• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCINT AAN MELAL UI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERCINT AAN MELAL UI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERCINTAAN MELALUI

CHATTING

PADA USIA DEWASA AWAL

(pendekatan fenomenologis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Program Studi Psikologi

DISUSUN OLEH :

Mikael Mardi Raharjo

019114044

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO

Put the LOVE, which is the bond of

perfection (Collasians 3:14).

"Hereby perceive we the love of God, because he laid dow n his life for us:

and we ought to lay down our lives for the brethren. But whoso hath this world's good,

and seeth his brother have need, and shutteth up his bowels of compassion from him,

how dwelleth the love of God in him? My little children,

let us not love in word, neither in tongue; but in deed and in truth." (I John 16 -18)

dan hanya karena cintaNya

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ibu,

Engkau melakukannya untuk hidup saya

Sebagaimana yang saya butuhkan.

Saya berutang segala yang saya miliki kepadamu.

Ketika saya muda, engkau memperlihatkan saya tentang

kebenaran,

jauh dari apa yang sebaiknya dilakukan.

Tanpa cintamu, di mana saya ada?

Engkau memberi saya kebahagiaan, lebih banyak lagi

daripada kata-kata.

Saya berdoa kepada Tuhan

agar Dia memberkatimu setiap malam dan setiap hari.

Ibu,

Skarang saya tumbuh.

Dan saya bisa membawa lurus semua langkahku sendiri.

Saya akan dengan senang hati memberikan apa yang tlah

(6)

Karya ini kupersembahkan kepada :

Orang tuaku, Ayah Ibuku tercinta yang selalu memberikan

dukungan, doa, dan cinta yang tulus ikhlas.

Mba Cil, Mba Anna, Paklik bulik sekeluarga yang senantiasa

mendoakan, membantu dan mendukung saya.

Pakdhe terima kasih banyak atas dukungan, dorongan

semangat, serta ilmunya.

Suster Paula ADM, terima kasih, atas dukungannya, doa dan

kebaikannya.

Serta mereka yang selalu mendoakanku dan mendukungku di

segala suasana hati …..

Thanks God

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang dituliskan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juni 2007

Penulis

(8)

ABSTRAK

PERCINTAAN MELALUI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL

Mikael Mardi Raharjo

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Interaksi di dunia maya dipandang sebagai suatu hal yang menarik dan menjanjikan bagi para penggunanya, termasuk juga bagi mereka yang berusia dewasa awal yang tengah mencari pasangan. Chatting digunakan sebagai salah satu cara mereka untuk mencari pasangan. Simbol-simbol dan huruf-huruf yang digunakan dalam chatting

dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Berawal dari rasa ketertarikan yang kemudian berkembang pada interaksi terus menerus, seseorang dapat mengalami perasaan jatuh cinta. Oleh karena itu bagaimana percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal dirasa sebagai suatu hal yang menarik untuk diteliti .

Penelitian kualitatif ini menggunak an pendekatan fenomenologi yang akan menguraikan phenomenon berupa perilaku pengguna warnet dalam menjalin cinta melalui chatting. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 orang, menggunakan

criterion sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, sedangkan verifikasi data menggunakan intersubyektive validity.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa percintaan melalui chatting pada pengguna warnet berusia dewasa awal dimaknai sebagai jalinan cinta yang main -main. Jalinan cinta ini cenderung membatasi hubungannya dengan pasangan, menghindari keterlibatan hubungan yang mendalam, dan tidak melekatkan diri pada pasangannya tetapi membuat pasangannya lekat padanya.

(9)

ABSTRACT

LOVING TROUGH CHATTING AT EARLY ADULTHOOD

Mikael Mardi Raharjo

Psychology Department of Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

Illusory World interaction viewed as an interested and promised to all its consumers, including also for the men who have early ad ult which is being look for partner. Chatting used as one of their ways to look for partner. Symbols, letters, used in chatting could lay open their feeling and mind. Started from interest feeling; then develop to continuous interaction, it can make someo ne fall in love. In the end, how love in chatting at early adult felt as an interest to be researched.

This qualitative research used phenomenological approach to elaborate phenomenon in the form of behavior of consumers to use Internet in braiding chatt ing love. Amount of samples in this research were 10, used criterion sampling. Taking of data used a circumstantial interview, while data verification use intersubjective validity.

The research indicates that love in chatting at early adult consumer of Internet meant as love braid which trifle. This loving is tend to to limit its relation with his or her partner, avoiding depth relationship involvement, and not attach into his or her partner but making his or her partner attach him or her.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan:

1. Pertama kali penulis mengucapkan terima kasih sedalam -dalamnya kepada Bp. A Supratiknya selaku dosen pembimbing s kripsi. Terima kasih atas kesabarannya untuk membimbing saya serta senantiasa menunggu perkembangan dari skripsi saya.

2. Kepada Ibu Silvia Carolina, selaku pembimbing akademik. Bapak Siswo Widyatmoko, Bapak Wijoyo Adi Nugroho, Ibu Agnes Indar E, serta Ibu Nimas, terima kasih atas masukan yang berharga untuk skripsi saya. Terima kasih pula untuk seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya selama saya kuliah di Universitas Sanata Dharma.

3. Terima kasih juga untuk Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si yang telah memberiku kesempatan untuk bergabung dalam P2TKP angkatan 2006. Terima kasih juga kepada Ibu Tiwi, Mba Tia dan Pak Toni atas bimbingannya selama di P2TKP. Buat teman-teman P2TKP angkatan 2006 : Anita, Deasy, Tyo, Etik, Lisna, Adi, Desta dan Catrine. Special thanks to Desi atas recordernya serta Adi atas koreksian abstraknya. Tak lupa senior-senior di P2TKP : Cawet, Eko, Rani dan Juli. Serta teman-teman P2TKP Angkatan 2007: Otik, Iput, Tita, Abe, Elvin, Ina, dan Obet. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

4. Buat Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gie untuk segala bantuannya terutama dalam administrasi perkuliahan selama berada di Fakultas Psikologi. Buat Mas Muji trimakasih atas pinjaman tape recordernya. Mas Doni terima kasih untuk segala bantuannya selama di ruang baca, praktikum dan selama menjadi asisten. 5. Terima kasih untuk para chatters (Galih, Tia, Linda, Mira, Cindy, Lucky, Iwan,

(11)

teman-teman cyberku yang kadang juga selalu memberikan dukungan kala saya dalam kesulitan, memberi kecerian yang telah diberikan serta kekonyolan -kekonyolan dalam kita berkomunikasi melalui chatting .

6. Terima kasih untuk Bp Emanuel Baskoro, atas dorongan, dukungan dan masukan selama saya menuliskan skripsi ini. Tak lupa kepada Bp Budiantara atas bantuan dan masukan yang beharga yang telah diberikan kepada saya selama saya menuliskan skripsi ini.

7. Terima kasih untuk Cik Tanti, Koh Dennies, dan Aan yang telah memberikan kesempatan saya untuk belajar banyak mengenai internet, juga teman teman OP Secondhome yang tak bisa saya sebutkan satu-persatu atas suka dukanya serta dinamikanya selama menjadi Operator Warnet.

8. Buat teman teman satu angkatan; Achong, Eko, Vembri, Tumbur, Nining, Ninik, Vera, dan semua yang tak bisa kusebutkan satu persatu, trima kasih atas kebersamaan selama menjalani studi di Psikologi. Buat Donie terima-kasih aku bisa discankan lembar pengesahan di tempatmu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurang an dan keterbatasannya. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan guna membangun dan memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING --- ii

HALAMAN PENGESAHAN --- iii

HALAMAN MOTTO --- iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ---v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA --- vii

ABSTRAK --- viii

ABSTRACT ---ix

KATA PENGANTAR --- x

DAFTAR ISI ---xii

DAFTAR TABEL --- xv

DAFTAR BAGAN --- xvi

DAFTAR LAMPIRAN ---xvii

BAB I PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Rumusan Permasalahan --- 6

