TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
PASCA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG PENDIDIKAN KECAMATAN JOMBANG
KOTA CILEGON TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Strata-1
Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh: ANI ROSTIANI
NIM. 072638
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
ANI ROSTIANI. NIM. 072638. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2011. Tingkat Partisipasi Masyarakat Pasca Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan Kecamatan Jombang Kota Cilegon Tahun 2010.
Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pembangunan dan Pendidikan
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ani Rostiani
NIM : 072638
Semester : VIII (Delapan)
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya dengan judul:
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PASCA PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG PENDIDIKAN KECAMATAN JOMBANG
KOTA CILEGON TAHUN 2010... Yang akan diuji dihadapan Dewan Penguji pada hari Kamis tanggal 22 bulan
September tahun 2011 adalah benar karya saya sendiri yang Orisinil dan bukan
hasil Plagiat.
Demikian pernyataan ini saya buat, dengan sebenar-benarnya dalam keadaan
sehat dan bilamana dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar
saya bersedia menerima sanksi akademik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Serang, 22 September 2011
Materai Rp. 6.000
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : ANI ROSTIANI NIM : 072638
Judul Skripsi : TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PASCA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG
PENDIDIKAN KECAMATAN JOMBANG KOTA CILEGON TAHUN 2010
Serang, 22 Agustus 2011
Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui,
Pembimbing I,
Abdul Hamid, S.Sos., M.Si NIP: 198104102006041023
Pembimbing II,
Anis Fuad, S.Sos NIP: 198009082006041002
Mengetahui, Dekan FISIP UNTIRTA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : ANI ROSTIANI
Nim : 072638
JudulSkripsi : TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT PASCA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG
PENDIDIKAN KECAMATAN JOMBANG KOTA CILEGON TAHUN 2010
Telah dipertahankan dalam ujian sidang Skripsi dan Komprehensif pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada hari Kamis tanggal 22 bulan September Tahun 2011, dan dinyatakan LULUS.
Serang, September 2011
Ketua Penguji
Kandung Sapto Nugroho, S.Sos M.Si
NIP : 197809182005011002 ( ………)
Anggota
Anis Fuad S.Sos,
NIP : 1978092005011002 ( ………)
Anggota
Rahmawati, S.Sos., M.Si NIP : 197905252005012001
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. NIP: 196507042005011002
( ………)
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Penyakit yang paling besar adalah takut
Bahaya yang paling besar adalah putus asa
Keagungan yang paling mulia adalah iman
Rahasia yang paling besar adalah mati
Harta yang paling besar adalah anak yang soleh
Guru yang paling besar adalah pengalaman
Modal yang paling besar adalah kepercayaan diri
(Ali Bin Abu Thalib)
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Ibunda dan Ayahanda
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua terutama
dalam memberikan kesehatan kepada kita, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, walaupun banyak kekurangan-kekurangan, baik materi maupun dalam bentuk
penyajiannya.
Skripsi ini penulis buat dan sampaikan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat ujian strata S-I, dengan judul penelitian ” Tingkat Partisipasi Masyarakat Pasca Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan Kecamatan Jombang Kota Cilegon Tahun 2010.”
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa,
2. Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Abdul Hamid, S.Sos., M.Si, selaku Pembimbing I Skripsi, (terimakasih
5. Anis Puad S.Sos., selaku dosen pembimbing II Skripsi, terimakasih atas
waktu yang diluangkan untuk membimbing peneliti di sela-sela kesibukan.
6. Listyaningsih S.Sos., M.Si selaku Wali Akademik yang telah membimbing
peneliti selama perkuliahan.
7. Rina Yulianti, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Segenap Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
yang membekali penulis dengan pengetahuan selama perkuliahan.
9. Kedua orang tua tercinta, terimakasih Bapakku, terimakasih Mamaku
tersayang.
10.Seseorang yang telah menemani dan memberikan semangat yang tiada
tiara, semoga Allah memberikan jalan kemudahan dalam mencapai
cita-citamu, Amien.
11.Temen-teman Kelas 2007A Ane Reguler, pershabatan kalian begitu
berkesan, tak akan ku lupakan.
12.Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan semuanya,
khususnya yang telah membantu penyelesaian proposal penelitian ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
skripsi ini dan peneliti juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi untuk perbaikan skripsi ini dan sebagai referensi untuk penelitian yang
selanjutnya. Semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat untuk pihak-pihak
yang membutuhkan, baik sebagai bahan acuan maupun sebagai bahan bacaan.
Semoga Allah SWT selalu membimbing kita dalam segala hal yang diridhoi-Nya.
Amin
Serang, September 2011
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 9
1.4 Tujuan Penelitian ... 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
1.6 Sistematika Penulisan ... 10
BAB II DESKRIPSI TEORI ... 12
2.1Deskripsi Teori ………... 12
2.1.1 Pengertian Partisipasi ……….………. 12
2.1.3 Pengertian Partisipasi Masyarakat ……….. 23
2.1.4 Pengertian Pembangunan …………..………... 29
2.1.5 Pengertian Pendidikan ……….... 34
2.1.6 Pengertian Pembangunan Pendidikan ………. 36
2.2 Kerangka Berfikir……….. 37
2.3 Hipotesis Penelitian ……….. 40
BAB III METODELOGI PENELITIAN.……….. 41
3.1 Metode Penelitian... 41
3.2 Instrumen Penelitian... 42
3.3 Populasi dan Sampel ... 48
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 53
3.5 Tempat dan Waktu……….……….. 58
BAB IV HASIL PENELITIAN... ... 61
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... ... 61
4.2 Karakteristik Responden ... 77
4.3 Analisis Data ... 81
4.3.1 Uji Validitas Instrumen ... 81
4.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 83
4.3.3 Distribusi Frekuensi dan Normalitas Data Secara Keseluruhan... 83
4.3.4 Deskripsi Data... 87
4.4 Pengujian Hipotesis ... 120
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ... 123
BAB V PENUTUP ... 136 5.1 Kesimpulan ... ... 136
5.2 Saran ... ... 138
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel Skoring Item Instrumen ………..………... 43
3.2 Tabel Instrumen Penelitian ………...44
3.3 Tabel Jumah Penduduk Kecamatan Jombang Kota Cilegon……….49
3.4 Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu ………... 51
3.5 Tabel Perhitungan Sampel Tiap Wilayah………..53
3.6 Tabel Jadwal Penelitian ………60
4.1 Tabel Aparatur Pemerintah Kecamatan ...62
4.2 Tabel Jumlah Total Penduduk ...77
4.3 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur...78
4.4 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 79
4.5 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 80
4.6 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama dan Keyakinan... 81
