MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL,INTRANTAL,POSTNATAL,DAN BAYI BARU LAHIR
NUR AINIYATUL HASANAH NIM 2415201020026
PROGRAM S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS NOOR HUDA MUSTOFA
BANGKALAN 2025
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku (Kepmenkes no 900/Menkes/SK/VII/2002). Bidan di Komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
Bidan yang bekerja di komunitas harus mengenal kondisi kesehatan di masyarakat yangg selalu mengalami perubahan, sehingga bidan harus tanggap terhadap perubahan tersebut. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.
Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik. Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, swasta atau yang2 berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu asuhan kebidanan komunitas antenatal 2. Apa itu asuhan kebidanan intranatal
3. Apa itu asuhan kebidanan Postnatal
4. Apa itu asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan kebidanan komunitas antenatal 2. Untuk mengetahui Asuhan kebidanan intranatal
3. Untuk mengetahui asuhan kebidanan postnatal 4. Untuk meengetahui asuha kebidanan bayi baru lahir
BAB II PEMBAHASAN 1. Asuhan Kebidanan Antenatal
A. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dan ruang lingkup prktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala. Tiap hasil pemeriksaan di ikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan. Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Karwati, 2013).
B. Tujuan Asuhan Antenatal a. Tujuan Umum
Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat lahir dengan sehat.
b. Tujuan Khusus
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2. Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
3. Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.
4. Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi.
5. Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI Ekslusif.
C. Standar pelayanan natenatal Komunitas
Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas merupakan bagian dari ruang lingkup pelayanan kebidanan yaitu standar 3 sampai standar 8.
Standar tersebut meliputi
a. Standar 3: Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya
agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara dini dan secara teratur. Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan.
2. Ibu, suami, anggota masyarakat meyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
b. Standar 4: Pemeriksaan dan pematauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.
Mereka harus dapat mencatat data
yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x selama kehamilan.
2. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.
3. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan.
4. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
5. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.
c. Standar 5: palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi untuk meperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memenksa posisi, bagian terendah, msuknya kepala ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Hasil yang diharapkan adalah:
1. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.
2. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
3. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
d. Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil yang diharapkan adalah:
1. Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk.
2. Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.
3. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia BBLR.
e. Standar 7: pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilandan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.
2. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat preeklamsia.
f. Standar 8: persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami keluarganya pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana
yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini. Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman.
2. Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.
3. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin jika perlu.
4. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.
D. Standar Minimal Asuhan Antenatal 10T 1. Timbang dan Ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan Tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), 4. Pemeriksaan TFU
5. Tentukan presentasi janin dan DJJ
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
E. Manajemen Asuhan Antenatal
Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan langkah-langkah alamiah sistematis yang dilakukan bidan, dengan tujum untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan standar yang berlaku. Dalam manajemen asuahan antenatal di komunitas, bidan harus melakukan kerja sama dengan ibu, keluarga, dan masyarakat megenai persiapan recana kelahiran, penolong persalinan, tempat bersalinan, tabung untuk bersalinan, dan mempersiapkan recana apabila terjadi
komplikasi. Upaya yang harus dilakukan bidan untuk mengatasi kendala- kendala tersebut adalah dengan:
1. Melakukan kunjungan rumah
2. Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan
3. Apabila ada masalah, coba untuk membuat ibu dalam mencari pemencahannya
4. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan
F. Langkah – langkah Dalam pelaksanaan Manajemen Asuhan Natenatal di Komunitas
1. Ciptakan adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga seramah mungkin dan membuatnya merasa nyaman.
2. Menanyakan riwayat kehamilan ibu dengan cara menerapkan prinsip mendengarkan efektif.
3. Melakukan anamnesis secara lengkap, terutama riwayat kesehatan.
Ibu dan kebidanan
4. Melakukan peeriksaan seperlunya.
5. Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (misalnya albumin, Hb).
6. Membantu ibu dan keluarga
mempersiapkankelahiran dan kemungkinan tindakan darurat
7. Memberikan konseling sesuai kebutuhan.
8. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah.
9. Memberikan nasihat kepada ibu untuk mencari pertolongan apabila ada tanda- tanda seperti perdarahan pervagina, sakit kepala lebih dari biasanya, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah dan tangan, nyeri abdomen, janin tidak bergerak seperti biasanya.
