PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS VIIK
SMP NEGERI 1 NEGARA
Ni Made Mita Anggraeyani
1, I Made Sutama
2, I Gede Nurjaya
3 1,2,3Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: mitaanggrae035@gmail.com, imadesutamaubd@gmail.com,
gedenurjaya@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian Deskriptif ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan teknik pemodelan, (2) mendeskripsikan prestasi siswa dalam menulis cerpen dengan penerapan teknik pemodelan, (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara yang berjumlah 36 siswa. Objek penelitian ini adalah penerapan teknik pemodelan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode angket/kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) terdapat 17 langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh guru dalam menerapkan teknik pemodelan. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh adalah (a) orientasi cerpen, (b) analisis struktur cerpen, (c) menganalisis model cerpen, (d) menulis cerpen, (e) mempresentasikan produk cerpen, dan (f) merivisi produk cerpen, (2) siswa memperoleh prestasi yang baik karena diterapkannya teknik pemodelan, dan (3) siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen.
Kata kunci: teknik pemodelan, menulis, cerpen, respons.
ABSTRACT
The aims of this descriptive study are (1) to describe the proper steps in implementing modeling technique, (2) to describe students’ achievements on writing short story by the implementation of modeling technique, (3) to describe students’ responses to the implementation of modeling technique. The subjects of this study are the teacher and a class of students in VIIK class, which consists of 36 students, at SMP Negeri 1 Negara. The object of this study is the implementation of modeling technique. The method of collecting the data used in this study are observation, test, and questionnaire method. The data is analyzed by the descriptive qualitative and descriptive quantitative techniques. The result of this study are (1) there are 17 learning steps used by the teacher in implementing modeling technique. In general, the learning steps which used are (a) short story orientation, (b) the analysis of short story structure, (c) analyzing short story model, (d) writing short story, (e) presenting short story
product, and (f) revising short story product, (2) the students obtain good achievement caused by the implementation of modeling technique, and (3) the students give very positive responses to the implementation of modeling technique in writing short story learning.
Keyword: modeling technique, writing, short story, responses.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling berhubungan dengan satu sama lain. Oleh karena itu, belajar bahasa adalah
belajar berkomunikasi. Untuk dapat
berkomunikasi dengan baik dalam bentuk lisan maupun tertulis, manusia harus mampu menguasai empat keterampilan
berbahasa. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut meliputi (1)
keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis (Tarigan, 1986: 1). Keempat keterampilan berbahasa tersebut pada dasarnya adalah satu kesatuan dan memiliki peranan yang sama penting dalam berkomunikasi.
Satu di antara empat keterampilan berbahasa yang penting dikuasi, khususnya oleh siswa, adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Tujuan yang diharapkan dalam
pembelajaran menulis adalah
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan
pengetahuan secara tertulis. Melalui
keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitasnya dan
dapat menggunakan bahasa untuk
menyalurkan kreativitasnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menulis sebagai salah satu
komponen keterampilan berbahasa dan
bersastra, memiliki kedudukan yang
strategis dalam pendidikan dan pengajaran.
Keberhasilan siswa dalam mengikuti
pelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh
keterampilan menulis. Selain dapat
memudahkan siswa berpikir secara kritis, menulis juga dapat digunakan siswa untuk mengomunikasikan perasaan, pendapat, dan pengalaman kepada orang lain.
Nurgiyantoro (2001: 294)
menyatakan bahwa dibanding keterampilan lain, kemampuan menulis lebih dikuasai
oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam
menulis diperlukan keterampilan
penguasaan terhadap unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Unsur bahasa maupun konten harus terjalin dengan baik agar dapat menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Sejalan dengan pendapat itu, Kartono (2009) menyatakan, “Menulis
merupakan sebuah aktivitas yang
kompleks, bukan hanya sekadar
mengguratkan kalimat-kalimat, melainkan lebih daripada itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikan kepada khalayak”. Dengan demikian, perlu
dilakukan pembinaan yang intensif
terhadap kemampuan menulis dengan tidak mengabaikan aspek bahasa lain.