4.7 Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen ... 82
4.8 Tabel Standar Deviasi Tingkat Partisipasi Masyarakat... 84
4.9 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Masyarakat... 85
4.10 Tabel Kuesioner Pertanyaan 1 ... 86
4.11 Tabel Kuesioner Pertanyaan 2 ... 87
4.12 Tabel Kuesioner Pertanyaan 3 ... 89
4.13 Tabel Kuesioner Pertanyaan 4 ... 90
4.14 Tabel Kuesioner Pertanyaan 5 ... 92
4.16 Tabel Kuesioner Pertanyaan 7 ... 94
4.17 Tabel Kuesioner Pertanyaan 8 ... 95
4.18 Tabel Kuesioner Pertanyaan 9 ... 97
4.19 Tabel Kuesioner Pertanyaan 10 ...98
4.20 Tabel Kuesioner Pertanyaan 11 ...100
4.21 Tabel Kuesioner Pertanyaan 12 ...101
4.22 Tabel Kuesioner Pertanyaan 13 ...103
4.23 Tabel Kuesioner Pertanyaan 14 ...104
4.24 Tabel Kuesioner Pertanyaan 15 ...106
4.25 Tabel Kuesioner Pertanyaan 16 ...107
4.26 Tabel Kuesioner Pertanyaan 17 ...119
4.27 Tabel Kuesioner Pertanyaan 18 ...110
4.28 Tabel Kuesioner Pertanyaan 19 ...112
4.29 Tabel Kuesioner Pertanyaan 20 ...113
4.30 Tabel Kuesioner Pertanyaan 21 ...115
4.31 Tabel Kuesioner Pertanyaan 22 ...116
4.32 Tabel Kuesioner Pertanyaan 23 ...117
4.33 Tabel Kuesioner Pertanyaan 24 ...119
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Kerangka Berfikir………. 39
4.1 Gambar Distribusi Data Tingkat Partispasi Masyarakat ... 87
4.2 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 1 ... 88
4.3 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 2... 90
4.4 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 3 ... 91
4.5 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 4... 92
4.6 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 5... 94
4.7 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 6... 95
4.8 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 7... 96
4.9 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 8... 98
4.10 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 9... 99
4.11 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 10... ..101
4.12 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 11...102
4.13 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 12...104
4.14 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 13...105
4.15 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 14...107
4.16 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 15...108
4.17 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 16...110
4.18 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 17...111
4.19 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 18...113
4.21 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 20...116
4.22 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 21...117
4.23 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 22...119
4.24 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 23...120
4.25 Gambar Grafik Keterangan Hasil Pertanyaan 24...122
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi terutama dalam menghadapi perubahan
dan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi yang
begitu pesat dan dengan tantangan globalisasi. Salah satu upaya untuk
mengantisipasinya adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan, antara
lain dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Melihat prestasi pendidikan di
Indonesia tertinggal jauh di bawah negara-negara Asia lainnya, seperti
Singapura, Jepang dan Malaysia. Suatu kenyataan yang sudah tidak dapat
dipungkiri lagi adalah bahwa Indonesia bagian dari kompetisi masyarakat
dunia. Dalam kompetisi tersebut, jika Indonesia tidak menjadi pemenang
maka akan menjadi yang kalah serta tertinggal dari masyarakat lainnya,
khususnya dalam meraih pasar dan peluang kesempatan kerja. Untuk itu,
perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
ditempuh melalui sektor pendidikan.
Indikator rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari
prestasi pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sampai dengan Sekolah Mengah Atas (SMA), sebagai studi
perbandingan studi untuk kemampuan pemahaman terhdap bidang mata
ke-39 dari 42 negara, dan untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga
berada pada peringkat “buncit” yaitu urutan ke-40 dari 42 negara peserta.1
Siswa yang masih sangat memprihatinkan, berada pada urutan paling
belakang dibandingkan dengan pendidikan bangsa-bangsa lain di tingkat
regional maupun internasional. Hal tersebut tercermin antara lain dari hasil
studi kemampuan membaca untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) yang
dilaksanakan oleh International Education Achievement (IEA) yang menunjukkan bahwa peserta didik SD di Indonesia berada pada urutan ke-38
dari 39 negara peserta studi. Sementara untuk tingkat Sekolah dari hasil
survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC), sistem pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia.
Dari 12 negara yang disurvei, Korea Selatan memiliki sistem
pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina dan
Malaysia. Indonesia menduduki urutan terbawah di bawah Vietnam.2 Sebagai
usaha untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia,
pemerintah Indonesia melaksanakan reformasi dan demokrasi dalam
penyelenggaraan pendidikan seperti yang dituangkan dalam Propenas.
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional, disebutkan kegiatan pokok dalam upaya
memperbaiki manajemen Pendidikan Dasar di Indonesia yaitu:
1
Depertemen Pendidikan Nasional. 2000. Program Strategis Pendidikan Nasional. Jakarta: Tidak dipubliskasikan.
2
1. “Melaksanakan desentralisasi bidang pendidikan secara bertahap, bijaksana dan profesional, termasuk peningkatan peranan Komite Sekolah dengan mendorong daerah untuk melaksanakan rintisan penerapan konsep pembentukan Dewan Sekolah.
2. Mengembangkan pola penyelenggaraan pendidikan berdasarkan manajemen berbasis sekolah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti deversifikasi penggunaan sumber daya dan dana. 4. Mengembangkan sistem insentif yang mendorong kompetisi yang sehat
baik antar lembaga dan personil sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
5. Memberdayakan personil dan lembaga, antara lain melalui pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga profesional. Program pemberdayaan ini perlu diikuti dengan pemantauan dan evaluasi secara bertahap dan intensif agar kinerja sekolah dapat bertahan sesuai dengan standar mutu pendidikan yang ditetapkan.
6. Meninjau kembali semua produk hukum di bidang pendidikan yang tidak sesuai lagi dengan arah dan tuntutan pembangunan pendidikan. 7. Merintis pembentukan badan akreditasi dan sertifikasi mengajar di
daerah untuk meningkatkan kualitas tenaga kependidikan secara independen.” 3
Dari rumusan Propenas di atas, bangsa Indonesia bertekad untuk
mewujudkan sistem pengelolaan pendidikan yaitu Scholl-Based Management dan Community Based Management. Dengan sistem ini diharapkan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat, dimana proses pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh
pihak-pihak yang paling dekat dengan proses pembelajaran (Kepala Sekolah,
guru dan orang tua peserta didik). Atas dasar kenyataan yang ada tentang
potensi sumber daya manusia Indonesia saat ini.
