• Tidak ada hasil yang ditemukan

PINTU:Pusat Penjaminan Mutu P ISSN Volume 1 No 1, April 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PINTU:Pusat Penjaminan Mutu P ISSN Volume 1 No 1, April 2020"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

62 ANALISIS PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK):

PROBLEMA PANDEMI COVID 19 DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Oleh

I Putu Gede Parmajaya STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Email: pandeparma@gmail.com

ABSTRACT

The article aims to provide an overview of the face of the world of education during the Covid 19 pandemic, which is very worrying. The impact of the Covid-19 pandemic is not only experienced by communities all over the world, but also affects the world of education, even in Indonesia. Until now, no country has yet dared to take a policy to conduct face-to-face education and learning, for fear of the transmission of the corona virus that knows no age. The various regulations that the government has tried to issue in an effort to break the chain of Covid-19 deployment in Indonesia have yet to produce results. The conclusion is that teachers, parents of students and the government must synergize and work together to strive for the learning process. System changes in the world of learning education as a result of government policies, especially the Minister of Education and Culture, have had a consequent effects on the trial and error learning system, due to the widespread of Covid 19. This will certainly also affect the strengthening of character education in students, by educational culture in Indonesia that there must be a psychological relationship between teachers and students in the learning process. This would certainly be paradoxical with President Jokowi's declaration of Nawa Cita, if the government does not take a stand in striving for the continuity of the online education system process that has been tested so far.

Keywords: Character Education, Covid 19 Pandemic, Learning Process.

1. PENDAHULUAN

Dunia telah dilanda problema yang sangat mengejutkan dengan menyebarnya pandemik virus bernama corona atau lebih dikenal dengan sebutan Covid-19 (Corona Virus Diseases-19). Penyebaran pandemik Covid-19 di samping menjadi penyebab angka kematian yang sangat fantastis, bahkan sampai tenaga medis yang seharusnya menangi dan merawat orang-orang yang terdampak virus justru menjadi korban meninggal. Hal inilah yang menjadi problema atau permasalahan yang harus dihadapi oleh dunia saat ini, untuk melakukan berbagai kebijakan termasuk di negara Indonesia sendiri (Somawati, et al., 2020)

Dampak dari pandemi Covid-19 tidak saja dialami oleh masyarakat dunia, tetapi juga berimbas pada dunia pendidikan di seluruh dunia, bahkan di Indonesia. Sampai saat ini belum ada negara yang berani mengambil kebijakan untuk melakukan tatap muka secara langsung bagi proses pendidikan dan pembelajaran, karena khawatir dengan penularan virus corona yang tidak mengenal usia. Berbagai regulasi yang dicoba untuk dikeluarkan oleh pemerintah dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 di Indonesia belum membuahkan hasil. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia salah satunya dengan menerapkan imbauan kepada masyarakat agar melakukan physical distancing, yaitu himbauan untuk menjaga jarak di antara masyarakat, menjauhi aktivitas dalam segala bentuk

PINTU:Pusat Penjaminan Mutu

P ISSN 2746-7074 Volume 1 No 1, April 2020

(2)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

63 kerumunan, perkumpulan, dan menghindari adanya pertemuan yang melibatkan banyak orang, upaya penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sampai upaya melakukan lockdown sudah dilakukan, namun justru di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Depok, Surabaya, Makassar dan dibeberapa kotra besar lainnya sampai Bali memasuki pertengahan bulan September ini bahkan masuk zona merah (Ardiyasa, 2020)

Melihat fenomena seperti digambarkan di atas, tentu juga berimplikasi terhadap dunia pendidikan, khususnya dunia pendidikan Hindu, terutama terhadap proses pembelajaran pendidikan agama Hindu (Gunawijaya, 2020). Dalam situasi pandemik seperti sekarang ini, implikasinya terhadap dunia pendidikan Hindu adalah semakin renggangnya jarak antara para siswa dengan guru pengajarnya di kelas. Memang ada kebijakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk meliburkan sekolah dan mengganti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara daring ini, terkadang muncul berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru serta orang tua, memberikan bantuan berupa pulsa dan sebagainya, tetapi hal itu kurang membantu, terutama bagi para siswa yang berada dipedesaan yang tidak tersentuh IT, tentu akan menjadi problema bagi para siswa, orangtua siswa dan bagi guru pengajar. Dengan memperhatikan uraian di atas, mak dapat diasumsikan bahwa pendidikan di Indonesia menjadi salah satu bidang yang terdampak akibat adanya pandemi Covid-19.

