• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM MCS PASAR COREMAP II PHASE II WORLD BANK DISUSUN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM MCS PASAR COREMAP II PHASE II WORLD BANK DISUSUN OLEH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM MCS – PASAR

COREMAP II PHASE II – WORLD BANK

DISUSUN OLEH

NCU – MCS SPECIALIST & ASDIR MCS COREMAP PHASE II

(2)

I. LATAR BELAKANG

Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak (bom) dan racun (seperti :sianida, tuba, dll) menimbulkan dampak yang sangat merusak, khususnnya terhadap ekosistem terumbu karang. Hasil pemantauan dan penelitian beberapa peneliti menunjukkan bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu penyebab utama kerusakan ekosistem terumbu karang di wilayah perairan Indonesia dan beberapa negara di Asia dan Afrika. Kegiatan destruktif tersebut juga merupakan tantangan terbesar program COREMAP II yang bertujuan menjaga kelestarian terumbu karang. Data dan informasi yang diperoleh dari site-site COREMAP II, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (Pangkep, Selayar, Sikka, Buton, Wakatobi, Biak dan Raja Ampat) menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan racun masih marak dilakukan oleh nelayan , kuhususnya untuk menangkap ikan-ikan karang yang kebutuhannya cukup tinggi baik untuk memenuhi kebutuhan lokal, maupun untuk tujuan ekspor.

Salah satu aktifitas yang diprogramkan dari proyek COREMAP II dalam rangka menjaga kelestarian terumbu karang adalah pemantauan, pengendalian dan pengawasan (Monitoring, Controlling and Surveillance, MCS) yang berbasis masyarakat (Collaborative MCS). Kegiatan MCS selama ini umumnya masih bertumpu pada patroli mengelilingi area yang dilindungi dengan menggunakan perahu motor atau speed boat. Upaya ini selain kurang efektif untuk area yang luas, juga membutuhkan biaya operasional (bahan bakar, logistik, air bersih, dll) yang cukup tinggi . Untuk melengkapi upaya ini diperlukan suatu terobosan, dimana kegiatan MCS dapat dilaksanakan dengan menggunakan biaya operasional yang lebih rendah. Salah satu upaya yang diperlukan adalah melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan di tempat-tempat dimana ikan hasil tangkapan dikumpulkan dan atau diperjual-belikan, guna meminimalkan penangkapan ikan yang destruktif.

II. PENGERTIAN

Program MCS pasar adalah suatu program pemantauan, pengendalian dan pengawasan (Monitoring, Controlling and Surveillance, MCS) yang dilakukan di tempat-tempat tertentu dimana ikan-ikan hasil tangkapan dikumpulkan dan atau diperjual-belikan guna mencegah dan

(3)

meminimalkan penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak, khususnya penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan racun. Adapun tempat-tempat yang dapat dijadikan lokasi MCS pasar antara lain adalah tempat pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan (TPI), pasar ikan, perahu nelayan yang memuat ikan, karamba ikan dan tempat pengumpulan dan penjualan ikan hias.

III. TUJUAN

Tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah :

1. untuk menekan aktifitas penangkapan ikan yang destruktif (khususnya penggunaan bom

dan racun) melalui pemantauan, pengendalian dan pengawasan pada tempat-tempat tertentu dimana hasil tangkapan ikan dikumpulkan, atau diperjual-belikan;

2. melaksanakan pengawasan yang berbasis masyarakat melalui sosialisasi & penyadaran

akan hak dan kewajiban masyarakat (nelayan penangkap ikan, pengumpul dan/atau penjual ikan ataupun konsumen akhir) untuk memperoleh ikan yang baik dan sehat;

3. menyelenggarakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan dengan

menggunakan biaya operasional dan personil sekecil mungkin. III. OUTPUT

Adapun output yang diharapkan dari program ini antara lain adalah :

1. Tersedianya data dan informasi yang akurat tentang terjadinya penangkapan ikan yang

destruktif;

2. Tersosialisasikannya berbagai kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan penangkapan ikan

yang merusak ekosistem terumbu karang;

3. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya menjaga kelestarian

sumberdaya laut serta untuk memperoleh ikan yang baik dan sehat. IV. MANFAAT

Manfaat yang dapat diperoleh dari program ini adalah :

