. Guru yang memiliki semangat juang yang tinggi disertai dengan kualitas keimanan dan ketakwaan yang mantap.

b. Guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan IPTEK

c. Guru yang mempunyai kualitas kompetensi pribadi dan profesional yang memadai disertai atas kerja yang kuat.

d. Guru yang memiliki kualitas kesejahteraan yang memadai.

e. Jumlah guru dengan kecakapan akademik yang baik cenderung

menurun di masa yang akan datang, sepanjang secara material sosial, jabatan guru tidak menarik dan menjanjikan bagi generasi muda yang

(37)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kineija guru sangat banyak sekali diantaranya adalah faktor tingkat pendidikan guru, pengalaman mengajar, kesejahteraan/gaji, hubungan antara guru/pegawai, kondisi keija, pengawasan, kedisiplinan, kecerdasan emosi, budaya, motivasi, kompetensi, dan tingkat pendapatan.

Kinerja guru adalah wujud dari keija keras dan jerih payahnya dalam mengabdikan diri dan kesetiaan terhadap profesinya. Loyalitas mengajar sangatlah erat kaitannya dengan kinerja, maka dalam hal ini penulis memberikan penjelasan bahwasannya loyalitas seorang guru dapat diketahui dari kinerjanya.

5. Wujud Loyalitas Dalam Mengajar

Kidisiplinan ilmu dan taat peraturan adalah suatu wujud kepatuhan seorang guru dalam menjalankan tugas mulianya. Suatu sistem atau sikap menghormati dan mentaati terhadap peraturan dan sistem tata tertib yang ada dan sanggup menjalankan dalam tugas pekerjaan sehari-hari. Disamping itu juga harus patuh terhadap aturan, dengan melaksanakan dan mengikuti perintah dan arahan dari lembaga pendidikan dan jika melakukan pelanggaran bersedia diberi sanksi.

Adapun kdisiplinan tersebut dapat diketahuai dengan: a. Ketaatan pada peraturan yang berlaku di sekolah b. Ketaatan terhadap sistem sekolah

c. Ketaatan pada peraturan kegiatan belajar mengajar (KBM)

(38)

dan diteladani), berarti guru harus memiliki:

a. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru harus mempersiapkan diri sedini mungkin, jangan sampai ia kerepotan ketika berhadapan dengan siswa. Penguasaan materi sangat penting, jangan sampai pengetahuan seorang guru jauh lebih rendah dibandingkan siswa, dan seorang guru harus terampil tatkala proses kegiatan belajar berjalan.

b. Kemampuan profesional yang baik. Seorang guru harus menjadikan, tanggung jawabnya merupakan pekerjaan yang digandrungi. Tidak bisa seorang guru hanya mengandalkan, mengajar merupakan sebagai pelarian dan adem ayem ketika menerima gaji di habis bulan.

c. Idealisme dan pengabdian yang tinggi. Hakikat seorang guru adalah pengabdian, dedikasi seorang guru harus tinggi, serta harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dengan tujuan mendidik, membina, mengayomi anak didiknya.

(39)

E. Norma Profesi Guru

1. Kompetensi Professional Guru

Dalam melaksanakan profesinya, profesional harus mengacu pada standar profesi. Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar keluaran kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.

Mengacu kepada uraian di atas, maka kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruan dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi tinggi dengan sarana penunjang berupa bekal pengetahuan yang dimilikinya. Kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan.

Guru sebagai pendidik ataupun sebagai pengajar merupakan fakor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychometer) kepada anak didik. (Wirawan, 2002: 9).

Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian yaitu:

(40)

individu,

(2) Kompetensi afektif, yaitu kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal yang berkaitan dengan tugas profesinya, seperti menghargai pekerjaannya, mencintai mata pelajaran yang dibinanya, dan

(3) Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti membimbing dan menilai. (Aidin Adlan, 2000: 32).

Sedangkan Sudjana mengemukakan empat kompetensi guru:

(1) Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang

dibinanya,

(3) Mempunyai sikap yang tepat tentang iri sendiri, sekolah, teman (4) Mempunyai keterampilan teknik mengajar. (Nana Sudjana, 1989:

17).

