i
PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli
Madya Ekonomi Syariah ( A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh:
ERLI SUSANTI NIM : 20111023
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ii
PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli
Madya Ekonomi Syariah ( A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh:
ERLI SUSANTI NIM : 20111023
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii Kepada
Yth. Dekan FEBI IAIN Salatiga Di Tempat
Assalamu’aikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahkan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan, seperlunya, maka tugas akhir saudari:
Nama : Erli Susanti
NIM : 20111023
Jurusan : D III Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul : ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) DI KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH (KSPS) BMT RAMA SALATIGA
Dapat diajukan dalam sidang munaqasah. Demikian untuk menjadi periksa.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pembimbing
iv
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD BAI’BITSAMAN AJIL
(BBA) DI KSPS BMT RAMA SALATIGA
DISUSUN OLEH: ERLI SUSANTI NIM 201-11-023
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan D3 Perbankan Syai’ah, Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Salatiga, pada tanggal 4 September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh sebutan
A. Md. E. Sy ( Ahli Madya Ekonomi Syariah).
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Anton Bawono, M.Si _____________________ Sekretaris Penguji : Taufikur Rahman, M. Si _____________________ Pembimbing : Taufikur Rahman, M. Si _____________________
Penguji I : Mochlasin, M. Ag _____________________ Penguji II : Qi Mangku Bajatullah, Lc., M. Si _____________________
Salatiga, 28 Januari 2016 Ketua IAIN Salatiga
Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd.
v Nama : Erli Susanti
NIM : 20111023
Alamat : Dsn. Ngablak, Rt 03 Rw 07, Ds. Ngablak, Kel. Ngablak, Kec. Ngablak, Kab. Magelang Jawa Tengah
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan D III Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan judul ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN AKAD BAI’BITSAMAB AJIL (BBA) DI KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH (KSPS) RAMADANA SALATIGA adalah betul-betul hasil karya sendiri dan pendapat orang lain saya kutip dan ada refensi ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan tugas akhir dan gelar yang saya peroleh dari penulisan tugas akhir ini.
Salatiga, 2 Februari 2016 Yang membuat pernyataan
vi
MEMPERBAIKI ESOK HARI
DALAM KEHIDUPAN PASTI ADA RINTANGANNYA
TAPI PERCAYALAH BAHWA KITA BERUSAHA, BERDOA DAN TAWAKAL PASTI KITA AKAN MERAIH KESUKSESAN DI MASA
vii
Penelitian ini kupersembahkan untuk :
1.
Ayah, ibu tercinta, terima kasih untuk kasih sayang,
perhatian, doa, nasehat,materi terima kasih banyak.
2.
Suami tercinta (Arifin) yang selalu menemaniku dan
memberikan semangat, dukungan moril maupun materiil.
3.
Semua keluargaku terima kasih dukungan dan doanya.
4.
Nida Aqtiya Sabila si buah hati kecilku yang selalu
memberikan senyuman dan doanya terima kasih anakku
tercinta.
5.
Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah pemberika
pengarahan, ilmunya terima kasih banyak.
6.
Teman
–
teman seperjuangan DIII Perbankan Syariah
terima kasih atas suport dan motifasinya.
7.
Keluarga besar SSC IAIN Salatiga atas dukungan dan
doanya.
8.
KSPS BMT RAMADANA Salatiga yang membantu semua
demi kelancaran magang saya semenjak disana
terimakasih.
9.
Bapak Faqih Nabhan S.E.M.M. Ibu Ema Nursetiawati S.E.
M selaku Manajer KSPS BMTRAMADANA terimakasih
atas segalanya.
10.
Seluruh karyawan KSPS BMT RAMADANA Salatiga atas
bantuanya, dukungannya, penyemangat buat saya
viii Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya, sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir yang berjudul Analisis Prosedur Pembiayaan Akad Bai’ Bitsaman Ajil di Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT RAMA Salatiga ini telah disusun dengan sungguh-sungguh sehingga memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A. Md. E. Sy) di IAIN Salatiga. Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagi pihak sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Untuk itu peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Drs. H.Alfred L. M.Si. selaku Ketua Jurusan D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.
4. Bapak Taufikur Rahman, SE., M. Si. Selaku dosen pembimbing yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Karyawan dan karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan pelayanan dan bantuan adminitrasi.
ix
9. Ibu mertu dan semua keluarga yang memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti sehingga dapat selesai dengan baik.
10.Suami aku tercinta yang selalu memberikan seluruh tenaga, waktu, pemgorbanan, menemani peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
11.Si buah hati terlucu yang selalu mengobati rasa capek peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
12.Teman- teman D III Perbankan Syariah, SSC, semua teman yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini.
Peniliti sadar bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis memohon saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulis tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan. Amin ya rabbal’alamin.
Wassalamu’alaikumwr. Wrb
Salatiga, 2 Februari 2016
x
Akhir Program D III Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
BMT adalah kependekan dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroprasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan dengan menggunakan akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) adalah produk pembiayaan BMT yang diperuntukkan bagi perseorangan atau badan usaha yang bergerak di sektor UMKM. Dalam penelitian ini menyebutkan tentang analisis prosedur pembiayaan menggunakan akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA), serta menangani pembiayaan bermasalah atau kredit macet dengan memakai prinsip syariah yang ada.Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini data penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui keadaan objek atau keberadaan kebenaran melalui interaksi sosial, maka penulis dengan mudah mengetahui secara keseluruan aktifitas yang terjadi dalam maupun diluar kantor.Data dalam penelitian ini di dapatkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara, didokumentasi. Setelah semua peneliti lakukan dan dijadikan Tugas Akhir ini maka kemudian disimpulkan dan memberikan saran-saran.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan yang menggunakan akad Bai’ Bitsaman Ajil di BMT dapat digunakan untuk semua usaha yang dapat digunakan untuk semua usaha yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan dapat diperpanjang dengan menambah jangka waktu dapat pula menambah jaminan dan jangka waktu yang diinginkan oleh nasabah.