1. Data dan informasi yang akurat, akan menjadi masukan yang sesuai dengan kebutuhan bagi

pembuat kebijakan (baik pusat maupun daerah) berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari;

(4)

2. Penyidik dapat memperoleh data dan informasi serta barang bukti yang dapat digunakan dalam penegakan hukum dan/atau proses penuntutan di pengadilan ;

3. Memberikan penyadaran kepada masyarakat dengan metode yang lebih mudah dimengerti

dan lebih baik, untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan khususnya terumbu karang. V. METODE PELAKSANAAN MCS - PASAR

1. Pemantauan dan Pengawasan Ikan Hasil Tangkapan :

Pemantauan dan Pengawasan dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan fisik dan pengujian kimiawi terhadap sampel ikan yang diambil dari tempat-tempat tersebut di atas. Pengujian dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan peralatan minilab yang dibawa oleh petugas pemantau (penyidik). Data hasil pengujian tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti oleh penyidik untuk menuntut para pelaku di pengadilan atau indikator keberhasilan proyek COREMAP II dalam memerangi kegiatan penangkapan destruktif.

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemantauan antara lain adalah : a. Kaca Pembesar pengawasan ikan hasil tangkapan diperlukan peralatan berikut ini : b. Seperangkat pisau bedah (Scalpel)

c. Alas untuk pembedahan (papan atau plastik) d. Camera digital

e. Mistar plastik (ukuran 50 cm)

f. Seperangkat peralatan deteksi sianida

g. Jarum suntik plastik (volume 1,0 ; 3,0 dan 5,0 ml)

2. Pengendalian penangkapan ikan yang destruktif :

Pengendalian dilakukan dengan cara memberikan penyadaran dan pemahaman tentang dampak negatip yang ditimbulkan oleh kegiatan destruktif tersebut, baik terhadap ekosistem terumbu karang maupun terhadap para pelaku lapangan. Selain itu, penyadaran juga dapat diwujudkan dalam bentuk penyampaian informasi tentang sangsi hukum yang dapat menjerat para pelaku lapangan serta pihak-pihak yang memberikan dukungan terhadap mereka.

Peralatan yang diperlukan sebagai media / alat bantu dalam kegiatan pengendalian penangkapan ikan yang destruktif ini antara lain adalah :

(5)

a. Papan Pengumuman (bill-board) permanen.

b. Spanduk.

c. Poster yang berukuran besar.

d. Rekaman video atau film singkat tentang dampak negatif penangkapan ikan yang

destruktif, ciri-ciri ikan yang ditangkap dengan menggunakan bom atau racun,dll.

e. Media lainnya (misalnya : kerjasama dengan polisi pamongpraja yang

sehari-harinya bertugas di pasar / TPI, dll, untuk melakukan sosialisasi atau menyebar-luaskan informasi tentang dampak penangkapan ikan yang destruktif).

Beberapa pesan penting yang perlu dimuat pada media tersebut diatas antara lain adalah :

a. Hak masyarakat untuk memperoleh ikan yang baik dan sehat serta kewajibannya

untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan (khususnya terumbu karang yang menjadi rumah ikan). Misalnya, poster besar (dilengkapi gambar terumbu karang atau ikan yang menarik) yang memuat pesan seperti :

- “SEKARANG MERACUN IKAN, HARI ESOK ANAK CUCU

SENGSARA”.

- “TERUMBU KARANG ADALAH RUMAH IKAN, JIKA DIRUSAK IKAN MENJADI TUNA-WISMA”.

- “JANGAN BIARKAN IKAN KEHILANGAN RUMAH, SELAMATKAN

TERUMBU KARANG KITA SEKARANG”.

- “TERUMBU KARANG SEHAT, IKAN MELIMPAH”.

- ”TERUMBU KARANG TERJAGA, MASYARAKAT SEJAHTERA”.

- “BOM IKAN ADALAH MUSUH NELAYAN DAN MUSUH TERUMBU

KARANG”.

- “PEMBOM IKAN SAMA DENGAN PELAKU TERORISME

PERIKANAN”.

- “PEMILIK DAN PENGGUNA BOM IKAN DAPAT DIHUKUM PENJARA HINGGA 15 TAHUN (UU Darurat, 1951 )”.

- “MERACUN IKAN ADALAH TINDAK PIDANA PERIKANAN, DAPAT DIHUKUM HINGGA 10 TAHUN PENJARA DAN DENDA 2 MILYAR RUPIAH (Pasal 86 UU 31 Tahun 2004 tentang Perikanan)”.

