• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP ETOS KERJA ISLAMI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
221
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

RIF’AH MUNAWAROH

NIM 11111047

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Bekerja Itu Ibadah, Berprestasi Itu Indah

(Tasmara, 2002:73)































“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan

sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah Swt, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapakku, Sutarna, dan ibuku, Durotul Basaroh, dengan segala perjuangan,

do‟a, keringat pengorbanan, kesabaran dan cinta kasih yang membentuk diriku

menjadi seorang perempuan yang tegar dalam mengarungi kehidupan yang

penuh liku. Semoga Allah Swt memberikan umur panjang, kesehatan, dan

kesakinahan dalam hubungan bapak dan ibu, serta semoga Allah Swt

memasukkan mereka ke dalam golongan penghuni surga.

2. Adikku, Riza Gunawan, yang selalu memberikan dukungan, perhatian, dan

pengertian, utamanya dalam proses pembuatan skripsi ini. Semoga Allah Swt

memberi kelancaran agar dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik,

tercapai apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting semoga Allah Swt

menjadikanmu anak saleh yang dapat meninggikan derajat keluarga.

3. Kekasihku, Slamet Setiawan, yang tak pernah henti memberikan motivasi,

semangat dan dukungan dalam mengarungi masa-masa sulit dalam hidupku,

serta tak pernah lelah menasehatiku agar menjadi seorang perempuan yang

lebih dewasa dan bijaksana. Semoga Allah Swt senantiasa menjagamu dan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Terucap syukur kepada Allah Swt Yang Maha Sempurna beserta Asmaul

HusnaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Srata Satu Pendidikan

Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak lupa sholawat serta

salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah saw.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi

dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak sehingga

skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan banyak

terima kasih atas segala nasehat, bimbingan, dukungan, dan bantuannya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.

4. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran terbaiknya

dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak M. Gufron, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

(9)

ix

6. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang

telah banyak memberikan hikmah dan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis

selama di bangku perkuliahan.

7. Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun materi serta dengan tulus dan ikhlas mengetuk pintu langit berdoa

untuk kelancaran dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

8. Keluarga Besar Biro Konsultasi Psikologi Tazkia khususnya Tim Majelis

Do‟a Mawar Allah yeng telah memberikan banyak pengalaman dan pelajaran

berharga bagi penulis.

9. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si., yang telah memotivasi penulis untuk selalu

optimis dalam meraih kesuksesan.

10.Para pustakawan di IAIN Salatiga, yang telah memberikan pelayanan dalam

menggali wacana selama proses perkuliahan, khususnya Mbak Fera dan

Mbak Devi yang telah mendukung kelancaran pencarian bahan pustaka

selama pembuatan skripsi penulis.

11.Saudara-saudaraku seperjuangan di KOPMA “FATAWA” IAIN Salatiga,

yang telah memberikan pengalaman dalam berorganisasi.

12.Sahabat-sahabatku, Evi Triyani, Rini Riftiyani, Nur Anisah, Ratih Siti Nur

Jannah, Yuli Hastuti, Ika Khusnul Fadhilah, Al Milatul Mizza yang telah

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Rekan-rekanku di kelas PAI B angkatan tahun 2011, kelompok KKL, kelompok

PPL, kelompok KKN yang telah memberikan banyak pengalaman berharga selama

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Munawaroh, Rif‟ah. 2015. Konsep Etos Kerja Islami dalam Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Kata Kunci: Etos Kerja Islami, Pendidikan Islam, Guru dan Siswa

Etos kerja Islami merupakan karakter berkenaan dengan kerja yang bukan hanya berorientasi pada materi tetapi lebih jauh bekerja merupakan ibadah. Etos kerja Islami sebagai karakter kerja memiliki pandangan utuh tentang dunia dan akhirat, materi dan non materi, serta jasmani dan rohani. Peneliti tertarik untuk mengkaji tentang etos kerja Islami dalam perspektif pendidikan Islam. Peneliti secara khusus mencari implikasi etos kerja Islami pada pendidikan Islam. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep etos kerja Islami?, (2) Bagaimana konsep etos kerja Islami dalam perspektif pendidikan Islam?, (3) Bagaimana implikasi etos kerja Islami terhadap guru dan siswa dalam pendidikan Islam?.

Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka (library research), yaitu meneliti tentang Konsep Etos Kerja Islami dan Konsep Pendidikan Islam dari berbagai literatur. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari sumber data primer yaitu data utama berupa buku-buku tentang etos kerja Islami dan pendidikan Islam dan sumber data sekunder yaitu data pendukung dari data primer yang berhubungan secara tidak langsung dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Metode analisis data dengan analisis deduktif, induktif, dan sintesis. Analisis deduktif memaparkan teori-teori secara umum kemudian ditarik sesuai permasalahan penelitian. Analisis induktif dengan membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan temuan-temuan dari pembahasan terhadap permasalahan dalam penelitian. Analisis sintesis dengan menggabungkan antarkonsep untuk ditemukan hubungan antarkomponen.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Kegunaan Penelitian ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Penegasan Istilah ... 13

(13)

xiii

BAB II KONSEP ETOS KERJA ISLAMI ... 17

A.Etos Kerja ... 17

1. Pengertian Etos Kerja ... 17

2. Sumber Etos Kerja ... 19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ... 24

4. Ciri-ciri Etos Kerja Tinggi ... 29

5. Ciri-ciri Etos Kerja Rendah ... 33

B. Etos Kerja Islami ... 34

1. Pengertian Etos Kerja Islami ... 34

2. Sumber Etos Kerja Islami ... 38

3. Prinsip-prinsip Etos Kerja Islami ... 44

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Islami .... 56

5. Pedoman Sikap Pekerja Beretos Kerja Islami ... 61

6. Karakteristik Etos Kerja Islami ... 65

BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ... 78

A.Pengertian Pendidikan Islam ... 78

B. Dasar Pendidikan Islam ... 84

1. Dasar Pandangan Terhadap Manusia ... 88

2. Dasar Pandangan Terhadap Masyarakat ... 89

3. Dasar Pandangan Terhadap Alam Semesta ... 89

4. Dasar Pandangan Terhadap Ilmu Pengetahuan ... 90

5. Dasar Pandangan Terhadap Akhlak ... 92

(14)

xiv

D.Karakteristik Pendidikan Islam ... 95

1. Karakteristik Filosofis ... 95

2. Karakteristik Substansi ... 97

3. Karakteristik Aplikatif ... 102

E. Domain Pendidikan Islam ... 105

1. Guru ... 105

2. Siswa ... 119

3. Materi Pendidikan Islam ... 124

4. Metode Pendidikan Islam ... 128

5. Alat dan Media Pedidikan Islam ... 135

6. Lembaga Pendidikan Islam ... ` 137

BAB IV PEMBAHASAN ... 141

A.Konsep Etos Kerja Islami ... 141

1. Perpaduan Berbagai Konsep dalam Etos Kerja Islami ... 141

2. Etos Kerja Islami Melahirkan Kerja yang Religius ... 149

B.Konsep Etos Kerja Islami dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 154

1. Etos Kerja Islami dalam Diri Insan Kamil ... 155

2. Etos Kerja Islami dalam Karakteristik Pendidikan Islam 160 3. Etos Kerja Islami dalam Diri Guru ... 166

(15)

xv

C.Implikasi Etos Kerja Islami dalam Pendidikan Islam ... 175

1. Etos Kerja Islami dalam Membentuk Guru Profesional dan Religius ... 176

2. Etos Kerja Islami dalam Membentuk Karakter Insan Kamil pada Siswa ... 181

BAB V PENUTUP ... 191

A.Kesimpulan ... 191

B. Saran ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 194

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 198

Lampiran 2 Nota Penunjukan Pembimbing ... 199

Lampiran 3 Jurnal Konsultasi Skripsi ... 200

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bekerja merupakan kewajiban bagi manusia dalam mengarungi

kehidupan di dunia. Setiap orang memiliki pandangan, sikap, kebiasaan yang

berbeda dalam bekerja. Pandangan, sikap, kebiasaan seseorang terhadap kerja

inilah yang dinamakan etos kerja (Buchori, 1994:6). Terbentuknya etos kerja

didorong atau dimotivasi oleh berbagai faktor. Dorongan kebutuhan dan

aktualisasi diri, nilai-nilai yang dianut, keyakinan atau ajaran agama tertentu

dapat berperan dalam proses terbentuknya etos kerja (Asifudin, 2004:30). Etos

kerja yang dimotivasi oleh ajaran agama, lebih khusus yaitu oleh nilai-nilai

ajaran Islam disebut sebagai etos kerja Islami.

