• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa - USD Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

i

! !" #$#! % & % " ' ( "

#$)#(*&#% #& ( ( ! #!+ + !

(*,( $ " + #!+ + ! -

&#% .

(

#/

& -"' ( !

0 12 2321 4

(2)
(3)
(4)

iv

6 ( !,- ) ' !, " + )#(! % $#& ! #- & % ! $ + " +

)#(! % $#!7*8 -#- " ' !, 8 ( 06

9 &8#(" !-"# !:

; #( ! ' !, "#(8 + ( ) ' !, $ & + ! " $ !, ! " + !

)#(! % 7 )0 #" ) "#" ) 8#( !& % ' !, "#(8 0<

9 !+ %#(#- :

( )- ! )#(-#$8 % ! !" .

% ! #- - ( -" - ! !+ (

) %*$ - (+

8 -" ! / !"

(5)
(6)
(7)

vii

Sulistyarini, Maria Dewi. 2008. Pengaruh Motivasi Belajar, Kepercayaan Diri, dan Keaktifan Siswa di dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Ranah Kognitif Serta Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Pada Sub Pokok Bahasan Gaya Antar Partikel Zat. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif; (2) apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif; (3) apakah ada pengaruh keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif; (4) apakah ada pengaruh secara gabungan motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif; (5) apakah metode demonstrasi dan diskusi kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; dan (6) apakah metode demonstrasi dan diskusi kelompok dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam ranah kognitif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, pada bulan September 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan jumlah sampel 41 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, pretest:posttest dan observasi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi Pearson, dan analisis regresi ganda dengan taraf signifikansi 5%.

(8)

viii Sulistyarini, Maria Dewi. 2008.

! " #

$ % & ' ( " '

. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was intended to find out : (1) whether learning motivation influenced cognitive knowledge; (2) whether confidence influenced cognitive knowledge; (3) whether students’ being active in the teaching learning process influenced cognitive knowledge; (4) whether students’ learning motivation, confidence, and students’ being active in the teaching learning process influenced cognitive knowledge simultaneously; (5) whether demonstration method and peer discussion method increased students’ learning motivation; and (6) whether demonstration method and peer discussion method improved cognitive knowledge. This research was conducted in SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, in September 2008. There were 41 students of the first grade students of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta were involved to obtain data. The research used pre: test, post:test, observation, and questionnaire as the instruments. The data was analyzed using Pearson correlation analysis, test:t, and multiple regression analysis technique with significance level 5%.

(9)

ix

Puji syukur kepada Bapa di surga atas segala berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar, Kepercayaan Diri, dan Keaktifan Siswa di dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Ranah Kognitif Serta Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Pada Sub Pokok Bahasan Gaya Antar Partikel Zat”.

Penulis menyadari, bahwa untuk keperluan menyusun dan menulis sampai pada penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dari segala pihak, baik berupa pengetahuan, bimbingan dan dorongan maupun kemudahan lainnya. Untuk semua itu, melalui skripsi ini patut dan layak penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Severinus Domi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T., selaku Dosen Pembimbing yang memberi bantuan, dorongan, dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dan membimbing dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Fr.Y. Kartika Budi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(10)

x

5. Bapak Ign. Sutarjo, S.Pd., selaku guru bidang studi fisika dan wali kelas VII D yang banyak membantu selama penelitian.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendididkan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya.

7. Bapak Sunarjo, Bapak Sugeng, dan Bu Heni (sekretariat JPMIPA), atas kerjasamanya dalam melayani pembuatan surat ijin penelitian.

8. Bapak dan Ibu yang telah memberi perhatian, kasih sayang, dukungan, doa, dan selalu mendengarkan segala curahan hatiku selama ini serta senantiasa mendambakan keberhasilanku.

9. Adikku Wisnu yang selalu mendoakan dan banyak membantuku.

10. Simbah:simbahku (Simbah Tiban dan Simbah Jitar) yang senantiasa memberi dorongan dan memanjatkan doa demi tercapainya cita:citaku.

11. Mbak Hety, Konyil, Dina yang banyak membantu, mengajariku, memberi semangat dan mendengarkan segala keluh kesahku.

12. Teman:temanku seangkatan Pendidikan Fisika 2004 khususnya Ita, Woro, Wulan, Jazjuz, Dwik Wahyu, Teguh, Ika, Ndraz terima kasih atas persahabatannya.

(11)

xi

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(12)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

(13)

xiii

BAB II DASAR TEORI ... 9

A. Motivasi Belajar ... 9

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 9

2. Fungsi Motivasi ... 10

3. Jenis – Jenis Motivasi ... 11

4. Ciri:ciri Motivasi Belajar Tinggi ... 13

5. Unsur:Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi ... 14

6. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa ... 15

B. Kepercayaan Diri... 17

1. Pengertian Percaya Diri ... 17

2. Ciri:Ciri Kepercayaan Diri ... 18

C. Keaktifan Siswa ... 20

1. Pengertian Keaktifan Siswa ... 20

2. Ciri:Ciri Keaktifan Belajar ... 23

D. Hasil Belajar ... 24

1. Pengertian Hasil Belajar ... 24

2. Faktor:Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 26

E. Demonstrasi ... 29

F. Diskusi Kelompok ... 30

G. Gaya Antar Partikel Zat ... 31

1. Kohesi dan Adhesi ... 31

2. Kapilaritas ... 33

(14)

xiv

H. Kaitan Teori Dengan Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

D. Treatment ……... 37

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Validitas ……….. ... 44

G. Metode Analisis Data ... 46

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 53

A. Pelaksanaan Penelitian ... 53

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Analisis Data ... 67

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(15)

xv

Halaman

TABEL 3.1. Kisi:Kisi Kuesioner ... 40

TABEL 3.2. Format Lembar Pengamatan ... 44

TABEL 3.3. Penetapan Skor ... 46

TABEL 3.4. Kriteria Klasifikasi Tingkat Kesenangan ... 51

TABEL 4.1. Skor Pretest Dan Posttest ... 55

TABEL 4.2. Skor Motivasi ... 57

TABEL 4.3. Skor Kepercayaan Diri ... 60

TABEL 4.4. Skor Keaktifan Siswa ... 63

TABEL 4.5. Skor Tingkat Kesenangan ... 66

TABEL 4.6. Korelasi Motivasi Dengan Hasil Belajar ... 68

TABEL 4.7. Korelasi Kepercayaan Diri Dengan Hasil Belajar ... 69

TABEL 4.8. Korelasi Keaktifan Dengan Hasil Belajar ... 71

TABEL 4.9. Variables Entered ... 73

TABEL 4.10. Model Summary ... 73

TABEL 4.11. ANOVA ... 74

TABEL 4.12. Coefficients ... 75

TABEL 4.13. Excluded Variables ... 76

TABEL 4.14. Distribusi Frekuensi Tingkat Kesenangan Siswa ... 77

TABEL 4.15. Paired Samples Statistics ... 78

(16)

