• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, Moleong (2011:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, Moleong (2011:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, Moleong (2011: 6) memberikan definisi mengenai penelitian kualitatif berdasarkan sintesis dari para pakar sebelumnya, menurutnya bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena peneliti berupaya untuk menemukan konsep estetika Sema dalam tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta, dan Sema yang diasumsikan berperan sebagai media pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai Tauhid di dalam tarekat tersebut. Permasalahan seperti ini tidak dapat dimaknai melalui pengertian angka-angka, karena konsep merupakan sesuatu yang abstrak (ide atau pandangan) dari peristiwa konkret yang harus ditemukan langsung di dalam benak sang subjek melalui latar alamiah penelitian.

Selanjutnya Alwasilah (2009: 143-144) menjelaskan bahwa terdapat empat garis besar bagi seorang peneliti untuk mencapai tujuan penelitiannya, dan dalam pengertian yang khusus harus dilaksanakan oleh seorang peneliti dengan metode penelitian kualitatif, di antaranya adalah:

1. Membangun kekerabatan dengan responden.

(2)

52

3. Mengumpulkan data.

4. Menganalisis data.

Untuk mendukung penggunaan metode penelitian kualitatif berjalan dengan maksimal, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian fenomenologi. Istilah fenomenologi mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang.

Dalam penjelasan yang lain, bahwa pendekatan fenomenologi merupakan perspektif berpikir yang menekankan pada fokus pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Maka dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain (Moleong, 2011: 15).

Lebih jauh lagi Moleong (2011: 16-17) menjelaskan bahwa:

Analisis fenomenologis berusaha mencari untuk menguraikan ciri-ciri dunianya, seperti apa aturan-aturan yang terorganisasikan, dan apa yang tidak, dan dengan aturan apa objek dan kejadian itu berkaitan.

… Aturan-aturan ini bukanlah sebenarnya ciri-ciri yang berdiri sendiri dari sesuatu ‘dunia objektif’ menurut pendapat para fenomenologis tetapi dibentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam kesadaran kita yang kita alami sebagai hal yang berdiri sendiri dari kita. Dalam hal ini, fenomenologi mempertentangkan apa yang dinamakan empirisme.

… Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.

(3)

B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Setidaknya terdapat empat tahapan pokok dalam penelitian ini yang peneliti jalani, dan tiga di antaranya sesuai dengan tahapan yang dijabarkan oleh Moleong (2011: 127-148), yaitu:

1. Tahap Pra-Lapangan

a. Menyusun rencana penelitian.

b. Memilih lokasi penelitian.

c. Mengurus perizinan.

d. Menjajaki dan menilai lapangan.

e. Memilih dan memanfaatkan informan (nara sumber).

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri.

b. Memasuki lapangan.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

3. Tahap Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis dalam pendekatan penelitian fenomenologi. Dimyati (1994) dalam Mudjianto dan Kenda (2010: 81-82), menjabarkan analisis fenomenologi dengan delapan tahapan, secara umum di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Membuat kategorisasi antara subjek penelitian dan informan penelitian. b. Menguji kredibilitas data perolehan informan.

(4)

54 c. Mencari norma atau nilai yang melatarbelakangi perilaku serta tujuan aktor

dalam melakukan tindakan.

d. Melakukan reduksi hasil observasi dan wawancara.

e. Mengelompokkan data.

f. Membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika sebagai temuan dalam penelitian.

g. Mengkaji ulang seluruh data yang ada.

h. Melaporkan hasil temuan penelitian.

4. Tahap Penulisan Laporan

Tahapan penulisan laporan meliputi kegiatan penyusunan laporan hasil penelitian, sesuai saran dan perbaikan dari dosen pembimbing serta para dewan penguji tesis di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

C. LOKASI PENELITIAN

1. Lokasi

Terdapat empat lokasi tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta yang peneliti kunjungi. Lokasi pertama adalah yayasan Haqqani Indonesia yang berada di Jl. Teuku Umar No. 41, Menteng Jakarta Pusat. Lokasi kedua adalah zawiyah