Keterampilan menulis dapat
dicurahkan ke dalam dua bentuk, yakni menulis sastra dan menulis nonsastra. Salah satu contoh keterampilan menulis sastra adalah menulis cerpen. Sumardjo (2001:84) berpendapat bahwa menulis cerita pendek adalah seni/keterampilan
menyajikan cerita. Dawud (2004:49)
menyatakan bahwa cerpen merupakan jenis karangan yang berisi suatu cerita, pada umumnya cerpen ditujukan untuk menggerakkan aspek emosi dengan cerita pembaca dapat membentuk citraan atau imajinasi dalam benaknya. Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa cerpen merupakan
seni/keterampilan menyajikan suatu cerita yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran ke dalam bentuk tulisan.
Untuk dapat menghasilkan cerita pendek yang baik, ada beberapa hal yang harus dikuasai seorang penulis untuk bisa
menulis adalah dari segi kebahasaannya. Persyaratan ini meliputi penguasaan ejaan bahasa Indonesia, diksi (pilihan kata), dan kalimat. Dengan demikian, untuk dapat menulis dengan baik khususnya dari segi kebahasaan, siswa mutlak memerlukan pengetahuan tentang ejaan, diksi, dan kalimat dalam bahasa Indonesia. Dari hasil kegiatan inilah, kemampuan siswa dapat diketahui dalam penguasaan ejaan, diksi, tata bahasa siswa, serta hambatan-hambatan siswa dalam menulis cerpen. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan menulis akan semakin penting karena kegiatan ini dapat dijadikan salah satu cara untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai ejaan,diksi, dan tata bahasa.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 1 Negara, informasi yang didapat dari salah satu guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara yakni Ni Putu Wati Ningsih, S.Pd. adalah ada dua penyebab yang sangat berpengaruh terhadap hasil tulisan siswa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa mengenai (1) ejaan yang disempurnakan (EyD) dan (2) kurangnya contoh dari guru cara
menulis yang benar. Menyadari
permasalahan tersebut, kepiawaian
seorang guru sangatlah berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar siswa.
Mengingat kompleksnya pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki seorang penulis yang baik, dalam pembelajaran, guru dituntut untuk memilih teknik yang dapat mengarahkan siswa memperoleh
pengetahuan sekaligus keterampilan
menulis.
Dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis
khususnya menulis cerpen, akhirnya guru
menerapkan sebuah teknik sebagai
alternatif. Salah satu teknik sebagai
alternatif yang digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen adalah teknik pemodelan. Upaya penerapan teknik pemodelan dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis
cerpen sangat efektif dilaksanakan.
Pemodelan dapat diartikan sebagai upaya pemberian contoh (model) yang berkaitan dengan materi dan aktivitas belajar yang
dilakukan siswa (Nuryatin, 2010:34).
Sejalan dengan pernyataan tersebut,
Nurhadi (2004:16) mengungkapkan bahwa teknik pemodelan merupakan pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dengan menggunakan contoh (model) yang bisa ditiru. Dengan demikian, siswa akan belajar melalui contoh (model) yang diberikan oleh guru.
Dalam teknik ini guru menyiapkan contoh (model) tulisan yang dapat ditiru oleh siswa dalam menulis cerpen yang baik dan benar, mengingat tujuan dari teknik
pemodelan itu sendiri adalah untuk
mendorong terjadinya proses belajar pada diri sendiri. Dalam penerapan teknik
pemodelan ini, siswa akan dapat
membangun pengetahuannya sendiri dari contoh (model) yang diberikan oleh guru.
Tentunya siswa akan menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dari contoh (model) untuk dapat menulis dengan benar.
Pemberian model dapat dilakukan dengan memberikan sebuah contoh cerpen untuk ditiru, bukan kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi cara atau teknik pengembangan paragrafnya. Dalam hal ini, teknik pemodelan berangkat dari pemberian contoh (model) tulisan, membaca teks model, menganalisis teks model, dan berlatih menulis dengan meniru konstruksi
teks model. Dengan demikian, guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, melainkan siswa lebih aktif untuk
mengembangkan pengetahuannya
sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa itu sendiri.
