i
UANG BEREDAR TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH
REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA DENGAN INFLASI
SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
NILA AFIYATUL MARDHIYAH
NIM 21313016
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iii
UANG BEREDAR TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH
REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA DENGAN INFLASI
SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
NILA AFIYATUL MARDHIYAH
NIM 21313016
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Selalu Berucap “Bismillah” pada setiap langkah dan berdoa semoga
Allah meridhoi.
PERSEMBAHAN
ix
بِـسْ بِ رَّلا بِ سْ رَّلا بِا بِـــــــــــــــــــسْ بِ
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan dapat
penulis susun dalam laporan Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kurs,
Indeks Harga Saham Gabungan, Jakarta Islamic Index, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia dengan Inflasi
sebagai Variabel Moderasi” dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa
bimbingan dari berbagai pihak, Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga sekaligus dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. Ketua Program Studi S1 Perbankan
Syariah.
4. Bapak/Ibu dosen atas ilmu yang diberikan.
5. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah bekerja keras untukku,
mendoakanku, dan menjadi orang tua yang luar biasa.
Semoga semua amal baik mereka dicatat sebagai amalan yang terbaik oleh
Allah SWT, Amin. Akhirnya harapan peneliti semoga apa yang terkandung dalam
x
ABSTRAK
Mardhiyah, Nila Afiyatul. 2017. Analisis Pengaruh Kurs, Indeks Harga Saham Gabungan, Jakarta Islamic Index, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia dengan Inflasi sebagai Variabel Moderasi pada Periode 2012-2016. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Anton Bawono, M.Si.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh perkembangan Reksa Dana Syariah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat setiap tahunnya. Namun pertumbuhan Reksa Dana Syariah dari tahun ke tahun secara keseluruhan ukurannya masih tergolong kecil dibandingkan dengan Reksa Dana Konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Kurs, Indeks Harga Saham Gabungan, Jakarta Islamic Index dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah dengan Inflasi sebagai Variabel Moderasi. Metode pengumpulan data melalui observasi tidak langsung. Dengan pengambilan Sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu Eviews 7.1. Analisis ini meliputi uji stasioneritas, uji regresi berganda, uji statistik (Uji Ttest serta koefisien determinan (R2)), serta uji asumsi klasik. Pada penelitian ini terjadi gejala multikolonieritas diantara variabel independen sehingga penulis mengeluarkan beberapa variabel dari model persamaan regresi dengan maksud mendapatkan persamaan terbaik. Dan variabel independen yang tersisa adalah Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Harga Saham Gabungan dimoderasi oleh Inflasi. Hasil uji Ttest menunjukkan variabel Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. Dan variabel Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah dengan dimoderasi oleh variabel Inflasi pada alpha 5%.
xi
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAAN ... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Kegunaan Penelitian... 13
E. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II ... 16
LANDASAN TEORI ... 16
A. Telaah Pustaka ... 16
B. Kerangka Teori... 24
1. Pasar Modal Syariah ... 24
2. Reksa Dana Syariah ... 25
3. Nilai Aktiva Bersih ... 31
xii
7. Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 35
8. Inflasi ... 36
C. Kerangka Penelitian ... 38
D. Hipotesis ... 39
BAB III ... 47
METODE PENELITIAN ... 47
A. Jenis Penelitian ... 47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48
C. Populasi dan Sampel ... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ... 50
E. Definisi Konsep dan Operasional ... 50
1. Variabel Independen ... 50
2. Variabel Dependen ... 55
F. Instrumen Penelitian... 55
1. Uji Stasioneritas ... 56
2. Analisis Regresi Berganda ... 57
3. Uji Statistik ... 59
4. Uji Asumsi Klasik ... 60
G. Alat Analisis ... 64
BAB IV ... 66
ANALISIS DATA ... 66
A. Deskripsi Objek Penelitian ... 66
B. Analisis Data ... 66
1. Uji Stasioneritas ... 66
2. Uji Regresi Berganda ... 68
xiii
BAB V ... 93
PENUTUP ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95
LAMPIRAN ... 100
DECLARATION ... 129
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... 130
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbedaan Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana Konvensional...2
Tabel 1.3 Jumlah Reksa Dana Syariah dan Total Reksa Dana...6
Tabel 2.1. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya...20
Tabel 3.1 Data yang Digunakan dalam Penelitian...47
Tabel 3.2 Data Reksa Dana Syariah yang Beredar...49
Tabel 3.3 Jenis-Jenis Variabel Moderator...58
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Unit Root pada Level...67
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Unit Root pada 1st Difference...67
Tabel 4.3 Hasil Uji Regresi berganda...69
Tabel 4.5 Hasil Uji White ...77
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi...79
Tabel 4.7 Perbandingan Nilai R-Squared...80
Tabel 4.8 Perbandingan R-Squared setelah Pengobatan...81
Tabel 4.9 Uji Linieritas...82
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Berganda Setelah Penyembuhan...84
xv
DAFTAR GAMBAR
Diagram 1.2 Grafik Perkembangan Reksa Dana Syariah dari Tahun 2010 hingga
2016...5
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian...38
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan
prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi perdagangan surat berharga di
pasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat Islam (Manan,
2009: 77). Definisi pasar modal sesuai dengan undang-undang nomor 8
tahun 1995 tentang pasar modal (UUPM) adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Berdasarkan definisi tersebut,
terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam
pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah
bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara
keseluruhan. Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki
perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa
karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan
mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
Tabel 1.1 Perbedaan Reksa dana Syariah dengan Reksa dana Konvensional
Perbedaan Reksa dana
Konvensional
Reksa dana syariah
Tujuan investasi Memperoleh pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang
Memperoleh pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang berdasarkan syariah Islam Time horizon Long Medium to long
Kebijakan investasi Seluruh investasi yang menunjang investasi
Investasi pada aset yang sesuai dengan anjuran dewan syariah Strategi portofolio Strategi analisis
sekuritas
Dibandingkan dengan Jakarta Islamic Index (JII)
Proses filterisasi Tidak ada proses filterisasi Ada proses filterisasi Sumber: Rahmah (2016:24-25)
Reksa dana adalah satu bentuk investasi kolektif yang
memungkinkan bagi investor yang memiliki tujuan investasi sejenis untuk
mengumpulkan dananya, agar dapat diinvestasikan dalam bentuk
portofolio oleh manajer investasi. Dalam bahasa inggris reksa dana dikenal
dengan sebutan “unit trust”, “mutual fund” atau “investmen fund”. Reksa dana syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh National Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity, kapitalisasi modal US$ 150 juta. Sedangkan di Indonesia reksa dana syariah pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1998 oleh PT Danareksa Investment Manajement, dimana pada waktu itu PT Danareksa mengeluarkan produk berprinsip Syariah berjenis dana reksa campuran yang dinamakan
Danareksa Syariah Berimbang (Manan, 2009: 150). Selanjutnya, Bursa
Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT.
(JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor
yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya
indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang
dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip Syariah
(www.ojk.go.id).
Manfaat umum reksa dana adalah seperti terungkap dalam
peribahasa “not putting all the egg of investment in one basket or
spreading the risk”. Prinsip investasi pada reksa dana adalah mendiversifikasi investasi atau membagi-bagi risiko investasi pada
beberapa instrumen investasi yang diperdagangkan, baik di pasar modal
maupun di pasar uang (Untung, 2011: 212).
Menurut Samsul (2006: 200) Faktor makro merupakan faktor yang
berada di luar perusahaan tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan
atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Faktor makro terdiri dari makro ekonomi dan makro
nonekonomi. Faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain:
tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan,
kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu,
Kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi, faham ekonomi, dan
peredaran uang. Perubahan faktor makro ekonomi tidak akan seketika
panjang. Sebaliknya, harga saham akan terpengaruh dengan seketika oleh
perubahan faktor makro ekonomi karena para investor lebih cepat
bereaksi.
Menurut Ang (1997: 18.23), terdapat faktor-faktor yang
memengaruhi return suatu investasi. Pertama, faktor internal perusahaan seperti kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya,
struktur hutang perusahaan, dan sebagainya. Kedua menyangkut faktor
eksternal, misalnya pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan
sektor industrinya, faktor ekonomi misalnya terjadinya Inflasi, perubahan
nilai Kurs, dan sebagainya.
Melalui POJK Nomor 19 /POJK.04/2015 mengenai penerbitan dan
persyaratan reksa dana syariah, manajer investasi dapat membuat produk
efek berbasis asing dengan ketentuan 51% hingga 100% aset dasar
ditempatkan pada efek Syariah asing. Salah satu tujuan dari aturan ini
adalah untuk meningkatkan daya saing Pasar Modal Syariah Indonesia
guna menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Reza Priyambada
selaku reseach analyst PT. NH Korindo Securitas Indonesia menambahkan bahwa Indonesia berpeluang lebih unggul dalam
memasarkan berbagai produk dalam hal Reksa dana
Sumber: situs resmi ojk (2017)
Diagram 1.2 Grafik Perkembangan Reksa dana syariah dari Tahun 2010 hingga 2016
Berdasarkan perkembangannya dari tahun ke tahun, reksa dana
syariah dibandingkan dengan industri reksa dana secara keseluruhan
ukurannya masih tergolong sangat kecil. Pada tahun 2003, jumlah reksa
dana syariah yang tercatat baru berjumlah 4 perusahaan dengan nilai
aktiva bersih sebesar Rp 67 milyar, sangat kecil apabila dibandingkan
dengan total reksa dana yang ada yang berjumlah 186 perusahaan dengan
nilai aktiva bersih sebesar Rp 69,447 triliun. Namun reksa dana sendiri
memiliki pertumbuhan yang sangat pesat setiap tahunnya. Hingga awal
tahun 2012, nilai aktiva bersih reksa dana syariah tercatat sebesar Rp
5,666 triliun atau tumbuh sebesar 8.465 persen dibandingkan dengan nilai
Tabel 1.3 Jumlah Reksa dana syariah dan Total Reksa dana
Tahun Jumlah reksa dana
Perbandingan nilai aktiva bersih (Rp. Miliar)
Syariah Total Syariah Total
2012 58 754 8.050,07 212.592,04
2013 65 823 9.432,19 192.544,52
2014 74 894 11.158,00 241.462,09
2015 93 1091 11.019,43 271.969,00 2016 136 1425 14.914,63 338.749,80 Sumber : situs resmi ojk (2016), data diolah
Tabel 1.3 memperlihatkan perkembangan reksa dana syariah di
Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, yang tercermin dari
nilai aktiva bersih reksa dana syariah. Pada tahun 2016 nilai aktiva bersih
reksa dana syariah mencapai Rp 14.914,63 miliar atau meningkat 85,27%
dibandingkan dengan nilai aktiva bersih reksa dana syariah pada tahun
2012, yakni Rp 8.050,07 miliar. Jumlah reksa dana syariah selama lima
tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Sampai dengan akhir tahun
2016, jumlah reksa dana syariah mencapai 136 reksa dana syariah atau
meningkat sebesar 134,48% dibanding dengan jumlah reksa dana syariah
pada tahun 2012, yaitu 58 reksa dana syariah.
Penelitian Kasyfurrohman Ali dan Irfan Syauqi Beik dalam artikel
yang dimuat dalam Harian Republika pada 23 Agustus 2012 (2012: 16)
menjelaskan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek dengan korelasi positif terhadap nilai aktiva bersih reksa dana
syariah, hal ini terjadi karena ketika inflasi mengalami peningkatan, maka
bank sentral akan merespon dengan menaikkan suku bunga dan bonus
Kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi para investor
yang menginginkan return yang tinggi dengan berinvestasi pada reksa
dana syariah, sehingga nilai aktiva bersih reksa dana syariah mengalami
peningkatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi memiliki hubungan
untuk memperkuat nilai aktiva bersih reksa dana syariah.
Menurut Manurung (1996) dalam Saraswati (2013: 49-50),
peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan
dapat melebarkan ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya
meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan
merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga
berdampak positif terhadap harga saham.
Harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor, baik makroekonomi
maupun mikroekonomi. Suatu faktor atau variabel memiliki pengaruh
yang tidak sama terhadap jenis saham, yaitu dapat positif atau negatif.
