• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Definisi hasil belajar menurut Dimyati (2002: 3):

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Definisi hasil belajar menurut Dimyati (2002: 3):"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Pengertian Hasil Belajar

Definisi hasil belajar menurut Dimyati (2002: 3):

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Nana Sujana (2009: 39) bahwa faktor yang dapat mendukung prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa yang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu yang pertama; faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan yang kedua; faktor yang datang dari luar diri siswa itu sendiri atau faktor lingkungan.

Menurut Purwanto (2002: 53) bahwasannya faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

A) Faktor Intern, meliputi :

1) Faktor Biologis (yang bersifat jasmani)

(2)

Sehat berarti dalam keadaan baik, yaitu baik segenap badan beserta bagian-bagian yang lain atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lelah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekarja, tidur, makan, olah raga dan rekreasi.

2) Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabakan kurang baik dan kurang sempurnanya anggota tubuh atau badan. Seperti: buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan tergaggu, misalnya siswa tersebut menjadi minder, kurang percaya diri dll. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat batu agar dapat menghindar atau mengurangi kecacatannya itu.

3) Faktor Psikologis (yang bersifat rohani)

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Uraian berikut ini akan membahas faktor-faktor tersebut. 4) Inteligensi

(3)

Intelegensi menurut Ngalim Purwanto adalah faktor total, berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan didalam (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya turut mempengaruhi seseorang). Intelegensi merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya seoarng siswa dalam belajar, manakala siswa memiliki intelegensi normal tetapi prestasi belajarnya sangat rendah sekali, hal ini bisa disebabkan oleh hal-hal lain, seperti sering sakit, tidak belajar dirumah, dan sebagainya. Kalau seorang siswa memiliki tingkat intelegensi dibawah normal, maka sulilt baginya untuk bersaing didalam pencapaian prestasi tinggi dengan siswa yang mempunyai intelegensi normal atau diatas normal. Siswa yang demikian keadaannya hendaknya diberi pertolongan khusus serta pendidikan khusus, seperti kursus dan lain sebagainya.

Intelegensi seorang siswa dapat diketahui dari tingkah laku atau pebuatannya yang tampak. Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja yang penting, faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan penting.

5) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu pelajaran. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

(4)

6) Ingatan

Secara teoritis ingatan akan berfungsi: (1) Menerima Kesan-kesan dari luar, (2) menyimpan kesan, (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu, ingatan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan karena lupa merupakan gejala psikologis yang selalu ada.

7) Bakat

Bakat adalah Salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan inteligensia yang merupakn struktur mental yang melahirkan “ kemampuan” untuk memahami sesuatu. Dengan uraian diatas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil pelajarannya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia akan lebih giat lagi dalam belajar .

8) Motif

Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, bahwa untuk mencapai tujuan

(5)

itu perlu berbuat, sedangkan yang berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

9) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana organ tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Oleh karena itu seorang guru harus mengetahui tingkat kematangan anak agar dapat menyesuaikan diri dengan persiapan anak didiknya. Dengan kata lain dalam proses belajar mengajar materi yang di sampaikan harus di sesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan cara berpikir siswa.

10) Kesiapan atau readiness

Menurut James Drever adalah preparedness to respond or react, yaitu kesiapan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari diri seseorang dan juga berhubungan juga dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa tersebut sudah ada kesiapan untuk belajar, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

11) Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedahkan menjadi dua macam: yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh, dan nanti akan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelemahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan sisa pembakaran di dalam tubuh sehingga darah kurang atau

(6)

tidak lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat di lihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kehilangan ini sangat terasa pada kepala pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi.

Dari uraian tersebut dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

B. Faktor Ektern

Selain faktor internal yang diakibatkan dari dalam diri siswa, ada pula faktor eksternal atau faktor yang diakibatkan dari luar diri siswa, yang dapat mempengaruhi prastasi belajar siswa antara lain:

1. Faktor lingkungan keluarga.

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi siswa. Keluarga adalah termasuk di dalam salah satu faktor yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan siswa. Dari lingkungan keluarga inilah yang pertama kali anak dikenalkan dan menerima pendidikan dan pengajaran terutama dari ayah dan ibunya. Pengaruh keluarga bagi siswa adalah berupa: cara orang tua mendidik anak, hubungan antara keluarga, pengertian orang tua, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan.

Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi prestai belajar siswa dari dalam keluarga ini adalah suasana keluarga. Suasana keluarga yang ramai, gaduh atau

(7)

tegang karena orang tua sering berselisih pendapat dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Demikian pula keadaan ekonomi keluarga, dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, misalnya ekonomi keluarga yang kurang maka fasilitas belajar anak bisa kurang terpenuhi, bahkan tempat belajar anak kurang memadai atau tidak ada, akibatnya siswa tidak dapat belajar dengan baik sehingga menjadi penghambat prestasi belajarnya.

2. Faktor lingkungan sekolah

Faktor lingkungan sekolah mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar karena hampir sepertiga dari kehidupan siswa sehari-hari berada disekolah. Faktor lingkungan sekolah yang dapat menunjang keberhasilan siswa, antara lain; cara penyampaian pelajaran, faktor antara guru dengan siswa, faktor asal sekolah, faktor kondisi gedung, kelas harus memenuhi syarat belajar, dan kedisiplinan yang diterapkan oleh sekolah yang bersangkutan.

3. Faktor lingkungan masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat disebut juga sebagai faktor lingkungan sekitar siswa dimana ia tinggal, Faktor lingkungan masyarakat ini juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a) Faktor media massa; termasuk semua alat-alat media massa seperti; buku, koran, TV, video casette, internet dan sebagainya, yang dapat dimanfaatkan secara positif sebagai penunjang belajar siswa. Namun juga bisa berdampak negatif, bila salah digunakan. Karena itu perhatian, pembimbingan dan kebijaksanaan orang tua dan guru diperlukan untuk mengendalikan mereka.

(8)

b) Faktor pergaulan; teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat yang dapat membentuk keberhasilan dalam belajar siswa, bila dapat membagi waktu belajar dengan baik. Bila tidak dapat membagi waktu dengan baik maka aktivitas siswa tersebut akan berantakan dan itu akan berpengaruh pada prestasi belajarnya. Sehingga perhatian dan pengawasan orang tua sangat diperlukan.

c) Tipe keluarga, seperti pendidikan, jabatan, orang tua siswa, semua itu akan memberikan pengaruh dalam perkembangan siswa.

2.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006) bahwa dalam konteks pendidikan dasar dan menengah, sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.

Sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu member keteladanan,, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokratis.

Dalam kerangka semua itu mata pelajaran PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

(9)

Melalui PKn sekolah perlu di kembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi.

Dari kedua konsep dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersifat jamak. Sifat multidimensionalnya itu terletak pada :

a) Pandangan yang pluralistic-uniter (bermacam-macam tetapi menyatu) dalam pengertian Bhineka Tunggal Ika.

b) Sikapnya dalam menempatkan individu, negara, dan masyarakat global secara harmonis.

c) Tujuannya yang diarahkan pada dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, dan sosial)

d) Konteks yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel atau luwes, dan bervariasi kepada dimensi tujuannya.

Dalam program pendidikan, paradigma ini menuntut hal-hal sebagai berikut : Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada pengembangan pengertian entang hakikat dan karekteristik aneka ragam demokrasi, bukan hanya yang berkembang di Indonesia. Kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi sebagaimana cita-cita demokrasi

(10)

telah diterjemahkan kedalam kelembagaan dan praktik diberbagai belahan bumi dn dalam berbagai kurun waktu. Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu mengekplorasi sejarah demokrasi di negara untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang di terapkan di negaranya itu secara jernih. Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat mempasilitasi siswa untuk dapat memahami penerapandemokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas tentang ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks.

Situasi sekolah dan kelas dikembangkan sebagai democratic laboratory atau lab demokrasi dengan lingkungan sekolah/kampus yang diperlakukan sebagai micro cosmos of democracy atau linkungan kehidupan yang demokratis yang bersifat micro dan memperlakukan masyarakat luas sebagai open global classroom atau sebagai kelas yang terbuka. Dengan cara itu akan memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam stuasi yang demokratis dan membangun kehidupan yang lebih demokratis. Itulah makna dari konsep “learning and for democracy,and for democracy” dengan PKn sebagai wahana kurikuler yang utama.