Berdasarkan uraian di atas, konsep kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dasar melaksanakan tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan menilai proses belajar mengajar,

a. Merencanakan Program Belajar Mengajar

(41)

dengan pemikiran tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran. Isi perencanaan yaitu mengatur dan menetapkan unsure-unsur pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber serta penilaian.

Menurut Joni, bahwa kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:

1) Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, 2) Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, 3) Merencanakan pengelolaan kelas,

4) Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan 5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan

pengajaran. (T. Raka Joni, 1984:12).

Berdasarkan uraian diatas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan,

b. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

(42)

kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan,

apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.

Harahap menyatakan bahwa: Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan:

1) Memotivasi siswa belajar sejak saat ini membuka sampai menutup pelajaran.

2) Mengarahkan tujuan pengajaran

3) Menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan.

4) Melakukan pemantapan belajar.

5) Menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar. 6) Melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan.

(43)

8) Melaksanakan hasil penilaian belajar. (Baharuddin Harahap, 1983: 32).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.

c. Melaksanakan Proses Penilaian Belajar Mengajar

Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan. (Oteng Sutisna,

1985:212).

(44)

keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.

Dari uraian tentang kompetensi profesional guru di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru yang memiliki keahlian khusus mengenai bidang keguruan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik sebagai pengajar maupun pendidik dengan penuh rasa tanggung jawab dan layak.

Guru sebagai suatu pekerjaan mencari penghasilan bagi kepentingan kehidupan diri sendiri ataupun dirinya dan keluarganya oleh islam telah ditetapkan norma profesinya, antara lain: (Muhammad Muthalib, 1994:

140).

1. Bertindak Secara Keilmuan

(45)

Perkembangan budaya manusia yang menyangkut ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini tumbuh dengan pesat, sehingga membawa akibat-akibat dalam berbagai kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu pengetahuan yang diajarkan pada anak didikpun harus dapat mengikuti perkembangan budaya manusia. Apabila seorang guru tidak mengikuti perkembangan, berarti akan ketinggalan dan apa yang diajarkan tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hail ini harus diatasi oleh seorang guru secara kontinyu dengan memperdalam dan memperkuat materi yang diajarkan. (Sardinian AM, 1992: 148).

2. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Tinggi

Azas moralitas yang diajarkan oleh islam bagi setiap orang yang melakukan suatu profesi atau pekerjaan, termasuk guru adalah kewajiban memiliki rasa tanggung jawab tentang pekerjaan yang dilakukan.

(46)

Guru harus memiliki sifat amanah, hal ini akan menggugah kesadaran bahwa tugasnya bukan sekedar sebagai suatu kewajiban dan mengejar imbalan jasanya saja namun lebih dari itu tugas mengajar merupakan tanggung jawab moral kepada masyarakat dan yang paling

pokok adalah tanggung jawab kepada Allah SWT. (Agus Nugroho, 1997: 140).

Para guru tidak diperkenankan apriori dalam mengemban tanggung jawab pembelajaran ini dengan sekedar menyandarkan diri pada buku pegangan yang ditetapkan dalam memberikan pelajaran pada bidang pengetahuan tertentu. Ia wajib melekukan koreksi terhadap segala bentuk keterangan yang dipaparkan dalam suatu buku yang ternyata tidak benar menurut islam.

3. Bekeija Sesuai Bakat dan Kecendrungan Nuraninya

Azas moral ketiga yang digariskan islam ialah hendaklah setiap orang dalam menekuni suatu pekerjaan atau profesi benar-benar melaukannya sejalan dengan bakat dan kecendrungan hatinya.

(47)

18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Seseorang tidak boleh melakukan pekeijaaan dengan prinsip asal dapat honor walaupun ia tidak menyenangi dan tidak berbakat dalam pekerjaannya. Karena orang yang suatu pekerjaan diluar dorongan kecendrungan hati nurani dan bakatnya tidak akan dapat mencapai hasil yang baik, padahal setiap orang diperintahkan untuk melakukan pekeijaan dengan amal shalih. Pengertian amal shalih secara harfiah berarti berbuat yang membawa kebaikan dan keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain atau masyarakat pada umumnya.