Penerapan teknik pemodelan ini membuat siswa memperoleh contoh tulisan cerpen yang benar. Melalui teknik ini pula siswa dapat membangun pengetahuannya tentang cara menulis yang benar. Siswa diajak secara aktif untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen maupun pengembangan paragraf. Selain itu, keberadaan teks model juga membantu
mengurangi kesulitan siswa dalam
menuangkan gagasannya menjadi sebuah tulisan yang runtut dan padu. Oleh karena itu, siswa akan menjadi lebih terampil dalam menulis khususnya menulis cerpen.
Pemodelan pada dasarnya
membahasakan yang dipikirkan,
menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan yang diinginkan guru agar
dilakukan oleh siswanya. Rusman
(2010:208) mengemukakan bahwa adanya teknik pemodelan ini dilatarbelakangi oleh
permasalahan-permasalahan seperti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan siswa semakin berkembang dan beraneka. Ini sebabnya dikatakan bahwa guru tidak lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa karena teknik pemodelan juga dapat membantu dalam mengatasi keterbatasan yang dimiliki
guru. Dengan adanya model, akan
mempermudah para administrator apabila
menemukan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan terasa adanya
ketidakefektifan dan ketidakproduktifan.
Walaupun banyak kegunaan suatu model, Rosiadi (2012:4) mengemukakan bahwa terdapat kelemahan dalam penggunaan teknik pemodelan, yaitu dapat menjadikan
seseorang kurang berinisiatif dalam
mengkreasikan kegiatan-kegiatan.
Dipilihnya SMP Negeri 1 Negara
sebagai tempat penelitian karena
berdasarkan observasi awal dan
wawancara yang dilakukan di sekolah tersebut, terlihat keberhasilan guru bahasa Indonesia menerapkan teknik pemodelan dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa. Hal ini terlihat dari kemauan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kemampuan siswa dalam memahami teks model yang diberikan oleh guru juga disertai nilai dan hasil tulisan yang maksimal. Diperoleh informasi bahwa 38 siswa di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara
mendapat skor sesuai KKM yaitu 78. Itu
menandakan bahwa ketuntasan
pembelajaran menulis cerpen telah
tercapai. Berdasarkan hal itu, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara sudah baik. Harapan peneliti setelah
dilaksanakannya penelitian ini dapat
memberikan sumbangan kepada peneliti
dan peneliti lain berupa cara
mengimplementasikan teknik pemodelan saat pembelajaran berlangsung.
Ada dua penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain terkait dengan penerapan teknik pemodelan. Penelitian pertama, yakni “Penerapan
Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan
Kemampuan Menyunting Karangan
Argumentasi Siswa Kelas XD SMA Negeri 1 Selemadeg” yang dilakukan oleh Ni Wayan Wina Noviantari pada tahun 2013. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan teknik
pemodelan dapat meningkatkan
kemampuan menyunting karangan
argumentasi siswa kelas XD SMA Negeri 1 Selemadeg. Penelitian lain, “Penerapan Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu” yang dilakukan oleh Ni Kadek Ina Suryani pada tahun 2014. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa penerapan teknik
pemodelan dapat meningkatkan
keterampilan menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu dan respons siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui penerapan teknik pemodelan sangat positif.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat
pemikiran untuk mendeskripsikan
penerapan teknik pemodelan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang
digunakan guru untuk meningkatkan
kemampuan menulis cerpen. Selain itu, sangat menarik dilakukan guna melengkapi sisi lain penelitian-penelitian tersebut. Maka dari itu, diangkat sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Pemodelan dalam Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara”.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah (1)bagaimanakah
langkah-langkah pembelajaran yang
ditempuh oleh guru dalam menerapankan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara? (2) bagaimanakah
prestasi menulis cerpen dengan
menerapkan teknik pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara? (3) bagaimanakah respons siswa terhadap
penerapan teknik pemodelan dalam
pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara? tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1)
mendeskripsikan langkah-langkah
pembelajaran yang ditempuh oleh guru
dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara, (2) mendeskripsikan prestasi menulis cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1
Negara, (3) mendeskripsikan respons
terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara.
METODE PENELITIAN
Dalam pemecahan masalah
diperlukan penyelidikan yang hati-hati dan
terus-menerus, sedangkan untuk
mengetahui bagaimana seharusnya
langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data skunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa factor-faktor yang berhubungan dengan
pokok-pokok permasalahan sehingga akan
terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.
