ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
BRONKOMALASIA
BRONKOMALASIA
DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :
1.
1. Stephen Stephen Felius Felius 10. 10. Isni Isni Martiyani Martiyani PutriPutri 2.
2. G. G. A. A. K. K. Sri Sri Sundari Sundari 11. 11. Kamila Kamila AuliaAulia 3.
3. N. N. W. W. Intan Intan Afsari Afsari Dewi Dewi 12. 12. Indah Indah PudyastutiPudyastuti 4.
4. Puspita Puspita Melati Melati 13. 13. Kharisma Kharisma AgustinaAgustina 5.
5. Sri Sri Mujiati Mujiati 14. 14. Liota Liota Marsha Marsha RenardiyaRenardiya 6.
6. Fitriani Fitriani Widyastanti Widyastanti 15. 15. Melinda Melinda AnggardiniAnggardini 7.
7. Galih Galih Purwoningsih Purwoningsih 16. 16. Miranda Miranda Ayu Ayu Risang Risang .B.B 8.
8. Hana Hana Muzdalifah Muzdalifah 17. 17. Nevy Nevy Kusuma Kusuma DanartiDanarti 9. Indah Apriliana
9. Indah Apriliana
PRODI PROFESI NERS PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat Terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menerima ilmu hingga kami telah mencapai jenjang dan hidayah-Nya kami dapat menerima ilmu hingga kami telah mencapai jenjang tertinggi dalam status pendidikan, yaitu sebagai mahasiswa. Tak lupa pula kami tertinggi dalam status pendidikan, yaitu sebagai mahasiswa. Tak lupa pula kami berterima kasih
berterima kasih kepada-Nya kepada-Nya karena karena telah telah memberi memberi kami kami waktu waktu untuk untuk menyelesaikanmenyelesaikan tugas makalah Keperawatan ANAK . Dalam proses pembuatan makalah ini kami tugas makalah Keperawatan ANAK . Dalam proses pembuatan makalah ini kami sebagai tim penyusun mengalami berbagai hambatan, akan tetapi dengan kesabaran sebagai tim penyusun mengalami berbagai hambatan, akan tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari media yang memadai, makalah ini dapat tertuntaskan dengan serta dukungan dari media yang memadai, makalah ini dapat tertuntaskan dengan baik.
baik.
Tak ketinggalan pula kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima Tak ketinggalan pula kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
tepat pada waktunya, waktunya, juga membantu juga membantu dalam pengumpulan dalam pengumpulan bahan, penyusunan bahan, penyusunan dandan pembuatan makalah.
pembuatan makalah.
Tentunya sebagai manusia, kami sebagai penyusun tak lepas dari berbagai Tentunya sebagai manusia, kami sebagai penyusun tak lepas dari berbagai kesalahan, dan kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat di makalah kesalahan, dan kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat di makalah kami ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca sebagai bahan kami ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca sebagai bahan evaluasi atas makalah yang kami susun. Harapannya agar kami menjadi lebih baik evaluasi atas makalah yang kami susun. Harapannya agar kami menjadi lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga bermanfaat bagi semua pembaca.
lagi di kemudian hari. Semoga bermanfaat bagi semua pembaca.
Semarang,
Semarang, 19 19 Juli Juli 20182018
Penyusun Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... ... i
Kata Pengantar ... ... ii
Daftar Isi... ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penulisan ... 3
1.4 Manfaat Penulisan ... 3
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN 2.1 Definisi Bronkomalasia ... 4
2.2 Etiologi Bronkomalasia ... 4
2.3 Klasifikasi Bronkomalasia ... ... 5
2.4 Pathway Bronkomalasia ... 6
2.5 Patofisiologi Bronkomalasia ... 6
2.6 Manifestasi Klinis Bronkomalasia ... 7
2.7 Pemeriksaan Penunjang Bronkomalasia ... 8
2.8 Komplikasi Bronkomalasia ... ... 9
2.9 Penatalaksanaan Bronkomalasia ... ... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian ... ... 12
3.2 Diagnosa ... ... 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ... ... 22
4.2 Saran ... ... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap pasangan. Setiap manusia tentunya ingin mempunyai anak yang sempurna baik secara fisik maupun psikis.Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara (Depkes, 2014). Di tangan anak-anak yang sehat dan sejahtera akan melahirkan bangsa yang kuat, sejahtera dan bermartabat.Suatu kenyataan saat ini bahwa harapan kelangsungan hidup anak-anak Indonesia masih rendah sehingga masih banyak anak terlahir di negeri ini dalam situasi yang tidak menguntungkan karena berbagai sebab seperti penyakit infeksi, penyakit bawaan (kelainan kongenital), malnutrisi, berat badan lahir rendah dan lain-lain sehingga kualitas hidup mereka dimasa depan akan
rendah (IDAI, 2008). Di beberapa negara mortalitas anak mulai menurun karena suksesnya imunisasi, kontrol diare, infeksi saluran pernapasan akut, dan perbaikan pelayanan yang terfokus pada layanan kesehatan primer.Sebagai konsekuensi, kelainan kongenital mengambil proporsi yang lebih besar dalam mortalitas anak (World Bank dalam WHO, 2013).