Etos kerja Islami merupakan sebuah spirit yang harus mendarah daging

dalam diri pribadi muslim. Allah Swt tidak akan mengubah keadaan seseorang

atau suatu kaum apabila ia tidak berusaha mengubahnya sendiri, yaitu dengan

bekerja. Sebagaimana penjelasan firman Allah Swt dalam Surah Ar-Ra‟du ayat

11 berikut ini:

(18)

2

Etos kerja Islami berbeda dengan etos kerja secara umum. Etos kerja

secara umum melahirkan semangat kerja yang berorientasi untuk memperoleh

kepuasan duniawi, sedangkan etos kerja Islami bukan sekadar melahirkan

semangat kerja yang berorientasi pada materi atau kepuasan duniawi,

melainkan lebih jauh kerja sebagai ibadah yang tujuannya untuk memperoleh

ridho Allah Swt.

Tasmara (2002) mengemukakan bahwa etos kerja Islami dimotivasi

oleh semangat jihad dan tauhid. Semangat jihad mendorong seorang muslim

untuk bekerja dengan kesungguhan yang luar biasa. Sedangkan tauhid dalam

etos kerja seorang muslim menjadi daya pendorong agar terus berkreasi tanpa

merasa takut terhadap apapun kecuali Allah Swt. Iman yang menghujam dalam

dirinya tampak pada amal shalih yang memberikan rahmat bagi alam

sekitarnya (Tasmara, 2002:39). Etos kerja seorang muslim idealnya digerakkan

oleh dorongan iman dan semangat jihadnya, kemudian diolah dengan daya

nalar yang tajam (Tasmara, 2002:58).

Seorang yang beretos kerja Islami selalu kecanduan untuk beramal

shalih, suatu perbuatan disebut sebagai amal shalih apabila perbuatan itu

dilakukan dengan niat ibadah kepada Allah Swt (Sastrahidayat, 2009:12). Oleh

karena itu, Tasmara (2002:73-135) mengemukakan 25 ciri seorang yang

kecanduan beramal sholih sebagai karakteristik etos kerja Islami. Karakteristik

etos kerja Islami tersebut tampak pada perilakunya sehari-hari, seperti:

menghargai waktu, jujur, istiqomah, bertanggungjawab, memiliki semangat

(19)

3

produktivitas, senang bersilaturahmi, dan lain-lain. Luth (2001:39-40)

selanjutnya menjelaskan karakteristik seorang yang memiliki etos kerja Islami

yaitu ia bekerja semata-mata karena Allah Swt, bekerja keras, dan memiliki

cita-cita tinggi.

Etos kerja Islami menurut Asifudin (2004:96) merupakan salah satu

wujud pemahaman Islam kaffah, di antaranya yaitu menyeluruh dan seimbang

dalam mengerjakan ibadah mahdhah maupun ibadah dalam arti luas seperti

bekerja. Etos kerja Islami memberikan dorongan amat kuat agar kerja sebagai

ibadah disikapi dan diperlakukan sebagaimana ibadah-ibadah lainnya (ibadah

mahdhah) (Asifudin, 2004:57). Pemahaman tersebut membawa akibat

dipraktekkannya etos kerja Islami dalam seluruh dimensi aktivitas kehidupan,

baik aktivitas ubudiyah maupun keduniaan; baik aktivitas berkenaan dengan

hablumminallah maupun hablumminannas (Asifudin, 2004:52-53). Etos kerja

Islami yang melahirkan keyakinan bahwa bekerja sebagai ibadah, merupakan

penjabaran dari tujuan hidup manusia. Tujuan hidup manusia ialah

semata-mata untuk mengabdi kepada Allah Swt., sebagaimana dijelaskan dalam firman

Allah Swt Surah Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat:56).

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang selaras dengan tujuan

hidup manusia, yaitu menjadikan hamba Allah Swt yang paling taqwa

(20)

4

yang akan didapatkan oleh seorang muslim yang senantiasa beribadah kepada

Allah Swt. Ibadah yang dimaksud yaitu mengabdikan diri kepada Allah Swt

dalam berbagai aspek kehidupan agar memperoleh ridho-Nya (Faridi,

1982:79). Beribadah kepada Allah Swt dalam berbagai aspek kehidupan atau

disebut ibadah dalam arti luas merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai

pendidikan Islam, sebab pendidikan Islam menuntut keseimbangan dalam

aspek duniawi ukhrawi; jasmani rohani; individu dan kemaslahatan

masyarakat; ilmu agama dan ilmu duniawi, serta teori dan praktik (Hafidz dan

Kastolani, 2009:58-67). Ibadah harus dipahami secara komprehensif; tidak

hanya terbatas pada melakukan ritual-ritual agama secara pasif saja, melainkan

juga meliputi segala aspek kegiatan: iman, berfikir, merasa dan bekerja

(Achmadi, 1987:90).

Ibadah dalam arti luas merupakan sarana untuk melaksanakan misi

khalifatullah fil ardhi. Manusia sebagai khalifatullah fil ardhi dibekali dengan

potensi-potensi atau fitrah. Fitrah pada manusia tidak lain adalah sifat-sifat

Allah Swt yang ditiupkannya kepada manusia sebelum lahir (Langgulung,

2004:50). Sifat-sifat Allah itu disebut dalam Al-Qur‟an sebagai nama-nama

yang indah atau Asmaul Husna. Pengembangan sifat-sifat Allah

setinggi-tingginya sesuai kemampuan manusia merupakan cara untuk mengantarkan

manusia pada keberhasilan melaksanakan misi khalifatullah fil ardhi yang

mampu memakmurkan alam dan membawa rahmah bagi alam sekitarnya.

Tujuan tertinggi pendidikan Islam dari berbagai uraian di atas

(21)

5

manusia yang utuh jasmani, akal, dan rohani, berguna bagi dirinya dan

masyarakat serta gemar mengamalkan ajaran Islam dalam hubungannya

dengan Allah Swt dan sesama manusia serta dapat mengambil manfaat dari

alam untuk kepentingan hidup di dunia dan akhirat (Daradjat, 2011:29).

Konsep etos kerja Islami memiliki keselarasan dengan pendidikan

Islam. Keselarasan tersebut di antaranya dapat dilihat dari pandangan keduanya

yang komprehensif. Etos kerja Islami memandang kerja bukan sekadar untuk

memperoleh kepuasan duniawi, melainkan lebih jauh ialah untuk mendapatkan

ridho Allah Swt. Sejalan dengan pandangan tersebut, pendidikan Islam

memiliki pandangan yang menyeluruh dalam aspek duniawi ukhrawi; jasmani

rohani; individu dan kemaslahatan masyarakat; ilmu agama dan ilmu duniawi,

serta teori dan praktik.

