• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SIDANG PASCA

SARJANA

ANALISIS RASIO CAMEL

TERHADAP PREDIKSI KONDISI

BERMASALAH PADA BANK GO

PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC

Oleh :

SANIGAR, SKom.

(2)

Latar

Belakang

BAB I 

PENDAHULUAN

Dalam seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain :

• Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan

• Dampak likuidasi bank-bank 1 Nopember 1997 yang mengakibatkan

turunnya

kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah sehingga memicu

penarikan dana besar-besaran

• Semakin turunnnya permodalan bank-bank

• Banyak bank-bank yang tidak mampu kewajibannya karena

menurunnya nilai tukar rupiah

(3)

Rumusan

Masalah

Bertolak dari latar belakang tersebut diatas, tesis ini berkeinginan menyajikan informasi tentang :

Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap

aktiva produktif,

pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) memiliki perbedaan yang

signifikan antara bank-bank umum swasta nasional devisa go public dan tidak

go public pada periode 2004 -2006

Bagaimana rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP terhadap

aktiva produktif,

pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR, GWM Rupiah) digunakan untuk

memprediksi kondisi bermasalah bank-bank umum swasta nasional devisa go

(4)

Batasan

Masalah

Dalam melakukan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan batasan-batasan berikut :

Data yang digunakan berdasarkan perbandingan laporan

keuangan selama tiga

periode yaitu tahun 2004 – 2006

Bank yang diteliti adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Pembahasan berhubungan dengan penilaian kinerja keuangan

bank pada aspek

finansialnya (keuangannya)

Tujuan

Penelitian

Menjelasakan perbedaan rasio keuangan CAMEL (CAR, NPL, PPAP,

tehadap Aktiva

Produktif, pemenuhan PPAP, ROA, BOPO, LDR) memiliki perbedaan yang signifikan

antara bank-bank umum swasta nasional go public dan belum go public

Menentukan pengaruh dari masing-masing variabel bebas (Rasio

keuangan CAMEL,

(5)

Kegunaan

Penelitian

Pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan perbankan

sehingga dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia perbankan dalam upaya

menghadapi pasar yang kompetitif dalam percaturan perbankan nasional

Deposan, investor, kreditor dan masyarakat luas dapat menjadi

acuan pelengkap dalam mengevaluasi bank-bank umum yang

beroperasi guna melindungi kepentingannya

Dunia akademis dalam rangka memperluas wacana dan

pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Bank

Pengertian  bank  terdapat  pada  pasal  1  Undang­Undang  No  10  Tahun  1998  tentang Perbankan tentang perubahan Undang­Undang no. 7 tahun 1992 adalah  sebagai berikut: Perbankan adalah segala sesuatu yg menyangkut tentang bank, mencakup  kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan  kegiatan usahanya     Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam        bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk        kredit dan atau bentuk­bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup        rakyat banyak. 

(7)

Fungsi dan

Tujuan Bank

F

ungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur  dana masyarakat. Fungsi penghimpun dana dari masyarakat dapat berupa giro,  deposito, tabungan, sertifikat depositi, dan simpanan lainnya. Sedangkan  fungsinya  sebagai penyalur dana kepada masyarakat dapat berupa kredit atau  pinjaman yang diberikan.

T

ujuan bank adalah untuk menunjang pelaksanaan pembagunan nasional  dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas  nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

(8)

Pengertian dan Ruang Lingkup Bank Umum

Pengertian bank umum terdapat pada pasal 1 Undang­Undang No 10 Tahun 1998 tentang  Perbankan tentang perubahan Undang­Undang no. 7 tahun 1992 adalah bank yang 

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah  yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 

 

“ Bank Umum Pemerintah ( BUMN )

“Bank Umum Swasta Nasional ( BUSN ) adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang   

   sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan atau badan     hukum Indonesia.         

  Dilihat dari lingkup usahanya BUSN  ada dua, bank devisa dan bank non devisa.