xi
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang masalah ... 1
B. Rumusan masalah ... 4
C. Tujuan dan kegunaan penelitian ... 5
D. Metode penelitian ... 6
E. Penegasan istilah ... 8
F. Sistematika penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 13
A. Sejarah berdirinya BMT ... 13
B. Pengertian pembiayaan ... 20
C. Jenis - jenis pembiayaan ... 24
xii
H. Hal yang tidak baik dalam pemberian pembiayaan ... 37
I. Petugas yang berkepentingan dalam pembiayaan bermasalah ... 39
J. Metode penyelamatan pembiayaan bermasalah ... 40
BAB III DESKRIPSI LAPORAN OBJEK ... 44
A. Sejarah berdirinya KSPS BMT RAMA Salatiga ... 44
B. Lokasi KSPS BMT RAMA Salatiga ... 46
C. Landasan pendirian KSPS BMT RAMA Salatiga ... 47
D. Visi misi dan tujuan KSPS BMT RAMA Salatiga ... 48
E. Struktur organisasi KSPS BMT RAMA Salatiga ... 49
F. Produk-produk KSPS BMT RAMA Salatiga ... 55
G. Manajemen dan sumber daya manusia ... 62
BAB IV ANALISIS DATA ... 64
A. Prosedur pembiayaan di KSPS BMT RAMA Salatiga ... 64
B. Inisiasi ... 65
C. Solisitasi ... 67
D. Analisis pembiayaan ... 68
E. Struktur organisasi ... 79
F. Penyusun usaha pembiayaan ... 80
G. Rapat komite pembiayaan ... 82
H. Prinsip pemberian persetujuan pembiayaan ... 84
I. Akad pembiayaan ... 84
xiii
BAB V PENUTUP ... 96 A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil) merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang paling sederhana. BMT direkayasa sebagai lembaga ekonomi rakyat kecil yang berperan sebagai lembaga sosial
sekaligus lembaga bisnis yang bersaing dipasar bebas (Ridwan, 2006:iv). BMT (Baitul Maal wa Tamwil) berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus
mentassyarufkan dana sosial, dan merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik suatu pengertian yang
menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal.
Sedangkan peran bisnis BMT terlihat pada definisi baitultamwil sebagai lembaga sosial. Baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) oleh karena itu baitul maal ini harus didorong
agar mampu berperan secara profesional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat infaq
dan sedekah. Namun demikian, bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada peraturan perbankan pada dipakai oleh BMT adalah koperasi, baik
Dengan demikian sangat mungkin dibentuk perundangan tersendiri mengingat, sistem operasional BMT tidak sama persis dengan
perkoperasian semisal LKM (Lembaga Keuangan Mikro) syariah dan lain-lain ( Ridwan, 2003:126).
Kegiatan utama dari BMT adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Penyaluran dana diberikan kepada masyarakat yang kekurangan modal.
Salah satunyabentuk penyaluran dana tersebut adalah pembiayaan. Agar pemberian pembiayaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
tujuan pinjaman, maka dibuatlah prosedur pembiayaan, kemudian merealisasikan dengan cara yang sangat mudah dan tidak berbelit-belit. Sebelum nasabah mengajukan permohonan pembiayaan, sebaiknya
nasabah mengetahui prosedur yang telah ditetapkan oleh BMT, agar nasabah mengetahui syarat pengajuan pembiayaan, cara mengajukan
pembiayaan, pengisian formulir, dan lain sebagainya yang menjadikan nasabah mudah dalam mengambil pembiayaan yang ada dalam BMT.
Terkait dengan pembiayaan, maka diperlukan strategi atau cara
agar masyarakat tertarik untuk mengambil pembiayaan di BMT, seperti halnya dengan lembaga keuangan lainnya. Dalam memberikan
pembiayaan, BMT mempunyai tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam pengajuan pembiayaan. Cara-cara dan prosedur yang diterapkan BMT dalam mengucurkan dana kepada nasabah sama dengan
dan prosedur-prosedur dalam pemberian pembiayaan yang disesuaikan pada aturan perbankan. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan sejumlah uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.
Adapun masalah yang sering dihadapi dalam suatu BMT Syariah
saat ini adalah ketika para nasabah tidak dapat mengembalikan atau membayar kewajibannya kepada BMT Syariah ketika para nasabah sudah
menerima pembiayaan dari lembaga keuangan tersebut. Sering kita jumpai dimasyarakat ada nasabah yang sengaja tidak mau membayar kewajiban pada BMT Syariah sehingga akan terjadi kemacetan dalam pembayaran
kewajiban, bahkan ada pula nasabah yang sebetulnya mempunyai kemampuan untuk membayar kewajibannya akan tetapi untuk sementara
waktu tidak mampu membayar kewajibannya tersebut dikarenakan ada kendala dalam usahanya. Hal tersebut dapat dikatakan pembiayaan bermasalah dikarenakan nasabah pembiayaan tidak mampu
mengembalikan dana yang dipinjam semula, baik disengaja ataupun tidak disengaja oleh nasabah, penyebab adanya pembiayaan bermasalah ada 2
faktor utama yaitu pihak perbankan dan pihak nasabah.
Produk pembiayaan yang ada di BMT adalah Ba’i Bitsaman Ajil (BBA), pembiayaan murābahah (MBA), pembiayaan musyārakah (MSA),
produk pembiayaan yang ada dalam BMT peneliti tertarik untuk meneliti produk BBA. BBA adalah produk yang paling banyak di minati oleh
nasabah khususnya para pengusaha UMKM ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah). Peneliti ingin mengetahui prosedur pembiayaan BBA yang
diberikan kepada pengusaha UMKM ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah), serta strategi penanganan pembiayaan bermasalah dan hambatan yang di hadapi BMT dalam memberikan pembiayaan BBA untuk meningkatkan
pemberdayaan UMKM ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah). Dari uraian diatas tersebut maka penulis mengambil judul. “ANALISIS PROSEDUR
PEMBIAYAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) Di Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT RAMADANA SALATIGA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang dikemukakan di atas maka pokok
permasalahan dalam penelitian yang penulis lakukan adalah:
1. Bagaimana prosedur pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil pada KSPS BMT RAMADANA SALATIGA?
2. Bagaimana strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Bai Bitsaman Ajil pada KSPS BMT RAMADANA
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil di KSPS BMT RAMADANA.
b. Untuk mengetahui strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil di KSPS BMT RAMADANA.
2. Kegunaan penelitian a. Bagi penulis
Menambah wawasan mengenai koperasi syariah khususnya prosedur pembiayaan yang ada di KSPS BMT RAMADANA SALATIGA serta strategi yang digunakan untuk menangani
permasalahan yang yang terjadi pada pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil pada KSPS BMT RAMADANA SALATIGA dan sebagai
salah satu syarat kelulusan. b. Bagi Pihak Lain
Hasil dari penyusunan Tugas Akhir penulis, semoga bermanfaat
dan membantu bagi semua pihak yang membaca untuk mengetahui prosedur pembiayaan serta strategi penanganan kredit macet pada
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mengetahui keadaan objek atau keberadaan
kebenaran melalui interaksi sosial, maka penulis dengan mudah mengetahui secara keseluruhan aktifitas yang terjadi didalam maupun diluar BMT.
