• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena berkat dan rahmat-Nyalah dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul ”Evaluasi Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Bangli Tahun 2017” ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada :

1. dr. I Made. Ady Wirawan, S.Ked., MPH, Ph.D, selaku Kepala Program Studi atas waktu dan bimbingannya selama masa studi sampai dengan selesainya skripsi ini dengan baik.

2. Ni Luh Putu Suariyani,S.KM.,MHlth.IntDev, selaku Kepala Bagian Epidemiologi sekaligus dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Made Pasek Kardiwinata, S.KM., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Petugas surveilans di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli yang telah banyak membantu dalam proses penelitian ini.

5. Suami, keluarga dan rekan-rekan tercinta yang memberikan kritik dan saran dalam penyusunan proposal.

Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Denpasar, Juli 2017 Penulis

(2)

vi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN EPIDEMIOLOGI JUNI 2017

NI WAYAN SRI WIDYANTARI

EVALUASI SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABIPATEN BANGLI TAHUN 2017

ABSTRAK

Kejadian DBD di Kabupaten Bangli selama empat tahun beturut-turut mengalami peningkatan, dari tahun 2012 sebesar 22,7 per 100.000 penduduk menjadi 558,5 per 100.000 penduduk pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan Program Pengendalian DBD (P2DBD) belum berajalan secara maksimal diantaranya belum terbentuknya kader jumantik dan sistem kewaspadaan dini rumah sakit yang belum berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi sistem surveilans DBD di Kabupaten Bangli berdasarkan penilaian atribut, input dan proses surveilans. Kontribusi dari penelitian ini adalah perbaikan program pengendalian DBD di Kabupaten Bangli.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi evaluasi pada input dan proses. Populasi dari penelitian ini adalah puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, dengan populasi terjangkau adalah puskesmas di wilayah Kecamatan Bangli, Tembuku dan Susut, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi terjangkau dengan responden petugas surveilans puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. Data yang digunakan adalah data primer hasil wawancara dan observasi, serta data sekunder melalui dokumentasi dan laporan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan pengolahan data melalui editing, coding dan tabulasi data.

Hasil dari penelitian ini yaitu komponen input sistem surveilans belum sesuai standar, seperti tenaga, sarana dan dana. Sedangkan komponen proses seperti data surveilans belum masih ada yang belum dianalisis. Penyebaran informasi melalui website dinas kesehatan juga belum dilakukan. Evaluasi surveilans berdasarkan atribut juga belum optimal. Melalui evaluasi sistem surveilans, diharapkan memberi masukan dalam perbaikan pengendalian DBD di Kabupaten Bangli.

(3)

vii PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF MEDICINE

UDAYANA UNIVERSITY

AREA OF INTEREST EPIDEMIOLOGY JUNE 2017

EVALUATION OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER SURVEILLANCE IN BANGLI REGENCY IN 2017

ABSTRACT

The incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Bangli regency for four consecutive years has increased from 22.7 per 100,000 population in 2012 to 558.5 per 100,000 population in 2016. This is because the DHF Control Program has not maximized yet The formation of jumantik cadres and the hospital's early awareness system that has not been running. This study aims to evaluate DHF surveillance system in Bangli Regency based on attribute assessment, input and surveillance process. The contribution of this research is improvement of DHF control program in Bangli Regency.

This study uses an evaluation study approach on inputs and processes. The population of this research are health center and Bangli District Health Office, with affordable population are puskesmas in Bangli sub-district, Tembuku and Susut, and Bangli Regency Health Office. The sample of this study is the entire population is affordable with the respondents surveillance officers of the health center and the Bangli District Health Office. The data used are primary data of interview result and observation, and secondary data through documentation and report. Analytical technique used is univariate analysis with data processing through editing, coding and tabulation data.

The result of this research is that the input component of the surveillance system has not complied with the standard, such as personnel, facilities and funds. While process components such as surveillance data have not yet exist which have not yet been analyzed. Dissemination of information through the health department website has not been done. Evaluation of surveillance based on attributes is also not optimal. Through the evaluation of the surveillance system, it is expected to provide input in improving DHF control in Bangli District.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dimana hampir seluruh kota di Indonesia merupakan negara endemis DBD. Penyakit ini ditemukan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, dan saat ini penyebarannya sudah mencapai di seluruh Propinsi di Indonesia. Penyakit ini sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kematian (Depkes, 2007).

