• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Kebidanan Ibu Hamil"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

1.

1. ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY. BASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR PADA NY. B DENGAN ANEMIA RINGAN

DENGAN ANEMIA RINGAN

DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SORAYA PALEMBANG DI BIDAN PRAKTEK SWASTA SORAYA PALEMBANG 27 NONEMBER 2008  11 FEBRUARI 27 NONEMBER 2008  11 FEBRUARI 20092009 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim Bismillahirrahmannirrahim Assalammualaikum Assalammualaikum

Puji syukur kehadirat Allah SW

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikanT atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Ny.

Laporan Studi Kasus yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Ny. B pada masa hamil dengan B pada masa hamil dengan anemiaanemia ringan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di BPS Soraya Palembang .

ringan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di BPS Soraya Palembang . Laporan Studi Kasus ini dibuat dalam rang

Laporan Studi Kasus ini dibuat dalam rang ka pembelajaran sekaligus untuk memenuhi syarat ujianka pembelajaran sekaligus untuk memenuhi syarat ujian mahasiswa Akademi Kebidanan Asiyiyah Palembang. Dalam penyusunan Laporan Studi Kasus ini penulis mahasiswa Akademi Kebidanan Asiyiyah Palembang. Dalam penyusunan Laporan Studi Kasus ini penulis banyak mengalami hambatan serta banyak terdapat kekurangan. Namum berkat bim

banyak mengalami hambatan serta banyak terdapat kekurangan. Namum berkat bim bingan danbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai pihak

bantuan serta semangat dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasusakhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini dengan maksimal.

ini dengan maksimal.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. dr. Masayu Mudmainna, selaku Direktur Akademi Kebidanan Asiyiyah Pal

1. dr. Masayu Mudmainna, selaku Direktur Akademi Kebidanan Asiyiyah Pal embang.embang. 2. Ibu Endah Sulistyorini, SST, selaku

2. Ibu Endah Sulistyorini, SST, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, koreksi serta nasehat sehingga Laporan Studi

arahan, koreksi serta nasehat sehingga Laporan Studi Kasus ini dapat diselesaikan.Kasus ini dapat diselesaikan. 3. Bidan Soraya atas izi

3. Bidan Soraya atas izin, bantuan, bimbingan serta pembelajaran selama penulis melakukan pengkajiann, bantuan, bimbingan serta pembelajaran selama penulis melakukan pengkajian Laporan Studi Kasus ini.

Laporan Studi Kasus ini. 4. Ny. B selaku

4. Ny. B selaku klien, atas partisipasi dan kerjasamanya dalam menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini.klien, atas partisipasi dan kerjasamanya dalam menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini. 5. Dosen dan Staf Pendidikan A

5. Dosen dan Staf Pendidikan Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang.kademi Kebidanan Aisyiyah Palembang.

6. Orang tua dan seluruh keluarga ku yang selalu memberikan dukungan moril, materil dan spiritual 6. Orang tua dan seluruh keluarga ku yang selalu memberikan dukungan moril, materil dan spiritual serta pengorbanan dan doa tulus selama penulis m

serta pengorbanan dan doa tulus selama penulis m enjalani program pendidikan.enjalani program pendidikan.

7. Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang yang telah saling memberikan 7. Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang yang telah saling memberikan semangat dan dukungan dalam penulisan laporan ini. Semoga kebersamaan ini

semangat dan dukungan dalam penulisan laporan ini. Semoga kebersamaan ini menjadi kekuatan yangmenjadi kekuatan yang berarti bagi kita untuk terus maju.

berarti bagi kita untuk terus maju. Semoga Allah SWT, memberikan

Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas jasa baik yang telah diberikan balasan atas jasa baik yang telah diberikan dan menjadikan yangdan menjadikan yang terbaik bagi kita semua.

terbaik bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari

(2)
(3)

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan penulis berharap agar Laporan Studimembangun dan penulis berharap agar Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi k

Kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya RobbalAlamin.ita semua. Amin Ya RobbalAlamin.

Palembang, Februari 2009 Palembang, Februari 2009 Penulis Penulis DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN JUDUL i

LEM BAR PERSETUJUAN ii LEM BAR PERSETUJUAN ii LEMBAR PENGESAHAN iii LEMBAR PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi

DAFTAR ISI vi

DAFTAR LAMPIRAN viii DAFTAR LAMPIRAN viii BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah 5 B. Perumusan Masalah 5 C. Tujuan Penulisan 6 C. Tujuan Penulisan 6

D. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus 6 D. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus 6 E. Gambaran Kasus 7

E. Gambaran Kasus 7 F. Metode penulisan 8 F. Metode penulisan 8 G.

G. Hasil Hasil yang yang diharap diharap ... 9... 9 H. Sistematika Penulisan 10

H. Sistematika Penulisan 10 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Kehamilan 11 A. Kehamilan 11 B. Persalinan 33 B. Persalinan 33 C. Masa Nifas 44 C. Masa Nifas 44 D. Bayi Baru Lahir 53 D. Bayi Baru Lahir 53

BAB III PERKEMBANGAN KASUS BAB III PERKEMBANGAN KASUS A. Masa Kehamilan 60

(4)

B. Masa Persalinan 72 B. Masa Persalinan 72 C. Masa Nifas 80 C. Masa Nifas 80 D. Bayi Baru Lahir 87 D. Bayi Baru Lahir 87 BAB IV PEMBAHASAN BAB IV PEMBAHASAN A. Masa Kehamilan 96 A. Masa Kehamilan 96 B. Masa Persalinan 99 B. Masa Persalinan 99 C. Masa Nifas 101 C. Masa Nifas 101 D. Bayi Baru Lahir 102 D. Bayi Baru Lahir 102 BAB V PENUTUP BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 108 A. Kesimpulan 108 B. Saran 109 B. Saran 109 DAFTAR PUSTAKA ix DAFTAR PUSTAKA ix LAMPIRAN-LAMPIRAN x LAMPIRAN-LAMPIRAN x DATA LAMPIRAN DATA LAMPIRAN

Lampiran I Manajemen kebidanan pada ibu Hamil Lampiran I Manajemen kebidanan pada ibu Hamil Lampiran II Manajemen kebidanan pada ibu Bersalin

Lampiran II Manajemen kebidanan pada ibu Bersalin dan partograf dan partograf  Lampiran III Manajemen kebidanan pada ibu Ni

Lampiran III Manajemen kebidanan pada ibu Ni fasfas

Lampiran IV Manajemen kebidanan pada Bayi Baru Lahir Lampiran IV Manajemen kebidanan pada Bayi Baru Lahir Lampiran V Lembar konsul

Lampiran V Lembar konsul

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan mekanisme utama dalam peristiwa kelahiran bayi, merupakan proses yang Kehamilan merupakan mekanisme utama dalam peristiwa kelahiran bayi, merupakan proses yang dimulai dengan konsepsi dan berakhir

dimulai dengan konsepsi dan berakhir dengan adanya permulaan persalinan. Persalinan adalah prosesdengan adanya permulaan persalinan. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan ketuban keluar dari r

dimana bayi, plasenta dan ketuban keluar dari r ahim ibu. Ibu yang mengahim ibu. Ibu yang mengalami proses kelahiran akanalami proses kelahiran akan memasuki masa nifas. Nifas adalah masa pulih, dimana dimulai

(5)

kandungan kembali seperti semula. kandungan kembali seperti semula. (Mochtar, 1998)

(Mochtar, 1998)

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir m

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir m erupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalamerupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan keadaan tersebut dapat mengancam jiwa ibu dan bayi

prosesnya terdapat kemungkinan keadaan tersebut dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapatbahkan dapat menyebabkan kematian.

menyebabkan kematian.

Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), umur harapan hidup dan angka kematian balita

umur harapan hidup dan angka kematian balita (Depkes Rl, 1991). OIeh karena itu, (Depkes Rl, 1991). OIeh karena itu, persalinan ibu haruspersalinan ibu harus mendapatkan fasilitas dan partisipasi seperti

mendapatkan fasilitas dan partisipasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasitenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat setempat dan lainnya.

masyarakat setempat dan lainnya. Kematian ibu atau kematian maternal

Kematian ibu atau kematian maternal saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatansaat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sangat penting. Kematian seorang w

reproduksi yang sangat penting. Kematian seorang w anita saat melahirkan sangat mempengaruhianita saat melahirkan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya.

kelangsungan hidup bayinya. (Budiarso, 1990)

(Budiarso, 1990)

Di dunia diperkirakan setiap tahun hampir 3,3 juta bayi lahir mati dan lebih dari 4 juta lainnya mati Di dunia diperkirakan setiap tahun hampir 3,3 juta bayi lahir mati dan lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama

dalam 28 hari pertama kehidupannya. Jumlah terbesar kematian bayi terjadi di wilayah Asia Tenggarakehidupannya. Jumlah terbesar kematian bayi terjadi di wilayah Asia Tenggara (1,4 juta kematian bayi dan 1,3 juta lahir mati). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat 35 per (1,4 juta kematian bayi dan 1,3 juta lahir mati). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di kota Palembang AKB pada tahun 2007 tercatat 3 jiwa per 1000 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan di kota Palembang AKB pada tahun 2007 tercatat 3 jiwa per 1000 kelahiran hidup.

kelahiran hidup.

(Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2008) (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2008)

Penyebab utama kematian bayi erat kaitannya dengan kesehatan ibu dan pemeriksaan

Penyebab utama kematian bayi erat kaitannya dengan kesehatan ibu dan pemeriksaan ibu yangibu yang diperoleh sebelum, selama, dan segera setelah melahirkan. Penyebab kematian utama pada bayi : diperoleh sebelum, selama, dan segera setelah melahirkan. Penyebab kematian utama pada bayi : tetanus, gangguan perinatal, diare dan infeksi saluran

tetanus, gangguan perinatal, diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). (Novita, 2008)pernapasan akut (ISPA). (Novita, 2008) Strategi untuk menurunkan Angka Kematian

Strategi untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) salah satunya dengan pemberian ASI, Bayi (AKB) salah satunya dengan pemberian ASI, imunisasiimunisasi dengan jadwal imunisasi yang dianjurkan oleh WHO

dengan jadwal imunisasi yang dianjurkan oleh WHO adalah sebagai berikut : habis lahir imunisasi BCGadalah sebagai berikut : habis lahir imunisasi BCG untuk Tuberclosa dan vaksin polio pertama (OPV1). U

untuk Tuberclosa dan vaksin polio pertama (OPV1). U sia 6 minggu suntikan pertama terhadap dipteri,sia 6 minggu suntikan pertama terhadap dipteri, batuk rejan dan tetanus atau DPT 1 dan OPV2. Usia 10

batuk rejan dan tetanus atau DPT 1 dan OPV2. Usia 10 minggu DPT2 dan OPV3. Usia 14 minggu DPT2minggu DPT2 dan OPV3. Usia 14 minggu DPT2 dan OPV4. Usia 9

dan OPV4. Usia 9 bulan Campak. (Novita, 2008)bulan Campak. (Novita, 2008) Bila dibandingkan dengan AKI di negar

Bila dibandingkan dengan AKI di negar a-negara sekeliling Indonesia, angka kematian (AKI) di Indonesiaa-negara sekeliling Indonesia, angka kematian (AKI) di Indonesia sangat tinggi. Angka kematian ibu di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunai Darusalam sangat tinggi. Angka kematian ibu di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunai Darusalam dapat mencapai AKI 0, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran dapat mencapai AKI 0, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup dan Filipina 170 per 100.000

hidup dan Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup.kelahiran hidup. (BKKBN, 2007).

(BKKBN, 2007).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 target yang 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010 target yang diharapkan dapat dicapai adalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan dapat dicapai adalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 15 per 1.000 kelahiran menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Data Dinas Kesehatan Kotahidup. Data Dinas Kesehatan Kota

Palembang tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007 tercatat 51 jiwa per 100.000 kelahiran Palembang tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007 tercatat 51 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2008)

hidup. (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2008) Secara garis besar penyebab kematian i

Secara garis besar penyebab kematian ibu dapat dikategorikan dalam penyebab langsung dan tidakbu dapat dikategorikan dalam penyebab langsung dan tidak langsung (WHO, 1998). Penyebab langsung (Direct obstetric deaths),

langsung (WHO, 1998). Penyebab langsung (Direct obstetric deaths), yaitu kematian ibu yang lyaitu kematian ibu yang langsungangsung disebabkan oleh komplikasi obstetric pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau kematian

(6)

oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang

oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat-akibat tindakan tersebut yang dilakukanterjadi akibat-akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil,bersalin atau nifas, seperti perdarahan, toxemia dan infeksi. Sedangkan penyebab tak selama hamil,bersalin atau nifas, seperti perdarahan, toxemia dan infeksi. Sedangkan penyebab tak langsung (Indirect Obstetric deaths), yaitu kematian ibu yang

langsung (Indirect Obstetric deaths), yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit yang bukandisebabkan oleh penyakit yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamil

komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamil an, persalinan dan nifas.an, persalinan dan nifas. 84% kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik langsung dan di

84% kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik langsung dan di dominasi oleh tiga sebab utamadominasi oleh tiga sebab utama (trias klasik), yaitu perdarahan (46,7%), toxemia (14,5 %) dan infeksi (8%). Kematian ibu akibat

(trias klasik), yaitu perdarahan (46,7%), toxemia (14,5 %) dan infeksi (8%). Kematian ibu akibat perdarahan dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum, perdarahan post partum, kehamiian perdarahan dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum, perdarahan post partum, kehamiian ektopik, perdarahan akibat robekan rahim dan abortus. (Royston, 1994)

ektopik, perdarahan akibat robekan rahim dan abortus. (Royston, 1994)