“Bank devisa ( foreign exchange bank ) adalah bank yang dalam kegiatan 

usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan  dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta  asing termasuk jasa – jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing, misalnya letter of  credittravelers check. 

 “Bank Nondevisa ( nonforeign exchange bank ) adalah bank yang dalam  kegiatan usahanya tidak dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dalam  penghimpunan dan penyaluran dananya serta dalam pemberian jasa – jasa keuangan”.

(9)

Jenis dan Kegiatan Usaha Bank

Menurut Widjanarko (2003) Klafikasi Bank berdasarkan hal­hal sebagai  berikut •Jenis Bank Menurut Fungsinya Bank Sentral Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat Bank Umum Mengkhususkan diri untuk melakasanakan kegiatan tertentu   •Jenis Bank Menurut Kepemilikannya Bank Umum Milik Negara Bank Umum Swasta Bank Campuran Bank Milik Pemerintah Daerah

(10)

Konsep

CAMEL

Dalam Pasal 29 (2) Perbankan Nomor 10 tahun 1998 disebutkan bahwa  bank  wajib  memelihara  tingkat  kesehatan  bank  sesuai  dengan  kecukupan  modal,  kualitas  asset,  kualitas  manajemen,  likuiditas,  rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha  bank  dan  wajib  melakukan  kegiatan  usaha  bank  sesuai  dengan  prinsip  kehati­hatian

Laporan

Keuangan

Laporan  Keuangan  sangat  perlu  untuk  mengetahui  kondisi  keuangan  perusahaan.  Pada  mulanya  laporan  keuangan  bagi  suatu  perusahaan  hanyalah  sebagai  alat  penguji  dari  pekerjaan  pembukuan,  tetapi  selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi  juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan  perusahaan  tersebut,  dimana  dengan  hasil  analisa  tersebut  pihak­pihak  yang berkepentingan mengambil keputusan.

(11)

Penelitian

Sebelumnya

Mas’ud  Machfud  (1994) Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menguji  manfaat  rasio  keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan di masa mendatang.    Hasil  uji  statistik  menunjukkan  bahwa  rasio  keuangan  yang  digunakan  dalam  model  bermanfaat  untuk  memprediksi  laba  satu  tahun  ke  depan,  namun  tidak  bermanfaat untuk memprediksi laba lebih dari satu tahun. Selain itu studi ini juga  menunjukkan  bahwa  perusahaan  besar  mempunyai  komponen  rasio  yang  berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio tersebut akan digunakan untuk  memprediksi laba masa mendatang.

Payamta  dan  Machfoedz  (1999)  Untuk  mengevaluasi  kinerja  perusahaan  perbankan  digunakan  rasio  CAMEL.  Hasil  Pengujian  hipotesis  baik  yang  menunjukkan  bahwa  tidak  ada  perbedaan  kinerja  bank  yang  signifikan  untuk  tahun sebelum dan sesudah IPO.

Ni  Ketut  Lely  Aryani  Merkusiwati  (2007)  mengevaluasi  pengaruh  CAMEL  terhadap  kinerja  perusahaan  perbankan  pada  tahun  1997  –  2001.  Dari  hasil  penelitian  diperoleh  bahwa  Capital,  Asset  Quality,  management,  Earning  dan  Liquidity  (CAMEL)  pada  tahun  1997  –  2001  berpengaruh  signifikan  terhadap  Return On Assets (ROA) terhadap tahun 1997 – 2001

(12)

Data

Penelitian

BAB III 

METODE PENELITIAN

Data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik  (angka), 

Data  sekunder  yaitu    data  yang  telah  dikumpulkan  oleh  pengumpul  data  dan  dipublikasikan  kepada  masyarakat  pengguna data

Data  tersebut  berupa  laporan  tahunan  dari  bank­bank  umum  swasta nasional devisa

Pengumpulan

Data

Data  sekunder  berupa  laporan  keuangan  tahunan  dari  bank­bank  umum swasta nasional devisa terhadap bank go public dan belum  bank  belum go  public pada  periode  2004 –  2006  yang  terdaftar  di  direktori Bank Indonesia.