Menurut (Sukmadinata,2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi
jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut
pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
2. Teknik Pengumpulan Data: a. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya
peristiwa sehingga observasi berada dalam objek yang diselidiki. b. Metode Interview
Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan sistem tanya
jawab (wawancara) dengan pimpinan, karyawan dan nasabah Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT RAMADANA
SALATIGA yang mengalami masalah dalam pembiayaannya. c. Metode Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi
dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan tentang sejumlah dokumen, namun yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap dokumen –
E. Penegasan Istilah
1. Analisis mempunyai beberapa arti para ahli berpendapat sebagai berikut:
Menurut McLeod (2007:88) analisis sistem adalah penelitian
terhadap suatu sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui. Menurut Mardi (2011:124) menjelaskan analisis sistem adalah proses kerja untuk menguji sistem informasi
yang sudah ada dengan lingkungannya sehingga diperoleh petunjuk berbagai kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan kemampuan sistem.
2. Prosedur mempunyai banyak arti para ahli berpendapat sebagai berikut:
Menurut Mulyadi (2001:5) Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen
atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Didalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur dimana
prosedur-prosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatnya jika terjadi perubahan maka salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi
prosedur-prosedur yang lain.
Menurut Baridwan (1990:3) Prosedur merupakan urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian
terhadap transaksi yang sering terjadi. Menurut Yogiyanto (1996:4) mendefinisikan Suatu prosedur adalah suatu urut-urutan kegiatan
klerikal ( tulis menulis ), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin
penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi. Menurut, Gerald dkk dalam Yogiyanto (1996:5) mendefinisikan Suatu prosedur adalah urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi
yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakannya, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Menurut Mulyadi (2001:3) menyebutkan formulir merupakan salah satu unsur sistem akuntansi. Formulir ini merupakan keluaran sistem lain yang menjadi masukan sistem akuntansi, sistem lain yang
menghasilkan formulir ini terdiri dari sub-sub sistem yang diberi nama prosedur.
3. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dan atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana (Muhammad,2006:7).
4. Bai Bitsaman Ajil (BBA)
Bai‘ Bitsaman Ajil (BBA) artinya pembelian barang dengan
pembayaran cicilan. Pembiayaan BBA adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal (investasi). Pembiayaan BBA mirip dengan kredit investasi
yang diberikan oleh bank-bank konvensional dan karenanya pembiayaan ini berjangka waktu diatas satu tahun (long run financing)
(Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio,1992:27). Bai‘ Bitsaman Ajil
adalah menjual dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar secara
kredit(Muhamad,2000:8).
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian,penegasan istilah, serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi Telaah Pustaka tentang pengertian pembiayaan, prosedur pemberian pembiayaan, penyebab
bermasalah, petugas yang berkepentingan dengan pembiayaan bermasalah, serta metode penanganan
Pembiayaan bermasalah yang kesemuanya diperoleh penulis dari Buku referensi.
BAB III : LAPORAN OBYEK
Dalam bab ini maka penulis akan mengisi tentang sejarah berdirinya
KSPS BMT RAMADANA SALATIGA, tujuan didirikannya KSPS BMT RAMADANA SALATIGA,
dasar pendirian susunan pengurus, pengawas, pengelola, laporan bidang usaha KSPS BMT RAMADANA SALATIGA, serta produk tabungan dan
produk-produk pembiayaan yang disediakan oleh KSPS BMT RAMADANA SALATIGA.
BAB IV : ANALISIS
Dalam bab ini berisi tentang analisis penulis berkaitan dengan prosedur pembiayaan akad BBA, pembiayaan
bermasalah, penyebab terjadinya pembiayan bermasalah dan bagaimana cara yang ditempuh untuk menangani dan
BAB V : KESIMPULAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Berdirinya BMT
Sesuatu yang revolusioner yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah pembentukan lembaga penyimpanan yang disebut Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Apa yang dilakukan oleh Rasulullah tersebut merupakan
proses penerimaan pendapat (revenue collection) dan pembelanjaan (expenditure) yang transparan dan bertujuan seperti apa yang sekarang
disebut dengan welfare oriented . Hal ini dirasakan asing pada masa itu, karena pajak yang dikumpulkan oleh penguasa di kerajaan-kerajaan tetangga di jazirah Arabia seperti Romawi dan Persia, dikumpulkan oleh
menteri dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan kaisar dan raja (Ridwan, 2003:56).
Dalam hal kebijakan moneter, sampai dengan masa pemerintahan Umar Ibn Khattab ra, boleh dikatakan pemerintahan Islam belum memiliki sejenis Bank Sentral dicetak oleh pemerintah Islam. Ketika itu dinar
Romawi dan Dirham Persia yang digunakan sebagai alat bayar. Barulah di masa pemerintahan Khalifah Ali ra, dicetak dinar Islam dalam bentuk
yang khas pemerintahan Islam. Namun karena keadaan politik saat itu mengakibatkan peredarannya sangat terbatas. Jadi dapat dikatakan bahwa
menjalankan fungsi kebijakan moneter dalam arti mengelola jumlah uang yang beredar (Mariyam, 2002:57).
Para ahli ekonomi Islam dan sarjana ekonomi Islam sendiri memiliki sedikit perbedaan dalam menafsirkan baitul mal ini. Sebagian
berpendapat, bahwa baitul mal itu semacam bank sentral yang ada pada saat ini. Tentunya dengan berbagai kesederhanaannya karena keterbatasan yang ada. Sebagian lagi berpendapat bahwa baitul mal itu semacam
menteri keuangan atau bendahara. Hal ini mengingat fungsinya untuk menyeimbangkan antara pendapatan dan belanja negara. Kalaupun
lembaga baitul mal yang menurut para orientasi bukan sesuatu yang baru, maka proses siklus dana masyarakat (zakat, infaq dan shodaqoh) yang dinamis dan berputar cepat merupakan preseden yang sama sekali baru
(Ridwan, 2003:56-57).
Baitul mal yang didirikan oleh Rasulullah SAW tidak mempunyai
bentuk yang formal sehingga memberikan fleksibilitas yang tinggi dan nyaris tanpa birokrasi. Keadaan ini bertahan sampai pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar ra, dimana dapat dikatakan tidak ada
perubahan yang signifikan dalam pengelolaan baitul mal. Baru pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab ra, sejalan dengan bertambah luasnya
wilayah pemerintahan Islam, volume dana yang dikelola dan keragaman kegiatan baitul mal juga bertambah besar dan bertambah kompleks. Keadaan ini mendorong khalifah untuk membuat sistem adminitrasi dan
Sejak jaman Rasulullah SAW baitul mal bukanlah sekedar lembaga sejenis BAZIS yang dikenal sekarang ini. Baitul mal merupakan
lembaga pengelola yang dikenal dalam ekonomi sekarang. Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh baitul mal dan secara tidak langsung
memberikan dampak pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi (Ridwan, 2003:59).
