• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTIVITAS ANTI CACING EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.) TERHADAP Ascaridia galli. Yessi Febriani, Saeful Hidayat, Serry Seftiana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKTIVITAS ANTI CACING EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.) TERHADAP Ascaridia galli. Yessi Febriani, Saeful Hidayat, Serry Seftiana"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 AKTIVITAS ANTI CACING EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.)

TERHADAP Ascaridia galli

Yessi Febriani, Saeful Hidayat, Serry Seftiana Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Abstrak

Telah dilakukan pengujian efektivitas antelmintik ekstrak etanol biji pinang (Areca Catechu L.). Pengujian dilakukan secara in vitro dengan hewan uji Cacing Ascaridia galli yang direndam di dalam larutan ektrak biji pinang, dengan pembanding piperazin sitrat 0,2%. Hewan uji dibagi dalam lima kelompok masing-masing terdiri dari lima 5 ekor cacing Ascaridia galli . Kelompok I, II, III, adalah kelompok uji ekstrak biji pinang pada konsentrasi 1%, 2%, 4%. Kelompok IV, adalah pembanding piperazin sitrat pada konsentrasi 0,2%, sedangkan kelompok kontrol negatif menggunakan NaCl 0,9%. Data yang dikumpulkan adalah jumlah total cacing yang mati pada setiap perlakuan selama 24 jam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) memiliki efek antelmintik pada semua konsentrasi dan yang mempunyai efek antelmintik yang paling baik dengan jumlah cacing yang mati sebanyak 11 cacing dari 15 sampel yang digunakan adalah ekstrak etanol biji pinang pada konsentrasi 4%, namun tidak lebih baik dari jumlah cacing yang mati pada piperazin sitrat sebanyak 15 cacing dari 15 sampel.

Kata kunci: Antelmintik, Ascaridia galli, Pinang (Areca Catechu L.).

Abstract

Testing has been done ethanol seed extract effectiveness anthelmintic of betel nut (Areca catechu L.). Tests conducted in vitro with worms Ascaridia galli as experiment animals were soaked in a solution of betel nut extracts, by compared piperazine citrate 0.2%. Test animals were divided into five groups, each consisting of five 5 worms Ascaridia galli. Groups I, II, III, is a test group areca seed extract at a concentration of 1%, 2%, 4%. Group IV, is a comparison piperazine citrate at a concentration of 0.2%, whereas the negative control group using 0.9% NaCl. The data collected is the total number of dead worms in each treatment for 24 hours. The results showed that the ethanol extract of betel nut (Areca catechu L.) has anthelmintic effect in all concentrations, and which has the best anthelmintic effect of ethanol extract of betel nut is at a concentration of 4% by the number of dead worms as many as 11 worms from 15 sample were used, but it’s not better than the number of dead worms of piperazine citrate as many as 15 of the 15 samples..

(2)

2 PENDAHULUAN

Ayam kampung merupakan salah satu sumber protein hewani, namun masih banyak kendala yang dihadapi dalam pengembangan ayam kampung di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah terserang penyakit cacingan (Adiwinata dan Sukarsih, 1992). Ascaridia galli merupakan cacing yang banyak menyerang usus halus pada unggas. Pertumbuhan ayam kampung yang terinfeksi Ascaridia galli menjadi terhambat hingga 38%, sehingga pada akhir pemeliharaan didapat bobot badan yang lebih rendah (Tabbu, 2002). Penyakit yang disebabkan oleh cacing Ascaridia galli disebut Ascariasis (Adiwinata dan Sukarsih, 1992).

Pengendalian infeksi cacing yang efektif adalah dengan memadukan manajemen peternakan yang baik dengan pemberian antelmintik untuk mengeluarkan cacing. Antelmintik yang banyak beredar di pasaran adalah antelmintik sintetis. Penggunaan dalam waktu lama dapat menimbulkan peningkatan populasi cacing yang resisten terhadap antelmintik. Selain itu, obat cacing sintetis memiliki efek samping yang kurang baik yaitu adanya residu pada ternak. Sebagai antisipasi masalah di atas, perlu dikembangkan antelmintik yang berasal dari tanaman obat (herbal) dengan harga yang relatif murah dan mudah didapat. Hal ini dikarenakan tanaman obat alami tidak memiliki resiko akumulasi residu zat-zat kimia yang

berbahaya dan mampu meningkatkan metabolisme dalam tubuh ternak.