Kejadian KLB DBD di Indonesia semakin tahun mengalami peningkatan, dengan daerah yang diserang semakin meluas. Dari Identifikasi data yang tersedia, peningkatan kejadian DBD dalam 3-5 tahun sekali, dengan risiko kematian di antara penderita DBD (Case Fatality Rate) semakin menurun, namun jumlah kematian DBD secara absolut semakin meningkat (Kemenkes RI, 2012).

WHO sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 telah mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan kasus DBD tertinggi di wilayah Asia Tenggara. Penyakit DBD telah menyerang lebih dari 100 negara, yang mengancam lebih dari 2,5 miliar penduduk di perkotaan, pinggiran perkotaan dan daerah pedesaan termasuk di daerah tropis dan subtropis (WHO, 2012).

Demam Berdarah sebagai penyakit virus paling penting di dunia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Wabah mengakibatkan beban besar pada populasi, sistem kesehatan dan ekonomi di negara-negara tropis di dunia. Munculnya

(9)

2

dan penyebaran keempat serotipe Virus Dengue dari Asia ke Amerika, Afrika dan Daerah Mediterania Timur mewakili ancaman pandemi global. Meskipun beban global penyakit ini belum pasti, akan tetapi merupakan hal yang mengkhawatirkan untuk kesehatan manusia dan ekonomi (WHO, 2012).

Selama lima dekade terakhir, insiden DBD telah meningkat 30 kali lipat. Sekitar 50-100.000.000 infeksi baru diperkirakan terjadi setiap tahun di lebih dari 100 negara endemik. Setiap tahun ratusan ribu kasus parah muncul, termasuk 20.000 kematian, 264 DALY (Dissability-Adjusted Life Years) per juta penduduk per tahun. (WHO, 2012)

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2015 angka insiden kasus DBD di Indonesia pada tahun 2015 dilaporkan 50,75 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 0,83%. Angka ini meningkat dari tahun 2014 yang angka insiden kasusnya sebesar 39,80 per 100.000 penduduk. Dengan demikian Indonesia belum mencapai target Renstra Kementrian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar <49 per 100.000 penduduk. Sementara Propinsi Bali merupakan Propinsi dengan angka kesakitan tertinggi tahun 2015 yaitu sebesar 259 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate sebesar 0,2%. Angka insiden ini meningkat dari tahun 2014 yang sebesar 210 per 100.000 penduduk dan peningkatan terjadi di seluruh kabupaten/kota di Propinsi Bali (Kemenkes, 2016).

Masalah DBD yang semakin meluas dan meningkat merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia, tidak terkecuali di Propinsi Bali. Upaya penanggulangan kasus-kasus DBD telah dilakukan oleh pemerintah, hal ini tertuang dalam Kepmenkes No. 581 Tahun 1992 tentang Pembrantasan Penyakit DBD mencanangkan Program Pengendalian DBD (Depkes, 1992).

(10)

3

Lemahnya Upaya Program Pengendalian DBD (P2DBD) merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pemegang program di Dinas Kabupaten /Kota dan Puskesmas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zumaroh, ditinjau dari manajemen program pengendalian penyakit dinilai belum berhasil dalam menurunkan insiden rate DBD. Ditinjau dari atribut surveilans yaitu kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas, nilai prediktif positif, kerepresentatifan,ketepatan waktu, stabilitas dan kualitas data sangat penting untuk diperhatikan dalam keberhasilan program pengendalian penyakit. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa program pengendalian belum berhasil didukung dengan rendahnya sensitivitas, tidak representative, tidak tepat waktu dan kualitas data yang kurang baik. Sementara fleksibilitas tidak dapat dinilai. Permasalahan yang ada adalah kurangnya tenaga surveilans, kurangnya kerjasama lintas sektor, ketidakmampuan dalam mendeteksi KLB secara mandiri dan tidak mengelompokkan kasus berdasarkan orang, tempat dan waktu (Zumaroh, 2015). Kabupaten Bangli merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bali dengan jumlah kasus DBD yang meningkat tiap tahunnya selama empat tahun berturut-turut, dari tahun 2012 dengan angka insiden sebesar 22,7 per 100.000 penduduk, meningkat di tahun 2013 menjadi 47,9 per 100.000 penduduk, tahun 2014 sebesar 117,9 per 100.000 penduduk, tahun 2015 sebesar 155,9 per 100.000 penduduk dan terakhir tahun 2016 sebesar 558,5 per 100.000 penduduk. Meskipun insiden kasus DBD di Kabupaten Bangli tidak sebesar di Kabupaten lainnya, seperti Ginyar yang merupakan kabupaten dengan insiden DBD tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar 2.198 kasus dengan angka insiden sebesar 442,3 per 100.000 penduduk, sistem surveilans yang handal tetap diperlukan untuk mencegah terjadinya ledakan kasus mengingat Kabupaten Bangli secara geografis berdekatan dengan Kabupaten Gianyar (Dikes Prop. Bali, 2016).

