• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1.

Tinjauan Pustaka

Beton berpori (Porous Concrete) adalah material beton spesial dengan porositas tinggi yaitu antara 15-30% rongga udara sehingga mudah untuk dilalui air. Beton berpori dibuat dari campuran air, semen, dan agregat kasar dengan sedikit atau tanpa agregat halus agar didapatkan pori-pori yang cukup banyak dan berhubungan. Fungsi utama beton porus adalah sebagai perkerasan beton penutup permukaan tanah dengan tujuan agar dapat air dapat dengan mudah mengalir ke bawahnya, dan dengan demikian kelebihan air permukaan akan dapat kembali terserap ke dalam tanah, daripada hanya terbuang ke laut. (Paul et all, 2004).

Beton berpori yang menggunakan agregat satu ukuran atau agregat seragam mempunyai kuat tekan rendah dan permeabilitas yang bagus. Beton berpori pada umur 28 hari mempunyai kuat tekan antara 3 sampai 28 MPa dengan porositas 14-31% dan permeabilitas berkisar 0,25 sampai 6,1 mm/detik. (Schaefer et all, 2006).

Beton berpori adalah suatu elemen bahan bangunan yang dibuat dari campuran agregat kasar, semen, air, dan sedikit agregat halus dengan atau tanpa bahan tambah lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut,campuran ini menciptakan suatu sel terbuka struktur,membiarkan air hujan untuk menembus mendasari lahan.

(Grajuantomo,2008).

Beton berpori mempunyai angka pori sebesar 15% - 22% yang lebih tinggi dari beton normal. Beton dapat digunakan untuk daerah lalu-lintas rendah yang ditinjau dari kuat tekan dan porositasnya. (Sneha Sanjay,2011).

(2)

Perancangan beton berpori untuk bahan perkerasan jalan (pavement) yang ramah lingkungan. Beton berpori tanpa isian rongga mempunyai porositas berkisar 24%. Nilai permeabilitas horisontal sebesar 0,469 cm/dt dan permeabilitas vertikal sebesar 1,147 cm/dt. Kuat tekan beton berpori antara 5 MPa - 6 MPa. Rancangan beton berpori dengan seleksi gradasi mampu untuk menahan beban lalu lintas ringan dan meloloskan air sehingga air hujan dapat dimanfaatkan secara optimal serta mempertahankan permukaan tanah tetap menjadi area terbuka hijau. (Rochim et all, 2014).

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Beton Berpori

Beton berpori adalah beton dengan nilai porositas sebesar 15 – 30 % yang dibuat dari campuran agregat kasar, semen, air, dan sedikit agregat halus. Perbedaan beton berpori dengan beton normal terletak pada :

a. Agregat yang digunakan adalah agregat kasar saja atau dengan sedikit agregat halus.

b. Faktor air semen harus dijaga sedemikian rupa agar setelah beton mengeras pori-pori yang terbentuk tidak tertutup oleh campuran pasta semen yang mengeras. Selain itu kontrol pada faktor air semen juga bertujuan agar butir-butir agregat dapat terikat kuat satu sama lain.

Material-material pembentuk beton berpori dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Semen

Semen yang digunakan dalam beton berpori sama dengan beton konvensional, yaitu semen portland. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen PPC tipe 1 dengan merk Tiga Roda.

2. Agregat

Pemakaian agregat halus di dalam beton berpori sangat dibatasi, bahkan jika perlu tidak digunakan. Dihindarinya pemakaian agregat halus ini bertujuan untuk mencegah terbentuknya beton yang padat sehingga beton yang dihasilkan tidak berpori lagi. Ukuran agregat kasar yang digunakan adalah agregat 1-2 dengan gradasi seragam.

(3)

3. Air

Komposisi air dan semen di dalam beton berpori harus diatur sedemikian rupa agar beton yang terbentuk mempunyai pori-pori yang cukup sehingga mampu berfungsi sebagai saluran drainase air serta mampu mengikat butir-butir agregat yang ada dengan kuat menjadi satu kesatuan. Kesalahan dalam menghitung komposisi air dapat mengakibatkan beton berpori yang terbentuk memilki kuat tekan yang rendah atau menghasilkan beton berpori yang ikatan antara pasta semen dan agregat lemah.

2.2.2. Gradasi

Gradasi atau susunan butir adalah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini bervariasi dapat di bedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade), gradasi menerus (continous grade) dan gradasi seragam (uniform grade). Untuk mengetahui gradasi tesebut dilakukan pengujian melalui analisa saringan sesuai dengan standard dari SNI 03-2834-200 dan ASTM C-33.