C. Tujuan Penelitian --- 6

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA --- 8

A. CINTA --- 8

1. Definisi Cinta --- 8

2. Aspek dari cinta menurut Segitiga Cinta Stenberg --- 9

3. Tipe-tipe cinta berdasarkan komponen Segitiga Stenberg --- 11

4. Proses perkembangan sebuah hubungan ---12

B. DEWASA AWAL ---13

1. Definisi Dewasa awal --- 13

2. Ciri-ciri dewasa awal ---14

3. Karakteristik minat sosial dewasa awal---16

C. CHATTING --- 17

D. PERCINTAAN MELALUI CHATTING PADA USIA DEWASA AWAL---19

E. PERTANYAAN PENELITIAN---21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN --- 23

A. Jenis Penelitian --- 23

B. Pandangan Peneliti mengenai Cyberlove --- 26

C. Fokus Penelitian --- 27

D. Informan Penelitian --- 28

E. Metode Pengumpulan Data --- 28

F. Metode Analisis Data ---29

(14)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ---32

A.. Hasil Penelitian --- 32

1. Apa yang dialami oleh pengguna internet usia dewasa awal yang melakukan chatting --- 32

2. Bagaimana percintaan melalui ch atting tersebut dialami pengguna warnet berusia dewasa awal---35

3. Apa makna percintaan melalui chatting bagi pengguna warnet berusia dewasa awal---43

B. Pembahasan Penelitian ---45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ---49

A. Kesimpulan --- 49

B. Saran --- 49

DAFTAR PUSTAKA --- 51

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

DAFTAR BAGAN

DAFTAR BAGAN --- 55

Daftar bagan proses pengolahan data ---55

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Verbatim informan 1 ---57

LAMPIRAN 2. horizonalization informan 1 --- 68

LAMPIRAN 3. tekstural, struktural informan 1 --- 73

LAMPIRAN 4. informen concern form informan 1 ---74

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini dunia maya hampir dapat dipastikan membawa budaya baru bahkan

menjadi trend bagi berbagai kalangan mulai dari anak-anak muda usia sekolah, kuliah, bahkan bagi mereka yang sudah bekerja (Sumsel.com, 2003). Bagi mereka,

dunia maya memang menarik dan menjanjikan banyak hal terutama untuk suatu

hubungan, mulai dari hanya mencari teman hingga mencari jodoh. Hal ini dapat

terfasilitasi, terlebih dengan maraknya situs perkawanan seperti friendster.com, HI5.com, Cyberspace.com, temanster.com, friendfinder.com, bahkan hingga situs Blogger. Ada pula situs yang memang mengkhususkan untuk temu jodoh layaknya biro jodoh konvensional di koran-koran seperti situs Personals.AOL.com, iwantu.com,

matchmaker.com, friendfinder.com dan lain sebagainya (Tempo, 2004).

Di samping situs perkawanan dan situs jodoh tersebut, para pengguna internet

juga dapat menemukan teman-teman baru melalui chatting. Chatting dianggap lebih

banyak dilakukan oleh orang-orang dan cukup fenomenal. Berdasarkan survai Nielsen

dan Netratings tahun 2005, pengguna Gtalk sekitar 866 ribu, sedangkan AOL Messenger mencapai 53 juta, MSN Messenger 27 juta, dan Yahoo Messenger ¹) 22 juta(http://www.wemaster.net/modules.php?).

Meski sebagian kalangan menganggap chatting sebagai kegiatan buang-buang

waktu, ada juga yang berkeyakinan bisa mendatangkan manfaat. Tidak sedikit yang

(19)

di antaranya adalah tambah teman, wawasan dan mencari pacar (Minggu pagi, 2004).

Denny Chasmala misalnya, lelaki lajang 31 tahun adalah seorang produser rekaman di

Jakarta yang terbiasa chating. Dengan melalui chating, ia bertemu dengan Octriasari

Maharani bekas tetangganya yang tinggal di Yogyakarta. Keduanya merasakan

kecocokan dan pada tanggal 28 Agustus 2005 mereka menikah. Hal yang hampir

sama dialami Sri Rahati Hadiningrum (Nining) yang saat itu berusia 34 tahun.

Wanita asal Cirebon ini memperoleh jodoh melalui situs iwantu.com. Jodohnya pria asal Inggris bernama Jacob Andrew Purches (Jake). Mereka kemudian menjalin

hubungan melalui chating dan email. Pada mulanya Nining ragu karena mereka berbeda agama, namun Jake menunjukkan keseriusannya dengan bersedia pindah

agama dari Katolik Anglikan ke Islam, Nining pun semakin tertarik. Merekapun

akhirnya menikah pada tanggal 29 Mei 2001 dan sekarang sudah dikaruniai seorang

anak. (Tempo, 2004).

Bagi sebagian orang akan sulit percaya bahwa sepasang manusia bisa menjalin

cinta melalui Internet (virtual love atau cyberlove). Kemungkinan untuk berbohong dan dibohongi di dunia maya lebih besar daripada jika bertatap muka langsung.

Zondra Hughes (2003) mendukung pernyataan ini dengan mengemukakan bahwa

wanita berusia 47 mungkin saja mengaku dirinya sebagai seorang gadis berusia17

tahun. Padahal kejujuran merupakan sebuah pembukaan diri yang nantinya akan

menentukan seseorang menjadi lebih akrab. Kendati demikian, sebuah relasi dalam

dunia maya dianggap sama pentingnya dengan menjalin relasi di dunia nyata (Whitty

and Gavin, 2001). Hal ini di tegaskan dengan sebuah penelitian yang menunjukkan

(20)

dunia maya dalam hal kepuasan berelasi dan potensi penerimaan emosional (Cornwell

dan Lundgren, 2001).

Donny (2003) mencoba menjelaskan bagaimana keterlibatan pelaku virtual love selama mereka chatting. Ia mengungkapkan bahwa sinyal-sinyal emosional dari pasangan virtual lover ditransfomasikan dalam bentuk bit dan byte ² ) di internet. Ide

dasarnya sebenarnya sama dengan teknik surat menyurat. Melalui sepucuk surat

tersebut, mereka mentransformasikan hasrat, gairah dan emosi cintanya melalui tinta

yang dituliskan pada kertas putih polos. Hanya bedanya emosi para virtual lover akan

saling dipertukarkan saat itu juga (real time) manakala mereka menekan tombol 'Enter' pada keyboard. Sedangkan para conventional lover, dapat dikatakan harus menunggu berhari-hari balasan dari suratnya terhitung sejak mereka menutup amplop

dan menempelkan perangko.

Berhubungan melalui internet dirasa memiliki sensasi yang berbeda dengan

berkenalan langsung di dunia nyata. Disamping itu, berelasi di internet dirasa

memberikan kenyamanan tersendiri. Tak sedikit orang yang merasa canggung jika

harus berkata-kata dan bertatap muka langsung dalam menuangkan pikiran dan

perasaannya (Kompas, 2005). Artinya, rasa malu, kaku, atau takut yang sering muncul

bila bicara berhadapan langsung, akan berkurang ataupun hilang bila komunikasi

dilakukan di internet.

Dengan makin menjamurnya warnet-warnet, akses komunikasi untuk para

virtual lover atau cyberlover semakin mudah. Hal ini ditegaskan oleh Heru Nugroho selaku sekretaris jendral APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) yang

mengatakan jumlah pelanggan internet dari sektor pribadi (residence) dan warnet

(21)

pelanggan korporasi yang masing-masing hanya mencapai 40 ribu. Beliau juga

menunjukkan bahwa pada tahun 2003 pengguna internet mengalami peningkatan

hingga 5,5 juta orang dibanding tahun sebelumnya 2002 yang hanya 4,2 juta orang.

(www.kompas.com). Dengan maraknya warung internet tersebut, pada virtual love tak perlu susah-susah memiliki komputer, perangkat internet beserta modemnya.

Mereka tinggal sewa komputer dengan internetnya selama yang mereka mau. Dengan

menyewa internet di net-café, dirasa lebih murah jika dibandingkan dengan memasang layananan internet di rumah sendiri. Yang penting bagi mereka, untuk

menjalin sebuah hubungan tidak perlu harus mahal.

Hubungan semacam itu rupanya menarik perhatian Boyd yang menganalisis

situs MySpace.com. Ia mengemukakan bahwa situs tersebut memiliki anggota 15 juta

orang dan setengahnya berusia rata-rata 24 tahun (http://www.unissula.ac.id/sinau/

default.asp). Usia 24 tahun termasuk dewasa awal karena , usia dewasa awal dimulai

pada usia 21 tahun hingga 35 tahun. Pada usia tersebut, rata-rata mereka masih

menjalani status mereka sebagai mahasiswa dan mulai merintis di dunia kerja

(Santrock,2002). Hal ini dipertegas lagi dengan hasil polling atau jajak pendapat

mahasiswa di Kanada yang menemukan bahwa 87% atau lebih dari 2.500 orang

mahasiswa yang mengikuti polling pernah atau sudah melakukan cyber seks dan cyberlove di balik program Instant Message (chatting), baik menggunakan webcam

ataupun menggunakan voice mail ( http://www.hostingcentre.com).