Rabbani Sufi Centre yang berada di Jl. Villa Terusan No. 16, Villa Cinere Mas, Pondok Cabe Jakarta Selatan. Lokasi ketiga adalah zawiyah Pondok Cabe, yang beralamat di Jl. Cabe Raya No. 56, Pondok Cabe Jakarta Selatan. Sedangkan lokasi terakhir adalah zawiyah Rumi Café yang berada di Wisma Iskandarsyah blok B4 Jl. Iskandarsyah Raya Kavling 12-14, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

(5)

2. Alasan Pemilihan Lokasi

Lokasi pertama yayasan Haqqani Indonesia, adalah lokasi yang pertama peneliti kunjungi untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan Sema. Melalui lokasi pertama ini, salah seorang pengurus dari yayasan Haqqani Indonesia memberikan rekomendasi untuk mendatangi tiga lokasi yang dianggap representatif untuk membantu keberlangsungan penelitian ini, di antaranya adalah: a. Zawiyah Rabbani Sufi Centre yang berada di Jl. Villa Terusan No. 16, Villa

Cinere Mas, Pondok Cabe Jakarta Selatan.

b. Zawiyah Pondok Cabe, yang beralamat di Jl. Cabe Raya No. 56, Pondok Cabe Jakarta Selatan.

c. Zawiyah Rumi Café yang berada di Wisma Iskandarsyah blok B4 Jl. Iskandarsyah Raya Kavling 12-14, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Dari ketiga lokasi zawiyah yang disarankan oleh pihak yayasan Haqqani Indonesia tersebut, hanya satu zawiyah yang tidak menampilkan praktik ritual

Sema dalam kegiatan zikir mingguan rutinnya, yakni zawiyah Pondok Cabe yang beralamat di Jl. Cabe Raya No. 56, Pondok Cabe Jakarta Selatan, karena keterbatasan tempat yang tidak memungkinkan untuk melakukan ritual Sema.

Walaupun tidak pernah menampilkan Sema karena faktor keterbatasan tempat, melalui zawiyah Pondok Cabe ini peneliti mendapatkan informasi penting ihwal Sema yang dilakukan oleh tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta. Informasi ihwal Sema diperoleh melalui Syekh ZFR (inisial), seorang Syekh atau

pemimpin dari zawiyah Pondok Cabe yang sangat ramah dan memberikan banyak

(6)

56

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian merupakan entitas yang mempengaruhi desain riset, pengumpulan data dan keputusan analisis data. Selanjutnya (Satori dan Komariah, 2011: 49) menjelaskan bahwa:

Populasi atau sampel dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut dengan sumber data pada situasi sosial (social situation) tertentu, sedangkan yang menjadi subjek penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang padanya melekat data tentang objek penelitian. Oleh karena itu, subjek penelitian memiliki kedudukan sentral dalam penelitian, karena data tentang gejala atau masalah yang diteliti berada pada subjek penelitian.

Subjek yang ditempatkan dalam penelitian ini adalah tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta, beberapa orang pelaku Sema, Syekh dari beberapa lokasi

zawiyah di Jakarta dan beberapa jemaat tarekat Naqsybandi Haqqani dari zawiyah

Rabbani Sufi Centre, Pondok Cabe serta Rumi Café. Melalui mereka (subjek penelitian), data primer diperoleh kemudian diolah bersama data sekunder untuk mencapai tujuan penelitian.

Subjek dalam penelitian juga berperan sebagai informan yang memberikan berbagai informasi atau data selama proses penelitian berlangsung. Informan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa kategori, seperti yang dikemukakan oleh Hendrarso dalam Suyanto dan Sutinah (2005: 171-172), yaitu:

1. Informan kunci (Key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

(7)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah keorganisasian yang dilakukan oleh jemaat tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta. Peran informan kunci (Key informan) dalam penelitian ini berada pada dua orang Syekh yang masing-masing berasal dari zawiyah Rabbani Sufi Center dan Pondok Cabe. Peran informan utama berada pada dua orang jemaat dari zawiyah Pondok Cabe dan Rabbani Sufi Center, sedangkan informan tambahan berada pada empat orang jemaat tarekat Naqsybandi Haqqani, baik yang terlibat secara langsung dalam setting ritual Sema, maupun yang tidak.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian, oleh karena itu tipe yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Ciri-ciri purposive sampling dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Satori dan Komariah (2011: 53) sebagai berikut:

1. Emergent sampling design; bersifat sementara; sebagai pedoman awal terjun ke lapangan, setelah di lapangan dapat berubah sesuai dengan keadaan. 2. Serial selection of sample units; menggelinding seperti bola salju (snow

ball); sesuai dengan petunjuk yang didapatkan dari informan-informan yang telah diwawancarai.