Masa Khalifah Umar bin Khaththab (13-23 H/634-644 M)
Selama memerintah, Umar bin Khaththab tetap memelihara Baitul Mal secara hati-hati, menerima pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai
dengan aturan syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah satu pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir (700-774 H/1300-1373 M), penulis sejarah dan mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam Baitul Mal, Umar berkata, “Tidak dihalalkan
bagiku dari harta milik Allah ini melainkan dua potong pakaian musim
panas dan sepotong pakaian musim dingin serta uang yang cukup untuk kehidupan sehari-hari seseorang di antara orang-orang Quraisy biasa, dan aku adalah seorang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.” (Dahlan,
1999).
Penjajahan yang terjadi di negara-negara Islam membawa
perubahan dalam sistem pemerintahan, politik dan ekonomi. Meskipun akhirnya banyak negara Islam yang berhasil mendapatkan kemerdekaannya, namun kenyataanya mereka hanya merdeka secara
bidang ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Sistem ekonomi pada umumnya tidak bisa lepas dari sistem politik. Penjajahan telah membentuk
watak negara Islam menjadi individualis dan sekuler, yang secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir dan bahan akidah dari para
pemimpinnnya. Warisan ekonomi penjajahan membawa masalah seperti pengangguran, inflasi serta terpisahnya agama dan ekonomi serta politik, yang mengakibatkan ketidakberhasilan dalam pembangunan ekonomi
(Ridwan, 2003:66).
Hal ini menimbulkan pemikiran di kalangan negara Islam, bahwa
perlu dicari terobosan baru sebagai solusi untuk mengatasi masalah ekonomi. Yang menarik adalah bahwa solusi tersebut dikembalikan dan dikaitkan dengan ideologi. Konsep ini berangkat dari kesadaran para
pemimpin negara Islam bahwa sistem ekonomi penjajah tidak dapat mengatasi masalah. Dalam masalah keuangan, ditemukan terminologi baru
bahwa sistem bunga yang ribawi yang dikenalkan oleh penjajah telah menghilangkan baitul mal dalam khasanah kenegaraan, maka kesadaran ini telah mengarahkan pada sistem keuangan yang bebas riba. Gerakan
lembaga keuangan yang bebas riba dengan sistem modern didirikan pada tahun 1969 oleh Abdul Hamid An Maghar di desa Mith Gramer, tepi
tahun kemudian lahirlah Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB).
Kelahiran IDB merupakan hasil serangkaian kajian yang mendalam dari pakar ekonomi dan keuangan juga dari para ahli hukum Islam. Negara
yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam menjadi motor penggerak berdirinya IDB. Mesirlah yang pertama kali mengusulkan berdirinya IDB. Pada sidang Menteri Luar Negeri negara anggota OKI di
Karachi Pakistan tahun 1970, Mesir mengusulkan perlunya pendirian Bank Islam Dunia. Usulan tersebut ditulis dalam bentuk proposal yang
berisi tentang studi pendirian Bank Islam Iternasional untuk perdagangan dan pembangunan serta pendirian Federasi Bank Islam (Ridwan, 2003:67). Tujuan utama IDB adalah untuk memupuk dan meningkatkan
perkembangan ekonomi dan sosial negara-nagara angota dan masyarakat muslim secara sandiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan
prinsip syariat islam. Fungsi utama bank ini berperan serta dalam modal usaha dan bantuan cuma-cuma untuk proyek produksi dan perusahaan disamping memberikan bantuan keuangan bagi negara-nagara anggota
dalam bentuk lain untuk ekonomi dan sosial (Manan, 1993:191).
Di Indonesia pada tahun 1990 mulai ada prakarsa mengenai Bank
Syariah, diawali adanya loka karya Bunga Bank dan perbankan yang diselengarakan pada tanggal 18-20 Agustus 1990 oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hasil loka karya tersebut dilanjutkan dan di bahas dalam
di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Hasil Munas membentuk Tim Perbangkan MUI yang bertugas mensosialisasikan rencana pendirian Bank Syariah di
Indonesia. Selanjutnya pada 1 Nopember 1991, tim ini berhasil mendirikan Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mulai beroperasi sejak
september 1992. Pada awalnya kehadiran BMI belum mendapat perhatian pemerintah maupun industri perbankan. Namun dalam perkembangannya, ketika BMI dapat tetap eksis ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997,
telah mengilhami pemerintah untuk memberikan perhatian dan mengatur secara luas dalam undang-undang, serta memacu segera berdirinya
bank-bank syariah lain baik dalam bentuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maupun Windows Syariah untuk bank umum (Ridwan,2003:71-72).
Kehadiran BMI pada awalnya di harapkan mampu untuk membangun kembali sistem keuangan yang dapat menyentuh kalangan
bawah (graas rooth). Akan tetapi pada prakteknya terhambat, karena BMI sebagai bank umum terikat dengan prosedur perbankan yang telah dibakukan oleh undang-undang. Sehingga akhirnya dibentuklah Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat bawah. Namun dalam
realitasnya, sistem bisnis BPRS terjebak pada pemusatan kekayaan hanya segelintir orang, yakni para pemilik modal. Sehingga komitmen untuk membantu derajat kehidupan masyarakat bawah mendapat kendala baik
bank umum maupun BPRS sama, begitu juga dari segi sisi teknis (Ridwan,2003:72).
Dari persoalan di atas, mendorong munculnya Lembaga Keuangan Syariah alternatif. Yakni sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi
bisnis tetapi juga sosial. Juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan kekayaan pada sebagian orang pemilik modal (pendiri) dengan penghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannya
terdistribusi secara merata dan adil. Lembaga yang dari kesadaran umat dan ditakdirkan untuk menolong kaum mayoritas, yakni pengusaha kecil
mikro. Lembaga yang tidak terjebak pada permainan bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk mencapai kemakmuran bersama. Lembaga yang tidak terjebak pada pikiran
pragmatis tetapi memiliki konsep idealis yang istiqomah. Lembaga tersebut adalah Baitul Mal Wa Tanwil (BMT) (Ridwan,2003:73).
BMT adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Atau balai usaha mandiri
terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada
sektor keuangan yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan, yakni menghimpun dana anggota dan calon anggota (nasabah) serta
menyalurkan pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan. Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh
lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan (Ridwan,2003:126). BMT telah mampu menarik
minat mereka yang berpendidikan. Dengan mengetahui fungsi baitul mal di jaman awal islam, maka sebenarnya mereka yang telah terlibat dalam BMT diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
lembaga baitul mal. Menempatkan dominasi peran BMT sebagai lembaga keuangan syariah dan atau sebagai lembaga ekonomi sektor riil, dapat
menjadi suatu ijtihad umat sebagai reaksi terhadap berbagai persoalan ekonomi, terutama marjin alisasi peran ekonomi umat di Indonesia.