Bagi para pengguna warnet yang berusia dewasa, khususnya mereka yang

melakukan virtual love, orientasi untuk sebuah jalinan semata-mata tidak hanya sebatas mengetahui lawan bicara saja tetapi juga mengenal lebih mendalam. Hal ini

(22)

lebih intim. Mereka juga lebih banyak diarahkan pada harapan sosial yang

sebenarnya. Seperti yang dikemukakan Ekorini (2004) yakni saat tersebut adalah saat

setiap orang akan dihadapkan pada masalah sosial untuk bisa beradaptasi dengan

lawan jenis dan lingkungan sosial di sekitarnya.

Seseorang akan merasa tertarik berelasi dengan orang lain diawali dengan

suatu hubungan yang akrab, dan munculnya kecocokan antar kedua belah pihak

(Santrock, 2002). Apabila hubungan akrab tersebut didukung pula oleh bangkitnya

afek, dan mereka termotivasi untuk saling memiliki hubungan, akan menimbulkan

rasa saling suka (Baron& Byrne, 2005). Hasil penelitian Simpson (2007)

menunjukkan bahwa hubungan yang diawali dari persahabatan pada masa

kanak-kanak, pada usia dewasa dapat dimungkinkan terbentuk hubungan romantisme yang

nantinya memunculkan rasa nikmat yang lebih. Munculnya perasaan saling suka

didalam persahabatan atau dalam hubungan yang akrab merupakan awal bagi mereka

untuk saling jatuh cinta.

Dalam percintaan melalui chatting, chatting merupakan sarana untuk mengakrabkan kedua belah pihak. Kendati hubungan melalui chatting ini berawal dari

tanpa adanya keterlibatan fisik secara nyata seperti kisah cinta di dunia nyata pada

umumnya, namun bagi para virtual lover, mereka tetap menganggap dan memaknai hubungannya ini sebagai hubungan percintaan terlebih bila keduanya memiliki rasa

saling suka dan ada kecocokan. Percintaan yang mereka bangun ini sebagian

berdasarkan khayalan dan ilusi yang positif. Bahkan, ilusi semacam ini tampaknya

membantu menciptakan hubungan yang lebih baik (Martz, Murray, Holmes, Griffin,

dalam Baron & Byrne , 2005). Agar keintiman yang mereka bangun berdasarkan

(23)

menerus yakni dengan melakukan kontak secara online ataupun berkirim surat melalui email.

Dari uraian tersebut, peneliti ingin mendapatkan gambaran secara menyeluruh

mengenai pemaknaan akan percintaan melalui chating ini. Secara khusus, peneliti

ingin mengetahui hal tersebut pada usia dewasa awal karena pada usia tersebut, lebih

banyak memfokuskan hubungannya pada relasi lawan jenis.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

Apa makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna percintaan melalui chatting

pada usia dewasa awal.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diperoleh :

1. Manfaat secara teoretis

Manfaat penelitian ini adalah menambah wawasan dan khasanah ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial dengan memberikan

(24)

2. Manfaat secara praktis.

a. Bagi para cyberlover.

Hasil penelitian ini sebagai sarana merefleksikan pengalaman mereka

dan memberikan informasi dan gambaran mengenai hal-hal apa yang

akan dialami.

b. Bagi peneliti yang tertarik di bidang psikologi sosial.

Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana acuan bagi penelitian

selanjutnya, khususnya penelitian tentang interaksi antar manusia

ataupun jalinan yang di bentuk di dunia maya.

1 )Gtalk, AOL Messanger (AIM), MSN Messanger, Yahoo Messanger adalah software yang biasa

digunakan untuk chating dengan menginduk pada situs portalnya yaitu Google, AOL, MSN, &Yahoo

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CINTA

1. Definisi cinta

Kamus Online Wikipedia mengemukakan cinta adalah rasa kasih-sayang yang sangat kuat, rasa tertarik seseorang kepada orang lain. Hal ini tidak mudah

bisa tergambar karena merupakan campuran emosi, orang bisa mencintai dan

dicintai dengan cara berbeda. Cinta ditimbulkan oleh reaksi kimia di otak dan

merupakan sensasi relatif; masing masing orang dapat merasakan hal yang

berbeda atau mengalaminya dengan cara yang berbeda. Dengan demikian

seseorang akan memberikan pemaknaan yang berbeda atas apa yang dialaminya.

Banyak orang percaya bahwa mencintai akan menjadikan seseorang obsessive; orang memikirkan orang itu atau perihal mereka terus-menerus.

(http://simple.wikipedia. org/wiki/Love).

Fromm ( 2002) menyebutkan bahwa cinta adalah proses. Proses terpenting

dari cinta adalah kesediaan saling memberi dan menerima. Ada 3 hal pokok dari

cinta yaitu : a) cinta adalah perasaan, b) perasaan yang diwujudkan dengan adanya

obyek yang dicintai, c) perasaan cinta adalah penyerahan diri pada suatu obyek

yang dicintai. Dari hubungan cinta inilah seseorang memiliki kapasitas besar

untuk belajar tentang diri mereka (Master dkk,1992).

Stenberg dan Grajek (1988) menyatakan bahwa cinta terdiri dari

sekumpulan afeksi, kognisi, dan motivasi yang berhubungan satu dengan yang

(26)

Kassin (1992) menambahkan bahwa cinta adalah emosi yang bersifat mendalam

dan vital yang merupakan jalinan erat dan signifikan dengan orang lain sehingga

mereka dapat merasakan sesuatu atas apa yang dialami dan memunculkan

berbagai macam pengekspresiannya.

Peneliti menyimpulkan bahwa cinta adalah emosi yang bersifat mendalam

atas rasa tertarik terhadap orang lain, juga bersifat vital dan menetap, yang

merupakan sensasi relatif, seseorang dapat merasakan, mengalami dan

memberikan makna dengan cara yang berbeda, melibatkan afeksi, kognisi dan

motivasi untuk menjalin dengan erat dan berproses untuk saling memberi dan

menerima.

2. Aspek dari cinta menurut segitiga cinta Stenberg

Stenberg (1987) memformulasikan cinta dalam bentuk segitiga cinta (triangular

model of love ). Formulasi ini terdiri dari 3 komponen dasar yang hadir pada derajat yang berbeda pada masing-masing pasangan. Komponen itu meliputi :

a) Keintiman (intimacy)

Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan oleh kedua orang dan

kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Pasangan yang

memiliki derajat keintiman yang tinggi, mempedulikan kesejahteraan

dan kebahagiaan satu sama lain, dan mereka saling menghargai,

menyukai, bergantung dan memahami satu sama lain.

b) Hasrat (passion).

Hasrat muncul dari ketertarikan fisik dan seksualitas. Disebutkan bahwa

(27)

Cinta sempurna= keintiman +hasrat+ komitmen

(consummate love)

(Fehr & Broughton, dalam Baron & Byrne, 2005). Waltser dan Haldfield

( dalam Stenberg, 1988) mendefinisikan hasrat sebagai ekspresi dari

sebagian besar keinginan (desires) dan kebutuhan (need) seperti need of

dominance (dominan) , need of submission(mengalah), need of affiliance (berteman), need of nurturance (menolong) dan sexual fulfillment (pemenuhan kebutuhan seks).

c) Komitmen (commitment).

Komponen ini mempresentasikan faktor kognitif seperti keputusan untuk

saling mencintai, kesediaan untuk bersama dengan pasangannya dan juga

untuk kesediaan untuk mempertahankan hubungan manakala hubungan

mereka dalam masalah.

a. keintiman

(liking)

romantic love companionate love

b. c.

hasrat komitmen

(infatuation) fatous love (empty love)

(28)

3. Tipe- tipe cinta berdasarkan komponen Segitiga Stenberg

Ada 6 macam type cinta yang terbentuk dari ketiga komponen diatas :

a. Liking

Cinta pada type ini hanya terdiri atas aspek keintiman saja. Untuk tipe

cinta ini, yang muncul adalah rasa kedekatan, saling pengertian,

dukungan emosional, dan kehangatan yang biasanya ada pada hubungan

persahabatan.

b. Infatuation

Cinta pada tipe ini hanya gairahlah yang paling menonjol. Tipe cinta ini,

dapat digambarkan seperti pada cinta pada pandangan pertama ketika

muncul ketertarikan secara fisik pada seseorang, dan biasanya mudah

hilang.

c. Empty Love

Cinta pada tipe ini, komitmen dianggap paling menonjol. Cinta ini,

biasanya ditemukan pada pasangan yang telah menikah dalam waktu

yang panjang namun sudah berkurang kehangatan dalam hubungan

mereka (misalnya pada pasangan usia lanjut).

d. Romantic Love

Romantic love memunculkan aspek keintiman dan gairah. Hubungan ini melibatkan gairah fisik maupun emosi yang kuat, namun tanpa ada

komitmen (pacaran atau perkawinan)

e. CompanionateLove

Aspek keintiman dan komitmen membentuk tipe cinta ini. Hubungan ini

(29)

termasuk persahabatan (juga persahabatan suami-istri).

f. Fatous Love

Hubungan ini melibatkan komponen gairah dan komitmen. Hubungan

macam ini membentuk komitmen tertentu (misalnya perkawinan) atas

dasar gairah seksual. Biasanya ada pada pasangan kawin kontrak atau

pada suami istri yang sudah kehilangan keintimannya.

g. Consummate Love

Semua komponen muncul, apabila ketiga komponen tersebut dapat

berkombinasi, hasil yang didapat yaitu cinta sempurna (consummate

love), yakni cinta yang ideal namun biasanya sangat sulit untuk diacapai (Baron & Byrne, 2005).