Harga saham juga dipengaruhi oleh siklus ekonomi yang sedang
berlangsung. Dalam siklus recovery dan siklus expansion harga saham cenderung mengalami peningkatan. Sementara dalam siklus resesi dan
siklus depresi harga saham cenderung mengalami penurunan (Samsul,
Ketika jumlah uang beredar dimasyarakat semakin bertambah
sehingga ekspektasi harga-harga barang dan jasa akan naik (inflasi)
mengakibatkan tingkat suku bunga deposito dalam perekonomian
menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito menyebabkan
masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya dipasar saham
dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga
akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di pasar modal. Hal
ini juga menyebabkan meningkatnya nilai aktiva bersih reksa dana karena
pengelolaan dana investasi reksa dana sebagian dialokasikan pada saham
(Saraswati, 2013: 50).
Beberapa peneliti yang juga meneliti mengenai reksa dana syariah,
di antaranya Iza Nur Aviva (2016) dengan penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Jumlah uang beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai aktiva bersih reksa dana syariah Periode 2011-2015. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan
Jakarta Islamic Index secara bersamaan mempengaruhi nilai aktiva bersih reksa dana syariah. Hasilnya juga menunjukkan bahwa jumlah uang
beredar secara negatif mempengaruhi nilai aktiva bersih reksa dana
syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdampak negatif
terhadap nilai aktiva bersih reksa dana syariah, dan Jakarta Islamic Index
Penelitian Kasyfurrohman Ali (2012) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Reksa dana syariah di Indonesia, metode: Vector Autoregression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel SBI, SBIS, Kurs, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) signifikan berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih
reksa dana syariah.
Imam Wiradiyasa (2016) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, dan Kurs Terhadap Kinerja Reksa dana syariah di Indonesia (Periode Waktu Tahun 2010-2014). Hasil analisis yang dilakukannya menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh
terhadap kinerja reksa dana syariah sedangkan variabel lainnya yaitu suku
bunga SBI berpengaruh secara negatif dan variabel Kurs berpengaruh secara positif.
Fitria Saraswati (2013) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah uang beredar Terhadap Nilai aktiva bersih reksa dana syariah. Hasil penelitiannya menunjukkan SBIS, inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah
uang beredar secara simultan berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih
reksa dana syariah. Secara parsial SBIS tidak berpengaruh terhadap Nilai
aktiva bersih reksa dana syariah Inflasi tidak berpengaruh terhadap Nilai
terhadap nilai aktiva bersih reksa dana syariah. Jumlah uang beredar
berpengaruh positif terhadap Nilai aktiva bersih reksa dana syariah.
Analisis yang dilakukan Apriliana Ika Kusumanisista (2014:
103-105), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai aktiva bersih reksa dana Manulife Syariah Sektor Amanah pada PT.Manulife Aset Manajemen Indonesia, menemukan bahwa SBIS, Inflasi dan indeks Jakarta Islamic Index mempunyai pengaruh positif terhadap nilai aktiva bersih. Sedangkan return dan risiko
tidak berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih reksa dana syariah.
Dalam penelitian ini selain ingin membuktikan kebenaran dari
hasil penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti juga menambahkan
variabel moderasi yaitu Inflasi yang akan menghubungkan Kurs, Indeks Harga Saham Gabungan, Jakarta Islamic Index, dan Jumlah Uang Beredar dengan nilai aktiva bersih reksa dana syariah sebagai variabel baru yang
ingin di ujicoba.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh
Kurs, Indeks Harga Saham Gabungan, Jakarta Islamic Index, dan
Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana
Syariah di Indonesia dengan Inflasi sebagai Variabel Moderasi pada
Periode 2012-2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
uang beredar terhadap reksa dana syariah di Indonesia dengan inflasi
sebagai variabel moderasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh Kurs terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah?
2. Bagaimana pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah?
3. Bagaimana pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah?
4. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah?
5. Bagaimana pengaruh Kurs terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang dimoderasi oleh Inflasi?
6. Bagaimana pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang dimoderasi oleh
Inflasi?
7. Bagaimana pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang dimoderasi oleh Inflasi?
8. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang dimoderasi oleh
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisi pengaruh Kurs terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah.
2. Menganalisi pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah.
3. Menganalisi pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah.
4. Menganalisi pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah.
5. Menganalisi pengaruh Kurs terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang dimoderasi oleh Inflasi.
6. Menganalisi pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang
dimoderasi oleh Inflasi.
7. Menganalisi pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang dimoderasi oleh
Inflasi.
8. Menganalisi pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah yang dimoderasi oleh
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
bagi pemerintah, bagi akademisi, manajer investasi, pembaca, dan penulis
pada khususnya. Manfaat-manfaat tersebut di antaranya:
1. Bagi pemerintah, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
melakukan kebijakan yang tepat dalam mengembangkan Reksa dana
syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat membuat kebijakan yang
bisa menumbuhkan Reksa dana syariah lebih baik lagi.
2. Bagi para akademisi, penelitian ini bisa dijadikan tambahan referensi
dan pengetahuan tentang Reksa dana syariah dan bisa menjadi bahan
pertimbangan untuk penelitan selanjutnya dengan menganalisis
faktor-faktor lainnya untuk keberlanjutan pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK).
3. Bagi manajer investasi, diharapkan dapat memberikan masukan
tentang kinerja Portofolio yang telah dibentuk.
4. Bagi penulis sendiri, bisa menambah pengetahuan dan motivasi untuk
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ekonomi Syariah,
terutama Reksa dana syariah.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi dari skripsi
ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif dan sistematis. Bagian inti
Metode Penelitian, Analisis Data dan Penutup. Rincian dari tiap-tiap bab
diuraikan pada pembahasana berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta
sistematika penulisan. Dalam bab ini diuraikan latar belakang penelitian
pengaruh Kurs, IHSG, JII, dan JUB terhadap Reksa dana syariah di Indonesia dengan Inflasi sebagai variabel moderasi periode 2012-2016.
Selain itu juga diuraikan mengenai rumusan masalah yang akan dijadikan
dasar dari penelitian ini.
Bab II Landasan Teori. Bab ini menjelaskan telaah pustaka berupa
penjabaran teori-teori yang mendukung perumusan hipotesis serta
membantu dalam analisis hasil penelitian lainnya. Didalamnya juga terdapat
hasil penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini. Bab ini
juga akan menjelaskan tentang kerangka pemikiran penelitian yang akan
diteliti serta hipotesis yang timbul dan pemikiran tersebut.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisikan deskripsi bagaimana
penelitian akan dilakukan secara operasional. Bab ini akan menjelaskan
mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep dan
operasional, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian, serta alat analisis
Bab IV Analisis Data. Memperlihatkan deskripsi objek penelitian
dengan metode-metode analisis yang akan dilakukan selama penelitian
serta hasil dari penelitian-penelitian tersebut.