B. Pengertian Pembiayaan
Aktifitas yang dalam manajemen dana BMT adalah pelemparan dana atau pembiayaan yang sering juga disebut dengan lending financing.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah :“Penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamaakan
dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil.”
Sedangkan menurut PP No. 9 tahun 1995, tentang pelaksanaan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah :“penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan.”
Sebagai upaya memperoleh pendapatan yang semaksimal mungkin, aktifitas BMT, juga menganut asas syari’ah, yakni dapat berupa bagi hasil,
keuntungan maupun jasa manajemen. Upaya ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan likuiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur.
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering di artikan memperoleh barang dengan cara membayar dengan cicilan atau angsuran dikemudian
hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dialakukan dikemudian hari dengan cara mengangsur sesuai perjanjian. Kredit dapat berbentuk barang atau bertentuk uang. Kredit dalam bentuk uang lebih
disamping dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan pinsip konvensional adalah istilah pembiayaan yang digunakan oleh bank
berdasakan prinsip syariah (Ridwan, 2004:163). Ada beberapa pengertian pembiayaan akan tetapi penulis hanya menyampaikan sebagian pengertian
pembiayaan tersebut yang diantaranya adalah:
1. Menurut Leud dalam Julius (1994:44) adalah reputasi pribadi seseorang yang menyebabkan dia dapat membeli uang atau barang
atau tenaga kerja dengan memberi suatu janji pada suatu waktu dikemudian hari (Julius, 1994:44).
2. Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana
(Muhammad, 2001:10).
3. Menurut UU No. 7 tahun 1992 pembiayaan adalah penyediaan uang
atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak dengan jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit atau
pembiayaan dapat berwujud uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang, misalnya nasabah menginginkan bank memberikan pembiayaan untuk membeli sepeda motor. Kemudian terjadi perjanjian
(mudharib). Di dalam perjanjian pembiayaan mencakup hak dan kewajiban masing-masing berserta jangka waktu pembiayaan dan bagi
hasilnya.
Sedangkan prosedur pembiayaan adalah sesuatu gambaran sifat atau
metode untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan. Perbedaannya dengan program adalah program menyatakan apa yang harus dikerjakan, sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya.
Persetujuan pembiayaan kepada setiap nasabah harus dilakukan melalui penilaian yang objektif terhadap berbagai aspek yang berhubungan
dengan objek pembiayaan, sehingga memberikan keyakinan kepada semua pihak yang terkait, bahwa nasabah dapat memenuhi segala kewajibannya sesuai dengan persyaratan dan jangka waktu yang disepakati. Apabila
terjadi sesuatu hal yang kemudian menyebabkan ketidakmampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya, maka bank benar-benar telah menguasai
jaminan sebagai jalan keluarnya.
Persetujuan pembiayaan hanya dilakukan oleh pejabat yang mempunyai wewenang untuk memutuskan pembiayaan. Keputusan
pembiayaan harus didasarkan atas penilaian terhadap seluruh pembiayaan yang sedang dan akan diakadi pemohon secara bersama. Kemampuan
pemohon terhadap pembiayaan yang diajukan dipengaruhi oleh kualitas perusahaan atau perusahaan yang dijalankan dan karakter pemohon yang terkait dengan pemohon yang sedang dan akan menikmati fasilitas
memberi persetujuan pembiayaan harus dinyatakan secara tertulis dalam keputusan direksi.
Pengertian pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan lembaga keuangan syariah atau BMT kepada masyarakat yang
membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh lembaga tersebut dan masyarakat yang surplus dana (Muhammad, 2001:10). Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan pinjaman berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembiayaan imbalan (Widianto, 2002:62).
Dari definisi tersebut bisa disimpulkan pembiayaan mencakup dua
pihak yaitu pemberi dana dan penerima dana yang mengadakan kesepakatan yaitu pihak satu (BMT) menyediakan dana dan pihak dua
(penerima) mengelola dana untuk digunakan baik untuk suatu usaha ataupun untuk pembelian barang.
C. Jenis-Jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan dibagi menjadi tiga macam yaitu 1. Pembiayaan dilihat dari tujuannya
a. Pembiayaan Produktif
meningkatkan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi (Antonio, 2003:160).
b. Pembiayaan konsumtif
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk kebutuhan sendiri (Antonio, 2003:160).
2. Pembiayaan dilihat dari pengunaanya
a. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan untuk kebutuhan
seseorang dalam meningkatkan produksi baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun kualitatif yaitu meningkatkan kualitas mutu dan hasil produksi, untuk keperluan perdagangan
atau meningkatkan utility of place dari suatu barang (Antonio,2003:160).
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal ( Capital Goods) serta
fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya (Antonio,2003:161). 3. Pembiayaan di lihat dari akadnya
a. Mudharabah
Mudharabah merupakan akad kerja sama antara kedua belah pihak dimana shahibul maal sebagai pihak pertama dan menyediakan
merupakan pihak yang menjalankan usaha. Keuntungannya yang ada dari hasil usaha tersebut dibagi berdasarkan proporsi
masing-masing pihak sesuai kesepakatan bersama. b. Musyarakah
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, dalam suatu usaha tertentu dimana masing-masing memberikan kontribusi dana berdasarkan atas kesepakatan
bersama. Pembagian keuntungan yang ada berdasarkan atas proporsi masing-masing pihak sesuai kesepakatan.
c. Murabahah
Murabahah merupakan akad penyediaan barang modal
berdasarkan sistem jual beli, dimana bank memberikan keuntungan
investasi nasabah dan menjualnya kembali ke nasabah dengan mengambil keuntungan tetentu yang ditetapkan (Profit Margin)
sesuai dengan yang telah disepakati. d. Al-Qardhul Hasan
Al-Qardhul Hasan merupakan pinjaman lunak yang diberikan atas
dasar kewajiban sosial semata dimana si peminjam tidak dituntut mengembalikan apapun kecuali modal peminjam ( Muhammad,
2001:41).
e. Bai’ Bitsaman Ajil (BBA)
Merupakan pembiayaan untuk pembelian barang atau alat usaha.
anggota atau calon anggota bersedia membeli barang yang dibeli oleh BMT dengan harga jual berasal dari harga pokok ditambah
margin keuntungan (mark up). Pengembalian pembiayaan dilakukan secara angsuran, bisa harian, mingguan atau bulanan.
f. Pembiayaan Ijarah
Merupakan pembiayaan yang diberikan kepada anggota atau calon anggota untuk menyewa suatu barang atau tempat usaha. Cara
melunasinya bisa secara angsuran atau pada saat jatuh tempo.