Sugiyono (2010:2) menjelaskan
metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut,
Wirartha (2006:68) mengungkapkan
metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan
mencari, mencatat, merumuskan,
menganalisis sampai menyusun laporan) berdasarkan fakta-fakta atau gejala secara ilmiah.
Penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Rancangan penelitian deskriptif kualitatif adalah rancangan yang digunakan untuk mengungkapkan fenomena yang terjadi pada saat penelitian ini berlangsung.
Penelitian ini diajukan untuk
mendeskripsikan penerapan teknik
pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen.Sedangkan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif merupakan rancangan
penelitian yang mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena atau variabel yang diperoleh dalam bentuk angka.
Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan, rancangan penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan penerapan teknik
pemodelan dalam pembelajaran menulis
cerpen di SMP Negeri 1 Negara.
Penggunaan rancangan penelitian deskriptif kualitatif memberikan gambaran secara sistematis, akurat, dan lebih menekankan pada data faktual, sedangkan penggunaan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif
dipilih untuk menggambarkan terkait
prestasi dan respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan. Jadi, dalam
penelitian ini digunakan rancangan
deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisa tentang kualitas dan kuantitas yang akan dihasilkan dalam penelitian ini.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIK di SMP Negeri 1 Negara dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIIIK di SMP Negeri 1 Negara. Objek
penelitian yang penulis teliti adalah
penerapan teknik pemodelan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama metode observasi. Observasi memungkinkan untuk merasakan sesuatu yang dirasakan dan
dihayati oleh subjek sehingga
memungkinkan pula mereka menjadi
sumber data. Pemilihan metode observasi ini dilakukan, karena keinginan menemukan
hal-hal di luar persepsi responsden
sehingga diperoleh gambaran yang lebih komperehensif. Jenis metode observasi yang digunakan adalah observasi tanpa partisipasi atau nonpartisipan. Artinya, peneliti memang hadir dalam kegiatan, namun peneliti tidak aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Singkatnya, peneliti hanya mengamati
penerapan teknik pemodelan dalam
pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara dengan menggunakan catatan dan rekaman dalam rangka mengumpulkan informasi untuk menjawab rumusan masalah pertama.
Metode pengumpulan data kedua yaitu metode tes. Metode tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian berupa penugasan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga
menghasilkan skror mengenai prestasi siswa. Dalam penelitian ini, metode tes ini digunakan untuk memecahkan masalah kedua, yakni untuk mengetahui menulis
cerpen dengan menerapkan teknik
pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara.
Tes yang digunakan dalam
pengumpulan data ini adalah tes tertulis berupa menulis cerpen. Guru pengajar melakukan evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Data yang dihasilkan dari tes menulis cerpen merupakan data
kuantitatif yang dianalisis secara
kuantitatif.Penggunaan metode ini
bertujuan mengetahui kemampuan siswa dalam menulis.
Metode pengumpulan data terakhir yaitu metode kuesioner. Metode Kuesioner
diperlukan dalam pengumpulan data
tentang respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran
menulis cerpen .Ini berarti metode
kuesioner digunakan untuk mendapatkan data permasalahan ketiga yakni respons siswa.Instrumen yang digunakan dalam
metode kuesioner adalah pedoman
kuesioner berupa angket respons yang bersifat tertutup.
Dalam penelitian ini digunakan instrumen lembar observasi dan alat
perekam (handycam atau HP) untuk
metode observasi. Guna mendapat data yang relevan, peneliti mengamati teknik guru dalam pembelajaran menulis dari awal
hingga akhir pembelajaran dengan
merekamnya. Perekaman dilakukan
dengan merekam seluruh kegiatan
pembelajaran dengan memanfaatkan alat
perekam (handycam atau HP).
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui prestasi siswa dalam menulis cerpen. Dalam metode ini digunakan pedoman penugasan untuk mengukur kemampuan menulis siswa. Selain metode observasi dan metode tes, digunakan juga kuesioner dalam penelitian ini yang digunakan untuk mendapatkan data berupa respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan.
.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Teknik deskriptif
kualitatif dilakukan dengan cara
menggambarkan atau menyampaikan data
dengan menggunakan uraian naratif
ataupun penggambaran kata-kata
mengenai penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara secara jelas.