Dalam pengertian luas, amal shalih berarti segala tingkah laku

yang kita lakukan harus benar-benar memberikan hasil positif bagi kepentingan manusia secara keseluruhan dan bagi dirinya sendiri. Jika seseorang melekukan suatu pekeijaan atau profesi yang tidak disenangi dan tidak pula menjadi bakatnya, maka hal semacam itu tidak saja akan membuat yang bersangkutan merasa tidak dapat memberikan sumbangsih optimal dalam profesinya, bahkan bisa juga merusak orang lain/anak didiknya.

(48)

karena panggilan uang, bukan karena panggilan kedudukan, bukan pula karena terbawa-bawa oleh orang lain. Jadi ada suatu kesungguhan dalam memilih profesi. (Ahmad Tafsir, 2004: 108).

4. Menekuni dan Menetapi Pekeijaan Secara Serius dan Mendalam

Azas moralitas islam yang keempat dalam bidang pekeijaan atau profesi adalah adanya ketekunan dan kesungguhan dalam melakukan pekerjaan secara sempurna. Seorang guru dituntut untuk melakukan profesi pembelajaran secara baik dan sempurna sesuai dengan tingkat kemempuan yang dimilikinya, sehingga anak didik dapat memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan belajar yang dilakukan di sekolah.

Guru harus meningkatkan kemampuan dan kemauan serta keterampilan mengelola proses pembelajaran, tidak statis dan berkesan tradisional tetapi mampu mengelola secara professional, variatif dan selalu menarik. (Agus Nugroho, 1997: 27).

(49)

hafalan, meringkas point-pointnya, dan memikirkan jawaban atas hal-hal yang mugkin akan ditanyakan para siswa. (Muhammad Samir Al Munir, 2004: 25).

Bilamana seorang guru ternyata melakukan kegiatan pembelajaran secara sambil lalu dan tidak serius, tentu hal semacam itu akan merusak anak didik dan bahkan membuat proses belajar nmengajar menjadi terlantar. Akibat dari sikap guru semacam itu akan dapat merusak generasi muda dalam upaya menguasai ilmu, baik bidang teknologi, sosial maupun yang lainnya.

Kerugian yang diderita oleh anak didik dan generasi muda pada umumnya dari tingkah laku seorang guru yang tidak melakukan pekerjaannya dengan sempurna dan tekun dapat membuat suatu bangsa tertinggal dari bangsa lainnya dalam mengetahui ilmu pengetahuan dan science. Lebih-lebih dalam pendidikan agama, jika guru tidak melakukan dengan ketekunan dan kesempurnaan dalam mengajarkan pengetahuan agama dan membimbing pengalaman agama dalam kehidupan anak didiknya, maka anak didik tidak akan pernah memahami dan menghayati dengan baik agama yang dipelajarinya.

(50)

tetapi bila mana seorang guru dalam mengajarkan agama memberikan didikan kepada anak didiknya, melakukannya secara tekun dan sempurna, maka anak didik akan tuntutan agama sehingga setiap gerak- gerik dan tingkah lakunya berjalan pada garis yang benar dan dapat

menjamin kebahagian dan ketentraman hidup di dunia ini, baik pada orang-seorang, Bangsa maupun Negara.

2. Tugas Dan peran Guru a. Tugas Guru

Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara guru dan masyarakat. Bahkan bila dirinci lebih jauh, tugas guru menurut Roeatiyah N. K, bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk: (Syaiful Bahri Djamarah,

1997: 36-39).

1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman.

2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar Negara kita Pancasila.

3) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai undang- undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. H Tahun

1983.

(51)

sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap.

5) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya akan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikain anak harus dilatih dan dibiasakan di sekoah di bawah pengawasan guru.

7) Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat beijalan bila guru menjalani lebih dahulu.

8) Guru sebagai administrator dan manajer.

Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapot, daftar gaji dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan sekolah secara demokratis, sehinga suasana penuh dengan rasa kekluargaan.

9) Pekerjaan guru suatu profesi

Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.

10) Guru sebagai perencana kurikulum

(52)

kebutuhan anak-anak dan masyarakat sekitar, maka dalam penyusunan kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan. 11) Guru sebagai pemimpin (guidance worker)

Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan social, membentuk keputsan, dan menghadapakan anak-anak pada problem.

12) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak

guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak, misalnya dalam ektrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya

S. Nasution membagi menjadi tiga bagian tugas guru sebagai berikut: 1) Sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan.

