• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.3 Pengertian Partisipasi Masyarakat

Kata “partisipasi masyarakat” dalam pembangunan menunjukkan pengertian pada keikutsertaan mereka dalam perencanaan,pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program pembangunan (United Nation, 1975). Dalam kebijakan nasional kenegaraan saat ini, melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan atau partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah merupakan suatu konsekuensi logis dari implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Menurut Rahardjo Adisasmita: 21 Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program / proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dn berkontribusi dalam implementasi program/ proyek yang dilaksanakan.

Menurut Bintoro,22 berhasilnya pencapaian tujuan-tujuan pembangunan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya. Keterlibatan aktif ini juga disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam partisipasi, yaitu :

“...Pertama, keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini terutama berlangsung dalam proses politik tetapi juga dalam proses hubungan sosial antara kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat. Paling sedikit suatu rencana harus peka terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat. Sehingga dengan demikian mendapat dukungan dalam pelaksanaannya. Rencana pembangunan hendaknya dapat pula menimbulkan rasa solidaritas nasional dan solidaritas sosial.

Kedua, keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan, dan lain-lain. Pada pokoknya arah kegiatan masyarakat yang mendukung peningkatan tabungan dan investasi, dan dengan demikian pembentukan modal. Suatu sistem

21

Adisasmita Rahardjo. 2006. Paradigma dan Pendekatan Pembangunan Daerah Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 34

22

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1984. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT Gunung Agung. Hal: 220

pemungutan pajak yang adil dan merata dapat lebih mengerakkan kesediaan membayar pajak. Ini adalah bentuk partisipasi mutlak dalam bernegera, apalagi bila dalam membangun.

Ketiga, adalah keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun golongan-golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif mereka, melalui perluasan kesempatan-kesempatan dan pembinaan tertentu. Misalnya dalam hal ini dilakukan dalam bentuk pembangunan daerah-daerah terbelakang, kebijaksanaan dan program-program pembangunan yang merangsang keterlibatan produktif golongan masyarakat berpenghasilan rendah dan program-program yang disebut

Community develpoment.”

Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Dirjen Pembangunan Mayarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dalam buku panduan operasional pembangunan masyarakat desa, antara lain: 23

1. “Tenaga dari kalangan masyarakat itu sendiri baik berupa jumlah tenaga, keahlian/keterampilan, manajerial dan lain-lain.

2. Dana baik bersumber dari warga masyarakat pada umumnya maupun donatur yang berasal dari warga masyarakat.

3. Material yang berasal dari masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok

4. Gotong royong dari warga masyarakat. 5. Moril/pemikiran dari warga masyarakat. 6. Dan lain-lain.”

Menurut Wilcox Menurut pendapatnya pada level mana partisipasi masyarakat akan dilakukan sangat tergantung pada

23

Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa. 1998. Panduan Operasional Masyarakat Desa. Hal: 166-16

kepentingan apa yang hendak dicapai. Membedakan level partisipasi masyarakat menjadi lima jenis: 24

1. “ Konsultasi,

2. Pembuatan keputusan bersam, 3. Melakukan tindakan bersam,

4. Mendukung aktivitas yang muncul atas swakarsa masyarakat,

5. Mendukung aktivitas yang muncul atas swakarsa masyarakat.“

Menurut Sherry Arnstein25 Partispasi masyarakat memiliki beberapa tingkatan meliputi:

1. “Manipulasi (manipulation) 2. Terapi (Therapy) 3. Pemberitahuan (Informing) 4. Konsultasi (Consultation) 5. Penentraman (Placation) 6. Kemitraan (Partnership)

7. Kekuasaan yang di delegasikan (delegated power) 8. Kontrol warga (Citizen control).”

Menurut Kaho mengemukakan bahwa: 26

“...Partisipasi masyarakat sebagai sumber energi alternatif bagi daerah untuk menggantikan sumber energi dari pemerintah pusat. Dan masyarakat daerah dapat berpartisipasi baik secara parsial maupun secara holistik, sesuai dengan konsitensi masalah, keahlian dan yurisdiksi yang dimilikinya. Partisipasi masyarkat ini dapat mencangkup ampata tahapan penting masing-masing:

1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan

Partisipasi masyarakat pada tahap ini sangat penting, terutama keputusan yang menyangkut nasib mereka secara keseluruhan. Pada tahap ini sangat ideal keikutsertaan masyarakat untuk ikut serta membuat keputusan yang menyangkut nasib mereka.

