• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL SELF REGULATED THINKING SISWA SMP DAN CREATIVE THINKING SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL SELF REGULATED THINKING SISWA SMP DAN CREATIVE THINKING SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI Π-LOG BERBASIS HABITS OF MIND"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

P

ROFIL SELF

R

EGULATED

T

HINKING

S

ISWA

SMP

DAN CREATIVE

T

HINKING

S

ISWA

SMA

D

ALAM

P

EMBELAJARAN DENGAN

S

TRATEGI Π-LOG

B

ERBASIS HABITS OF

M

IND

Iyon Suyana, Taufik Ramlan R, Heni Rusnayati, Endah Nurhabibah, Rizky Salis S

Departemen Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia

iyons@upi.edu ABSTRAK

Dalam upaya mengembangkan habits of mind siswa dilakukan penelitian untuk mengungkapkan kemampuan profil self regulated thinking Siswa SMP dan creative thinking siswa SMA dalam pembelajaran dengan strategi π-log berbasis habits of mind. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen; Kuesioner self regulated thinking digunakan untuk mengetahui profil self regulated thinking sedangkan untuk mengetahui profil creative thinking digunakan fasilitas web berupa akun blog dengan rubrik penilaian berfikir kreatif yang diadaptasi dari rubric HOM dari Marzano (1992). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas siswa memiliki kemampuan self regulated thinking pada kategori intermediate (moderate) dengan urutan indikator penyusunnya dari perolehan skor terbesar ke terendah adalah „mengevaluasi keefektifan tindakannya‟, „mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan‟, „menyadari pemikirannya sendiri‟, „menanggapi umpan balik dengan tepat‟, serta „merencanakan dengan tepat‟. Untuk profil creative thinking siswa rata-rata sebesar 2.132 pada pembelajaran pertama, dan 2,5 pada pembelajaran kedua yang dikategorikan cakap.

Kata Kunci: π-log, Self Regulated Thinking, Creative Thingking. PENDAHULUAN

Habits of mind berarti memiliki watak berperilaku cerdas ketika menghadapi sebuah masalah yang jawabannya tidak segera diketahui (Costa and Kallick, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan berpikir (habits of mind) dapat diperkenalkan, dibentuk, digali, dilatih, dikembangkan, dan diperkuat menjadi lebih baik melalui berbagai strategi (Muaddab, 2013). Habits of mind sebagai dimensi kelima dalam Dimensions of Learning yang dikembangkan oleh Marzano (1992) terbagi ke dalam tiga kategori yaitu Self Regulation Thinking, Critical Thinking dan Creative Thinking.

Self regulated thinking adalah kebiasaan berpikir mengenai suatu proses pengaturan diri yang mengaktifkan pemikiran, perilaku, dan perasaan secara terus-menerus dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Marzano (1993) dalam Dimensions of Learning

mengungkapkan bahwa self regulated thinking sebagai bagian dari kebiasaan berpikir (habits of mind) terdiri dari menyadari pemikirannya sendiri, merencanakan dengan tepat, mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan, menanggapi umpan balik dengan tepat, serta mengevaluasi keefektifan tindakannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam self regulated thinking masih belum memadai.

Creative thinking kebiasaan berfikir kritis terdiri dari : melibatkan diri dalam tugas meskipun jawaban dan solusinya tidak segera tampak; melakukan usaha memaksimalkan kemampuan dan pengetahuannya; membuat, menggunakan, memperbaikai standar evaluasi yang dibuatnya sendiri; serta menghasilkan cara baru dalam melihat lingkungan dan batasan yang berlaku di masyarakat.

Strategi π-log berbasis habits of mind merupakan serangkaian kegiatan dalam proses

(2)

pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan blog fisika guna merangsang kebiasaan berpikir cerdas agar tujuan pembelajaran fisika dapat dicapai secara efektif dan efisien. π-log dapat dimanfaatkan baik sebagai media, bahan ajar ataupun evaluasi dalam pembelajaran yang interaksinya tidak bergantung waktu dan tempat. Dengan merancang bahan ajar yang menuntut dan melatih siswa selalu harus berfikir dalam setiap aktufitas belajarnya, sehingga diharapkan berfikir menjadi kebiasaan siswa. Selain itu pemanfaatan π-log dalam pembelajaran berarti melatihkan kemampuan Teknologi dan Informasi yang merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Dengan demikian Strategi π-log berbasis habits of mind dapat digunakan untuk melatih self regulated thinking dan Creative thinking siswa sebagai bagian dari habits of mind.

Profil self regulated thinking dan tingkatan creative thinking merupakan gambaran pencapaian/kemampuan self regulated thinking dan creative thinking.. Self regulated thinking dan creative thinking dapat dilatihkan pada siswa melalui pembelajaran.

Self regulated thinking siswa dapat dilatihkan pada siswa melalui pertanyaan-pertanyaan di dalam π-log yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa belajar menyadari pemikirannya sendiri serta melakukan perencanaan dan perancangan kegiatan, termasuk waktu mengakses π-log, guna menjawab pertanyaan kemudian mempublikasikan jawabannya melalui komentar π-log.

Salah satu materi yang diajarkan adalah mengenai gerak lurus berubah beraturan dengan tampilan dalam π-log yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Melalui gambar dan pertanyaan yang diberikan, siswa diharapkan dapat melakukan pengamatan agar mampu menyadari pemikirannya sendiri mengenai fenomena GLBB yang ditunjukkan dan dapat menjawab pertanyaan melalui komentar dalam π-log di bawah materi tersebut.

Gambar 1. Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan dalam π-log Setelah mempublikasikan jawaban melalui π-log, siswa memiliki kesempatan untuk memberi dan menanggapi umpan balik dengan tepat sehingga dapat belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang. Umpan balik yang diperoleh dari komentar dalam π-log akan membantu siswa mengevaluasi hasil pekerjaan mereka sehingga dapat memetakan tingkat kesulitan tugas dan mengenali bagian yang sulit dari tugas tersebut.

Gambar 2. Link atau Tautan dalam π-log menuju Simulasi tentang Gerak Benda (Gerak Lurus dan Hukum Newton)

Ketika mengalami kesulitan dan memerlukan informasi tambahan, siswa akan mencari dan menggunakan sumber yang mereka anggap perlu, baik dengan bertanya serta mencari informasi melalui link atau tautan yang disediakan dalam π-log maupun sumber lainnya. Salah satu tautan tersebut adalah link menuju eksperimen virtual mengenai gaya seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.

Creative thinking dapat dilatihkan pada siswa tugas-tugas fisika dimuat dalam π-log supaya dapat diakses oleh seluruh siswa dimana pun dan kapan pun. Siswa dilatih untuk memahami tugas yang diberikan tanpa pengarahan dari guru sebelumnya, saat siswa membuka π-log untuk melihat tugas walau belum tahu tugasnya seperti apa merupakan

(3)

aspek dari creative thinking. Kemudian waktu untuk mengakses π-log pun menjadi aspek yang dinilai sebagai bagian dari creative thinking yang dijadikan sebagai bentuk standar evaluasi siswa dalam mengerjakan sebuah tugas, dan juga yang menjadi indikator lainnya adalah komunikasi dalam π-log anatara guru dan murid atau pun antara murid dengan murid dijadikan indikator dari aspek-aspek creative thinking. Diskusi dalam yang berlangsung dalam π-log juga dapat dijadikan indikator aspek dari creative thinking siswa seperti cara siswa menjawab, bahasa yang digunakan dan juga gagasan yang berbeda dengan siswa yang lain.

Gambar 3. Contoh komentar siswa pada π-log

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa ada siswa yang berkomentar pada π-log terhadap tugas yang diberikan, tidak semua siswa ikut berkomentar dalam π-log karena kebanyakan dari siswa memilih untuk menjadi silent reader ketika mereka merasa sudah paham terhadap tugas yang diberikan.

Tugas dalam π-log merupakan tugas portofolio yang harus dikerjakan secara individu dirumah, pada π-log hanya tertera contoh dari tugas yang harus dibuat oleh siswa.

Gambar 4. Tugas Individu yang diberikan

Dari tugas-tugas yang ada pada π-log dapat diketahui pula tingkat creative thinking siswa dengan menyesuaikan point-point yang ada pada instrument. Tugas pada gambar 4 merupakan tugas portofolio dimana siswa harus mencari aplikasi dari gerak parabola pada kehidupan sehari-hari dan menganalisanya dengan menggunakan konsep kinematika dengan analisis vektor yang sebelumnya telah dipelajari di sekolah. Gambar dan analisis konsep harus saling berkaitan dan benar, serta siswa diharuskan untuk menyertakan daftar pustaka dalam tugasnya. Creative thinking siswa pada umumnya terlihat pada tugas yang ditulis dalam kertas polio dengan hiasan hasil karya masing-masing yang tidak dicontohkan pada tugas π-log, bahkan ada yang membuat lebih dari 1 aplikasi fisika yang dikerjakan dalam tugas polio (Gambar 5).

Creative thinking yang meliputi

ketekunan dan kegigihan dapat dilatihkan kepada siswa dengan pemberian dorongan dan semangat melalui π-log untuk menyelesaikan permasalahan secara tuntas meskipun solusinya sulit atau belum ditemukan. Dengan demikian, siswa akan berusaha memaksimalkan pengetahuan dan kemampuan mereka. Untuk menghargai diri mereka sendiri, siswa dilatih menghasilkan, meyakini, dan mempertahankan standar evaluasi mereka. Dengan demikian, siswa belajar bahwa untuk merasa percaya diri,

(4)

mereka tidak perlu menurunkan standar evaluasi. Siswa juga perlu dilatih untuk menghasilkan cara pandang baru terhadap situasi tanpa dibatasi oleh kebiasaan masyarakat karena masalah akan terus berkembang seiring dengan kemajuan jaman.

Gambar 5. Contoh Tugas Polio yang Dikumpulkan Siswa Salah satu pertanyaan dalam π-log yang memicu creative thinking siswa adalah mengenai contoh-contoh dari gaya gesek yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Gambar 6). Siswa yang berpikir kreatif tentu akan memberikan jawaban berbeda dari jawaban-jawaban yang biasa disampaikan oleh siswa lain.

Gambar 6. Contoh Gaya Gesek dalam π-log

Blog fisika berbasis habits of mind merupakan perangkat pengajaran dan pembelajaran yang bermanfaat karena menyediakan sebuah ruang bagi siswa untuk merefleksikan dan mempublikasikan pemikiran dan pemahaman mereka. Aktifitas ini akan melatih siswa untuk menyadari pemikirannya sendiri dan merencanakan dengan tepat apa yang akan mereka publikasikan dengan terlebih dulu mengenali, mengumpulkan, dan menggunakan sumber yang diperlukan. Selain itu, karena blog dapat dikomentari, blog menyediakan kesempatan untuk memperoleh

umpan balik yang berpotensi bagi tumbuhnya ide dan pemikiran baru. Dengan demikian, siswa dilatih untuk menanggapi umpan balik dengan tepat sehingga dapat mengevaluasi keefektifan tindakannya agar memperoleh hasil yang lebih baik.

Ferdig dan Trammel (2004) menampilkan beberapa argumen menarik untuk kegiatan blogging di kelas dan menghitung empat keuntungan utama dari keterlibatan siswa dalam blog. Ketika memposting tulisan dan komentar, siswa harus menjelajahi sejumlah informasi yang luas dari web atau referensi lainnya. Aktivitas ini tidak hanya membawa mereka pada serangkaian topik di luar kelas, tetapi juga mendorong untuk mengevaluasi validitas dan nilai dari sumber yang bervariasi. Blogging cenderung meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar dan memiliki atau menjalani prosesnya. Blog menyediakan forum diskusi bagi siswa yang mungkin belum bisa berpartisipasi di kelas. Blogging juga mendorong terjadinya diskusi di luar kelas dengan variasi sudut pandang yang luas. Dengan demikian, blog fisika berbasis habits of mind diharapkan tidak hanya mampu melatih self regulated thinking dan creative thingking, melainkan juga meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa.

METODE

Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya adalah one shot case study untuk self regulated thinking dan One-Group Pretest-Posttet Design untuk creative thingking.

Untuk mengukur self regulated thinking digunakan koesioner terdiri dari 20 pernyataan, baik positif maupun negatif, dengan 4 pernyataan untuk setiap indikator self regulated thinking. Untuk mengetahui profil creative thinking digunakan instrumen yang diadaptasi dari rubric HOM Marzano (1992) yang sebelumnya telah di judgment oleh expert

Perlakuan (treatment) pembelajaran kegiatan demonstrasi dan eksperimen virtual uang dilengkapi dengan LKS yang membimbing siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Siswa juga mengakses π-log di dalam maupun di luar KBM guna menambah

(5)

wawasan, mencari informasi, dan berdiskusi mengenai materi pelajaran. Data yang diperoleh berupa skor self regulated thinking dimana setiap pernyataan memiliki skor maksimum 4 dan skor minimum 1. Skor total yang diperoleh setiap siswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori yang terdapat dalam Self Regulation

Questionnaire (Brown, Miller, &

Lawendowski, 1999). seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Kategori Self Regulated Thinking

Skor SRQ Persentase SRT Self Regulated Thinking > 239 > 75,87% High (Intact) 214 – 238 67,63% - 75,88% Intermediate (Moderate)

< 213 < 67,62% Low (Impaired) (Brown, Miller, & Lawendowski, 1999

Adapun dalam menentukan persentase skor SRT tiap siswa, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% SRT = x 100%

Perolehan persentase ini kemudian diinterpretasikan sesuai dengan Tabel 1.

Untuk pengukuran creative thinking perlakuan (treatment) berupa tugas yang di upload pada philogupi.blogspot.com untuk kemudian dijadikan media bagi siswa dan guru melakukan interaksi didalamnya. Intrument creative thinking terdiri dari beberapa aspek yang bernilai antara 1 – 4 untuk setiap aspeknya. dikategorikan menjadi empat kategori sebagai berikut :

Tabel 2. Kategori Creatuve thinking Kategori Nilai Creative thinking Tidak memuaskan X ≤ 0.99

Terbatas X ≤ 1.99

Cakap X ≤ 2.99

Unggul X ≤ 3.99

Nilai profil creative thingking didapatkan dari tugas yang dikerjakan dan aktivitas mereka dalam menggunkan π-log, skor dari creative thinking diperoleh dari

%skor creative thinking =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Self Regulated Thinking

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner secara umum, dapat diketahui kategori self regulated thinking siswa melalui skor total yang diperoleh masing-masing siswa. Tabel 2 menunjukkan jumlah siswa beserta

persentasenya pada setiap kategori self regulated thinking.

Tabel 3. Profil Self Regulated Thinking Siswa High (Intact) Intermediate (Moderate) Low (Impaired) Jumlah Siswa 5 20 10 % 14.29 57.14 28.57

Gambar 7 menunjukkan persentase siswa pada setiap kategori self regulated thinking. Melalui diagram, tampak bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada setiap kategori self regulated thinking. Akan tetapi, meski jumlah siswa pada kategori low (impaired) lebih banyak dibandingkan pada kategori high (intact), mayoritas siswa telah berada pada kategori intermediate (moderate). Hasil ini didukung oleh penelitian Burgess (2012) melalui pembelajaran menggunakan strategi berbasis habits of mind terhadap siswa berlatarbelakang perilaku bermasalah yang menunjukkan adanya peningkatan pada masing-masing indikator habits of mind, penurunan perilaku bermasalah, serta peningkatan ketekunan siswa pada tugas yang diberikan. Begitu juga dengan penelitian Anwar (2005) yang menunjukkan bahwa semua kategori habits of mind, termasuk self regulated thinking, dapat terbentuk melalui asesmen yang ia terapkan pada pembelajaran konsep lingkungan.

Persentase Jumlah Siswa Berdasarkan Kategori N-Gain

Gambar 7. Persentase Profil Self Regulated Thinking Siswa Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Idris (2013) dan Haka (2013). Perolehan persentase skor self regulated thinking siswa yang diperoleh Idris (2013) sebesar 77,5% sedangkan Haka (2013) sebesar 86,5%. Bila diinterpretasikan berdasarkan Tabel 2, maka

(6)

self regulated thinking subjek yang diteliti dalam kedua penelitian tersebut berada pada kategori high (intact). Perbedaan kategori ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah subjek penelitian, karakteristik materi pembelajaran, dan perlakuan yang diberikan. Idris (2013) dan Haka (2013) menggunakan asesmen formatif yang diberikan kepada siswa SMA serta diterapkan pada pelajaran biologi sedangkan penelitian ini menggunakan strategi π-log berbasis habits of mind yang diberikan kepada siswa SMP dan diterapkan pada pelajaran fisika, tepatnya materi gerak benda.

Selain memperoleh profil kategori self regulated thinking siswa, dengan menggunakan data pengisian kuesioner juga dapat diperoleh skor dan persentase setiap indikator dalam menyusun self regulated thinking seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 8.

Self Regulated Thinking

Gambar 8. Persentase Setiap Indikator SRT

Dari Gambar 8, tampak bahwa persentase kemampuan siswa pada setiap indikator self regulated thinking tidak terlalu jauh satu sama lain, hanya berkisar antara 17-22 %. Jika diurutkan dari indikator dengan persentase paling rendah hingga paling tinggi, maka urutannya adalah B, D, A, C, dan E. Hasil tersebut serupa dengan penelitian Black dan William (1998) yang menyatakan bahwa seringkali mahasiswa tidak mengetahui target yang harus dicapai dalam pembelajarannya. Peranan strategi π-log berbasis habits of mind dalam melatih kemampuan siswa untuk menyadari pemikirannya sendiri didukung oleh penelitian Cheung dan Hew (2008) yang menunjukkan bahwa partisipasi mahasiswa pada pembelajaran online sebagaimana π-log lebih mampu menggali indikator menyadari pemikirannya sendiri dan bersifat terbuka dibandingkan indikator habits of mind lainnya. Indikator yang paling kecil persentasenya adalah merencanakan dengan tepat (B). Hanya

indikator ini yang perbedaannya paling besar dengan indikator di atasnya, yaitu menyadari pemikirannya sendiri (D). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam merencanakan dengan tepat sangat perlu ditingkatkan.

Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh pengolahan persentase skor total dari setiap indikator. Tampak bahwa merencanakan dengan tepat adalah satu-satunya indikator yang berada pada kategori low (impaired), sedangkan indikator lainnya berada pada kategori intermediate (moderate). Interpretasi setiap indikator self regulated thinking ditunjukkan oleh Tabel 4.

Tabel 4. Interpretasi Setiap Indikator SRT Indi-kator A B C D E % 70,89 62,86 73,04 70,18 74,82 Kateg ori SRT Intermed iate (moderat e) Low (impair ed) Intermed iate (moderat e) Intermed iate (moderat e) Intermed iate (moderat e) Hasil yang berbeda kembali ditunjukkan oleh Haka (2013). Indikator tertinggi yang diperoleh siswa melalui asesmen yang diterapkan adalah „menanggapi umpan balik dengan tepat‟ sedangkan indikator terendahnya adalah „mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan‟. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya. Umpan balik sebagai bagian dari asesmen formatif yang diterapkan oleh Haka (2013) tentu lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam menanggapi umpan balik dengan tepat. Akan tetapi, karena π-log sebagai fasilitas yang sangat mampu menyediakan sumber belajar tentu lebih melatih kemampuan siswa dalam mengenali dan menggunakan sumber yang diperlukan. Meski demikian, indikator „mengevaluasi keefektifan tindakannya‟ menjadi salah satu indikator terbesar yang menyusun self regulated thinking siswa pada kedua penelitian.

Selama pembelajaran berlangsung, hasil catatan lapangan diperoleh dari komentar-komentar siswa dalam π-log, pengisian LKS, serta pengamatan terhadap aktivitas siswa di kelas. Gambar 7 menunjukkan beberapa komentar yang mengindikasikan kemampuan self regulated thinking siswa.

(7)

Komentar Terkait „Menyadari Pemikirannya Sendiri‟

Komentar Terkait „Mengenali dan Menggunakan Sumber yang Diperlukan‟

Komentar Terkait „Mengevaluasi Keefektifan Tindakannya‟

Komentar Terkait „Menanggapi Umpan Balik dengan Tepat‟ Gambar 9. Komentar-komentar dalam π-log Terkait Self Regulated

Thinking

Profil creative thingking

Pada profil Habits of Mind ranah Creative Thinking dari dua kali pemberian tugas, untuk tugas pertama yang bertujuan mengukur kemampuan creative thinking pada materi kinematika dengan analisis vektor. Tugas di upload pada philogupi.blogspot.com untuk kemudian dijadikan media bagi siswa dan guru melakukan interaksi didalamnya. Pada pelaksanaannya siswa pada umumnya lebih cenderung menjadi silent reader dari pada menjadi seorang yang rajin untuk bertanya dan menjawab, bentuk tugas berupa portofolio yang di kerjakan dirumah dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

Gambar 10. Nilai Profil Creative Thinking l

Dari diagram tersebut nilai paling kecil diperoleh bagi siswa yang dikategorikan terbatas sebanyak 0%, sedangkan nilai paling banyak diperoleh dari kategori cakap sebanyak

(8)

53% yang siswanya memilki karakteristik untuk menjadi silent reader. Siswa yang dikategorikan tidak memuaskan memiliki presentase sebesar 28%, mereka merupakan siswa yang tidak mengerjakan tugas π-log sama sekali. Siswa-siswi yang cenderung aktiv pada π-log terdapat pada kategori unggul yaitu sebanyak 19%, mereka memiliki kemauan dalam mengerjakan tugas dan berdialog pada π-log .

Pemberian tugas kedua untuk mengukur nilai creative thinking siswa dilakukan pada materi usaha dan energi. Tugas di upload pada π-log untuk kemudian di cek oleh siswa dan diharapkan siswa aktiv dalam diskusi di π-log .

Gambar 11. Nilai Profil Creative Thinking l

Dari diagram tersebut diketahui bahwa siswa yang dikategorikan cakap memiliki presentase yang paling besar yaitu 44%, sama seperti pada tugas I creative thinking siswa yang dikategorikan terbatas bernilai nol. Siswa yang dikategorikan tidak memuaskan merupakan siswa yang tidak mengerjakan tugas proyek sama sekali, mereka pada umumnya merupakan siswa yang tidak menerjakan tugas proyek I. Namun prentasenya lebih kecil daripada yang pertama yaitu 17%, sedangkan yang pertama bernilai 28%. Siswa yang masuk kategori unggul memiliki presentase sebesar 39%, nilainya jauh lebih besar daripada presentase tugas I yang nilainya 19.44%. Siswa yang dikategorikan unggul merupakan siswa yang aktiv dalam π-log , bahkan untuk tugas kedua ini beberapa siswa melakukan langsung kontak email pada peneliti. Hal itu dilakukan karena mereka bertanya dan membutuhkan jawaban secepatnya.

Nilai gain dari creative thinking siswa pada pemberian tugas sesi I dan tugas sesi II dapat dihitung guna mengetahui adanya

pengaruh dari penggunaan π-log berbasis habits of mind terhadap creative thinking siswa. Dengan menggunakan aplikasi M.Excel diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Uji Gain Creative Thingking Siswa

Rendah 27 75 75%

Sedang 9 25 25%

Tinggi 0 0 0%

Gambar 12. Presentasi Gain Creative Thinking

Dari hasil uji gain terhadap creative

thinking siswa bahwa sebanyak 75%

dikategorikan sebagai sedang (0.3 – 0.7). Untuk nilai dengan kategori rendah sebesar 25% (g < 0.3), pada kategori kelas rendah banyak siswa yang memiliki nilai gain sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa tidak memiliki perbedaan dalam mengerjakan tugas I dan II, bahkan pada kategori rendah ditemukan beberapa siswa yang memiliki nilai gain minus. Siswa-siswa tersebut menunjukkan penurunan dalam creative thinking.

Nilai rata-rata creative thinking I sebesar 2.132 dan nilai rata-rata creative thinking sesi II sebesar 2.5 , maka dapat dihitung nilai pertumbuhan dari seluruh kelas terhadap creative thinking sesi 1 dan II (Lampiran C-3).

Hasil perhitungan diketahui bahwa 0.197 atau sebesar 19.70% yang dikategorikan rendah (g < 0.3), meski dikategorikan rendah tapi dapat disimpulkan bahwa penggunaan π-log dapat meningkatkan creative thinking siswa.

KESIMPULAN

Implementasi strategi pembelajaran π-log berbasis habits of mind dapat meningkatkan kemampuan self regulated thinking siswa SMP dan creative thinking. siswa SMA.

Profil self regulated thinking siswa SMP menunjukkan prosentasi terbesar pada kategori intermediate (moderate) dengan persentase

(9)

sebesar 57,14%. Persentase terbesar kedua berada pada kategori high (intact) sebesar 28,57% dan sisanya berada pada kategori low (impaired) sebesar 14,29%. Dengan demikian self regulated thinking siswa setelah mengalami pembelajaran menggunakan strategi π-log berbasis habits of mind cukup baik ditunjukkan dengan rendahnya jumlah siswa pada kategori low (impaired).

Pada profil creative thinking siswa SMA setelah mengalami pembelajaran π-log berabsis habits of mind sebagian besar pada kategori “cakap” yaitu sebesar 52 % pada pembelajarn pertama dan 44 % pada pembelajaran kedua; yang mengalami kenaikan terbesar pada kategori unggul naik dari 19 % pada pembelajaran pertama menjadi 39 % pada pembelajaran kedua; sedangkan kategori tidak memuaskan mengalami penurunan terbesar dari 28 % pada pembelajaran pertama menjadi 17 % pada pembelajaran kedua

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. (2005). Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assessment) dalam Membentuk Habits of Mind Siswa pada Pembelajaran Konsep Lingkungan. Tesis Sekolah Pascasarjana Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Brown, Miller, dan Lawendowski. (1999). The Self-Regulation Questionnaire (SRQ). U.S. Department of Education. [Online] Tersedia: www.casaa.unm.edu

Burgess, H. (2012). The Impact of Teaching Thinking Skills as Habits of Mind to

Young Children with Challenging

Behaviours. Journal Routledge Taylor &

Francis Group-Emotional and

Behavioural Difficulties. [Online]

Tersedia: www.dx.doi.org

Campbell, J. (2006). Theorising Habits of Mind as A Framework for Learning. (online). Tersedia : www.aare.edu.au/ 06pap/camo6102.pdf

Cheung & Hew. (2008). Examining Facilitator’s Habits of Mind and

Learner’s Participation. Melbourne:

Proceedings Ascilite Melbourne.

Costa, AL, and Kallick. (2000). Describing Sixteen Habits of Mind. Alexandria. VA : Assoctiation for Supervision and Cirricullum Development.

Ferdig, R. dan K. Trammell. (2004). Content delivery in the blogosphere. THE Journal. [Online] Tersedia: www.thejournal.com Haka, N. B. (2013). Penerapan Asesmen

Kinerja untuk Meningkatkan Kemampuan Habits of Mind dan Penguasaan Konsep Biologi Siswa Kelas XI. Tesis Sekolah Pascasarjana Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Idris, T. (2013). Penerapan Asesmen Portofolio untuk Meningkatkan Habits of Mind dan Penguasaan Konsep Siswa SMA Kelas XI. Tesis Sekolah Pascasarjana Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Lawanto,Oenardi. 2000. Pembelajaran

Berbasis Web sebagai Metoda

Komplemen dalam Pendidikan dan

Pelatihan. Universitas Surabaya.

Mardapi, Djemari. 2012. Penilaian Pendidikan Karakter. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Marzano, R. J. (1992). Different Kind of Classroom. Teaching with Dimensions of Learning. Alexandria: ACD (Association for Supervision and Curriculum Development.

Marzano et al. (1993). Dimensions of Learning (Trainer’s Manual). [Online] Tersedia: www.ascd.org

Muaddab (2013). Pendidikan Ekonomi, Habits of Mind, dan Dominasi Pendidikan Sains. [Online] Tersedia: www.netsains.net Rustaman, Nuryani. 2008. Habits of Mind in

Learning Science and Its Assesment. Bandung.

Sriyati, Siti. Rustaman, Nuryani. dan Zainul, Asmawi. 2009. Implementation of formative Assessment To Improve habits of mind of Biology Student. UPI. Bandung.

Gambar

Gambar 1. Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan dalam π-log
Gambar 3. Contoh komentar siswa pada π-log
Gambar 5. Contoh Tugas Polio yang Dikumpulkan Siswa
Tabel 2. Kategori Creatuve thinking  Kategori  Nilai Creative thinking  Tidak memuaskan   X ≤ 0.99
+2

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan

menghimbau masyarakat agar membantu kader posyandu dalam memberikan penyuluhan kesehatan bagi lansia Kepala desa menggerakkan masyarakat untuk mengajak lansia untuk

Telah dilakukan penelitian mengenai pembuatan edible film dari campuran tapioka, kitosan, gliserin, dan ekstrak kulit manggis ( Garciniae mangostana ) untuk

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMPN 1 Pasir Sakti Lampung Timur sebanyak lima kelas yang berjumlah 176 siswa, dengan sampel dua kelas

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui keefektivan pelarut n-butil asetat pada proses ekstraksi biji papaya ( carica papaya L) , serta mengamati karakteristik minyak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu bersalin dalam memilih pertolongan persalinan pada masyarakat suku melayu di Kecamatan Medang Deras

Panthéon-Sorbonne, l’université d’origine, doit posséder la maîtrise en droit et un diplôme d’études approfondies (DEA); ce dernier diplôme peut être remplacé par un

Dalam perancangan program ini, penulis banyak menggunakan fasilitasfasilitas yang disediakan oleh aplikasi Macromedia Dreamweaver sebagai suatu media untuk menuliskan program dan