3. Continuous adjustment or ‘focusing; of the sample; siapa yang akan dikejar sebagai informan baru disesuaikan dengan petunjuk informan sebelumnya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

4. Selection to the point of redundancy; pengembangan informan dilakukan terus sampai informasi mengarah ke titik jenuh/sama.

(8)

58

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, demikian juga dalam penelitian ini. Konsep peneliti sebagai instrumen penelitian mengacu pada fitrah manusia yang terlekat dan diberikan oleh Tuhan sebagai anugerah kepada manusia. Lebih sepesifik lagi, Alwasilah (2009: 191) dalam hal ini menjelaskan bahwa:

Seperti yang telah dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti adalah sekaligus instrumen. Fasilitas yang melekat padanya adalah sepasang mata, telinga, bibir dan kelisanannya, yakni berkomunikasi. Berbahasa lisan adalah modus komunikasi yang paling alami, mendasar, dan manusiawi; sejak detik ia dilahirkan sampai detik-akhir ia dimatikan. Komunikasi yang baik adalah interaksi yang terencana, dan interviu dilakukan untuk mendapat informasi atau data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lincoln dan Guba (1985) dalam Satori dan Komariah (2011: 62) mengungkapkan bahwa manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan keuntungan, di mana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indra yang dimilikinya untuk memahami sesuatu. Adapun ciri-ciri peneliti sebagai instrumen penelitian menurut Nasution (1968) dalam Satori dan Komariah (2011: 63) adalah:

1. Peneliti sebagai alat, peka dan dapat bereaksi terhadap segala stumulus dan lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

(9)

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, mengetes hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera untuk memperoleh penegasan, perubahan dan perbaikan.

Selain keunggulan peneliti sebagai instrumen penelitian, maka terdapat juga instrumen lain selain manusia yang digunakan dalam mendukung penelitian. Instrumen tersebut berupa catatan lapangan, lembar wawancara, serta catatan hasil dokumentasi audio/visual selama berada di lapangan dengan menggunakan alat bantu seperti kamera foto, video recorder atau pun audio recorder.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, pendokumentasian dan melakukan telaah kajian pustaka, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Observasi

Terdapat dua jenis observasi yang peneliti gunakan, mengacu pada konsep Spradley dalam Satori dan Komariah (2011: 115), yakni observasi tidak langsung atau pra-lapangan dan observasi saat berada di lapangan. Observasi pra-lapangan

(10)

60 dilakukan sebelum peneliti mendatangi lokasi penelitian; seperti mengobservasi subjek penelitian melalui berita, artikel dan rekaman dokumentasi audio, video, serta foto-foto yang terdapat di internet. Selanjutnya adalah observasi saat berada di lapangan dengan dua pendekatan observasi, yaitu:

a. Observasi partisipasi pasif, hadir dalam kegiatan Sema tetapi peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Observasi partisipasi moderat, dalam hal ini peneliti mengikuti hanya sebagian kegiatan dari keseluruhan prosesi Sema yang dilakukan oleh tarekat Naqsybandi Haqqani Jakarta.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh makna yang rasional, baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur. Proses wawancara kemudian di dokumentasikan dalam bentuk catatan-catatan kecil maupun rekaman audio sehingga dapat meningkatkan nilai dari data yang diperoleh. Wawancara ditujukan kepada subjek dari penelitian ini, yakni mereka para informan kunci, informan utama dan informan tambahan.

3. Pendokumentasian

Setiap kegiatan dan momen penting yang relevan dalam penelitian ini di dokumentasikan dalam bentuk audio, video, foto maupun jenis audio-video. Hal ini dilakukan guna mendapatkan makna atau informasi, serta dipelajari dan dianalisis sebagai sumber data utama. Pendokumentasian terkadang dapat berupa catatan-catatan kecil peneliti saat berada di lapangan, baik ketika sedang melakukan wawancara maupun saat mengobservasi.