Pandangan yang menyeluruh dalam pendidikan Islam dapat pula dilihat

dari substansi pendidikan Islam yang utuh, yaitu meliputi pendidikan

keimanan, pendidikan amal, pendidikan ilmiah, pendidikan akhlak, dan

pendidikan sosial. Substansi tersebut marupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dan membentuk pola hubungan sebagai berikut: iman adalah

pondasi akhlak yang mulia, akhlak yang mulia menjadi pondasi ilmu yang

benar, ilmu yang benar menjadi pondasi amal yang shalih (Aly dan Munzier,

2003:72-73). Pola hubungan yang demikian juga terdapat dalam konsep etos

kerja Islami. Etos kerja Islami bersumber dari keimanan kepada Allah Swt

sehingga berbuah pada keyakinan bahwa kerja adalah ibadah. Keyakinan

(22)

6

kesungguhan, semangat yang luar biasa, dan hasil yang optimal. Performa

kerja yang penuh kesungguhan ini dilandasi dengan etika yang mulia; sikap

yang berlandaskan nilai-nilai yang dikehendaki oleh Allah Swt, sebab

kesadaran bahwa bekerja merupakan wujud pengabdian kepada Allah Swt dan

merasa selalu dalam pengawasan-Nya. Seorang yang beretos kerja Islami

dalam bekerja juga berlandaskan pada ilmu, oleh karena itu membuahkan kerja

yang profesional.

Insan kamil sebagai manusia yang ingin diupayakan atau dihasilkan

oleh pendidikan Islam, merupakan sosok manusia yang memiliki karakteristik

etos kerja Islami. Insan kamil yaitu manusia yang utuh secara jasmani, akal,

dan rohani. Etos kerja Islami apabila dilihat dari karakteristiknya mampu

mengembangkan ketiga dimensi tersebut secara utuh. Dari segi jasmani, etos

kerja Islami melahirkan karakter manusia yang memperhatikan kesehatan,

karena dengan jasmani yang sehat maka akan membuahkan kerja yang optimal.

Selanjutnya, dari segi akal akan menumbuhkan karakter manusia yang rasional,

ilmiah, proaktif, kreatif, menguasai iptek, menggunakan perencanaan yang

baik, disiplin, dan profesional. Etos kerja Islami dari segi rohani akan

membentuk manusia yang bekerja dengan kejujuran dan akhlak yang mulia

atas dasar keyakinan bahwa kerja merupakan wujud pengabdian dirinya kepada

Allah Swt, kerja merupakan amanat dari Allah Swt yang dipikulkan padanya

serta ia selalu merasa dalam pengawasan Allah Swt.

Etos kerja Islami diperlukan dalam proses pendidikan Islam, hal ini di

(23)

7

Islam misalnya, di antaranya disyaratkan mempunyai kepribadian yang mulia,

seperti mandiri dan dewasa. Kepribadian yang mandiri dan dewasa tentunya

dimiliki oleh seorang yang menghayati etos kerja Islami dalam melaksanakan

setiap aktivitasnya. Seorang guru selanjutnya memiliki tugas selain mengajar

dan mendidik siswa, juga bertugas sebagai fasilitator, motivator, dan manager

atau pemimpin. Guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut hendaknya

didasarkan pada niat ikhlas karena Allah Swt, memiliki jiwa melayani, serta

memiliki karakter yang patut untuk diteladani siswa, seperti sabar, jujur,

disiplin, bertanggungjawab, percaya diri, konsisten, senang memperkaya

wawasan keilmuan, pandai mengelola waktu dan akhlak mulia yang lainnya.

Karakter seorang guru dalam perspektif pendidikan Islam seperti

dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya

selain harus profesional, juga harus berlandaskan keikhlasan semata-mata

untuk mengabdi kepada Allah Swt. Guru dengan karakter demikian tentu tidak

akan terlahir jika hanya mempraktikkan etos kerja secara umum yang

berorientasi materi saja, melainkan harus dengan mempraktikkan etos kerja

Islami.

Etos kerja Islami hendaknya juga dimiliki oleh siswa, sebab ia adalah

manusia yang akan diupayakan oleh pendidikan Islam agar menjadi insan

kamil. Etos kerja Islami seperti telah diuraikan di atas memiliki karakteristik

insan kamil, yaitu karakter yang utuh jasmani, akal, dan rohani. Etos kerja

Islami memiliki prinsip bahwa bekerja adalah ibadah, oleh karenanya dalam

(24)

8

ibadah. Apabila siswa mampu menempatkan belajar sebagai ibadah, maka ia

akan terdorong untuk menciptakan prestasi yang setinggi-tingginya. Belajar

yang diinsyafi sebagai ibadah bukan hanya akan membuahkan prestasi pada

siswa, tetapi lebih dari itu akan tumbuh karakter insan kamil dalam dirinya.

Siswa dengan karakter insan kamil tentunya membutuhkan peran guru yang

memiliki pandangan utuh dalam bekerja, yaitu guru yang mempraktikkan etos

kerja Islami.

Berdasarkan pada permasalahan tersebut, maka penulis berkeinginan

untuk menggali lebih dalam konsep etos kerja Islami kaitannya dengan

pendidikan Islam, sehingga judul yang penulis ambil dalam penelitian ini yaitu

“Konsep Etos Kerja Islami dalam Perspektif Pendidikan Islam”.

B.Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Konsep Etos

Kerja Islami dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Fokus masalah tersebut

dapat dirinci dalam sejumlah pertanyaan berikut:

1. Bagaimana konsep etos kerja Islami?

2. Bagaimana konsep etos kerja Islami dalam perspektif pendidikan Islam?

3. Bagaimana implikasi etos kerja Islami terhadap guru dan siswa dalam

pendidikan Islam?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(25)

9

2. Untuk mengetahui konsep etos kerja Islami dalam perspektif pendidikan

Islam.

3. Untuk mengetahui implikasi etos kerja Islami terhadap guru dan siswa

dalam pendidikan Islam.

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari hasil penelitian yang penulis harapkan

adalah:

1. Teoretik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi khasanah keilmuan pendidikan Islam, antara lain berupa

temuan keselarasan antara konsep etos kerja Islami dengan tujuan

pendidikan Islam yaitu untuk membentuk insan kamil.

2. Praktis

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi untuk

melaksanakan tugas secara profesional karena tumbuh kesadaran dalam

dirinya bahwa tugas yang dipikulnya merupakan amanat dari Allah Swt.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi untuk

belajar dengan giat, dan lebih jauh lagi timbul dalam dirinya sebuah

semangat untuk berprestasi karena semata-mata untuk beribadah kepada

Allah Swt.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah

wawasan untuk mengupayakan timbulnya etos kerja khususnya terhadap

(26)

10

d. Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini selain dapat mengembangkan

wawasan keilmuan juga sebagai motivasi agar lebih bersemangat dalam

beramal di dunia, utamanya dalam rangka membagi ilmu pengetahuan

kepada orang lain atas dasar ibadah kepada Allah Swt.