Sedangkan analisis data deskriptif
kuantitatif dilakukan dengan cara
menggambarkan fenomena atau variabel yang diperoleh dalam bentuk angka. Data yang diperoleh selanjutnya dihitung atau diolah berdasarkan statistik deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mencakup tiga hal, yaitu (1) langkah-langkah pembelajaran
yang ditempuh oleh guru dalam
menerapankan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara, (2) prestasi menulis cerpen dengan menerapkan teknik pemodelan pada siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara, (3) respons terhadap
penerapan teknik pemodelan dalam
pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara. Langkah-langkah yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan salam dan
mengecek kehadiran siswa, 2. Guru memberikan apersepsi,
3. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran,
4. Guru menyampaikan penjelasan terkait kegiatan menulis cerpen,
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami penjelasan dari
guru terkait dengan materi yang
diberikan,
6. Guru bertanya kepada siswa mengenai pengetahuan siswa tentang cerpen 7. Guru memberikan contoh (model) cerita
pendek,
8. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa terkait dengan unsur-unsur yang terdapat dalam contoh (model) cerpen yang diberikan,
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berdiskusi tentang unsur-unsur yang terkandung dalam cerpen,
10. Guru mengamati pelaksanaan diskusi
dan memberikan bimbingan serta
arahan kepada siswa,
11. Guru menugaskan siswa untuk menulis cerpen dengan bantuan contoh (model) yang sudah diberikan oleh guru,
12. Guru menyuruh siswa untuk
mengumpulkan hasil tulisan,
13. Guru melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam menulis cerpen,
14. Guru memberikan umpan balik
terhadap kegiatan menulis cerpen, 15. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan serta
mengevaluasi pembelajaran,
16. Guru memberikan penghargaan
terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen, 17. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
Pada intinya, implementasi teknik pemodelan yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004:25) dalam pembelajaran menulis cerpen sudah dilakukan oleh guru, dimulai
dengan merancang kegiatan utama
pembelajaran yang sesuai dengan
kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.
Dalam penelitian ini dilakukan tes berupa menulis cerpen untuk mengetahui
prestasi siswa. Kemudia dilakukan
penilaian dengan menggunakan empat criteria penilaian yang sudah diterapkan. Keempat kriteria penilaian itu adalah (1) kelengkapan aspek formal cerpen (judul cerpen, nama pengarang, dialog, narasi),
(2) kelengkapan unsur cerpen
(tokoh/penokohan, alur, sudut pandang, gaya bahasa, pengembangan tema yang relevan dengan judul), (3) keterpaduan unsur cerpen (kaidah plot dan penahapan plot, dimensi tokoh, dimensi latar) dan (4) kesesuaian penggunaan bahasa (keajegan penulisan, ragam bahasa yang digunakan tokoh). Bentuk tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa adalah
menulis cerpen dengan tema bebas.
Dari hasil tes yang telah dilakukan di kelas VIIK diperoleh skor rata-rata kelas yaitu 82,92 dengan kategori baik. Dengan demikian, dapat digambarkan bahwa dari
keseluruhan siswa kelas VIIK yang
berjumlah 36 orang siswa, diperoleh 11 orang siswa (30,56%) yang diraih oleh
siswa dengan nomor absen 1, 6, 7, 9, 12, 14, 16, 28, 29, 35, dan 36 mendapat nilai sangat baik dan 25 orang siswa (69,44%)
mendapat nilai dengan kategori baik.