Bab V Penutup. Bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan hasil
penelitian dan saran untuk penelitian sejenis selanjutnya. Serta bagian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Menurut Wiradiyasa (2016), untuk dapat melihat perkembangan
reksa dana syariah dapat di presentasikan dengan perkembangan nilai
aktiva bersih reksa dana syariah dari tahun ke tahun. Jadi, nilai aktiva
bersih adalah salah satu tolak ukur dalam memantau perkembangan suatu
reksa dana. Menurut Gani (2013) nilai aktiva bersih adalah indikator
dalam menentukan harga beli maupun harga jual dari setiap unit
penyertaan reksa dana. Perubahan dalam nilai aktiva bersih dapat
dijadikan sebagai indikator kinerja suatu reksa dana apakah nilainya
positif atau negatif. Dalam Rinayanti et. al., (2016) menjelaskan bahwa
nilai aktiva bersih adalah nilai aktiva reksa dana setelah dikurangi dengan
nilai kewajiban reksa dana tersebut. Besarnya nilai aktiva bersih bisa
berfluktuasi setiap hari tergantung dari perubahan nilai efek dari
portofolionya (Aviva, 2016: 1).
Penelitian mengenai pengaruh Kurs, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian ini antara lain:
1. Kurs terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah
Penelitian mengenai pengaruh Kurs terhadap NAB Reksa Dana Syariah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Setyarini (2015: 99)
dengan judul Penelitian Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Periode 2009-2013. Hasil penelitiannya menunjukkan
Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah. Hal yang sama seperti yang dikemukakan oleh Saraswati
(2013: 118) dan Hifdzia (2012) dalam Darsiani (2016: 31), bahwa Nilai
Tukar Rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
Penelitian Ali dan Irfan (2012: 16) menemukan bahwa variabel
Kurs berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan korelasi positif terhadap Reksa Dana Syariah.
Peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap dolar AS akan mendorong
terjadinya aliran modal masuk ke Indonesia akibat meningkatnya
permintaan akan rupiah sehingga akan meningkatkan NAB Reksa Dana
Syariah. Juga, penelitian Cahyaningtiyas (2016: 10) diperoleh hasil
Nilai Tukar Rupiah memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Nilai Aktiva Bersih.
memperoleh hasil bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Danareksa Syariah Berimbang. Dan penelitian Miha (2016: vii)
menunjukkan hasil yang sama yakni Nilai Tukar Rupiah berpengaruh
tidak signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksa Dana Syariah
Penelitian Kurniasih dan Johannes (2015: 148) serta
Tricahyadinata (2016: 281) menunjukkan bahwa IHSG berpengaruh
positif dan signifikan. Hasil ini didukung oleh penelitian Pasaribu
(2014: 15) yang menyatakan bahwa hubungan antara IHSG dan kinerja
reksa dana saham adalah positif karena IHSG adalah benchmark agregat dari seluruh fluktuasi saham yang ada. Dan juga penelitian Rahmah (2011: 85) menunjukkan hasil yang sama, dimana IHSG
menjadi variabel dominan dan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan NAB Danareksa Syariah Berimbang. Begitu pula
penelitian Setyarini (2015: 99-100) dengan judul Penelitian Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Periode 2009-2013. Hasil penelitiannya menunjukkan IHSG berpengaruh positif dan
signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah. Sedangkan Penelitian
Ali dan Irfan (2012: 16) menunjukkan hasil yang berbeda, variabel
signifikan berpengaruh dalam jangka panjang dengan korelasi negatif
terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
3. Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah
Dalam penelitian Ali dan Irfan (2012: 16) menunjukkan bahwa JII
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Reksa Dana Syariah,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini sesuai dengan fakta
yang terjadi bahwa walaupun JII terdiri dari 30 saham Syariah terbaik,
namun JII memiliki nilai yang sangat kecil, sehingga tidak terlalu
berpengaruh terhadap Reksa Dana Syariah.
Sholihah (2008: 98) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah memperoleh hasil dalam uji regresi bahwa JII memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil yang sama juga diperoleh dari
penelitian Kusumanisista (2014: 104), Aviva (2016: 10) dan Tayibnapis
(2008) dalam Aviva (2016: 11) yakni Indeks JII mempunyai pengaruh
positif terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
4. Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa
Dana Syariah
Penelitian Miha (2016: vii) menunjukkan JUB (M2) berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. Dalam
penelitian Saraswati (2013: 118) memperoleh hasil bahwa JUB
yang sama dalam penelitian Nurlis (2012: 24) bahwa JUB terdapat
hubungan positif dengan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham.
Berbeda dengan hasil penelitian di atas, temuan Aviva (2016: 10)
memperoleh hasil bahwa Pengaruh JUB menunjukan hasil pengaruh
negatif dan signifikan terhadap NAB. Begitupula penelitian Maulana
(2013: 979) menyimpulkan bahwa variabel JUB tidak memberi
pengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. Dan Setyarini (2015: 99)
menunjukkan hasil yang sama bahwa JUB berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
Tabel 2.1. Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Pengaruh Kurs terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Rekadana Syariah
No Penelitian Judul Variabel Hasil Penelitian
1. Ainur Rahman (2015: 986) JESTT Vol 2
No. 12
Desember 2015
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate NAB Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 sampai Oktober 2010 NAB Danareksa Syariah Berimbang
Variabel Kurs berpengaruh signifikan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, dengan korelasi positif, terhadap NAB Reksa Dana Syariah
4. Fitria Saraswati (2013)
Analisis Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah,
6. Choirum Miha Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah
7. Febrian Dwi Setyarini (2015)
Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
Kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang: Periode Januari 2012 Desember 2014 berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Nilai Aktiva Bersih
Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Rekadana Syariah
IHSG memiliki hubungan negatif dengan NAB Reksa bursa asing terhadap tingkat pengembalian Reksa Dana saham
X = suku bunga sbi, tingkat Inflasi, ihsg, dan bursa asing NAB Danareksa Syariah Berimbang Periode Januari 2008 sampai Oktober 2010
X = SBIS, IHSG, dan Nilai Tukar Rupiah Y = NAB Danareksa Syariah Berimbang
IHSG menjadi variabel dominan dan berpengaruh signifikan terhadap Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR); Kinerja
5. Kurniasih dan
Return IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Reksa Dana Campuran.