E.Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian ini didasari oleh beberapa hal pokok

agar dapat digunakan untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah yang

ada dalam penelitian ini, antara lain: jenis penelitian, sumber data, metode

pengumpulan data, dan metode analisis data.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka (library

research), yaitu menghimpun data dari berbagai literatur, tidak terbatas pada

buku-buku tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi,

majalah-majalah, koran-koran, dan lain-lain. Literatur-literatur tersebut di dalamnya

dapat ditemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip-prinsip, pendapat,

gagasan, dan lain sebagainya yang dapat dipergunakan untuk menganalisis

dan memecahkan masalah yang diselidiki (Nawawi, 1995:30). Dalam

penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meneliti literatur-literatur tentang etos kerja Islami dan pendidikan Islam

sebagai objek kajian utama penelitian.

b. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan berkaitan dengan ”Konsep

(27)

11

“Konsep Pendidikan Islam” dalam literatur-literatur tentang pendidikan

Islam.

c. Memaparkan berbagai teori tentang “Konsep Etos Kerja Islami” dan

“Konsep Pendidikan Islam”, kemudian ditarik kesimpulan dari beberapa

teori yang sesuai dengan pokok permasalahan dalam penelitian.

d. Menganalisis pokok permasalahan dengan cara menguraikan “Konsep

Etos Kerja Islami”, kemudian mencari perspektif “Pendidikan Islam”

terhadap “Konsep Etos Kerja Islami”, dan implikasi “Etos Kerja Islami

dalam Pendidikan Islam”, khususnya ditinjau dari domain guru dan

siswa.

e. Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan fokus masalah dalam

penelitian.

2. Sumber Data

Data-data yang terkait dengan penelitian ini dikumpulkan melalui

studi pustaka. Penulis dalam penelitian ini menggunakan 2 sumber data

yaitu sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji

sebagai bahan rujukan dalam penelitian. Data primer dalam penelitian ini

adalah buku-buku yang membahas etos kerja Islami dan pendidikan

(28)

12 b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data pendukung dari data primer.

Data sekunder diambil dari sumber-sumber yang lain, yaitu dengan cara

mengumpulkan data dari buku, internet, dan informasi lainya yang

berhubungan secara tidak langsung dengan permasalahan dalam

penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode

dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010:201). Penulis

dalam penelitian ini menggunakan benda-benda tertulis yaitu buku-buku

etos kerja Islami, pendidikan Islam dan buku-buku lainnya yang relevan

dengan permasalahan yang dibahas.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah:

a. Deduktif

Metode deduktif adalah metode berfikir yang berangkat dari

pengetahuan yang sifatnya umum, dan bertitik tolak dari yang umum itu

kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Hadi, 1981:42). Metode

deduktif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan berbagai teori

(29)

13

ditarik kesimpulan dari beberapa teori yang sesuai dengan pokok

permasalahan dalam penelitian.

b. Induktif

Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari

fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian ditarik

generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1981:42). Metode ini

digunakan untuk membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan

temuan-temuan dari pembahasan terhadap fokus masalah dalam

penelitian ini.

c. Sintesis

Sintesis yaitu metode untuk mencari kaitan antara satu kategori

dengan kategori lainnya, kemudian kaitan satu kategori dengan kategori

lainnya diberi nama/ label lagi (Moleong, 2009:289). Metode ini

digunakan untuk menganalisis mengenai konsep etos kerja Islami,

perspektif pendidikan Islam terhadap konsep etos kerja Islami, dan

implikasi etos kerja Islami terhadap guru dan siswa dalam pendidikan

Islam.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian, maka

penulis memberikan pengertian dan batasan penelitian ini, yaitu:

1. Etos Kerja Islami

Etos kerja adalah sikap terhadap kerja, pandangan terhadap kerja,

(30)

14

bekerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok atau suatu bangsa

(Buchori, 1994:6). Etos kerja menurut Asifudin (2004:27) adalah karakter

dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang terpancar dari sikap hidup

manusia yang mendasar terhadapnya. Etos kerja menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan

keyakinan seseorang atau suatu kelompok (Tim Penyusun Kamus Pusat

Bahasa, 2007:309-310).

Etos kerja Islami dapat didefinisikan sebagai sikap kepribadian yang

melahirkan keyakinan sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk

memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga

sebagai manivestasi dari amal sholih dan oleh karenanya mempunyai nilai

ibadah yang sangat luhur (Tasmara, 2002:27). Asifudin (2004:234)

menjabarkan etos kerja Islami sebagai karakter dan kebiasaan manusia

berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem keimanan atau aqidah Islam

yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. Etos kerja Islami

menurut Anoraga (2009:29) adalah suatu pandangan dan sikap bahwa kerja

bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi dan kepuasan lahiriah saja,

tetapi yang lebih hakiki kerja merupakan perintah Allah Swt sehingga di

sinilah sumber motivasi yang bisa membimbing dan memberi arahan

semangat pengabdian.

Etos kerja Islami menurut penulis dalam penelitian ini adalah

karakter dan kebiasaan berkaitan dengan kerja yang terpancar dari

(31)

15

lahiriah atau duniawi, tetapi yang lebih hakiki bekerja sebagai ibadah dalam

rangka memperoleh ridho Allah Swt.

2. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk mengembangkan fitrah

manusia dan sumber daya insani menuju terbentuknya insan kamil sesuai

dengan norma Islam (Achmadi, 1987:9). Pendidikan Islam menurut

Marimba (1989:23) adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim.

Tafsir (2008:32) menyimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin dalam

segala aspeknya.

Berdasarkan pada definisi di atas, maka pengertian pendidikan Islam

menurut penulis dalam penelitian ini adalah bimbingan untuk

mengembangkan fitrah manusia berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam menuju

terbentuknya kepribadian muslim dalam hubungannya dengan Allah Swt,

dengan sesama manusia, serta dengan alam sekitar.

G.Sistematika Penulisan

Penelitian ini berisi lima bab untuk membahas Konsep Etos Kerja Islami

dalam Perspektif Pendidikan Islam, sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, fokus

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode

(32)

16

BAB II KONSEP ETOS KERJA ISLAMI

Pada bab ini membahas tentang etos kerja dan etos kerja Islami.

Pembahasan mengenai etos kerja meliputi pengertian, sumber,

faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja, ciri-ciri etos kerja

tinggi dan etos kerja rendah. Selanjutnya pembahasan mengenai

etos kerja Islami meliputi pengertian, sumber, prinsip-prinsip etos

kerja Islami, faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja Islami,

pedoman sikap pekerja beretos kerja Islami, dan karakteristik etos

kerja Islami.

BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

Pada bab ini berisi tentang pengertian pendidikan Islam, dasar

pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, karakteristik

pendidikan Islam, dan domain pendidikan Islam.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang konsep etos kerja

Islami, konsep etos kerja Islami dalam perspektif pendidikan

Islam, dan implikasi etos kerja Islami terhadap guru dan siswa

dalam pendidikan Islam.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi beberapa kesimpulan

(33)

17

BAB II

KONSEP ETOS KERJA ISLAMI

A.Etos Kerja

1. Pengertian Etos Kerja

a. Pengertian Bahasa

Etos kerja secara etimologi berasal dari kata etos dan kerja. Kata

etos berasal dari kata dalam bahasa Yunani ethos yang artinya ialah ciri,

sifat, atau kebiasaan, adat istiadat atau juga kecenderungan moral,

pandangan hidup yang dimiliki seseorang, suatu kelompok atau suatu

bangsa (Buchori, 1994:6). Kata etos dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial

(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007:309). Etos dalam kamus

sosiologi memiliki arti nilai-nilai dan ide-ide dari suatu kebudayaan atau

karakter umum suatu kebudayaan (Soekanto, 1983:106). Arti kata etos

dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah watak dasar suatu

masyarakat, sedangkan perwujudan luarnya adalah struktur dan norma

sosial (Wiradi, 2004:218).