(13)

Variabel

Operasional

•Variabel    dependen  (terikat)  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah, 0 untuk bank belum go public dan 1  untuk bank go public. •Variabel  independen  (bebas)  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah rasio keuangan CAMEL yaitu:  CAR (Capital Adequancy Ratio)  NPL (Non Performing Loan) Rasio PPAPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Aktiva Produktif) Rasio Pemenuhan PPAP (PPPAP) ROA (Return on Assets) BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). GWM (Giro Wajib Minimum) LDR (Loan to Deposit Ratio)

(14)

CAR  (Capital  Adequancy  Ratio)  CAR  adalah  rasio  yang  memperlihatkan  seberapa  besar  jumlah  seluruh  aktiva  bank  yang  mengandung  resiko  (kredit,  penyertaan,  surat  berharga,  tagihan  pada  bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana­ dana  dari  sumber­sumber  diluar  bank.  Rasio  ini  dapat  dirumuskan  sebagai berikut Modal Bank CAR = 100 % Total ATMR

NPL  (Non  Performing  Loan).  Rasio  ini  menunjukkan  bahwa  kemampuan  manjemen  bank  dalam  mengelola  kredit  bermasalah  yang  diberikan  oleh  bank.  Sehingga  semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas  kredit  bank  y  menyebabkan  jumlah  kredit  bermasalah  semakin  besar  maka  kemungkinan  suatu  bank  dalam  kondisi  bermasalah  semakin  besar.  Kredit  dalam  hal  ini  adalah  kredit  yang  diberikan  kepada  pihak  ketiga  tidak  termasuk  kredit  kepada  bank  lain.  Kredit  bermasalah  adalah kredit dengan kualitas kurang lancer, diragukan dan  macet.  Rasio  ini  dapat  dirumuskan  sebagai  berikut  (SE  Bank  Indonesia  No.  3/30  DPNP  tanggal  14  Desember  2001): Kredit Bermasalah NPL = 100 % Total Kredit

(15)

Rasio  PPAP  AP  (Penyisihan  Penghapusan  Aktiva  Produktif  terhadap  Aktiva  Produktif).  Rasio  PPAP  menunjukkan  kemampuan  manajemen  bank dalam menjaga kualitas aktiva produktuf sehingga jumlah PPAP dapat  dikelola  dengan  baik.  Semakin  besar  PPAP  maka  semakin  buruk  aktiva  produktif bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam  kondisi bermasalahsemakin besar. Cakupan komponen aktiva produktif dan  PPAP  yang  telah  dibentuk  sesuai  dengan  ketentuan  Kualitas  aktiva  Produktif  yang  berlaku.  Rasio  ini  dirumuskan  sebagai  berikut  (SE  Bank  Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

PPAP yang telah dibentuk

PPAP terhadap Aktiva Produktif = x 100 %

(16)

Rasio  Pemenuhan  PPAP  (P  PPAP).  Rasio  ini  menujukkan  kemampuan  manajemen  bank  dalam  menentukan  besarnya  PPAP  yang  telah  dibentuk  terhadap  PPAP  yang  wajib  dibentuk.  Semakin  besar  rasio  ini  maka  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil karena semakin  besar PPAP yang telah dibentuk dari PPAP yang wajib dibentuk. Perhitungan  PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas aktiva Produktif  yang  berlaku.  Rasio  ini  dirumuskan  sebagai  beriku  (SE  Bank  Indonesia  No.  3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

PPAP yang telah dibentuk

Pemenuhan PPAP = x 100 %

(17)