Beberapa ukuran saringan yang digunakan untuk mengetahui gradasi agregat dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah.

Tabel 2.1. Ukuran Saringan Standard Agregat untuk Campuran Beton Normal menurut SNI 03-2834-2000

(4)

Tabel 2.2. Ukuran Saringan Standard Agregat untuk Campuran Beton Normal menurut ASTM C-33

(Sumber : ASTM C-33 )

Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton segar adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai sifat mampu dikerjakan (workability)

2. Mempengaruhi sifat kohesif campuran agregat, semen dan air.

3. Mempengaruhi keseragaman/homogenitas adukan sehingga akan berpengaruh pada cara pengecoran dan pewadahan.

4. Mempengaruhi sifat segregasi (pemisahan butir) atau juga bleding. 5. Mempengaruhi hasil pekerjaan finishing permukaan beton dan adukan. Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton keras adalah seagai berikut : 1. Mepengaruhi porositas

2. Berpengaruh terhadap sifat kedap air 3. Berpengaruh terhadap kepadatan

Susunan butir yang ada diperdagangan atau di alam biasanya tidak memiliki persyaratan yang dikehendaki, sehingga perlu adanya pengagabungan agregat halus dan kasar untuk mendapatkan susunan butir tertentu yang sesuai dengan pedoman kurva butir.

Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan agregat memegang peranan yang sangat penting, terutama pada campuran beton.

(5)

Dimana batuan yang berbentuk kaku memiliki permukaan yang rata dan kasar, sehingga tiap permukaan batuan akan saling mengikat satu sama lain. Dengan permukaan yang kaku agregat akan saling mengunci posisi, membuat agregat menolak pergerakan memutar serta pergeseran antar agregat. Sedangkan untuk agregat yang berbentuk bulat akan mudah untuk saling berputar dan bergeser, dimana permukaan agregat yang licin dapat mengurangi ikatan antara pasta beton dengan agregat itu sendiri. Sehingga biasanya agregat yang digunakan dihancurkan terlebih dahulu untuk mendapatkan agregat yang tidak berbentuk bulat.

Gambar 2.1. Batuan kaku dengan sudut (a) batuan bulat (b)

(sumber : Bruce K.Fergunson 2005)

Gradasi agregat dapat dibedakan atas :

 Gradasi Seragam

Agregat yang terdiri dari batas sempit dari ukuran fraksi yang mempunyai ukuran yang sama akan membentuk grafik gradasi seragam. Cirinya adalah garis vertikal yang mendominasi porsi gradasi agregat pada satu ukuran atau range/batas fraksi tertentu. Agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton tanpa pasir (nir-pasir) atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.

Gradasi agregat 1-2 dan 2-3 yang digunakan adalah gradasi yang mempunyai ukuran yang sama atau range tertentu . Agregat yang digunakan adalah agregat yang satu ukuran dengan range 1cm - 2cm dan 2cm - 3cm.

(6)

 Gradasi Menerus

Diperoleh jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan terdistribusi dengan baik. Dibandingkan dengan agradasi sela, atau seragam, umumnya gradasi menerus adalah yang paling baik dan diharapkan dicapai oleh agregat yang dipakai dalam campuran beton.

 Gradasi Senjang (Gradasi Sela)

Salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada, maka grafik gradasi akan menunjukan garis horizontal dalam grafiknya. Angka pori yang kecil dan kemampuan yang tinggi sehingga terjadi interlocking yang baik, campuran beton membutuhkan variasi ukuran butir agregat. Penyebaran gradasi yang baik, dapat dilakukan pencampuran dengan agregat bergradasi seragam pada ukuran butir yang tidak dimiliki agregat bergradasi sela, sehingga diperoleh campuran bergradasi menerus yang baik.

Gambar 2.2. Contoh grafik gradasi seragam, menerus dan senjang (sela)

2.2.3. Bahan Tambah Mineral (Additive)

Bahan tambah mineral (additive) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang kekuarangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambah

(7)

dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh.