Berdasarkan masalah tersebut, maka sangat diperlukan suatu pelayanan kesehatan yang dapat Berdasarkan masalah tersebut, maka sangat diperlukan suatu pelayanan kesehatan yang dapat mendeteksi secara dini k

mendeteksi secara dini komplikasi-kompomplikasi-komplikasi yang mlikasi yang mungkin terjadi. Pelayanan tersebut dapat berupaungkin terjadi. Pelayanan tersebut dapat berupa pendekatan sederhana melalui pelayanan yang diberikan selama masa kehamilan yang disebut

pendekatan sederhana melalui pelayanan yang diberikan selama masa kehamilan yang disebut Antenatal Care (ANC). Dengan pelayanan Antenatal Care (A

Antenatal Care (ANC). Dengan pelayanan Antenatal Care (A NC) bidan diharapkan memantau kehamilanNC) bidan diharapkan memantau kehamilan sehingga nantinya dapat menuju kepersalinan normal tanpa ada komplikasi atau dengan m

sehingga nantinya dapat menuju kepersalinan normal tanpa ada komplikasi atau dengan m eminimalkaneminimalkan trauma. (Saiffudin, 2002). Untuk itu, pemerintah juga mendukung upaya penekanan AKI dan AKB lewat trauma. (Saiffudin, 2002). Untuk itu, pemerintah juga mendukung upaya penekanan AKI dan AKB lewat program Making Pregnancy Safer (MPS).

program Making Pregnancy Safer (MPS). (Republika, 2004) Ada pendekatan yang dikembangkan untuk(Republika, 2004) Ada pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut Making Pregnancy Safer

menurunkan angka kematian ibu yang disebut Making Pregnancy Safer (MPS). Tiga pesan kunci dalam(MPS). Tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang

MPS yang perlu diperhatikan adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.terlatih. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai).

Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai). Setiap wanita usia subur mempunyai akses

Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan danterhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. (Novita, 2008)

penanganan komplikasi keguguran. (Novita, 2008)

Pada saat persalinan juga memegang peranan penting untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Pada saat persalinan juga memegang peranan penting untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) dengan melakukan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenagadengan melakukan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dan dengan melakukan persalinan yang

kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dan dengan melakukan persalinan yang aman.aman. Begitu juga dimasa

Begitu juga dimasa nifas, diperlukan pemantauan kesehatan ibu dan bayi sampai 4 atau 6 mnifas, diperlukan pemantauan kesehatan ibu dan bayi sampai 4 atau 6 m ingguinggu

sehingga dapat mendeteksi komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas dan bayi baru sehingga dapat mendeteksi komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas dan bayi baru lahir. (Mochtar, 1998)

lahir. (Mochtar, 1998)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas kasus Ny. B selama kehamilan,untuk membahas kasus Ny. B selama kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

persalinan, nifas dan bayi baru lahir dalam laporan studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan padadalam laporan studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ny. B dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di BPS Soraya Palembang dengan Ny. B dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di BPS Soraya Palembang dengan menggunakan metode SOAP.

menggunakan metode SOAP. B. PERUMUSAN MASALAH B. PERUMUSAN MASALAH Masih tingginya AKI

Masih tingginya AKI dan AKB di Idan AKB di Indonesia oleh karena itu perlu diterapkan Asuhan Kebidanan yang baikndonesia oleh karena itu perlu diterapkan Asuhan Kebidanan yang baik dan benar sesuai dengan standar pada ibu hamil, bers

dan benar sesuai dengan standar pada ibu hamil, bers alin, nifas, dan bayi baru lahir alin, nifas, dan bayi baru lahir khususnya di Bidankhususnya di Bidan Praktek Swasta (BPS) Soraya Palembang dengan metode SOAP.

Praktek Swasta (BPS) Soraya Palembang dengan metode SOAP. C. TUJUAN

C. TUJUAN 1. Tujuan Umum 1. Tujuan Umum

Menerapkan dan mengaplikasikan Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan Menerapkan dan mengaplikasikan Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny.

bayi baru lahir pada Ny. B dengan menggunakan metode SOAP.B dengan menggunakan metode SOAP. 2. Tujuan Khusus

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji data subjektif yang didapat dari Ny. B selama kehamilan, a. Mengkaji data subjektif yang didapat dari Ny. B selama kehamilan,

(7)

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

b. Mengkaji data objektif Ny. B selama kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

c. Menegakkan diagnosa, diagnosa potensial dan tindakan segera dalam

assesment pada kasus Ny. B selama kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. d. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon ibu

terhadap tindakan dan asuhan yang telah diberikan kepada Ny.B selama kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

D. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS Waktu:

1. ANC pertama tanggal 27 November 2008 2. ANC kedua tanggal 4 Desember 2008 3. ANC ketiga tanggal 13 Desember 2008 4. ANC keempat tanggal 22 Desember 2008 5. Bersalin tanggal 12 Januari 2009

6. Kunjungan nifas hari pertama tanggal 13 Januari 2009 7. Home visit nifas hari keenam tanggal 18 Januari 2009

8. Home visit dua minggu post partum tanggal 26 Januari 2009 9. Home visit empat minggu post partum tanggal 11 Februari 2009 Tempat :

1. Kampus Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang. 2. Bidan Praktek Swasta Soraya Palembang.

3. Rumah Ny. B di Jalan Malaka Rt. 34 Lebong Siarang Palembang. E. GAMBARAN KASUS

Pada gambaran studi kasus, penulis bekerjasama dengan klien Ny. B umur 27 tahun , asuhan diberikan sejak usia kehamilan 32 minggu, G2P1A0, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, mempunyai satu orang anak, berusia 6 tahun.

Pada kehamilan ini ANC dilakukan sebanyak 10 kali, merupakan kehamilan yang kedua, penulis mulai menerapkan asuhan kebidanan pada klien mulai dari usia kehamilan 32 ming gu dan selama kehamilan ini tidak ada keluhan yang khusus kecuali rasa lelah setelah melakukan pekerjaan rumah tangga namun akan hilang setelah beristirahat.

Dalam proses persalinan semuanya berlangsung dengan normal, terdapat luka laserasi di labia mayora dextra. Bayi lahir spontan pada tanggal 12 Januari pukul 18.07 WIB. Jenis kelamin perempuan, berat badan 3000 gram, panjang badan 49 cm, segera menangis, fisik lengkap, dan tidak ada cacat bawaan. Masa nifas hari pertama tanggal 13 Januari 2009 berlangsung normal, klien mengaku merasa letih namun dapat teratasi dengan makan dan minum serta beristirahat. TFU 2 jari dibawah pusat dan symsisis, pendarahan normal dan bayi sudah mulai menyusu.