(6)

- “MERACUN IKAN SAMA DENGAN MERACUN ANAK CUCU”. - Dll, disesuaikan dengan kondisi daerah dan kearifan lokal.

b. Peringatan kepada para pelaku pengracun ikan bahwa tindakan mereka melakukan

aktifitas penangkapan ikan destruktif adalah TINDAK PIDANA (melanggar hukum) yang dapat dikenakan sanksi hukum (kurungan badan / penjara maksimal 10 tahun dan denda 2 milyar rupiah);

c. Dampak merugikan yang dapat dialami oleh pelaku penangkapan ikan dengan

menggunakan bom atau racun, dalam bentuk poster-poster besar (misalnya : foto-foto pelaku aktifitas pemboman yang meninggal dengan badan yang hancur atau tetap hidup dalam kondisi tubuh yang cacat);

d. Informasi mengenai kemampuan penyidik perikanan (PPNS, TNI-AL, POLRI)

untuk mendeteksi ikan-ikan yang ditangkap dengan metode destruktif. Sosialisasi dimaksud dapat dilakukan baik melalui pengumuman yang disampaikan langsung oleh petugas atau berupa poster-poster atau tulisan-tulisan pada papan pengumuman atau dengan menayangkan video mengenai proses deteksi dimaksud.

Semua kegiatan yang dimaksudkan di atas di lakukan di tempat-tempat pendaratan, pengumpulan, maupun penjualan ikan, seperti : tempat pendaratan ikan (tangkahan), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Pelabuhan Perikanan, Pasar-pasar ikan tradisional, penampungan ikan dan karang pada perusahaan-perusahaan yang berkecimpung dalam ekspor ikan hias hidup dan karang hidup.

V. STAKEHOLDER YANG TERLIBAT

Sebagaimana telah ditekankan dalam uraian di atas bahwa sistem MCS yang diterapkan

pada setiap site COREMAP II adalah Sistem MCS berbasis masyarakat (Collaborative MCS),

sehingga dalam program MCS pasar inipun juga melibatkan semua institusi yang berwewenang dalam penegakan hukum perikanan (PPNS Perikanan, TNI AL, POLRI, KEJAKSAAN, KEHAKIMAN, DKP, BKSDA) serta komponen masyarakat (DPRD, Pemuka masyarakat, dan Perwakilan LSM). Semua stakeholder yang terlibat dalam program ini secara resmi dihimpun

(7)

dalam wadah koordinasi MCS (Tim kerja) yang dapat diperkuat dengan Surat Keputusan (SK) dari pemerintah setempat (SK Gubernur untuk tingkat propinsi dan SK Bupati untuk Kabupaten).

VI. SUSUNAN TIM KOORDINASI MCS PASAR

Untuk menjamin efektifitas dan efesiensi kerja dari Team MCS pasar ini, team dibagi menjadi dua kelompok dengan tugas yang berbeda, yaitu :

1. Komite Pengarah : bertugas untuk mengarahkan kegiatan MCS Pasar dalam penegakan hukum guna menekan terjadinya penangkapan ikan yang destruktif. Keanggoraan Tim Pengarah ini terdiri dari pejabat senior di daerah (misalnya :

- untuk Propinsi : Gubernur; Kapolda; Kajati; Dan Lantamal; dll disesuaikan

dengan kebutuhan daerah ybs;

- untuk Kabupaten : Bupati, Kapolres, Kajari, Dan Lanal, dll disesuaikan

dengan kebutuhan daerah ybs;

2. Tim Pengendali Kegiatan : bertugas untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan MCS Pasar agar tetap berada pada koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mencapai tujuan berkurangnya/hilangnya kegiatan penangkapan ikan yang merusak ekosistem terumbu karang di daerah tersebut. Tim ini sebaiknya diketuai oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dan beranggotakan unsur-unsur terkait dari TNI-AL, POLRI, Kejaksanaan, Pengadilan Tinggi / Pengadilian Negeri, dan lain sebagainya yang dianggap perlu;

3. Tim Pelaksana Kegiatan : bertugas untuk melaksanakan kegiatan MCS Pasar agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya. Tim ini terdiri dari wakil-wakil dari instansi terkait, seperti : TNI-AL, POLRI, Kejaksanaan, Polisi Pamongpraja, LSM, dan lain sebagainya yang dianggap perlu. Sebaiknya, Tim ini terlebih dahulu dibekali dengan berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan pemeriksaan ikan hasil tangkapan dengan cara-cara yang destruktif (misalnya : “Pelatihan Pemeriksaan Ikan Hasil Tangkapan dengan Bahan Peledak dan Racun Sianida”), MCS yang berbasis masyarakat, peraturan perundang-undangan terkait dengan kegiatan penangkapan ikan yang destruktif, dll. yang dianggap perlu.

(8)

Catatan : Pada hakekatnya Tim MCS yang telah terbentuk di setiap PMU dan RCU juga dapat diaktifkan sebagai Tim MCS-Pasar ini.

VII. TAHAPAN IMPLEMENTASI Tahapan implementasi program MCS Pasar ini meliputi :

1. Inisiasi rencana pembentukan tim.

2. Pembentukan dan pengesahan tim (dengan SK pemerintah setempat).

3. Pelatihan personil tim pelaksana. 4. Pelaksanaan kegiatan :

a. Pelaksanaan kampanye “Anti-Destructive Fishing” dengan menggunakan

bahan-bahan seperti diuraikan pada bab IV(2) di atas.

b. Pelaksanaan operasi pengawasan MCS Pasar (baik rutin maupun insidentil/uji

petik) di tempat-tempat tertentu, seperti : tempat pendaratan ikan (tangkahan), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Pelabuhan Perikanan, Pasar-pasar ikan tradisional, penampungan ikan dan karang pada perusahaan-perusahaan yang berkecimpung dalam ekspor ikan hias hidup dan karang hidup;

c. Pengambilan dan pengujian sample ikan (panduan mengenai cara-cara pengujian secara sederhana sample ikan yang terkena racun atau bom, lihat Lampiran 1). d. Pengumpulan dan analisa / pengolahan data (lihat Lampiran 2).

e. Pelaporan.

Catatan : Pelaksanaan kampanye “Anti-Destructive Fishing” dapat dilakukan secara berkesinambungan, sedangkan pelaksanaan pengujian ikan hasil tangkapan dilakukan secara berkala, minimal 3 (tiga) bulan sekali dengan waktu pelaksanaan (hari dan tanggal) yang dirahasiakan, agar petugas dapat memperoleh data yang akurat.

VIII. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan dan pengolahan data dalam kegiatan MCS Pasar secara rutin dilakukan oleh tim pelaksana. Namun demikian, khusus untuk operasi pengawasan MCS Pasar dengan

(9)

melakukan pengambilan sample ikan (dimana pengujian ikan hanya dilakukan terhadap sample

ikan dari setiap jenis ikan), maka data yang diperoleh dari pengujian sample itu harus didasarkan pada kajian statistik yang tepat, sehingga informasi yang diperoleh sebagai hasil pengolahan data tersebut menjadi akurat.

IX. PELAPORAN

Laporan pelaksanaan kegiatan MCS Pasar secara berkala disampaikan kepada RCU / PMU dengan tembusan kepada NCU. Laporan tersebut perlu disertai dengan analisa tentang

trend (kecenderungan) perkembangan penangkapan ikan di daerah yang bersangkutan (baik ke

arah positip ataupun negatip) dari waktu ke waktu (time series). Trend tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu indikator tentang keberhasilan pelaksanaan program-program COREMAP II dalam menekan kegiatan penangkapan ikan yang destruktif (destructive fishing).

X. PENUTUP

Panduan Pelaksanaan Program Pasar ini disiapkan dan disusun oleh Tim MCS-NCU COREMAP II, untuk dapat dipergunakan sebagai acuan dalam rangka memberikan pedoman pelaksanaan kegiatan MCS Pasar kepada para pelaksana program di setiap PMU dan RCU. Panduan ini juga dilengkapi dengan beberapa petunjuk yang bersifat teknis operasional sebagai Lampiran pada pedoman ini, untuk dapat dipergunakan sebagai acuan sederhana dalam melaksanakan pengujian sample ikan, pengumpulan dan pengolahan data, beberapa informasi tentang ciri-ciri ikan yang ditangkap dengan menggunakan bom atau racun.

(10)

Lampiran 1.