4. Proses perkembangan suatu hubungan.

Levinger dan Snoek ( dalam Stenberg, 1987) menyebutkan beberapa tahap

seseorang mengembangkan hubungan interpersonal :

a) No contact (Tidak ada kontak)

Tahap ini sebagai tahap nol yakni mereka tidak saling mengenal satu

sama lain.

b) Awareness (kesadaran)

Pada tahap ini, pasangan menyadari akan kemungkinan seseorang

dalam menjalin hubungan interpersonal.

c) The Potential Patner meet (kemungkinan bertemu pasangan).

Para pasangan akan melakukan percakapan baik melakukan telepon

(30)

kepentingan individu.

d) Relationship Development (perkembangan hubungan interpersonal) Pada tahap ini terbagi menjadi tiga sub tahap, yakni minor intersection,

moderate intersection, dan major intersection. Masing masing sub

tahap ini ditunjukkan dari derajat tingkat saling ketergantungan

terhadap pasangan.Tahap minor terjadi apabila pasangan tidak terlalu

bergantung padanya namun kontak mereka tetap terjalin, untuk tahap

moderat, nilai ketergantungannya sudah cukup membawa pada pada

keterikatan namun masih ada hal hal yang secara prinsip tidak menjadi

permasalahan, sedangkan tahap major apabila pasagan ini saling

ketergantungan satu sama lain bahkan hampir dalam berbagai hal.

B. DEWASA AWAL

1. Definisi Dewasa Awal

Havighrust & Neugarten ( dalam Stevens and Long, 1984) membagi dewasa

menjadi dua yaitu dewasa awal (18-35 tahun) dan dewasa madya (35- 65 tahun).

Lain halnya dengan Hurlock (1993) yang menyebutkan bahwa seseorang dapat

dikatakan berusia dewasa dini ketika ia berusia 18 hingga 40 tahun, berusia

dewasa madya ketika 40 hingga 60 tahun, kemudian dewasa akhir ketika

seseorang berusia 60 akhir hingga seseorang telah mencapai tutup usia/ mati.

Sedangkan Haditomo (dalam Monks dkk, 1998) membagi usia dewasa menjadi

tiga yaitu dewasa awal (21 – 35 tahun), dewasa madya ( 33 – 55 tahun) dan

(31)

. Di Indonesia batasan kedewasaan adalah 21 tahun yang berarti pada usia

tersebut seseorang telah dapat dianggap dewasa dan sudah punya tanggung jawab

terhadap perbuatannya (Monks dkk, 1998). Santrock (2002) memperjelas dengan

pendapatnya bahwa dewasa awal adalah masa penyesuaian diri terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan sosial baru. Pada masa ini seseorang dianggap

memiliki kemandirian dari segi ekonomi dan kemandirian dalam membuat

keputusan.

Jadi dewasa awal adalah usia seseorang menyesuaikan diri terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan sosial baru, dan dianggap sudah dapat bertanggung

jawab terhadap perbuatannya, memiliki kemandirian dari segi ekonomi dan

kemandirian dalam membuat keputusan dengan batasan usia 21 hingga 35 tahun.

2. Ciri-ciri Dewasa Awal

Individu dengan masa dewasa awal akan menyesuaikan terhadap pola-pola

kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru yakni sebagai calon

pembentuk keluarga baru, dan sebagai warga negara yang memiliki status dewasa.

Mappiare (1983) secara spesifik menyebutkan ciri-cirinya sebagai berikut :

a) Dewasa awal sebagai usia reproduktif

Pada masa ini fungsi reproduksi meliputi organ kelamin serta siklus hormonal

telah matang. Mereka disiapkan menjadi calon orang tua baru dan mereka

akan memiliki peran sebagai ayah ataupun ibu. Bagi mereka yang mulai

mempersiapkan untuk memasuki hidup berumah tangga, ia akan

mempersiapkan diri sebagai orang tua khususnya dalam melahirkan dan

(32)

b) Dewasa awal sebagai usia memantapkan letak kedudukan (settle down)

Sejak seorang telah mulai memainkan peranannya sebagai orang dewasa dan

menyetujui atas peranannya itu, mereka akan mengikuti pola-pola perilaku

tertentu dalam banyak aspek kehidupan sehingga akan menjadi cirri khas

seseorang sampai akhir hayatnya. Banyak orang setelah mencapai

kematangan, langsung memasuki hidup perkawinan, memperoleh kemantapan

diri dalam suatu lapangan kerja. Mereka akan berkesempatan pula untuk

mengambil kedudukan yang mantap dalam masyarakat.

c) Dewasa awal sebagai usia banyak masalah

Pada masa ini mereka akan dihadapkan oleh berbagai permasalahan baru yang

berhubungan dengan pekerjaan yakni tentang kesempatan kerja yang tersedia.

Dari segi lingkungan sosial, terutama dari orang tua terdapat pengaruh berupa

keinginan dan harapan yang kadang bertentangan dengannya. Permasalahan

lainnya yaitu tentang pemilihan pasangan hidup. Sebelum memasuki jenjang

perkawinan, mereka akan dihadapkan pada persoalan penyesuaian diri

terhadap pasangan, orang lain yang berhubungan, beserta norma-norma dan

nilai sosial yang berlaku.

d) Dewasa awal merupakan usia tegang dalam hal emosi

Pada masa ini, mereka banyak mengalami ketegangan emosi yang

berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan

jabatan, perkawinan, keuangan, tuntutan sosial dan sebagainya. Ketegangan

emosi yang timbul itu bertingkat-tingkat pula selaras dengan intensitas

(33)

persoalan yang dihadapi tersebut. Disamping itu bila mereka memiliki harapan

yang terlalu tinggi serta tidak selaras dengan kemampuan yang dimiliki,

mereka akan merasa kepayahan dan bahkan kegagalan yang pada akhirnya

dapat membuat kecewa. Harapan harapan yang tinggi merupakan peluang bagi

mereka untuk mendapatkan stress, patah hati yang selanjutnya dapat

menimbulkan kekacauan-kekacauan psikologis atau masalah psikosomatis.

3. Karakteristik minat sosial dewasa awal.

Erikson (dalam Papalia & Old, 1986) mengatakan bahwa pada usia 20 hingga

40 tahun seseorang dalam fase intimacy versus isolation ini, akan memiliki perasaan identitas diri yang dikembangkan pada masa remaja, yang

memungkinkan orang dewasa dini untuk memadukan identitasnya pada masa

lalu. Pada masa dewasa awal cenderung mengembangkan prinsip etis mengenai

perkawanan yang akrab, dan persaingan. Mereka akan menyiapkan untuk masuk

ke suatu hubungan heterosexual, hubungan penuh kasih dengan tujuan terakhir

mepersiapan untuk anak-anak mereka. Erikson menegaskan (dalam Hurlock,

1993, Papalia & Old, 1986) masa dewasa awal merupakan masa “krisis

keterpencilan”, pada masa itu mereka akan sering merasa kesepian. Mereka akan

merasakan seolah olah kehilangan teman yang menyenangkan layaknya pada

masa remaja manakala mereka selalu berbincang-bincang atau melakukan

kegiatan bersama-sama. Hal ini dikarenakan adanya berbagai macam perubahan

(34)

a) Perubahan dalam peran serta sosial

Pada masa ini, kegiatan yang biasa dilakukan pada masa remaja cenderung

dikurangi, karena kegiatannya akan dipusatkan di rumah, pada keluarga dan

pada pekerjaan.

b) Perubahan dalam persahabatan

Keinginan untuk popular dan mempunyai banyak teman akan memudar

menjelang masa dewasa awal, terutama bagi mereka yang memiliki tugas dan

tanggung jawab keluarga. Pada masa dewasa awal, seseorang akan memilih

teman-teman berdasarkan kecocokan kepentingan dan nilai-nilai yang sama.

c) Perubahan dalam kelompok sosial

Pada masa ini, mereka umumnya mempunyai teman akrab atau teman yang

dapat dipercaya yang jumlahnya kecil. Biasanya mereka adalah teman-teman

lama, kecuali bila keadaan telah berubah banyak. Jumlah teman akrab ini juga

bergantung pada keterbukaan mereka akan minat, aspirasi dan masalah.