Dengan tugasnya ini, maka guru harus memiliki pengetahuan mendalam tentang bahan ajar yang diajarkan.

2) Guru sebagai model yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan suatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga guru tersebut menjadi model atau contoh nyata yang dikehendaki oleh mata pelajaran.

3) Guru menjadi sebagai pribadi, apakah berdisiplin, cermat berfikir, mencintai pelajarannya, atau yang mematikan idealisme dan picik pelajarannya. (S. Nasution, 1988: 16-17).

(53)

yang harus dimiliki guru sebagaimana pendapat Muhammad Athiyah Al-Abrasy yang dikutip Abudin Nata, yaitu

1) Seorang guru harus memiliki sifat zuhud, yaitu tidak mengutamakan untuk mendapatkan materi dalam tugasnya melainkan karena mengharap ridha Allah semata.

2) Seorang guru memilki jiwa yang bersih dan sifaf jauh dari ahlak yang tidak mulia

3) Seorang guru harus ihlas dalam melaksanakan tugasnya. 4) Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya.

5) Seorang guru harus menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebeum menjadi seorang guru.

6) Seorang guru harus mengetahui bakat tabi'at dan watak murid- muridnya.

7) Seorang guru harus menguasai bidang studinya yang akan diajarknnya.

Dengan memilki sifat-sifat tersebut, seorang guru akan bangga dengan profesinya dan mengembangkan dirinya sesuai dengan

tugasnya sebagai seorang pendidik yang menghantarkan anak didik ke jenjang kemulian di dunia dan di akhirat.

b. Peran Guru

(54)

organisator, motivator, direktor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. (Sardinian. AM, 1992: 142-144). Peranan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapakan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi pranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dengan siswanya.

Peran guru menurut Made Pidarta adalah: (Made Pidarta, 1997: 279- 280).

a) Sebagai spesialis sumber-sumber pendidikan di masyarakat. b) Mengidentifikasi sumber-sumber pendidikan di masyarakat.

c) Lebih banyak memberi layanan pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.

d) Sebagai orang tua di sekolah yang bersama orang tua mendidik anak yang bersangkutan.

e) Sebagai konselor dan adiminstrtor keija sama dengan masyarakat dan personalia lembaga pendidikan.

f) Sebagai salah satu unsur sistem pendidikan, bukan di bawah komando atasan.

(55)

h) Pengembangan profesi direncanakan bersama oleh pendidik bersangkutan dengan pemimpin lembaga tempat ia bekerja.

Peranan guru dalam pendidikan telah difirmankan Allah dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 122:

j h j a ilis s » \ j j A x J ^ ^ Lt j $

722. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Ayat ini mengisyaratkan adanya kewajiban untuk mengajar dan belajar. Orang yang mengajar sebagai pekerja tetap atau sambilan (sukarela) mempunyai kewajiban untuk menjadikan orang yang belajar kepadanya mampu memahami pengetahuan yang diajarkannya dan menjadi orang yang dapat menguasai serta mengamalkan pengetahuan yang pelajari itu.

(56)

dipelajarinya. Perilaku guru yang tidak ambil peduli akan membuat kesulitan para muridnya untuk memahami pengetahuan yang diajarkannya adalah tindakan khianat terhadap ilmu dan muridnya. Sebab pada ayat di atas Allah menggunakan kata tafaqqu yang berarti memahami hal-hal pelik, sehingga dapat dimengerti dengan mudah dan dihayati maksud serta seluk-beluknya, dan yang bersangkutan dapat mengamalkan pemahaman serta pengertian yang telah dihayatinya dengan baik.

Secara singkat, para guru mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan kemampuan intelektual murid dan penguasaan ilmu. Ia juga mempunyai tanggung jawab dan peran besar dalam menumbuh kembangkan akhlak agama anak didiknya, sehingga mereka menjadi anak-anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah. Sudah tentu para guru terlebih dahulu dituntut untuk memenuhi syarat-syarat sebagai orang yang benar-benar mengikuti ajaran islam, sehingga dapat menyampaikan fungsinya kepada anak didikdengan baik. Setiap guru tidak diperkenankan apriori dalam pembinaan akhlak muridnya dengan alasan bahwa dirinya bukan guru agama atau orang yang bertanggung jawab mengajarkan agama kepada murid-muridnya. Anggapan

semacam ini adalah keliru dan menyesatkan.