Kata kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya kegiatan

melakukan sesuatu; yang dilakukan atau sesuatu yang dilakukan untuk

mencari nafkah; mata pencaharian (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,

(34)

18

dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau non materi, intelektual

atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan

atau keakhiratan (Sofyan, 2010:76). Asifudin (2004:58) mengemukakan

arti kerja kepada tiga hal: Pertama, kerja merupakan aktivitas bertujuan

maka dengan sendirinya dilakukan secara sengaja; Kedua, pengertian

kerja dalam konteks ekonomi adalah penyelenggaraan proses produksi

maka merupakan upaya memperoleh hasil. Pengertian kerja di sini

mencakup pula konteks keagamaan, oleh karenanya pengertian hasil

dapat bersifat transenden dan non materil, di samping bersifat materil;

dan Ketiga, kerja itu mencakup kerja bersifat fisik dan non fisik atau

kerja batin. Kesimpulannya, kerja menurut Asifudin (2004:59) berarti

aktivitas bertujuan memperoleh hasil, mencakup kerja lahir dan batin.

Penjelasan mengenai kerja lahir dan batin ini secara lebih rinci adalah

sebagai berikut:

Kerja lahir merupakan aktivitas fisik, anggota badan, termasuk panca indera seperti melayani pembeli di toko, mencangkul di kebun, mengajar di sekolah, menjalankan sholat, dan mengawasi anak buah bekerja. Kerja batin, ada dua macam: pertama, kerja otak, seperti belajar, berpikir kreatif, memecahkan masalah, menganalisis, dan mengambil kesimpulan, kedua kerja qalb, seperti berusaha menguatkan kehendak mencapai cita-cita, berusaha mencintai pekerjaan dan ilmu pengetahuan, sabar dan tawakal dalam rangka menghasilkan sesuatu (Asifudin, 2004:59).

As‟ad (2003:47) sejalan dengan pengertian kerja menurut Asifudin

(2004) tersebut, mengemukakan bahwa kerja merupakan aktivitas

manusia baik fisik maupun mental yang pada dasarnya merupakan

(35)

19

b. Pengertian Istilah

Pengertian etos kerja secara terminologi dapat dilihat dari

beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Etos kerja menurut

Buchori (1994:6) adalah sikap terhadap kerja, pandangan terhadap kerja,

kebiasaan kerja, ciri-ciri tentang cara bekerja atau sifat-sifat mengenai

cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok atau suatu bangsa.

Buchori (1994:7) selanjutnya menjelaskan bahwa: “Etos kerja adalah

bagian dari tata nilai (value system)”. Etos kerja menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan

keyakinan seseorang atau suatu kelompok (Tim Penyusun Kamus Pusat

Bahasa, 2007:309-310). Asifudin (2004:27) mengemukakan bahwa etos

kerja merupakan karakter dan kebiasaan berkenaan dengan kerja yang

terpancar dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadapnya. Sikap

hidup mendasar ini terbentuk dari dorongan kebutuhan dan aktualisasi

diri, nilai-nilai yang dianut, serta keyakinan atau ajaran agama (Asifudin,

2004:30).

Etos kerja berdasarkan uraian di atas menurut penulis dapat

disimpulkan sebagai sikap, pandangan, karakter, kebiasaan berkenaan

dengan kerja, atau dapat juga diartikan sebagai semangat yang menjadi ciri

khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok dalam bekerja.

2. Sumber Etos Kerja

Sumber etos kerja menurut kesimpulan Siswanto (2012) berdasarkan

(36)

nilai-20

nilai religius, nilai-nilai budaya, serta ideologi masyarakat. Penjelasan

mengenai sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nilai-Nilai Religius

Sebagian analisis menguraikan bahwa sumber utama bagi etos

kerja yang baik adalah keyakinan religius, dan agaknya memang terdapat

hubungan yang signifikan antara ajaran-ajaran agama dengan etos kerja

suatu masyarakat. Tesis Weber mengungkapkan adanya pengaruh ajaran

agama, dalam hal ini sekte Protestant Calvinist di Eropa terhadap

kegiatan ekonomi para penganutnya, masalah perkembangan suatu

masyarakat dengan sikap mereka terhadap makna kerja. Doktrin-doktrin

dalam agama Protestant Calvinist menekankan kerja keras adalah suatu

keharusan bagi setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan; pekerjaan

sebagai suatu panggilan jiwa bagi manusia, sehingga kerja merupakan

kewajiban hidup yang sakral. Paradigma penting Weber adalah bahwa

masalah development dan underdevelopment dari suatu etnis atau suatu

bangsa adalah masalah dimiliki atau tidaknya etos kerja yang sesuai

dengan pembangunan. Semakin tinggi etos kerja yang dimanifestasikan

dalam kemampuan mereka untuk bekerja keras serta hidup hemat dan

sederhana, semakin besar kemungkinan mereka berhasil dalam

usaha-usaha pembangunan. Jika etnis atau bangsa memiliki etos kerja yang

rendah maka sebaliknya yang akan terjadi (Siswanto, 2012:228).

Penemuan Weber tersebut banyak mempengaruhi ahli-ahli ilmu

(37)

21

Bellah dalam penelitiannya tentang agama Tokugawa memperlihatkan

bagaimana dua jenis kegiatan religius (Budhisme dan Konfusianisme)

telah menguatkan nilai-nilai dasar tentang prestasi dan partikularisme.

Keduanya menjadikan hubungan-hubungan partikularistik dengan

bersifat sakral dan menitikberatkan pentingnya prestasi yang tinggi

dalam melaksanakan kewajiban sebagai syarat penyelamatan religius

(Siswanto, 2012:229).

Budhisme Zen, menurut Bellah sangat menghargai kegiatan

produktif. “Hari tanpa kerja berarti hari tanpa makan” merupakan aturan

pertama dalam kehidupan kuil Zen. Kerja adalah sesuatu yang suci

karena dipandang paling tidak sebagai sebagian dari upaya membalas

rahmat yang diterima. Hal yang paling utama di dalam hidup seseorang

adalah ketekunan dan loyalitas pada pekerjaan. Di samping itu terdapat

pula nilai-nilai sakral yang sangat dipegang dan dihormati oleh bangsa

Jepang yang terkandung dalam konsep girl (kewajiban), bungen (status),

na (kehormatan), dan jisel (semangat tentang waktu). Akar-akar budaya

ini telah membantu tercapainya sukses Jepang. Kini Jepang merupakan

bangsa non Barat yang telah mentransformasikan dirinya menjadi satu

bangsa industri modern. Sedangkan inti ajaran Konfusianisme yang berisi

keutamaan loyalitas, nasionalisme, kolektivisme sosial, dan kepentingan

akan teknologi, menjadi dasar hidup masyarakat di negara Hongkong,

(38)

22

dikenal sebagai The Four Small Dragon of Asia (Siswanto,

2012:229-230).

Ajaran yang merupakan dasar etos kerja bagi agama Hindu,

terkandung dalam dharma. Masyarakat Hindu punya kewajiban untuk

menaati hukum karmayoga, suatu norma yang menyatakan bahwa

bekerja sesuai dengan swadharma masing-masing merupakan inti dari

yadnya (ibadah) (Siswanto, 2012:231).

Agama Islam juga memiliki konsep-konsep yang merupakan

acuan bagi etos kerja. Agama Islam menggariskan syariah (hukum

sakral) sebagai sumber aturan dalam berperilaku beserta sumber panutan

yang mengajarkan kesetiaan dan ketekunan. Hal ini dipertegas oleh

penelitian dan tulisan yang disampaikan, antara lain oleh: Sobari dalam

Siswanto (2012:230) yang berkesimpulan bahwa keshalihan merupakan

sumber energi, pendorong gairah kerja. Ia bukan sekadar lahan subur

bagi tumbuhnya etos kerja, melainkan etos kerja itu sendiri. Muahimin

dalam Siswanto (2012:230) menyatakan bahwa norma dalam Islam

merupakan bagian dari sistem nilai yang mewajibkan manusia untuk

bekerja keras.

b. Nilai-Nilai Budaya

Etos kerja di samping berasal dari nilai-nilai religius, juga

bersumber dari nilai-nilai budaya. Koentjaraningrat dalam Siswanto

(2012:231) mengatakan, bahwa sistem nilai budaya atau cultural value

(39)

23

berpikir tertentu pada warga suatu masyarakat dan sebaliknya pola-pola

cara berpikir ini yang mempengaruhi tindakan-tindakan dan kelakuan

mereka, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal membuat

keputusan-keputusan yang penting dalam hidup. Artinya, sistem nilai

budaya dan sikap yang dimiliki mempengaruhi terhadap etos kerja setiap

individu sebagai anggota masyarakat maupun terhadap suatu masyarakat

sebagai suatu lembaga (Siswanto, 2012:231).

c. Ideologi Masyarakat

Etos kerja di samping berasal dari nilai religius dan nilai-nilai

budaya, juga bersumber dari ideologi yang dimiliki masyarakat.