PENGENALAN TANDA-TANDA FISIK PADA IKAN YANG DITANGKAP DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK (BOM) DAN RACUN SIANIDA

A. IKAN YANG DITANGKAP DENGAN RACUN SIANIDA

Ikan yang ditangkap dengan racun sianida umumnya adalah jenis ikan karang, seperti

ikan napoleon (Cheilinus undulatus), ikan kerapu (Epinephelus spp) dan ikan sunu

(Plectropomus spp). Setelah ditangkap dengan racun sianida (KCN atau NaCN) ikan-ikan

tesebut dibiarkan tetap hidup dalam tempat penampungan atau karamba apung.

TANDA – TANDA FISIK KETERANGAN / GAMBAR

Lapisan epidermis pada kulit hilang, sehingga permukaan kulit ikan yang pada kondisi normal terasa licin, tidak terasa licin lagi.

Hilangnya lapisan epidermis tersebut disebabkan oleh sifat basa yang sangat kuat dari senyawaan sianida yang mengenai permukaan kulit ikan.

Badan ikan nampak membiru, khususnya pada bagian dada

Hal ini terjadi pada ikan yang baru saja terpapar oleh racun sianida (baru dalam tahap penyembuhan).

Permukaan mata ikan nampak kabur Keadaan ini terjadi beberapa jam hingga beberapa

hari setelah paparan, tergantung pada konsentrasi sianida yang mengenai mata ikan tersebut. Kondisi ini terjadi karena kerusakan sel-sel

epidermis pada permukaan mata ikan akibat paparan racun sianida yang sifat basanya sangat kuat.

(11)

TANDA – TANDA FISIK KETERANGAN / GAMBAR

Ujung-ujung sirip dan ekor tampak rusak Keadaan ini terjadi beberapa hari setelah paparan, tergantung pada konsentrasi sianida yang mengenai ikan. Keadaan ini juga disebabkan oleh sifat basa yang kuat dari senyawa sianida .

Ikan nampak loyo (kecepatan renang menurun drastis)

Keadaan ini tejadi umumnya pada saat-saat awal setelah terjadinya paparan. Apabila ikan tesebut dapat sembuh dari kondisi keracunannya, maka kecepatan renangnya akan meningkat dari waktu ke waktu. Namun demikian, kecepatan renang tersebut tidak akan menyamai kecepatan renang ikan

seukuran dan sejenis dalam keadaan normal .

B. IKAN YANG DITANGKAP DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK (BOM) Ikan yang menjadi sasaran tangkap (target species) dengan menggunakan bahan peledak (bom) umumnya adalah jenis ikan yang dapat dijual langsung untuk kebutuhan lokal dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Beberapa jenis ikan pelagis yang sering menjadi sasaran tangkap adalah ikan banyar ( ), ikan kembung (Rastrelliger sp), ikan layang, sedangkan jenis ikan demersal adalah ikan baronang (Siganus javus), ekor kuning (Selaroidea spp) dan ikan kue. Oleh karena itu, ikan-ikan hasil tangkapan dengan menggunakan bahan peledak (bom) akan mudah dijumpai di pasar ikan, tempat pendaratan ikan, perahu-perahu nelayan yang mengangkut ikan, dll. Berikut ini beberapa tanda-tanda yang dapat dijumpai pada ikan yang ditangkap dengan bahan peledak (bom) dan racun sianida.

(12)

TANDA – TANDA FISIK KETERANGAN / GAMBAR Mata merah (nampak seperti ada darah di

dalam kornea mata)

Mata Normal, ikan baronang (Siganus

Japus, spp)

Gajala ini terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang ada di dalam mata ikan akibat energi ledakan.

Mata merah akibat pembuluh darah pecah, ikan baronang (Siganus Japus, spp.)

Tulang belakang patah Tulang belakang ikan patah dapat diketahui apabila

ikan diangkat dengan dua jari (telunjuk dan ibu jari) pada bagian tengah badan ikan. Apabila tulang belakang patah maka tubuh ikan akan cenderung melengkung seperti busur. Pada ikan dengan tulang belakang yang utuh, tubuh ikan akan terlihat tetap lurus.

Gelembung renang pecah

Gelembung renang utuh, ikan baronang

(Siganus Japus, spp.)

Ikan yang terpapar ledakan umumnya gelembung renangnya pecah akibat energi ledakan.