Kelainan kongenital didefinisikan sebagai kelainan struktural atau fungsional termasuk kelainan metabolisme yang timbul saat lahir(Rosano A, dkk., 2000. Agha MM, dkk., 2006). Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.WHO memperkirakan adanya 260.000 kematian (7% dari seluruh kematian neonatus) yang disebabkan oleh kelainan kongenital di tahun 2004.Bayi-bayi dengan kelainan kongenital menjadi masalah khususnya untuk negara berkembang karena angka kejadiannya yang cukup tinggi dan membuat sumber daya berkurang. Bayi dengan kelainan kongenital yang bertahan hidup, saat tumbuh akan mengalami ketergantugan terhadap orang lain, ataupun alat bantu (WHO, 2013).
Angka kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di dunia yaitu sekitar 303.000 jiwa pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap tahunnya(WHO, 2016). Data World Health Organization South-East Asia Region (WHO SEARO) tahun 2010 memperkirakan prevalensi kelainan kongenital di Indonesia 3 adalah 59,3 per 1000 kelahiran hidup. Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia, maka akan ada sekitar 295.000 kasus kelainan bawaan pertahun. Data laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa sebesar 1,4% bayi baru lahir usia 0-6 hari pertama kelahiran dan 19% bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal disebabkan karena kelainan kongenital (Depkes, 2016).
Salah satu kelainan kongenital yang dapat ditemui yaitu bronkomalasia. Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun (Children’s NationalHealth System,2016).
Prevalensi bronkomalasia di dunia sangat luas dan bervariasi secara geografis. Di Indonesia, prevalensi bronkomalasia belum diketahui secara pasti. Bronkomalasia sendiri dapat ditangani dengan tindakan pembedahan atau trakheotomi.
Dengan pertimbangan angka kejadian yang cukup tinggi, maka sangat perlu dilakukan pencegahan yang lebih optimal. Tindakan asuhan keperawatan yang te pat pada anak dengan kelainan kongenital bronkomalasia penting dilakukan dan harus diperhatikan oleh perawat untuk memberikan pelayanan yang optimal sehingga akan membantu mengurangi dampak yang diakibatkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi bronkomalasia?
2. Bagaimana etiologi bronkomalasia? 3. Apa saja klasifikasi bronkomalasia?
4. Bagaimana pathway bronkomalasia? 5. Bagaimana patofisiologi bronkomalasia? 6. Apa saja manifestasi klinis bronkomalasia?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang bronkomalasia? 8. Apa saja komplikasi bronkomalasia?
9. Bagaimana penatalaksanaan bronkomalasia?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi bronkomalasia. 2. Untuk mengetahui etiologi bronkomalasia. 3. Untuk mengetahui klasifikasi bronkomalasia. 4. Untuk mengetahui pathway bronkomalasia. 5. Untuk mengetahui patofisiologi bronkomalasia. 6. Untuk mengetahui manifestasi klinis bronkomalasia. 7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bronkomalasia 8. Untuk mengetahui komplikasi bronkomalasia
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan bronkomalasia
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama bagi mahasiswa keperawatan agar memahami mengenai konsep dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkomalasia, sehingga dapat memberikan pelayanan yang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI BRONKOMALASIA
Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka.
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan).tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap.Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016)
2.2 ETIOLOGI BRONKOMALASIA
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik.