(11)

4. Kajian pustaka

Formulasi teoretis terkadang disebut dengan landasan teoretis atau kajian pustaka (literature review). Kajian pustaka mengimplisitkan kegiatan peneliti dalam membaca literatur terkait (Alwasilah, 2009: 112).

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Untuk mendapatkan makna berbagai informasi dan data perolehan lapangan, perlu dilakukan analisis serta interpretasi terhadap data-data tersebut. Maka perlu adanya upaya dalam menganalisis data menggunakan paradigma berpikir kualitatif (berpikir secara induktif). Berpikir secara induktif memiliki maksud membandingkan dan mengondisikan antara data hasil perolehan lapangan, terhadap teori yang ditempatkan dalam penelitian.

Tahap-tahap yang peneliti lakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, menggunakan metode analisis dalam pendekatan penelitian fenomenologi. Merujuk pada delapan tahap analasis fenomenologi menurut Dimyati (1994) dalam Mudjianto dan Kenda (2010: 81-82), maka dalam penelitian ini delapan tahapan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengkategorikan informan penelitian.

2. Menguji keakuratan data dari informan yang satu dengan yang lainnya. 3. Mencari norma atau nilai yang melatarbelakangi perilaku serta tujuan aktor

dalam melakukan tindakan.

4. Melakukan reduksi hasil observasi dan wawancara dengan tahapan sebagai

(12)

62 a. Proses selecting dan focusing dilakukan pada orang yang hendak diwawancarai dan situasi penelitian. Orang yang diwawancarai terpilih pada orang yang benar-benar mengetahui secara pasti tentang seluk-beluk tema penelitian. Situasi penelitian, juga hanya peneliti pilih pada situasi yang benar-benar menarik dan berkaitan langsung dengan tema

penelitian. Upaya focusing dilakukan pada saat key informan

memberikan informasi yang lepas dari tema penelitian.

b. Simplifying dilakukan untuk penyederhanaan data. Upaya penyederhanaan dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengurangi makna dan keakuratan data yang diperoleh.

c. Abstracting ditempuh untuk menggambarkan data secara naratif, sebagaimana yang ada di lapangan.

d. Transforming dilakukan dengan cara mentransformasikan data observasi lapangan menjadi kesimpulan catatan lapangan.

5. Mengelompokkan hal-hal serupa kemudian membandingkan kemiripan dan

perbedaannya dengan kaidah atau prinsip-prinsip logika. Kemudian membuat display data secara sistematik dalam konteks yang utuh.

6. Membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, kemudian mengangkatnya sebagai temuan dalam penelitian.

7. Mengkaji secara berulang-ulang seluruh data yang ada, pengelompokkan data dan proposisi yang telah dirumuskan.

8. Melaporkan hasil penelitian lengkap dengan temuan baru, berbeda dari temuan yang sudah ada.

Referensi

Dokumen terkait

Kalo misalnya tante belom nyampe rumah dari jam biasanya kan anak-anak sering ngecek “mama sama papa dimana?” “bener mama pulang sama papa?” saya juga gitu ngecek mereka

TriPutra Inti Makmur digunakan untuk membantu strategi bisnis agar lebih mendukung visi dan misi perusahaan, dengan menggunakan teknologi informasi yang diharapkan

Hasil pengambilan keputusan: PT Alam Permata Riau telah “MEMENUHI” standar verifikasi legalitas kayu untuk seluruh norma penilaian setiap verifier dan dinyatakan “LULUS”

Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan observasi dikelas 4 SD Negeri Samirono. Setelah mendapat izin dari kepala

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

Berdasarkan analisis di atas maka isi dari sistem informasi inventarisasi peralatan dan bahan laboratorium berbasis web di Jurusan Teknik Elektro Unesa adalah : (1)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bungkil kelapa baik tanpa fermentasi (BKTF) maupun bungkil kelapa hasil fermentasi dengan ragi tape (BKFRT) tidak

Analisis situasi disini dilakukan dengan memperhatikan faktor SWOT (strenght, weakness, opportunity, dan threads) yang ada pada situasi sebelum menentukan strategi