Adapun keuntungan penggunaan additive adalah (Mulyono T, 2003) :

 Memperbaiki workability beton

 Mengurangi panas hidrasi

 Mengurangi biaya pekerjaan beton

 Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat

 Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika

 Menambah keawetan (durabilitas) beton

 Meningkatkan kuat tekan beton

 Meningkatkan usia pakai beton

 Mengurangi penyusutan

 Membuat beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton rendah)

Bahan tambah mineral (additive) yang digunakan pada penelitian adalah LEMKRA TG 300. LEMKRA TG 300 adalah additive polymer bonding agent dengan plasticizer khusus. Dipergunakan sebagai campuran semen atau beton sehingga berdaya rekat tinggi sehingga dapat menambah kuat tekan dari beton. LEMKRA TG 300 sangat ekonomis dengan fleksibilitas baik mencegah susut retak, serta cocok dengan semua tipe semen. Aplikasi dari LEMKRA TG 300 dengan mencampurkan additive dan air dengan perbandingan 2 – 10% dari kebutuhan semen pada campuran beton. (www.lemkra.co.id)

(8)

2.2.4. Perkerasan Beton Berpori

Perkerasan beton berpori diperuntukkan melayani lalu-lintas kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor dengan beban lalu-lintas rendah. Selain itu juga diaplikasikan pada trotoar, lahan parkir, dan taman. Secara umum konstruksi perkerasan jalan terdiri atas dua jenis, yaitu perkerasan lentur yang bahan pengikatnya adalah aspal dan perkerasan kaku dengan semen sebagai bahan pengikatnya yang jalannya biasa juga disebut jalan beton.

Jalan beton biasanya digunakan untuk ruas jalan dengan hirarki fungsional arteri yang berada di kawasan baik luar maupun dalam kota untuk melayani beban lalu lintas yang berat dan padat. Namun perkerasan beton berpori tidak difungsikan untuk beban lalu lintas berat, sebab beton berpori hanya memiliki nilai kuat tekan antara 3 MPa sampai 28 Mpa. (Schaefer et all, 2006).

2.2.5. Workability

Salah satu sifat beton sebelum mengeras (beton segar) adalah kemudahan pengerjaan (workability). Workability adalah tingkat kemudahan pengerjaan beton dalam mencampur, mengaduk, menuang dalam cetakan dan pemadatan tanpa homogenitas beton berkurang dan beton tidak mengalami bleeding (pemisahan) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan beton yang diinginkan. Workability

beton dapat diuji dengan melakukan slump test. Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran.

Workability akan lebih jelas pengertiannya dengan adanya sifat-sifat berikut : a) Mobility adalah kemudahan adukan beton untuk mengalir dalam cetakan. b) Stability adalah kemampuan adukan beton untuk selalu tetap homogen, selalu

mengikat (koheren), dan tidak mengalami pemisahan butiran (segregasi dan

bleeding).

c) Compactibility adalah kemudahan adukan beton untuk dipadatkan sehingga rongga-rongga udara dapat berkurang.

(9)

d) Finishibility adalah kemudahan adukan beton untuk mencapai tahap akhir yaitu mengeras dengan kondisi yang baik.

Pada pekerjaan beton untuk mengetahui nilai workability dilakukan dengan slump test. Nilai slump dapat diketahui dengan cara tinggi cetakan dikurangi tinggi rata-rata benda uji yang dilakukan slump test. Bentuk slump akan berbeda sesuai dengan kadar air, bentuk dari slump dapat dilihat pada gambar 2.4. dibawah.

Gambar 2.4. Bentuk Slump Test

 Gambar 1 : Collapse / runtuh

Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran dalam cetakan runtuh sempurna. Bisa juga karena merupakan campuran yang workabilitynya tinggi yang diperuntukkan untuk lokasi pengecoran tertentu sehingga memudahkan pemadatan,

 Gambar 2 : Shear

Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan, sebagian runtuh sehingga berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum rata tercampur.

 Gambar 3 : True

Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.

Jika pada saat uji slump bentuk yang dihasilkan adalah collapse atau shear, maka tidak perlu membuat campuran baru terburu-buru. Cukup ambil sample beton segar yang baru dan mengulang pengujian. Kategori keenceran beton dengan berbagai variasi nilai slump dan nilai slump untuk berbagai jenis komponen struktur dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4 dibawah.