24

Wicox dalam bukunya Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal:192

25

Sherry Arsnstein dalam bukunya tim jaringan kerja pemetaan partisipatif. 2009. Menuju Demokrasi Pemetaan. Bogor: TIFA. Hal: 8-9

26

Kaho, Josef Riwu. 2007. Prospek Otonomi Daerah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal: 282-283

Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendirii maka semakin besar partisipasi masyarakat dalam pembangunan. 2. Partisipasi dalam proses pelaksanaan

Dalam tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembuatan keputusan, partisipasi dalam pembangunan ini dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.

3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil

Setiap anggiota masyrakat berhak untuk berpartisaspsi dalam menikmati setiap usaha bersama yang ada secara adil.

4. Partisipasi dalam proses evaluasi

Pada tahap ini masyarakat dilibatkan secara aktif dalam menilai dan dijadikan sebagai hakim yang adil dan jujur dalam menilai hasil yang ada.“

Menurut Ndraha mengatakan partisipasi sebagai:27

“....Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri. Partisipasi masyarakat dan kemampuan masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat di pisahkan, tetapi dapat dan perlu di bedakan. Masyarakat Desa yang mempunyai kemampuan berkembang secara mandiri bisa membangun dengan atau tanpa berpartisipasi vertikal dengan pihak lain.”

Selanjutnya ia mengatakan bahwa partisipasi sebagai masukan dan keluaran:

“a. Sebagai masukan, partisipasi masyarakat dapat berfungsi menjadi enam fase proses pembangunan yaitu; fase penerimaan informasi, fase pemberian tanggapan terhadap informasi, fase perencanaan pembangunan, fase pelaksanaan pembangunan, fase penerimaan kembali hasil pembangunan dan fase penilaian hasil pembangunan. Sebaagi masukan partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri.

27

Ndraha dalam Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan sumber daya manusia dan efektifitaas organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal: 156-157

b. Sebagai keluaran, partisipasi dapat digerakan dan di bangun sebagai keluaran proses stimulus atau motivasi melalui berbagai upaya.”

Pentingnya partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi, alasan atau pertimbangannya adalah anggota masyarakat dianggap bahwa mereka mengetahui sepenuhnya tentang masalah dan kepentingan atau kebutuhan mereka:

1. “ Mereka memahami sesunguhnya tentang keadaan lingkungan

sosial dan ekonomi masyarakatnya.

2. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

3. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi masyarakat.

4. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (SDA,, SDM, dana, teknologi) yang dimiliki untuk meningkatkan pembangunan masyarakatnya.

5. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu menghilangkan sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar.” 28

Dari uraian di atas maka penulis dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan unsur yang sangat penting dalam pembangunan bahkan menjadi tujuan dalam pembangunan itu sendiri. Yakni terlibatnya seluruh komponen masyarakat dalam proses pembangunan berencanan sesuai dengan arah dan strategi yang telah ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi masyarakat.

28

Adisasmita Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 36-37

Partisipasi masyarakat sering kali di anggap sebagai bagian yang tidak terlepasdalam upaya pemberdayaan masyarakat. Terkait dengan konsep partisipasi ini, Mikkelsen dalam Isbandi Rukminto, melihat bahwa konsep partisipasi telah menjadi bagian dari debat yang berkepanjangan antara lain terkait landasan teoretis dan dengan kemungkinan untuk di terapkanya (practical applicability) yang terkait berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah. 29

Partisipasi masyarakat menurut Mikkelsen dalam Isbandi Rukminto adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternative solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.30

Dokumen terkait