xvi

Halaman

Gambar 2.1. Meniskus Cekung... 31

Gambar 2.2. Meniskus Cembung... 31

Gambar 2.3. Membentuk Bangun Bola ... 32

Gambar 2.4. Tidak Membentuk Bangun Bola ... 32

Gambar 2.5. Bejana Berhubungan Dengan Pipa Kapiler... 33

Gambar 3.1. Bejana Berhubungan ... 42

Gambar 4.1. Siswa Terlihat Tekun Mengerjakan Tugas ... 59

Gambar 4.2. Siswa Mencatat Penjelasan Guru ... 59

Gambar 4.3. Siswa Aktif Dalam Diskusi Kelompok ... 61

Gambar 4.4. Siswa Membantu Temannya Saat Mengalami Kesulitan ... 61

Gambar 4.5. Siswa Terlihat Gembira Saat Menerima Pelajaran ... 62

Gambar 4.6. Siswa Sedang Menjawab Pertanyaan Guru ... 64

Gambar 4.7. Siswa Aktif Melakukan Demonstrasi ... 64

Gambar 4.8. Siswa Sedang Berdiskusi Dengan Teman Sambil Mencatat ... 65

(17)

xvii

Halaman

LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian ... 86

LAMPIRAN 2. Surat Keterangan ... 87

LAMPIRAN 3. RPP ... 88

LAMPIRAN 4. Silabus ... 97

LAMPIRAN 5. LKS ... 98

LAMPIRAN 6. Kuesioner ... 101

LAMPIRAN 7. Soal Pretest dan Posttest ... 104

LAMPIRAN 8. Kunci Jawaban Pretest dan Posttest ... 107

LAMPIRAN 9. Lembar Observasi ... 112

LAMPIRAN 10. Data Hasil Belajar Siswa ... 114

LAMPIRAN 11. Data Skor dan Observasi Motivasi Belajar ... 115

LAMPIRAN 12. Data Skor dan Observasi Kepercayaan Diri ... 117

LAMPIRAN 13. Data Skor dan Observasi Keaktifan Siswa ... 119

LAMPIRAN 14. Data Tingkat Kesenangan Siswa... 121

LAMPIRAN 15. Hasil Analisis Test T Dependen Dengan Program SPSS 12 122 LAMPIRAN 16. Hasil Analisis Korelasi Dengan Program SPSS 12 ... 123

(18)

1

0 " ( #& !, - & %

Pendidikan di sekolah menyangkut 3 hal, yaitu pemotivasian belajar, proses belajar, dan prestasi belajar. Motivasi belajar berkaitan dengan prestasi belajar. Motivasi tinggi memungkinkan siswa memperoleh prestasi yang memuaskan, dan sebaliknya.

Motivasi begitu penting dalam proses belajar. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang bermotivasi dalam proses belajar, akan menunjukkan minat, semangat, dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak tergantung kepada guru.

Motivasi dari seorang siswa untuk belajar sesuatu adalah hal yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan dari siswa itu sendiri. Siswa yang belajar tanpa motivasi tidak akan mendapat apa:apa, sedangkan siswa yang belajar dengan motivasi yang cukup akan mendapat hasil yang lebih baik. Sebagus apapun materi yang disajikan, bila siswa tidak berminat, maka sia:sialah usaha dari guru tersebut memberikan materi itu kepada siswa.

(19)

samping keterlibatan siswa dalam belajar lebih besar, siswa juga akan kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah kedisiplinan.

Siswa yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh guru tetapi dia harus mempelajarinya, dapat menimbulkan suatu perasaan benci terhadap mata pelajaran tersebut. Sedangkan siswa yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan lebih banyak melakukan aktivitas dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak termotivasi selama belajar. Pada kenyataannya, proses belajar yang terjadi pada siswa kadang: kadang mengalami kendala. Kendala tersebut karena motivasi siswa yang kurang. Turunnya motivasi belajar siswa disertai dengan gejala kurangnya perhatian siswa saat pelajaran, kelalaian mengerjakan tugas (PR), rendahnya persiapan saat ulangan/ujian, adanya pandangan asal lulus, dan sebagainya. Siswa belum mampu mengatur/mengarahkan dirinya dalam aktivitas belajar. Pendorong siswa belajar merupakan responsi sesaat yang dipicu karena tuntutan eksternal. Misalnya karena ada PR yang harus dikumpulkan, hukuman, hadiah, dan sebagainya.

(20)

Kepercayaan diri merupakan sikap positif seseorang yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa di bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri (Rini, 2002).

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja/siswa karena kurangnya rasa percaya diri. Misalnya, siswa banyak yang tidak berani berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak. Akibatnya akan sulit bagi guru untuk menyuruh siswa maju di depan kelas untuk mengutarakan pendapatnya. Siswa merasa takut kalau apa yang diutarakannya salah. Contoh lain adalah siswa yang mempunyai kebiasaan menyontek padahal hasilnya belum tentu benar. Siswa yang takut berbicara di depan umum dan suka menyontek menunjukkan bahwa dia kurang percaya pada diri sendiri.

(21)

Motivasi dan rasa percaya diri siswa akan berpengaruh pada keterlibatan (keaktifan) siswa dalam proses belajar. Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan kesuksesan kegiatan belajar mengajar. Contohnya, guru Fisika telah menguasai materi yang diajarkan, siswanya juga cepat belajar, dan fasilitas sekolah juga sangat memadai, namun keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar tidak efektif. Hasilnya, prestasi belajar kurang memuaskan bahkan buruk.

(22)

Pada kenyataannya, proses belajar mengajar yang banyak dijumpai adalah ketika kegiatan belajar terjadi siswa cenderung pasif. Siswa mengikuti kegiatan belajar tanpa rasa ingin tahu, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya kecuali nilai yang akan diperoleh (Tim Edukasi SBIM, 2008).

0 +#!" > - - & %

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah, sebagai berikut :

1. Rendahnya motivasi belajar siswa. 2. Kurangnya rasa percaya diri siswa.

3. Siswa belum sepenuhnya terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.

0 $ - ! - & %

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

(23)

3. Apakah ada pengaruh keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

4. Apakah ada pengaruh secara gabungan motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

5. Apakah metode demonstrasi dan diskusi kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

6. Apakah metode demonstrasi dan diskusi kelompok dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam ranah kognitif pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

0 ! #!#& " !

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

(24)

2. Apakah ada pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

3. Apakah ada pengaruh keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

4. Apakah ada pengaruh secara gabungan motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

5. Apakah metode demonstrasi dan diskusi kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar Fisika pada sub pokok bahasan Gaya Antar Partikel Zat pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

(25)

0 !> " #!#& " !

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan Pendidikan Fisika pada khususnya.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga hasilnya akan lebih luas dan mendalam.

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru untuk membangkitkan motivasi siswa yang penting dalam proses belajar mengajar.

(26)

9

0 *" ? - #& (

0 #!,#(" ! *" ? - #& (

Kata motif berasal dari bahasa Latin “ ” yang berarti menggerakkan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakan (Fudyartanto, 2002: 257). Dalam bahasa Inggris, motivasi berasal dari kata yang berarti dorongan. Kata kerjanya adalah yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak (Echols, 1984, dalam Imron, 1996: 87).