Masyarakat Barat berhasil mengembangkan industri dengan sains sebagai

dasar utamanya karena cara berpikir mereka yang cenderung

merasionalisasikan persoalan. Masyarakat Jepang demikian pula, mereka

tidak ragu-ragu untuk belajar dan meniru dari orang lain sepanjang itu

bermanfaat dan tidak merugikan mereka.

Bangsa Indonesia juga sesungguhnya telah memiliki pijakan yang

kuat untuk membina etos kerja yang menunjang kemajuan. Bangsa

Indonesia di samping memiliki sikap hidup yang religius, juga

mempunyai Pancasila sebagai dasar-dasar nilai luhur yang tak pernah

kering. Pancasila sebagai etos kebudayaan nasional menegaskan, bahwa

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat meresapi serta menjiwai

kehidupan manusia Indonesia baik dalam bidang kelembagaannya

(40)

24

dalam Pancasila yaitu budi pekerti, gotong royong, dan keadilan

merupakan dasar etos kerja yang seharusnya dimiliki bangsa Indonesia.

Kini tinggal bagaimana bangsa Indonesia memanfaatkan

gagasan-gagasan etos kerja yang dilandasi nilai luhur dalam Pancasila tersebut ke

dalam gagasan-gagasan pembangunan. Pentingnya etos kerja yang tinggi

bagi keberhasilan pembangunan nasional tidak lagi dapat disangkal

(Siswanto, 2012:231-232).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai religius yang

bersumber dari agama, nilai-nilai kebudayaan, serta ideologi suatu bangsa

atau masyarakat mampu menjiwai karakter kerja dari suatu kelompok

masyarakat, bangsa maupun perseorangan, sehingga ketiganya menjadi

sumber bagi terbentuknya etos kerja.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Manusia adalah makhluk biologis, sosial, intelektual, dan spiritual

yang berjiwa dinamis. Oleh karena itu, manusia dalam hidupnya termasuk

dalam kehidupan kerjanya sering mengalami kesukaran untuk

membebaskan diri dari pengaruh faktor-faktor tertentu, baik yang bersifat

internal maupun eksternal. Faktor yang bersifat internal timbul dari faktor

psikis, misalnya: dorongan kebutuhan, frustasi, suka atau tidak suka,

persepsi, emosi, kemalasan, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang bersifat

eksternal datangnya dari luar, seperti: faktor fisik, lingkungan alam,

(41)

25

ekonomi, imbalan kerja, serta janji dan ancaman yang bersumber dari ajaran

agama (Asifudin, 2004:33).

Anoraga (2005) mengemukakan ketenangan dan kegairahan bekerja

seorang karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor kepribadian dan kehidupan emosional sendiri, termasuk dalam

faktor ini adalah kesesuaian tugas yang dipegangnya dengan kemampuan

dan minatnya;

b. Faktor luar, yang terdiri dari faktor job security, kemungkinan untuk

mendapat kemajuan, lingkungan kerja, relasi dengan teman sekerja, relasi

dengan pimpinan, dan gaji.

1) Job security, maksudnya pekerjaan yang dipegang merupakan

pekerjaan yang tetap, jadi bukan pekerjaan yang mudah

digeser-geser, diungkit, diganti, dan lain sebagainya. Adanya kemungkinan

akan dirumahkan, diberhentikan, digeser, merupakan faktor pertama

yang mengurangi ketenangan dan kegairahan kerja seorang

karyawan. Artinya karyawan tersebut dalam situasi yang demikian

akan hanya bekerja secara rutin saja, sekadar melakukan tugas

sehari-hari, sedangkan produktivitas, kreativitas, inisiatif sangat kurang

optimal, karena konsentrasi terbagi secara naluriah;

2) Kemungkinan/kesempatan untuk mendapat kemajuan;

3) Kondisi kerja yang menyenangkan. Suasana lingkungan kerja yang

harmonis, tidak tegang merupakan syarat bagi timbulnya gairah. Juga

(42)

26

4) Good working companion atau rekan sekerja yang baik. Hubungan

sosial yang ada di antara karyawan merupakan faktor yang cukup

penting untuk dapat menimbulkan kegairahan kerja. Adanya

ketegangan yang muncul dalam hubungan ini mudah sekali

menimbulkan akibat yang kurang baik bagi gairah kerja. Dalam hal

ini faktor kepribadian seringkali menonjol, yang merupakan faktor

yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi harmoni

dalam hubungan sosial antarkaryawan, demikian juga latar belakang

kebudayaan dan adat kebiasaan karyawan;

5) Hubungan dengan pimpinan atau faktor pimpinan yang baik.

Pimpinan yang baik ini akan menimbulkan rasa hormat dan

menghargai dari karyawan kepadanya. Dalam hal ini faktor

kepemimpinan merupakan faktor yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi hubungan baik antara pimpinan dengan

karyawan atau bawahan;

6) Kompensasi, gaji atau imbalan. Faktor ini walaupun pada umumnya

tidak menempati urutan-urutan paling atas, tetapi masih merupakan

faktor yang mudah mempengaruhi ketenangan dan kegairahan kerja

karyawan. Tingginya gaji atau imbalan merupakan sesuatu yang

relatif. Bagi seorang karyawan yang baru akan memasuki suatu

perusahaan, maka imbalan yang akan diterima pada umumnya

diperbandingkan dengan imbalan yang mungkin diterima dari

(43)

27

menggoyahkan gairah, tetapi menurut penelitian umumnya masih

bisa dipatahkan oleh faktor kemungkinan maju (Anoraga, 2005:85).

Lebih lanjut As‟ad (2003) menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah faktor psikologis, sosial, fisik, dan

finansial, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap

kerja, bakat, dan keterampilan;

b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi

sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya, maupun

karyawan yang berbeda jenis pekerjaan;

c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,

pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan

ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan

karyawan, umur, dan sebagainya;

d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan

serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji,

jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan,

promosi dan sebagainya (As‟ad, 2003:115-116).

Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja berdasarkan uraian di

atas menurut penulis dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor-faktor yang

(44)

28

Faktor-faktor yang mendorong maupun menghambat etos kerja dapat dibagi

menjadi faktor yang berasal dari dalam diri yang disebut faktor internal dan

faktor yang berasal dari luar yang disebut faktor eksternal.

a. Faktor yang mendorong etos kerja, yaitu hal-hal atau suatu kondisi yang

dapat mendorong semangat kerja seseorang atau suatu kelompok.

1) Faktor internal pendorong etos kerja, seperti: kondisi kesehatan yang

baik; usia produktif; memiliki kepribadian produktif; kesesuaian

antara tugas atau pekerjaan yang dihadapi dengan kemampuan atau

keterampilannya; terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan khususnya

kebutuhan akan rasa aman, afiliasi dan cinta, pengakuan dan

penghargaan, serta aktualisasi diri; kondisi emosi tertentu seperti

ketika sedang bahagia.