Dari 36 siswa yang mengikuti tes, hanya 1 siswa yang mendapat nilai sangat baik yakni 92 yang diraih oleh siswa nomor absen 16 dengan cerpen yang berjudul “Misteri Gubuk Tua”. Ini juga merupakan
usahanya sendiri yang dimulai dari
mengapresiasi karya sastra, sehingga ia bisa menemukan hal-hal apa saja yang harus ditampilkan dalam karya sastra. Hasil menulis cerpennya sudah me nunjukkan adanya organisasi struktur pembangun cerpen yang saling berkaitan. Ceritanya tidak monoton, konflik yang ditampilkan juga sudah sesuai dengan suasana atau latar yang mendukung dalam cerita, dan penggunaan narasi dan dialog mampu membuat karakter tokoh menjadi seolah-olah hidup di dalam cerpen. Alur yang ditampilkan dalam cerpen dimulai dari pemaparan, penampilan masalah, masalah
memuncak, puncak ketegangan,
ketegangan menurun, dan bagian akhir. Tema dalam cerpen yang ditulisnya juga sudah relevan dengan judul. Perolehan skor berkategori baik diperoleh oleh 25 orang siswa. Mereka yang mendapatkan
kategori baik bersungguh-sungguh,
berantusias, dan memperhatikan saat
pelaksanaan pembelajaran yang telah diberikan oleh guru. Mereka selalu aktif
untuk bertanya mengenai
kesulitan-kesulitan yang dijumpai ketika proses
pembelajaran. Mereka mengajukan
pertanyaan kepada guru tidak hanya pada saat jam pembelajaran berlangsung, namun di luar jam pelajaran mereka pun aktif untuk bertanya terkait dengan pembelajaran cerpen.
Data tersebut mengindikasi bahwa
pemodelan dapat membantu dalam
mencapai ketuntasan hasil belajar siswa hususnya dalam menulis cerpen. Sejalan dengan pendapat Tarigan (1986:192) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang berupa model (contoh) digunakan untuk memudahkan dan mempercepat proses belajar mengajar. Hal itu terbukti
setelah digunakannya model (contoh)
cerpen, siswa lebih mudah menangkap materi pelajaran, sehingga secara tidak
langsung akan mempercepat proses belajar mengajar. Siswa juga merespons sangat
positif terhadap penerapan teknik
pemodelan yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Hal ini terbukti dari hasil yang menunjukkan sebanyak 36 siswa yang mengisi angket, ada 11 orang siswa (30.56%) merespons sangat setuju dan 25 orang siswa (69.44%)
merespons setuju. Tidak ada siswa (0%)
yang memberikan pendapat kurang setuju ,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju
terhadap pernyatan nomor (1)
Pembelajaran ini membuat saya lebih aktif di kelas.
Untuk pernyataan mengenai
pembelajaran tersebut dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang dismak, diperoleh hasil sebanyak 15 orang
siswa (41.67%) menyatakan sangat setuju
dan 21 orang siswa (58.33%) yang
menyatakan setuju. Tidak ada siswa (0%)
yang merespons kurang setuju, tidak
setuju, dan tidak setuju.
Selanjutnya, 16 orang siswa
(44.44%) merespons sangat setuju, dan 20
orang siswa (55.56%) merespons setuju
terhadap penyataan ketiga yaitu setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa merasa suasana kelas sangat menyenangkan. Tidak ada siswa (0%) yang merespons kurang setuju, tidak setuju, dan tidak setuju.
Kemudian, pernyataan keempat
yakni pembelajaran yang diterapkan guru sangat bermanfaat bagi siswa. Dari 36 siswa, diperoleh hasil 20 orang siswa
(55.56%) merespons sangat setuju dan 16
orang siswa (44.44%) merespons setuju.
Tidak ada siswa (0%) yang merespons kurang setuju, tidak setuju, dan tidak setuju terhadap pernyataan keempat.
Demikian pula dengan pernyataan kelima yakni Pembelajaran ini mampu meningkatkan keterampilan siswa. Tercatat 10 orang siswa (27.78%) memberikan
respons sangat setuju dan 26 orang siswa
(72.22%) memberikan respons setuju
terhadap pernyataan tersebut. Sedangkat
pendapat kurang setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju tidak ada siswa (0%) yang merespons.
Pada pernyataan terakhir mengenai pembelajaran ini membuat siswa bisa
berinteraksi dengan teman lain terdapat 21 orang siswa (58.33%) yang merespons sangat setuju dan 15 orang siswa (41.67%)
memberikan respons setuju. Sementara
pendapat kurang setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju tidak ada siswa (0%) yang memberikan respons.
Berdasarkan rekapitulasi respons
siswa terhadap pembelajaran cerpen, 31 orang siswa (86.11%) memberikan respons sangat positif, 5 orang siswa (13.89%)
memberikan respons positif, dan tidak ada
siswa (0%) yang memberikan respons cukup positif, kurang positif, dan sangat kurang positif terhadap teknik pemodelan yang diterapkan guru dalam pembelajaran menulis cerpen.