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan belajar untuk mencapai tujuan (Winkel, 1987, dalam Imron, 1996: 87:88).

(27)

menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23).

Dari berbagai definisi tentang motivasi yang diungkapkan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan (daya penggerak) baik internal maupun eksternal dari siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku sehingga dapat membangkitkan dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai tujuan yaitu timbulnya kegiatan belajar.

30 !,- *" ?

-Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi. Siswa yang motivasinya tinggi, umumnya akan baik prestasi belajarnya. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah maka akan rendah pula prestasi belajarnya (Imron, 1996: 89).

Secara umum ada beberapa fungsi motivasi menurut Fudyartanto (2002: 258:259) dalam bukunya yang berjudul & &

& , yakni:

(28)

b. Menyeleksi tingkah laku yaitu menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu

c. Memberi energi dan menahan tingkah laku. Motivasi berfungsi sebagai penggerak yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.

40 #! -@ #! - *" ?

-Berdasarkan strategi yang digunakan untuk mencapainya, motivasi dibedakan atas dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Davies, 1970: 215).

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ada dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan:tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni (Hamalik, 2001: 162).

(29)

tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar itu sendiri (1986: 88:89). Sebagai contoh, seorang siswa melakukan belajar karena betul:betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain:lain.

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut Oemar Hamalik, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor:faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, persaingan yang bersifat negatif, dan hukuman (2001: 163).

Motivasi ekstrinsik adalah motif:motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsangan dari luar (Sardiman, 1986: 90). Sebagai contoh, seseorang belajar karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh temannya.

(30)

20 ( @7 ( *" ? - #& ( !,,

Ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi dapat dikenali melalu proses belajar mengajar di kelas. Seperti yang dikemukakan oleh Brown (1981) yang dikutip oleh Ali Imron, cirinya antara lain: tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh; tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan; mempunyai antusias yang tinggi serta memperhatikan guru; ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas; ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain; dapat mengontrol dirinya; selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali; dan selalu terkontrol oleh lingkungannya (1996: 88).

Sardiman (1986) mengemukakan bahwa ciri:ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas; ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa; tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh; menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam:macam masalah belajar; lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain; cepat bosan dengan tugas:tugas rutin; dapat mempertahankan pendapatnya; tidak mudah melepaskan apa yang diyakini; senang mencari dan memecahkan masalah, serta terlibat aktif dalam proses belajar (Imron, 1996: 88).

(31)

A0 !- (@ !- ( ' !, #$)#!, ( % *" ?

-Ada beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Unsur: unsur tersebut antara lain (bdk. Imron, 1996: 99:106) :

a. Cita:cita/ Aspirasi Siswa

Timbulnya cita:cita diikuti oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai:nilai kehidupan. Selain itu, juga diikuti perkembangan kepribadian. Cita:cita siswa untuk menjadi seseorang (gambaran ideal) akan memperkuat semangat belajar, dan mengarahkan perilaku belajar. b. Kemampuan Siswa

Keinginan seseorang perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Dengan didukung kemampuan, keberhasilan mencapai sesuatu akan menambah kekayaan pengalaman hidup, memuaskan dan menyenangkan hati siswa. Karenanya kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melaksanakan tugas:tugas perkembangan.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.

d. Kondisi Lingkungan Belajar

Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar berupa keadaan alam, tempat tinggal, dan pergaulan sebaya. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar.

(32)

Semua unsur dinamis dalam proses belajar dan pembelajaran ikut mempengaruhi motivasi belajar. Karena siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Untuk itu guru yang professional diharapkan mampu memanfaatkan semua unsur dinamis tersebut.

f. Upaya Guru dalam Membelajarkan

Intensitas pergaulan guru dan siswa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Karenanya sebagai pendidik, guru harus dapat memilah dan memilih dengan memberikan contoh yang baik untuk membelajarkan siswa.

B0 ( #$8 !, " ! *" ? - #& ( -/

Beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Uno (2007: 34:37) adalah sebagai berikut :

a. Pernyataan penghargaan secara verbal (pujian)

Teknik ini merupakan cara yang paling mudah dilakukan dan efektif. Pernyataan “Bagus”, “Pintar”, “Tepat Sekali” dapat membuat siswa senang dan bermotivasi dalam belajar.

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan serta memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai

(33)

akan memacu siswa untuk belajar lebih lanjut agar dapat mencapai hasil yang lebih tinggi lagi.

c. Menimbulkan rasa ingin tahu

Motivasi belajar akan meningkat bila siswa ingin memecahkan atau menjawab rasa ingin tahu. Guru dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan metode demonstrasi atau praktikum. Dengan demikian siswa akan berusaha memecahkan masalah dan membangun konsep dengan mudah karena siswa dapat mengamati apa yang terjadi dan dan membuktikan suatu konsep khususnya konsep Fisika.

d. Menggunakan simulasi dan permainan.

Simulasi dan permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik akan menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami atau dihargai.

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum.

Hal itu akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh teman:teman yang lain. Suasana seperti ini akan meningkatkan motivasi belajar siswa.

(34)

Seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil bila memahami apa yang harus dikerjakan dan yang dicapai dengan perbuatannya. Semakin jelas tujuan yang akan dicapai, semakin terarah upaya untuk mencapainya.

g. Membuat suasana persaingan sehat di antara para siswa dan mengembangkan persaingan dengan diri sendiri.

Suasana seperti ini akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Selain itu, belajar dengan bersaing akan menimbulkan upaya belajar yang sungguh:sungguh. Karena seseorang akan berprinsip untuk selalu lebih baik dari orang lain.

0 #)#(7 ' ! (

0 #!,#(" ! #(7 ' (

Menurut Perry (2005) dalam Pitang, kepercayaan diri adalah kemampuan untuk mempercayai dan meyakini kemampuan diri sendiri (2007: 8). Philippa Davies mengatakan bahwa percaya diri adalah keyakinan seseorang pada kemampuan:kemampuan sendiri dan keyakinan pada adanya suatu maksud di dalam kehidupan (2004: 1:2).

(35)

memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dirinya bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri (Rini, 2002).

James Neill (2005) dalam Ubaydillah (2006) mengatakan bahwa atau percaya diri adalah sejauhmana seseorang mempunyai keyakinan terhadap penilaiannya atas kemampuannya dan sejauh mana seseorang tersebut bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil.

30 ( @7 ( #)#(7 ' ! (

Menurut Philippa Davies (2004: 3), orang yang percaya diri mempunyai sikap yang luwes, lebih bersedia mengambil resiko:resiko, dan menikmati pengalaman:pengalaman baru. Seseorang yang percaya diri akan merasa senang dengan dirinya dan cenderung bersikap santai di dalam situasi:situasi sosial. Ciri orang yang percaya diri adalah:

a. Menikmati hidup dan bergembira. b. Mengetahui dan menilai diri sendiri.

c. Mempunyai sikap positif dan keahlian:keahlian sosial yang baik. d. Tegas dan mempunyai tujuan yang jelas.