Pengobatan penyakit cacing dengan menggunakan obat tradisional pada umumnya berasal dari pengalaman yang didapat oleh nenek moyang kita, dan dijadikan sebagai patokan secara turun temurun. Khasiat bahan-bahan alami telah banyak dibuktikan dengan harga yang lebih terjangkau, dan lebih mudah didapatkan di lingkungan setempat. Tanaman obat yang berkhasiat sebagai antelmintik antara lain jawer kotok, biji pinang, biji wudani, kulit dan akar delima, biji labu kuning, temu giring, biji dan akar pepaya, bawang putih, ketepeng dan mindi kecil (Hembing, 2008).

Tumbuhan pinang (Areca catechu L.) merupakan salah satu obat tradisional yang sudah dikenal masyarakat. Pinang (Areca catechu L.) memiliki efek antioksidan dan antimutagenik, astringent, dan antelmintik. Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin, arekolidine, arekain, guvalokin, guvasine dan isoguvasine. Ekstrak etanol biji buah pinang mengandung tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam glanat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang and Lee, 1996). Arekolin selain berfungsi sebagai obat cacing juga sebagai penenang. Secara umum pohon pinang (Areca catechu L.) banyak digunakan untuk inflamasi, diare, cacingan, perut kembung akibat gangguan pencernaan, dan batuk berdahak (Dalimartha, 2009).

(3)

3 Tanaman obat dapat menjadi alternatif yang

baik untuk antelmintik di masyarakat jika telah melewati beberapa penelitian dan terbukti kemanjurannya secara ilmiah di bawah pengawasan ahli, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti salah satu tanaman obat tersebut yaitu biji pinang sebagai obat anti cacing

METODOLOGI Alat

Alat yang digunakan antara lain cawan petri, pinset, batang pengaduk, erlenmeyer, beaker glass, termometer, penangas air, inkubator, kertas saring, timbangan, alat maserasi, rotary evaporator, serta alat-alat yang digunakan pada proses skrining dan karakterisasi.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk proses penelitian ini adalah biji pinang (Areca catechu L.) yang diperoleh dari Manoko Lembang, Jawa Barat dan dideterminasi di Laboratorium Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Jatinangor, aquadest, NaCl fisiologis, piperazin sitrat, sedangkan bahan kimia yang digunakan untuk penapisan fitokimia dari E Merck adalah : ammonia, kloroform, HCl, larutan gelatin, amil alkohol, eter, larutan vanili, H2SO4 P, KOH. Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, pereaksi Lieberman-Burchard

Hewan Uji

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Cacing Ascaridia galli diambil dari lumen usus ayam pedaging yang diperoleh dari tempat pemotongan ayam Pasar Andir Bandung.

Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia

Skrining fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) untuk memeriksa adanya senyawa metabolit sekunder secara umum, meliputi senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, fenol, kuinon, steroid, triterpenoid, saponin, monoterpen dan seskuiterpen. Karakterisasi simplisia yang dilakukan antara lain penetapan kadar abu, penetapan kadar air, kadar sari larut air, dan kadar sari larut etanol.

Ekstraksi

Pembuatan ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : sebanyak 500 gram biji pinang yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam maserator, kemudian ditambahkan pelarut etanol 70% sampai biji pinang (Areca catechu L.) terendam sempurna, ekstrak cair ditampung setiap hari selama 6 hari dengan penambahan pelarut baru.

E

kstrak cair

yang diperoleh

diuapkan dengan menggunakan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.