(10)

Tabel 2.3. Kategori Keenceran Beton dengan Berbagai Variasi Nilai Slump

Nilai Slump Kategori slump

0-2 cm Kental

3-7 cm Encer

8-15 cm Sangat encer

(Sumber : SNI 1972-2008 )

Tabel 2.4. Variasi Nilai Slump untuk Berbagai Jenis Komponen Struktur

Jenis Konstruksi Nilai Slump

Maksimum Minimal

Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak

bertulang 12,5 5

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan

konstruksi dibawah tanah 9 2,5

Plat, balok, kolom dan dinding 15 7,5

Perkerasan jalan 7,5 5

Pembetonan masal 7,5 2,5

(Sumber : SNI 1972-2008 )

2.2.6. Porositas

Porositas adalah besarnya kadar pori yang terdapat pada beton dan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kekuatan beton. Pori-pori beton biasanya berisi udara atau berisi air yang saling berhubungan dan dinamakan dengan kapiler beton. Kapiler beton akan tetap ada walaupun air yang digunakan telah menguap, sehingga kapiler ini akan mengurangi kepadatan beton yang dihasilkan. Dengan bertambahnya volume pori maka nilai porositas juga akan semakin meningkat dan hal ini memberikan pengaruh buruk terhadap kekuatan beton.

Beton mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah pencetakan. Hal ini penting terutama untuk memperoleh campuran yang mudah untuk dikerjakan dengan menggunakan air yang berlebihan daripada yang dibutuhkan guna persenyawaan

(11)

kimia dengan semen. Air ini menggunakan ruangan dan bila kemudian kering akan menimbulkan rongga-rongga udara. Dapat ditambahkan bahwa selain air yang mengawali pemakaian ruangan dan kelak menjadi rongga, terjadi juga rongga-rongga udara langsung pada jumlah persentase yang kecil. Hal lain adalah terdapatnya pengurangan volume absolut dari semen dan air setelah reaksi kimia dan terjadi pengeringan sedemikian rupa sehingga pasta semen sudah kering akan menempati volume yang lebih kecil dibandingkan dengan pasta yang masih basah, berapapun perbandingan air yang digunakan (Murdock et all, 1991)

Selain itu porositas beton timbul karena pori atau rongga yang ada di dalam butiran agregat yang terbentuk oleh adanya udara yang terjebak dalam butiran ketika pembentukan atau dekomposisi mineral. Agregat yang menempati kurang lebih 70-75% dari volume beton akan sangat berpengaruh terhadap porositas beton akibat porositas yang dimiliki oleh agregat sendiri. Gradasi atau ukuran butiran yang dimiliki oleh agregat juga berpengaruh terhadap nilai porositas beton karena dengan ukuran yang seragam maka porositas akan semakin besar sedangkan dengan ukuran yang tidak seragam porositas beton justru berkurang. Hal ini dikarenakan butiran yang kecil dapat menempati ruangan/pori diantara butiran yang lebih besar sehingga porositas beton menjadi kecil.

Porositas (Void In Mix) adalah kandungan udara yang terdapat pada campuran perkerasan, baik yang dapat mengalirkan air maupun yang tidak dapat mengalirkan air. Besarnya porositas dapat dinyatakan dalam persamaan 2.1

berikut ini: ... (2.1) D = 1𝑀𝑎 4𝜋𝑑2𝐿 ... (2.2) Dimana:

VIM = porositas (VIM) specimen (%)

D = Densitas benda uji yang dipadatkan ( gr/cm3)

SGmix = Specific gravity campuran (gr/cm3) % 100 . 1 x SG D VIM m ix        

(12)

Kategori hasil porositas dapat dilihat dari hasil yang didapat setelah pengujian secara visual dengan peraga visual. Kategori nilai porositas dapat dilihat pada tabel 2.5 dibawah.

Tabel 2.5. Kategori Nilai Porositas Beton

Nilai Porositas (%) Kategori Porositas

0 – 5 Diabaikan (Negligible)

5 – 10 Buruk (Poor)

10 – 15 Cukup (Fair)

15 – 20 Baik (Good)

20 – 25 Sangat baik (Very good)

> 25 Istimewa (Excellent)

(Sumber : www.kampussipil.co.id )

2.2.7. Permeabilitas

Permeabilitas adalah kemudahan air untuk melewati beton melalui pipa-pipa kapiler yang terdapat pada beton itu sendiri. Permeabilitas menjadi penting untuk diketahui karena beton berpori selain berfungsi untuk menahan beban saat digunakan sebagai perkerasan kaku juga berfungsi untuk sarana agar air hujan dapat meresap kelapisan dibawah lapis perkerasan beton berpori. Besarnya nilai permeabilitas ditunjukkan dengan koefisien permeabilitas yaitu kecepatan air melewati beton berpori dalam satu satuan waktu.