10. Memberikan tablet Fe 90 butir dimulai saat usia kehamilan 20 minggu.
11. Memberikan imunisasi TT dengan dosis 0,5 cc.
12. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
13. Mendokumentasikan hasil kunjungan.
2. Asuhan Kebidanan Intranatal A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan diluar Rahim. Bidan berharap segala kondisi faktor risiko dapat disingkirkan dengan observasi yang maksimal selama ibu hamil, tidak ditemui adanya kelaianan atau penyakit yang akan meyulitkan proses persalinan. Falsafah asuhan ibu.
bersalin diantaranya sebagai berikut:
a. Bidan meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk aman, puas terhadap pelayanan kesehatan dengan menghargai martabat manusia dan perbedaan adat kebiasaan.
b. Yakin bahwa proses kehamilan dan persalinan dapat ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan dan intervensi berbentuk dukungan keluarga
c. Berfokus pada keburuhan individu dan keluarganya baik fisik, emosi dan sosial, terlibat aktif sesuai dengan nilai sosial.
d. Asuhan yang terus menerus yang menekankankan pada aspek keamanan, manajemen klinis yang kompeten, mempertahankan tidak adanya intervensi pada keadaan normal dan meningkatkan pendidikan kesehatan bagi ibu selama proses persalinan.
B. Tujuan Asuhan Intranatal
a. Memastikan persalinan yang telah direncanakan.
b. Memastikan persiapan persalinan bersih, aman dan dalam suasana yang menyenangkan.
c. Mempersiapkan tranfortasi, serta biaya rujukan bila diperlukan.
C. Standar Minimal Pelayanan Intranatal
Standar pelayanan asuhan intranatal di komunitas merupakan bagian dari ruang lingkup pelayanan kebidanan yaitu standar 9-standar 12 :
a. Standar 9 asuhan persalinan kala I tujuannya untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
b. Standar 10 persalian kala II yang aman, tujuannya untuk memastikan
c. persalinan yang bersih dan aaman untuk ibu dan bayi.
d. Standar 11 penatalaksanaan aktif persalinan kala III tujuannya untuk membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan.
e. Standar 12: penanganan kala II dengan gawat janin melalui efisiotomi. tujuannya mempercepat persalinan dengan melakukan efisiotomi jika. ada tanda-tanda gawad janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.
D. Pelayanan Kebidanan Komunitas a. Persiapan Bidan
1. Menilai secara tepat bahwa persalman sudah dimulai.
kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan.
2. Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan dan kelahiran bayi.
3. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan bahan yang diperlukan serta dan dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
4. Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya.
5. Memberikan asuhan sayang ibu.
b. Persiapan rumah dan lingkungan
1. Tersedia ruangan yang bersih dan layak.
2. Tersedia sumber air bersih, air panas, dan air dingin.
3. Tersedia penerangan yang baik, ranjang sebaiknya diletakkan di tengah-tengah ruangan agar mudah didekati dari kiri maupun kanan, dan cahay sedapat mungkin tertuju pada tempat persalinan.
4. Tersedia fasilitas telepon yang bisa diakses untuk menghubungi ambulans jika diperlukan saat
melakukan rujukan atau tersediannya mobil yang bisa digunakan saat diperlukan untuk merujuk.
c. Persiapan alat
Tensimeter, stetoskop, jam yang mempunyai detik, thermometer, partus set, heating set, bahan habis pakai (injeksi oksitosin, lidokain, kapas, kassa), set kegawatdaruratan, bengkok, tempat sampah medis, non medis, dan tajam, APD.
E. Persalinan di Rumah
a. Asuhan persalinan kala I
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
b. Asuhan persalinan kala II
Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi. Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan.
c. Asuhan persalinan kala III
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III untuk mencegah kejadian perdarahan
d. Asuhan persalinan kala IV
Asuhan persalianan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir. Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.
3. Asuhan Kebidanan Postnatal A. Pengertian
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal Asuhan kebidanan di komunitas adlah pemberian asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi pemberian asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekita ibu nifas. Pelayanan masa nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Setelah persalinan akan membantu merawat ibu dan bayi secara intensif dan berkesinambungan. Kunjungan postpartum dapat dilakukan di klinik maupun dengan kunjungan rumah. Selama masa postpartum, bidan
memberikan support emosional serta pendidikan mengenai perawatan bayi atau kesehatan ibu serta memonitor kebutuhan ibu dan bayi.