(4)

4 Uji Efektivitas Antelmintik

Cacing-cacing yang telah dikeluarkan dari usus halus ayam, selanjutnya secara hati-hati dengan menggunakan pinset cacing-cacing tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang telah diisi larutan NaCl 0,9% kemudian dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan pengujian. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 75 cacing Ascaridia galli, cacing yang masih aktif bergerak, ukuran cacing 7-11 cm, tidak tampak cacat secara anatomi. Sampel terbagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu I, II, III, adalah kelompok Uji ekstrak biji pinang pada konsentrasi 1%, 2%, 4%. Kelompok IV, adalah pembanding piperazin sitrat pada konsentrasi 0,2%, sedangkan kelompok kontrol negatif menggunakan NaCl 0,9%. Setiap cawan berisi 5 cacing ascaridia galli yang telah di isi larutan uji setiap kelompok sebanyak 25 ml sesuai dengan konsentrasi masing-masing, suhu dibuat tetap pada 370C. Cacing-caing tersebut diusik dengan

batang pengaduk tiap satu jam, jika cacing diam, cacing dipindahkan ke dalam air panas suhu 500C. Apabila dengan diusik cacing tetap diam, menandakan cacing tersebut telah mati, tetapi jika bergerak, cacing tersebut hanya mengalami paralisis.

Analisis Data

Jumlah cacing yang mati dalam percobaan dicatat dan dianalisis menggunakan One Way Anava yang kemudian dilanjutkan dengan Uji Tukey menggunakan program SPSS versi 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia

Hasil skrining fitokimia simplisia biji pinang menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, monoterpen dan seskuiterpen, fenol dan kuinon. Sedangkan hasil karakteristik simplisia tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil karakterisasi simplisia

Karakterisasi Hasil

Kadar air 3.89%

Kadar abu 0.97%

Kadar sari larut air 5.2%

Kadar sari larut etanol 17.45%

Hasil Ekstraksi

Pada proses ekstraksi dengan metode maserasi diperoleh ekstrak pekat biji pinang (Areca catechu L) sebanyak 340,39 gram dengan nilai rendemen

68,078%. Metode maserasi dipilih karena merupakan metode yang sederhana, mudah dilakukan dan baik untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan panas sehingga dapat

(5)

5 mengurangi kerusakan senyawa yang

terkandung didalamnya.

Hasil Uji Efektivitas Antelmintik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak biji pinang memberikan efek antelmintik mulai pada konsentrasi

1%. Potensi maksimum didapatkan mulai pada ekstrak dengan konsentrasi 2% dan 4%. Potensi maksimum adalah kemampuan ekstrak untuk membunuh cacing dengan jumlah terbanyak dalam waktu 24 jam dibandingkan terhadap ekstrak dengan konsentrasi 1% seperti terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Efektivitas Antelmintik

Perlakuan Uji 1 Uji 2 Uji 3 Jumlah cacing

mati Rata-rata K (NaCl 0,9%) 0 0 0 0 0 T1 (Konsentrasi ekstrak 1%) 1 1 2 4 1,33 T2 (Konsentrasi ekstrak 2%) 2 2 3 7 2,33 T3 (Konsentrasi ekstrak 4%) 4 3 4 11 3,67 P (Piperazin sitrat 0,2%) 5 5 5 15 15

Efek antelmintik yang paling baik di tunjukkan oleh ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 4%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka semakin tinggi pula jumlah cacing yang mati. Namun demikian dibandingkan antara ekstrak biji pinang dengan piperazin sitrat, maka dapat dikatakan bahwa ekstrak biji pinang tersebut memiliki efek antelmintik yang mungkin lebih lemah dibandingkan dengan piperazin. Dari data Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) memiliki efek antelmintik walaupun tidak sebaik obat piperazin sitrat.

Penggunaan piperazin sitrat sebagai pembanding disamping didasarkan bahwa

selain obat ini umum digunakan dalam penelitian antelmintik, khususnya terhadap Ascaridia galli dan dengan efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat lainnya, juga berdasarkan pada mekanisme kerjanya yang menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin, sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengujian antelmintik ini selanjutnya dianalisis secara statistik dengan uji ANAVA untuk melihat adanya perbedaan nyata atau tidaknya rata-rata perkelompok. Hasil dari analisis secara statistik menggunakan analisis variansi

(6)

6 (ANAVA) menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara tiap perlakuan karena nilai p<0.05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Mengingat data jumlah kematian cacing pada seluruh kelompok berbeda, maka dilanjutkan dengan uji menggunakan analisis Tukey. Uji Tukey merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya. Dari hasil analisis Tukey menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol positif dan ekstrak pinang 1%, 2%, 4% pada taraf uji 0,05.