PENUTUP
Ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, terdapat 16 langkah-langkah penerapan teknik pemodelan yang sangat efektif dalam pembelajaran menulis cerpen:
1. Guru menyampaikan salam dan
mengecek kehadiran siswa, 2. Guru memberikan apersepsi,
3. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran,
4. Guru menyampaikan penjelasan terkait kegiatan menulis cerpen,
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami penjelasan dari
guru terkait dengan materi yang
diberikan,
6. Guru memberikan contoh (model) cerita pendek,
7. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa terkait dengan unsure-unsur yang terdapat dalam cerpen,
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan berdiskusi tentang unsur-unsur yang terkandung dalam cerpen,
9. Guru mengamati pelaksanaan diskusi
dan memberikan bimbingan serta
arahan kepada siswa,
10. Guru menugaskan siswa untuk menulis cerpen dengan bantuan contoh (model) yang sudah diberikan oleh guru,
11. Guru menyuruh siswa untuk
12. Guru melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam menulis cerpen,
13. Guru memberikan umpan balik
terhadap kegiatan menulis cerpen, 14. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah dilaksanakan serta
mengevaluasi pembelajaran,
15. Guru memberikan penghargaan
terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen, 16. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
Kedua, Melalui proses belajar
mengajar yang baik dan terencana, hasil pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara dengan penerapan teknik pemodelan memperoleh hasil yang baik. Hal itu dapat diketahui dari adanya skor rata-rata siswa 82,92 dengan kategori baik. Dengan demikian, ketuntasan klasikal yang dicapai oleh siswa sudah memenuhi tuntutan kurikulum atau sesuai
dengan yang diharapkan. Ketiga,
Penerapan teknik pemodelan dalam
pembelajaran menulis cerpen di kelas VIIK SMP Negeri 1 Negara menumbuhkan respons positif terhadap pelajaran bahasa
Indonesia. Sebagian besar siswa
memberikan respons sangat positif
terhadadap tindakan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dari perolehan skor rata-rata respons siswa yaitu 267,22 yang tergolong sangat positif. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena diterapkannya teknik pemodelan.
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) teknik pemodelan
dapat mengembangkan aktivitas
berkarakter dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka sebaiknya guru dapat
menerapkannya sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran, (2) bagi guru yang akan menerapkan teknik pemodelan
ini sebaiknya meperhatikan dan
mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru
juga hendaknya benar-benar
mempersiapkan waktu dengan baik,
menguasai materi, bisa mengelola kelas dengan baik, dan mampu bertindak cepat untuk bisa menyiasati kondisi di luar
kegiatan yang sudah direncanakan, (3) kepada peneliti lain, paparan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam meneliti masalah lain yang sejenis dengan penelitian ini secara lebih lanjut. Peneliti meyakini bahwa dalam penelitian ini masih ada hal yang belum dibahas dan
belum diselesaikan. Oleh sebab itu,
diharapkan pengadaan penelitian lanjutan
yang sejenis dengan penelitian ini,
sehingga diperoleh hasil yang lebih
meyakinkan serta sebagai sumbangan bagi guru untuk bahan kajian dan peningkatan mutu pendidikkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra
Indonesia. Jakarta: Erlangga
.
Jacob, Sumardjo. 2001. Beberapa
Petunjuk Menulis Cerpen. Bandung: Mitra Kencana.
Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut
Membaca Realitas dengan Kritis.
Yogyakarta: Kanisius.
Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan
Pengalaman dalam Cerpen.
Rembang:Yayasan Adhigama.
Nurhadi.2004. Membaca Cepat dan
Efektif.Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Nurhadi. 2014. Pembelajaran Kontekstual
dan Penerapan dalam KBK. Surabaya:
Usaha Nasional.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian
dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Rosiadi, Dini. 2012. Model Pembelajaran
Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2010. Model-model
Pembelajaran. Bandung: PT Mulia
Mandiri Pers Sastra. Yogyakarta:
BPFE.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Cv.Alfabeta.
Tarigan, Hendry Guntur. 1986. Menulis
sebagai Suatu Keterampilan