Bronkomalasia dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Primer : melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal dari prematuritas, defek struktural kartilago yang inherent atau dari ketiadaan congenital cincin tulang rawan di bronkus subsegmental. Seperti yang terlihat pada sindrom William Campabell
2. Sekunder : terjadi dari peningkatan kompresi eksternal oleh struktur jantung atau anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder
2.3 PATHWAY BRONKOMALASIA Faktor penyebab:
Prematur
Gangguan kongenital
Defisiensi pada cincin kartilago
Penyempitan/ menutupnya jalan nafas (bronkus)
Gangguan disfungsi gas di alveoli
Hipoksemia Hiperkapnia
Gangguan pertukaran
gas
Sesak Napas Hipoksia
Asidosis Respiratorik Kelemahan tubuh
Bayi cepat lelah
Intoleransi Aktivitas Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh O2 otak menurun Ketidakefektifan pola napas Kesadaran menurun Kejang Resiko cidera Ketidakseimba ngan perfusi jaringan serebral
2.4 PATOFISIOLOGI BRONKOMALASIA
Penyakit bronkomalasia adalah penyakit/kelainan yang salah satu penyebabnya adalah bayi yang lahir premature. Kelahiran prematur menyebabkan beberapa kelainan bawaan/ ketidaksempurnaan organ tubuh pada bayi. Hal itu disebut kelainan congenital yang menyebabkan defisiensi pada cincin kartilago. Pada pasien bronkomalasia, defisiensi pada cincin kartilago menyebabkan jalan napas (bronkus) menyempit/menutup pada saat ekspirasi. Hal itu menyebabkan gangguan disfungsi gas pada alveoli yang berdampak hipoksemia dan hiperkapnia. Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen di jaringan sehingga pasien akan mengalami hipoksia. Suplai oksigen ke jaringan yang tidak adekuat akan berdampak kepada pasien sehingga pasien akan
mengalami gejala sesak napas. Pasien yang mengalami bronkomalasia biasanya terjadi ketidakmampuan mengeluarkan kadar CO2 yang tidak adekuat sehingga menyebabkan asidosis respiratorik yang dapat menyebabkan penderita
mengalami gangguan pertukaran gas. Suplai O2 ke otak menurun akan
menyebabkan terjadinya kejang dan bias menyebabkan penurunan kesadaran sehingga penderita dapat mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan apabila penderita mengalami kejang akan beresiko mengalami cidera.
Pada pasien bronkomalasia pasien mengalami sesak napas dapat menyebabkan otot tubuh menjadi lemah sehingga jika terjadi pada bayi, bayi akan menjadi cepat lelah dan nafsu makannya akan menurun.
2.5 MANIFESTASI KLINIS BRONKOMALASIA 1. Gejala Bronkomalasia
a. Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat.
b. Demam sub-febril (kecuali infeksi sekunder oleh bakteri).
c. Puncak gejala pada hari ke-5 sakit : batuk, sesak napas, takipne, mengi,minum menurun, apne, sianosis.
d. Bila terjadi obstruksi hebat, pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal, suara nafas melemah, dan “wheezing” yang semula jelas dapat menghilang.
2. Tanda-tanda Bronkomalasia a. Nafas cuping hidung
b. Penggunaan otot bantu napas (dada mengembang disertai retraksi interkostal dan subkostal).
c. Sesak napas, takipne, apneu. d. Hiperinflasi dada.
e. Retraksi, expiratory effort.
f. Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi. g. Ekspirasi memanjang, mengi.
h. Hepar atau limpa dapat teraba.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG BRONKOMALASIA 1. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring, trakea dan bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau bronkoskop serat optik fleksibel yang disebut dengan bronkofibroskop.Melalui bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep biopsi dapat dimasukan untuk
mengambil sekresi dan jaringan untuk pemeriksaan sitologi.
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan mengumpulkan spesimen.Indikasi bronkoskopi adalah sebagai berikut.
a. Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor. b. Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
c. Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan). d. Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
Adapun prosedur tindakan bronkoskopi adalah sebagai berikut. a. Persetujuan tindakan.
b. Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam. c. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan. d. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
e. Periksa dan catat tanda-tanda vital. f. Premedikasi.
g. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowlers dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi. Tenggorok disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan melalui mulut atau hidung.
h. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium. i. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
2. CT-Scan
CT scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang digunakan untuk mendiagnosis dan memantau tatalaksana dari berbagai kelainan pada paru-paru. CT scan atau pemindaian tomografi terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil dari sudut-sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan untuk menghasilkan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur internal paru-paru.
Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur abnormal di dalam paru-paru atau ketidakteraturan yang bisa jadi merupakan gejala yang dialami oleh pasien.Di samping untuk mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru, CT scan juga dapat digunakan untuk memandu pengobatan tertentu untuk memastikan ketepatan dan ketelitian.Banyak tenaga medis profesional menggunakan CT scan paru-paru untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat bagi pasien, yang meliputi peresepan, pembedahan, atau terapi radiasi.
CT scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT scan dada atau toraks.Prosedur untuk melakukan CT scan paru-paru meliputi penghasilan berbagai gambaran X-ray, yang disebut dengan irisan yang dilakukan di dada atau abdomen bagian atas pasien.Irisan-irisan tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk melihat gambaran akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan bidang.Tidak seperti prosedur X-ray tradisional, CT scan menyediakan gambaran yang lebih
rinci dan akurat yang menunjukkan hingga abnormalitas atau ketidakteraturan yang bersifat minor.
Selain itu, CT scan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis tumor paru apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada.Itulah mengapa CT scan paru-paru digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk dari pertumbuhan kanker.Prosedur pencitraan ini juga dapat membantu mengidentifikasi adanya pembesaran nodus limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari paru-paru.
3. MRI Dada
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti Rontgen ,USG, atau CT scan.
2.7 KOMPLIKASI BRONKOMALASIA 1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran
2. Bronkitis
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran (Ngastiyah, 2006).
Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 2004)
3. Polychondritis
Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditandai peradangan tulang rawan yang biasa terjadi pada telinga dan hidung. Penyakit ini dikenal dengan nama lain seperti Meyenburg Altherr Uehlinger sindrom, kronis atrofi polychondritis dan sindrom Von Meyenburg.Penyakit ini dapat mempengaruhi tulang rawan dari setiap jenis dan jaringan sendi, telinga, hidung dan trakea.
Penyebab polychondritis diyakini gangguan autoimun. Sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan dan tulang rawan menyebabkan kerusakan dan peradangan. Antibodi yang dihasilkan autoimun akan menghancurkan glycosaminoglycans yang merupakan bagian terpenting dalam jaringan ikat di tulang rawan.
4. Asma
Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai dengan
penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih – lebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus.(Smelzer Suzanne : 2001).
Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabag-cabang trakheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007).
2.8 PENATALAKSANAAN BRONKOMALASIA
1. Timeinvasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu Metode menggunakan respiratory ventilation/ CPAP (Continuous Positive Airway Pressure ).
3. Trakheotomi Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka atau membuat saluran udara langsung melalui sebuah insisi di trakhea (the windp ipe).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 30 April 2018 Jam : 19.15 WIB Ruang : C1L2 ( Anak ) No. Reg. : C346907
Identitas
Nama : An. A
Umur : 2 bulan 28 hari Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny. I Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Margohayu Rt/Rw 04/05, kec. Karangawen, Kab. Demak
Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Pendidikan Ayah : SLTA Pendidikan Ibu : SLTA 1.Riwayat Perawatan Sekarang
Pasien menderita batuk serta pilek. Pasien tidak menggigil, tidak mengalami kejang. Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan warna hijau, konsistensi padat serta bau khas.
Pasien masih batuk dan pilek. Anak masih bersedia makan dan minum, BAB dan BAK tidak ada kelainan.
3 hari lalu anak masih batuk dan pilek. Nafas anak tampak lebih cepat dari biasanya, terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil / sesuai yang dimakan. Anak tampak lemas. Berat badan anak menurun dari 4,3 kg menjadi 3,5 kg. BAK dan BAB
tidak ada kelainan. Lalu anak dibawa ke RS. Kota Semarang, diperiksa Lab. Darah dengan hasil :
Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/µl ; Tr : 1.057.000/µl ; Hc : 30,9%
Dan mendapat rujukan ke RS. Dr. Kariadi. An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi. An.A tidak mempunyai riwayat alergi. An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS.
1.1.2 Riwayat Keperawatan Kelahiran Pre Natal
Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.
Intra Natal
An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan, langsung menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 50 cm, umur kehamilan 9 bulan.