Dalam pembelajaran PKn menuntut terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat utuh memuat belajar kognitf, belajar nilai dan sikap, dan belajar prilaku. PKn seharusnya tidak lagi memisah-misahkan domain-domain prilaku dalam belajar. Proses pendidikan yang menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang juga disebut sebagai bentuk confluent educatin, tuntutan pedagogis ini memerlukan persiapan mental, professionalitas, sossial guru-murid

(11)

yang kohesif. Guru siap memberi contoh dan menjadi contoh. Ingatlah pada postulat bahwa Value is neither tough now cought, it is learned. Nilai tidak bisa diajarkan ataupun ditangkap sendiri, tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu, nilai harus termuat dalam materi Pelajaran PKn.

PKn mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional, merupakan pendidikan demokrasi, pendidikan moral, pendidikan sosial, dan masalah pendidikan politik. PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi Pendidikan Nilai dan Moral, dengan alasan sebagai berikut:

1) Materi PKn adalah Konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.

2) Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam prilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat prilaku).

Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 dikemukakan bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata Pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melakssanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”. Sedangkan tujuannya digariskan dengan tegas adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(12)

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menaggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi. 3) Berkembang secara fositif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia seccara langsung atau idak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.4 Deskripsi Tentang Metode Picture and Picture

Menurut Sadiman (2007) bahwa Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Langkah-langkah model pembelajaran metode Picture and Picture :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Pada langkah ini guru diharapkan untuk menyampai apaka yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 2) Menyajikan materi sebagai pengantar

(13)

memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dalam pembelajaran bahasa Inggris atau bahasa Indonesia siswa dapat mencerikan kronologi, jalan cerita atau maksud dari gambar yang ditunjukan. Dalam Pelajaran Matematika dapat digambarkan tentang kubus, segitiga atau lainnya dari sini dapat digambarkan mengenai diagonal, diagonal ruang, tinggi atau luas bidang. Dalam pelajaran IPS dapat ditunjukan bagaimana dengan proses terjadinya batuan. Ingatlah bahwa jika dapat di visualkan kenapa harus pakai kata-kata. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru Anda dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu seperti membuat kopi, menggoreng tempe dan sebagainya.

4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

(14)

Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusunan bagaiaman susunananya. Jika melengkapi gambar mana gambar atau bentuknya, panjangnya, tingginya atau sudutnya. Perlu diingat uratan dalam pembuatan harus benar sebagai contoh dalam matematikan untuk menggambar diagonal ruang adalah langkah yang harus dilakukan dengan benar sampai ditemukan diagonal ruangnya. Untuk menceritakan gambar dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia ada urutan-urutan yang harus dilakukan.

5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Usahakan agar proses diskusi berlangsung dengan tertib dan terkendali, ingat disini adalah diskusi, bukan debat, jadi guru harus mampu mengendalikan situasi yang terjadi sebagai moderator utamanya dengan memberika sedikit penjelasan jika terdapat kendala dalam diskusi sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.

6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk

(15)

mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.

7) Kesimpulan/rangkuman

Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.

Kelebihan dan Kekurangan

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah : “Jika metode Picture and Picture diterapkan dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan maka hasil belajar siswa Kelas IV SD Inpres I Bukit Tingki Kecamatan Popayato akan meningkat”

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh) merupakan permasalahan rendahnya kulitas kesehatan penduduk Indonesia .Usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut

Fenomena iklim komunikasi ini terjadi saat kepempinan laki-laki di PT.CKB Logistics ketika di bawah kepemimpinan laki-laki cenderung melihat kedekatan atasan dan bawahaan

Pola pembaruan yang sudah keluar dari imam mazhab, contohnya yaitu poligami dilarang di Mesir dan Tunisia padahal dalam al-Quran tidak dilarang. Pola ini memiliki

Apabila mahasiswa tidak hadir dalam kegiatan blok (diskusi kelompok PBL, praktikum/reinforcement dan skill’s lab) dengan alasan yang tidak dapat dipertanggunjawabkan, maka

d. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang

PT MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 Disajikan dalam jutaan

Berdasarkan grafik nilai SPI tersebut dapat disimpulkan bahwa indeks kekeringan setiap stasiun hujan hampir sama atau perbedaannya tidak signifikan, dimana tidak

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka solusi pemecahan masalah yang diajukan oleh peneliti ialah melalui Penelitian Tindakan Kelas