3
Upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pada
pendidikan dasar merupakan tanggungjawab bersama antara orang tua,
masyarakat, dan pemerintah. Hal ini sejalan dengan ketentuan yang secara
tegas dituangkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa masyarakat berhak
untuk berperanserta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan berdasarkan Undang-Undang system
Pendidikann Nasional Pasal 8, dan masyarakat wajib memberikan dukungan
sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dalam konsep tri pusat pendidikan, pendidikan berlangsung pada tiga
institusi yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh sebab itu, ke tiga
pusat pendidikan tersebut harus berfungsi dengan baik agar mutu pendidikan
dapat meningkat. Dengan demikian persoalan pendidikan menuntut sebuah
konsep manajemen yang menjembatani semua komponen sistem, sistem dan
subsistem pendidikan. Konsep-konsep manajeman yang aspiratif dan
akomodatif, telah dikembangkan seperti manajeman pendidikan berbasis
sekolah dan manajemen pendidikan berbasis masyarakat sesuai dengan asas
desentralisasi pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003.
Di negara-negara maju, terutama yang menganut sistem
desentralisasi, sekolah dikreasikan dan dipertahankan oleh masyarakat.
pendidikan sudah tinggi. Partisipasi mereka sudah besar hal ini terbentuk
adanya minat yang selaras dengan program yng diembankan oleh Pemerintah
kepada warganya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam
melakukan kontrol. Mereka benar-benar merasa memiliki, sebab sumbangan
moral dan material mereka cukup besar terhadap kelangsungan hidup
lembaga pendidikan. Mereka yakin sekali bahwa pendidikan adalah modal
utama bagi peningkatan kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Masyarakat memandang sekolah sebagai cara yang meyakinkan dalam
membina perkembangan para siswa, karena itu masyarakat berpartisipasi dan
setia kepadanya.
Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan dan partisipasi masyarakat terhadap
sekolah masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena banyak warga
masyarakat yang belum paham akan makna lembaga pendidikan, lebih-lebih
bila kondisi sosial ekonomi mereka rendah, mereka hampir tidak
menghiraukan akan lembaga pendidikan. Pusat perhatian mereka adalah pada
kebutuhan dasar kehidupan sehari-hari. Masyarakat menyerahkan sepenuhnya
masalah pendidikan anak-anaknya kepada sekolah dan pemerintah.
Manajemen pendidikan di Indonesia saat ini menuntut peran serta dari
masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Partisipasi masyarakat
sebenarnya merupakan manifestasi kesungguhan masyarakat sebagai mitra
pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Akan tetapi peranan
masih sangat minim, lebih-lebih pada masyarakat Kota Cilegon, partisipasi
masyarakat terhadap pembangunan dan kemajuan sekolah baru dalam taraf
dukungan dana yang dibayarkan lewat Komite Sekolah baik dana
pembangunan maupun iuran rutin bulanan.
Berdasarkan hasil observasi awal, menurut Ibu Hj. Ratu Siti Hilwati
Salah satu Guru yang mengajar di SDN Kubanglaban Kecamatan Jombang
Kota Cilegon, kurang kepedulian ini dibuktikan dengan:
1. “ Masih banyak orang tua yang enggan untuk menghadiri rapat yang diadakan sekolah yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan, dengan alasan sibuk dan mewakilkan pada tetangganya atau anaknya yang sudah besar.
2. Orang tua merasa sudah selesai tugasnya bila sudah menyekolahkan anaknya dan membayar iuran komite, mereka kurang memperhatikan keperluan sekolah yang berkaitan dengan pakaian seragam, kondisi sepatu, maupun buku pegangan siswa, dan kalau anaknya minta uang untuk keperluan tersebut, orang tua tidak mengabulkan bahkan memarahi anaknya.
3. Orang tua kurang memperhatikan terhadap pekerjaan rumah (PR ) anak, dan bahkan membiarkan anaknya menonton televisi dan atau bermain sampai larut malam.
4. Masih banyak orang tua yang menginginkan anaknya membantu mencari nafkah yang mengakibatkan anak kecapaian sehingga tidak ada waktu untuk belajar di rumah, bahkan masih banyak orang tua yang membiarkan anaknya putus sekolah.
5. Masih ada orang tua yang mengawinkan anak perempuannya yang masih duduk di bangku sekolah, sehingga anak tersebut tidak dapat lagi melanjutkan sekolahnya.” 4
Dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat maka kebutuhan
akan pendidikan sangat penting dalam menunujang pembangunan Kota
Cilegon yang lebih bersaing dengan daerah industri dan perdagangan lain.
Saat ini Kota Cilegon memiliki jumlah 83.179 siswa sekolah aktif, dengan
4
rincian SD/MI berjumlah 69.455 siswa, SMP/MTs berjumlah 7.833
siswa, SMA/MA berjumlah 3.203 siswa, SMK berjumlah 2.518 siswa. Untuk
kondisi dan keadaan bangunan fisik sekolah pada tahun 2010 tercatat jumlah
TK/RA 128 sekolah, SMK 14 sekolah, SD/MI 184 sekolah, SMP/MTs 73
sekolah, SMA/MA 39 sekolah, PT berjumlah 10 unit, dan lembaga
pendidikan lainnya berjumlah 4 unit total sekolah 452 unit. Sedangkan
jumlah Sekolah di Kecamatan Jombang pada tahun 2010 tercatat TK/RA 16
sekolah dengan jumlah 917 siswa, SD/MI 30 sekolah dengan jumlah 8656
siswa, SMP/MTs 6 sekolah dengan jumlah 1842 siswa, SMA/MA 4 sekolah
dengan 1167 siswa, SMK 6 sekolah dengan jumlah 1975 siswa, PT berjumlah
5 unit dengan jumlah 291 mahasiswa.5
Potensi dalam pembangunan adalah adanya sinergitas berbagai
komponen masyarakat, pemerintah dan swasta, dengan kerjasama komponen
tersebut akan meningkatkan dan mengurangi apatis masyarakat dalam
partisipasi pasca perencanaan pembangunan bidang pendidikan di Kecamatan
Jombang Kota Cilegon tahun 2010. Bentuk kelemahan tersebut menunjukkan
masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan di
Kecamatan Jombang Kota Cilegon, hal ini juga ditunjukan masih kurangnya
sosialisasi yang intens dari pemerintah Kota Cilegon kepada masyarakat
terkait Wajib Belajar 9 Tahun.6 Maka peningkatan kualitas pembangunan
pendidikan di Kecamatan Jombang Kota Cilegon sangat tergantung pada
5
Dinas Pendidikan Kota Cilegon. 2010. Data Pokok Pendidikan Kota Cilegon 2010. Cilegon: Tidak dipublikasikan.