D. Unsur-unsur Pembiayaan
Menurut (Kasmir, 2004:74-76)unsur-unsur dalam pemberian pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan bahwa yang diberikan
baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar kembali kemasa yang akan datang.
2. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu BMT dan nasabah.
3. Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu itu merupakan masa pengembalian pembiayaan yang
4. Resiko
Yaitu resiko tidak tertagihnya suatu pembiayaan yang sebabkan
nasabah sengaja maupun tidak dan resiko ini menjadi tanggungan BMT.
5. Balas Jasa
Yaitu keuntungan yang diperoleh BMT atas pemberian suatu pembiayaan dikenal dengan bagi hasil. Balasan jasa dalam bentuk bagi
hasil, biaya legalitas dan serta biaya administrasi pembiayaan ini merupakan keuntungan utama BMT (Kasmir, 2004:74-76).
E. Prisip-prinsip Pemberian Pembiayaan
Prinsip pemberian pembiayaan meliputi lima hal yang disebut
dengan analisis 5C kredit yaitu: (Kasmir, 2008:117-118). 1. Character
Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini adalah calon debitur. Hal ini dilakukan agar BMT yakin bahwa orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar orang yang dapat dipercaya.
2. Capacity
Untuk melihat kemampuan nasabah dalam membayar kewajiban yang
3. Capital
Mengetahui sumber pembiayaan yang dimiliki oleh nasabah karena
biasanya BMT tidak bersedia memberikan pembiayaan untuk membiayai suatu usaha 100%.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan oleh nasabah baik berupa fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan
yang diberikan jaminan juga harus diteliti keabsahnya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat
dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan sebagai pelindung BMT dari resiko kerugian.
5. Condition
Yaitu kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang, hal ini sehubungan dengan prospek usaha dari nasabah.
Selain 5C juga terdapat penilaian dengan 7P pembiayaan meliputi: (Kasmir, 2008:119-120).
1. Personalities
Mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party
dan akan mendapatkan fasilitas pembiayaan yang berbeda pula dari BMT.
3. Purpose
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,
termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk produktif atau untuk tujuan perdagangan.
4. Prospect
Untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana
pengembalian pembiayaan diperoleh. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
6. Profitabilitis
Menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam memperoleh
laba. 7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga pembiayaan yang dikucurkan
F. Prosedur Pemberian Pembiayaan
Sebelum nasabah memperoleh pembiayaan terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan penilaian dari pengajuan proposal pinjaman dan
dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis pembiayaan sampai dengan pembiayaan tersebut dicairkan. Tahapan-tahapan dalam pemberian pembiayaan ini dikenal dengan nama
prosedur pemberian pembiayaan. Tujuan prosedur pemberian pembiayaan adalah untuk memastikan kelayakan suatu pinjaman, diterima atau ditolak.
Dalam menentukan kelayakan suatu pembiayaan maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penelitian yang mendalam, apabila dalam penilaian mungkin ada kekurangan maka pihak bank dapat meminta kembali ke
nasabah langsung ditolak.
Prosedur pemberian dan penilaian pembiayaan oleh dunia
perbankan secara umum antar BMT yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda.(Mulyadi,2001:3) Prosedur pemberian pembiayaan antara lain:
1. Pengajuan Proposal
Untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari suatu lembaga keuangan
misalkan seperti BMT maka tahap yang pertama pemohon pinjaman mengajukan permohonan pembiayaan secara tertulis dalam suatu proposal. Proposal pinjaman harus dilampiri dengan
setiap pengajuan proposal suatu pinjaman hendaknya yang berisi keterangan tentang:
a. Riwayat hidup pemohon
b. Tujuan pengambilan pinjaman dalam hal ini harus jelas, apakah
untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi.
c. Besarnya pinjaman dan jangka waktu
d. Cara pemohon mengembalikan pinjaman, maksudnya dijelaskan secara detail nasabah.
e. Jaminan pinjaman
Jaminan pinjaman yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat. Penilaian jaminan pinjaman haruslah teliti jangan sampai
terjadi sengketa, palsu dan sebagainya, besarnya setiap jaminan peminjam diikat dengan suatu asuransi tertentu.
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman
Tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan peminjam. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam penyelidikan berkas hal-hal yang perlu
3. Penilaian Kelayakan Pembiayaan
Dalam penilaian layak atau tidak suatu pinjaman disalurkan
maka perlu dilakukan suatu penilaian pinjaman. Penilaian kelayakan suatu pinjaman dapat dilakukan dengan menggunakan 5C dan 7P
namun untuk peminjam yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan.
Adapun aspek-aspek yang perlu dinilai dalam pemberian suatu
fasilitas pinjaman adalah:
1. Aspek hukum, Penilaian aspek hukum meliputi:
a) Akte Notaris
b) Kartu Tanda Penduduk (KTP) c) Izin Usaha
d) Izin Mendirikan Bangunan
e) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
f) Sertifikat yang dimiliki
g) Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)
2. Aspek pasar dan pemasaran, dalam aspek ini yang akan dinilai
adalah prospek usaha sekarang dan di masa yang akan datang 3. Aspek Keuangan
4. Aspek Teknis Koperasi
Dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah lokasi usaha kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki, termasuk letak
5. Aspek Manajemen 6. Aspek AMDAL
7. Aspek Ekonomi Sosial, untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi masyarakat luas.
4. Wawancara Pertama
Tahap ini merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan cara berhadapan langsung dengan calon peminjam, tujuannya adalah
untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti BMT inginkan.
5. Peninjauan ke Lokasi
Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dan hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah
melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi obyek peminjam. Tujuan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa obyek
yang akan dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal.
6. Wawancara Kedua
Hasil peninjauan ke lapangan di cocokan dengan dokumen yang ada serta hasil wawancara saat dalam wawancara kedua, wawancara kedua
7. Keputusan Pembiayaan
Keputusan pembiayaan adalah untuk menentukan apakah pinjaman
layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak maka, dipersiapkan adminitrasinya, biasanya keputusan pembiayaan akan meliputi:
a Akad pembiayaan yang akan ditandatangani b Jumlah uang yang harus dibayar
cJangka waktu
d Jumlah uang diterima
8. Penandatangan akad, penandatangan dilaksanakan:
a Antara BMT dengan peminjam secara langsung b Melalui notaris
9. Realisasi Pembiayaan
Realisasi pembiayaan diberikan setelah penandatangan surat-surat yang diperlukan. Pencairan atau pengambilan uang dari rekening
sebagai realisasi dan pemberian pembiayaan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan pembiayaan.
G. Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Sepandai apapun analisis pembiayaan dalam menganalisis setiap
permohonan pembiayaan, kemungkinan pembiayaan tersebut macet pasti ada seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemberian suatu fasilitas pembiayaan mengandung suatu resiko kemacetan. Penyebab terjadinya
dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam (1) faktor internal dan (2) faktor ekternal. (Arifin, 2005)
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri,
dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran,
kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan
dalam kondisi perekonomian danperdagangan, perubahan-perubahan teknologi dan lain-lain. Bila kemacetan disebabkan faktor eksternal
tersebut, BMT perlu kembali menganalisis lebih lanjut, yaitu bagaimana membantu nasabah untuk segera memperoleh penggantian dari perusahaan asuransi.
Para pakar ekonomi juga berpendapat bahwa penyebab terjadinya kemacetan suatu fasilitas kredit disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
a) Dari pihak perbankkan
Dalam hal ini pihak analisa kredit kurang teliti baik dalam mengecek kebenaran dan keaslian dokumen maupun salah dalam
apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksikan sebelumnya. Kemacetan suatu kredit dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak
analisis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara tidak objektif.
b) Pihak Nasabah
Kemacetan kredit yang disebabkan nasabah diakibatkan 2 unsur yaitu:
- Adanya unsur kesengajaan, artinya nasabah dengan sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga
kredit yang diberikan dengan sendirinya macet.
- Adanya unsur tidak sengaja, artinya nasabah memiliki kemauan untuk membayar akan tetapi tidak mampu
dikarenakan usaha dibiayai terkena musibah misalkan kebanjiran atau kebakaran (Kasmir, 2004:102).
H. Hal yang tidak baik dalam Pemberian Pinjaman
Menurut (Reed dkk, 1995:307) Suatu lembaga keuangan, misalnya
seperti BMT biasanya pada bagian pembiayaan kurang memperhatikan dan menjalankan tugasnya dengan baik, dan yang sebenarnya pula karena
kebiasaan yang kurang baik itu sendiri diantaranya adalah:
Analisa pinjaman yang kurang memuaskan tentang kemampuan
manajemen pinjaman.
Persyaratan yang tidak baik dalam pemberian pinjaman.
Peninjauan dan pemeriksaan yang kurang baik atas pinjaman yang
tanggung-tanggung.
Terlalu menekankan pada laba dan perkembangan BMT.
Kebijakan pembiayaan yang longgar pada teman pribadi atau teman
disekitar dan pejabat eksklutis.
Sedangkan menurut dari bagian petugas yang memeriksa keuangan
tersebut, pembiayaan itu bermasalah biasanya diakibatkan oleh beberapa hal:
1. Informasi pembiayaan yang tidak lengkap. 2. Ketidakmampuan menganalisa laporan. 3. Kerakusan akan laba.
4. Tidak ada perjanjian yang jelas yang mengatur pelunasan pinjaman dan program pelunasan pinjaman secara progresif.
5. Persaingan dan keinginan untuk memiliki parto polio pinjaman yang lebih besar dan BMT saingan.
6. Keenganan untuk menuntut tindakan sesuai dengan perjanjian.
7. Kurangnya pengawasan BMT terhadap usaha nasabah.
8. Memberikan pinjaman yang terlalu besar memberi pinjaman diluar
kemampuan nasabah untuk membayar atau melunasi. 9. Pinjaman tanpa jaminan.
I. Petugas yang Berkepentingan dalam Pembiayaan Bermasalah
Disaat BMT atau lembaga keuangan yang lain sedang memiliki
masalah pokok dalam pembiayaan bermasalah, maka suatu lembaga keuangan agar tidak mengalami kerugian terlalu banyak maka pihak
lembaga keuangan segera bertindak lebih cepat dan tepat. Tindakan yang dilakukan sebaiknya petugas yang menangani pembiayaan bermasalah hendaknya bukanlah petugas yang mencairkan pembiayaan dengan alasan
pandangan yang tenang atas keadaan seperti ini. Mungkin juga karena petugas pembiayaan memiliki kedekatan dengan nasabah, sehingga
analisis sulit untuk dilakukan dengan baik maka jadi timbulah pembiayaan bermasalah (Edward K, 1995:309).
Langkah-langkah untuk menyelamatkan peminjam memulihkan
kondisi keuangannya adalah:
Pemberian saran tentang produksi, manajemen, penjualan.
Penambahan modal, artinya BMT memberikan tambahan modal untuk
usaha nasabah jika memang diperlukan dan sangat dibutuhkan atau dapat pula memberi saran kepada nasabah untuk menjual sebagian
sahamnya.
Mendorong penagihan piutang yang lambat yaitu peningkatan program
penagihan atau menambah petugas tagihan.
Meningkatkan pengendalian persediaan barang yang over.
Menstruktur utang dengan memperpanjang jatuh tempo mengurangi
pembayaran bulanan, menghapus pokok pinjaman untuk jangka waktu
tertentu
Menambah jumlah pinjaman jika memang sangat diperlukan.
Manajerial yang lebih baik lagi.
Penunjangan perluasan usaha.
Mencari peluang mitra usaha sebanyak mungkin.
J. Metode Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Dalam hal pembiayaan bermasalah atau kredit macet pihak BMT perlu melakukan penyelamatan, sehingga sedikit kemungkinan atas timbulnya kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan
memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi pembiayaan terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi pembiayaan
yang sengaja lalai untuk membayar, kepada pembiayaan yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.
Penyelamatan terhadap pembiayaan macet dilakukan dengan cara antar lain:
1. Reschedulling
Adalah suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran. Dalam hal si debitur diberikan keringanan
a. Perpanjang jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi 1 tahun sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk
mengembalikannya.
b. Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu
kredit.
Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya di perpanjang pembayarannya misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini
tentu saja jumlah angsuran menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.
2. Reconditioning
Reconditioning maksudnya adalah BMT mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti:
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
c. Penurunan suku bunga, dimaksudkan agar lebih meringkan beban nasabah, karena dengan adanya penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga
diaharapkan dapat membantu meringankan masalah.
d. Pembebasan bunga, dalam pembebasan suku bunga diberikan
kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut, akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiaban untuk membayar pokok pinjamannya
3. Restructuring
a. Dengan menambah jumlah kredit.
b. Dengan menambah equity:
o Dengan menyetor uang tunai
o Tambahan dari pemilik
4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas.
5. Penyitaan jaminan, penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir
apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya etika baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.