Upaya lain dari pemerintah, terutama kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dengan diterbitkannya Surat Edaran No 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan pada 9 Maret 2020; didukung oleh terbitnya Surat Edaran Menteri Kesehatan No HK.02.01/MENKES/199/2020 pada 12 Maret 2020; dan diterbitkannya juga Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No 36603/A.A5/OT/2020 pada 15 Maret 2020 sebagai upaya pencegahan dan penyebaran Pandemik Covid-19 pada semua kegiatan pembelajaran tatap muka atau konvensional, maka sejak diterbitkan surat edaran di atas semua sekolah di Indonesia diliburkan untuk sementara waktu. Sistem pembelajaran tatap muka atau konvensional yang dilaksanakan oleh sebagian guru akan terdesrupsi dan tergantikan dengan berbagai aplikasi pembelajaran daring yang dapat memberi ruang interaksi langsung antara guru dengan siswa tanpa harus bertemu langsung, walaupun dengan konskwensi krodit yang tidak dapat dibayangkan (Ardiyasa, 2020)

Jika diperhatikan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, di mana karakter bangsa yang selama ini dihargai dan dihormati oleh bangsa-bangsa di dunia telah hancur dari akibat belum terimplementasinya pendidikan karakter yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Semakin merosotnya nilai karakter bangsa Indonesia ditandai dengan berbagai penyimpangan perilaku terutama di kalangan para siswa, seperti dilanggarnya nilai-nilai kejujuran, nilai kebersamaan, dan berbagai fenomena yang jauh menyimpang dari nilai-nilai karakter bangsa Indonesia yang sebenarnya (Untara & Somawati, 2020)

II. METODE

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis dengan teknik pengumpulan data dokumentasi, dalam teknik ini dilakukan pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan seperti kutipan dari surat kabar jadi metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data skunder denagn jalan mengumpulkan data skunder dengan jalan

(3)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

64 mengumpulkan segala macam dokumen antara lain berupa tulisan, majalah-majalah, keterangan-keterangan, catatan-catatan dan sumber yang lainya yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang dibahas. Dengan teknik analisis data Hermeneotika merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penelitian karya sastra , dalam sastra hermneotika disejajarkan dengan interprestasi atau penafsiran dan pemahaman. Seorang peneliti fenomena objek penelitian harus dilihat sebagai suatu wacana yang terbuka untuk ditafsirkan sesuai dengan konteksnya. Untuk proses interprestasi, lingkaran hermeneutika merupakan pola penyelidikan ilmiah yang penting dan dalam lingkaran hermeneutika terdapat kategori , bagian-bagian serta unsur-unsur yang telah ditentukan oleh peneliti, hubungan yang terjadi merupakan suatu proses interpretasI.

III. PEMBAHASAN

Merebaknya Pandemi covid -19 menjadi ujian yang berat bagi masyarakat dunia dan seluruh seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Berbagai upaya dan solusi sudah dicari namun ketidakpastian akan ditemukannya penangkal virus dan bahkan berakhirnya pandemi covid-19 belum dapat dipastikan. Dalam dunia pendidikan tentu membawa konskwensi bahwa para siswa tidak hanya berdiam diri di rumah, atau mengerjakan tugas-tugas sekolah di rumah saja, mengingat proses pendidikan memerlukan hubungan psikis antara peserta didik (siswa) dengan guru. Diketahui bahwa pendidikan merupakan ujung tombak di dalam mencetak kualitas sumber daya manusia yang unggul dan bermartabat di dalam membentuk generasi yang berkarakter. Dengan merebaknya pandemi covid-19, tentu seolh-olah dan secara tidak langsung masalah pendidikan telah diabaikan. Walaupun pandemi covid-19 semakin menggila, tentu pembelajaran harus tetap dilaksanakan walaupun dengan berbagai tangtangan dan konskwensi, namun solusi yang dap[at diambil adalah dengan menerapkan protocol kesehatan yang ketat atau dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan.