H. Abuddin Nata mengatakan seorang guru bila mendidik didasari dengan keikhlasan akan melaksanakan tugasnya secara

(57)

Pertama, selalu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan guna mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, seperti dalam hal penguasaan terhadap bahan pelajaran, pemilihan metode, penggunaan sumber dan media pengajaran.

Kedua, disiplin terhadap peraturan dan waktu. Dalam

keseluruhan hubungan sosial dan profesinya, seorang guru yang ikhlas dalam akan bertindak tepat dalam janji dan penyelesaian tugas- tugasnya.

Ketiga, penggunaan waktu luangnya akan dirahkan untuk

kepentingan profesionalnya. Guru yang ikhlas dalam keseluruhan waktunya akan digunakan serta efisien, baik dalam kaitannya tugas kegunaan maupun dalam pengembangan karimya, sehingga ia mencapai peningkatan.

Keempat, ketekunan dan keuletan dalam bekeija. Guru yang

ikhlas akan menyadari pentingnya ketekunan dan keuletan bekeija dalam pencapaian keberhasilan tugas-tugasnya.

Kelima, memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi. Hal ini

timbul dari kesadaran akan semakin banyaknya tuntutan dan tantangan pandidikan masa mendatang, sejalan dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

(58)

Guru sebagai tenaga professional perlu memahami dan melaksanakan kode etik guru serta menjadikannya pedoman di dalam melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa kasih sayang dan mengedepankan keteladanan. Karena di dalam kode etik keguruan memuat ketentuan-ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru itu sendiri. Apabila guru telah melakukan perbuatan asusila atau amoral berarti guru telah melanggar kode etik keguruan.

Dalam kenyataannya tidak sedikit guru yang melakukan pelanggaran administrasi maupun pelanggaran terhadap peraturan keguruan. Clarence A Webwer mengatakan ada beberapa pelanggaran yang sering dilakukan seorang guru diantaranya adalah:

a. Guru bekerja lebih keras mengejar keuntungan materi. Seperti jabatan, gaji, yang tinggi dan cuti sakit dari pada mutu pekerjaan

mereka sebagai guru.

b. Guru lebih menaruh perhatian kepada perolehan gelar sarjana sepaya mendapat gaji yang lebih tinggi daripada menjadi guru yang lebih baik.

c. Guru suka membicarakan guru lain mempercakapkan kekurangan mereka.

d. Guru lebih memperhatikan mata pelajaran daripada mengajar anak-anak.

(59)

Setidak-tidaknya pelanggaran-pelanggaran di atas tidak akan teijadi jika seorang guru menghayati profesi keguruannya, tanggung jawabnya, selalu berpedoman pada peraturan dan kode etik guru dan Slalu mengingat sumpahnya di depan umum saat diangkat menjadi pegawai pemerintah.

F. Hubungan Antara Status Guru Dengan Loyalitas Mengajar

Status negeri dan honorer merupakan atribut yang disandang oleh seorang pendidik, yang sebagai tugas pokonya adalah mengajar dan mendidik sebyek didiknya. Mengajar adalah tugas yang harus dipertanggung jawabkan dalam mengemban amanah dan kepercayaan masyarakat. Perbedaan status yang disandang oleh seorang guru bukanlah suatu pembeda dalam melaksanaku pembelajaran. Namun, loyalitas mengajarlah yang dapat diketahui dari hasil kinerjanya.

(60)

minim juga memepengaruhi kineija dan loyalitas dalam mengajar.

Dalam penelitiannya Saudari Siti Scholechah tentang "Pengaruh

Gaji Guru Honorer Terhadap Profesionalisme Mengajar", (Siti

(61)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAN I SALATIGA

1. Sejarah singkat berdirinya MAN I Salatiga

MAN SALATIGA terletak di jalan KH. Wahid Hasyim No. 12 Jetis, Salatiga . Sekolah yang berasal dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) pada tahun 1953. Pada tahun 1990 sekolah ini diangkat statusnya menjadi negeri berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 64 /1990 sehingga namanya berubah MAN SALATIGA.