(11)

4

Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Kabupaten Bangli, bahwa angka insiden DBD yang semakin tahun semakin meningkat di kabupaten Bangli dikarenakan oleh Program Pengendalian DBD (P2DBD) belum berajalan secara maksimal. Diantaranya adalah belum dibentuknya kader jumantik dan belum berjalannya Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS) dalam pelaporan DBD.

Oleh sebab itu, pelaksanaan sistem surveilans yang sudah berjalan di Kabupaten Bangli perlu dilakukan evaluasi secara mendalam. Karena surveilans epidemilogi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan penyakit menular sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pembrantasannya pada berbagai tingkat administrasi. Sehingga peningkatan angka insiden dan kematian karena kasus DBD pada tahun mendatang dapat dicegah (Depkes RI, 2004).

1.2 Rumusan Masalah

Kasus DBD di Kabupaten Bangli selama empat tahun terakhir mengalami peningkatan secara berturut-turut. Hal ini dikarenakan oleh penanggulangan DBD yang tidak berjalan dengan baik, sehingga surveilans DBD yang sudah berjalan perlu dilakukan evaluasi secara mendalam.

(12)

5

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pelaksanaan sistem surveilans DBD di Kabupaten Bangli ? 2. Bagaimana sistem surveilans DBD di Kabupaten Bangli dinilai dari atribut

sistem surveilansnya?

1.4 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

a. Mengevaluasi pelaksanaan sistem surveilans DBD di Kabupaten Bangli. 2. Tujuan Khusus

a. Mengevaluasi kegiatan surveilans DBD di Kabupaten Bangli.

b. Mengevaluasi alat surveilans berdasarkan atribut surveilans di Kabupaten Bangli.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti berupa gambaran pelaksanaan sistem surveilans DBD di Kabupaten Bangli.

2. Bagi Instansi

Sebagai acuan untuk perbaikan Program Pengendalian DBD di Kabupaten Bangli.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu surveilans epidemiologi yang meliputi evaluasi surveilans DBD di Kabupaten Bangli berdasarkan atribut, input dan proses sistem surveilans.

Referensi

Dokumen terkait

Karena anak ketika baru lahir tidak memiliki tata cara dan kebiasaan (budaya) yang begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

Untuk PT BNI Syariah terlihat bahwa Ftabel adalah 2,28 sedangkan Fhitung untuk syariah 1341,546 lebih besar dari Ftabel sehingga terletak didaerah arsiran atau daerah

Contoh : pada kasus VAP, sumber bahaya bisa dari pemakaian ventilator dalam jangka waktu lama, petugas kesehatan yang tidak melakukan prosedur cuci tangan saat

risiko bisnis untuk meminimalkan tingkat kerugian kemudian tujuan dari permasalahan ini adalah Mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan,

Sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusan yang mempunyai dua keterampilan yaitu hard skillsdan soft skillsdan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di

Pineda dan Dooley (2003) mengatakan bahwa, bentuk ovarium pada hewan yang menghasilkan banyak keturunan dalam sekali kebuntingan seperti anjing, kucing, dan babi,

28 Signifikansi perbedaan mean score berdasarkan demografi responden untuk dimensi Resisting Change dari variabel laten Change Readiness 240 29. Output SEM hasil

yang Dimasukan Harus Diisi Semua Proses Mengubah (Edit) Data Pegawai, Penduduk, Pekon, Dusun, Peristiwa, Kartu Keluarga Memilih Aksi Mengubah (Edit) Data Pada Halaman