(36)

Kepercayaan diri seseorang dapat dikategorikan menjadi dua tingkat yaitu :

a. Orang yang mempunyai tingkat kepercayaan diri tinggi

Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional menurut Jacinta F. Rini, (2002)., diantaranya adalah :

1) Percaya akan kompetensi/kemampuan diri

2) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok

3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri

4) Mempunyai pengendalian diri yang baik

5) Memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/ mengharapkan bantuan orang lain

6) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya

7) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

b. Orang yang mempunyai tingkat kepercayaan diri rendah

(37)

1) Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata:mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok

2) Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan

3) Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri

4) Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif

5) Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil

6) Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus

7) Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu

8) Mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain

0 # " > ! -/

0 #!,#(" ! # " > ! -/

(38)

mendengarkan, menulis, berlatih keterampilan:keterampilan, dan sebagianya. Sedangkan contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah pengetahuan yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan lain:lain.

Sriyono dkk berpendapat bahwa yang dimaksud dengan keaktifan adalah pada waktu mengajar, guru harus mengusahakan agar murid: muridnya aktif baik jasmani maupun rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi :

a. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba, dan lain:lain. Siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya dengan sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal: akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan. c. Keaktifan ingatan: saat proses belajar mengajar siswa harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpan di dalam otak. Kemudian pada suatu saat siswa siap dan mampu mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya (1992: 75).

(39)

dan mengolah perolehan belajarnya. Keaktifan yang dimaksud di sini adalah aktif secara fisik, intelektual, dan emosional (1994: 51, dalam Sumiwi, 2006: 22).

Terkait dengan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas, dikenal adanya istilah (belajar aktif). Pandangan Bonwell dan Eison (1990: 2) mengenai belajar aktif,

% & )

% (Tim Edukasi SBIM, 2008). Lebih lanjut dijelaskan bahwa :

a. Keterlibatan para siswa tidak hanya sekedar mendengar.

b. Fokus pembelajaran tidak pada mentransformasikan informasi, melainkan lebih kepada pengembangan keterampilan.

c. Siswa dilibatkan dalam tingkatan berpikir yang lebih tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi)

d. Siswa memiliki keterikatan pada berbagai aktivitas.

e. Fokus pembelajaran terbesar adalah mengembangkan minat eksplorasi siswa sesuai sikap dan penilaian mereka.

(40)

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Selain itu siswa juga akan mencapai prestasi belajar yang maksimal.

30 ( @7 ( # " > ! #& (

Pandangan Mc Keachie (1954) yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999: 119) dalam Setiani (1995: 10), ada tujuh dimensi proses pembelajaran yang melibatkan terjadinya keaktifan belajar yaitu:

a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan belajar mengajar b. Tekanan pada aspek afektif dalam pengajaran

c. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam bentuk interaksi antar siswa

d. Penerimaan pengajar terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah

e. Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.

f. Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan:keputusan penting dalam kehidupan sekolah

g. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah atau pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana (1992: 61), keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dalam hal :

(41)

b. Terlibat dalam pemecahan masalah dan dalam proses memperdalam materi pelajaran,

c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya dan berani mengungkapkan ide/gagasannya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah (berusaha untuk meningkatkan prestasi),

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil:hasil yang diperolehnya,

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (tekun menyelesaikan tugas dan latihan),

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

0 - & #& (

0 - & #& (

(42)

Pada tingkat pengetahuan, siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman, siswa dapat menyatakan masalah dengan kata:katanya sendiri dan memberi contoh suatu konsep. Pada tingkat aplikasi, siswa dapat menerapkan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis siswa mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan. Tingkat sintesis merupakan kemampuan siswa dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Sedangkan tingkat evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu (Haryati, 2007: 22:24)

Menurut Mimin Haryati (2002: 23), tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

(43)

fisik (Bloom, 1979, dalam Haryati, 2007: 22). Sebagai contoh, menulis, memukul, melompat dan sebagainya.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral (Haryati, 2007: 22).

30 "*(@> "*( ' !, #$)#!, ( % #& (

Faktor:faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Muhibbin Syah (1995:132) dapat dibedakan menjadi 3 macam :

a. Faktor internal: faktor dari dalam siswa yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

1) Kondisi Jasmani

Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang.

2) Kondisi Rohani meliputi :

Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa

Tingkat kecerdasan siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.

(44)

Sikap siswa yang posistif pada mata pelajaran yang diajarkan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Bakat siswa

Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Minat siswa

Contohnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap sesuatu akan memusatkan perhatiannya lebih banyak. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

Motivasi siswa

Siswa akan terdorong untuk belajar jika ada motivasi dari dalam maupun dari luar. Motivasi dari dalam misalnya dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk masa depan. Sedangkan motivasi dari luar misalnya karena ada hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.

(45)

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat:sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Contohnya kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru akan menimbulkan dampak buruk sehingga anak tidak mau belajar.

2) Lingkungan Non Sosial

Faktor:faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat:alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Contohnya kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta pada perkampungan yang padat akan berpengaruh buruk pada kegiatan belajar siswa.

(46)

0 #$*!"(

-Demonstrasi berasal dari kata yang berarti pertunjukan. Model pembelajaran dengan demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran fisika. Tujuannya agar siswa lebih memahami bahan yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti (Suparno, 2007: 142). Keuntungan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

1. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar

2. Dapat mengurangi kesalahan:kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya.

3. Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan ketrampilan.

4. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab saat mengamati proses demonstrasi (Hasibuan dan Moedjiono, 1995: 30).

Kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

(47)

2. Demonstrasi tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang memungkinkan siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman berharga bagi siswa (Hasibuan dan Moedjiono, 1995: 30).

0 - - #&*$)*

Diskusi adalah pembicaraan yang bersifat edukatif, artinya demi tujuan tertentu sesuai dengan arah yang ingin dicapai (Suparno, 2007: 129). Diskusi kelompok di kelas akan membuat siswa saling mengungkapkan pendapat atau gagasannya tentang suatu konsep. Siswa juga akan belajar mendengarkan pendapat siswa lain dan memperdebatkannya secara argumentatif rational gagasannya yang berbeda. Bila pendapatnya tidak benar, dapat memperbaikinya dengan mengambil pendapat siswa lain yang benar. Sedangkan bila pendapatnya sudah benar, maka siswa tersebut akan menjadi lebih yakin akan kebenaran pendapatnya (lih. Suparno, 2007: 129).

Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:

1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa.

2. Memberi kesempatan pada siswa untuk menyalurkan kemampuannya. 3. Membantu siswa belajar berpikir kritis.

4. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun orang lain (teman:temannya).

(48)

0 ' !" ( (" #& "

0 *%#- + !

+%#-Ada dua jenis gaya antar partikel yaitu kohesi dan adhesi. Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel:partikel zat yang sejenis. Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel:partikel zat yang tidak sejenis (Kanginan, 2004: 59).