Sekolah ini mempunyai areal tanah 2.882 m2. Bangunan fisik sekolah ini sedah modem berlantai 2 dengan luas total mencapai 5.113 m2, sekolah ini membuka jurusan Ilmu Alam (IA), Ilmu Sosial (IS) dan Bahasa. Selain menekankan ciri khas islam dengan pengajaran agama, sekolah ini juga dilengkapi dengan mata pelajaran tambahan berupa ketrampilan seperti Otomotif, Tata Busana dan Komputer.

Menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan sekolah umum, pihak manajemen MAN SALATIGA harus menciptakan program pendidikan dengan bertujuan meningkatkan pelayanan kepada pihak stake

holders. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, MAN SALATIGA

(62)

2. Gambaran guru dan karyawan

Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan haruslah terdapat dua unsur pokok dalam proses pembelajaran yaitu pendidik dan peserta didik. Adapun jumlah tenaga pengajar MAN Salatiga tahun 2008/2009 berjumlah 91 orang, dengan data sebagai berikut:

Guru No. Guru Mapel Yang Ada

N/S Kebutuhan Kurang

10 Kelemb./Bhs. Asing -12 3 t

11 Muatan Lokal 1 /5 8 3

12 BP 3 1 - 5 2

(63)

Jumlah guru yang berstatus guru Depag berjumlah 54 orang. Sementara guru berstatus Diknas hanya 1 orang yaitu mengajar pelajaran Muatan Lokal. Sehingga jumlah Guru Tetap sebanyak 55 orang dan ditambah dengan Guru Tidak Tetap sebanya 18 orang. Jumlah Total Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap sebanyak 73 orang. Adapun jumlah Pegawai Tetap sebanyak 4 orang dan Pegawai Tidak Tetap sebanyak 14 orang. Jumlah keseluruhan Pegawai 18 orang. Jadi jumlah total Guru dan Pegawai sebanyak 91 orang.

3. Gambaran siswa dan fasilitas sekolah a. Keadaan Siswa

Kelas Jml. Kls Jml. Siswa

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

X 6 211 88 123

XI 7 204 75 129

XII 7 222 111 111

JUMLAH 20 637 274 363

b. Keadaan Fasilitas Sekolah

Jenis

Sarana gedung dan tanah Jumlah Siswa

Jumlah Rombel Yg

Ada Kebutuhan

(64)

Belajar

Kantor /TU 1 1

Ruang Kepala 1 1

Ruang Guru 1 1

Perpustkaan 1 1

Lab. IPA/Bahasa 1 3

Aula - 1

Musholla 1 1

R. UKS 2 2

Ruang Ketrampilan

- 1

PERLENGKAPAN ALAT PELAJARAN

1. Bangku Murid :479 buah 27. IPA (ket. IPA) I buah

2. Kursi Murid :955 buah 28. IPS 1 buah 3. Meja /Kursi Kepala : 1 buah 29. Bahasa : buah

(65)

9. Papan Tulis 24 buah 35. Lambang Negara : 1 buah 10. Kursi Tamu 4 buah 36. Peta dinding 14 buah 11. Jam Dinding : 1 buah 37. Teks Pancasila : 2 buah 12. Lonceng : 1 buah 38. Teks Sumpah Pemuda : 2 buah 13. Sound Sistem 2 unit 39. Alat sebnam Arst : - buah 14. Radio Tape Recorder 1 buah 40. Buku-buku Pustaka : 12006 buah 15. Televisi : 3 buah 41. MarcingBand ; - buah 16. Pesawat Telepon 1 buah 42. Alat-alat pusik 2 unit

17. Mesin Tik Listrik : - buah 43. Alat-alat Olahraga : 2 set 18. Mesin tulis/ketik : 13 buah 44. Alat Ketrampilan :

19. Komputer 8 buah - Elektro - set 20. Mesin Hitung 3 buah - Otomotife - set 21. Msesin Stensil : 1 buah - Mesin Jahit 6 buah 22. Foto Copy : - buah

23. Tiang bendera 2 buah 24. Tiang Bendera kayu: - buah

(66)