6
peran serta dan partisipasi masyarakat sebagai subyek sasaran.7 Oleh karena
itu perlu diungkap seberapa jauh masyarakat merespons hal tersebut. Untuk
menjawab permasalahan tersebut penulis ingin mengetahui Tingkat
Partisipasi Masyarakat Pasca Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan
di Kecamatan Jombang Kota Cilegon Tahun 2010.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka
penulis dapat membuat identifikasi masalah yang ada pada lokasi penelitian
dan hasil studi pendahuluan, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah
diantaranya:
1. Masyarakat kurang memahami pentingnya pendidikan dan kurang peduli
terhadap pembangunan bidang pendidikan di Kecamatan Jombang Kota
Cilegon,
2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mendukung program wajib
belajar 9 tahun,
3. Banyaknya pemahaman masyarakat akan pembangunan pendidikan
adalah tugas pemerintah daerah sedangkan masyarakat hanya sebagai
sasaran kebijakan pemerintah daerah,
4. Kurang dukungan dan kepedulian masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya ke jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
7
5. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam berbentuk kehadiran,
pemikiran, saran, aspirasi dalam pembangunan pendidikan.
1.3 Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup
permasalahan pada tingkat partisipasi masyarakat pasca perencanaan
pembangunan bidang pendidikan di Kecamatan Jombang Kota Cilegon
Tahun 2010. Rumusan masalah dalam penelitian di atas ditarik suatu
rumusan masalah secara rinci yang akan di jawab adalah sebagai berikut:
Seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat pasca perencanaan
pembangunan bidang pendidikan di Kecamatan Jombang Kota Cilegon
Tahun 2010?
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai baik
secara teoritis maupun secara praktis untuk mengetahui tentang: Tingkat
Partisipasi Masyarakat Pasca Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan
di Kecamatan Jombang Kota Cilegon Tahun 2010.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis sebagai berikut:
2. Untuk mengaplikasikan teori dan pemahaman akan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bidang pendidikan di Kecamatan
Jombang Kota Cilegon.
3. Untuk mengembangkan teori partisipasi masyarakat dengan
pembangunan pendidikan.
1.5.2 Manfaat Praktis Sebagai berikut:
1. Penelitian ini akan menjadi suatu informasi bagi studi tentang pola
pembangunan kepada masyarakat sekiranya partisipasi masyarakat
berperan penting dalam keberhasilan pembangunan pendidikan.
2. Memberikan masukan bagi perencanaan dan perumusan pembangunan
betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan
kemajuan pendidikan.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini dibagi kedalam lima bagian yang masing-masing
terdiri dari sub bagian, yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar belakang masalah menjadi dasar penelitian
kemudian identifikasi masalah, perumusan masalah, dan manfaat penelitian
BAB II : DESKRIPSI TEORI
Pada BAB ini terdiri dari deskripsi teori dan kerangka berfikir dalam
deskripsi teori akan di jelaskan tentang pendapat para ahli mengenai teori
yang berkaitan dengan teori Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan Bidang Pendidikan di Kecamatan Jombang Kota Cilegon.
Selanjutnya kerangka berfikir akan di gambarkan alur pemikiran analisis
dalam penelitian ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada BAB ini penulis akan menguraikan metode penelitian yang akan
di gunakan, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data,
pengolahan data dan analisa data, serta dijelaskan teknik pengolahan data
yang digunakan pada penelitian ini. Kemudian menjelaskan tentang tempat
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Pada bagian deskripsi teori ini dimaksudkan untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah sebelumnya. Untuk
menjawab rumusan masalah tersebut perlu membedah kembali tentang
konsep partisipasi, tingkat partisipasi, konsep pembangunan, pendidikan,
partisipasi masyarakat sampai dengan konsep pembangunan pendidikan
Baru setelah itu membedah tentang seberapa besar tingkat partisipasi
masyarakat Kecamatan Jombang Kota Cilegon pasca perencanaan
pembangunan di bidang pendidikan dan menguraikan tentang perlunya
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan pendidikan.
2.1.1 Pengertian Partisipasi
Kata ”partisipasi” secara harfiah berarti mengambil bagian dalam
suatu kerjasama. Dalam kaitan dengan pembangunan, hal ini berarti rakyat
mau bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan untuk pembangunan. Partisipasi
menurut Bintoromengemukakan bahwa: 8
“..Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
pembangunan sesuai dengan arah dan tujuan pembangunan yang di
tetapkan dalam proses pembangunan”
8
Sedangkan menurut Dirjen Pembangunan Masyarakat, Departemen
Dalam Negeri Republik Indonesia, partisipasi yaitu meliputi:
1. ”Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata
2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban yang dikehendaki
3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi horizontal.
4. Proyek pembangunan yang dirancang secra sederhana dan mudah dikelola oleh masyarkat
5. Organisasi dan lembaga kemayarakatan yang mampu menggerkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat
6. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan” 9
Merujuk pada teori yang dikemukakan Bintoro10tentang partisipasi, di sini terlihat empat aspek penting dalam rangka partisipasi dalam
pembangunan yaitu:
1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan
mekanisme proses politik dalam suatu negara turut menentukan
arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang di lakukan
oleh pemerintah.
2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untik merumuskan
tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan-tujuan itu yang
sebaiknya. Oleh karena itu pemerintah perlu di kembangkan
kemampuan masyarakat dan terutama organisasi masyarakat
sendiri untuk mendukung proses pembangunan.
9
Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa.1998. Buku panduan pembangunan masyarakat. Jakarta. Hal: 83-84
10
3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang
konsisten dengan arah, strategi dan rencana yang telah di tentukan
dalam proses politik.
4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif
dalam pembangunan yang berencana. Program-program ini pada
tingkat tertentu memberikan kesempatan secara langsung kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam rncana yang menyangkut
kesejahteraan mereka, dan juga secara langsung melaksanakan
sendiri memetik hasil program tersebut.