Gaya tarik menarik antar partikel zat dapat menjelaskan keadaan permukaan zat cair, yang berbentuk cembung atau cekung. Keadaan permukaan zat cair seperti ini disebut peristiwa meniskus. Meniskus cembung adalah permukaan zat cair yang berbentuk cembung (melengkung ke atas atau melengkung ke luar pada suatu bejana). Sedangkan meniskus cekung adalah permukaan zat cair yang berbentuk cekung yaitu melengkung ke bawah atau melengkung ke dalam pada suatu bejana (Irawan dan Sunardi, 2007: 66).

Gb.2.1. Meniskus cekung Gb.2.2. Meniskus cembung Permukaan air dan raksa dalam tabung akan mengalami peristiwa meniskus yang berbeda, yaitu:

(49)

b. Permukaan raksa dalam tabung berbentuk cembung (meniskus cembung) karena kohesi partikel:partikel raksa lebih besar daripada adhesi antara partikel:partikel raksa dan partikel:partikel kaca.

Bila kohesi > adhesi :

a. Zat tersebut tidak membasahi dinding wadahnya b. Permukaannya cembung

c. Tetesan membentuk bangun bola

Gb. 2.3. Membentuk Bangun Bola

Contoh gejala meniskus cembung yang terjadi di alam adalah air yang tidak dapat membasahi permukaan daun talas.

Bila Kohesi < adhesi :

a. Zat tersebut dapat membasahi dinding wadahnya b. Permukaannya cekung (meniskus cekung) c. Tetesan tidak membentuk bangun bola

Gb. 2.4. Tidak Membentuk Bangun Bola

(50)

30 ) & ( "

-Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu pipa sempit/pipa kapiler (Foster, 2004: 41). Pipa kapiler merupakan pipa yang mempunyai luas penampang atau lubang yang sangat kecil. Contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari:hari adalah :

a. Kompor bisa menyala karena minyak tanah naik melalui sumbu kompor.

b. Setelah mandi, air dapat dikeringkan dengan handuk. c. Tanaman menyerap air dari tanah melalui akar:akarnya.

d. Meresapnya air atau minyak pada kain (bdk. Irawan dan Sunardi, 2007: 69).

Gb. 2.5. Bejana Berhubungan Dengan Pipa Kapiler

(51)

40 #, !, ! #($ !

Berkaitan dengan gaya kohesi dan adhesi dikenal istilah tegangan permukaan. Tegangan permukaan terjadi karena pada permukaan air terdapat gaya tarik menarik antar partikel:partikel air (kohesi) yang mengakibatkan pada permukaan air seolah:olah terdapat selaput atau lapisan yang tegang sehingga dapat menahan benda (bdk. Irawan dan Sunardi, 2007: 69).

Semakin kecil tegangan permukaan suatu cairan, semakin mudah cairan itu membasahi benda, karena semakin luas permukaan yang dibentuk oleh cairan. Contoh peristiwa yang terkait dengan tegangan permukaan adalah :

a. Tetesan air pada permukaan daun talas berbentuk seperti bola.

b. Titik:titik embun yang menempel di atas rumput berbentuk seperti bola.

c. Itik dan angsa dapat berenang dan terapung di atas permukaan air. d. Serangga air dapat berjalan di atas air, karena berat serangga dapat

(52)

0 " ! #*( #!, ! #!#& " !

Dalam penelitian ini teori digunakan sebagai dasar untuk :

1. Membuat penelitian yaitu metode pengajaran dengan trik:trik yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

2. Membuat instrumen penelitian yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dan untuk mencari hubungan antar variabel yaitu motivasi belajar, kepercayaan diri, serta keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.

(53)

36

0 #! - #!#& " !

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh dalam bentuk skor atau angka dan dianalisis dengan statistik.

0 *) & - + ! $)#& #!#& " !

0 *) & - #!#& " !

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (2006: 32). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.

30 $)#& #!#& " !

Sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009. Jumlah sampel adalah 41 orang.

0 #$) " + ! " #!#& " !

(54)

0 (# "$#!"

adalah perlakuan peneliti kepada subjek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2007: 51). Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah dengan mengajar menggunakan metode yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Cara:cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan penghargaan secara verbal yaitu dengan memberikan pujian kepada yang siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan tanya jawab (diskusi) dan saat demonstrasi berlangsung.

2. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa dengan memberikan pertanyaan: pertanyaan tentang materi yang akan dijelaskan dan menggunakan metode demonstrasi untuk menjawab rasa ingin tahu siswa.

3. Pembuatan kelompok kerja agar siswa dapat bekerja sama dalam belajar. Pembagian kelompok ini juga bertujuan untuk menimbulkan persaingan sehat antar kelompok maupun antar siswa sehingga mereka akan berlomba:lomba untuk menunjukkan hasil belajar yang baik.

4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan kemampuannya di depan kelas yaitu mendemonstrasikan eksperimen sederhana di depan kelas.

(55)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 3 dan 5 halaman 88 dan 98.

0 !-"( $#! #!#& " !

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Suparno, 2007: 56). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

0 #- *!#(

Menurut Suharsimi Arikunto, kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (2006: 151). Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengetahui motivasi, kepercayaan diri, keaktifan siswa, serta untuk mengetahui apakah motivasi siswa meningkat atau tidak setelah diberi . Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2006: 152).

(56)

landasan teori yang telah diuraikan pada BAB II. Indikator dari setiap bagian yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

a. Instrumen motivasi belajar siswa

1) Dorongan dan kebutuhan dalam belajar (usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan belajar)

2) Harapan dan cita:cita masa depan

3) Kebutuhan siswa dalam belajar (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) 4) Hasrat dan keinginan berhasil (mencapai prestasi yang baik) (Uno,

2007: 23).

b. Instrumen kepercayaan diri siswa

1) Percaya akan kemampuan diri sendiri 2) Optimis (tidak takut gagal)

3) Sikap dan cara pandang yang positif 4) Harapan yang realistik (Rini, 2002)

c. Instrumen keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar 1) Keberanian untuk berpendapat dan bertanya

2) Usaha untuk meningkatkan prestasi dan menguasai materi pelajaran

3) Aktif dalam diskusi (kelompok)

(57)

Untuk mengetahui apakah motivasi siswa meningkat setelah diberi yaitu diajar dengan metode demonstrasi dan diskusi kelompok, digunakan kuesioner dengan indikator sebagai berikut:

a. Tertarik pada guru dan mata pelajaran yang diajarkan (tidak cepat bosan atau merasa senang belajar)

b. Antusias tinggi dan tekun dalam belajar

c. Selalu mengingat pelajaran (Brown, 1981, dalam Imron, 1996: 88) d. Senang memecahkan masalah dan terlibat aktif dalam proses belajar

(Sardiman, 1986, dalam Imron, 1996: 88).