Pada beton konvensional faktor air semen yang digunakan akan mempengaruhi besarnya koefisien permeabilitas. Makin tinggi faktor air semen akan menyebabkan nilai koefisien permeabilitas makin tinggi. Hal ini dapat dipahami karena makin banyak air tersisa yang tidak digunakan untuk proses hidrasi semen akan memberikan pori-pori yang besar sehingga beton akan porous dan sangat mudah dilalui air (permeable). Pada pembuatan beton-beton yang mensyaratkan kedap air harus digunakan faktor air semen yang rendah sehingga koefisien permeabilitas akan rendah juga.

(13)

Dalam pengujian permeabilitas beton berpori digunakan alat uji permeabilitas yaitu

water permeability test. Tipe dari tes ini adalah falling head water permeability test.

Gambaran bentuk alat dapat dilihat di Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Water Permeability Test (sumber : Prabowo 2013)

Koefisien Permeabilitas dapat dihitung dengan persamaan 2.2:

... (2.3) k = Koefisien permeabilitas air (cm/s)

ɑ = Luas potongan melintang tabung (cm2)

L = Tebal spesimen (cm)

A = Luas potongan melintang spesimen (cm2)

t = Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari h1 ke h2 (s)

h1 = Tinggi batas air paling atas pada tabung (cm)

(14)

Kategori nilai permeabilitas beton dapat dilihat dari hasil perhitungan setelah pengujian permeabilitas dilakukan. Nilai permeabilitas disajikan dalam satuan cm/dt. Kategori permeabilitas beton dapat dilihat pada tabel 2.6 dibawah.

Tabel 2.6. Kategori Nilai Permeabilitas Beton

Nilai Permeabilitas (cm/dt) Kategori Permeabilitas

< 0,5 Ketat (Tight)

0,5 – 1 Cukup (Fair)

1 – 10 Baik (Good)

10 – 100 Baik sekali (Very good)

(Sumber : www.kampussipil.co.id )

2.2.8. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menahan gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Besarnya kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

f’c = 𝑃

𝐴 ... (2.4)

dengan, f’c = Kuat tekan (N/mm2) P = beban (N)

A = Luas tampang (mm2)

Kuat tekan beton berpori berkisar antara 3 Mpa sampai 28 Mpa pada umur 28 hari menurut (Schaefer et all, 2006). Nilai kuat tekan didapatkan melalui pengujian standart berdasarkan SNI 1974-2011 dengan benda uji berupa silinder beton. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kuat tekan antara lain faktor air semen, umur beton, jenis semen, jumlah semen dan sifat agregat.

Kategori beton dapat dilihat berdasarkan nilai kuat tekan dengan uji tekan pada beton silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30cm. Kategori beton dapat dilihat pada tabel 2.7 dibawah.

(15)

Tabel 2.7. Kategori Beton Berdasarkan Nilai Kuat Tekan

Nilai Kuat Tekan (MPa) Kategori Beton

< 20 Beton mutu rendah (Low strenght concrete)

21 – 40 Beton mutu sedang (Medium strenght concrete)

≥ 41 Beton mutu tinggi (High strenght concrete)

(Sumber : www.kampussipil.co.id )

2.2.9. Statistik

Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika antara lain:data, populasi, sampel, dan variabel.

Berikut penjelasan dari beberpa istilah statistika yang digunakan:  Data

Data adalah hasil pengukuran yang bisa memberikan gambaran suatu keadaan. Data juga diartikan catatan atas kumpulan fakta. Berasal dari kata Datum yang merupakan bentuk jamak dari bahasa Latin dan memiliki arti yaitu sesuatu yang di beri. Secara umum pengertian data merupakan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam sebuah catatan.

 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat beragam

(16)

sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan tepat. Dalam statistika, populasi adalah sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang sama dan menjadi objek inferensi. Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua konsep dasar, populasi sebagai keseluruhan data, baik nyata maupun imajiner, dan sampel, sebagai bagian dari populasi yang digunakan untuk melakukan inferensi (pendekatan/penggambaran) terhadap populasi tempatnya berasal. Sampel dianggap mewakili populasi. Sampel yang diambil dari populasi satu tidak dapat dipakai untuk mewakili populasi yang lain.

