• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Kajian Teori

Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut BNSP (2006:161) merupakan ”ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu penemuan”. Ilmu pengetahuan alam (IPA) pada hakikatnya merupakam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tau tentang alam secara sistematis yang didalamnya dapat berupa fakta, konsep dan penemuan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler (dalam Trianto, 2010:136) adalah “pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi”. IPA pada dasarnya berkaitan dengan gejala-gejala kebendaan sehingga pengetahuan itu harus dirumuskan terutama dalam pengamatan dan deduksi.

Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) adalah ”suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah”. Dari pengertian diatas menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang merupakan kumpulan dari fakta, metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Dari beberapa pengertian IPA diatas simpulan ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan cara mencari tau tentang alam yang tersusun secara sistematis berdasarkan pengamatan dan deduksi, sehingga IPA didalamnya terdiri dari kumpulan fakta, konsep, prinsip, metode ilmiah, sikap ilmiah dan penemuan.

(2)

2.1.2 Pembelajaran IPA di SD

Menurut Sanjaya (2006:101) pembelajaran adalah “proses penambahan informasi dan kemampuan/ kompetensi baru”. Ketika seorang guru berpikir informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Pembelajaran menurut Hardini dan Puspitasari (2012:10) adalah “suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum”. Jadi pembelajaran adalah kegiatan untuk memodifikasi berbagai kondisi demi tercapainya tujuan kurikulum.

Pembelajaran menurut Hamalik (2011:70) adalah ”suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.

Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas, maka simpulan pembelajaran adalah suatu proses modifikasi informasi baru yang dilakukan melalui proses interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran IPA yang dikutip oleh Hadisubroto (dalam Samatowa, 2011:5), bahwa Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Sedangkan menurut Alverman dalam (Samatowa, 2011:9) pembelajaran IPA menjadi berarti bila IPA diajarkan sedemikian, sehingga anak menjalani suatu proses perubahan konsepsi.

Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006:161) menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

(3)

menumbuhkan kemapuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Dari beberapa pengertian pembelajaran IPA diatas simpulan pembelajaran IPA adalah proses pemberian pengalaman langsung dalam mengembangkan kompetensi anak yang berlangsung secara spontan agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah yang dilakukan secara inquiri ilmiah agar dapat menumbuhkan kemampuan dalam berfikir, bekerja, dan bersikap serta dapat mengkomunikasikannya.

Menurut BNSP (2006:162) tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Menurut BNSP (2006:162) ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan Interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(4)

Berdasarkan penjabaran diatas maka standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan digunakan dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 6. Menerapkan sifat-sifat

cahaya melalui kegiatan

membuat suatu

karya/model.

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya

periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

2.2Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

Model pembelajaran menurut Hanafiah dan Suhana (2010:41) adalah “salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif”. Jadi dalam model pembelajaran bertujuan untuk mensiasati perubahan yang terjadi pada peserta didik.

Model pembelajaran menurut Arends (dalam Trianto, 2010:51) adalah “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”.

Joice, dkk (dalam Trianto, 2010:52) menyatakan model pembelajaran adalah “suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dam kurikulum (sebagai kursus untuk belajar)”. Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.

(5)

Dari beberapa pengertian model pembelajaran diatas maka simpulan model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang didalamnya memuat tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas yang digunakan sebagai pedoman dalam mensiasati perubahan perilaku peserta didik.

Model pembelajaran investigasi kelompok pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Model ini merupakan bagian model pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangannya model pembelajaran investigasi kelompok atau Group

Investigation ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan, dia adalah seorang

mahasiswa dari Universitas Tel Aviv (Trianto, 2007:59).

Model pembelajaran investigasi kelompok atau group investigation mengambil model dari masyarakat, terutama mengenai mekanisme sosial yang ada pada masyarakat yang biasa dilakukan melalui kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan inilah siswa mempelajari pengetahuan dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial (Winataputra, 2001:34).

Model pembelajaran investigasi kelompok menurut Trianto (2007:59) adalah model pembelajaran yang menuntut keaktifan serta kemandirian dari siswa karena dalam pembelajarannya siswa telibat langsung dalam perencanaan baik itu dalam topik yang akan dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan yang dilakukan.

Model pembelajaran investigasi kelompok menurut Hamdani (2011:90) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik, maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam proses kelompok (group process skills).