Secara keseluruhan kisi:kisi kuesioner seperti pada tabel 3.1 berikut: ) *+#+ ,&

Bagian Indikator Nomor Item

Pernyataan Jumlah (Σ) a. Motivasi

Belajar

b. Kepercayaan Diri

1) Dorongan dan kebutuhan dalam belajar (usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan belajar) 2) Kebutuhan siswa dalam belajar

(motivasi intrinsik dan ekstrinsik) 3) Hasrat dan keinginan berhasil

(mencapai prestasi yang baik) 4) Harapan dan cita:cita masa depan

1) Percaya akan kemampuan diri sendiri

2) Optimis (tidak takut gagal) 3) Sikap dan cara pandang yang

(58)

Bagian Indikator Nomor Item

4) Harapan yang realistik

1) Keberanian untuk berpendapat dan bertanya

2) Usaha untuk meningkatkan prestasi dan menguasai materi pelajaran 3) Aktif dalam diskusi (kelompok) 4) Partisipasi siswa dalam proses

belajar mengajar (aktif

mengerjakan tugas dan latihan)

1) Tertarik pada guru dan mata pelajaran yang diajarkan (tidak cepat bosan atau merasa senang belajar)

2) Senang memecahkan masalah dan terlibat aktif dalam proses belajar 3) Antusias tinggi dan tekun dalam

belajar

4) Selalu mengingat pelajaran

4,8,10

(59)

mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yang terdiri dari tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat aplikasi, tingkat analisis, tingkat sintesis, dan tingkat evaluasi.

Soal dalam pretest berupa 6 soal uraian. Isi pokok tes adalah materi: materi dalam sub pokok bahasan gaya antar partikel zat yaitu 1 soal tentang pengertian kohesi dan adhesi, 1 soal tentang kohesi, 1 soal tentang adhesi, 2 soal tentang kapilaritas, dan 1 soal tentang tegangan permukaan. Soal pretest yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kohesi dan adhesi? (menguji tingkat pengetahuan)

2. Mengapa air di atas daun talas tidak membasahi permukaan daun talas? (menguji tingkat pemahaman)

3. Mengapa ketika kita menulis dengan dengan pulpen pada kertas, tinta dari pulpen akan melekat pada kertas? Mengapa hal tersebut dapat terjadi? (menguji tingkat analisis)

4. Mengapa minyak tanah dapat naik melalui sumbu pada kompor minyak ? (menguji tingkat aplikasi)

5. Jika bejana berhubungan dengan pipa kapiler di bawah ini diisi air, maka urutan tingginya permukaan air dari yang tertinggi ke yang terendah adalah …

Gambar. 3.1

(60)

Berilah alasannya! (menguji tingkat sintesis)

6. Mengapa serangga dapat berjalan di atas air? (menguji tingkat evaluasi)

80 *-""#-"

Dalam penelitian ini posttest diberikan kepada siswa di akhir kegiatan pembelajaran mengenai gaya antar partikel zat. Posttest yang diberikan mempunyai tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa khususnya mengenai sub pokok bahasan gaya antar partikel zat setelah memperoleh penjelasan dari guru. Dari posttest ini dapat diketahui hasil belajar siswa dalam sub pokok bahasan gaya antar partikel zat. Soal posttest yang diberikan sama dengan tes awal (pretest).

40 8#(?

-Observasi (pengamatan) meliputi pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera yaitu melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Selain pengamatan langsung dengan indera, observasi dapat dilakukan dengan rekaman gambar dan rekaman suara (lih. Arikunto, 2006: 156:157).

(61)

dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Berikut ini adalah contoh lembar observasi (pengamatan) yang digunakan (lihat tabel 3.2) :

) + *+-+ ' ) .

No Hal Yang Diamati Banyaknya Siswa Keterangan

1. Bertanya kepada guru bila belum memahami materi pelajaran yang dijelaskan.

2. Tekun mengerjakan tugas (latihan).

Lembar pengamatan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 112.

0 & + "

(62)

Kuesioner digunakan untuk mengetahui skor motivasi belajar, kepercayaan diri, keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan mengetahui apakah motivasi siswa meningkat atau tidak setelah diberi dengan mengukur tingkat kesenangannya. Setiap bagian mempunyai indikator yang menunjukkan apa yang mau diukur seperti pada tabel 3.1. Dan pernyataan pada kuesioner telah sesuai dengan indikator setiap bagian yang akan diukur.

(63)

0 #"*+# ! & - - "

0 #!, ( % *" ? - #& ( #(% + ) - & #& ( -/ & $

! % *,! " >

Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif diukur menggunakan kuesioner motivasi belajar dan posttest setelah dilakukan . Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis dengan tahap:tahap sebagai berikut. Kuesioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan ke dalam pernyataan positif dan negatif. Kemudian masing:masing kategori jawaban tersebut diberi skor. Penetapan skor untuk pernyataan positif dan negatif seperti pada tabel 3.3.

) +*+*+ " &

Skor Nilai Item Positif Item Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skor yang diperoleh siswa dalam kuesioner dijumlahkan. Dan skor ini yang digunakan sebagai skor motivasi belajar siswa.

(64)

sempurna atau tidaknya jawaban. Adapun pedoman penilaian (pemberian skor) untuk soal pretest dan posttest adalah sebagai berikut:

• Soal dengan bobot 10%

Penetapan skornya adalah 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali; 1:2 jika menjawab pertanyaan namun salah; 3:4 jika ada pola pengerjaan dan mengarah ke benar; dan 5 jika menjawab dengan benar dan sempurna.

• Soal dengan bobot 15%

Penetapan skornya adalah 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali; 1:2 jika menjawab pertanyaan namun salah; 3:4 jika ada pola pengerjaan dan mengarah ke benar; 5:6 jika jawaban benar tetapi kurang sempurna dan 7,5 jika menjawab dengan benar dan sempurna.

• Soal dengan bobot 25%

Penetapan skornya adalah 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali; 1:3 jika menjawab pertanyaan namun salah; 4:8 jika ada pola pengerjaan dan mengarah ke benar; 9:11 jika jawaban benar tetapi kurang sempurna dan 12,5 jika menjawab dengan benar dan sempurna. Berdasarkan bobot soal yang digunakan maka hasil penilaiannya dapat dianalisis dengan cara:

• Memberikan skor berdasarkan kebenaran jawaban yang diberikan oleh siswa untuk setiap soal.

(65)

Setelah didapat skor motivasi belajar dan skor hasil belajar (posttest), kedua variabel dikorelasikan dengan rumus Koefisien Korelasi Pearson berikut:

/ : motivasi belajar

/ : rata:rata motivasi belajar

% : hasil belajar

% : rata:rata hasil belajar

Dalam penelitian ini untuk mencari korelasi antara dua variabel digunakan program SPSS 12. Untuk menguji signifikansi hasil korelasi dengan penyusunan hipotesis:

Ho : tidak ada hubungan antara dua variabel Hi : ada hubungan antara dua variabel

Bila probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak dan berarti bahwa ada hubungan antara dua variabel (ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif).

(66)

30 #!, ( % #)#(7 ' ! ( #(% + ) - & #& ( -/ & $

! % *,! " >

Pengaruh kepercayaan diri siswa terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif diukur menggunakan kuesioner kepercayaan diri dan posttest setelah dilakukan .

Skor kepercayaan diri dan skor hasil belajar (posttest) dikorelasikan dengan rumus Koefisien Korelasi Pearson (lihat halaman 47). Bila probabilitasnya < 0,05 berarti bahwa ada hubungan antara dua variabel (ada pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif).