Disadari bahwa pembelajaran daring sebagai sebuah metode pembelajaran jarak jauh merupakan hal yang baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Di satu sisi, budaya Indonesia belum cocok dan tepat, terutama di dunia pendidikan, sehingga menuntut para guru untuk bertransformasi di dalam upaya meningkatkan kompetensi di dalam mengemas pembelajaran secara daring. Hal ini tentu sangat memberatkan bagi para guru, terutama bagi guru yang kurang memahami dan tidak memiliki kemampuan teknologi (IT). Semestinya untuk memberikan keterampilan bidang IT bagi para guru harus dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam waktu yang cukup panjang, namun realitanya para guru harus belajar mendiri di rumah tanpa bantuan mentor yang jelas kemampuan dan penguasaan IT nya.

Pembelajaran daring sebagai salah satu metode belajar jarak jauh bagi guru dan siswa mestinya digeser menjadi sebuah cara berpikir dalam pembangunan pembelajaran di sekolah, karena pembelajaran daring (online) bukan sebuah metode untuk mengubah belajar tatap muka dengan aplikasi digital. Di samping itu pembelajaran daring juga merupakan metode belajar dengan membebani para siswa dengan tugas tugas yang banyak, sehingga banyak dikeluhkan oleh orang tua dan siswa. Pembelajaran daring semestinya dapat menjadikan para siswa dan orang tua siswa menjadi lebih kreatif, karena di dalam proses daring yang dilaksanakan para siswa dididik untuk mengakses berbagai macam ilmu pengetahuan di

(4)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

65 internet, sehingga diharapkan melalui pembelajaran daring para siswa dapat menghasilkan karya-karya kreatif (creation) serta mendidik para siswa untuk melatih kecerdasan intelektual (iQ) kecerdasan Emosiaonal (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) , serta dilatih untuk mengembangkan wawasan berpikirnya (Gunawijaya, 2020).

Permasalahan yang terjadi dari sistem daring yang dilaksanakan sebagai alternative mengisi kekosongan waktu akibat tidak adanya tatap muka di sekolah akibat pandemi covid-19 adalah bahwa pembelajaran daring menjadi barang baru bagi dunia pendidikan Indonesia yang masuk kategori negara berkembasng. Dalam hal ini tentu di dalam peneraan proses pembelajaran daring, para guru berkolaborasi dengan instansi terkait, merancang system pembelajaran daring yang dapat memfasilitasi siswa untuk menambah pengetahuannya sendiri (konstruktivistik), sehingga dapat dibentuk pembelajaran yang bermakna. Dalam pembelajaran daring, para guru seharusnya dapat merancang sebuah model pembelajaran pemecahan masalah atau pembelajaran berbasis masalah (problem solving), sehingga nantinya dapat menjadikan para siswa mampu merefleksikan manfaat dari materi pembelajaran yang telah dipelajari melalui sistem daring.

3.1 Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Masa Pandemi Covid 19

Di dalam upaya pemerintah dan para guru mengatasi permasalahan pandemic covid 19 seperti sekarang ini memang sangat sulit untuk melakukan penguatan terhadap pendidikan karakter. Oleh sebab itu, maka ditawarkan strategi penguatan pendidikan karakter melalui system daring seperti berikut: (1) siswa dan guru harus dilatih keterampilan menggunakan TIK, (2) pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti Kominfo, Pendidikan dan Kebudayaan, dan terkait lainnya supaya mengusahakan ketersediaan teknologi, (3) siswa harus dilatih untuk memiliki kemandirian dalam belajar belajar, (4) siswa harus dididik untuk berdisiplin, (5) siswa harus didik untuk selalu bertanggung jawab.

Hal di atas sesuai dengan pendapat Murniyetti (2016) beberapa tema penting tentang pola implementasi pendidikan karakter yang efektif yang dilakukan pada siswa di empat sekolah. Delapan tema dilakukan melalui: (1) materi pembelajaran; (2) peraturan sekolah (disiplin, kepedulian terhadap lingkungan, tanggung jawab); (3) persaingan antar siswa sains (kreatif, gemar membaca, rasa ingin tahu); (4) memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi (penghargaan, kerja keras, demokratis, kepedulian); (5) hari peringatan kebangsaan (semangat nasional, cinta tanah air, rasa hormat, kepedulian); (6) praktik ibadah dan bimbingan spiritual (jujur, religius, tanggung jawab); (7) kepramukaan (kreatif, kepedulian sosial, pekerja keras, jujur, ramah, cinta damai); (8) bakat dan kelas musik mereka (kreatif dan bekerja keras, rasa hormat).