ROA  (Return  on  Assets).  Rasio  ini  digunakan  untuk  mengukur  kemampuan  majemen  bank  dalam  memperoleh  keuntungan  (laba  sebelum  pajak)  yang  dihasilkan  dari  rata­rata  total  asset  bank  yang  bersangkutan.  Semakin  besar  ROA,  semakin  besar  pula  tingkat  keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam  kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih  dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata­rata total asset  adalah  rata­rat  volume  usaha  atau  aktiva.  Rasio  ini  dirumuskan  sebagai  berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

Laba Sebelum Pajak

ROA = x 100 %

(18)

BOPO  (Biaya  Operasional  terhadap  Pendapatan  Operasional).  Rasio  yang  sering  disebut  rasio  efisiensi  ini  digunakan  untuk  memgukur  kemampuan  manajemen  bank  dalam  mengendalikan  biaya  operasional  terhadap  pendapatan  operasional.  Semakin  kecil  rasio  ini  berarti  semakin  efisien  biaya  operasional.  Semakin  kecil  rasio  ini  berarti  semakin  efisien  biaya  operasional  yang  dikeluarkan  bank  yang  bersangkutan  sehingga  kemungkinan  suatu  bank  dalam  kondisi  bermasalah  semakin  kecil.  Biaya  operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan  total  beban  operasional  lainnya.  Pendapatan  operasional  adalah  penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional  lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia No. 3/30  DPNP tanggal 14 Desember 2001): Baiaya Operasional BOPO = x 100 % Pendapatan Operasional

(19)

GWM (Giro Wajib Minimum) adalah simpanan minimum yang harus  dipelihara  oleh  Bank  dalam  bentuk  saldo  rekening  giro  pada  Bank  Indonesia  yang  besarnya  ditetapkan  oleh  Bank  Indonesia  sebesar  persentase  tertentu  dari  dana  pihak  ketiga.    Rekening  giro  adalah  rekening pihak eksternal tertentu di Bank Indonesia yang merupakan  saran  bagi  penatausahaan  transaksi  dari  simpanan  yang  penarikannya  dapat  dilakukan  setiap  saat.  Rekening  giro  dalam  Rupiah, yang untuk selanjutnya disebut Rekening Giro Rupiah, adalah  rekening  giro  dalam  mata  uang  rupiah  yang  penarikannya  dengan  menggunakan  cek  Bank  Indonesia,  bilyet  giro  Bank  Indonesia,  atau  sarana  lainnya  sebagaimana  dimaksud  dalam  ketentuan  Bank  Indonesia  yang  berlaku  tentang  hubungan  rekening  antara  Bank  Indoesia dengan pihak eksteren. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut  (Peraturan Bank Indonesia No. 6/15/PBI/2004):

Jumlah Harian Saldo Rekening Giro Bank yang

Tercatat

di Bank Indonesia setiap hari dalam satu Masa Laporan

GWM = x 100 %

Rata-rata harian Jumlah Dana Pihak Ketiga dalam satu

(20)

LDR  (Loan  to  Deposit  Ratio).  Rasio  digunakan  untuk  menilai  likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang  diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio  ini,  semakin  rendahnya  kemampuan  likuditas  bank  yang  bersangkutan  sehingga  kemungkinana  suatu  bank  dalam  kondisi  bermasalah  akan  semakin  besar.  Kredit  yang  diberikan  tidak  termasuk  kredit  kepada  bank  lain  sedangkan  untuk  dana  pihak  ketiga  adalah  giro,  tabungan,  simpanan  berjangka,  sertifikat  deposito. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE Bank Indonesia  No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001):

Total Kredit

LDR = x 100 %

(21)

Hasil Uji

Hipotesis I

BAB IV 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rasio Status Bank Signifikansi Keterangan