Post Natal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif, mulai awal bulan sudah diberikan makanan tambahan selerac.
1.1.3 Riwayat Keperawatan Keluarga
Dari kedua keluarga tidak ada riwayat bronchomalasia 1.1.4 Riwayat Sosial
Yang mengasuh
An.A diasuh oleh kedua orang tuanya, kedua orang tua sangat menyayanginya. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga baik, ada komunikasi antar anggota keluarga. Saat dirawat di RS orang tua selalu menjaga pasien
Pembawaan secara umum An.A terlihat kurang aktif
Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih, ada jendela. 1.1.6 Riwayat Sosial
An.A mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam sering terjaga Pola kebersihan
An.A mandi masih dibantu oleh ibunya Pola eliminasi
An.A sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit BAB 1x sehari .
1.2 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : GCS : E= 4, M= 6, V= 5 Composmentis Nadi : 124x/ menit dengan kekuatan lemah
Pernafasan : 50x/ menit dengan nafas cepat dan meningkat Suhu tubuh : 37,2 0 C
Kulit :
▪ Berkeringat, lembab, turgor baik.
▪ Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis. Mata :
▪ Konjungtiva : tidak anemis ▪ Sclera : tidak ikteric
▪ Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan reflek cahaya ( + ) langsung
Kepala :
▪ Rambut : warna hitam, lurus,
▪ Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala berminyak. Hidung :
▪ Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip, rongga hidung bersih, ada cuping hidung
Telinga :
▪ Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih ▪ Liang telinga : tidak terdapat serumen
▪Fungsi pendengaran : bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran tidak ada gangguan, bentuk simetris
Mulut :
Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ditemukan distensi vena jugularis.
Dada :
Frekuensi : 50x/menit
Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral kanan kiri=2:1, terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri. Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : ronchi basah halus pada daerah lobus bawah Jantung : batas kiri dan kanan sulit dinilai
Perut :
Inspeksi : Perut datar, tidak ada massa, lemas. Auskultasi : Peristaltik usus normal 12 x/ menit.
Palpasi : Tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar Perkusi : Timpani
Genetalia :
Tidak ada jamur, Testis tindak oedem, skrotum tidak membesar, penis normal. Pada anus tidak terdapat hemoroid.
Ekstrimitas :
Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedem, tidak terdapat sianosis Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada edema, tidak terdapat sianosis
1.4 Pemeriksaan Diagnostik I. Laboratorium Tanggal 9 April 2018 Hematologi Hb : 8,20 gr/ dL Hematokrit : 27,8 % Erythrosit : 3,64 juta/ mmk MCV : 76,4 fL
MCH : 22,5 pg MCHC : 29,5 gr/ dL Leukosit : 26,4 ribu/ mmk Hitung Jenis Darah Tepi
Eosinofil : 2% Basofil : 0% Batang : 0% Segmen : 58% Limfosit : 30% Monosit : 6%
Eritrosit : anisitosis ringan poikilositosis sedang Trombosit : jumlah meningkat, bentuk normal
Leukosit : jumlah tampak meningkat, limfosit teraktivasi +, smudge cell + RDW : 17,4 %
MPV : 7,60 fL
BGA : pH: 7,20m, CO3: 21mmHg, pCO2: 48 mmHg, BE: -3, pO2: 75
3.2 ANALISA DATA
NO DATA DX KEP
1. DS:
-DO: -retraksi dada - cuping hidung -RR: 50 x/menit
Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan
2. 3. -pH: 7,20 -HCO3: 21mmHg -pCO2: 48 mmHg -BE: -3 -pO2: 75
DS : Orang tua pasien mengatakan anaknya sesak napas sejak 3 hari yang lalu disertai batuk dan pilek.
DO : - px terlihat kesulitan bernapas -RR 50x/menit
-terdapat retraksi otot dada -napas cuping hidung
-terdapat suara ronchi basah halus lobus bawah
DS : Orang tua mengatakan anak terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil/sesuai yang dimakan. orang tua mengatakan nafsu minam ASI anak menurun.
DO: - BB anak menurun dari 4,3 kg menjadi 3,5 kg.