4. Struktur Organisasi MAN 1 Salatiga

a. Komite Sekolah : Drs. H. M. Zulfa, M. Ag. b. Kepala Sekolah : Drs. H. Badruddin, M. Ag. c. Kepala Tata Usaha : Edi Pramono, S. Pd. d. Waka Kurikulum : Joko Susilo, S. Pd.

e. Waka Sarpras : Aris Handoyo Wibowo, S. Pd. f. Waka Humas : Drs. Mahsum Alwa'id, M. Ag.

g- Waka Kesiswaan : Drs. N asuh a h. Sie. Asrama : Drs. Seukarman

i. Sie. Kesra/ibsos : M. Sidiq Pumomo, S. Pd.

j- Koordinator BK : Drs. Afifudin k. GuruBK : Dra. Hartatik Sri W.

1. Sofiana Rosy idah, S. PSi.

m. Sie. Pengajaran : Drs. Kastomo n. Sie. Bina Prestasi : Drs. Fahrurrozi

0. Sie. Laborat : Drs. Sumiyarti

P Sie. Laborat : M. kholil, S. Pd.

Sie. Laborat Bahasa/computer. Ameliasari TK. SE. r. Wali Kelas

s. Sie. Perpustakaan : Dra. Fatonah t. Petugas Perpustakaan

u. Guru .Semua Guru

(67)

w. Sie. Pembina OSIS : Drs. Saefudin

x. Sie. Pembina Pramuka : Farhan Budi S., S. Pd. y. Sie. Pembina PMRAJKS

z. Sie. Ketertiban/PKS

: Hanifah, S. Pd.

aa. Sie. Koperasi : Drs. Saifudin bb. Bendahara UVHD : Drs. Joko Suparmo cc. Pembina Pdhr Komite : Dra. blurul Isnaini dd. UP dan pembuat gaji : M. Subkan

ee. Bendahara Barang ff. Tykery: Hamo A. Md.

: Kumaedi

gg. Administrasi Kesiswaan : Anggun Taruna hh. Pengelola Koperasi : Afiyati Baroroh ii. Bagian Sarpras : Fahrudin

(68)

BAB IV ANALISIS DATA

Setelah data dikumpulkan secara lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut. Pada tahap ini penulis akan membahas tetang serangkaian analisis terhadap data yang telah terkumpul

lewat penyebaran angket mengenai loyalitas guru dalam mengajar Loyalitas guru MAN 1 dalam mengajar adalah sebagai berikut ini:

Data nama responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Nama Jenis Kelamin Status

1 Ulvi Choirotun P PNS

2 Farhan Budi S, S. Pd L PNS

3 Trijaliyah P PNS

4 Nining Sri Rejeki P PNS

5 Sumiyarti P PNS

6 Sukarman, S. Pd L PNS

7 M. Kholil, S. Pd, M. Sc L PNS

8 Munjiyati P PNS

9 Dewi Ariyanti P HONORER

10 Sarinah, S. Pd P HONORER

11 Ani Indrijanti P HONORER

12 Wiwit Shilikhati, S. Pd P HONORER 13 Taslimatul Atsna F. S. Kom P HONORER

(69)

15 Wiwik Hapsari P HONORER

16 Dyah Nurul M. P HONORER

Data tersebut di atas adalah data guru yang tercatat sebagai pengajar di

MAN Salatiga tahun akademik 2008/2009 yang penulis dapatkan dari hasil observasi. Data tersebut penulis gunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. 1. Jawaban Angket

Variabel tentang loyalitas guru dalam mengajar. Data ini diperoleh dari hasil penyebaran angket yang beijumlah 20 pertanyaan. Dalam hal ini

penulis cantumkan data jawaban angket yang dapat dilihat pada tebel berikut:

No Resp.