SIMPULAN

Berdasarkn hasil penelitian ekstrak etanil biji pinang (Areca catechu L) terbukti mempunyai daya sntelmintik terhadap cacing Ascaridia galli dengan konsentrasi yang dianggap paling efektif adalah 4.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwinata, G. dan Sukarsih. 1992. Gambaran Darah Domba yang Terinfeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan Secara Alami di Kab. Bogor Kec. Jeruk, Jasinga dan Rumpin. Majalah Penyakit Hewan 24(43) 13-17.

Dalimartha, Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6.

Pustaka Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota Ikapi. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter

Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1-17.

Gibson, T. E. 1975. Veterinary Anthelmintic Medication. 3rd Edition. Commonwealth Agricultural Bureaux. England. Goodman, L. S. and G. Alfred. 1975. The

Pharmacological Basis of Therapeutics. Macmillan Publising, Inc. New York.

Hembing Wijayakusuma. 2008. Ramuan Herbal Penurun Kolesterol Plus Terapi Makanan dan Minuman. Jakarta : Pustaka Bunda.

Kulkarni, D., Y. V. G. Rao, P. Padmavath, and A. J. Ramesh. 1993. Controlled laboratory trials on the efficacy of morantel citrate (Banmint II) against Ascaridia galli in experimentally infected chicken. J. Indian Vet. 70 : 705-707.

Kusumamihardja, S. 1992. Parasit dan Parasitosis Pada Ternak dan Hewan Piaraan di Indonesia. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.

Levine, ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitology Veteriner. Terjemahan Gajah Mada University Press.

(7)

7 Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Noble, E. R. and G. A. Noble. 1989. Parasitologi, Biologi Parasit Hewan.

Terjemahan: Wardiarto Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Pengembangan dan Pemanfaatan Obat

Bahan Alam. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta. Soulsby, E. J. L. 1982. Helminthes,

Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. Bailliere Tindall. London.

Soulsby, E. J. L. 1986. Texbook of Clinical Parasitology Volume I: Helminth,

Blackwell Scientific Publication. Oxford, London.

Sukarban, S dan Santoso. O. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Tabbu, C. R. 2002. Penyakit Ayam dan Penyebabnya. Penyakit Asal Parasit, Non Infeksius dan Enthiologi Kompleks. Vol. 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996,

Separation, Characteristics, and Biological Activities of Phenolics in Areca Fruit, J. Agric. Food Chem., 44, 2014 -2019.

Gambar

Tabel 1. Hasil karakterisasi simplisia
Tabel 2. Hasil Pengujian Efektivitas Antelmintik

Referensi

Dokumen terkait

Persona Non Grata merupakan status yang menandakan bahwa seorang diplomat tidak lagi menjalankan misinya di negara penerima dan negara pengirim harus dengan segera

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah PT.TELKOM Surakarta, diharapkan mampu meningkatkan kualitas lingkungan fisik tempat kerja karyawan supaya karyawan merasa

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) bahan ajar dan LKS yang dikembangkan

This study is aimed to see how one’s characters develop as a result of other people’s influence as seen in Lily, the main character of Sue Monk Kidd’s The Secret Life of

0,010 dengan taraf signifikasi 0,05 artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima pada tekanan darah sistolik maupun diastolik atau ada pengaruh senam lansia terhadap

19,20,21 Penelitian menggunakan pisang raja sebagai sumber karbohidrat dan kalium untuk mencegah kelelahan otot anaerob pada atlet sepak takraw menunjukkan adanya perbedaan

Interaksi pemberian naungan dan NaCl terhadap jumlah cabang tanaman Tribulus tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (Gambar 2).. Pengaruh perlakuan naungan terhadap jumlah

Maksud disusunnya Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Blitar Tahun 2018 adalah dalam rangka melaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999