Pada kunjungan nifas hari keenam tangg al 18 Januari 2009, klien mengaku telah sehat, TFU pertengahan sympisis dan pusat, pengeluaran lochea sanguinolenta tidak ada masalah, tidak ada k eluhan pada

(8)

mamae dan proses menyusui berjalan lancar. Pada kunjungan ini juga tali pusat bayi telah puput. Pada kunjungan hari keempat belas 26 Januari 2009, klien dalam keadan sehat, TFU tidak teraba, dan pengeluaran lochea serosa normal. Klien sudah melakukan aktivitas rutin seperti mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bayi dalam keadaan sehat, tidak terdapat tanda bayi sakit dan tidak masalah dalam menyusu.

Pada kunjungan hari ke tiga puluh post partum, klien dalam keadaan sehat, tidak ada tanda-tanda infeksi pada klien, pengeluaran lochea alba normal. Keadaan bayi sehat dan bayi menyusu dengan kuat.

F. METODE PENULISAN

Penulisan pada laporan studi kasus ini menggunakan metode narasi yang menceritakan kejadian sesuai dengan pemantauan perkembangan yang terjadi pada Ny. B selam a kehamilan, persalinan, nifas sampai kepada bayi baru lahir secara kronologis sesuai dengan keadaan. Pada laporan studi kasus ini  juga penulis menerapkan manajemen asuhan kebidanan dengan metode SOAP.

G. HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Dapat diterapkanya manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan dilakukanya ANC secara teratur sehingga kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi dapat termonitor dengan baik dan

pemantauan terhadap komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat terdeteksi secara dini.

2. Dapat diterapkannya asuhan pada ibu bersalin dan terlaksananya asuhan persalinan normal tanpa ada komplikasi ataupun penyulit yang mungkin terjadi.

3. Dapat diterapkannya asuhan kebidanan pada ibu nifas sehingga masa nifas dapat berlangsung normal tanpa terjadi infeksi ataupun komplikasi yang mungkin dapat terjadi.

4. Dapat diterapkannya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan baik dan benar. H. SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan studi kasus ini terdiri dari V BAB. Pada BAB I (Pendahuluan) berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, gambaran studi kasus, hasil yang diharapkan dan sistematika penulisan. BAB II (Tinjauan teori) berisi uraian mengenai teori-teori baik teori mengenai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. BAB III (Perkembangan kasus) berisi uraian mengenai kasus mulai dari kehamilan sampai masa nifas dan bayi baru lahir. BAB III (Perkembangan kasus) berisi uraian

mengenai kasus mulai dari kehamilan sampai masa nifas dan bayi baru lahir. BAB IV (Pembahasan) berisi uraian mengenai perbandingan antara teori dan praktek. BAB V (Penutup) berisi mengenai kesimpulan dan saran.

BAB II

(9)

A. KEHAMILAN 1. Definisi

Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepi sampai dari mulai nya persalinan atau lahirnya  janin. Lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu. Dihitung dari hari pertama haid terakhir.

(Mochtar, 1998)

Kehamilan normal meruakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)

2. Proses Terjadinya Kehamilan

Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)

3. Usia Kehamilan

Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu : a. Trimester I antara 0  12 minggu

b. Trimester II antara 12  28 minggu

c. Trimester III antara 28  40 minggu (Mochtar, 1998) 4. Gejala dan Tanda Kehamilan

a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan

Tanda perkiraan kehamilan atau dugaan hamil berdasarkan pada data subjektif yang dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dideteksi tanpa didukung dengan adanya data objektif.

Tanda dan gejala meliputi : 1) Amenorea ( tidak dapat haid )

Gejala awal yang biasa terjadi antara lain tidak mendapat haid. Hal ini merupakan gejala awal yang penting agar dapat menentukan tuanya dan tafsiran p ersalinan dengan cara mengingat hari pertama haid terakhir.

2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)

Wanita hamil biasanya akan mengeluh merasa mual atau enek dan terkadang diikuti dengan adanya muntah. Gejala ini terjadi karena adanya peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi peningkatan asam lambung, sehingga menimbulkan mual muntah.

3) Mengidam

Tidak seluruh wanita mengalami gejala ini, namun pada umumnya wanita hamil sering menginginkan makanan atau minuman terentu, hal ini disebut dengan ngi dam.

4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang

Payudara membasar, tegang dan sedikit nyeri yang disebabkan pengaruh hormon estrogen dan

progesteron yang merangsang duktus alveoli payudaya. Kelenjar montgomery terlihat lebih membesar. 5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )

(10)

6) Sinkope ( pingsan )

Gejala ini sering dijumpai apabila wanita tersebut berada di tempat-tempat yang ramai, dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat yang ramai. Hal ini terjadi karena gangguan sirkulasi ke daerah (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan, keadaan ini akan menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu.

7) Sering berkemih

Ketika hamil kadung kemih akan tertekan oleh pembesaran rahim , hal ini yang menyebabkan seringnya buang air kecil. Gejala ini akan hilang pada trimester kedua dan pada akhir kehamilan akan timbul kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin yang sudah mulai turun ke rongga panggul. 8) Obstipasi ( susah buang air besar )

Gejala ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh terhambatnya peristaltic usus yang terjadi karena peningkatan progesterone.

9) Pigmentasi pada kulit terdapat pada: a) Muka ( pipi, hidung dan dahi ) serta leher

b) Dinding perut akan timbul striae nigra, linea alba yang makin menghitam. 10) Epulis

Merupakan hipertropi papilla ginggivae dan sering terjadi pada trimester pertama kehamilan. 11) Varises

Terjadi karena pengaruh estrogen dan progesteron dan sering didapat pada daerah genetalia eksterna, betis, dan kaki.

(Wiknjosastro, 2005)

b. Tanda-tanda kemungkinan hamil

Tanda-tanda kemungkinan hamil berdasarkan pada data objektif yang dapat didokumentasikanoleh pemeriksa. Tanda ini lebih nyata dari tanda dan g ejala perkiraan kehamilan, namun meskipun demikian tanda ini tetap bukan merupakan temuan diagnostik y ang pasti.

Tanda-tandanya antara lain:

1) Perut membesar sesuai dengan tuanya kehamilan. Perubahan terjadi dalam bentuk besar dan konsistensi perut juga mengalami perubahan.

2) Tanda hegar ( segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian ini menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix posterior seperti saling

bersentuhan.

3) Tanda Chadwicks merupakan warna kebiruan pada va gina yang terjadi karena pelebaran pembuluh darah.

4) Tanda Piskacek ( uterus besar da n lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang tidak rata karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat.

5) Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus uteri menjadi lebih keras. 6) Teraba ballotemen.

7) Pemeriksaan tes kehamilan positif. c. Tanda pasti hamil

(11)

1) Adanya gerakan janin dalam rahim. 2) Terdengar bunyi jantung janin.

3) Rangka janin terlihat melalui sinar rongent ketika dilakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi ( USG ).

(Mochtar, 1998)

5. Perubahan Fisiologis Yang Terjadi Pada S aat Kehamilan

Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh wanita, perubahan tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan dimana organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai tanda adanya sebuah proses.

Perubahan tersebut meliputi : a. Perubahan uterus

Uterus akan mengalami pembesaran pada bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, 2005)

b. Serviks uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena peningkatan hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jari ngan otot hanya 10 %. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka k onsistensi serviks uteri menjadi lebih lunak. (Winkjosastro, 2005)

c. Vagina dan vulva

Pada vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormon estrogen . Hipervaskularisasi

mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, ag ak kebiruan ( livide ), tanda i ni disebut juga tanda Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. (Winkjosastro, 2005)

d. Payudara ( mamae)

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem sal uran, sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara. Disamping itu, dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)

e. Sirkulasi darah ibu

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam

kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu. (Winkjosastro, 2005) f. Sistem respirasi ( pernafasan)

Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan rasa sesak dan nafas pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal ini disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang

(12)

membesar kearah diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan akan oksigen pada wanita hamil meningkat ± 20 % sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam. (Winkjosastro, 2005)

g. Traktus digestivus ( pencernaan )

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat rasa enek (nausea). Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga m otilitas seluruh traktus

digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah dicerna lebih lama berada diusus. (Winkjosastro, 2005)

h. Traktus urinarius ( perkemihan )

Pada bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah pintu panggul. (Winkjosastro, 2005)

i. Kulit

Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa terdapat pada dahi, hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH). (Winkjosastro, 2005)

 j. Berat badan bertambah

Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg  16, 5 kg atau rata-rata 12,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per minggu. (Winkjosastro, 2005)

6. Diagnosa Kehamilan

Lamanya kehamilan mulai dari konsepsi sampai persalinan kira-kira 280 hari ( 40 minggu ) dan tidak boleh lebih dari 300 hari ( 43 minggu ) yaitu :

a. Kehamilan lebih dari 43 mingg u disebut kehamilan post matur.

b. Kehamilan erumur 37  42 minggu disebut kehamilan matur atau aterm. c. Kehamilan berumur 36  38 minggu disebut kehamilan pre matur.

d. Kahamilan yang kurang dari 20 minggu disebut abortus. (Winkjosastro, 2005)

7. Diagnosis banding kehamilan antara primipara dan m ultipara: a. Primipara

1) Perut tegang 2) Pusat menonjol 3) Rahim tegang 4) Payudara tegang 5) Labia mayora bersatu

6) Himen koyak beberapa tempat 7) Vagina sempit dengan rugae utuh 8) Serviks licin, lunak, tertutup

9) Pembukaan serviks mendatar dulu diikuti pembukaan 10) Perineum masih utuh

(13)

b. Multipara

1) Perut longgar, terdapat strie 2) Pusat dapat datar

3) Rahim agak lunak

4) Payudara menggantung, agak lunak, terdapat striae 5) Labia mayora agak terbuka

6) Himen karukula himenalis 7) Vagina lebar, rugae kurang.

8) Serviks sedikit terbuka, teraba bekas luka r obekan persalinan 9) Pembukaan serviks membuka bersamaan dengan mendatar 10) Perineum bekas luka episiotomi

(Manuaba, 1998)

8. Pemeriksaan Kehamilan a. Pengertian

Pemeriksaan kehamilan dilakukan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

b. Tujuan

1) Mementau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Esklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan juga keluarg a dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.

c. Jadwal pemeriksaan 1) Pemerikasaan pertama

Pemerikasaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. 2) Pemeriksaan ulang

a) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan. b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan.

c) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan. 3) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.

(Mochtar, 1998)

d. Pemeriksaan ibu hamil

1) Anamnesa : anamnesa identitas klien dan anamnesa umum seperti keluhan-keluhan, tentang haid, tentang kehamilan, persalinan, riwayat kehamilan sebelumnya.

(14)

2) Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan legeartis seperti tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan dan sebagainya.

3) Perkusi

Pemeriksaaa reflek patella (KPR) Cara : ketukan pada tendon patella

Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris. (Ria Firman, 2008) 4) Palpasi

Dilakukan untuk menentukan besar dan konsistensi uterus, bagian-bagian janin, letak, presentasi, gerakan janin dan kontraksi rahim.

Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopod yang terdiri atas 4 bagian

Leopod I : Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus, konsistensi uterus.

Leopod II : Menentukan batas samping kanan-kiri, menentukan letak pungggung janin, pada letak lintang menentukan mana bagian kepala janin.

Leopod III : Menentukan bagian terbawah janin, apaka h bagian terbawah tersebut sudah masuk pintu atas panggul atau masih goyang.

Leopod IV : Pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu hamil, bisa juga menentukan bagian terbawah  janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas pinggul.

5) Auskultasi

Digunakan stetoskop monoral atau dopler untuk mendengarkan DJJ. (Mochtar, 1998) 6) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan Hemoglobin adalah suatu pigmen didalam sel darah merah yang merupakan suatu senyawa kompleks dari besi (Fe), protophorphirin, dan globin.

Persiapan:

1. Siapkan peralatan haemometer yang terdiri dari tabung Sahli dan standar warna tetap dan pipet kapiler Sahli untuk menghisap darah

2. Siapkan bahan yang terdiri dari darah vena/kapiler, larutan HCl 0,1 N, akuades, tisu, lanset.

Teknik pelaksanaan:

1. Masukan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai mencapai angka2 2. Isap darah vena/kapiler dengan pipet Sahli sampai volume 0,02 ml 3. Hapus darah yang menempel pada bagian luar pipet Sahli dengan tisu

4. Kocok isi tabung perlahan-lahan agar sampel darah dan larutan HCl 0,1 N bereaksi sampai warna larutan menjadi sawo matang tua

5. Tambahkan akudes tetes demi tetes tiap kali diaduk dengan batang pengaduk sampai warna l arutan sama dengan warna standar tetap

6. Baca nilai haemoglobin sampel darah pada skala alat haemoglobin. (Ria Firman, 2008) b) Pemeriksaan Protein Urine

Dengan asam sulfosalisil:

(15)

2. Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kem uadian dikocok. 3. Bandingkan dengan tabung yang k edua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau tetap sama jernihnya test terhadap protein Negatif/ (-).

Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas nyala api sampai mendidih & kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir ;

1. Jika kekeruhan tetap ada pada w aktu pemanasan & tetap ada juga setelah dingin kembali, tes terhadap protein Positif.

2. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan & muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan Bence Jones.

Pemanasan dengan Asam Asetat:

1. Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh.

2. Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.

3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu, dengan membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat.

4. Kemudian teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes lar. Asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein Positif.

5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian semikuantitatif  kepada hasilnya.

Penilaian Hasil:

 _ : tidak ada kekeruhan.

+ : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01- 0,05%).

++ : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut (0,05-0,2%). +++ : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).

++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%). c). Pemeriksaan glukosa urin

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, gl ukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin,

salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 m g/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik m ungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan

intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, k ehamilan dan sindroma Fanconi. (Ria Firman, 2008)

(16)

e. Nasehat dan konseling

1) Informasi tentang kehamilan dan persalinan 2) Pentingnya perawatan diri selama kehamilan 3) Keuntungan pemberian ASI pada bayinya kelak 4) Persiapan untuk persalinan

5) Persiapan untuk bayi baru lahir

6) Pengaturan untuk transportasi bila terjadi keadaan darurat pada ibu atau bayi 7) Cara KB sesudah melahirkan

8) Pentingnya istirahat

9) Menjalani kehamilan dengan rasa bahagia 10) Konsumsi tablet Fe

11) Tanda-tanda bahaya kehamilan 12) Gizi

(Dep-Kes, 1999)

9. Manajemen Kebidanan a. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan bardasarkan teori ilmiah temuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Salmah, 2006)

b. Proses manajemen kebidanan

1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkaan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. 2) Menginterpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.

3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.

4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.

5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. (Salmah, 2006)

c. Dokumentasi SOAP S (Subjektif)

Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan pasien. O (Objektif)

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan diraba oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium.

(17)

Kesimpulan dibuat berdasarkan interpretasi data subjektif atau objektif sehingga dapat diidentifikasi diagnosa atau masalah dan kebutuhan akan tindakan segera.

P (Perencanaan)

Perencanaan asuhan berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan dan hasil interpretasi data yang sudah dianalisa.

10. ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Anemia merupakan penyakit yang masih cukup tinggi prevalensinya di negar a berkembang terutama kelompok risiko tinggi seperti ibu hamil dan m enyusui. Anemia zat besi merupakan anemia gizi yang prevalensinya masih cukup tinggi di masyarakat terutama pada ibu hamil. Diperkirakan 70% wanita hamil di Indonesia menderita anemia kurang zat besi dan menurut hasil SKRT 1986 kadar Hb rata-rata ibu hamil di Indonesia adalah 8,7 g/d1. Batas normal kadar Hb pada wanita dewasa adalah 12-14 g/dl, sedang pada wanita hamil dengan kadar Hb 11 g/dl masih dianggap normal. Bila kurang dari 11 g/dl dinyatakan sebagai anemia.

Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 katagori : 1. Normal 11 g/dl atau lebih

2. Anemia ringan : 8 - < 11 g/dl dan

3. Anemia berat : < 8 g/dl (Cermin dunia kedokteran, 1999)

Anemia pada ibu hamil dapat mengg anggu pertumbuhan janin dalam kandungan. Ibu hamil dengan anemia dapat menimbulkan seperti abortus, partus premature, partus lama, perdarahan post partum , syok, infeksi baik intrapartu maupun postpartum.(Wiknjosastro, 2005) Intervensi yang paling mudah dan paling luas jangkauannya adalah melalui institusi Posyandu dan Puskesmas. Kebijaksanaan pemerintah adalah memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) untuk semua ibu hamil sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari Diperkirakan jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal dari makanan. (Cermin dunia kedokteran, 1999)

a. INISIASI MENYUSUI DINI

Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD m erupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program i bu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program i ni dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan l angsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. biarkan bayi di dada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri putting susu ibunya dan langsung diminum. Masa ini bisa sampai 2 jam dan hal ini tidak menjadi masalah. Bila bayi kedinginan dada sang ibu akan meningkat hangat sampai 2 derajat, jika bayi kepanasan otomatis suhu dada ibu menurun sampai 1 derajat. Inisiasi dini juga berlaku untuk bayi yang lahir dengan cara sesar, vakum. (Practical Hints, 2007)

(18)

Manfaat Inisiasi

a) Anak yang dapat menyusui dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI ekslusif akan menurunkan kematian.

b) ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerap. Susu formula tak diberi enzim sehingga penyerapannya tergantung enzim di usus anak.

c) Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan demand. Jika diambil banyak, akan diberikan banyak. Sedangkan bayi y ang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.

(Healthy life, 2006)

12. Pemeriksaan perineum untuk perdarahan aktif 

Derajat IMukosa vagina, Fourchette posterior, Kulit perineum

Derajat IIMukosa vagina, Fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum.

Derajat IIIMukosa vagina, Fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani

eksternal.

Derajat IVMukosa vagina, Fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani

eksternal, dinding rectum anterior. (Depkes RI, 2004)

C. PERSALINAN 1. Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Dep-kes RI, 2004)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa ban tuan. (Mochtar, 1998) Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa kompilkasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, 2006)

2. Macam-macam persalinan a. Persalinan spontan

Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui j alan lahir. b. Persalinan buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep, atau dilakukan operasi sectio caesarea .

c. Persalinan anjuran

Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

(Sastrawinata, 1983)

3. Proses terjadinya persalinan

(19)

yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu: a. Estrogen

1) Menimbulkan sensitifitas otot-otot rahim

2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanik

b. Progesteron

1) Menurunkan sensitifitas otot rahim

2) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis

3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan progesteron dan estrogen menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan hipofise posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk braxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan. Oleh karena itu makin tua us ia kehamilan frekuensi kontraksi semakin sering. 4. Sebab-sebab mulainya persalinan

a. Teori penurunan hormon

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga menimbulkan his bila kadar progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua

Teori ini dapat menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang m enyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.

e. Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale. Bila gangglion ini digeser dan ditekan mi salnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

f. Induksi partus

Partus dapat ditimbulkan dengan jalan : 1) Ketuban ganggang laminaria

Beberapa laminaria dimasukkan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.

2) Amniotomi pemecahan

3) Pemberian oksitosin menurut tetesan infus (Mochtar, 1998)

5. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelum wanita memasuki bulannya, minggunya, atau harinya terdapat kala yang disebut dengan kala pendahuluan (prepatoty stage of  labor). Kala ini memebrikan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas pangg ul, terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat.

(20)

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.

c. Perasaan sering atau susah buang air kecil (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Rasa sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut false labaor pians.

e. Serviks menjadi lebih lembek, mulai mendatar dan sekr esinya bertambah bila berczmpur darah (bloody show).

(Mochtar, 1998)

6. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan a. Tenaga atau kekuatan ( power )

1) His ( kontraksi uterus)

His pendahuluan atau his palsu adalah kontraksi rahim yang terjadi pada bulan terakhir dari kehamil an sebelum persalinan dimulai, ini merupakan peningkatan dari kontraksi braxton hicks.

2) Kontraksi alat-alat rahim

3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu refleks yang mengakibatkan bahwa pasien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perut dan menekan diafragma ke bawah. Tenaga ini dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa tenaga ini janin tidak akan lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu degan forceps.

4) Legimentous action terutama legimentum rotundum. b. Faktor passenger

Janin, ketuban, dan plasenta c. Faktor passage

Jalan lahir lunak dan jalan lahir keras d. Faktor psikis

Dukungan mental dan spiritual dari pihak keluarga maupun bidan dapat mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan

e. Faktor penolong

Tenaga medis yang diharapkan mampu mengawasi dan menolong proses persalinan ag ar persalinan berjalan lancar (bidan atau dokter).

7. Tanda-tanda inpartu

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada. (Mochtar, 1998)

(21)

Proses persalinan terdiri dari 4 kala :

a. Kala I :Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

b. Kala II :Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran.

c. Kala III :Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. d. Kala IV :Kala dari lahirnya plasenta selama satu sampai dua jam.

( Depkes RI, 2004 )

KALA I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

1. Fase laten persalinan

a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. b. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.

c. Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam. 2. Fase aktif persalinan

a. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

b. Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).

c. Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:

1) Fase akselerasi, berlangsung dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal, berlangsung dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase deselerasi, berlangsung sangat lambat dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm atau lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian. Akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerisasi terjadi lebih pendek. Perbedaan fase tersebut pada primigravida dan multigravida adalah:

Primigravida Multigravida

a. Serviks mendatar (effacement) a. Mendatar dan membuka bisa bersamaan b. Berlangsung 13-14 jam b. Berlangsung 6-7 jam

KALA II

(22)

lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Pada kala II, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.

1. Tanda dan gejala kala II

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada r ektum dan /atau vaginanya. c. Perineum terlihat menonjol.

d. Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka. e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

2. Diagnosis kala II persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukan : a. Pembukaan serviks telah lengkap.

b. Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vag ina.

c. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata ½ jam. KALA III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

1. Fisiologi kala III persalinan

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan m enekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebawah uterus atau bagian atas vagina.

2. Tanda-tanda lepasnya plasenta a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus. b. Tali pusat memanjang.

c. Semburan darah tiba-tiba. 3. Manajemen aktif kala III a. Tujuan

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.

b. Keuntungan

b. 1) Kala III persalinan yang lebih singkat. b. 2) Mengurangi jumlah kehilangan darah b. 3) Mengurangi kejadian retensio plasenta c. Tiga langkah manajemen aktif kala II c. 1) Pemberian suntikan oksitosin

c. 2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali c. 3) Massase fundus uteri

KALA IV

(23)

Setelah plasenta lahir :

1. Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.

2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah.

3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, perdarahan masih dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (apakah ada laserasi atau episiotomi). 5. Evaluasi kondisi ibu secara umum.

6. Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala I V persalinan dihalaman belakang partograf  segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

9. Partograf 

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. a. Tujuan partograf 

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan adanya pembukaan serviks melalui periksa dalam, mendeteksi apakah persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian juga dapat melak ukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

b. Penilaian dan pencatatan kondisi ibu dan janin secara seksama: 1) Denyut jantung janin: setiap ½ jam.

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam. 3) Nadi : setiap ½ jam.

4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam. 5) Penurunan : setiap 4 jam.

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.

7) Produksi urin aseton dan protein : setiap 2 jam sampai 4 jam. ( Depkes RI, 2004 )

D. NIFAS 1. Definisi

Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2002)

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama nifas i ni yaitu 6-8 minggu. (Mochtar, 1998)

Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 m inggu atau 42 hari akan tetapi seluruh organ reproduksi baru akan pulih sempurna seperti keadaan sebelum hamil m emerlukan waktu 3 bulan. ( Wiknjosastro, 2002 )

2. Perubahan fisiologis masa nifas

Perubahan fisiologi pada involusi alat-alat kandungan pada jam pertama sesudah partus, akan terjadi adaptasi pada semua sistem dalam tubuh.

a. Involusi uterus

(24)

berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali sebelum hamil. Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus

Bayi lahir Uri lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu

8 minggu Setinggi pusat 2 jari dibawah pusat

Pertengahan pusat simpisis Tidak teraba diatas simpisis Bertambah kecil

Sebesar normal 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram b. Kontraksi uterus

Setelah 1-2 jam pertama postpartum kontraksi uterus menurun dan kontaksi menjadi lebih stabil.

c. After pains (mules-mules)

Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. d. Luka jalan lahir

Luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. e. Tempat melekatnya plasenta

Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke-6 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

f. Serviks

Setelah persalinan, bentukserviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

g. Legimen

Legimen fasia dan diafragma pelvis yang mer egang pada waktu partus setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menciut dan pulih kembali.

h. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

1) Lochea rubra (cruenta) berisi darh segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Postpartum hari pertama sampai dengan hari ketiga.

2) Lochea sanguinolenta berwarna merah kecokelatan mengandung sel darah tua, si sa jaringan dan leukosit. Hari ke-3 sampai ke-7 postpartum.

(25)

3) Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berwarna lagi mengandung sel darah merah sedikit, sel desidua, leukosit, sisa-sisa jaringan. Hari ke-7 sampai ke-14 postpartum.

4) Lochea alba cairan putih berwarna jernih mengandung leukosit, sel epitel, mukosa, bakteri. Setelah 2 minggu postpartum.

i. Perubahan pada vagina dan perineum

1) Dinding vagina yang lembut akan kembali setelah 6-8 minggu postpartum. Rugea (lekuk-lekuk dinding vagina) kembali 4 minggi postpartum.

2) Penebalan mukosa (selaput lendir vagina) terjadi bersamaan berfungsinya kembali ovarium. 3) Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi. Pada postpartum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali lagi tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

(Mochtar, 1998)

3. Periode postpartum

Periode postpartum dibagi menjadi tiga:

a) Immediate postpartum atau postpartum dini

Dihitung 24 jam setelah plasenta lahir, dimana ibu memiliki kepilihan kembali dan dibolehkan berdiri atau jalan-jalan.

b) Early postpartum atau puerperium intermedial

Hari ke-7 setelah partus sampai pulihnya kembali alat-alat genitalia seluruhnya yang lamanya 6-8 minggu.

c) Late postpartum atau remote puerperium

Minggu ke-2 sampai ke-6 setelah partus. Remote puerperium adalah waktu yang dibutuhkan untuk pulih dan sehat sempurna bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

4. Fase adaptasi psikologis masa nifas : a. Fase Taking In

Terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 post partum merupakan masa ketergantungan. Ciri-cirinya :

1) Membutuhkan tidur yang cukup 2) Nafsu makan meningkat

3) Menceritakan pengalaman partusnya 4) Bersikap sebagai penerima

b. Fase Taking On/Taking Hold

Terjadi pada hari kedua sampai hari ke-4 postpartum Ciri-cirinya :

1) Bersifat sebagai pengatur 2) Selalu beraktivitas

3) Tingkat kecemasan yang kuat 4) Bersikap sebagai seorang ibu c. Fase Letting Go

(26)

2) Masa ini dipengaruhi oleh perhatian dari keluarga 3) Ibu bertanggung jawab terhadap perawatan bayinya 4) Terjadi depresi

5. Jadwal kunjungan masa nifas

Tabel C-2. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah persalinan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

c. Memberikan konseling untuk mencegah perdarahan d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan BBL

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2 6 hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uterus berjalan normal

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, tidak ada bau c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan i stihat

d. Memberikan konseling asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat

e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak m emperlihatkan tanda-tanda penyulit 3 2 minggu setelah persalinan a. Sama seperti 6 jam post partum

4 6 minggu setelah persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami b. Memberikan konseling uantuk KB secara dini

6. Perawatan masa nifas a. Mobilisasi

Ibu harus istirahat baring terlentang selama 8 jam pasca bersalin, kemudian boleh imring kekiri dan kekanan untuk mencegah terjadinya trombosit dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk. Hari ketiga berjalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. b. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran, dan buah-buahan.

c. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Wanita yang mengalami sulit kencing disebabkan adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.

d. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal.

e. Perawatan payudara (mammae)

Perawatan payudara telah dilakukan sejak wanita hamil supaya putting susu lumas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya dianjurkan pada ibu untuk menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

f. Laktasi

(27)

1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.

2) Keluar cairan susu julong dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning-putih susu. 3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan pada bagian dalam, dimana-mana v ena berdilatasi sehingga tampak jelas.

4) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang, m aka timbul pengaruh

hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan mio-efitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar, produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

g. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera memberikan ASI, sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.

h. Keluarga berencana

Menjelaskan kepada ibu mengenai macam-macam alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi kualitas ASI yaitu kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. Alat kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui adalah MAL, kondom, koitus interuptus, pil mini, depo progeston dan implant norvogesrel. (Saifuddin, 2002)

E. BAYI BARU LAHIR 1. Definisi

Bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dilahirkan dari ibu baik secara spontan atau tindakan

dengan berat badan 2500-4000 gram tanpa cacat bawaan dan memiliki APGAR score 7-10. (Roesli, 2005) 2. Ciri-ciri Bayi Normal

a. Berat badan 2500-4000 gram b. Panjang badan 44-53 cm c. Lingkar kepala 33-35 cm d. Dada cenderung bulat e. Abdomen menonjol

f. Refleks moro positif, refleks isap bagus g. Nilai APGAR 7-10

h. Gerakan aktif dan tangis kuat

i. Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung-ujung jari

 j. Genetalia pada bayi perempuan, labia mayora menutupi labia minora. Pada bayi laki-laki testis sudah turun

(Depkes RI, 1993)

3. Keadaan klinik Bayi Baru Lahir Normal

a. Denyut jantung dalam menit-menit pertama ki ra-kira 180 kali/menit, kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit.

b. Pernafasan spontan 30-60 kali/menit. c. Bayi tenang dalam keadaan stabil.

(28)

d. Daya hisap serta refleks teratur dan baik. (Depkes RI, 1993)

4. Penanganan Bayi Baru Lahir a. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setalah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis pertolongan segera membersihkan jalan nafas.

b. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir. Tali pusat di potong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril, sebelumnya pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan. Tali pusat diikat dengan pengikat steril dan dibungkus dengan kasa steril.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuat tetap hangat.

d. Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parental dengan dosis 0,5-1 mg/hari.

e. Memberikan obat tetes / salep mata

Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetra siklin 1 % dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit

menular seksual). f. Identifikasi bayi

Identifikasi pada bayi baru lahir normal tanda pengenal harus diberikan sampai bayi dipulangkan, pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum : nama ( bayi atau ibu ), tanggal lahir, jenis kelamin. Ukur berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.

5. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Tujuan pementauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidaknya dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

a. Dua jam pertama sesudah lahir

b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.

6. Apgar Score Keterangan Waktu 0 1 2 1 5

Apperiance (warna kulit) Pucat Badan merah ekstimitas biru Seluruh badan kemerahan Pulse (heart rate)

(29)

(frekuensi jantung) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

Grimace (reaksi rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan (grimace) Gerakan aktif  Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam sedikit fleksi Gerakan aktif  Respiration (pernafasan) Tidak ada Lemah atau tidak teratur B aik atau menangis Jumlah

Keterangan :

Nilai 7-10 : Bayi normal

Nilai 4-6 : Asfiksia ringan/sedang Nilai 0-3 : Asfiksia berat

7. Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir a. Pernafasan sulit

b. Hipotermi

c. Warna kulit abnormal d. Bayi tidak mau menyusu e. Tali pusat merah atau bengkak f. Infeksi

g. Diare

h. Letargi atau lemas (Saifuddin, 2002) 8. ASI Eksklusif 

a. Manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi 1) Sebagai nutrisi terbaik

2) Meningkatkan daya tahan tubuh 3) Menigkatkan kecerdasan

4) Meningkatkan jalinan kasih sayang b. Manfaat pemberian ASI

1) Bagi bayi

a) Mengandung antibodi untuk mencegah infeksi b) Mudah dicerna oleh bayi

c) ASI yang pertama adalah colostrum yang merupakan imunisasi pertama untuk bayi d) Mengandung vitamin yang cukup (mineral dan zat besi)

e) Menghindarkan bayi dari alergi 2) Bagi ibu

a) Membantu ibu memulihkan dari proses persalinannya

b) Membantu membuat rahim berkontaksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan c) Lebih murah dan ekonomis

d) Merupakan KB alami

Referensi

Dokumen terkait

BP ( Broken Pekoe ) Berasal dari tangkai daun teh, tulang daun teh muda, memiliki ukuran yang besar, pendek, dan berwarna hitam.. BT ( Broken Tea ) Partikel serbuk agak

Pada jam-jam sibuk khususnya ruas jalan Srijaya Negara secara visual terjadi kemacetan lalulintas terutama pada areal memasuki kampus Unsri sebagai akibat masuk

Konsonan dalam bahasa Prancis dapat diidentifikasi melalui cara artikulasi, baik letupan (dengan penutupan rongga mulut yang menghasilkan letupan serta pembukaan

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis, refleksi dan interpretasi (pemaknaan) terhadap data yang didapat dari hasil observasi, sehingga dapat diketahui apakah

Tahap ketiga, pejabat penilai melakukan penilaian pada formulir prestasi kerja sesuai dengan hasil kinerja pegawai dan hasil monitoring yang dilakukan..

Judul : EFEKTIVITAS METODE CERAMAH DALAM KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN FIKIH (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS XI IPS DI MAN PRAMBON TAHUN 2017).. Setelah diperbaiki materi

– Menyediakan sebuah mekanisme yang siap untuk hidup dan bekerja lagi dengan cepat setelah terjadi kesalahan, kerusakan atau bencana, dimana semua data dapat diakses pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan teknik peta pikiran dalam upaya meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas V.1 SD BOPKRI