CAR Go Public 0.919 Normal

Belum Go Public 0.041 Tidak Normal

NPL Go Public 0.976 Normal

Belum Go Public 0.021 Tidak Normal

PPAPAP Go Public 0.191 Normal

Belum Go Public 0.664 Normal

PPPAP Go Public 0.399 Normal

Belum Go Public 0.332 Normal

ROA Go Public 0.643 Normal

Belum Go Public 0.263 Normal

BOPO Go Public 0.667 Normal

Belum Go Public 0.037 Tidak Normal

LDR Go Public 0.611 Normal

Belum Go Public 0.717 Normal

GWM Rupiah Go Public 0.222 Normal

Belum Go Public 0.466 Normal

Tabel

Kolmogorov­Smirnov Bank Go Public dan Belum Go Public

(22)

Tabel 

Uji Beda Independent Sample T­Test

Rasio Signifikansi Hipotesis Null PPAPAP 0.763 Diterima PPPAP 0.173 Diterima ROA 0.145 Diterima LDR 0.595 Diterima GWM Rupiah 0.069 Diterima Rasio Signifikansi Hipotesis Null

CAR 0.477 Diterima NPL 0.376 Diterima BOPO 0.903 Diterima

Table

(23)

Hasil Uji

Hipotesis II

2LL Blok Number 2LL Blok Number 0 46.662 2LL Blok Number 1 35.268 Cox & Snell R Square Cox & Snell R Square 0.285 Nagelkerke R Square Nagelkerke R Square 0.381 Homer and Lameshow Test Chi­Square 5.876 Sig 0.661 Tabel Menilai Model Fit Dari tabel menunjukkan nilai ­2LogL Block  Number = 0 adalah 46.662 kemudian terjadi  penurunan nilai 2LogL Block Number = 1  menjadi 35.268, maka dapat ditarik  kesimpulan bahwa model tersebut  menunjukan model regresi yang baik.  Jika dilihat dari nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.285 dan Nagelkerke R  Square sebesar 0.381 dapat menggambarkan bahwa variabel terikat yang  dapat dijelaskan oleh variabelitas variabel bebas sebesar 38.1 persen,  sedangkan 61.9 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Homer and  Lemeshow’s Goodness of fit Test menguji bahwa data empiris cocok atau  sesuai dengan model, sehingga model dapat dikatakan fit. Dasar  pengambilan keputusan tersebut jika nilai probabilitas Hosmer & Lemeshow  Test lebih besar dari tingkat signifikansi 0.05 persen. Nilai Statistik Hosmer &  Lemeshow sebesar 5.876 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.661, yang  berarti jauh diatas 0.05 sehingga model regresi ini layak digunakan

(24)

Hasil Uji

Hipotesis II

Tabel 

Koefisien Regresi Logistik

Variabel B Signifikansi Hipotesis Null CAR 0.014 0.770 Diterima NPL 1.002 0.068 Diterima PPAPAP ­0.893 0.388 Diterima PPPAP 0.017 0.402 Diterima ROA ­3.567 0.059 Diterima BOPO ­0.499 0.038 Ditolak LDR ­0.029 0.592 Diterima GWM Rupiah 0.142 0.729 Diterima Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa  rasio BOPO Mempunyai pengaruh negatif  artinya semakin rendah rasio ini maka  semakin besar kemungkinan suatu bank  dalam kondisi bermasalah. Pengaruh rasio  BOPO terhadap kondisi bermasalah adalah  signifikansinya di bawah 0.05 yaitu sebesar  0.038. Rasio CAR, NPL, PPAPAP, PPPAP,  ROA, LDR dan GWM Rupiah tidak memiliki  pengaruh yang signifikan terhadap kondisi  bermasalah suatu bank

(25)