2) Faktor eksternal pendorong etos kerja, seperti: pemimpin yang mampu

memberi inspirasi dan menggugah semangat bawahannya; hubungan

dengan atasan dan dengan sesama teman kerja yang baik; adanya

kesempatan untuk maju atau mendapat promosi; gaji, tunjangan,

jaminan sosial yang sesuai; kondisi fisik lingkungan yang baik, seperti

perlengkapan kerja, pencahayaan, sirkulasi udara.

b. Faktor yang menghambat etos kerja, yaitu hal-hal atau kondisi yang

menghambat semangat kerja seseorang atau suatu kelompok.

1) Faktor internal penghambat etos kerja, seperti: kondisi kesehatan yang

buruk; memiliki kepribadian vested interest yaitu sikap penuh

(45)

29

rasa aman, afiliasi dan cinta, penghargaan dan pengakuan serta

aktualisasi diri yang tidak terpenuhi; kejenuhan dan kelelahan yang

dipaksakan.

2) Faktor eksternal penghambat etos kerja, seperti: pemimpin yang tidak

dapat mengorganisir sistem kerja dengan baik dan tidak mampu

menjadi teladan bagi bawahannya; hubungan dengan atasan dan

dengan sesama rekan kerja yang buruk; tidak ada kesempatan untuk

maju atau mendapat promosi; gaji, tunjangan, jaminan sosial yang

tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan; kondisi lingkungan

fisik, seperti penerangan dan sirkulasi udara yang buruk, fasilitas yang

tidak memadai, penataan ruang kerja yang buruk atau tidak tepat, dan

sebagainya.

4. Ciri-Ciri Etos Kerja Tinggi

Ciri-ciri orang yang beretos kerja tinggi menurut Asifudin (2004:38)

pada umumnya memiliki sifat-sifat berikut ini: (1) aktif dan suka bekerja

keras; (2) bersemangat dan hemat; (3) tekun dan profesional; (4) efisien dan

kreatif; (5) jujur, disiplin, dan bertanggungjawab; (6) mandiri; (7) rasional

serta mempunyai visi yang jauh ke depan; (8) percaya diri namun mampu

bekerjasama dengan orang lain; (9) sederhana, tabah dan ulet; (10) sehat

jasmani dan rohani.

Shalih (2009) menjelaskan bahwa karakter orang yang berhasil

(46)

30

a. Jujur, yaitu sikap menyampaikan apa adanya tanpa kepentingan untuk

menambah atau mengurangi, lurus hati, bersikap tidak curang, serta

menjauhkan diri dari segala bentuk kebohongan;

b. Berpandangan jauh ke depan, yaitu berpikir ke masa depan; mampu

memprediksi serta mampu merencanakan pencapaian masa depan;

c. Dapat memberi inspirasi, artinya ia mampu mendorong dan menjadi

sumber motivasi bagi munculnya sebuah pemikiran baru pada pihak lain;

d. Kompeten, yaitu kemampuan dan kecakapan diri yang unggul. Artinya ia

memiliki keinginan kuat untuk melakukan hal-hal yang dapat

meningkatkan kemampuan diri, bertekad untuk menguasainya, dan

bersedia mengembangkan segala kemampuan;

e. Adil, yaitu kemampuan seseorang untuk menempatkan sesuatu sesuai

dengan tempatnya, mampu bertindak secara profesional, serta mampu

memperlakukan seseorang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang

dimilikinya;

f. Mendukung, yaitu sikap suka mendorong, memotivasi, dan membantu

pencapaian ambisi, keinginan, dan tujuan orang lain dengan penuh itikad

baik dan membangun persahabatan demi kesuksesan bersama;

g. Berpandangan luas, yaitu kemampuan untuk berpikir, melihat, serta

menilai sesuatu secara menyeluruh dan utuh. Kemampuan tersebut

didukung dengan pertimbangan segala aspek dari berbagai sudut

pandang; baik buruk, benar salah, manfaat mudarat, halal haram, dan

(47)

31

h. Cerdas, artinya mampu berpikir dan bersikap strategis, jeli, visioner, serta

memiliki semangat tinggi dalam mewujudkan tujuan dan keberhasilan;

i. Terus terang, yaitu sikap terbuka dalam mengungkapkan pikiran dan

emosi. Tidak ada keraguan dalam mengungkapkan sikap yang dia yakini

benar, walaupun terasa pahit. Menjauhkan diri dari sikap menggerutu,

menilai sesuatu secara sembunyi-sembunyi, dan dari konflik dalam

bekerjasama dengan orang lain;

j. Berani, yaitu tidak takut terhadap resiko, berani bertanggungjawab, dan

bersedia menerima resiko;

k. Dapat diandalkan, yaitu konsistensi dalam mengapresiasikan kerja dan

kesetiaan dalam mengabdikan diri pada pekerjaan sehingga tumbuhlah

sikap kepercayaan orang lain terhadap dirinya;

l. Dapat bekerjasama, yaitu melakukan pekerjaan dalam sebuah

kebersamaan dengan orang lain secara sinergis, saling membantu, saling

menghormati, penuh kesadaran dan semangat demi kesuksesan bersama;

m.Kreatif, artinya dalam sepak terjangnya memiliki beragam variasi

sehingga tidak membosankan dan selalu memunculkan hal-hal baru;

n. Peduli pada orang lain, yaitu sikap perhatian kepada orang lain dan

memperlakukan mereka dengan rasa segan, hormat, serta menghargai;

o. Tegas, yaitu sikap seseorang yang dibangun atas dasar keyakinan dan

prinsip yang kuat sehingga tidak ragu-ragu dan tidak mudah goyah oleh

(48)

32

p. Matang, yaitu sikap dewasa, bijaksana, serta tenang dalam mengambil

keputusan dan menyikapi setiap permasalahan;

q. Berambisi, yaitu berkeinginan keras untuk mencapai sesuatu dengan

penuh semangat dan antusiasme. Orang yang berambisi memiliki rasa

percaya diri tinggi, dinamis, mau mengambil resiko, spontan, bersedia

untuk mengarahkan, mandiri, mempunyai lebih banyak ide

duibandingkan dengan jam kerjanya sendiri;

r. Loyal, yaitu sikap setia kepada seseorang, gagasan, atau pekerjaan. Sikap

ini terkadang disertai sikap berani berkorban untuk organisasi atau

kelompok di mana dia menjadi bagian di dalamnya. Seorang yang loyal

berkomitmen untuk memberikan yang terbaik;

s. Mampu mengendalikan diri, yaitu mampu mengelola emosinya dengan

baik dan dapat menahan untuk tidak menunjukkan emosinya secara

berlebihan;

t. Independen, yaitu sikap mandiri, bebas dari segala pengaruh, tidak

tergantung pada orang lain, dan penuh percaya diri (Shalih,

2009:165-178).

Ciri-ciri orang yang memiliki etos kerja tinggi berdasarkan uraian di

atas dapat disimpulkan yaitu: aktif dan suka bekerja keras; bersemangat dan

hemat; tekun dan profesional; mandiri dan independen; efisien dan kreatif;

jujur, disiplin, dan bertanggungjawab; loyal; rasional serta mempunyai visi

(49)

33

resiko; dapat bekerjasama dan peduli dengan orang lain, dapat memberi

inspirasi; adil; sederhana; tabah dan ulet; serta sehat jasmani dan rohani.

5. Ciri-Ciri Etos Kerja Rendah

Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang

rendah atau negatif, maka akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri;

b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia;

c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan;

d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan;

e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup (Mutaqin, 2010:15).

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat,

akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan

situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja

yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak, yang harus

ditumbuhkan dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka

pandangan dan sikap kepada manusia untuk menilai tinggi terhadap kerja

keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis sikap kerja yang

asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya.