Suatu lembaga keuangan atau BMT, untuk mengatasi adanya pembiayaan bermasalah sesungguhnya masih memilki dan pilihan yang umum diantaranya adalah membantu atau melikuidasi. Alternatif
diartikan dengan proses adanya kerjasama dengan peminjam sampai pinjaman yang dipinjam peminjam dapat kembali walaupun sebagian
ataupun sepenuhnya tanpa menggunakan jalan mengembalikan pinjaman, sedangkan likuiditas yaitu secara memaksa peminjam untuk mematuhi ketentuan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman dan
menggunakan setiap upaya hukum untuk mencapai tujuan ini.
Bagi suatu perusahaan yang mengalami pinjaman bermasalah maka
BMT sebagai kreditur sebaiknya dapat memberikan sarannya untuk menjual barang konsumsi, proyek perluasan usaha dihentikan. Peninjauan ulang terhadap kebijakan penjualan, pengurangan gaji
perusahaan lain, ini semua dimaksudkan untuk mengurangi pengeluaran, meningkatkan pendapatan dan penjualan, sehingga
diharapkan dapat melunasi hutangnya (Reed, 1995:313).
Untuk alternatif kedua yaitu likuidasi, alternatif kedua ini akan
dilakukan, jika benar-benar sudah ada pengaturan kerjasama dengan intern BMT maupun dengan nasabah tidak berhasil serta dengan pertimbangan adanya ketidakseriusan nasabah dalam melunasi
pinjaman terlihat jelas sekali, kecurangan dan ketidakjujuran telah diketahui, keadaan keuangan peminjam sudah tidak dapat memberikan
harapan atau keinginan untuk melunasi pinjaman tidak ada.
Pinjaman bermasalah tidak berarti semua dana yang dipinjamkan tersebut akan hilang, akan tetapi hal tersebut akan manjadi nilai positif
bagi BMT apabila dapat, memanajemen dengan baik yaitu dengan cara-cara diatas. Untuk pinjaman produktif pembayaran pinjaman jangan
BAB III
DESKRIPSI LAPORAN OBJEK
A. Sejarah Berdirinya KSPS BMT RAMA
Salatiga merupakan kota kecil yang memiliki keragaman, baik dari segi keagamaan maupun jenis pekerjaan penduduk. Dari keadaan tersebut, sektor ekonomi pun berjalan dengan kompetitif. Hal ini dapat dilihat dengan
munculnya usaha-usaha, baik dari warga muslim maupun non muslim. Dari sektor ekonomi, kaum nonmuslim di Kota Salatiga sangat memegang
peranan, terbukti dengan adanya minimarket sampai supermarket yang mayoritas dipegang oleh kaum nonmuslim. Melihat kondisi tersebut, para cendikiawan dan pengusaha muslim tergugah untuk mengembangkan usaha
kaum muslim. KSPS BMT RAMA didirikan dengan tujuan utama untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya dalam
pemberdayaan umat. Dengan pembinaan sistem perekonomian yang baik dan menggunakan sistem syariah, maka diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun juga dapat menciptakan
kondisi ekonomi masyarakat yang kuat dandapat diarahkan untuk ikut memikirkan anggota masyarakat lain yang lemah.
Berdirinya BMT RAMA kira-kira pada akhir tahun 2001 yang dipimpin oleh Bapak H.Zahroni di bawah naungan Yayasan Al-Muttaqin. Dengan menindak lanjuti terbitnya Akta Notaris tanggal 31 Januari 2007
sebelumnya dengan nama BMT RAMA kemudian menjadi Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) BMT RAMA. Maka pada tanggal 1 Oktober 2007
dilakukan serah terima pengelolaan KSPS BMT RAMA yang diwakili oleh Bapak H.Zahroni kepada pengurus KSPS BMT RAMA oleh Drs. Sutrisna,
M.Pd. Selanjutnya pada tanggal yang sama yaitu 1 Oktober 2007, dilakukan pengangkatan manajer dengan surat keputusan pengangkatan manajer No. P.02/RAMA/X/2007. Manajer yang diangkat untuk menjalankan operasional
KSPS BMT RAMA adalah Bapak Faqih Nabhan, MM.
Berdirinya BMT RAMA diawali dengan kumpulnya kurang lebih 20
orang yang terdiri dari pengurus, calon pengelola, dan masyarakat sekitar pada akhir tahun 2001. Dengan modal awal sebasar Rp 10.000.000,00 berdirilah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) RAMA, sebagai bentuk alternatif
lembaga keuangan untuk masyarakat pengusaha kecil dan mikro serta menengah untuk mengatasi kesulitan dalam pengembangan usaha melalui
pemberian pinjaman yang tidak menggunakan sistem bunga.
BMT dalam beroperasi menganut sistem bagi hasil sesuai dengan syariah islam. Kegiatan BMT adalah untuk meningkatkan kualitas dan
pengembangan usaha kecil maupun menengah serta usaha-usaha lain yang produktif, selain itu BMT juga berhak mengambil keuntungan sebagai haknya
1. KSPS dikelola dengan manajemen profesional dan islami 2. Dikelola dengan sisten syariah
3. Administrasi pembukuan dan prosedur perbankan 4. Aktif menjeput bola, beranjangsana dan berprakarsa
5. Pengelola dipilih dari pribadi yang berbudi tinggi, jujur, amanah dan terlatih
B. Lokasi KSPS BMT RAMA Salatiga
Secara geografis KSPS BMT RAMA terletak di Kota Salatiga,
tepatnya di Jalan Jend. Sudirman No. 21 A Salatiga. Letak KSPS BMT RAMA tergolong strategis karena berada di jantung Kota Salatiga. Lokasi bangunan BMT berada di Masjid Al-Muttaqin tepatnyadi lantai 1 menghadap
ke timur. Di sebelah selatan BMT ada sebuah tempat perbelanjaan yakni Pasar Raya II Salatiga, sedangkan di sebelah utara KSPS BMT RAMA
terdapat Pasar Shopping Center yang memiliki potensi luar biasa untuk dapat mengembangkan dan mengenalkan produk keuangan syariah.
Tempat yang strategis tersebut menjadikan keuntungan tersendiri bagi
KSPS BMT RAMA, karena tanpa melakukan pemasaran untuk produk pembiayaannya, telah banyak nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk
C. Landasan Pendirian
Pendirian KSPS BMT RAMA berdasarkan pada dua landasan
yaitulandasan idiil dan landasan moril.
1.Landasan Idiil KSPS BMT RAMA adalah sebagai berikut:
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangann tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran”.(Q.S. Al-Maidah : 2)
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka-suka di antara kamu”.(Q.S.
An-Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.(Q.S. Ali imran : 130)