Model pembelajaran investigasi kelompok ini penekanannya lebih pada partisipasi dan juga aktivitas dari siswa untuk mencari sendiri informasi dalam hal ini yaitu materi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang sudah tersedia contohnya melalui buku pelajaran maupun dari internet.

Di dalam model pembelajaran investigasi kelompok ini, siswa dilibatkan mulai dari perencanaan baik didalam menentukan topik maupun cara untuk

(6)

mempelajarinya dalam bentuk investigasi. Model pembelajaran ini menuntut para siswa mempunyai kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan dalam proses kelompok. Keterampilan ini memerlukan peran aktif dan kemandirian dari siswa agar para siswa dapat berfikir secara mandiri mulai dari perencanaan sampai akhir pembelajaran (Trianto, 2007:59).

Dari beberapa penjelasan diatas maka simpulan model pembelajaran investigasi kelompok adalah suatu model pembelajaran yang menuntut siswa agar dapat berperan secara aktif dan mandiri agar para siswa dapat aktif dan berfikir secara mandiri dari perencanaan sampai akhir pembelajaran melalui investigasi.

2.2.1Empat Fitur Utama Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

Menurut Sharan dan Sharan (dalam Sharan, 2012:167) karakter unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsik. Adapun penjabaran dari empat fitur dasar tersebut sebagai berikut.

1) Investigasi

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah. Di saat melakukan penelitian mereka untuk mencari jawaban masalah, siswa mencari pengetahuan yang mereka peroleh untuk mendapatkan informasi, gagasan, ketertarikan dan pengalaman yang masing-masing mereka bawa ketika mengerjakan tugas. 2) Interaksi

Interaksi di antara siswa adalah siswa saling memberikan dorongan, saling mengembangkan gagasan, saling membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan. Menurut Thalen, 1981 (dalam Sharan, 2012:170) bahwa interaksi sosial dan intelektual merupakan cara yang digunakan siswa untuk mengolah lagi pengetahuan personal mereka di hadapan pengetahuan baru yang didapatkan oleh kelompok, selama berlangsungnya penyelidikan.

3) Penafsiran

Pada saat para siswa menjalankan penelitian, mereka secara individual, berpasangan dan mereka mengumpulkan informasi dari berbagai sumber berbeda. Mereka bertemu anggota kelompok untuk bertukar informasi dan gagasan. Bersama-sama mereka mencoba membuat penafsiran atas hasil penelitian mereka. Penafsiran atas temuan-temuan yang telah

(7)

mereka gabung merupakan proses negosiasi atara tiap-tiap pengetahuan pribadi siswa dengan pengethauan baru yang dihasilkan, dan antara tiap-tiap siswa dengan gagasan dan informasi yang diberikan oleh anggota lain dalam kelompok itu. Dalam konteks ini, penafsiran merupakan proses sosial-intelektual yang sesungguhnya

4) Motivasi Intrinsik

Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang akan mereka selidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, investigasi kelompok meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan. Penyelidikan mereka mendatangkan motivasi kuat lain yang muncul dari interaksi mereka dengan orang lain.

2.2.2 Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Menurut Sharan, dkk (dalam Trianto, 2007:59-61) langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran investigasi kelompok adalah:

a. Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

b. Perencanaaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

c. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam atau di luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan dam disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

(8)

e. Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasi dikoordinasi oleh guru.

f. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu dan kelompok.

Selanjutnya langkah-langkah model pembelajaran investigasi kelompok menurut Suprijono (2012:93) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan model pembelajaran investigasi kelompok.

Tahapan dalam model pembelajaran investigasi kelompok dimulai dengan pembagian tugas, selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik itu. sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan pendekatan penelitian untuk memecahkan masalah. Setiap kelompok bekerja berdasarkan investigasi yang telah mereka rumuskan Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. Berbagai perspektif diharapkan terjadi intersubjektif dan objektifikasi pengetahuaan yang telah dibangun oleh suatu kelompok. Seyogiannya diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan assesmen individual atau kelompok.

Dari beberapa langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas maka diambil simpulan tentang langkah-langkah model pembelajaran investigasi kelompok sebagai berikut.

1. Memilih topik

Siswa memilih subtopik atas topik permasalahan yang sebelumnya sudah ditetapkan oleh guru. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen.