Gelembung renang pecah dan genangan darah di dalam rongga perut, ikan baronang (Siganus Japus,

(13)

TANDA – TANDA FISIK KETERANGAN / GAMBAR Pembuluh darah vena pecah

Pembuluh darah vena utuh

Pecahnya pembuluh darah vena karena pengaruh ledakan terlihat jelas dengan adanya rembesan darah pada bagian bawah (dasar) tulang belakang.

Pembuluh darah vena pecah, darah merembes ke dalam daging ikan.

Tulang rusuk patah Tulang rusuk patah biasanya terjadi pada ikan yang

berjarak sangat dekat dengan pusat ledakan

Prosedure pemeriksaan tanda-tanda fisik ikan yang ditangkap dengan bahan peledak (bom) dan racun sianida dituangkan dalam satu modul terpisah.

Reference :

Subandi, N., (2004), “Development of Scientific Investigation to Prove Blast and Cyanide Fising

(14)

Lampiran 2.

FORMAT ISIAN DATA PELAKSANAAN MCS PASAR A. PENGUJIAN IKAN HASIL TANGKAPAN

I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PENGUJIAN

1. HARI : TANGGAL : BULAN : TAHUN : 2. LOKASI :

II. IDENTITAS PETUGAS 1. NAMA :

2. INSTANSI : 3. JABATAN : 4. NO. SK PENYIDIK :

III. IDENTITAS PEMILIK/PENJUAL 1. NAMA :

2. ALAMAT : 3. JENIS KELAMIN : 4. NO. KTP :

IV. DATA SAMPLING IKAN 1. JENIS IKAN YANG DISAMPLING :

2. BOBOT IKAN KESELURUHAN (kg) : 3. BOBOT IKAN YANG DISAMPLING (kg) :

V. HASIL PEMERIKSAAN/PENGUJIAN 1. UJI EFEK SIANIDA :

A. Uji Fisik Hasil Uji

• Mata

• Sirip Pungung / ekor

• Lapisan epidermis pada kulit B. Uji Kimiawi

(15)

2. UJI EFEK LEDAKAN / BOM IKAN :

ORGAN TUBUH HASIL UJI

• Mata • Sirip • Tulang Punggung • Tulang Rusuk • Gelembung Renang • Hati • Usus

• Pembuluh Darah Vena

• Keberadaan genangan

darah di dalam rongga perut

• Petunjuk Lain

VI. KESIMPULAN PENGUJIAN

. . . . . . . . . .. . . Tempat, tgl-bulan-tahun dilakukannya pengujian Disaksikan Oleh : Petugas Pemeriksa

Pemilik/Penjual :

. . . . . . NRP/NIP : . . .

Mengetahui :

Ketua Team MCS-Pasar

. . . NRP/NIP : . . .

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Hala izanik, merkatari tza kredituaren erabilerak enpresa horni tzaile txikietan finan tza ara- zoak susper tzen ditu, bereziki enpresa handien ordainketen a tzerapenengatik, baina

Namun, mengingat lemahnya komitmen Para Pihak dalam Konvensi Perubahan Iklim, Conference of the Perties (COP) III yang diselenggarakan di Kyoto pada bulan desember tahun

Berbeda dengan nomor lain, hasil analisis pada nomor 3 menunjukkan nilai p = 0,083 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor pengetahuan responden mengenai

Berdasarkan data-data tambahan maupun keterbukaan informasi terbatas yang diperoleh oleh Perseroan baik dalam hal (i) keuangan (model proyeksi keuangan dari HR (financial

261 SANGGAR TARI DHARMA CADU JAYA PUTU ADI KRISTYANI DESA TUKADMUNGGA PURA,T.UMUM 0362 41348 AKTIF. 262 SANGGAR TARI SANTHI BUDAYA I GUSTI

Milano Kebun Marbau Labuhanbatu Utara dipengaruhi oleh komunikasi kerja hal tersebut dilihat dari Konstanta (α) yang bernilai 6,633 hal ini menunjukkan jika tidak ada hubungan

Penggalian kotak ini dilakukan untuk mencari sisi barat fondasi candi dan pada kedalaman 150 cm ditemukan kereweng, batu kali dan batu-bata yang sudah pecah.. Penggalian sampai

 Trigger SQL adalah pernyataan SQL atau satu set pernyataan SQL yang disimpan dalam database dan harus diaktifkan atau dijalankan ketika suatu event terjadi pada suatu