6. Febrian Dwi Setyarini (2015)
Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
Pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Rekadana Syariah 1. Kasyfurrohman
JII tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah
2. Aprilia Ika Kusumanisista (2014)
Faktor-faktor yang mempengaruhi NAB Reksa Dana Manulife Syariah Sekor Amanah pada PT. Manuife Aset Manajemen Indonesia
Indeks JII mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap NAB.
3. Annisa Sholihah (2008)
Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah
X =JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi
Y =Kinerja Reksa Dana Syariah
JII berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Reksa Dana Syariah.
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jakarta Islamic
Pengaruh JII Menunjukan Hasil Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap NAB Reksa Dana Syariah
5. Tayibnapis (2008)
Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Y = Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
JII memiliki pengaruh positif signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah
November 2015 2. Fitria Saraswati
(2013)
Analisis Pengaruh Sertifikat bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
JUB berpengaruh positif terhadap NAB Reksa Dana Syariah
3. Nurlis (2012) Analisis Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di hubungan positif dengan Nilai Aktiva Bersih Reksa
Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dan Jakarta Islamic Beredar, Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia Periode 2004-2012.
X =SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Y = Kinerja Reksa Dana Saham
JUB memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah
6. Febrian Dwi Setyarini (2015)
Pengaruh SBIS, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar dan IHSG Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
JUB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NAB Reksa Dana Syariah
Dari penelitian terdahulu (tabel 2.1 review penelitian terdahulu) peneliti menemukan adanya gap antara lain:
1. Dari penelitian terdahulu yang peneliti review masing-masing peneliti memiliki hasil yang berbeda sehingga peneliti ingin membuktikan
2. Beberapa peneliti terdahulu menyatakan hasil penemuan yang
bertentangan dengan teori.
3. Penelitian yang dilakukan di Indonesia dilihat pada review penelitian terdahulu pada Tabel 2.1, belum ada peneliti yang menyatakan
persamaan NAB Reksa Dana Syariah dari fungsi Kurs, IHSG, JII, JUB yang dimoderasi oleh variabel Inflasi. NAB
Reksa_dana_Syariah = f(Kurs, IHSG, JII, JUB, Kurs_Inflasi, IHSG_Inflasi, JII_Inflasi, JUB_Inflasi).
4. Penelitian yang peneliti ingin lakukan lebih up to date, yaitu pada tahun 2012-2016, dengan sampel penelitian seluruh Reksa Dana
Syariah beredar yang terdaftar di OJK pada kurun waktu 5 tahun
(2012 sampai 2016).
B. Kerangka Teori
1. Pasar Modal Syariah
Secara umum, Pasar Modal adalah tempat atau sarana
bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Hukum
mendefinisikan Pasar Modal sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
2. Reksa Dana Syariah
Reksa Dana berasal dari kata “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “dana” berarti uang. Sehingga reksa dana dapat
diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara. Menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud
dengan Reksa Dana adalah “wadah yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam bentuk portofolio efek oleh manajer investasi”. Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut (Manan,
2009:150), yaitu:
1) Adanya dana dari investor;
2) Dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek; dan
3) Dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana
merupakan dana bersama para investor. Sedangkan manajer investasi
adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
Pada prinsipnya setiap sesuatu dalam muamalat adalah
dibolehkan selama tidak bertentangan dengan Syariah dan mengikuti
kaidah fikih (Manan 2009: 164). Allah SWT memerintahkan
orang-orang yang beriman agar memenuhi akad mereka seperti dalam surat
Dihalalkan bagimu binatang ternak,kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” Al – Maidah (5: 1).
Syarat-syarat yang berlaku dalam sebuah akad adalah
syarat-syarat yang ditentukan sendiri oleh kaum muslimin, selama tidak
melanggar ajaran Islam. Dalam reksa dana konvensional berisi akad
muamalah yang dibolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil
(mudharabah/musyarakah). Dan di sana terdapat banyak maslahat, seperti memajukan perekonomian, saling memberi keuntungan
diantara pelakunya, meminimalkan risiko dalam Pasar Modal, dan
sebagainya. Namun didalamnya juga terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan Syariah Islam, baik dalam segi akad, operasi,
investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya (Manan 2009:
164).
Prinsip dalam akad juga harus mengikuti hukum yang telah
digariskan oleh Allah SWT, seperti dijelaskan dalam surat An-Nisa
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang Kepadamu.” An-Nisa(4: 29)
Menurut Manan (2009: 165), syariah dapat menerima usaha
semacam Reksa Dana Syariah sepanjang tidak bertentangan dengan
Syariah. Mekanisme operasional antara pemodal dengan manajer
investasi dalam Reksa Dana Syariah menggunakan sistem wakalah.
Untuk menjamin Reksa Dana Syariah beroperasi tanpa menyalahi
aturan seperti yang diatur dalam Fatwa DSN maka Reksa Dana
Syariah memiliki DPS sebagai Lembaga yang mengawasi kegiatan
dari Reksa Dana Syariah.
Jenis-jenis Reksa Dana Syariah berdasarkan Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 19 /POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan
Persyaratan Reksa Dana Syariah dalam Pasal 3 ada 10 jenis Reksa
Dana (www.ojk.go.id), antara lain:
a) Reksa Dana Syariah Pasar Uang;
b) Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap;
c) Reksa Dana Syariah Saham;
e) Reksa Dana Syariah Terproteksi;
f) Reksa Dana Syariah Indeks;
g) Reksa Dana Syariah Berbasis Efek Syariah Luar Negeri;
h) Reksa Dana Syariah Berbasis Sukuk;
i) Reksa Dana Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
yang Unit Penyertaannya diperdagangkan di Bursa; dan
j) Reksa Dana Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
Penyertaan Terbatas.
Menurut Manan (2009: 154-155), dilihat dari bentuknya,
Reksa Dana dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Reksa Dana Perseroan
Reksa Dana Perseroan adalah perusahaan yang
kegiatannya menghimpun dana dengan menjual saham, dan
selanjutnya dana dan penjualan saham tersebut diinvestasikan
pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar uang
dan pasar modal.
b) Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type) Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif
dibentuk antara manajer investasi dengan bank kustodian.
