BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini telah dikenal usaha waralaba atau biasa dikenal sebagai franchise. Franchise atau waralaba menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan juga Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER.8/2012 TENTANG Penyelenggaraan Waralaba yaitu hak khusus yang dimiliki orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba1 Usaha frainchise dianggap memiliki probabilitas sukses yang lebih besar dari pada harus membangun usaha sendiri dari nol meskipun semua waralaba tak semua meraih keberhasilan2.
Pada prinsipnya, kerjasama investasi atau bisnis dalam menjalankan frainchise, keberhasilan atau keuntungan yang didapat tergantung pada
kerjasama yang baik atara si pemberi waralaba (franchissee) dan penerima waralaba (franchishor) dengan saling memperhatikan hubungan antara keduanya. Hal tersebut sering menimbulkan konflik karena berbagai hal yang diperjanjikan dan sudah disetujui bersama. Maka pada dewasa ini masyarakat
1
Franky Slamet, 2016, Pengantar Manajemen Waralaba, Jakarta; Indeks, hlm.18 2
pelaku franchise perlu mendapat perlindungan hukum dan kepastian hukum agar berjalan dengan aman, sah dan tidak perlu menimbulkan masalah hukum dibidang investasi seperti ini dikemudian hari.
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba menyebutkan bahwa waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaarkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba, lebih lanjut pasal 3 menegaskan bahwa salah satu kriteria waralaba adalah hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar tersebut adalah hak kekayaan yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan rahasia dagang sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran kepada instansi yang berwenang.
kemudian jangka waktu perjanjian waralaba dan ketentuan lain yang mengatur hubungan antara pihak penerima waralaba dan pemberi waralaba3
Keberhasilan dari perjanjian waralaba dapat dilihat dari kerja sama yang sinergi, sehingga penting bagi kedua belah pihak yaitu pemberi waralaba dengan penerima waralaba mengetahui kedudukan dan tanggung jawabnya masing-masing. Guna kerjasama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.4
Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan oprasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada penerima waralaba secara berkesinambungan. Kemudian kewajiban yang dimiliki pemberi waralaba yaitu harus mendaftarkan prospektus penawaran waralabanya sebelum membuat perjanjian waralaba dengan penerima waralaba. Serta penerima waralaba juga harus mendaftarkan perjanjian waralabanya
Pendaftaran diajukan kepada Menteri Perdagangan dan diterbitkan sebagai Surat Tanda Pendaftaran Waralaba yang berlaku hingga 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Apabila hal ini tidak dilakukan maka Menteri Maupun Gubernur dan Bupati/Walikota berhak memberikan sanksi. Sanksi tersebut diatur dalam pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007
3
Dewi, 2009 Hartani, Bisnis Franchise Modal 2 Juta, Yogyakarta; Indonesia Cerdas, hlm.12
4
(selanjutnya disebut PP Waralaba), yaitu berupa peringatan tertulis, denda dan/atau pencabutan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba.5
ROCKET CHICKEN adalah Perusahaan Waralaba/Franchise yang
bergerak dibidang Fast Food Restaurant, dengan produk unggulan, Fried chicken, Burger, Steak dan Chinese food, dengan konsep menyajikan makanan yang sehat, berkualitas, halal, dengan cita rasa yang khas, harga terjangkau bagi semua kalangan masyarakat yang diolah dengan bumbu pilihan.Perkembangan usaha yang melibatkan lebih dari satu pihak seperti usaha waralaba harus melakukan suatu perjanjian sebagai dasar dalam perlindungan hukum.
Pengertian perjanjian sendiri adalah sekelompok atau sekumpulan perikatanperikatan yang mengikat para pihak dalam perjanjian yang bersangkutan.6Perjanjian mempunyai peranan dalam keberlangsungan suatu usaha,keberadaannya dapat menjadi dasar untuk mengikat dua pihak untuk bekerjasama, serta untuk menghindaridari kedua belah pihak untuk melakukan suatu pelanggaran. Perjanjiandapat menjadi dasar dalam suatu kesepakatan kerja sama yang telah dibuat, keberadaannya mampu menjadi pijakan perlindungan hukum.
Kecermatan dan ketelitian dalam proses pembuatan kesepakatan dalam suatu perjanjian kerap kali terlupakan dan terlewatkan oleh para pihak yang bias meinmbulkan hilangnya hak dan/atau kewajiban para pihak dalam
5
Rizkinu Rannisa, 2016, “Perlindungan Hukum Franchisor dan Franchisee dalam Perjanjian Waralaba Soto Segeer Mbok Giyem” boyolali, Jurnal Privat Law Vol. IV No 1, hlm. 29
6
melaksanakan perjanjian waralaba yang bias memicu timblnya perselisihan atau masalah yang serius.
Terkait dengan hal diatas perjanjian waralaba di Rocket Chicken Purbalingga pernah mengalami masalah seperti keterlambatan pengiriman bahan baku pada franchisee keterlambatan ini bisa sangat menggangu proses produksi franchisee dan masalah lain seperti transisi pergantian pemilik (franchisor) yang dimana jika berganti pemilik maka bisa jadi ada perubahan di visi dan misinya, sehingga penulis tertarik mengambil judul
PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA ANTARA PEMBERI
WARALABA DAN PENERIMA WARALABA DI ROCKET CHICKEN
PURBALINGGA.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian waralaba menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 dan tanggung jawab para pihak dalam perjanjian waralaba di Rocket Chicken Purbalingga ?
C. Tujuan Penenlitian
Penelitian merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Penelitian merupakan bagian pokok dsri ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan lebih memperdalam segala segi kehidupan.(15). Berpangkal tolak dari hal tersebut diatas, maka dapat dikemukakan tentang tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan waralaba di Rocket Chicken Purbalingga menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba
2. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian waralaba di Rocket Chicken Purbalingga serta mengetahui langkah yang ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
D. Manfaat penelitian
Suatu penelitian akan lebih berharga jika hasilnya memberikan manfaat yang positif yang diberikan menunjukan nilai dan kualitas dari penelitian tersebut. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat tertulis
Manfaat teoritis yaitu manfaat darimpenulisan hukum ini yang berkaitan dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari penulisan ini adalah:
ilmu pengetahuan hukum pada umumnya khususnya hukum perdata lebih khusus lagi hukum perjanjian dan hak kekayaan intelektual. b. Mendalami teori-teori yang telah diperoleh penulis selama menjalani
kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literature dan
referensi yang dapat diperguanakan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik bahasan yang serupa dengan penelitian ini.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat membantu penulis dalam memahami, mengenal kedudukan dan tanggung jawab para pihak khususnya franchise dalam perjanjian waralaba serta pelaksanaan dan mengetahui hambatan-hambatan dan juga cara penyelesaiannya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang berwenang sebagai bahan membuat kebijakan yang berakitan dengan Hukum Perjanjian, khususnya dalam hal kedudukan dan tanggung jawab bagi pihak dalam perjanjian waralaba.
dalam melihat klasul-klasul yang akan diperjanjikan, sehingga perjanjian tersebut menguntungkan kedua belah pihak dengan kata lain tidak berat sebelah.