Banyak yang enggan membahas masalah pribadi dengan orang luar karena

mereka ingin menciptakan kesan yang menarik dan juga tidak ingin

mengambil resiko masalahnya dibicarakan oleh orang lain.

C. CHATTING

Chatting merupakan bentuk komunikasi langsung namun tanpa adanya

tatap muka, bersifat informal, dapat dilakukan kapan saja, dengan siapa saja

(35)

terfavorit dan MIRC sebagai software yang terkenal. IRC seakan menjadi sarana wajib di warnet-warnet. Kini, fasilitas-fasilitas messenger seperti Yahoo Messenger atau MSN Messenger mulai menggeser keberadaan MIRC (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas_maya). Melalui fasilitas messenger ini, kita akan mengenal istilah instant message yakni berkomunikasi langsung antar dua atau lebih orang-orang dalam suatu jaringan Internet itu. Instan messaging memerlukan penggunaan suatu program klien relai yakni suatu jasa atau layanan

penyampaian pesan sekejap yang berbeda dengan e-mail, sehingga penggunanya

mampu melakukan percakapan secara langsung (realtime) ( http://en.wikipedia. org/wiki/ Instant_messanger).

Dalam dunia chating, sebagian komunikasi lebih pada bahasa tulis sehingga terkadang para penggunanya sering mengalami kesulitan untuk

mengekspresikan perasaan mereka, karena itulah muncul emoticon yakni simbol

penggambaran emosi yang dibentuk dari pengetikan tanda baca (Chenault, 1997).

Sebagai contoh, untuk menampilkan symbol bunga mawar (melalui layanan yahoo

messenger), seseorang tinggal mengetikkan @};- lalu menekan tombol “enter’ dan seketika akan muncul gambar bunga mawar di dalam instant message tersebut.

Dalam perkembangan pada tahun terakhir ini, fasilitas chatting lebih dipermudah dengan adanya sarana web cam dan voice mail terutama bagi para pengguna Yahoo Messanger dan MSN Messanger. Bagi mereka yang memiliki fasilitas web cam dapat menampilkan tayangan dirinya sehingga lawan chatting dapat melihat dirinya layaknya melihat tampilan kamera. Fasilitas ini akan terasa

(36)

terpasangkan pada komputer pasangan chatting karena dengan sarana tersebut, mereka dapat bercakap-cakap secara langsung seperti layaknya berbicara di

telephone.

Apabila seseorang berinteraksi terus menerus dengan orang yang sama

maka seseorang dimungkinkan mengalami jatuh cinta. Hal ini disebut sebagai

cyberlove jika dilihat secara etimologi yaitu berasal dari kata cyber (diambil dari kata cyberspace) dan love. Dengan demikian cyberlove dapat diartikan jalinan cinta yang menggunakan jaringan komputer sebagai medium untuk berkomunikasi

online.

D. PERCINTAAN MELALUI CHATTING USIA DEWASA AWAL

Usia dewasa awal adalah usia dimana seseorang merasakan kesepian. Ada

berbagai macam perubahan yang mereka alami, terutama dalam berelasi sosial,

tidak sebebas seperti pada masa remaja. Hal ini dikarenakan pada usia ini, mereka

dihadapkan pada berbagai macam tanggung jawab, baik terhadap keluarga

(merawat orang tua ataupun keluarga) dan juga tanggung jawab untuk dirinya

sendiri (mulai belajar mencari nafkah untuk dirinya). Disamping itu, ada berbagai

macam penyesuaian diri yang harus mereka lakukan salah satunya penyesuaian

diri terhadap hubungan lawan jenis. Pada fase ini mereka dihadapkan, tidak hanya

untuk bersenang-senang, tetapi mereka juga perlu mempersiapkan diri untuk

membangun rumah tangga.

Mereka memiliki dorongan untuk menjalin relasi yang lebih intim terhadap

lawan jenis. Dunia maya dirasa dapat memberikan peluang bagi mereka untuk

(37)

termotivasi untuk berelasi, dan menjalin hubungan yang lebih intim melalui dunia

maya. Suller (1997) berpendapat bahwa seseorang terdorong menggunakan

internet dikarenakan seseorang ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Hal

ini merupakan kebutuhan afiliasi, yang menurut Murray merupakan kebutuhan

untuk berteman dengan orang lain, berdekatan dengan orang lain, membuat

senang dan mencari afeksi dari orang lain (Hall dan Lindzey, 1993). Maslow juga

menyebutkan bahwa manusia juga memiliki kebutuhan untuk dicintai dan

mencintai, yang ini akan terpenuhi bila ia berafiliasi dengan orang lain (Aiken

dalam Ermida, 2001).

Mc Kenna & Bargh ( dalam Baron & Byrne, 2005) berpendapat bahwa unsur

anonimitas didalam internet merupakan suatu keuntungan yang besar. Dengan

adanya minimalisir dari kualitas penampilan fisik dan jarak fisik menyebabkan

seseorang merasa bebas berinteraksi dan tidak perlu mengambil langkah pertama

seperti di dunia nyata manakala takut ditolak ataupun disakiti.

Anstey (1999) berkata bahwa seseorang menjalin relasi di dunia maya

manakala mereka tidak menemukan sesuatu di dunia nyata dan mereka akan

mencarinya di dunia cyber. Dengan mereka mencari di dunia maya, mereka berharap dapat menemukan seseorang sesuai dengan keinginannya. Dunia maya

dirasa memiliki cakupan yang luas dan dapat menjangkau hampir seluruh

permukaan bumi.

Melalui warnet, mereka dapat lebih mudah mengakses internet, terlebih

dengan makin menjamurnya warnet-warnet di Indonesia. Mereka dapat

mengakses berbagai macam komunikasi, baik melalui surat elektronik, hingga

(38)

karena para penggunanya dapat berinteraksi secara online. Dari seseorang

berinteraksi melalui chating ini, tak sedikit pula yang pada akhirnya menemukan

pasangan cyber bahkan hingga menjalin cinta melalui cyber ini. Fenomena ini cukup menarik untuk diteliti sehingga muncul pertanyaan, “bagaimana mereka

bisa menjalin cinta melalui dunia maya, sementara hal tersebut sesuatu yang tidak

nyata?”. “Seberapa menariknya menjalin cinta di dunia maya sehingga seseorang

dengan rela meluangkan waktu dan uangnya untuk chating?”. Sungguhlah gagasan akan cinta ini, terkadang dianggap begitu irasional oleh banyak orang.

Kendati demikian, ketika kita “memandang” sesuatu terkadang tidak sama

pula dengan cara pandang orang lain. Demikian juga halnya dengan cinta yang

mereka alami. Hal ini dikarenakan cinta memiliki kekuatan emosi yang bersifat

mendalam atas rasa tertarik terhadap orang lain, bersifat vital dan menetap, yang

merupakan sensasi relatif. Artinya seseorang dapat merasakan, mengalami dan

memberikan makna dengan cara yang berbeda dengan, melibatkan afeksi, kognisi

dan motivasi untuk menjalin dengan erat dan berproses untuk saling memberi dan

menerima terhadap orang yang dicintainya itu.

E. PERTANYAAN PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian merupakan hal yang sangat

penting dan sangat mendasar. Ada dua macam pertanyaan penelitian pada

(39)

mampu mengungkap arti dan makna pengalaman individu mengenai suatu

fenomenon.

Berikut ini adalah pertanyaan dari penelitian , yaitu :

1. central question

Central question merupakan pertanyaan utama penelitian qualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Central Question penelitian ini “Apa makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal?”

2. subquestion

Subquestion adalah pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan penelitian ( Creswell, 1997). Berikut pertanyaan subquestion:

a. Bagaimana awal mula ketertarikan informan melakukan chatting

sehingga pengalaman percintaan melalui chatting diperoleh?

b. Pengalaman apa saja selama menjalin percintaan di dunia maya?

c. Bagaimana pengalaman itu dialami?

d. Bagaimana dampak pengalaman itu terhadap kehidupan informan?

e. Apa yang bisa disimpulkan dari pengalaman selama bercinta melalui

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

menurut Creswell (1998) digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu

central phenomenon, seperti suatu proses atau kejadian, suatu fenomena, atau

suatu konsep yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-variabel yang

menyertainya. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi. Menurut Schutz

(dalam Hasan,2005), fenomenologi sebagai metode dirumuskan sebagai media

untuk memeriksa dan menganalisis kehidupan batiniah individu yang berupa

pengalaman mengenai fenomena atau penampakan sebagaimana adanya. Menurut

Schutz, dunia sosial merupakan sesuatu yang intersubyektif dan pengalaman yang

penuh makna (meaningfull).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode fenomenologi

dengan pertimbangan bahwa fenomenologi memungkinkan untuk mengetahui

pengunjung warnet berusia dewasa awal dalam menjalinan cinta melalui chatting.

Disamping itu, penelitian ini dapat dilakukan dalam natural setting (Creswell, 1998), artinya individu tidak terpisahkan dari konteks lingkungannya sehingga

tidak memungkinkan untuk membatasi atau variabel yang menentukan

variabel-variabel apa yang dapat mempengaruhi seseorang berusia dewasa awal didalam

(41)

variabel yang ada di dalam individu berusia dewasa awal yang menjalin cinta

melalui chatting.

Ada beberapa proses inti dalam penelitian fenomelogi yaitu epoche, reduction, imaginative variation, synthesis of meanings dan essences (Moustakas, 1994). Epoche berasal dari bahasa Yunani yang berarti menjauh dari atau menahan diri. Pengertian epoche adalah menyingkirkan prasangka, penyimpangan

(bias), dan bentuk-bentuk opini tentang sesuatu. Dalam menerima kehidupan

(perceiving life) memerlukan cara untuk melihat, memperhatikan, menjadi peka,

tanpa melibatkan prasangka peneliti pada apa yang dilihat, dipikirkan,

dibayangkan, atau dirasakan.

Pada phenomenological reduction, tugas peneliti adalah menggambarkan

dalam textural language (bahasa yang terpola) mengenai apa yang telah dilihat oleh seseorang, tidak hanya obyek eksternal tetapi juga tindakan internal dari

kesadaran, pengalaman itu sendiri, seperti ritme dan hubungannya antara

phenomenon (fenomena yang diteliti) dan diri sendiri (self). Kualitas dari pengalaman menjadi fokus; keterlibatan (filling in) atau penyempurnaan sifat

alamiah dan arti dari pengalaman menjadi suatu tantangan. Langkah-langkah

dalam phenomenological reduction meliputi : bracketing. Dalam hal ini fokus dari

penelitian ditempatkan di dalam bracket, hal-hal yang lain dikesampingkan sehingga seluruh proses penelitian berasal dari topik dan pernyataan;

horizonalizing, setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan

(42)

sehingga yang tersisa hanyalah horizon (arti tekstural dan unsur pembentukan / penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

Tugas pada proses imaginative variation adalah untuk mencari makna-makna yang memungkinkan melalui penggunaan imajinasi, pembedahan berbagai

macam bingkai referensi, pengelompokkan dan pembalikan, dan pendekatan

phenomenon dari perspektif yang divergen, posisi, peran-peran, atau fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural dari pengalaman,

faktor-faktor yang mendasar dan mempengaruhi apa yang telah dialami. Dengan

kata lain bagaimana pengalaman dari phenomenon menjadi yang seperti sekarang

ini.

Langkah-langkah imaginative variation meliputi :

1. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan semua makna

yang tersusun yang mungkin menjadi dasar dari makna secara

tekstural.

2. Mengenali tema-tema atau konteks-konteks sebagai dasar

penyebab munculnya phenomenon.

3. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan

gambaran secara jelas mengenai struktur dari tema-tema yang

tidak berubah dan memfasilitasi pengembangan deskripsi

phenomenon yang struktural.

Langkah terakhir dari proses penelitian fenomenologi adalah integrasi

fundamental dari deskripsi tekstural dan struktural menjadi satu pernyataan

(43)

pernah kering. Sintesis tekstural-struktural yang mendasar mewakili esensi waktu

dan tempat tertentu dari sudut pandang peneliti, mengikuti studi imajinatif dan

reflektif dari phenomenon.

B. PANDANGAN PENELITI MENGENAI CYBERLOVE

Bagi peneliti, cinta pada lawan jenis adalah sebuah perasaan ketertarikan

pada seseorang, rasa ingin memiliki seseorang yang dapat diungkapkan secara

verbal dan juga melalui tindakan. Apabila perasaan ini diungkapkan pada

seseorang, tinggal menunggu responnya, apabila pasangan juga menyukai dan

memiliki rasa tertarik yang sama serta menyetujui cara pengungkapan itu maka

mereka dapat membentuk ikatan “hubungan percintaan” melalui komitmen. Bisa

macam-macam bentuk komitmen misalnya saling setia kepada pasangan. Dengan

adanya ikatan tesebut maka dapat dikatakan “secara resmi” seseorang dapat

mengungkapkan rasa cintanya tanpa harus merasa canggung.

Ketika berbicara mengenai percintaan didunia maya, tak jauh berbeda

dengan cinta yang terjadi di dunia “real”. Hanya saja, hubungan ini ataupun awal

pertemuan mereka diperantarai oleh perangkat elektronik dalam penelitian ini

adalah komputer yang dilengkapi dengan modem. Dengan adanya perangkat

tersebut, internet dapat diakses sehingga kita dapat dengan mudah memilih situs

portal yang akan menjadi tujuan kita.

Peneliti berangapan bahwa percintaan didunia maya dapat dimungkinkan

terjadi ketika seseorang merasakan adanya kecocokan satu sama lain ditandai

dengan komunikasi yang berkesinambungan. Seseorang dapat merasakan adanya

(44)

melalui bahasa yang digunakan atau atau melalui cara penulisan, maupun

pengungkapan kata-kata saat chatting. Rasa tertarik secara fisikpun dapat dimunculkan ketika lawan dalam chatting tersebut mendeskripsikan fisiknya secara rinci (misal tinggi, berat, usia), dan bertukaran foto terlebih dengan adanya

web cam seseorang dapat menampilkan dirinya seseorang secara online.

Dalam berelasi di dunia maya, peneliti melihat banyak kendala yang

ditempuh oleh para pelaku cyberlove. Hal yang paling mendasar yakni mempercayai pasangan. Besar kemungkinan seseorang untuk berbohong melalui

chatting sehingga terkadang seseorang cenderung ragu-ragu dalam menjalani

komitmen mereka. Anggapan ini akan semakin dibenarkan ketika berkali-kali ia

dibohongi. Pada akhirnya semua tergantung pada pelaku cyberlove tersebut apakah ia akan memaknai hubungan tersebut dengan sungguh-sungguh ataukah

hanya main-main saja.

C. FOKUS PENELITIAN

Untuk memperjelas konsep penelitian ini, maka ditegaskan kembali berkaitan

dengan fokus penelitian ini bahwa fenomenon yang ingin diteliti adalah hubungan

percintaan melalui chatting pada usia dewasa awal. Wawancara merupakan cara

yang dilakukan peneliti untuk menemukan deksripsi dari fenomenon. Deskripsi

tersebut berbentuk transkrip wawancara mengenai percintaan melalui chatting

pada usia dewasa awal. Adapun fokus dari penelitian ini adalah menemukan

esensi dari pengalaman informan dalam menjalin percintaan melalui chatting pada

(45)

D. INFORMAN PENELITIAN

Memilih informan penelitian sesuai tujuan penelitian adalah kunci hasil

kesimpulan pada penelitian kualitatif. Untuk penelitian fenomenologi, criterion sampling bisa digunakan untuk menemukan informan penelitian. Criterion sampling adalah cara menentukan informan penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Hal yang terpenting adalah semua informan memiliki pengalaman atas

fenomenon yang hendak diteliti (Creswell, 1998). Kriteria informan yaitu :

 Berusia 21 – 35 tahun

 Memiliki pengalaman yang dapat diceritakan didalam menjalin

cinta melalui chatting.

Berdasarkan kriteria diatas, diperoleh 10 informan yakni 5 laki-laki, 5

perempuan dengan rentang usia mulai dari 21 hingga 30 tahun dengan status

masih lajang. Dari ke sepuluh informan 7 diantaranya adalah mahasiswa

sedangkan 3 sisanya sudah bekerja. Dari 9 informan berdomisili di Yogyakarta

sedangkan 1 informan berdomisili di Purworejo.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah dengan

menggunakan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan atau tanya

jawab yang dilakukan oleh dua orang dengan melibat satu orang untuk mencari

informasi tertentu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan

(46)

pertanyaan yang mempunyai suatu topik tertentu yang akan dibahas, dalam hal ini

“percintaan melalui chatting” pada usia dewasa awal (Mulyana, 2001).

Wawancara yang akan dilakukan sifatnya mendalam, agar dapat diperoleh

keterangan yang lebih lengkap dan mendalam mengenai seputar pengalaman dan

pemaknaan akan cinta di dunia maya. Wawancara mendalam kepada informan,

dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari respon

informan tentang pemaknaan tersebut. Maka diharapkan wawancara ini akan

menghasilkan gambaran-gambaran dalam bentuk cerita-cerita yang sifatnya

pribadi dan individual atas pengalaman psikologi pengguna internet ataupun

warnet pada usia dewasa awal yang melakukan cyberlove.

Proses pengumpulan data mengikuti pola “zig-zag” artinya peneliti ke

lapangan mencari informasi, kemudian menganalisis data yang diperoleh, kembali

ke lapangan lagi informasi lagi dan menganalisis data yang diperoleh dan

seterusnya sehingga diperoleh informasi yang mampu menggambarkan

pengalaman informan secara utuh(Creswell,1998). Data wawancara ini berbentuk

transkrip wawancara yang berasal dari perekaman dengan tape recorder. Adapun

pelaksanaan wawancara ini dimulai dari tanggal 25 Juli 2006 hingga 6 Mei 2007.

F. ANALISIS DATA

Menurut Creswell (1998) metode analisis dan interpretasi data yang paling

sering digunakan adalah modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari

Moustakas (1994). Prosedur ini meliputi :

1. Memulai dengan deskripsi tentang pengalaman peneliti terhadap

(47)

2. Peneliti kemudian mencari pernyataan dalam interview mengenai

bagaimana individu mengalami topik tersebut(cyberlove). Selanjutnya

peneliti membuat daftar dari pernyataan-pernyataan tersebut

(horizonalization) dan memberi perlakukan tiap pernyataan dengan

seimbang atau yang memiliki nilai yang sama dan mengembangkan daftar

dari pernyataan yang tidak berulang atau tidak tumpang tindih.

3. Pernyataan kemudian dikelompokkan kedalam unit-unit makna (meaning

units), buat daftar dari unit-unit ini, dan menuliskan deskripsi dari tekstur (deskripsi tekstural) dari pengalaman, yaitu apa yang terjadi.

4. Peneliti kemudian merefleksikan berdasarkan deskripsinya sendiri dan

menggunakan imaginative variation atau deskripsi struktural, mencari semua makna yang memungkinkan dan prespektif yang divergen,

memperkaya kerangka pemahaman dari phenomenon, dan membuat deskripsi dari bagaimana phenomenon dialami.

5. Peneliti kemudian membuat deskripsi keseluruhan dari makna dan esensi

dari pengalaman.

6. Dari deskripsi tekstural-struktural individu, berdasarkan pengalaman tiap

informan, peneliti menghubungkan deskripsi textural-structural dari makna-makna dan esensi pengalaman, mengintegrasikan semua deskripsi

tekstural-struktural individu menjadi deskripsi yang universal dari

pengalaman, yang mewakili kelompok (informan) secara keseluruhan

(48)

G. KEABSAHAN DATA

Moustakas mengatakan bahwa tehnik verifikasi data pada penelitian

fenomenologi dengan intersubjektive validity yakni dengan membagikan salinan deskripsi secara tekstural-struktural dari hasil interview (Humphrey dalam Moustakas, 1994). Kemudian tiap responden diminta untuk secara hati-hati

memeriksa deskripsi tersebut, mereka dapat memberikan tambahan masukkan dan

pembetulan. Terakhir, peneliti merevisi kembali pernyataan sintesisnya. Proses ini

disebut intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti dengan pemahaman responden melalui interaksi sosial yang timbal balik

(49)

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Apa yang dialami oleh usia dewasa awal yang melakukan percintaan melalui

chatting ?

Dari wawancara secara keseluruhan, terungkap pengalaman percintaan melalui

chatting pada usia dewasa awal. Hal ini mulai dengan munculnya dorongan untuk melakukan chating yakni ingin mencari teman. Dengan berteman di dunia maya para

pelaku chatting merasa dapat belajar bergaul serta mendapatkan pengetahuan baru dari chatting. Disamping itu siapa tahu, mereka juga dapat menemukan kekasih ataupun teman kencan. Dengan chatting mereka merasa lebih bebas berbicara. Munculnya perasaan ingin tahu terhadap lawan chatting menyebabkan ketagihan chatting karena hal ini merupakan suatu hal yang menyenangkan yang dapat dilakukan pada waktu luang.

Para pelaku chatting didalam membangun hubungan lebih dekat dengan seseorang diawali dengan berkenalan melalui chatting. Pada saat berkenalan apabila muncul kesesuaian dengan lawan chatting, mereka merasa ingin lebih dekat dengan

lawan chattingnya bahkan terkadang bila tidak chatting mereka selalu memikirkan pasangan serta kangen ingin bertemu. Oleh sebab itu informan akan menjalin kontak

kendati tidak chatting. Sebelum mereka melakukan kopi darat, chatting biasanya dilakukan untuk melakukan pendekatan dengan memberikan perhatian. Melalui

(50)

Para pelaku chatting menemukan tantangan dalam membangun hubungan percintaan di dunia maya ketika pasangan tidak sesuai dengan harapan dan pasangan

terlalu sibuk sehingga perhatian dan kontak mereka berkurang. Dengan adanya cap

masyarakat mengenai chatting bahwa chatting lebih banyak berbohong serta mudah memperdayai pasangan chatting, mereka menjadi ragu untuk menjalani komitmen. Terlebih dengan adanya pengalaman dibohongi menyebabkan mereka mudah

cemburu terhadap pasangan, serta meragukan kesetiaan pasangan. Pada akhirnya

hubungan mereka dapat putus karena ada perselingkuhan.

Ketidak seriusan dalam berkomitmen dinilai dari banyaknya pacar yang dimiliki

di dunia maya. Mereka biasanya tidak sungguh-sungguh dalam mengatakan

komitmennya. Karena itulah, banyak informan tidak ingin berhubungan terlalu jauh

ataupun tidak ingin berlebihan dalam berhubungan bahkan tidak ingin terikat dengan

pasangan. Biasanya mereka mudah berganti ganti pasangan dan berselingkuh karena

bosan. Mereka merasa bahwa dalam dunia chatting tidak perlu ditanggapi sungguh sungguh.

Dalam chatting ada kecenderungan seseorang melakukan aktifitas seksual. Hal ini

diawali ketika mereka menyukai fisik lawan chattingnya. Mereka akan lebih banyak berbicara mengenai seks saat chatting, memberikan rangsangan seksual melalui webcam serta melakukan phoneseks. Pada akhirnya mereka bertemu untuk berhubungan seks ataupun melakukan kontak seksual bahkan melakukan transaksi

seks. Bagi mereka yang senang berhubungan seks, hal ini dapat dilakukan dengan

siapa saja. Untuk melihat bagaimana pengalaman percintaan di dunia maya tersebut

(51)

Tabel 1

Ringkasan Hasil Analisis

Deskripsi Tekstural (Apa yang

dialami?)

Deskripsi Struktural (Bagaimana percintaan tersebut

dialami?)

Makna percintaan melalui chatting pada usia dewasa

awal

1. Muncul keinginan untuk melakukan chating

Munculnya keinginan untuk melakukan chating:

 ingin mencari teman, atau teman kencan.

 merasa lebih bebas berbicara.

 munculnya perasaan ingin tahu terhadap lawan chatting

 untuk mengisi waktu luang  mencari kesenangan.

2. Membangun hubungan lebih dekat

Membangun hubungan lebih dekat dengan seseorang dengan :

 berkenalan melalui chatting.

 melakukan kontak kendati tidak chatting.

 melakukan kopi darat  selalu memikirkan pasangan

chatting untuk melakukan pendekatan 3. Menemukan

tantangan dalam membangun

hubungan percintaan melalui chatting

Tantangan dalam membangun hubungan percintaan melalui chatting:

 pasangan tidak sesuai dengan harapan  pasangan terlalu sibuk, kurang kontak  Mispersepsi saat chatting

 ada kemungkinan dibohongi

4. Ketidak seriusan

dalam berkomitmen Ketidak seriusan dalam berkomitmen dilihat dari :  Komitmen tidak dijalani

sungguh-sungguh  selingkuh

 Membatasi hubungannya

 Menanggapi chatting tidak sungguh-sungguh

5. Melakukan

aktifitas seksual Aktifitas seksual dilakukan ketika informan menyukai fisik pasangannya.  membangun fantasi seks (pembicaraan,

cam, phone)

 melakukan kontak seksual saat bertemu, berhubungan seks

(52)

2. Bagaimana percintaan melalui chatting tersebut dialami pada usia dewasa

awal ?

Ada beberapa macam pengalaman yang mencerminkan bagaimana proses

percintaan melalui chatting tersebut dialami usia dewasa awal.

a. Muncul keinginan untuk melakukan chating

Ketika para pelaku chatting ingin mencari teman, dengan chatting ia lebih bebas dan mudah mencari kenalan sesuai keinginannya, dapat belajar

bergaul dengan orang lain.. Teman dalam hal ini tidak hanya sebatas teman

biasa tetapi bisa jadi teman kencan.

“...Klo misalnya chatting, kenapa kok ngga cari di sini aja, disini khan kita jarang ketemu bule ya. Lagian klo dalam kehidupan nyata klo ngajak kenalan itupun pasti ada rasa-rasa malu gimana gitu.Biasanya masuk ke regional dan masuk ke UK, lebih suka orang-orang ke Inggris. Pertama yah lebih suka ke aksennya, trus mereka lebih sopan yah jadinya yah enak aja gitu.” (RS).

“3 tahun lalu, ehm kenal dunia chatting dikenalin ama temenku, setelah dikenalin ya udah...Sama anak jogja tepatnya jalan godean Km XXX...Ya seneng aja dapat temen bisa buat ngomong-ngomong disisi lain hmm apa yah, dapet temen buat ML..” (AD).

Para pelaku chatting juga merasa lebih bebas berbicara saat chatting, misalnnya ia bisa berbagi pengalamannya, serta mengutarakan masalahnya

pada lawan chattingnya.

“Biasanya bila saya berada di depan publik saya ngga berani mengungkapkannya, tetapi karena di chatting, saya utarakan persoalan saya, mereka juga bisa mengatasi dan membantu memecahkan masalah yang saya hadapi “ (LB)

(53)

Dengan chatting, para pelakunya merasa mendapatkan kesenangan dalam mengobrol terlebih bila mereka melakukannya pada waktu luangnya.

“Baru pertama aku diajarin di sekolah gitu, dari situ aku terus, ada waktu senggang aku senang untuk chatting.Yah biasa ngobrol jarak jauh gitu, seneng ada temen buat ngobrol...” (TI)

Seseorang terdorong untuk terus berlama-lama dalam melakukan

chatting tatkala mereka ingin tahu dan penasaran terhadap lawan chatting. “...Yah awalnya chatting cuma pengen aja, akhirnya pengen tahu lawan chatting itu seperti apa. Misal di chatting, kamu kayak apa sih...” (CN).

Para pelaku chatting terdorong untuk melakukan chatting tatkala mereka ingin mengisi waktu luangnya disamping mereka ingin mendapatkan

teman dan juga mendapatkan kesenangan. Melalui chatting mereka merasa lebih bebas untuk berbicara. Manakala mereka sudah terlibat komunikasi

secara online dengan orang yang baru dikenalnya, mereka akan berusaha

untuk ingin tahu identitas lawan chattingnya. Dari uraian diatas jelas bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang terus melakukan chatting, bahkan secara terus menerus.

b. Membangun hubungan lebih dekat

Membangun hubungan lebih dekat dengan seseorang di dunia maya

sama halnya dengan membina hubungan lebih dekat dengan seseorang di

(54)

langsung, mereka dapat menggambarkan identitasnya dengan menceritakan

ciri-cirinya ataupun dengan bertukar foto, hingga pada akhirnya mereka

menemukan saling kecocokan.

“Ehh dia sempat kirim pic, dan saya sempat kirim pick ke dia. Yahh waktu ketemu pun yah memang sesuai dengan picnya. ...Yah seperti nyata gitu walaupun nggak nyata gitu.” (LL).

“cocok aja, ngobrolnya, prinsipnya, terus khan eh aku ada masalah di kampus, gini-gini, terus dia bales kamu itu harusnya gini-gini, dia itu bisa, oh iya yah dia itu bener. Dia itu fleksible lah bisa bisa jadi sahabatku dan suatu saat bila jadi cowokku kayaknya bisalah. Dia itu care, terus jadi seorang kakak yang ngertiin kakaknya terhadap adeknya”. (GS)

Chatting bisa jadi sebagai ajang untuk melakukan pendekatan tujuannya untuk lebih mengenal karakter pasangan chattingnya itu dan memahami latar belakang pasangan.

“... Nah kalau dari chatting itu bila sudah lama ngobrol, kita bisa tahu watak aslinya, bagaimana arah pembicaraanya....” (LL)

” Aku satu yang usaha kerasku adalah aku memahami budaya dia, ya aku takut nanti misalnya bener-bener hubungan ini serius dan aku harus bertemu keluarganya disana atau mungkin aku hidup disana atau apa gitu, otomatis kau harus menyesuaikan diri aku tahu kehidupan disana itu bagaimana ya. Dia udah berusaha memahami budayaku, dan aku juga harus seperti itu....” (PD)

Dengan semakin intensnya hubungan berarti mereka meningkatkan

keterlibatan emosional mereka. Pada akhirnya apabila mereka tidak

melakukan chatting dengan pasangannya itu, rasa kangen sering menghinggapi mereka.

(55)

terus kalo dia kesini lagi apa yang harus dipersiapkan, itu tu udah mulai sekarang aku pikirin banget itu kan. misalnya ngasih dia kejutan apa”.(PD)

Pada akhirnya, kopi darat merupakan cara mereka untuk bisa mengenal

lebih jauh, karena mereka bisa tahu secara langsung siapa yang selama ini

mereka ajak chatting.

“Kebetulan dia di warung, saya datang sendiri kesana. Biasanya dia suka ke situ, kemudian aku tanya sama yang punya warung kemudian ditunjukin orangnya yang itu. Akhirnya tak ajak ngobrol, langsung kenalan disitu. Selanjutnya sering pergi kemana-kemana gitu, sama temen-temennya juga. Disitu khan sekolahnya SMEA. Yah perempuan-perempuan gitu. Akhirnya sering main ke mana jalan ke mana” (GO).

Dari uraian diatas, didalam membentuk hubungan lebih dekat dengan

pasangan chatting, pertama kali dilakukan adalah berkenalan, bertanya soal identitas hingga bertukar foto. Apabila merasa ada kecocokan chatting dapat berlanjut. Dari situ, mereka akan lebih banyak mengenal karakter, serta

memahami latar belakang lawan chatting. Dengan semakin mengenal,

semakin intens mereka berhubungan, semakin mereka melibatkan emosional

mereka terhadap lawan chattingnya. Apabila mereka tidak chatting muncul rasa kangen ingin chatting lagi. Pada akhirnya bila mereka ingin mengenal secara langsung lawan chattingnya, mereka melakukan kopi darat..

c. Tantangan dalam membangun hubungan percintaan melalui chatting

Didalam membina hubungan percintaan didunia maya, tak dipungkiri

(56)

satunya adalah bila pasangan berbeda dengan gambaran ataupun harapannya

ini, maka mereka akan merasa kecewa.

“..nggaklah, fisikly nggak sesuai. Dia itu kurus banget, padahal yah aku udah berharap banget sama dia. Dia itu sempet khan kirim-kiriman surat, ugh romantis banget. Tapi pas di surat ada fotonya wah nggak banget. Akhirnya tak putusin alasannya kita nggak cocok. Dia sempet marah-m

Gambar

TABEL 1 Ringkasan Hasil Penelitian ------------------------------------------------------- 34
Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis

Referensi

Dokumen terkait

Perusakan sel beta tsb Perusakan sel beta tsb lebih cepat terjadi pada lebih cepat terjadi pada anak2 drp dewasa.Ini ok sistem antibody tubuh.. anak2 drp dewasa.Ini ok

Pada aspek menyimak kadang kala diabaikan karena penguasaan atau praktik dari keterampilan ini dapat di jumpai dengan mudah tetapi, untuk meningkatkan

Afterwards, the respondents were examined using Timed Up and Go (TUG) Test for balance, Montreal Cognitive Assessment (MoCA) for cognition and leg dynamometer for the

Peningkatan konsentrasi asam formiat dan waktu reaksi menghasilkan pentosa (xylosa) yang lebih tinggi, walaupun demikian lamanya waktu reaksi juga menyebabkan

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa sebagai tempat pengambilan data koleksi sampel pakan hijauan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Triyono dan Jogiyanto Hartono (2000) yang menguji kandungan informasi arus kas, komponen aliran arus kas dan laba akuntansi dengan