(9)

2. Perencanaan kerjasama

Guru dan siswa merencanakan berbagai macam prosedur pembelajaran, tugas, dan juga tujuan khusus yang konsisten dengan sub topik yang telah dipilih.

3. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan dalam tahap kedua. Guru mengikuti dan memantau kemajuan tiap-tiap kelompok dan bila diperlukan guru dapat menawarkan bantuan kepada masing-masing kelompok.

4. Analisis dan Sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh. Kemudian merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan sebagai bahan yang menarik untuk dipresentasikan pada seluruh kelas.

5. Presentasi hasil final

Kelompok mempresentasikan hasil penyelidikannya kepada seluruh kelas. Tujuannya agar siswa lain dapat terlibat dalam presentasi yang dilakukan. Presentasi dikoordinasi oleh guru.

6. Evaluasi

Siswa dan guru melakukan evaluasi yang dilakukan oleh tiap kelompok terhadap kerja keras sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat berupa penilaian yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok.

2.2.3 Ciri-ciri Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

Di dalam model pembelajaran investigasi kelompok terdapat beberapa ciri-ciri yang terdapat didalamnya, diantaranya yaitu sebagai berikut.

a. Model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran investigasi kelompok berpusat pada siswa, guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga memerlukan peran aktif siswa dalam pembelajaran.

b. Pembelajaran dalam model pembelajaran investigasi kelompok dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga antar siswa dalam kelompok dapat saling berinteraksi dan bekejasama dalam

(10)

memadukan berbagai macaam ide, argumentasi dan saling berdiskusi dalam memahami suatu permasalahan untuk dipecahkan secara bersama-sama tanpa memandang latar belakang dari tiap-tiap siswa dalam kelompok.

c. Model pembelajaran investigasi kelompok dapat melatih siswa agar memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, semua kelompok dapat mempresentasikan hasilnya secara menarik dari berbagai topik yang sudah dipelajari serta semua siswa dapat saling terlibat dalam mencapai prospektif yang luas mengenai topik tersebut.

d. Dalam model pembelajaran investigasi kelompok terdapat semangat/motivasi yang dapat mendorong siswa menjadi aktif dan mandiri dalam pembelajaran mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir.

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok 1. Kelebihan dari model pembelajaran investigasi kelompok adalah:

a. Mempunyai dampak positif dalam meningkatkan prestasi dan semangat siswa dalam belajar.

b. Pembelajaran dengan model pembelajaran investigasi kelompok dapat menciptakan suasana yang kondusif yang dapat membuat suasana saling berinteraksi, dan bekerjasama tanpa membedakan latar belakang antar siswa dalam kelompok.

c. Model pembelajaran investigasi kelompok dapat melatih siswa agar mempunyai keterampilan yang baik dalam berkomunikasi dan mengutarakan pendapatnya.

d. Dapat memotivasi siswa yang dapat mendorong siswa menjadi aktif dan mandiri dalam pembelajaran mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir. 2. Kekurangan dari model pembelajaran investigasi kelompok adalah:

Model pembelajaran investigasi kelompok merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok ini juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

(11)

2.2.5 Sintaks Pembelajaran Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Untuk membuat siswa aktif dan mandiri dalam pembelajaran misalnya dalam mata pelajaran IPA diperlukan suatu tahapan pembelajaran yang jelas dalam pembelajaran melalui model pembelajaran investigasi kelompok. Sharan dkk. mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran investigasi kelompok yamg tersaji dalam tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2

Sintaks Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

No Fase Keterangan

1. Fase ke-1: pemilihan topik

Siswa memilih sub-sub topik tertentu dalam bidang permasalahan umum yang biasanya dibahas oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggota 5 atau 6 orang.

2. Fase ke-2: perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan sub-sub topik yang telah dipilih.

3. Fase ke-3: implementasi

Siswa melaksanakan rencana yang diformulasikan pada fase ke-2.

4. Fase ke-4: analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensistesis informasi yang diperoleh pada kegiatan fase ke-3.

5. Fase ke-5: presentasi hasil akhir

Beberapa atau semua kelompok melakukan presentasi di kelas tentang topik-topik yang mereka pelajari di bawah koordinasi guru.