Manajer investasi bertugas dan bertanggung jawab dalam
mengelola portofolio Reksa Dana. Sedangkan bank kustodian
bertugas dan bertanggung jawab dalam pengadministrasian
Menurut Untung (2011: 208), manfaat reksa dana dalam suatu
pasar modal harus dilihat dari sisi para pelaku yang terlibat, yakni
para investor, bursa efek, dan pemerintah. Bagi para investor, ada 3
manfaat yang bisa diberikan oleh reksa dana, yakni: memperoleh
penghasilan (return) dari investasinya dimasa depan, wahana mengakumulasi kekayaan untuk membagi-bagi risiko investasi, dan
meminimalkan risiko investasi.
Bagi pemerintah, reksa dana memberikan paling tidak 4
manfaat sebagai berikut: (a) memobilisasi dana masyarakat, dimana
reksa dana (sebagai emiten) merupakan lahan yang tepat bagi
investasi para pemodal segala strata, baik besar maupun kecil.
Investor-investor lembaga (seperti asuransi dan yayasan dana pensiun)
akan lebih percaya pada manajer investasi yang mengelola reksa dana.
(b) meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana
masyarakat. (c) mendorong perdagangan surat-surat berharga di Pasar
Modal Indonesia sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan
kapitalisasi pasar (market capitalization). Dan (d) dapat mengoreksi tingkat bunga karena ada pergeseran dana dari bank ke capital market
Manfaat lain yang dapat diperoleh investor apabila
berinvestasi pada Reksa Dana (Manan, 2009: 160) antara lain :
1) Dapat mendifersifikasi portofolio secara cepat (instant diversification).
2) Keluwesan untuk menukarkan ke jenis portofolio investasi
lainnya dalam satu grup Reksa Dana (flexibility) atau diperjual belikan pada penerbitnya pada nilai asset bersihnya setiap saat
(liquidity).
3) Kecepatan dalam proses penjualan dan pembelian
(marketability).
4) Manajemen Investasi profesional yang mendapatkan izin
otoritas bursa (profesionality).
5) Banyaknya pilihan dari beragamnya investasi usaha Reksa
Dana yang kini mulai tumbuh pesat.
Sedangkan manfaat lain dari Reksa Dana sebagai berikut:
1) Peningkatan buying power, melalui Reksa Dana buying power
meningkat dibanding investasi secara individu.
2) Keterbukaan investasi, pengelola Reksa Dana memberikan
informasi yang transparan kepada nasabah mengenai semua
aspek investasi, risiko portofolio, dan biaya-biaya transparan.
3) Manfaat perlindungan investor, melalui peraturan yang telah
transaksi pada suatu jenis saham maksimal 5% dari total modal
di sektor investasi.
3. Nilai Aktiva Bersih
Nilai dari hak pemegang unit penyertaan dinyatakan dalam
bentuk Nilai Aktiva Bersih dari setiap unit penyertaan. Sedangkan
bank kustodian dan manajer investasi wajib menentukan nilai pasar
wajar dari efek, kemudian menghitung dan mengumumkan Nilai
Aktiva Bersih dari setiap unit penyertaan pada setiap hari bursa. Nilai
Aktiva Bersih (NAB) tersebut diperoleh dengan menghitung nilai
pasar wajar dari portofolio efek ditambah dengan hak atas pendapatan
(accurued income) dan dikurangi dengan biaya-biaya yang terutang sampai saat perhitungan. Atas jasa mengelola reksa dana, manajer
investasi dan bank kustodian berhak memperoleh imbalan jasa dalam
bentuk management fee dan custodian fee. Kedua fee itu akan diperhitungkan dan dipotong dari reksa dana secara harian (Winarto,
1997: 157).
Menurut Samsul (2006: 350), nilai wajar merupakan nilai pasar
dari intrumen investasi keuangan berupa saham, obligasi, surat
berharga pasar uang, serta deposito ditambah dividen saham dan kupon
obligasi kemudian dikurangi biaya operasional Reksa Dana. Biaya
operasional reksa dana mencangkup biaya manjer investasi, biaya
4. Kurs
Nilai tukar uang adalah harga sebuah mata uang jika dibeli
dengan mata uang asing. Perubahan nilai tukar dipengaruhi oleh
jumlah permintaan, sesuai dengan hukum permintaan yaitu jika
permintaan meningkat maka harganya pun akan naik. Hal ini juga
berlaku pada Nilai Tukar Rupiah, jika banyak orang yang menukarkan
mata uang asingnya terhadap Rupiah maka Rupiah akan menguat
(Salim, 2008: 4).
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pada tanggal 1 April 1983, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) diperkenalkan untuk pertama kalinya sebagai indikator untuk
membantu pergerakan harga saham. Indeks ini mencangkup
pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Rumus perhitungannya sama
dengan yang dipakai oleh kebanyakan bursa lainnya, yaitu
menggunakan pembobotan (weighted average) berdasarkan kapitalisasi pasar masing-masing sehingga semakin tinggi nilai pasar
suatu saham, semakin besar pengaruhnya pada indeks (Winarto, 1997:
505).
Menurut Samsul (2006: 185) Indeks Harga Saham Gabungan
(composite stock price index = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Indeks harga saham
hari karena perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan adanya
saham tambahan. Pertambahan jumlah saham beredar barasal dari
emisi baru, yaitu masuknya emiten baru yang tercatat di bursa efek.
Atau terjadi tindakan corporate action berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus, dan saham konversi.
Menurut Wiranto (1997: 505) rumus yang digunakan untuk
menghitung IHSG adalah membagi total kapitalisasi pasar hari ini
dengan nilai dasar. Nilai pasar didapatkan dari harga saham dikalikan
dengan jumlah saham outstanding. Nilai dasar adalah nilai pasar pada hari dasar perhitungan indeks, yaitu 10 Agustus 1982.