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan asuhan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan adalah sebagai berikut.
1. Mencegah atau mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi yang timbul pada waktu pascapersalinan, baik medis, bedah, atau obstetri.
2. Dukungan pada ibu dan keluarganya pada keadaan peralihan ke suasana keluarga yang baru.
3. Promosi dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayinya dengan cara memberikan pengetahuan mengenai tanda tanda bahaya,
4. gizi, istirahat dan tidur, kesehatan diri, serta mikronutrisi (jika perlu).
5. Konseling asuhan bayi baru lahir.
6. Dukungan ASI.
7. Konseling dan pelayanan KB termasuk nasehat hubungan seksual.
8. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
9. Bersama ibu dan keluarganya dilakukan konseling kepada keluarga.
untuk mempersiapkan apabila terjadi komplikasi C. Manajemen Asuhan Masa Nifas
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama mas nifas
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga 15 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
7. mempraktikkan kebersihan yang aman.
8. Melakukan managemen asuhan dengan cara mengumpulkan data.
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas 9. Memberikan asuhan secara professional
D. Kunjungan Rumah Ibu Nifas
Kebijakan program nasional masa nifas (kemenkes RI 2015), yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan adannya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya
3. Mendeteksi adannya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
1) Kunjungan ke I
a. Dilakukan pada 6-8 jam setelah ibu melahirkan b. Cegah dan deteksi adanya perdarahan
c. Lakukan konseling untuk mencegah perdarahan
d. Lakukan hubungan antara ibu dan bayi, motivasi Inisiasi Dini serta jaga bayi dari keadaan hipotermi
2) Kunjungan ke II
a. Kunjungan ke dua pada ibu nifas dilakukan enam hari setelah persalinan
b. Bertujuan untuk memastikan involusi berjalan normal, tanda-tanda infeksi dan perdarahan
c. Nutrisi dan istirahat supaya ASI optimal dan konseling mengenai suhu bayi
3) Kunjungan ke III
a. Dilakukan dua minggu setelah ibu melahirkan
b. Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
c. Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
d. Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan
4) Kunjungan ke IV
a. Kunjungan akhir pada ibu nifas, dilakukan pada minggu ke enam setelah ibu melahirkan.
b. Melakukan evaluasi normalitas puerperium
c. Identifikasi kebutuhan ibu terutama mengenai kontrasepsi.
4. Asuhan Bayi Baru Lahir A. Pengertian
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu- 40 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Arief, 2009). Pelayanan kesehatan Neonatus harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu
diprioritaskan seperti gizi rendah, anemia, dekatnya jarak antar kehamilan, dan buruknya hygiene (Prawirohardjo, 2009).
Penelitian telah menunjukan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode Neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan Bayi Baru Lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian (Prawirohardjo, 2009). Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode Neonatal merupakan periode yang paling kritis. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2009).
B. Alat, Tempat, Standar Pelayanan Bayi Baru Lahir dan Neonatus a. Alat
Peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan bayi baru lahir harus tersedia dalam satu ruangan dengan ibu, meliputi:
Tempat (meja) resusitasi bayi, diletakkan di dekat tempat ibu bersalin
1) Infant warmer atau dapat digunakan juga lampu pijar 60 watt dipasang sedemikian rupa dengan jarak 60 cm dari bayi yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan di atas tempat resusitasi
2) Alat resusitasi (balon sungkup) bayi baru lahir 3) Air bersih, sabun dan handuk bersih dan kering 4) Sarung tangan bersih
5) Kain bersih dan hangat 6) Stetoskop infant dan dewasa
7) Stop watch atau jam dengan jarum detik 8) Termometer
9) Timbangan bayi 10) Pengukur panjang bayi 11) Pengukur lingkar kepala 30
12) Alat suntik sekali pakai (disposible syringe) ukuran 1 ml/cc
13) Senter
14) Vitamin K1 (phytomenadione) ampul 15) Salep mata Oxytetrasiklin 1%
16) Vaksin Hepatitis B (HB) 0
17) Form pencatatan (Buku KIA, Formulir BBL, Formulir register kohort bayi)
Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan kunjungan neonatal meliputi:
1) Tempat periksa bayi
2) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
3) Air bersih, sabun dan handuk kering
4) Sarung tangan bersih 5) Kain bersih
6) Stetoskop
7) Stop watch atau jam dengan jarum detik 8) Termometer
9) Timbangan bayi 10) Pengukur panjang bayi 11) Pengukur lingkar kepala
12) Alat suntik sekali pakai (disposable syringe) ukuran 1ml/cc
13) Vitamin K1 (phytomenadione) ampul 14) Salep mata Oxytetrasiklin 1%
15) Vaksin Hepatitis B (HB 0)
16) Form pencatatan (Buku KIA, Formulir bayi baru lahir, formulir MTBM, Partograf, Formulir register kohort bayi)
b. Tempat
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter, bidan dan perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.