Pembangunan karakter yang sudah dicanangkan oleh pemerintah sejak dulu sampai saat ini belum tercapai secara maksimal. Bukti emperik menyatakan bahwa masih adanya kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, politik, serta terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh oleh ulah manusia, masih terjadi ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat (Darmawan, 2020). Manusia tidak lagi mengenal norma, etika dalam kehidupan, dalam berkomunikasi lunturnya rasa berdemokrasi, lenyapnya beberapa kearifan local, memudarnya sikap toleran dan gotong royong terjadinya

(5)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

66 hegemoni kelompok-kelompok, serta perilaku tidak jujur, sebagai indikasi hilangnya jati diri dan karakter bangsa.

Hal di atas tecermin dari misi pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan prilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks.

Menurut Megawangi (2010:5), pendidikan karakter siswa adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing thegood, loving the good, dan acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga akhlak mulia bias terukir menjadi habit of the mind, heart, andhands. Dengan demikian, kurang tepat jika menganggap pendidikan karakter hanya urusan mata pelajaran agama atau PKN. Pendidikan karakter melekat pada mata pelajaran apa pun.Bahkan, rasanya tidak adil jika pendidikankarakter hanya dibebankan dan menjadi tanggung jawab institusi sekolah.

Menurut Diknas, (2010:5) mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan delapan belas nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kedelapan belas nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah (1) religius adalahsikap danperilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaranagama yang dianutnya, toleran terhadappelaksanaan ibadah agama lain, dan hiduprukun dengan pemeluk agama lain. (2) jujuradalah perilaku yang didasarkan pada upayamenjadikan dirinya sebagai orang yang selaludapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, danpekerjaan, (3) toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya, (4) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, (5) kerja keras tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, (6) kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil barudari sesuatu yang telah dimiliki, (7) mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas, (8) Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain, (9) rasa ingin tahu adalah sikapdan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar, (10) semangat Kebangsaan adalahcara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negaradi atas kepentingan diri dan kelompoknya, (11)cinta tanah air adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya, (12) menghargai prestasi adalah sikap dantindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain, (13) bersahabat/komunikatif adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

(6)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

67 keberhasilan orang lain, (14) cinta damai adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain, (15) gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya, (16) peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upay-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi, (17) peduli sosial adalah sikap dantindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan dan (18) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial danbudaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Lickona, (1991:43) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Pendidikan karakter menurut Kertajaya (2010:17) adalah cirikhas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada keperibadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka untuk lebih memantapkan pendidikan karakter yang sudah berjalan di masing-masing sekolah perlu dilakukan upaya penguatan, supaya pendidikan karakter yang selama ini telah diberikan menjadi semakin sempurna, terutama sebagai alat pendukung dari 18 pendidikan karakter yang sebelumnya, yang sudah diberikan kepada pata siswa.

Memperhatikan uraian di atas, maka sebagai bangsa yang sedang berkembang para tokoh bangsa dan tokoh pendidikan harus memiliki rasa optimis, dalam menanggulangi berbagai permasalah pendidikan di era 4.0 seperti sekarang ini, dan para tokoh bangsa dan praktisi dunia pendidikan harus siap dengan segala hal dan kemungkinan, dengan memberikan peluang dan kesempatan kepada anak-anak bangsa yang telah melahirkan berbagai temuan-temuan teknologi-teknologi serta karya yang memberikan kontribusi serta layanan pendidikan secara daring.