Naiknya IHSG tidak berarti seluruh jenis saham mengalami
kenaikan harga, tetapi hanya sebagian yang mengalami kenaikan
sementara sebagian lagi mengalami penurunan. Demikian juga,
turunnya IHSG dapat diartikan bahwa sebagian saham mengalami
penurunan dan sebagian lagi mengalami kenaikan. Jika suatu saham
naik harganya dan IHSG juga naik, berarti saham tersebut mempunyai
korelasi positif dengan kenaikan IHSG. Jika suatu jenis saham naik
harganya tetapi IHSG turun, maka berarti saham saham tersebut
berkorelasi negatif dengan IHSG. Pengetahuan mengenai korelasi
antara perubahan suatu jenis saham dan perubahan indeks harga pasar
sangat penting untuk menghitung risiko dari jenis saham terhadap
Enam tahun setelah pengenalannya, terutama setelah deregulasi
sektor keuangan di tahun 1988, IHSG mulai menunjukkan kenaikan
dan penurunan yang signifikan. Serial kebijakan ekonomi makro yang
dilakukan oleh pemerintah selama akhir dekade 1980 sampai awal
dekade 1990 memberikan dampak yang kuat terhadap fluktuasi IHSG
ini. Faktor lain yang berpengaruh adalah pencatatan
perusahaan-perusahaan dengan nilai kapitalisasi yang besar (Winarto, 1997: 505).
Sampai saat ini, IHSG masih dianggap sebagai indikator
perkembangan saham utama dalam Pasar Modal Indonesia selayaknya
Nikkei di Jepang, Hang Seng di Hong Kong, dan Dow Jones/S dan P
500 di Amerika Serikat (Pratomo, 2009: 157-158).
6. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index (JII) memuat saham-saham yang memenuhi kriteria Syariah, yaitu saham-saham yang memenuhi syarat
(Pratomo, 2009: 159):
a) Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b) Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan
sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
c) Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan,
d) Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan
menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat.
Terdapat kurang lebih 30 saham dalam pengelolaan indeks ini
yang memungkinkan untuk berubah setelah adanya penilaian secara
berkala.
7. Jumlah Uang Beredar (JUB)
Teori Ekonomi Moneter (Monetary Side). Milton Friedman berteori bahwa uang beredar merupakan salah satu faktor yang paling
dominan dalam penentuan flutuasi harga, khususnya dalam jangka
panjang. Para pakar moneter berpandangan bahwa pengendalian yang
baik terhadap uang beredar, yaitu mengatur kenaikan atau penurunan
uang beredar tidak terlalu cepat atau berlahan-lahan, akan berdampak
positif terhadap kesehatan ekonomi (Samsul, 2006: 208).
Menurut Samsul (2006: 210) Jika Jumlah Uang Beredar
meningkat, maka tingkat bunga akan menurun dan harga saham naik,
sehingga pasar menjadi bullish. Jika tingkat bunga naik, harga saham akan turun dan Pasar Modal dapat mengalami bearish. Namun demikian, besarnya dampak kenaikan atau penurunan bunga terhadap
harga saham tergantung pada seberapa besar perubahan bunga tersebut.
M1 : uang kartal, uang giral, dan demand deposit, credit overdraft, traveller’s, check issued by nonbank, dan rekening giro.
M2 : M1 + money-market, mutual funds, overnight Repos, Eurodollar deposit, time deposit, di bawah US$ 100.000
M3 : M2 + time deposit lebih dari $ 100.000 + Repos lebih dari 1 hari
L : M3 + long term liquid assets: T-bills, saving bonds, comersial paper, SBPU
Jumlah Uang Beredar akan mempengaruhi tingkat bunga, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi harga sekuritas. Demikian pula,
kegiatan ekspor dan impor (neraca perdagangan) serta arus keluar
masuk valuta asing (neraca pembayaran) akan mempengaruhi harga
sekuritas (Samsul, 2006: 2011).
8. Inflasi
Tingkat Inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif
tergantung pada derajat Inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan
dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat
membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham
di pasar, sementara Inflasi yang sangat rendah akan berakibat
pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya
harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit
usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi
pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai,
C. Kerangka Penelitian
Pada bagian ini penulis mengajukan kerangka penelitian yang
diambil berdasarkan latar belakang masalah dan hasil dari kajian teori
serta dari penelitian sebelumnya. Maka kerangka penelitian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
Pada gambar 2.2 kerangka pemikiran menunjukkan hubungan di
antara setiap variabel independen terhadap variabel dependen yang
dimoderasi oleh variabel Inflasi (Z).
Kurs (X1)
IHSG (X2)
JII (X3)
JUB (X4)
NAB Reksa Dana Syariah
D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji
kebenarannya (Siregar, 2011: 112). Hipotesis merupakan kesimpulan
sementara dalam penelitian. Berdasarkan dengan teori dan kerangka
pemikiran, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan
jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan
kebenarannya.
Menurut Mirazdianti (2014: 5), reksa dana syariah sebagai salah
satu instrumen investasi di pasar modal syariah. Reksa dana syariah
merupakan instrumen investasi pasar modal syariah yang sedang
berkembang. Perkembangan reksa dana syariah dipengaruhi oleh faktor
makroekonomi, seperti suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, dan
sebagainya. Penelitian Afza dan Nafees (2014), Mohammed, et al. (2013),
dan Putratama (2007) mengemukakan bahwa variabel makroekonomi
memiliki pengaruh terhadap reksa dana syariah di negara Pakistan dan
Malaysia.
Menurut Tandelilin (2010: 343) faktor-faktor ekonomi makro
secara empiris telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
investasi di beberapa negara. Beberapa faktor ekonomi makro yang
berpengaruh terhadap investasi di suatu negara, seperti laju pertumbuhan
Inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang (exchange rate). Dan faktor makroekonomi lainnya yaitu IHSG, JII, dan JUB dimana IHSG, JII,
dengan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Variabel ekonomi makro
terdiri dari konsumsi, investasi, government (pemerintahan), ekspor dan impor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kurs, IHSG, JII, dan JUB maupun Inflasi mempunyai pengaruh terhadap perkembangan investasi
yang selanjutnya akan memberi dampak pada NAB Reksa Dana Syariah.
Maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kurs terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah
Rahmah (2011) dalam Rachman (2015: 992), dari sisi emiten jika
Nilai Tukar Rupiah menurun, maka hutang yang harus dibayar akan
meningkat, investasi menurun sehingga kinerja perusahaan juga ikut
menurun. Akibatnya harga saham menurun, dan berimbas pada
menurunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB). Dari sisi investasi turunnya
Nilai Tukar Rupiah terhadap mata uang asing membuat para investor
ragu akan kinerja emiten dapat berkembang dengan baik. Selain itu,
sulitnya untuk mengantisipasi gerak fluktuasi rupiah membuat para
investor bimbang. Hal tersebut dapat menyebabkan indeks-indeks di
bursa efek yang terus menerus berfluktuasi cenderung menurun
dengan tajam, maka akan menyebabkan total investasi menurun hal ini
berakibat NAB perusahaan emiten menurun pula.