Istilah partisipasi dan partisipatoris, menurut Mikkelsen dalam Isbandi Rukminto, biasanya di gunakan di masyarakat dalam berbagai makna umum, seperti berikut:
1. Partisipasi adalah konstribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek (pembangunan), tetapi tanpa mereka ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan (participation is the voluntary constribution by people in project, but without their taking part in decision-making);
2. Partisipasi adalah proses membuat masyarakat menjadi lebih peka dalam rangka menerima dan merespon berbagai proyek pembangunan (participation is the sensitization of people to increase their receptivity and ability to respons to development project);
3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok yang sedang ditanyakan mengambil inisiatif dan mempunyai otonomi untuk melakukan hal itu (Participation is an active process, meaning that the person or group in question take initiative and assets the autonomy to do so);
fostering of a dialog between the local people and the project or programme preparation, implementation, monitoring and evaluation staff in order to obtain in formation on the local context and on social impacts)
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam perubahan yang di tentukan sendiri oleh masyarakat (Participation is the voluntary involment of people in self –determined change); 6. Partispasi adalah keterlibatan masyarakat dalanm upaya
pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri
(Participation is involvement in people’s development of
themselves, their lives, their environment).11
2.1.1.2 Tingkatan Partisipasi
Tingkat pelibatan masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya
terbagi dalam delapan tingkatan, dari yang bersifat non-partisipasi sampai
pada kekuasaan warga. Menurut Arnstein dalam Panudju, tingkatan tersebut adalah: 12
a. “Manipulation atau manipulasi
Merupakan tingkat partisipasi yang paling rendah dimana masyarakat hanya dipakai namanya saja sebagai anggota dalam berbagai badan penasehat. Pada tingkat ini tidak ada peran masyarakat secara nyata karena hanya diselewengkan sebagai publikasi oleh pihak penguasa.
b. Therapy atau terapi
Pada tingkat ini, dengan berkedok melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, para perancang memperlakukan anggota masyarakat seperti proses penyembuhan pasien dalam terapi. Meskipun masyarakat terlibat dalam banyak kegiatan, pada kenyataannya kegiatan tersebut lebih banyak untuk mengubah pola pikir masyarakat yang bersangkutan daripada mendapatkan masukan dari mereka.
c. Informing atau pemberian informasi
Tingkat ini merupakan tahap pemberian informasi kepada masyarakat tentang hak-hak, tanggung jawab dan berbagai pilihan. Pada tingkat ini, biasanya informasi diberikan secara utuh satu arah dari penguasa kepada rakyat tanpa adanya kemungkinan
11
Rukminto, Isbandi. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Grapindo Persada. Hal: 106-107
12
untuk memberikan umpan balik, sehingga kecil kesempatan rakyat untuk mempengaruhi dalam menentukan suatu rencana. d. Consultation atau konsultasi
Pada tingkat ini bertujuan untuk mengundang opini masyarakat setelah mereka diberi informasi. Cara ini tingkat keberhasilannya rendah karena tidak adanya jaminan bahwa kepedulian dan ide masyarakat akan diperhatikan. Tahap ini biasanya dilakukan dengan cara pertemuan lingkungan, survey tentang pola pikir masyarakat dan dengan dengar pendapat publik.
e. Placation atau perujukan
Pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai pengaruh meskipun dalam berbagai hal masih ditentukan oleh pihak yang mempunyai kekuasaan. Dalam pelaksanaannya beberapa anggota masyarakat yang dianggap mampu dimasukkan sebagai anggota dalam balam bandan-badan kerjasama pengembangan kelompok masyarakat yang anggota-anggota lainnya merupakan wakil dari berbagai instansi pemerintah. Walaupun usul dari masyarakat sudah mendapat perhatian, tetapi suara masyarakat itu sering tidak didengar karena keududukannya relatif rendah dan jumlahnya terlalu sedikit dibanding dengan anggota yang berasal dari instansi pemerintah.
f. Partnership atau kemitraan
Pada tingkatan ini, atas kesepakatan bersama kekuasaan dalam berbagai hal dibagi antara nasyarakat dengan pihak penguasa. Disepakati juga pembagian tanggungjawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijaksanaan dan pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi. Setelah adanya kesepakatan tersebut maka tidak dibenarkan adanya perubahan-perubahan yang dilakukan secara sepihak.
g. Delegated Power pelimpahan kekuasaan
Pada tingkatan ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Masyarakat berhakmenentukan program-program yang bermanfaat bagi mereka. Untuk memecahkan suatu permasalahan, maka pemerintah harus mengadakan tawar menawar dengan masyarakat dan tanpa memberikan tekanan-tekanan.
h. Citizen Control atau masyarakat yang mengontrol
2.1.1.3 Faktor Internal yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Didalam pembangunan prasarana dasar permukiman tingkat
keberhasilannya akan sangat ditentukan oleh keterlibatan masyarakat
setempat. Secara teoritis semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat
dalam pembangunan prasarana dasar permukiman maka akan semakin
cepat pula pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam pembangunan
prasarana dasarnya. Dengan demikian semakin tinggi potensi/kekuatan
internal yang dimiliki masyarakat maka akan semakin mempercepat
proses pelaksanaan pembangunannya. Kemampuan individu dengan
sendirinya akan sangat berpengaruh terhadap bentuk-bentuk
keterlibatannya dalam pembangunan prasarana dasar. Faktor-faktor
intern yang akan mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi adalah
jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan mata
pencaharian. 13
a. Jenis Kelamin
Partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam
pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem
pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan
kedudukan dan derajat antarapria dan wanita. Perbedaan kedudukan
dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan
kewajiban antara pria dan wanita. Menurut Soedarno, mengatakan
13
bahwa didalam sistem pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan
pria memiliki sejumlah hak istimewa dibandingkan golongan wanita.
Dengan demikian maka kecenderungannya kelompok pria akan lebih
banyak ikut dalam berpartisipasi.
b. Usia
Faktor usia memiliki pengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Penemuan menunjukkan bahwa
ada hubungan antara usia dengan keanggotaan seseorang untuk ikut
dalam suatu kelompok atau organisasi. Selain itu beberapa fakta
menunjukkan bahwa usia sangat berpengaruh pada keaktifan
seseorang untuk berperan serta.14
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat mempengaruhi kemampuan
penduduk dalam program penataan lingkungan permukiman.
Penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan akan
dapat ikut berperan pada tahap perencanaan sampai tahap
pengembangan, sementara penduduk dengan tingkat pendidikan yang
rendah akan dapat berperan pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan.
Dengan pendidikan yang semakin tinggi, seseorang akan lebih mudah
untuk berkomunikasi dengan orang lain, cepat tanggap dan inovatif.
d. Tingkat Penghasilan
14
Tingkat penghasilan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat.
Baross dalam Suparlan menyatakan bahwa banyak hal tampak bahwa
penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai
dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk
termiskin kebanyakan melakukan pekerjaan dan tidak mengkontribusi
uang, sementara buruh yang berpenghasilan pas-pasan akan cenderung
berpartisipasi dalam hal tenaga.
e. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan sangat berkaitan dengan tingkat penghasilan masyarakat.
Jenis pekerjaan akan sangat berpengaruh pada peran serta karena
mempengaruhi derajat aktifitas dalam kelompok dan mobilitas
individu. Hal ini disebabkan karena pekerjaan akan berpengaruh
terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat dalam pembangunan,
misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan
sebagainya. Budihardjo menyatakan bahwa bahwa banyak warga
yang telah disibukkan oleh kegiatan sehari-hari kurang tertarik untuk
mengikuti pertemuan, diskusi atau seminar. 15
Bentuk partisipasi masyarakat sendiri dapat dikategorikan ke
dalam bentuk pikiran, tenaga, pikiran dan tenaga, keahlian serta barang
15
dan uang. Menurut Whyte dalam UNICEF, klasifikasi bentuk peran serta yang dikembangkan dalam tahun 1981 adalah sebagai berikut:16
a. “Konsultasi.
b. Sumbangan finansial oleh masyarakat.
c. Proyek untuk menolong diri sendiri oleh kelompok yang memanfaatkan.
d. Proyek untuk menolong diri sendiri yang melibatkan seluruh masyarakat.
e. Masyarakat dengan keahlian tertentu. f. Aksi massa.
g. Kesepaktan kolektif untuk merubah lingkungan sekitar. h. Endogenous development.
i. Proyek autonomous community.
j. Pendekatan kebutuhan dengan pemenuhan sendiri.”
Untuk mengukur peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan
dapat dilakukan dengan mengukur tingkat peran serta individu dengan
skala yang dikemukan oleh Chapin dan Goldhamer dalam Slamet. 17 Chapin mengungkapkan bahwa skala peran serta dapat diperoleh dari penilaian-penilaian terhadap kriteria-kriteria tingkat peran sosial yaitu:
a. “Keanggotaan dalam organisasi atau lembaga-lembaga sosial. b. Kehadiran dalam pertemuan.
c. Membayar iuran/ sumbangan. d. Keanggotaan dalam kepengurusan.
e. Kedudukan anggota dalam kepengurusan.”
Sedangkan peran serta menurut Goldhamer dapat diukur melalui lima variabel, yaitu:
16
Wibisana, Gunawan. 1989. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Peremajaan Pasar. Bandung: Institut Teknologi Bandung Pers. Hal:15
17
a. “Jumlah asosiasi yang dimasuki. b. Frekuensi kehadiran.
c. Jumlah asosiasi dimana dia memangku jabatan. d. Lamanya menjadi anggota.
e. Tipe asosiasi yang dimasuki.”
2.1.2 Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur. Masyarakat merupakan
sejumlah manusia dalam arti yang seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama dan terpelajar.
Menurut Ralph Linton mengemukakan bahwa: 18
“...Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.”
Sedangkan menurut Auguste Comte bahwa: 19
18
Ralph Linton dalam bukunya Syani, Abdul. 1995. Sosisologi dan Perubahan Masyarakat. Lampung: Pustaka Jaya. Hal: 47
19
“...Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. “
Dan menurut Soerjono Soekanto ciri-ciri masyarakat sebagai berikut: 20
1. “Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya dua orang yang hidup bersama.
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga punya keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Meraka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. ”
Secara ringkas dapat disimpulkan kumpulan individu baru dapat
disebut sebagai masyarakat jika telah memenuhi tiga syarat utama yaitu:
1. Dalam kumpulan manusia harus ada ikatan perasaan dan
kepentingan.
2. Mempunyai tempat tinggal daerah atas daerah yang sama atau
mempunyai kesatuan ciri kelompok tertentu
20
3. Dalam kehidupan bersama itu terdapat aturan-aturan atau hukum
yang mengatur perilaku mereka dalam mencapai tujuan dan
kepentingan bersama.
Dengan demikian, berarti masyarakat bukan sekedar kumpulan
manusia semata tanpa ikatan, akan tetapi terdapat hubungan fungsional
antara satu sama lainnya. Setiap individu mempunyai kesadaran akan
keberadaanya di tengah individu-individu yang lainnya. Sistem pergaulan
didasarkan atas kebiasaan atau lembaga kemasyarakatan yang hidup dalam
masyarakat yang bersangkutan
2.1.3 Pengertian Partisipasi Masyarakat
Kata “partisipasi masyarakat” dalam pembangunan menunjukkan
pengertian pada keikutsertaan mereka dalam perencanaan,pelaksanaan,
pemanfaatan hasil dan evaluasi program pembangunan (United Nation, 1975). Dalam kebijakan nasional kenegaraan saat ini, melibatkan
masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan atau partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah merupakan suatu
konsekuensi logis dari implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun
Menurut Rahardjo Adisasmita: 21 Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi
kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program /
proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal.
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan
aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk
berkorban dn berkontribusi dalam implementasi program/ proyek yang
dilaksanakan.
Menurut Bintoro,22 berhasilnya pencapaian tujuan-tujuan pembangunan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada
umumnya. Keterlibatan aktif ini juga disebut partisipasi, ada tiga aspek
dalam partisipasi, yaitu :
“...Pertama, keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini terutama berlangsung dalam proses politik tetapi juga dalam proses hubungan sosial antara kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat. Paling sedikit suatu rencana harus peka terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat. Sehingga dengan demikian mendapat dukungan dalam pelaksanaannya. Rencana pembangunan hendaknya dapat pula menimbulkan rasa solidaritas nasional dan solidaritas sosial.
Kedua, keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan, dan lain-lain. Pada pokoknya arah kegiatan masyarakat yang mendukung peningkatan tabungan dan investasi, dan dengan demikian pembentukan modal. Suatu sistem
21
Adisasmita Rahardjo. 2006. Paradigma dan Pendekatan Pembangunan Daerah Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 34
22
pemungutan pajak yang adil dan merata dapat lebih mengerakkan kesediaan membayar pajak. Ini adalah bentuk partisipasi mutlak dalam bernegera, apalagi bila dalam membangun.
Ketiga, adalah keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun golongan-golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif mereka, melalui perluasan kesempatan-kesempatan dan pembinaan tertentu. Misalnya dalam hal ini dilakukan dalam bentuk pembangunan daerah-daerah terbelakang, kebijaksanaan dan program-program pembangunan yang merangsang keterlibatan produktif golongan masyarakat berpenghasilan rendah dan program-program yang disebut
Community develpoment.”
Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Dirjen Pembangunan Mayarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik
Indonesia dalam buku panduan operasional pembangunan masyarakat
desa, antara lain: 23
1. “Tenaga dari kalangan masyarakat itu sendiri baik berupa jumlah tenaga, keahlian/keterampilan, manajerial dan lain-lain.