Classification Tablea 11 4 73.3 4 15 78.9 76.5 Observed Belum Go Public Go Public BANK Overall Percentage Step 1 Belum Go Public Go Public BANK Percentage Correct Predicted The cut value is .500 a.  Tabel  Prediksi Kondisi Bermasalah Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal  dengan tingkat ketepatan peramalan 100 %. Hasil menunjukkan pada kolom  prediksi  bank  yang  go  public  ada  19  bank­bank  go  public,  sedangkan  pada  baris, hasil observasi sesungguhnya yang yang go public hanya 15 bank dan  4  sisanya  belum  go  public.  Jadi  ketepatan  model  ini  untuk  bank  go  public  adalah 15/19 atau 78.9%.  Prediksi bank yang belum go public ada 15 bank  belum go public sedangkan pada baris, hasil obeservasi sesungguhnya yang  11  bank  belum  go  public  dan  4  sisanya  go  public.  Jadi  ketepatan  model  ini  untuk  bank  belum  go  public  adalah  11/15  atau  73%.  Untuk  tingkat  akurasi  keseluruhan sebesar 76.5%.

(26)

KESIMPUL

AN

BAB V 

KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan analisis regresi logistik ini untuk memprediksi konsisten bermasalah  kategori  bank  go  public  dan  tidak  go  public  adalah  correct  yang  ditunjukan  dengan 0.05 persen. 

Rasio  CAR    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi  bermasalah  dan  pengaruhnya  posistif  artinya  semakin  tinggi  rasio  CAR,  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 

Rasio  NPL    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi  bermasalah  dan  pengaruhnya  posistif  artinya  semakin  tinggi  rasio  NPL,  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 

Rasio  PPPAP    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi  bermasalah  dan  pengaruhnya  posistif  artinya  semakin  tinggi  rasio  PPPAP,  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 

Rasio  GWM  Rupiah    mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio GWM  Rupiah, kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 

(27)

Rasio PPAPAP mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi  bermasalah dan pengaruhnya negatif artinya semakin rendah rasio PPAPAP,  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. 

Rasio  ROA  mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi  bermasalah  dan  pengaruhnya  negatif  artinya  semakin  rendah  rasio  ROA,  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. 

Rasio  LDR  mempunyai  pengaruh  yang  tidak  signifikan  terhadap  kondisi  bermasalah  dan  pengaruhnya  negatif  artinya  semakin  rendah  rasio  LDR,  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. 

Rasio  BOPO  mempunyai  pengaruh  yang  signifikan  terhadap  kondisi  bermasalah  dan  pengaruhnya  negatif  artinya  semakin  rendah  rasio  BOPO,  kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

(28)

Penelitian ini dapat digunakan untuk kontribusi penelitian dimasa  yang  akan  datang  khususnya  yang  menyangkut  industri  perbankan  dan  dapat  juga  membedakan  antara  bank  konvensional dan bank syariah kemungkinan status bank dapat  berpengaruh pada hasil penelitian.

SARAN

SEKIAN

(29)
(30)

SANIGAR, SKom.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian atas hipotesis ketiga membuktikan bahwa kompleksitas perusahaan berpengaruh secara positif terhadap abnormal audit delays , sehingga perusahaan yang

To cope with prostitution, theft, robbery, gambling, and the use of addictive substances faced by people nowadays, the researchers are inter- ested in carrying out a deeper,

Karya Tulis Ilmiah dalam rangka menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan.. Universitas

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan mengangkat judul : ” Analisis Diferensiasi Produk pada

Dalam Bab IV penulis akan menjelaskan dua hal, yaitu kesimpulan hasil penelitian dan saran bagi penelitian. Kesimpulan adalah jawaban dari permasalahan dalam objek penelitian

I 21 : Aku sih udah pake ya dari dulu, soalnya menurut ku dengan pakai e-Toll itu lebih praktis dan nggak ribet, kan kita yang tadinya kadang harus nunggu

Berita Resmi Statistik Kota Sibolga No. Berdasarkan hasil pemantauan BPS, pada bulan ini Kota Sibolga mengalami inflasi sebesar 1,57 persen. Inflasi terjadi karena

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan oleh Bapak Dasmono kejahatan yang sering terjadi pada cybercrime / dunia maya antara lain penipuan melalui internet, pemerasan, ancaman kekerasan