Melihat hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung,
maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksa Dana Syariah
Menurut Ali (2012: 36) Umumnya IHSG berhubungan negatif
dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah. Peningkatan
IHSG mencerminkan kinerja perusahaan di Pasar Modal konvensional
yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan
yang lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan
menyebabkan kenaikan return bagi para pemegang saham. Oleh karena itu masyarakat akan menarik dananya dari Reksa Dana Syariah
dan menginvestasikan dananya melalui perusahaan yang tercatat di
dalam IHSG dengan harapan memperoleh return yang lebih besar, sehingga NAB Reksa Dana Syariah akan menurun. Kaitan antara
IHSG dan NAB Reksa Dana Syariah juga dikemukakan oleh Sylviana
(2006) yang menyimpulkan bahwa IHSG berpengaruh negatif
terhadap NAB Reksa Dana Syariah.
Melihat hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung,
maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2: IHSG berpengaruh Negatif dan signifikan terhadap NAB Reksa
Dana Syariah di Indonesia.
3. Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah
Dalam Ali (2012: 38) Kaitan antara JII dan NAB Reksa Dana
menyimpulkan bahwa JII berpengaruh positif terhadap NAB Reksa
Dana Syariah. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Sholihah
(2008: 98), Kusumanisista (2014: 104), Aviva (2016: 10) dan
Tayibnapis (2008) dalam Aviva (2016: 11) yakni JII mempunyai
pengaruh positif terhadap NAB Reksa Dana Syariah. Peningkatan JII
mencerminkan kinerja perusahaan yang meningkat sehingga
berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar.
Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan
return bagi hasil Reksa Dana Syariah. Oleh karena itu masyarakat akan menginvestasikan dananya melalui Reksa Dana Syariah dengan
harapan memperoleh return yang lebih besar (Putratama, 2007: 44). Melihat hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung,
maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
H3: JII berpengaruh Positif dan signifikan terhadap NAB Reksa Dana
Syariah di Indonesia
4. Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksa Dana Syariah
Penelitian Ray dan Vani (2005), Miha (2016: vii) dan Nurlis
(2012: 24) menyimpulkan JUB berpengaruh positif terhadap NAB
Reksa Dana Syariah. Menurut Saraswati (2013: 116-117) Adanya
peningkatan JUB akan mendorong bertambahnya sumber pembiayaan
bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat melebarkan ekspansi
Meningkatnya kinerja perusahaan akan merangsang para investor
melirik saham perusahaan tersebut sehingga berdampak positif
terhadap harga saham. Ketika JUB di masyarakat semakin bertambah
sehingga ekspektasi harga-harga barang dan jasa akan naik (Inflasi)
mengakibatkan tingkat suku bunga deposito dalam perekonomian
menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito menyebabkan
masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya di pasar
saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih
besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham
di Pasar Modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB Reksa
Dana karena pengelolaan dana investasi Reksa Dana sebagian
dialokasikan pada saham.
Melihat hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung,
maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4: JUB berpengaruh Positif dan signifikan terhadap NAB Reksa
Dana Syariah di Indonesia
Hipotesis selanjutnya dalam penelitian ini menyatakan bahwa
Inflasi dapat memoderasi hubungan dari Kurs, IHSG, JII, maupun JUB terhadap NAB Reksa Dana Syariah. Menurut Mankiw (2003:247),
inflasi dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara melalui
pendapatan, kekayaan, dan melalui perubahan tingkat dan efisiensi
Keterkaitan Kurs, IHSG, JII, JUB yang dimoderasi oleh variabel Inflasi terhadap NAB Reksa Dana Syariah dapat dijelaskan
Siegel (1991) dalam Tandelilin (2010: 341) yaitu adanya hubungan
yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro, dan
perubahan harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan
ekonomi. Hal tersebut mengindikasikan harga saham tersebut dapat
mempengaruhi NAB Reksa Dana, NAB reksa dana dapat mengalami
kenaikan maupun penurunan, penurunan NAB Reksa Dana disebabkan
adanya penurunan dari harga atau nilai efek surat berharga yang ada
dalam portofolio reksa dana, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan penelitian Zakky (2011: 59) dengan judul
penelitiannya Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham dan Inflasi sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009, variabel interaksi profitabilitas dengan inflasi memiliki nilai koefisien sebesar 19.795
dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.001 yang juga lebih kecil
dari 0.05. Dari tanda koefisiennya yang bersifat positif menunjukkan
bahwa inflasi menguatkan pengaruh profitabilitas terhadap return
saham. Sehingga hasil tersebut membuktikan bahwa inflasi dapat
memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap return saham
dikarenakan inflasi dalam kurun waktu 2005-2009 masih termasuk
di suatu negara kurang dari 10% setahun (Boediono, 2011:156) dalam
Zakky (2011: 59).
Tandelilin (2003) dalam Zakky (2011: 59) menjelaskan bahwa
inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan, jika
peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang
dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan
turun begitu juga sebaliknya apabila biaya produksi lebih rendah dari
harga yang dinikmati perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan
naik. Jadi jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari
peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka
profitabilitas perusahaan akan turun ditandai dengan menurunnya
harga sekuritas yang kemudian menurunkan nilai aktiva bersih reksa
dana syariah, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori APT
yang jelaskan bahwa inflasi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi harga saham dan dapat mempengaruhi keadaan suatu
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Ross dalam
Belkaoui, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa inflasi dapat
memberikan pengaruh untuk memperkuat terjadinya peningkatan NAB
reksa dana syariah.
Dari uraian hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang
mendukung, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H6: IHSG berpengaruh memperkuat terhadap NAB Reksa Dana
Syariah di Indonesia dengan dimoderasi Inflasi
H7: JII berpengaruh memperkuat terhadap NAB Reksa Dana Syariah
di Indonesia dengan dimoderasi Inflasi
H8: JUB berpengaruh memperkuat terhadap NAB Reksa Dana