Hasil dari kuesioner kepercayaan diri siswa diperkuat dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran.

40 #!, ( % # " > ! -/ & $ (*-#- #& ( #!, ( #(% + )

- & #& ( -/ & $ ! % *,! " >

Pengaruh keaktifan siswa terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif juga diukur menggunakan kuesioner keaktifan siswa dan posttest setelah dilakukan .

(67)

Pengambilan kesimpulan mengenai keaktifan siswa diperkuat dengan melihat hasil pengamatan selama proses pembelajaran.

20 #!, ( % *" ? - #& ( #)#(7 ' ! ( + ! # " > ! -/

& $ (*-#- #& ( #!, ( #(% + ) - & #& ( -/ & $

! % *,! " >

Untuk mencari pengaruh secara gabungan motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dengan menggunakan teknik korelasi ganda ( " ). Dalam menghitung korelasi ganda lebih dari dua variabel secara bersama:sama dengan menggunakan analisis regresi ganda (Sugiyono, 2007: 218). Persamaan regresi untuk tiga prediktor dihitung menggunakan rumus :

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3 Rumus korelasi ganda 3 prediktor:

Ry (1,2,3)= koefisien korelasi ganda ( " ) X1 = motivasi belajar

(68)

Dengan menggunakan program SPSS 12 dapat diketahui nilai probabilitasnya. Bila p < 0,05, maka signifikan berpengaruh.

A0 ( #! !, " ! *" ? - #& ( -/

Skor yang diperoleh siswa dalam kuesioner yang digunakan untuk mengungkap apakah motivasi belajar siswa meningkat atau tidak, kemudian dijumlahkan. Kemudian skor tersebut dikategorikan dalam skala seperti pada tabel 3.4 berikut :

) + *+2+ & &

Tingkat Kesenangan Interval skor

Sangat Senang 31 – 40

Senang 21 – 30

Agak Senang 11 – 20

Kurang Senang 0 – 10

(69)

B0 - & #& ( -/ & $ ! % *,! " > + 8 * * % - !

' !" () (" #& "

Pretest dan posttest dibandingkan dengan menggunakan

" . " ini digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependen, atau satu kelompok yang ditest dua kali, yaitu pada pretest dan posttest (Suparno, 2007: 97). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

D = perbedaan antara score tiap subyek = X1:X2 N = jumlah pasang score (jumlah pasangan) Df = N:1

(70)

53

0 #& - ! ! #!#& " !

Penelitian ini mengambil data dari kelas VII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Keseluruhan siswa kelas VII D berjumlah 43 orang, tetapi pada waktu penelitian dilaksanakan ada 2 orang siswa yang absen sehingga sampel yang terkumpul sebanyak 41 orang.

Sebelum proses belajar mengajar dilakukan, terlebih dahulu peneliti berkenalan dengan siswa:siswi kelas VII D, kemudian memberi penjelasan mengenai kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Untuk mengetahui kemampuan atau pengetahuan awal siswa mengenai gaya antar partikel zat, siswa diberi tes awal (pretest) yang terdiri dari 6 soal uraian dengan alokasi waktu selama 15 menit.

(71)
(72)

Selama proses belajar mengajar berlangsung, 2 orang ) mengamati bagaimana motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan.

Setelah proses belajar mengajar selesai kemudian siswa diberi posttest. Soal posttest terdiri dari 6 soal uraian. Alokasi waktu yang diberikan adalah 15 menit. Siswa mengerajakan soal dengan tenang. Kegiatan terakhir dalam penelitian ini adalah tiap siswa diminta untuk mengisi angket motivasi belajar, kepercayaan diri, keaktifan siswa, dan angket untuk mengetahui apakah motivasi belajar siswa meningkat atau tidak. Karena waktu tidak mencukupi maka pengisian angket dilakukan pada pertemuan berikutnya.

0 - & #!#& " !

0 - & #& ( -/ & $ ! % *,! " >

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen berupa posttest. Hasilnya adalah seperti pada tabel 4.1 berikut:

) 2+#+ ) &

No Sampel Skor Pretest Skor Posttest

(73)
(74)

30 *" ? - #& (

0 " #- *!#(

(75)

Sampel Skor Motivasi

37 36

38 38

39 36

40 34

41 33

80 " 8#(?

-Data motivasi belajar siswa juga diperoleh dari observasi selama proses belajar mengajar berlangsung. Sebagian besar siswa bersemangat dalam belajar dengan terlibat aktif dalam diskusi dan tanya jawab dengan guru. Siswa menjawab pertanyaan guru secara bersama:sama, dan di sini terlihat semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada saat ada materi pelajaran yang belum jelas, siswa tidak malu untuk bertanya kepada guru. Bahkan ada juga siswa yang bertanya dengan maju ke depan kelas saat guru sedang menulis di papan tulis. Siswa juga terlihat tidak bosan dalam belajar. Hal ini ditunjukkan dengan tidak berbicara sendiri ataupun sibuk dengan kegiatan lainnya. Hanya beberapa orang siswa yang terlihat bosan dan berbicara sendiri.

(76)

Gambar 4.1 Siswa terlihat tekun mengerjakan tugas

Sambil mengerjakan LKS, siswa juga mencatat penjelasan guru di LKS tersebut seperti tampak pada gambar 4.2. Hal ini terlihat jelas saat siswa meminta guru untuk mengulang penjelasan tentang materi agar siswa dapat mencatat dengan benar.

(77)

40 #)#(7 ' ! (

0 " #- *!#(

Hasil skor kepercayaan diri siswa adalah seperti pada tabel 4.3 berikut:

) 2+*+ ) & " % 4

No Sampel Skor Kepercayaan Diri

(78)

No Sampel Skor Kepercayaan Diri

37 30

38 35

39 27

40 29

41 33

80 " 8#(?

-Dari data pengamatan yang diperoleh, semua siswa terlihat tidak malu/takut mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok. Siswa juga aktif mengerjakan lembar kerja siswa dalam kelompok sambil memperhatikan demonstrasi yang dilakukan perwakilan siswa dengan bimbingan guru (lihat gambar 4.3).

Gambar 4.3 Siswa aktif dalam diskusi kelompok

Seperti terlihat dalam gambar 4.4, siswa mandiri dalam mengerjakan soal namun saat diskusi kelompok, siswa saling membantu siswa lain yang mengalami kesulitan.

(79)

Wajah siswa tidak tampak cemas atau khawatir saat mengikuti pelajaran. Namun sebaliknya, siswa justru terlihat gembira seperti yang terlihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Siswa terlihat gembira saat menerima pelajaran Selain itu, ada beberapa siswa yang secara sukarela mau maju ke depan kelas untuk memperagakan demonstrasi.

20 # " > ! -/ & $ (*-#- #& ( #!, (

0 " #- *!#(

Hasil skor keaktifan siswa adalah seperti pada tabel 4.4 berikut: ) 2+2+ ) & &

No Sampel Skor Keaktifan Siswa

1 37

2 33

3 32

4 30

5 31

6 29

7 33

8 33

(80)

No Sampel Skor Keaktifan Siswa

(81)

kadang:kadang jawabannya kurang tepat. Tetapi siswa telah menunjukkan keaktifannya dalam menjawab pertanyaan.