Hb: Hb : 8,20 gr/ dL
Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot pernafasan
Ketidakcukupan nutrisi b/d faktor biologis
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 2. Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot pernafasan
3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1 Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Tujuan: Gas exchange, Keseimbangan asam basa, Elektrolit, ventilation, Vital Sign Status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi: a. peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat b. Paru-paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
c. AGD dalam batas normal
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu c. Keluarkan sekret dengan suction bila
perlu
d. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
e. Berikan kolaborasi bronkodilator f. Monitor respirasi dan status O2
g. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
h. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
2. Pola napas tidak
efektif b/d kelemahan otot pernafasan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam . dibuktikan dengan kriteria hasil : a. Tidak ada suara napas tambahan b. Tidak terjadi sianosis
1.posisikan pasien untuk memaksimalkan ventillaasi
2.Pertahankan jalan nafas yang paten
3.Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
4. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
5.Monitor vital sign
6. Informasikan pada keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
c. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) 3. Ketidakcukupan nutrisi b/d faktor biologis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam ketidakcukupan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
1. asupan makanan dan cairan bayi tercukupi.
2. terjadinya penurunan frekuensi
muntah.
3. Hemoglobin dalam batas normal 4. Berat badan mengalami
peningkatan dalam rentang normal.
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi.
2. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan Hb.
5. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 6. Monitor intake nuntrisi
BAB IV PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan).tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap.Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016)
Bronchomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik.
Bronkomalasia terdapat 2 jenis yaitu bronkomalasia primer dan bronkomalasia sekunder.Bronkomalais primer disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago diklasifikasikan sebagai kongenital sedangkan bronkomalasia sekunder merupakan kelainan didapat (bukan kongenital) disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan bronkoskopi, CT-Scan dada, dan MRI dada. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pneumonia,bronchitis, polychondritis, dan asma.
4.2 SARAN
Bagi petugas kesehatan
Sebaiknya memeriksa keadaan bayi secara lengkap dikarenakan masalah bronkomalasia sering terjadi pada saat lahir, sehingga saat terdeteksi secara dini
DAFTAR PUSTAKA
Children’s NationalHealth System.Situation analysis. New York: 2016.
Departemen Kesehatan. Hari kelainan bawaan sedunia cegah bayi lahir cacat dengan pola hidup sehat. 2016, (Diakses 08 Mei 2017) Dari URL
:http://www.depkes.go.id/article/print/16030300001/3-maret-hari-kelainan- bawaansedunia-cegah-bayi-lahir-cacat-dengan-pola-hidup-sehat-.html.
Departemen Kesehatan. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia.Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2014.
IDAI. Deklarasi Surabaya. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak-XIV. Surabaya: 2008.
Ngastiyah, 2006. Perawatan Anak Sakit , Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Rosano A dkk. Infant mortality and congenital anomalies from 1950 to 1994: an international perspective. Journal of epidemiology and community health 2000;54:660-6.
Sala A, Martínez Deltoro A, Martínez Moragón E. Asmática con broncomalacia y buena respuesta al tratamiento con presión positiva continua en la vía aérea.
Arch Bronconeumol. 2014
Schwartz DS.Tracheomalacia treatment and management. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment. Updated March 23, 2014.Accessed February 13, 2015.
Smeltzer, Suzanne C.2001.buku ajar keperawatan medical bedah brunner& suddarth. Jakarta :EGC.
Speer, Kathleen Morgan.2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathway Ed.3.Jakarta : EGC.
Staf Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak,FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan Anak . Denpasar : RSUP Sanglah Denpasar.
Stein, Raimund. 2012. Hypospadias. Europan Association of Urology. 11: 33-45. Tarwoto & Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Tim Penulis Staf Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
1994. PedomanDiagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak .
Surabaya : RSUD Dokter Soetomo Surabaya
World Health Organization.Birth defect in South-East Asia a public health challenge.Situation analysis. India: 2013.
World Health Organization.Congenital Anomalies.2016. (Diakses 08 Mei 2017) Dari URL: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs370/en/ http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contemporary- pediatrics/news/chronic-cough-watch-red-flags?page=full http://www.gosh.nhs.uk/medical-information-0/search-medical-conditions/tracheobronchomalacia March 2013 http://www.newcastle-hospitals.org.uk/services/childrens_treatment-and medication_bronchomalacia-in-children.aspx https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/02/19/bronkomalasia- bronchomalacia/Posted on February 19, 2010