Nitisemito dalam Mutaqin (2010:15) mengatakan bahwa indikasi turun atau

rendahnya semangat dan kegairahan kerja antara lain:

a. Turun atau rendahnya produktivitas;

(50)

34 c. Tingkat perputaran buruh yang tinggi;

d. Tingkat kerusuhan yang naik;

e. Kegelisahan dimana-mana;

f. Tuntutan yang sering terjadi; dan

g. Pemogokan.

Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri etos kerja yang rendah yaitu berupa pandangan-pandangan yang negatif

terhadap kerja, seperti: kerja dipandang sebagai beban, kerja merupakan

penghambat kesenangan, kerja dilakukan dengan terpaksa dan dihayati

hanya sebagai bentuk rutinitas. Etos kerja rendah juga dapat dilihat dari

indikasi-indikasi praktek di lapangan, seperti: rendahnya produktivitas,

kemangkiran naik, terjadi kerusuhanan dan kegelisahan dimana-mana,

tuntutan yang sering terjadi, dan pemogokan.

B.Etos Kerja Islami

1. Pengertian Etos Kerja Islami

a. Pengertian Etos Kerja dalam Bahasa Al-Qur’an

Etos kerja Islami dalam bahasa Al-Qur‟an termuat dalam istilah

amal shalih. Kata amal (

لوع

) biasa diterjemahkan “pekerjaan”. Kata ini

digunakan oleh Al-Qur‟an untuk menggambarkan perbuatan yang

dilakukan dengan sadar oleh manusia dan jin (Shihab, 1997:479).

Kemudian kata shalih (

حلاص

) terambil dari akar kata shaluha (

حلص

)

(51)

35

sebagai antonim kata fasid (

دساف

), yang berarti “rusak”. Dengan

demikian, kata shalih diartikan sebagai “tiadanya/terhentinya kerusakan

(Shihab, 1997:479).

Shalih juga diartikan sebagai “bermanfaat dan sesuai”. Amal

shalih adalah pekerjaan yang apabila dilakukan, maka suatu kerusakan

akan terhenti atau menjadi tiada; atau dapat juga diartikan sebagai suatu

pekerjaan yang dengan melakukannya diperoleh manfaat dan kesesuaian.

Seorang yang shalih adalah yang aktivitasnya mengakibatkan

terhindarnya mudarat, atau yang pekerjaannya memberikan manfaat

kepada pihak-pihak lain, dan atau pekerjaannya sesuai dengan

petunjuk-petunjuk Ilahi, akal sehat, dan adat istiadat yang baik (Shihab, 1997:480).

Kesimpulannya, etos kerja Islami yang secara bahasa Al-Qur‟an yaitu

amal shalih, merupakan karakter berkaitan dengan kerja dimana

pekerjaan itu harus dilakukan dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Ilahi,

akal sehat, dan adat istiadat yang baik, serta menghindari segala bentuk

kemudaratan.

Etos kerja Islami menurut Asifudin (2004) digali dan dirumuskan

berdasarkan konsep iman, ilmu dan amal shalih. Suatu kerja atau

perbuatan meskipun memberikan manfaat keduniaan bagi orang lain,

namun tanpa disertai iman pada pelakunya, kerja itu tidak akan

membuahkan pahala di akhirat. Allah Swt bila menyebut perkataan

ييذلا

(52)

36

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-„Asr: 1-3).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan. (Q.S. Yunus: 9).

Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan bahwa iman dan amal shalih

merupakan satu rangkaian yang berkaitan erat dan tidak terpisahkan.

Tidak ada amal shalih tanpa iman, dan iman akan menjadi mandul bila

tidak melahirkan amal shalih. Ilmu ternyata menjadi landasan sekaligus

jembatan yang harus ada bagi iman dan amal shalih. Ilmu adalah bagian

dari kewajiban yang bersifat keagamaan karena diwajibkan bagi setiap

muslim untuk mencarinya. Maka dengan kalimat yang lain, menurut

(53)

37

akhlak yang mulia menjadi pondasi ilmu yang benar, ilmu yang benar

menjadi pondasi amal yang shalih.

b. Pengertian Istilah

Etos kerja Islami dapat didefinisikan sebagai sikap kepribadian

yang melahirkan keyakinan sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan

saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya,

melainkan juga sebagai manifestasi dari amal shalih dan oleh karenanya

mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur (Tasmara, 2002:27). Asifudin

(2004:234) menjabarkan etos kerja Islami sebagai karakter dan kebiasaan

manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem keimanan atau

aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. Etos

kerja Islami menurut Anoraga (2009:29) adalah suatu pandangan dan

sikap bahwa kerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi dan

kepuasan lahiriah saja, tetapi yang lebih hakiki kerja merupakan perintah

Allah Swt sehingga di sinilah sumber motivasi yang bisa membimbing

dan memberi arahan semangat pengabdian.

Etos kerja Islami berdasarkan uraian mengenai pengertian secara

bahasa dan istilah di atas dapat disimpulkan sebagai karakter dan kebiasaan

berkaitan dengan kerja yang terpancar dari keyakinan bahwa bekerja itu

bukan sekadar untuk memperoleh kepuasan lahiriah atau duniawi, tetapi

yang lebih hakiki bekerja sebagai ibadah dalam rangka memperoleh ridho

(54)

38

2. Sumber Etos Kerja Islami

Etos kerja Islami merupakan karakter berkenaan dengan kerja yang

berorientasi bukan hanya sekadar pada hasil materi tetapi lebih dalam dari

itu bekerja merupakan ibadah dalam rangka meraih ridho Allah Swt. Ridho

Allah Swt merupakan tujuan tertinggi bagi seorang yang beretos kerja

Islami. Oleh karena itu, munculnya etos kerja Islami pada diri seseorang

bersumber dari keimanan kepada Allah Swt. Manusia yang beriman maka

akan meyakini dengan sepenuh hati dan melaksanakan apa yang

diperintahkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Perintah-perintah untuk

beramal atau bekerja beserta keutamaan-keutamaannya banyak dimuat

dalam Al-Qur‟an dan hadits. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang memuat tentang

perintah dan keutamaan bekerja di antaranya akan diuraikan di bawah ini:

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra‟du: 11).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa nasib atau keadaan manusia tidak

akan berubah menjadi lebih baik apabila mereka tidak mengubahnya dengan

tangan mereka sendiri, yaitu dengan bekerja untuk memperbaiki

kehidupannya sendiri, orang-orang di sekitarnya, maupun untuk

lingkungannya. Apa yang telah diusahakannya, maka itulah yang akan

didapatkannya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah An-Najm ayat

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan inti dilaksanakan selama + 45 menit, diawali dengan menyampaikan materi pelajaran, khususnya tentang batang dan fungsinya. Kemudian guru memerintahkan siswa

Hal ini tentu saja menjadikan Apotek Tridadi farma dituntut akan peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan sekarang ini menjadi lebih baik lagi, tidak hanya sekedar

Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data maka diperoleh data bahwa kemampuan menyimak pada anak masih dalam kriteria yang belum muncul dengan 15

Belum adanya data ilmiah tentang pengaruh penempatan domba di kendaraan dengan posisi berbaring dan berdiri selama transportasi, sehingga penelitian ini perlu

Saya memahami dan bersetuju bahawa mana-mana data peribadi yang dikumpul atau dimiliki oleh Etiqa General Insurance, sama ada terkandung dalam permohonan ini atau

Laporan Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang dengan

Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran penggunaan metode diskusiuntuk meningkatkan rasa tanggung jawab, prestasi belajar siswa,

Para dosen Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini dan yang telah membimbing penulis selama menempuh ilmu di Universitas