NOMOR ITEM

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 B A B B A B B B B A B B B A A A B A A A

2 A A A A A B A A B A B A B A A B A A A A

3 A A A A B B B A B A B A A A A A A A A A

4 A A A A A B A A B A B B B A A A A A A A

5 A A A A A B B B C A B A A A A B B A A A

6 A A A A A B A B B A B A B A A A A A A A

7 A A A A A A B B B A B A B A A A A A A A

(70)

9 B B B B B B B B B A C B A C A A A A A A

10 C A B A A A A A B A B B B A A B A A A A

11 B B A A A A B A B A A A A A A A A A A A

12 C A A A A B A A B A A A A A A A A A A A

13 A A B A B A A A A A B A B B B B B A B A

14 A A A A A A A B B A A B B A A A B A A A

15 A B B A A B A A B A B A B A A B A A A A

16 B A A A A B B A A A B A A A A A A A A A

Penjelasan:

Pada urutan nomor satu hingga enambelas adalah menunjukkan banyaknya jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yang terdiri dari delapan guru PNS dan delapan guru Honorer. Sedangkan untuk nomor satu hingga dua puluh pada kotak nomor item adalah menunjukkan banyaknya jumlah pertanyaan dalam angket penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai tabel di atas adalah sebagai berikut:

1. Jawaban angket nomor satu adalah jawaban dari guru berstatus PNS yaitu

mendapatkan 9 jawaban A dan 11 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat rendah.

(71)

3. Jawaban angket nomor tiga adalah jawaban dari guru berstatus PNS yaitu mendapatkan 16 jawaban A dan 4 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat tinggi.

4. Jawaban angket nomor empat adalah jawaban dari guru berstatus PNS yaitu mendapatkan 16 jawaban A dan 4 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat tinggi.

5. Jawaban angket nomor lima adalah jawaban dari guru berstatus PNS yaitu mendapatkan 13 jawaban A, 6 jawaban B dan 1 jawaban C. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat sedang. 6. Jawaban angket nomor enam adalah jawaban dari guru berstatus PNS

yaitu mendapatkan 15 jawaban A dan 5 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat sedang.

7. Jawaban angket nomor tujuh adalah jawaban dari guru berstatus PNS yaitu mendapatkan 16 jawaban A dan 4 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat tinggi.

8. Jawaban angket nomor delapan adalah jawaban dari guru berstatus PNS yaitu mendapatkan 16 jawaban A dan 4 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat tinggi.

(72)

10. Jawaban angket nomor sepuluh adalah jawaban dari guru berstatus Honorer yaitu mendapatkan 13 jawaban A, 6 jawaban B dan 1 jawaban C.

Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat rendah.

11. Jawaban angket nomor sebelas adalah jawaban dari guru berstatus Honorer yaitu mendapatkan 16 jawaban A dan 4 jawaban B. Hal ini

menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat tinggi. 12. Jawaban angket nomor dua belas adalah jawaban dari guru berstatus

Honorer yaitu mendapatkan 17 jawaban A, 2 jawaban B dan 1 jawaban C. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat tinggi.

13. Jawaban angket nomor tiga belas adalah jawaban dari guru berstatus

Honorer yaitu mendapatkan 11 jawaban A dan 9 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat sedang. 14. Jawaban angket nomor empat belas adalah jawaban dari guru berstatus

Honorer yaitu mendapatkan 15 jawaban A dan 5 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat sedang. 15. Jawaban angket nomor lima belas adalah jawaban dari guru berstatus

Honorer yaitu mendapatkan 13 jawaban A dan 7 jawaban B. Hal ini menunjukkan tingkat loyalitas guru masuk dalam kategori tingkat rendah 16. Jawaban angket nomor enam belas adalah jawaban dari guru berstatus

Gambar

TABEL NILAI ANGKET LOYALITAS GURU DALAM
TABEL LOYALITAS MENGAJAR GURU PNS
Tabel tingkat loyalitas guru PNS dan honorer dalam mengajar
Tabel Persiapan

Referensi

Dokumen terkait

bagian dalam sistem distribusi, yaitu mulai dari gardu trafo sampai pada pemakai.. akhir

Pada tahap persiapan atau dalam istilah petani Jawa biasa disebut nyiapne weneh adalah terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan oleh petani Jawa

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi

hukum yang berjudul: PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DAN DAMPAKNYA DALAM HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT ADAT BALI PERANTAUAN DI DKI JAKARTA..

Menimbang,bahwa memperhatikan poin permohonan Pemohon dalam petitum dua agar dinyatakan nama sebagaimana seharusnya dalam kutipan akta Nikah Nomor 0180/80/V/1981

Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model – model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.Pengumpulan

Pengolahan data menggunakan structural equation modelling (SEM).Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). kepemimpinan tidak berpengaruh positif, signifikan dan langsung terhadap