3.2 Penataan Kembali Tri Sentra Pendidikan Melalui Wabah Pandemi Covid 19

Semakin berkembang penyebaran virus corona, dan semakin sulitnya penanganan virus corona yang semakin mengganas menyebabkan pemimpin negara-negara di dunia yag terdampak menentukan langah langkah dalam menghentikan penyebarannya, bahkan harus menentukan kebijakan yang sangat sulit. Namun hal itu harus dilakukan mengingat penyebaran virus corona ini telah menghacurkan berbagai lini kehidupan masyarakat di dunia termasuk dunia pendidika, dengan konskwensi siswa dan guru harus bekerja dan belajar dari rumah. Hal ini sifatnya sangat mendadak dilakukan tanpa persiapan sama sekali. Ketidak siapan semua komponen dalam dunia pendidikan, seperti kurikulum, sarana prasarana pembelajaran dan hal lainnya yang mendukung terlaksananya proses pendidikan menjadi kendala yang sangat besar. Adanya perubahan cara belajar mengajar dari tatap muka atau luring (luar jaringan) menjadi daring (dalam jaringan) membutuhkan kesiapan dari semua unsur, dimulai dari pemerintah, sekolah, guru, siswa dan orang tua. Di satu sisi pemerintah

(7)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

68 telah memberikan kelonggaran sistem penilaian pendidikan disesuaikan dengan keadaan darurat, tetapi hal ini tentu sangat paradoksal dengan hati nurani para guru. Para guru seolah makan buah si mala kami, jika dilonggarkan anak-anak akan jadi korban, dan jika tidak dilonggarkan pendidikan tidak bisa berjalan.

Oleh karena pendidikan di dalam wabah Pandemi Covid 19 ini melibatkan hamper semua unsur dan komponen guru, orang tua, masyarakat dan pemerintah, maka seolah ditata kembali tri sentra pendidikan yang selama ini sudah hamper hilang, yang seolah-olah membebankan pendidikan itu hanya kepada guru saja. Saat ini secara tidak langsung masyarakat Indonesia telah diingatkan dan dididik oleh pengalaman bahwa tri sentra pendidikan yang telah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara sudah harus dilakukan kembali, dengan syarat pemerintah harus mengupayakan penguasaan teknologi kepada masyarakat (Hartaka & Suadnyana, 2020). Pendidikan pada saat ini harus menjadi tanggung jawab orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah, maka segala resiko harus ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat.

Penyadaran guru dalam pembelajaran moda daring ini bahwa kehadiran guru bukan mentransfer ilmu pengerathuan yang mereka miliki tetapi para guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran, kehadiran mesin bukan menjadi saingan guru dalam mengajar tetapi guru harus menguasai teknologi sehingga teknolohgi dan guru menjadi partner yang sangat efektif dalam membuat inovasi inovasi pembelajaran (Suadnyana, 2020).

Konskwensi lain yang harus diperhitungkan oleh pemerintah adalah menyiapkan adanya perubahan paradigma belajar dan pembelajaran, sebab paradigm lama di mana padatnya kegiatan sekolah dianggap sangat penting dan tidak dapat dilewatkan, tetapi akibat kondisi pandemic seperti sekarang ini banyak kegiatan sekolah yang tidak dapat dilaksanakan seperti diberhentikannya Ujian Nasional, dan kegiatan lainnya yang harus dilaksanakan tetapi terhenti karena covid 19 ini. Pemerintah mulai saat ini harus mulai dan terus menerus melatih gpara uru untuk menguasai teknologi, sehingga melalui pelatihan yang diberikan para guru akan mampu berinovasi untuk menghasilkan metode-metode baru dibidang teknologi pembelajaran, di samping pemerintah harus bersiap-siap menentukan arah kebijakan, misalnya dengan mengkombinasikan pembelajaran dengan menggunakan moda daring/luring dipadukan sehingga secara perlahan-lahan akan menghasilkan sebuah inovasi dibidang pendidikan dan pembelajaran.