2. Dana baik bersumber dari warga masyarakat pada umumnya maupun donatur yang berasal dari warga masyarakat.
3. Material yang berasal dari masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok
4. Gotong royong dari warga masyarakat. 5. Moril/pemikiran dari warga masyarakat. 6. Dan lain-lain.”
Menurut Wilcox Menurut pendapatnya pada level mana partisipasi masyarakat akan dilakukan sangat tergantung pada
23
kepentingan apa yang hendak dicapai. Membedakan level partisipasi
masyarakat menjadi lima jenis: 24
1. “ Konsultasi,
2. Pembuatan keputusan bersam, 3. Melakukan tindakan bersam,
4. Mendukung aktivitas yang muncul atas swakarsa masyarakat,
5. Mendukung aktivitas yang muncul atas swakarsa masyarakat.“
Menurut Sherry Arnstein25 Partispasi masyarakat memiliki
7. Kekuasaan yang di delegasikan (delegated power) 8. Kontrol warga (Citizen control).”
Menurut Kaho mengemukakan bahwa: 26
“...Partisipasi masyarakat sebagai sumber energi alternatif bagi daerah untuk menggantikan sumber energi dari pemerintah pusat. Dan masyarakat daerah dapat berpartisipasi baik secara parsial maupun secara holistik, sesuai dengan konsitensi masalah, keahlian dan yurisdiksi yang dimilikinya. Partisipasi masyarkat ini dapat mencangkup ampata tahapan penting masing-masing:
1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan
Partisipasi masyarakat pada tahap ini sangat penting, terutama keputusan yang menyangkut nasib mereka secara keseluruhan. Pada tahap ini sangat ideal keikutsertaan masyarakat untuk ikut serta membuat keputusan yang menyangkut nasib mereka.
24
Wicox dalam bukunya Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal:192
25
Sherry Arsnstein dalam bukunya tim jaringan kerja pemetaan partisipatif. 2009. Menuju Demokrasi Pemetaan. Bogor: TIFA. Hal: 8-9
26
Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendirii maka semakin besar partisipasi masyarakat dalam pembangunan. 2. Partisipasi dalam proses pelaksanaan
Dalam tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembuatan keputusan, partisipasi dalam pembangunan ini dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.
3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil
Setiap anggiota masyrakat berhak untuk berpartisaspsi dalam menikmati setiap usaha bersama yang ada secara adil.
4. Partisipasi dalam proses evaluasi
Pada tahap ini masyarakat dilibatkan secara aktif dalam menilai dan dijadikan sebagai hakim yang adil dan jujur dalam menilai hasil yang ada.“
Menurut Ndraha mengatakan partisipasi sebagai:27
“....Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri. Partisipasi masyarakat dan kemampuan masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat di pisahkan, tetapi dapat dan perlu di bedakan. Masyarakat Desa yang mempunyai kemampuan berkembang secara mandiri bisa membangun dengan atau tanpa berpartisipasi vertikal dengan pihak lain.”
Selanjutnya ia mengatakan bahwa partisipasi sebagai masukan dan
keluaran:
“a. Sebagai masukan, partisipasi masyarakat dapat berfungsi menjadi enam fase proses pembangunan yaitu; fase penerimaan informasi, fase pemberian tanggapan terhadap informasi, fase perencanaan pembangunan, fase pelaksanaan pembangunan, fase penerimaan kembali hasil pembangunan dan fase penilaian hasil pembangunan. Sebaagi masukan partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri.
27
b. Sebagai keluaran, partisipasi dapat digerakan dan di bangun sebagai keluaran proses stimulus atau motivasi melalui berbagai upaya.”
Pentingnya partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi, alasan atau
pertimbangannya adalah anggota masyarakat dianggap bahwa mereka
mengetahui sepenuhnya tentang masalah dan kepentingan atau kebutuhan
mereka:
1. “ Mereka memahami sesunguhnya tentang keadaan lingkungan
sosial dan ekonomi masyarakatnya.
2. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian yang terjadi dalam masyarakat.
3. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi masyarakat.
4. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (SDA,, SDM, dana, teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan pembangunan masyarakatnya.
5. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar.” 28
Dari uraian di atas maka penulis dapat disimpulkan bahwa
partisipasi masyarakat merupakan unsur yang sangat penting dalam
pembangunan bahkan menjadi tujuan dalam pembangunan itu sendiri.
Yakni terlibatnya seluruh komponen masyarakat dalam proses
pembangunan berencanan sesuai dengan arah dan strategi yang telah
ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi masyarakat.
28
Partisipasi masyarakat sering kali di anggap sebagai bagian yang
tidak terlepasdalam upaya pemberdayaan masyarakat. Terkait dengan
konsep partisipasi ini, Mikkelsen dalam Isbandi Rukminto, melihat bahwa konsep partisipasi telah menjadi bagian dari debat yang
berkepanjangan antara lain terkait landasan teoretis dan dengan
kemungkinan untuk di terapkanya (practical applicability) yang terkait berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga
pemerintah dan lembaga non pemerintah. 29
Partisipasi masyarakat menurut Mikkelsen dalam Isbandi Rukminto adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan
dan pengambilan keputusan tentang alternative solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.30
2.1.4 Pengertian Pembangunan
Pembangunan pada dasarnya adalah suatu usaha untuk
memperbaiki pada kondisi yang lebih baik bagi suatu masyarakat untuk
menuju ke arah kemajuan. Maju mundurnya suatu masyarakat dapat dilihat
dari hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat
tersebut. Pembangunan fisik belum dapat dijadikan sebagai suatu jaminan
bahwa masyarakatnya sudah maju, demikian pula sebaliknya kemajuan
29
Rukminto, Isbandi. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyrakat. Jakarta: Rajawali. Hal: 106
30
suatu masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari perilaku masyarakatnya.
Pembangunan yang terpadu dari berbagai bidang akan lebih
menguntungkan dibandingkan pembangunan yang dilaksanakan secara
sektoral. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo, pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang merupakan suatu perubahan sosial yang
besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang lebih
maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat bangsa itu.
Menurut Afiffudin31 dalam bukunya Pengantar Administrasi Pembangunan, bahwa Pembangunan merupakan suatu proses
perkembangan untuk mengarah ke arah yang lebih baik dan berkembang
yang memuat aspek, perubahan ke arah yang lebih baik, pembangunan
yang nyata baik fisik mapun moral, dilakukan secara berantai yang
dilakukan secara sadar, memiliki rencana yang tersusun secara rapi, dan
pembangunan merupakan cita-cita akhir dari perjuangan negara dan
bangsa.
Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa
akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan
social budaya. Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat
bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustaining proces) tergantung kepada manusia dan strukutr sosialnya. Jadi bukan hanya yang
dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah belaka. Pembangunan tergantung
dari suatu “innerwill”, proses emansiapsi diri. Dan suatu partisipasi
31
kreatif dalam proses pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses
pendewasaan.32
Todaro dalam Bryant dan White mengemukakan bahwa pembangunan adalah proses multidemensi yang mencakup
perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap rakyat dan
lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut. Sejalan dengan
pendapat tersebut Dudley Seers, menyatakan bahwa pembangunan menuju pada tiga sasaran penting yaitu mengurangi: kemiskinan (poverty), pengangguran (unemployment), dan ketimpangan (inequality).
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa
pembangunan dilaksanakan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat sehingga nampak peranan manusia dalam pembangunan baik
sebagai sebagai subyek maupun sebagai obyek pembangunan. Secara
ringkas pembangunan dapat diartikan sebagai proses rekayasa untuk
meningkatkan kualiatas hidup dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya pendukungnya melalui perubahan tatanan lingkungan hidup serta
kehidupan secara keseluruhan. Untuk mecapai tujuan-tujuan yang
dicanangkan pembangunan tersebut maka dilaksanakan berbagai program
yang terdiri dari berbagai jenis kegiatan pembangunan.
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang
mewujudkan suatu kondisi yang lebih baik dari sekarang baik secara
32
material maupun secara sipiritual. Sehubungan dengan itu diperlukan suatu
rangkaian tindakan yang dilakukan oleh setiap individu yang bernaung
dalam suatu sistem masyarakat guna mencapai hasil akhir yang
diinginkan.
Lebih lanjut menurut Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa dalam hal ini terdapat beberapa ide pokok yang menjadi dasar
pembangunan, yaitu: 33
1. “Pembangunan sebagai suatu perubahan yang mewujudkan suatu
kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Pengertian perubahan ke arah kondisi yang lebih baik tidak ahnya dalam arti yang sempit seperti peningkatan taraf hidup, tetapi juga dalam hal segala aspek kehidupan yang lainnya.
2. Pembangunan diartikan sebagai suatu pertumbuhan. Hal ini menunjukan kemampuan sekelompok masyarakat untuk terus berkembang baik secaar kuantitatif maupun kulaitatif. Pertumbuhan ini di artikan sebagai suatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan, yang meilputi semua aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik yang berjalan seirama dengan keadaan yang saling menunjang.
3. Pembangunan sebagai suatu rangkaian tindakan atau usaha yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat yang bernaung dalam suatu sistem kemasyarakatan guna mencapai hasil akhir yang di inginkan. Dalam hal ini daharapkan suatu kesadaran yang tidak hanya terbatas pada suatu kelompok–kelompok tertentu dalam masyarakat, melainkan seluruh warga pada semua lapisan dan tindakan serta timbul dari dalam diri sendiri. Pembangunan tidaklah terjadi dengan sendiirmya, apa lagi secara kebetulan, sehingga tercapai keadaan yang lebih baik dengan pertumbuhan yang berlangsung terus-menerus.
4. Pembangunan harus didasarkan suatu rencana. Artinya pembangunan itu harus dengan sengaja dan ditentukan secara jelas, tujuan, arah dan bagaimana pelaksanaannya.
5. Pembangunan diharapkan bermuara pada satu titik akhir tertentu seperti masalah keadilan sosial, kemakmuran yang merata, kesejahteraan material, mental dan spiritual, dan sebagainya.
33
Namun demikian titik akhir ini mempunyai sifat relatif dan sukar untuk dibayangkan pencapaian titik akhir yang jenih dan absolut sehingga tidak mungkin ditingkatkan lagi. Kenyataannnya adalah, selama masih terdapat suatu masyarakat, selama itu pulalah kegiatan kegiatan pembangunan akan terus dilaksanakan.”
Dapat disimpulkan kegiatan pembangunan ádalah suatu kegiatan
untuk mencapai cita-cita suatu masyarakat untuk memperbaiki
kehidupan secara sadar dan ternecana telah akan berlamngsung. Kata
lain pembangunan merupakan tindakan atau usaha yang dilakukan
secara sadar untuk melakukan perubahan-perubahan yang mendasar
terhadap sikap, mental, struktur, social dan lembaga masyarakat yang
dituntut untuk melakukan atau memacu pertumbuhan ekonomi tanpa
mengabaikan sektor lainnya.
Berdasarkan definisi menurut Wiroatmojo tersebut memuat prinsip-prinsip pembangunan daerah yang merupakan bagian
rambu-rambu yang telah ditentukan bagi pelaksana pembangunan daerah.
Adapun prinsip-prinsip penyelenggaraan pembangunan daerah secara
umum sebagai berikut: 34
1. ”Tetap berada di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Tetap menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. 3. Demokrasi disemua segi kehidupan bernegara.
4. Pemerataan dan keadilan dalam berperan serta pada pembangunan daerah serta dalam memperoleh manfaat yang dihasilkannya.
34
5. Masyarakat kelomppok usaha kecil dan kelompok usaha menengah lebih dipacu untuk berperan serta secara aktif pada setiap kegiatan pembangunan.
6. Memanfaatkan secara bijaksana semua potensi sumber daya nasional yang berada di daerah sesuai fungsi dan keadaan masing-masing sumberdaya.
7. Sesuai keseraragaman keadaan daerah.
8. Sesuai kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat, baik secara desentralisasi, dekonsentrasi maupun dalam rangka perbantuan.
9. Bekerjasama dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang kegiatan yang lain dengan semua daerah lainnya.
10.Pemerintah yang baik berarti pemerintahan daerah otonom harus dilaksanakan secara tepat guna, efesien dan memiliki produktifitas yang tinggi serta lepas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
11.Investasi disertai ketentuan meningkatkan penggunaan sumber daya yang dihasilkan dan yang berada didaerah masing-masing agar nilai tmabha yang dihasilkan dari adanya investasi tersebut lebih banyak dinikmat masyarkat setempat dan membantu pembangunan daerah.
12.Pelaku pembangunan daerah adalah; 1). Pemerintah Derah,
2) Masyarakat,
3). Badan Hukum Swasta, 4) Pemerintah Provinsi,
5) Pemerintah pusat dengan dana sendiri atau dana lain, Organisasi Internasional dan negara lain.”
2.1.5 Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.35 pendidikan berasal dari
kata “didik”, lalu diberikan awalan kata “me” sehinggan menjadi
“mendidik” yang artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memeliahara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Pendidikan pada
hakikatnya adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang mempengaruhi
35
pembentukan berpikir dn bertindak individu dan merupakan proses tanpa
akhir yang diupayakan oleh siapa pun terutama sebagai tanggung jawab
masyarakat dan Negara.36
Menurut Nuruni Soyomukti37 bahwa:
“ Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai
macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri, melalui aspek
penyadaran, penyerahan, pemberdayaan dan perubahan perilaku.”
Selanjutnya menurut M.J. Longeveled38 bahwa:
“ Pendidikan adalah usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.”
Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengemukakan konsep:
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Insan Kamil mengemukakan :
36
Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan. Yogyakarta. Ar-ruzmedia. Hal: 29
37
Ibid. Hal: 27
38