Waktu pemeriksaan bayi baru lahir :
Bayi lahir di fasilitas kesehatan Bayi lahir di rumah Baru lahir sebelum usia 6 jam Baru lahir sebelum usia 6 jam
Usia 6 – 48 jam Usia 6 – 48 jam Usia 3 – 7 hari Usia 3 – 7 hari Minggu ke 2 pasca lahir Minggu ke 2 pasca lahir
c. Standar Pelayanan Bayi Baru Lahir dan Neonatus Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
1) Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernapasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemia, dan infeksi.
2) Pernyataan Standar
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernapasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
3) Hasil
a) Bayi Baru Lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat segera menerima perawatan yang tepat
b) Bayi Baru Lahir mendapatkan perawatan yang tepat dan dapat bernafas dengan baik
c) Penurunan angka kejadian hipotermi 4) Prasyarat
a) Bidan mampu untuk memeriksa dan menilai bayi baru lahir dan menggunakan apgar skor, menolong bayi bernafas spontan dan melakukan
b) resusitasi bayi , mengenal tanda-tanda hipotermia dan dapat melakukan pencegahan dan penanganannya.
c) Adanya alat/bahan yang diperlukan, misalnya sabun, air bersih, dan handuk untuk mencuci tangan, handuk lembut bersih untuk bayi, kain yang bersih dan kering untuk bayi, thermometer dan timbangan bayi.
d) Obat tetes mata : Salep mata tetrasiclin 1%, chloramphenicol 1% atau eritromicin 0,5%
e) Kartu ibu 5) Proses
Bidan harus :
1. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas dengan baik
2. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat, kemudian pakaikan kain kering yang hangat. Berikan bayi kepada ibunya untuk didekap didadanya serta diberi ASI
3. Klem tali pusat dilakukan pada dua tempat.
Pengikatan dilakukan didua tempat, yang pertama berjarak 5 cm dari jarak umbilicus dan pengikat yang kedua 10 cm dari umbilicus
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih lalu keringkan dengan handuk bersih. Usahakan ruangan tetap hangat agar bayi tidak hipotermi
5. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum dengan menggunakan apgar score.
6. Periksa bayi dari kepala smpai ujung kaki untuk mencari kemungkinan adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan.
7. Timbang bayi dan ukur panjangnya 8. Perksa tanda vital bayi
9. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui dengan ASI segera setelah lahir, paling lambat dalam dua jam pertama.
10. Pastikan bahwa bayi tetap terbungkus/mengenakan pakaian hangat dan tutp kepala. Bantulah ibu untuk menyusui bayinya, terutama ibu yang baru pertama kali menyusui
11. Cuci tangan sekali lagi dengan sabun, air bersih dan keringkan tangan dengan haduk bersih. Berikan salep pada mata bayi
12. Perhatikan pengeluaran urine dan meconium bayi dalam 24 jam pertama
13.Lakukan pencatatan semua yang ditemukan dalam kartu ibu dan kartu bayi, rujuk kerumah sakit bila ada kelainan
d. Jadwal Kunjungan
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan keehtan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau maalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar pada neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Sehingga jika bayi lahr di fasilitas ksesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan yang sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28 hari setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
a) Kunjungan Neonatal Ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir.
b) Kunjungan neonatal ke- 2 (KN 2) dilakuka pada kurun waktu hari ke 3 samapi dengan hari ke 7 setelah lahir.
c) Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.