I. PENUTUP

Berdasrkan uraian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa para guru, orang tua siswa dan pemerintah harus bersinergi dan bekerjasama di dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran. Perubahan system pada dunia pendidikan dpembelajaran sebagai akibat dari kebijakan pemerintah khususnya Menteri pendidikan dan kebudayaan membawa pengaruh an konskwensi terhadap system pembelajaran yang serba coba-coba, akibat maraknya penyebaran covid 19. Hal ini tentu akan berpengaruh pula terhadap penguatan pendidikan karakter pada diri siswa, dengan budaya pendidikan di Indonesia bahwa antara guru dan siswa harus ada hubungan psikologis dalam proses pembelajaran. Hal ini tentu akan menjadi paradoksal dengan pencanangan Nawa Cita oleh Presiden Jokowi, jika pemerintah tidak mengambil sikap di dalam mengupayakan

(8)

JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020

69 keberlangsungan proses pendidikan system daring yang selama ini diujicobakan. Di sisi yang lain telah terjadi penataan kembali terhadap konsep tri sentra pendidikan yang selama ini seolah dunia pendidikan hanya dibebankan kepada pemerintah dalam pengelolaannya. Dengan adanya pandemic covid 19, secara tidak langsung telah mengaktifkan kembali system tri sentra pendidikan, sehingga semua komponen di dalam tri sentra pendidikan ikut berperan di dalam proses pendidikan (orang tua dan pemerintah).

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyasa, I. N. S. (2020). Mitigasi Spritual dalam Naskah Lontar Roga Sanghara Bhumi. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 10(1), 27-36.

Ardiyasa, I. N. S. (2020). Napak Tilas Dang Hyang Niratha di Pulau Bali. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 9(2), 179-188.

Dantes, Nyoman. 2014. Landasan Pendidikan Tinjauan dari Dimensi Makropaedagogis, Singaraja:Undiksha.

Darmawan, I. P. A. (2020). Bab 10 EKSISTENSI SENI DI TENGAH BADAI PANDEMI COVID-19. Bali vs COVID-19: Book Chapters, 151.

Diknas, 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Pusat Kurikulum Jakarta

Gunawijaya, I. W. T., & Srilaksmi, N. K. T. (2020). Hambatan Pembelajaran Agama Hindu Terhadap Siswa Tuna Netra di Panti Mahatmia. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(3), 510-520.

Gunawijaya, I. W. T. (2020). Bab 7 “USADHA BALI” ALTERNATIF PERANGI GRUBUGPANDEMI COVID-19. Bali vs COVID-19: Book Chapters, 107.

Hartaka, I. M., & Suadnyana, I. B. P. E. (2020). DHARMA AGAMA DAN DHARMA NEGARA DI ERA KEKINIAN. Pariksa, 2(1).

Lickona, Thomas. 199.1 Educating for Character. How Our School can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lickona, Thomas. 2004 Character Matters. How To Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essencial Virtues. New York: Bantam Books.

Lickona, Thomas. 2005, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Ujung Berung Bandung:Nusa Media (Penerjemah Lita S)

Endrawara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS Siswantoro. 2014. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Dharma Yudha Karma dalam Kitab Suci Bhagavadgita. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 10(2), 119-134

Somawati, A. V., Adnyana, K. S., Darmawan, I. P. A., Dewi, N. P. D. U., Untara, I. M. G. S., Suadnyana, I. B. P. E., ... & Srilaksmi, N. K. T. (2020). Bali vs COVID-19: Book Chapters. Nilacakra.

Untara, I. M. G. S., & Somawati, A. V. (2020). Internalisasi Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam Keluarga Hindu Di Desa Timpag Kabupaten Tabanan. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 333-358.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman kentang pada fase pertumbuhan dan pengumbian secara in vitro akibat perlakuan gula dan asam salisilat, serta

Pada 2016, realisasi kredit perbankan pada sektor Listrik, Gas, dan Air mencapai Rp135 triliun atau mencakup 4 persen dari total kredit.

Tujuan dilaksanakan kegiatan PKM ini tidak hanya berdampak kepada pemerintah desa tetapi kepada masyarakat, terutama terhadap perekonomian masyarakat, yaitu: 1)

merupakan dimensi yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan pasien di Poly Obgyn RSUD.DR.RM.Djoelham Kota Binjai Walaupun pada hasil penelitian ini tidak semua

Metode granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam industri farmasi untuk memproduksi tablet kompresi (Parrott, 1971). Keuntungan granulasi basah menurut Sheth et

Mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat menghadapi ancaman bencana Terwujudnya upaya pencegahan dan

Akses ke area parkir harus dirancang menjadi aman dan nyaman bagi pengguna kursi roda dan pejalan kaki, parkir harus berada sedekat mungkin ke pintu masuk utama dan dapat

Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar