• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Evidence Based Kebidanan Dalam Asuhan Persalinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Evidence Based Kebidanan Dalam Asuhan Persalinan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Evidence Based Kebidanan dalam Asuhan Persalinan

A. Latar Belakang

Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:

1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.

2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.

Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa: 1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.

2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.

3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.

4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).

(2)

5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.

6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan

2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan persalinan terkini C. Manfaat

1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based kebidanan

2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada asuhan persalinan terkini

BAB II TINJAUAN TEORI A. Evidence Based Midwifery (Practice)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini,

(3)

peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

B. Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,10)

Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:

1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik (Clinical Decision Making).

2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi 3. Aspek Pencegahan Infeksi

(4)

4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi) 5. Aspek Rujukan

BAB III TINJAUAN KASUS A. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

a) Keluarga Berencana

Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan b) Asuhan Antenatal Terfokus

Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi

c) Asuhan Pascakeguguran

Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya

d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian

e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi

(5)

keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:

1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinanpatologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

2. Laserasi/episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

3. Retensio plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.

4. Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien

(6)

5. Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.

2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir. 5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.

7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

(7)

9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten. 10. Menghargai privasi ibu.

11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.

12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya.

13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.

14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).

15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. 17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan evidence based terkini, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini

(8)

secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. B. Saran

Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKI dan AKB.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta. www.google.com

EVIDENCE BASED PERSALINAN

2.1 EVIDENCE BASED

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti.Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.

Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997).

Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindaka – tindakan yang tidak

(9)

diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi

2.2 PERSALINAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.

Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala yaitu : 1. Kala I

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap yaitu 10 cm. Dimana kala I ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. Fase laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

b. Fase aktif è Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase : a) Periode akselerasiè Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimalè Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 jam.

c) Periode deselarasiè Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

2. Kala II

Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.

Persalinan kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10cm) dan berakhir dengan keluarnya janin.

Tanda dan gejala kala II :

a) Ibu ingin mengeran (dorongan mengeran/doran) b) Perineum menonjol (perjol)

c) Vulva membuka (vulka) d) Tekanan anus (teknus)

(10)

e) Meningkatnya pengeluaran lendir dan darah f) Kepala telah turun di dasar panggul

2.3 EVIDENCE BASED PADA KALA II PERSALINAN

Pada proses persalinan kala II ini ternyata ada beberapa hal yang dahulunya kita lakukan ternyata setelah di lakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat atau bahkan dapat merugikan pasien.

Adapun hal – hal yang tidak bermanfaat pada kala II persalinan berdasarkan EBM adalah : No

.

Tindakan yang dilakukan Sebelum EBM Setelah EBM 1. Asuhan sayang ibu Ibu bersalin dilarang untuk

makan dan minum bahkan untuk mebersihkan dirinya

Ibu bebas melakukan aktifitas apapun yang mereka sukai 2. Pengaturan posisi persalinan

Ibu hanya boleh bersalin dengan posisi telentang

Ibu bebas untuk memilih posisi

yang mereka

inginkan 3. Menahan nafas saat

mengeran

Ibu harus menahan nafas pada saat mengeran

Ibu boleh bernafas seperti biasa pada saat mengeran 4. Tindakan epsiotomi Bidan rutin melakukan

episiotomy pada persalinan

Hanya dilakukan pada saat tertentu saja

Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada :

1. Asuhan sayang ibu pada persalinan kala

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibuakan bersalin.

Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain :

(11)

 Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM diperleh kesimpulan bahwa :

i. Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena itu jika ibu tidak makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat janin.

ii. Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada alasan untuk melarang makan dan minum.

iii. Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Ha ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larence 1982, Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas 1980.

 Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang dapat membentu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang pendamping saat proses persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya seorang pendemping pada proses persalinan adalah :

 Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.

 Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.

 Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing – masing, membantu memberikan makan dan minum.

 Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan dorongan kepada ibu selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.

(12)

 Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.

 Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik. 2. Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II

Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal ini dikarenankan :

 Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah ibu ke janin.

 Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi telentang juga mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang lebih besar.

 Posisi telentang/litotomi juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian bawah janin.

 Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kafa inferior serta pembluh-pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.

 Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan aka nada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa post partum (nifas).

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai 1995, Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai kelebihan sebagai barikut :

a. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyeri. b. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih seingkat.

c. Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir spontan lebih besar, dan robekan perineal dan vagina lebih sedikit.

(13)

d. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.

e. Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih baik dan bayi baru lahir memiliki nilai apgar yang lebih baik.

f. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga mengurangi keluhan haemoroid.

g. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan bagian bawah janin.

h. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfatkan gaya gravitasi.

Oleh karena itu sebaiknya sebelum bidan hendak menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut

a. Menjelaskan kepada ibu bersalina dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan.

b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman. c. Mebicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.

d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki kala II. e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.

f. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.

g. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan berbagai posisi dan mudah dibersihkan.

3. Menahan nafas pada saat mengeran

Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan karena :

a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi singkat. b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya sebentar.

(14)

c. Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu merasakan dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.

4. Tindakan episiotomi

Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :

a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan “perdarahan yang tidak perlu”.

b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik.

c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.

d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi derajat tiga dan empat.

e. Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.

Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan lagi. Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat persalinan. Antara lain indikasinya adalah :

a. Bayi berukuran besar

Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat menjadi indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk enghindari factor resiko yang lainnya.

b. Perineum sangat kaku

Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.

c. Perineum pendek

Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebar ke bawah.

(15)

d. Persalinan dengan alat bantu atau sungsang

Episiotomi boleh dilakukan jika persalinan menggunakan alat bantu seperti forcep dan vakum. Hal ini bertujuan untuk membantu mempermudah melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga memperkecil resiko terjadinya cideraakibat penggunaan alat bantu tersebut. Begitu pula pada persalinan sungsang.

3. Kala III

Waktu pelepasan dan pengeluaran ari. 4. Kala IV

Mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam.

Salah satu tahapan dalam proses persalinan yang sangan penting adalah pada kala II persalinan. Dimana kala II persalinan ini dimulai pada saat pembukaan lengkap (pembukaan lengkap=10cm) sampai dengan lahirnya janin. Pada kala II persalinan ini sering terjadi perlakuan – perlakuan yang terkadang dinilai tidak perlu bahkan membahayakan bagi ibu. Oleh karena itu beberapa peneliti mulai melakukan peneitian pada kala II persalinan yang dianggap membahayakan bagi ibu berdasarkan evidence based.

2.4 CONTOH EBM PADA ASUHAN PERSALINAN

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada: a) Keluarga Berencana

 Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan. b) Asuhan Antenatal Terfokus

 Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.

(16)

c) Asuhan Pascakeguguran

 Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

 Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.

e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.

 Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:

1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

2. Laserasi/episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

(17)

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.

4. Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien

5. Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.

(18)

2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut

3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya

4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir. 5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.

7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten. 10. Menghargai privasi ibu.

11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.

12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya.

13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.

14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).

15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir

16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. 17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanan-dalam.html

(19)

Isu Terkini dan Evidence Based dalam Praktik Kebidanan Posted on June 1, 2013 by Moudy E.U Djami

1. Isu Terkini Praktik Kebidanan

a. Pendahuluan

Sebelum berbicara tentang isu terkini dalam praktik kebidanan, pertama-tama filosofi kebidanan harus ditengok kembali sehingga bukti ilmiah yang kita pakai sebagai bidan tidak melenceng dari filosofi perofesi bidan itu sendir. Filosofi dasar profesi kebidanan terdiri dari 6 filosofi dasar antara lain:1

1) Normal & Natural childbirth 2) Women centre care

3) Continuity of care 4) Empowering women

5) women and family partnership

b. Isu Terkini Praktik Kebidanan

Pada kenyataannya, banyak diantara kita mengakses temuan ilmiah namun bukan pada domain kebidanan yakni mengupayakan proses reproduksi berjalan dengan fisilogis, tetapi lebih kearah medical. Misalnya penggunaan medikamentosa untuk manajemen nyeri persalinan dengan ILA dan lain sebagainya. Berkiblat pada filosofi diatas, maka manajemen nyeri haruslah

memanfaatkan alam dan kompetensi bidan yang ada misalnya dengan touch in labor. 2, 3

Isu Terkini dalam praktik kebidanan lain yang sangat fenomenal adalah lotus birth yang membuat Robin Lim mendapat penghargaan yang membanggakan sejawat di seluruh dunia. Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan.

(20)

Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir.Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir .

Meskipun merupakan suatu fenomena alternatif yang baru, penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya orang Aborigin.Oleh karena itu, keputusan untuk dilakukannya Lotus Birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi karena Lotus Birth merupakan tanggungjawab dari klien yang telah memilih dan membaut keputusan tentang tindakan tersebut.

Praktik Modern dari Lotus Birth menunjukkan bahwa mamalia yang mempunyai 99% bahan genetik hampir sama dengan manusia, yaitu simpanse pun membiarkan plasenta utuh, tidak merusak atau memotongnya. Hal tersebut dikenal dengan fakta primatologistsSampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai adanya kehilangan berat badan bayi dan penyakit kuning karena tindakan Lotus Birth.Referensi mengenai Lotus Birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, serta Kristen dan Yahudi.

(21)

Beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:

1) Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat

2) Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.

3) Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.

4) Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.

5) Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.

6) Alasan rohani atau emosional.

7) Tradisi budaya yang harus dilakukan.

8) Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat. 9) Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)

10) Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal).

Beberapa manfaat dilakukannya Lotus Birth diantaranya :

1) Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin.

2) Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat mulai bernafas sendiri.

3) Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.

4) Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.

(22)

5) Dr Sarah Buckley mengatakan :”bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfusi ini mengandung zat besi, sel darah merah, keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama.” Hilangnya 30 mL darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 mL darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti

berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 mL darah, yang setara dengan 1200mL darah orang dewasa.

2. Evidence Base Praktik Kebidanan

1. Definisi

Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence Base dapat diartikan sebagai berikut:

Evidence : Bukti, fakta Base : Dasar

Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti. Pengertian Evidence Base menurut sumber lain:

The process of systematically finding, appraising and using research findings as the basis for clinical decisions.4

Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.

Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.

2. Manfaat Evidence Base

Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:

1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah 2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)

(23)

3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang bermutu

4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Sumber Evidence Base

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula yang public domain. Contoh situs yang dapat diakses secarea gratis (open access) seperti:

1) Evidence Based Midwifery di Royal College Midwives Inggris :

http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2013/volume-11-issue-1/the-physical-effect-of-exercise-in-pregnancy-on-pre-eclampsia-gestational-diabetes-birthweight-and-type-of-delivery-a-struct/ 2) Midwifery Today : http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp 3) International Breastfeeding Journal :http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content 4) Comfort in Labor : http://Childbirthconnection.org.

5) Journal of Advance Research in Biological Sciences :

http://www.ejmanager.com/mnstemps/86/86-1363938342.pdf?t=1370044205 6) American Journal of Obstetric and Gynecology : http://ajcn.nutrition.org/ 7) American Journal of Clinical Nutrition : http://ajcn.nutrition.org/

8) American Journal of Public Health : http://ajcn.nutrition.org/ 9) American Journal of Nursing :

(24)

10) Journal of Adolescent Health : http://www.jahonline.org/article/S1054-139X(04)00190-9/abstract

4. Tingkatan Evidence Base

Tidak semua EBM dapat langsung diaplikasikan oleh semua professional kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah terlebih dahulu,

mem[ertimbangkan manfaat dankerugian serta kondisi setempat seperti budaya, kebijakan dan lain sebagainya.

5. Evidence Base – Midwifery Dibawah ini akan dipaparkan Evidence Base dalam praktik Kebidanan terkini menurut proses reproduksi: 5-7

1) EBM-ANC

KEBIASAAN KETERANGAN

Diet rendah garam untuk mengurangi hipertensi

Hipertensi bukan karena retensi garam

Membatasi hubungan seksual untuk mencegah abortus dan kelahiran prematur

Dianjurkan untuk memakai kondom ada sel semen yang mengandung prostaglandin tidak kontak langsung dengan organ reproduksi yang dapat memicu kontraksi uterus

Pemberian kalsium untuk mencegah kram pada kaki

Kram pada kaki bukan semata-mata disebabkan oleh

Quality : Type Of Evidence 1 a

(best)

: Systematic review of randomized controlled trials

1 b : Individual randomized controlled trials with narrow confidence interval

1 C : All or one case series (when all patients died before a new therapy was introduced but patient receiving the new therapy now survive)

2a : Systematic review of cohort studies

2b : Individual study or randomized controlled trials with <80% follow up

2c : outcome research: ecological studies 3a :Systematic review of case –control studies 3b : Individual case –control study

4 : Case series 5

(worse)

(25)

kekurangan kalsium

Diet untuk memcegah bayi besar

Bayi besar disebabkan oleh gangguan metabolism pada ibu seperti diabetes melitus

Aktititas dan

mobilisasi/latihan (senam hamil dll) saat masa kehamilan menurunkan kejadian PEB, gestasional diabetes dan BBLR dan persalinan SC

 Berkaitan dengan peredaran darah dan kontraksi otot. (lihat jurnal)8

2) EBM INC & PNC

KEBIASAAN KETERANGAN

Tampon Vagina Tampon vagina menyerap darah

tetapi tidak menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan tetap terjadi dan dapat

menyebabkan infeksi

Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau

selanjutnya penggunaan gurita akan menyebabkan kesulitan pemantauan involusio rahim

Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama

(26)

Ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan kontak kulit ke kulit untuk mempererat bonding attachment serta keberhasilan pemberian ASI

Menduduki sesuatu yang panas

Duduk diatas bara yang panas dapat menyebabkan

vasodilatasi, menurunkan tekanan darah ibu dan menambah perdarahan serta menyebabkan dehidrasi

Review dari Cochrane menginformasikan bahwa epidural tidak hanya menghilangkan nyeri persalinan, namun seperti tindakan medikal lainnya berdampak pada perpanjangan persalinan, peningkatan penggunaan oksitosin, peningkatan persalinan dengan tindakan seperti forcep atau vakum ekstraksi, dan tindakan seksio sesarea karena kegagalan putaran paksi dalam, resiko robekan hingga tingkat 3-4 dan lebih banyak

membutuhkan tindakan episiotomy pada nulipara. 9

Studi lain tentang sentuhan persalinan membuktikan bahwa dengan sentuhan persalinan 56% lebih sedikit yang mengalami tindakan Seksio Sesarea, pengurangan penggunaan anestesi epidural hingga 85%, 70 % lebih sedikit kelahiran dibantu forceps, 61% penurunan dalam penggunaan oksitosin; durasi persalinan yang lebih pendek 25%, dan penurunan 58% pada neonatus yang rawat inap.10

Menyusui secara esklusif dapat meingkatkan gerakan peristaltic ibu sehingga mencegah konstipasi ibu. Ibu yang menyusui secara eksklusif akan lebih sedikit yang konstipasi.11 3) NEWBORN CARE

(27)

TEMUAN ILMIAH

Breastfeeding berhubungan dengan perkembangan neurodevelopment pada usia 14 bulan.12

Perawatan tali pusan secara terbuka lebih cepat puput dan mengurangi kejadian infeksi TP dari pada perawatan tertutup dengan penggunaan antiseptik13

Penyebab kematian terbanyak pada anak adalah pneumonia dan diare, sedangkan penyebab lain adalah penyakit menular atau kekurangan gizi. Salah satu upaya untuk mencegah kematian pada anak adalah melalui pemberian nutrisi yang baik dan ASI eksklusif. 14

Penelitian yang dilakukan di Banglades melaporkan bahwa pemberian ASI ASI secara eksklusif merupakan faktor protektif terhadap infeksi saluran pernapasan akut OR (IK 95%) : 0,69 (0,54-0,88) dan diare OR (IK95%) : 0,69 (0,49-0,98)15

DAFTAR PUSTAKA

1) Yuniati I. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung; 2011.

2) Simkin P. Comfort in Labor. How you can help your self to a normal satisfying childborth 2007. Available from: http://Childbirthconnection.org.

(28)

4) NICE. Antenatal Care, routine care for the healthy pregnant woman. 2 ed. London: Royal College of Obstetricians and Gynaecologists; 2008.

5) Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.

6) Sandip S, Asha K, Paulin G, Hiren S, Gagandeep S, Amit V. A comparative study of serum uric acid, calcium anf magnesium in preeclampsia and normal pregnancy. Journal of Advance Research in Biological Sciences. 2013;5(1):55-8.

7) Black S, Yu H, Lee J, Sachchithananthan M, Medcalf RL. Physiologic concentration of magnesium and placental apoptosis: prevention by antioxidants. Obstetrics & Gynecology. 2001;98(2):319-24.

8) Dignon A, Reddington A. The physical effect of exercise in pregnancy on-pre-eclampsia, gestational diabetes, birthweight and type of delivery. Evidence Based Midwifery.

2013;11(2):60-6.

9) Rock JP. Epidural Anasthesia in Labor. Journal for Midwifes. 2000.

10) Field T, Hermandez-Reif M, Taylor S, O.Quintino, Burman I. Labor pain is reduced by massage therapy. 1997.

11) Worthington-Roberts BS, Williams SR. Nutrition throughout the Life Cycle. 4 ed. Singapore: McGraw-Hill International Ed; 2000.

12) Guxens M, Mendez MA, Molto-Puigmarti C, Julvez J, Garcia-Esteban R, Forns J, et al. Breastfeeding, long chain polyunsaturated fatty acids in colostrum and infant mental

development. Official Journal of The American Academy of Pediatics. 2011;128(4):e880-e9. Epub 4 October 2011.

13) Moegni EM, Ocviyanti D, editors. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: WHO, UFPA, UNICEF, Kemenkes RI, IBI, POGI; 2012.

14) Black RE, Moris SS, Brice J. Where and why are 10 million children dying every year? The Lancet. 2003;361(9376):2226-34. Epub 28 June 2003.

15) Mihrshahi S, Ichikawa N, Shuaib M, Oddy W, Ampon R, J.Dibley M, et al. Prevalence of exclusive breastfeeding in Bangladesh and its association with diarrhoea and acute respiratory

(29)

infection: result of the multiple indicator cluster survey 2003. J Nutr Educ Behav. 2007;25(2):195-204.

Evidence Based Pada Kala II Persalinan

I. PERSALINAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.

Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala yaitu : a. Kala I

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap yaitu 10 cm. Dimana kala I ini dibagi menjadi dua yaitu :

1. Fase laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

2. Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase : (1) Periode akselerasi

Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm. (2) Periode dilatasi maksimal

Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 jam. (3) Periode deselarasi

Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. b. Kala II

Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.

c. Kala III

Waktu pelepasan dan pengeluaran ari. d. Kala IV

(30)

Salah satu tahapan dalam proses persalinan yang sangan penting adalah pada kala II persalinan. Dimana kala II persalinan ini dimulai pada saat pembukaan lengkap (pembukaan lengkap=10cm) sampai dengan lahirnya janin. Pada kala II persalinan ini sering terjadi perlakuan – perlakuan yang terkadang dinilai tidak perlu bahkan membahayakan bagi ibu. Oleh karena itu beberapa peneliti mulai melakukan peneitian pada kala II persalinan yang dianggap membahayakan bagi ibu berdasarkan evidence based.

II. PERSALINAN KALA II

Persalinan kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10cm) dan berakhir dengan keluarnya janin.

Tanda dan gejala kala II :

a. Ibu ingin mengeran (dorongan mengeran/doran) b. Perineum menonjol (perjol)

c. Vulva membuka (vulka) d. Tekanan anus (teknus)

e. Meningkatnya pengeluaran lendir dan darah f. Kepala telah turun di dasar panggul

III. EVIDENCE BASED

Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kitasering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti.Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.

Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya dinyakini bahwa tindakan episiotomi merupakan prosedur rutin pada persalinan terutama primigravida, saat ini kenyakinan itu digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa episiotomy rutin justru sering menimbulkan permasalahan yang kadang justru lebih merugikan bagi quality of life

(31)

pasien. Itulah evidence based, melalui paradigm baru ini maka pedekatan medic barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secaca medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima.

Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997).

Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindaka – tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi

IV. EVIDENCE BASED PADA KALA II PERSALINAN

Pada proses persalinan kala II ini ternyata ada beberapa hal yang dahulunya kita lakukan ternyata setelah di lakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat atau bahkan dapat merugikan pasien.

Adapun hal – hal yang tidak bermanfaat pada kala II persalinan berdasarkan EBM adalah : No

.

Tindakan yang dilakukan Sebelum EBM Setelah EBM 1. Asuhan sayang ibu Ibu bersalin dilarang untuk

makan dan minum bahkan untuk mebersihkan dirinya

Ibu bebas melakukan aktifitas apapun yang mereka sukai 2. Pengaturan posisi persalinan

Ibu hanya boleh bersalin dengan posisi telentang

Ibu bebas untuk memilih posisi

yang mereka

inginkan 3. Menahan nafas saat

mengeran

Ibu harus menahan nafas pada saat mengeran

Ibu boleh bernafas seperti biasa pada saat mengeran

(32)

4. Tindakan epsiotomi Bidan rutin melakukan episiotomy pada persalinan

Hanya dilakukan pada saat tertentu saja

Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada :

A. Asuhan sayang ibu pada persalinan kala

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibuakan bersalin.

Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain :

1. Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM diperleh kesimpulan bahwa :

a. Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena itu jika ibu tidak makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat janin.

b. Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada alasan untuk melarang makan dan minum.

c. Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Ha ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larence 1982, Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas 1980.

2. Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang dapat membentu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang pendamping saat proses

(33)

persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya seorang pendemping pada proses persalinan adalah :

a. Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.

b. Kehdiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.

c. Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing – masing, membantu memberikan makan dan minum.

d. Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan dorongan kepada ibu selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.

e. Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.

f. Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik. B. Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II

Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal ini dikarenankan :

a. Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah ibu ke janin.

b. Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi telentang juga mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang lebih besar.

c. Posisi telentang/litotomi juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian bawah janin. d. Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta,

vena kafa inferior serta pembluh-pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.

(34)

e. Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan aka nada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa post partum (nifas).

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai 1995, Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai kelebihan sebagai barikut :

a. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyeri. b. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih seingkat.

c. Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir spontan lebih besar, dan robekan perineal dan vagina lebih sedikit.

d. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.

e. Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih baik dan bayi baru lahir memiliki nilai apgar yang lebih baik.

f. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga mengurangi keluhan haemoroid.

g. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan bagian bawah janin.

h. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfatkan gaya gravitasi.

Oleh karena itu sebaiknya sebelum bidan hendak menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut

a. Menjelaskan kepada ibu bersalina dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan.

b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman. c. Mebicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.

d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki kala II. e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.

(35)

g. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan berbagai posisi dan mudah dibersihkan.

C. Menahan nafas pada saat mengeran

Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan karena : a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi singkat.

b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya sebentar.

c. Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu merasakan dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.

D. Tindakan episiotomi

Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :

a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan “perdarahan yang tidak perlu”.

b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik.

c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.

d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi derajat tiga dan empat.

e. Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.

Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan lagi. Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat persalinan. Antara lain indikasinya adalah :

(36)

Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat menjadi indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk enghindari factor resiko yang lainnya.

b. Perineum sangat kaku

Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.

c. Perineum pendek

Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebar ke bawah.

d. Persalinan dengan alat bantu atau sungsang

Episiotomi boleh dilakukan jika persalinan menggunakan alat bantu seperti forcep dan vakum. Hal ini bertujuan untuk membantu mempermudah melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga memperkecil resiko terjadinya cideraakibat penggunaan alat bantu tersebut. Begitu pula pada persalinan sungsang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atikel Kesehatan.2009.Evidence Based Kesehatan.

2. Depkes RI, 2004. Asuhan Persalinan Normal, Edisi Baru dengan Resusitasi, Jakarta.

3. Handonowati,Anis.2009.Hubungan Pendamping Suami dengan Kelancaran Proses Persalinan. Diakses pada tanggal 1 mei 2009. 4. Mochtar,Rustam.1998. Sinopsis Obstetris, Buku Kedokteran EGC jilid 2. Jakarta.

5. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia,2006. Asuhan Kebidanan Terkini Hasil Evidence Based,MIDWIVES SEMINAR, Pengukuhan Bidan Delima SUMSEl.

6. www.akbidnet.com.2009. Perlukah Episiotomi. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009.

7. www.google.com. 2008. http://luwzee.blogfriendster.com/2008. Asuhan Persalinan Normal. Diakses tanggal 21 oktober2009 8. www.tabloidnikita.comindikasi episiotomi. Jakarta.

9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,POGI JHPIEGO,Jakarta.

Evidence Based dalam Kebidanan

Banyak sekali mitos-mitos yang berhungungan dengan kehamilan, inilah diantaranya: N

(37)

1 Minum susu kedelai saat hamil dapat membuat bayi menjadi putih.

Susu kedelai sangat bagus untuk ibu yang sedang hamil karena mengandung protein yang sangat tinggi dan juga mengandung asam folat yang di butuhkan oleh ibu hamil dan

perkembangan janin.

warna kulit seseorang dipengaruhi oleh factor genetic ayah – ibunya, bukan dari susu kedelai.

2 Minum air es akan menyebabkan bayi besar.

Es tidak mengandung kalori ( 0 kal ), jadi tidak akan membuat bayi dalam kandungan menjadi besar.

Bayi besar biasanya berhubungan dengan ibu hamil yang mempunyai penyakit kencing manis. Jadi mungkin es ini diminum oleh ibu hamil yang memang dengan riwayat penyakit kencing manis. Jadi bukan minum es lalu menyebabkan bayi besar karena air es akan dikeluarkan oleh tubuh sebagai keringat atau air seni. Namun orang cenderung meminum es yang dicampur dengan teh manis, sirup, susu manis, dan segala campuran yang mengandung gula. Kandungan gula itulah yang akan membuat berat badan bayi bertambah, begitu pula dengan ibunya. Air es tanpa campuran gula, tidak akan membuat bayi menjadi besar.

3 Makan jeruk terlalu sering akan

meningkatkan lendir pada paru bayi dan resiko kuning saat bayi lahir.

vit C mengandung Antioksidan sebagai penangkal radikal bebas, vitamin c juga dapat meningkatkan sistem imun dalam tubuh , sehingga daya tahan tubuh lebih terjaga

Jeruk sumber vitamin C dan kaya akan serat yang baik untuk menghilangkan sembelit pada ibu hamil

4 Makanan pedas akan menyebabkan bayi lahir dengan bercak kulit kemerahan atau berkulit lebih gelap

Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang

menunjukkan kebenaran dari mitos tersebut. Hal yang sebenarnya terjadi adalah makanan pedas terkadang menyebabkan iritasi atau diare pada ibu hamil. Jika terjadi diare, maka ibu hamil berisiko mengalami dehidrasi yang

warna kulit seseorang tidak ditentukan oleh makanan pedas, tapi factor genetic dari orang tuanya. Dan faktanya bahwa makan makanan pedas saat hamil, membuat rasa tak enak diperut apalagi bila anda sedang mual, jadi bukan karena menyebabkan bercak kemerahan pada kulit. Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya

(38)

dapat memicu timbulnya kontraksi. 5 Jadi gampang pikun kalau mengandung janin perempuan Penelitian di Kanada menunjukkan para ibu yang mengandung janin laki-laki memiliki nilai tes yang lebih baik secara bermakna

dibanding para ibu yang mengandung janin perempuan dalam tes daya ingat, berhitung, dan visualisasi. Para peneliti menduga ini karena faktor bawaan janin yang belum diketahui yang mempengaruhi

kemampuan kognisi ibu

secara ilmiah bisa diuraikan bahwa pada kondisi hamil terjadi perubahan sistem sirkulasi darah, dimana untuk

mencukupi kebutuhan darah terjadi pengenceran darah sehingga pada kondisi hamil kadar hemoglobin turun.Secara tak langsung asupan oksigen juga menurun dan hal inilah yang menyebabkan gangguan ingat secara tidak langsung. Beberapa hari lalu dimedia, sempat dibahas nih, ternyata ada suatu penelitian yang mengatakan, tidak ada bedanya kognisi ibu hamil dan tidak hamil

6 Minum minuman bersoda menyebabkan gangguan kehamilan Minuman bersoda merupakan minuman dengan nilai kalori yang cukup tinggi tetapi kosong nutrisinya

Minuman bersoda memang tidak baik untuk kesehatan, apalagi bagi ibu hamil. Minuman bersoda merupakan minuman dengan nilai kalori yang cukup tinggi tetapi kosong nutrisinya, dan dapat merangsang lambung bagi para penderita maag, terutama apabila diminum saat lambung kosong. 7 pantangan makan

ikan asin, ikan laut, udang karena dapat menyebabkan ASI menjadi amis

dipandang secara medis, tidak ada kaitan antara ikan laut dengan amisnya ASI. Justru ikan laut merupakan salah satu sumber gizi penting bagi

peningkatan ASI. Entah ASI itu berbau amis atau tidak tetap harus

diberikan begitu bayi lahir hingga bayi berusia minimal 4 bulan. Karena ASI merupakan

makanan bergizi tinggi yang sulit ditandingi oleh makanan apapun.

Memang ada ikan tertentu yang tidak boleh di makan oleh ibu selama hamil. Namun hanya bagi mereka yang mempunyai riwayat penyakit tertentu, yang bila makan ikan tersebut akan mengalami kambuh atau memperberat kondisi penyakitnya. Misalnya ibu hamil yang menderita hipertensi, tentu selama hamil dilarang makan ikan asin, sebab kadar garamnya cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi dapat berdampak kurang baik terhadap keselamatan bayi dalam kandungan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perumusan diagnosa kebidanan dan masalah selama dilakukan asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir sudah sesuai standar nomenklatur

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan selama hamil, bersalin, dan nifas serta asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny.B di BPS Soraya Palembang yang dimulai pada usia kehamilan

Penulis memberikan asuhan pada hari ke 6 sesuai yang dibutuhkan bayi yaitu menganjurakan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya, memeriksa adanya tanda bahaya bayi baru lahir, menyusui

Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas dengan menggunakan Manajemen Asuhan Kebidanan 7

Asuhan Kebidanan Kehamilan, Jakarta: Salemba Medika Rukiyah dan Yulianti, 2012.Asuhan Neonatus dan Anak Balita, Jakarta : Trans Info Media Sunarsih Tri,2012.. Asuhan Kebidanan pada

3.2 Kerangka Kerja Tahap-tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Kerja Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Subjek

Penerapan Asuhan Kebidanan Kepada Ibu “CE” selama Proses Persalinan dan Bayi Baru Lahir Asuhan kebidanan ibu “CE” selama proses persalinan dari kala I sampai kala IV hingga bayi baru

Desain berupa studi kasus dengan memberikan asuhan secara berkesinambungan pada ibu hamil dengan KEK, bersalin dan bayi baru lahir BBL, nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi sesuai