 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti; dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala yang diamati. Ukuran dan keragaman sampel menjadi penentu baik tidaknya sampel yang diambil. Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu secara acak (random)/probabilita dan tidak acak (non-random)/non-probabilita. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi. Merupakan perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi

 Variabel

Variabeladalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Menurut F.N. Kerlinger variabel sebagai sebuah konsep. Variabel merupakan konsep yang mempunyai nilai yang bermacam-macam. Suatu konsep dapat diubah menjadi suatu variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari variabel itu sendiri.Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau nilai mutu (kualitatif). Variabel merupakan pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut dari objek yang diteliti.

(17)

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menghubungkan variabel-variabelnya yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis regresi. Analisis regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel(-variabel) yang lain. Variabel "penyebab" disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel independen, atau secara bebas, variabel X (karena seringkali digambarkan dalam grafik sebagai absis, atau sumbu X). Variabel terkena akibat dikenal sebagai variabel yang dipengaruhi, variabel dependen, variabel terikat, atau variabel Y. Kedua variabel ini dapat merupakan variabel acak (random), namun variabel yang dipengaruhi harus selalu variabel acak.

a. Analisis Regresi

Analisis Regresi adalah salah satu metode yang sangat popular dalam mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih. Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi, variabel yang mempengaruhi disebut Independent Variable (variabel bebas) yang dilambangkan dengan X dan variabel yang dipengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terikat) yang dilambangkan dengan Y. Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai persamaan regresi sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda. Manfaat dari hasil analisis regresi adalah untuk membuat keputusan apakah naik dan menurunya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau tidak.

b. Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat atau dengan kata lain untuk mengetahui seberapa jauh perubahan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat Persamaan umum regresi sederhana adalah:

(18)

dimana :

Y = Variabel terikat (dependent variable);

X = Variabel bebas (independent variable); a = Konstanta;

b = Koefisien Regresi.

Persamaan garis regresi dapat dicari dengan menggunakan berbagai pendekatan (rumus), sehingga nilai konstanta (a) dan nilai koefisien regresi (b) dapat dicari dengan metode sebagai berikut :

b = nƩXiYi-(ƩXi)(ƩYi)

nƩXi2- (ƩXi)² ... (2.6)

a = (ƩYi)(ƩXi²)-(ƩXi)(ƩXiYi)

nƩXi2- (ƩXi)² ... (2.7) atau a = ƩY n – b ƩX n

...

(2.8) c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi sering diartikan sebagai seberapa besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya. Secara sederhana koefisien determinasi dihutung dengan mengkuadratkan Koefisien Korelasi (R). Koefisien determinasi dilambangkan dengan R2 yang besarnya antara 0<R2<+1.

𝑅2 = ( 𝑛 ∑ 𝑥.𝑦−(∑ 𝑥).(∑ 𝑦)

√(𝑛 ∑ 𝑥2−(∑ 𝑥)2).(𝑛 ∑ 𝑦2−(∑ 𝑦)2)) 2

...(2.9)

Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seerapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lainbila R2 = 1, maka semua titik pengamatan bereda tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu.

Gambar

Tabel 2.1. Ukuran Saringan Standard Agregat untuk Campuran Beton Normal
Tabel 2.2. Ukuran Saringan Standard Agregat untuk Campuran Beton Normal
Gambar 2.1. Batuan kaku dengan sudut (a) batuan bulat (b)  (sumber : Bruce K.Fergunson 2005)
Gambar 2.2. Contoh grafik gradasi seragam, menerus dan senjang (sela)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh ketika program mendengarkan aksi dari keyboard dan kemudian tombol A ditekan, maka method getKeychar akan mengembalikan hasil berupa “a”(atau

(Ranperda) Dewan Perwa- kilan Ralqat Daerah (DPRD) Sulsel mengubah Pemsaha- an Umum Daerah (Perusda).. Sulsel menjadi Perseroan Daerah [Perseroda)

Warna enamel  dipengaruhi : — Perkembangan gigi atau — Ekstrinsik stains — Penggunaan antibotik — Fluoride  yg berlebihan — Warna enamel  jg dpt menunjukkan

Yang terakhir adalah Implementing Service Operation yang mengandung rekomendasi yang berfokus pada melakukan change assesment dengan dokumentasi change management yang

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo penulis menemukan permasalahan bahwa pasien bisa masuk ruang filling,

Pada hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis, sebagaimana uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada Sistem Pakar Deteksi Kompetensi Inti dan Prestasi Belajar

Dari data kelembaban udara yang didapatkan saat penelitian, dapat dilihat pada tabel 1 , terdapat 3 data kelembaban udara yang melebihi kelembaban udara ideal, hal ini

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena iradah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media animasi