Gambar 4.6. Siswa sedang menjawab pertanyaan guru

Siswa secara sukarela memperagakan demonstrasi di depan kelas dengan bimbingan guru seperti tampak pada gambar 4.7. Siswa memperagakan demonstrasi sesuai dengan petunjuk dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian dengan bahasanya sendiri siswa berusaha menjelaskan kepada teman:temannya bagaimana langkah kerjanya.

Gambar 4.7. Siswa aktif melakukan demonstrasi

(82)

gambar 4.8). Siswa tetap berusaha melengkapi catatannya walaupun sudah diberikan lembar kerja siswa.

Gambar 4.8. Siswa sedang berdiskusi dengan teman sambil mencatat

Siswa juga mengerjakan tugas. Instruksi yang diberikan guru segera dikerjakan oleh siswa. Misalnya saat guru meminta untuk membuat kelompok dan juga saat mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

Seperti tampak pada gambar 4.9, siswa memperhatikan dan tidak berbicara sendiri saat guru sedang menerangkan.

(83)

A0 #! !, " ! *" ? - #& ( -/

Berikut ini adalah data hasil kuesioner untuk mengungkap apakah motivasi belajar siswa meningkat atau tidak dengan mengukur tingkat kesenangan siswa seperti pada tabel 4.5 berikut:

) 2+5+ ) & &

No Sampel Skor Tingkat Kesenangan

(84)

No Sampel Skor Tingkat Kesenangan

35 37

36 23

37 36

38 36

39 40

40 37

41 32

0 ! & - - "

0 #!, ( % *" ? - #& ( #(% + ) - & #& ( -/ & $

! % *,! " >

0 " #- *!#(

Untuk mengetahui apakah variabel motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar siswa dalam ranah kognitif atau tidak, dapat dihitung dengan menggunakan teknik korelasi. Dalam hal ini untuk perhitungan korelasi dihitung dengan menggunakan program SPSS 12. Berikut ini hasil analisis korelasi tersebut yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.6:

) 2+6+ ) . 4 .

!

!

(85)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,643 dan p = 0,000. Karena p < 0,05 berarti bahwa motivasi belajar signifikan mempengaruhi hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.

80 " 8#(?

-Dari pengamatan ternyata diperoleh data bahwa sebagian besar siswa bersemangat dalam belajar dengan terlibat aktif dalam diskusi dan tanya jawab dengan guru. Siswa pun tidak segan untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum dimengerti. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa terlihat tekun mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa mencatat penjelasan guru agar lebih mudah mengingat materi pelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa tampak tidak bosan mengikuti pelajaran yang ditandai dengan tidak bermain:main sendiri.

Dari kegiatan:kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, dapat disimpulkan bahwa siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

(86)

30 #!, ( % #)#(7 ' ! ( #(% + ) - & #& ( -/ & $

! % *,! " >

0 " #- *!#(

Untuk mengetahui apakah variabel kepercayaan diri mempengaruhi hasil belajar siswa dalam ranah kognitif atau tidak dapat dihitung dengan cara yang sama seperti saat menguji hubungan variabel motivasi belajar dan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif yaitu dengan menggunakan teknik korelasi. Berikut ini hasil analisis korelasi menggunakan program SPSS 12 seperti tampak pada tabel 4.7 :

) 2+7+ ) " % 4 4 .

%

& &

%

!

& &

!

" # $

(87)

80 " 8#(?

-Dari data pengamatan yang diperoleh, siswa terlihat tidak malu/takut mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok. Siswa juga aktif mengerjakan lembar kerja siswa dalam kelompok sambil memperhatikan demonstrasi yang dilakukan perwakilan siswa dengan bimbingan guru. Siswa telihat mandiri dalam mengerjakan soal namun saat diskusi kelompok, siswa saling membantu siswa lain yang mengalami kesulitan. Wajah siswa tidak tampak cemas atau khawatir saat mengikuti pelajaran. Namun sebaliknya, siswa justru terlihat gembira. Selain itu, siswa secara sukarela mau maju ke depan kelas untuk memperagakan demonstrasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai kepercayaan diri yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dipengaruhi oleh kepercayaan diri siswa. Semakin tinggi kepercayaan diri siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.

40 #!, ( % # " > ! -/ & $ (*-#- #& ( #!, ( #(% + )

- & #& ( -/ & $ ! % *,! " >

0 " #- *!#(

(88)

) 2+8+ ) & 4 .

' " $ (

) ' "

!

) $ (

!

" # $ *

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi atau nilai r = 0,366 dan p = 0,019. Oleh karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa mempengaruhi hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.

80 " 8#(?

-Pada saat guru mengadakan tanya jawab mengenai materi yang sedang dijelaskan, siswa aktif terlibat menjawabnya. Siswa secara sukarela memperagakan demonstrasi di depan kelas dengan bimbingan guru. Siswa mencatat penjelasan yang diberikan guru. Siswa juga selalu mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu siswa tampak memperhatikan dan tidak berbicara sendiri saat guru sedang menerangkan. Kegiatan:kegiatan yang dilakukan siswa:siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

(89)

belajar mengajar. Semakin tinggi keaktifan siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.

20 #!, ( % *" ? - #& ( #)#(7 ' ! ( + ! # " > ! -/

& $ (*-#- #& ( #!, ( #(% + ) - & #& ( -/ & $

! % *,! " >

Untuk mencari pengaruh motivasi belajar, kepercayaan diri, dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dengan menggunakan teknik korelasi ganda ( "

). Dalam menghitung korelasi ganda lebih dari dua variabel secara bersama:sama dengan menggunakan analisis regresi ganda.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat (+ ) ! , siswa yang memiliki latar belakang bahasa Jawa akan meluluhkan verba bahasa Indonesia yang berhuruf awal /c/,. seperti cuci, curi, dan cinta menjadi

dalam penulisan perencanaan ini penulis membatasi permasalahan pembahasan, yaitu perencanaan pompa sentrifugal untuk distribusi air baku di PDAM Surakarta untuk

Rendahnya motivasi berprestasi merupakan gejala yang kurang menguntungkan karena menunjukkan adanya sikap acuh tak acuh terhadap kehidupan sosial, tanggung jawab sebagai

Berangkat dari persoalan ini, penulis berpendapat bahwa keterhubungan antara negara dan BUMN dalam kaitannya dengan penyertaan modal dan pengelolaan asset BUMN harus dipilah secara

Pengujian Umpan Serealia dan Larva Serangga dengan Rodentisida Hasil yang diperoleh dari pengujian ini, menunjukkan bahwa tikus pohon mengonsumsi beras pecah kulit dan

The scope of cooperation as mutually agreed upon by the Parties in this MoU shall include:.. 1) Seeking the appropriate approach on how to support the development of

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode PAKEM, serta faktor- faktor penghambat dan pendukung dalam

video in teaching speaking activities for junior high school students. The qualitative method was conveyed in order to collect the data with observation and interview as