6. Fase ke-6: evaluasi

Siswa dan guru mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok terhadap kerja kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan secara individual, kelompok, atau keduanya.

2.2.6 Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dalam Standar Proses

Berdasarkan langkah-langkah di atas, penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok adalah tersaji dalam tabel 2.3 dibawah ini.

(12)

Tabel 2.3

Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok dalam Standar Proses

No. Tahap Kegiatan Ket.

1. Pendahuluan 1. Mengucapkan salam, berdoa. 2. Mengabsensi siswa.

3. Pemberian motivasi dan apersepsi kepada siswa.

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. 2. Inti:

Eksplorasi

1. Guru menyampaikan peta konsep materi kepada siswa

2. Guru bertanya kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari.

Elaborasi 1. Siswa memilih sub topik sesuai dengan topik permasalahan yang telah dibacakan guru.

2. Siswa dibagi dalam kelompok kecil (satu kelompok 5-6 siswa).

3. Tiap kelompok mendapat sub topik yang berbeda-beda. 4. Guru membagi lembar kerja dan alat peraga kepada siswa. 5. Siswa secara berkelompok berdiskusi dalam melakukan

pembuktian melalui percobaan.

6. Siswa secara berkelompok merangkum informasi yang telah didapat sesuai percobaan yang telah dilakukan.

7. Siswa secara berkelompok mempersiapkan laporan tentang materi dan hasil percobaan untuk dipresentasikan.

8. Siswa secara berkelompok berkesempatan mempresentasikan hasil laporannya didepan kelas secara bergantian yang dikoordinir guru.

9.Semua siswa berkesempatan untuk menanggapi presentasi kelompok yang maju ke depan kelas.

Konfirmasi 1. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil presentasi yang telah dibahas.

2. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Guru menyimpulkan materi yang telah dibahas dan menjadikannya menjadi sebuah rangkuman dan memberikan penguatan.

3. Penutup 1. Guru menyampaikan KKM, yaitu 75.

2. Siswa mengerjakan soal evaluasi yang dibagikan guru. 3. Guru mengoreksi beberapa hasil jawaban siswa. 4. Melakukan refleksi.

(13)

2.3 Belajar dan Hasil belajar

Adapun pengertian belajar dan hasil belajar adalah sebagai berikut. 2.3.1 Belajar

Slameto (2003:2) mendefinisikan bahwa belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya”. Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:23) adalah “berubah tingkah laku yang atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Belajar disini lebih kepada proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Winkel (dalam Purwanto, 2009:38) mendefinisikan bahwa belajar adalah “proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”. Belajar berlangsung dalam interaksi aktif dengan dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam perilakunya.

Dari beberapa pengertian belajar diatas, simpulan mengenai pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang yang dapat berupa pengetahuan, pemahaman dan perilaku sebagai hasil dari pengalamannya dengan lingkungan.

2.3.2Hasil belajar

Rusman (2012:123) mengatakan bahwa hasil belajar adalah “sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Pada hakekatnya hasil belajar berpusat pada hasil pengalaman yang mencakup tiga ranah utama yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:486), hasil belajar adalah “sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran”. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan.

(14)

Hasil belajar menurut Mulyasa (2008:212) merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang belangsung.

Simpulan dari beberapa pengertian hasil belajar diatas adalah prestasi belajar siswa secara keseluruhan sebagai wujud dari keberhasilan belajar tentang keahlian dalam penguasaan materi pelajaran sebagai akibat dari proses belajar yang telah dijalani yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Bloom (dalam Hanafiah dan Suhana, 2010:20) mengatakan hasil belajar dalam rangka belajar dapat dicapai melalui tiga kategori aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual siswa, aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, sedangkan aspek psikomotorik berkenaan komponen bertindak yang meliputi keterampilan motorik, memanipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Dalam penelitian ini, hanya digunakan aspek kognitif saja. Aspek kognitif adalah aspek yang berhubungan dengan hasil intelektual belajar siswa. Aspek kognitif disini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang berupa tes tertulis dalam proses belajar mengajar setiap akhir pertemuan pada setiap siklus.

2.3.3Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (dalam Rusman 2012:124) adalah sebagai berikut

a. Faktor internal 1. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat, jasmani dan sebagainya.

2. Faktor psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil

(15)

belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

b. Faktor Eksternal 1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial, lingkungan alam. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.

2. Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.

2.4Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan atau yang hampir sama dengan penelitian ini berjudul “Penerapan model belajar investigasi kelompok (group investigation) untuk meningkatkan pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Soso 03 Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar” oleh Nining Ramadani Apriliana (2011) yang menyimpulkan bahwa perolehan pada siklus 1 rata-rata penerapan model pembelajaran Group Investigation diperoleh 76%. Pada siklus 2 meningkat menjadi 83,6% kenaikan dari siklus 1 ke siklus 2 pada penerapan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Group Investigation sebesar 7,6%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group

Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

kelas V SDN Soso 03 Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.

Ninik Fatmawati (2011) dengan PTK yang berjudul “Penerapan Model Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Kelas V SD

(16)

Suwayuwo I Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan”. Pada PTK ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Sebelum diterapkan model investigasi kelompok diperoleh hasil belajar bahwa dari 24 siswa, hanya ada 11 siswa yang sudah mencapai nilai KKM yaitu 75. Setelah diadakan tindakan yaitu dengan menggunakan model Investigasi kelompok diperoleh hasil bahwa dari siklus 1 ke siklus 2 terdapat peningkatan hasil belajar yaitu sebesar 2,3 % . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran investigasi kelompok berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 mata pelajaran IPA di SD Suwayuwo 1 Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan.

Rancangan penelitian yang dilakukan peneliti mempunyai persamaan dan perbedaan dengan hasil penelitian yang relevan diatas. Persamaan dalam rancangan penelitian yang dilakukan dengan hasil relevan diatas adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok, untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas 5 dan dilaksanakan dalam 2 siklus, sedangkan perbedaannya adalah tempat penelitiannya berbeda, siswa yang digunakan dalam penelitian berbeda dan dalam rancangan penelitian yang dilakukan peneliti peningkatan hasil belajar IPA diukur dari ketuntasan dan persentase ketuntasan siswa sedangkan salah hasil penelitian yang relevan, peningkatan pembelajaran IPA yang diukur dari persentase rata-rata yang diperoleh siswa.

2.5Kerangka Pikir

Dengan melihat hasil ulangan harian IPA yang masih rendah maka dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran investigasi kelompok. Model pembelajaran ini dapat membuat siswa menjadi aktif dan berfikir secara mandiri dalam pembelajaran mulai dari perencanaan sampai akhir pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan langkah-langkah yang terdapat dalam model pembelajaran investigasi kelompok. Dari penjelasan diatas, peneliti memberikan skema kerangka pikir yang disajikan dalam gambar 2.1 sebagai berikut.

(17)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pikir Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Kondisi

awal

Hasil belajar IPA yang dilihat dari nilai ulangan harian masih rendah.

Penggunaan model pembelajaran investigasi kelompok pada pelajaran IPA Tindakan

Siswa memilih sub topik sesuai topik permasalahan yang dibahas oleh guru, kemudian tiap kelompok mendapat sub topik yang berbeda-beda. Siswa mengumpulkan data dan melakukan pembuktian, lalu dibuat laporan untuk dipresentasikan kemudian melakukan penyimpulan, dan evaluasi.

Siswa menjadi aktif dan dapat berfikir secara mandiri mulai dari perencanaan sampai akhir pembelajaran.

Hasil belajar IPA meningkat melalui model pembelajaran investigasi kelompok Kondisi

(18)

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau dugaan sementara dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Melalui model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 di SD Negeri 1 Candimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2012/2013.

b. Dengan langkah-langkah dari model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 di SD Negeri 1 Candimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2012/2013.

Referensi

Dokumen terkait

Rusman menggatakan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking chips adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil

Berdasarkan model pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat bekerjasama antar kelompok dalam proses pembelajaran untuk mengintropeksi atas kesalahan yang dilakukan

Penelitian lain yang menggunakan model TGT adalah penelitian yang dilakukan oleh Yunita Tri Kartika dengan judul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran

Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif

Hasil dari penelitian penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achiviment Division (STAD) mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran dengan

Dari kajian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan hasil belajar adalah dengan menggunakan model Mind Mapping karena dengan model ini

Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan implementasi pembelajaran berbasis pendekatan Realistic Mathematics Education RME terhadap hasil belajar