• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Konsep Gangguan dan Keperawatan

1. Tali Pusat a. Pengertian

Tali pusat dalam istilah medisnyaumbilical cord. Merupakan suatu tali yang menghubungkan janin dengan uri atau plasenta. Sebab semasa dalam rahim, tali inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Setelah janin dilahirkan, bayi tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Oleh karena sudah tidak diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera dipotong dan dijepit atau diikat (Baety, 2011). b. Ciri Umum Tali Pusat

Pada tali pusat terdapat Funiculus umbilicalisyang terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi di bagian tengah plasenta. Funiculus umbilicalis

berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke

umbilicusfetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral (Baety, 2011). Tali pusat membungkus dua buah pembuluh darah yang sudah diambil oksigennya dari dalam tubuh janin, vena umbilikalis yang tunggal membawa darah yang sudah dibersihkan dari plasenta ke dalam janin. Diameter tali pusat ±1-2,5 cm dengan rata-rata panjang 55 cm, namun

(2)

memilik rentan panjang antara 30-100 cm. Lipatan dan kelokan pembuluh-pembuluh darah, membuatnya lebih panjang dari tali pusat, sering menimbulkan nodulasi pada permukaan, atau simpul palsu (varises). Matriks dari tali pusat terdiri dari jeli Wharton (Sodikin, 2009).

Jeli Wharton yaitu zat yang berbentuk seperti agar-agar dan mengandung banyak air sehingga pada bayi lahir tali pusat mudah menjadi kering dan cepat terlepas dari pusar bayi (Rukiyah, 2009).

c. Struktur Tali Pusat

Tali pusat normalnya dari tiga bagian, dua arteri dan satu vena dikelilingi. Arteri dan vena umbilikus terlindung dalam sumbu umbilikus. Sumbu tersebut dipenuhi dengan bahan gelatinosa yang disebut jeli wharton, yang membantu mencegah kekusutan. Sumbu tersebut merupakan perpanjangan dari body stalk pada awal perkembangan embrionik dan mempunyai panjang sekitar 60 cm pada term. Vena umbilikalis sebelah kanan biasanya menghilang pada awal perkembangan janin, yang tertinggal hanya vena umbilikalis sebelah kiri. Pada penampang setiap bagian tali pusat dekat bagian tengahnya terdapat saluran kecil dari vesikel umbilikalis yang dilapisi oleh sel epitel kubis atau pipih (Sodikin, 2009).

Pada bagian yang berbeda didekat umbilikalis, terdapat saluran lain yang merupakan sisa dari alantoin. Bagian intra abdominal vesikel umbilikalis yang memanjang dari umbilikalis sampai usus biasanya atrofi dan menghilang, namun kadang tetap paten dan membentuk divertikulum

(3)

Meckel. Kelainan vaskular yang biasanya diketemukan pada tali pusat manusia adalah tidak adanya satu arteri umbilikalis (Sodikin, 2009).

Tali pusat (funis) memanjang dari umbilikalis sampai ke permukaan fetal plasenta. Permukaannya berwarna putih kusam, lembab, dan tertutup amnion yang ketiga pembuluh darah umbilikalis dapat terlihat melaluinya. Diameter tali pusat ±1-2,5 cm dengan rata-rata panjang 55 cm, namun memilik rentan panjang antara 30-100 cm. Lipatan dan kelokan pembulh-pembuluh darah, membuatnya lebih panjang dari tali pusat, sering menimbulkan nodulasi pada permukaan, atau simpul palsu (varises). Matriks dari tali pusat terdiri dari Jeli Wharton. Setelah proses fiksasi pembuluh pusat akan tampak kosong. Bila difiksasi dalam keadaan distensi normal, tampak pada arteri umbilikalis adanya lipatan intima transversal dari Hoboken yang melintas bagian dari lumennya. Mesoderrm tali pusat, yang berasal dari alantoin, akan menyatu dengan amnion (Rukiyah, 2009).

d. Fungsi Tali Pusat

Tali pusat selain sebuah tali yang memanjang, ada dua fungsi yang sangat berperan penting bagi kehidupan janin selama dalam kandungan yaitu pertama sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis. Dengan demikian janin mendapat asupan yang cukup untuk tumbuh kembang di dalam rahim. Kedua, sebagai saluran

(4)

pertukaran bahan sisa seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui pembuluhdarah arteri umbilicalis (Baety, 2011). e. Sirkulasi Tali Pusat

Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan sisa yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin mengakibatkan kematian. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri dari pada tisue fetus dan tisue ibu terbentuk dengan lengkap pada kehamilan 16 minggu atau 4 bulan (Prawirohardjo, 2007).

Plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jonjot” atauvilustumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembus dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarnvilusterdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat didalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandung bahan sisa seperti karbondioksida dan urea. Bahan sisa ini akan meresap melalui membran dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan sisa lazimnya berlaku melalui proses peresapan. Melalui cara ini, kebutuhan sirkulasi bayi dapat dipenuhi (Prawirohardjo, 2007).

(5)

Sirkulasi darah vena umbilikalis melalui dua rute duktus venosus yang langsung mengosongkan isinya ke vena inferior, serta melalui beberapa pembuluh darah yang lebih kecil ke dalam sirkulasi hepatik janin kemudian ke vena kava inferior melalui vena hepatika. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang tahanannya lebih kecil. Tahan di dalam duktus venosus diatur oleh suatu klep yang terletak pada bagin awal duktus venosus di umbilikalis dan diinervasi oleh saraf vagus (Rukiyah, 2009).

f. Pemotongan Tali Pusat

Menurut standart Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat segera bayi lahir akan dilakukan pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR, Depkes RI, 2008, bahwa segera bayi lahir harus dikeringkan dan membungkus kepala serta badan kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat harus menggunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3cm dari umbilicus bayi. Setelah jepitan pertama dilakukan pengurutan tali pusat bayi kearah ibu dengan memasang klem kedua dengan jarak 2cm dari klem pertama. Gunakan tangan kiri di antara sela jari tengah tali pusat dipotong diantara kedua klem (Depkes RI, 2008).

Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Tali pusat yang terinfeksi umumnya merah dan bengkak mengeluarkan nanah, atau berbau busuk. Jika pembengkakan

(6)

terbatas pada daerah <1 cm disekitar pangkal tali pusat, obati sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Bila disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, maka hal itu menandakan infeksi tali pusat berat atau meluas (Meiliya & Karyuni, 2007).

g. Fisiologi Lepasnya Tali Pusat

Pada saat tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu terhenti. Tali pusat yang masih menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh Jelly Wharton atau aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor (Sastrawinata, 2005).

Sisa potongan tali pusat inilah yang menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Penyakit tetanus ini diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan basilclostridium tetani yang dapat mengeluarkan toksin yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan “Tetanospasmin” yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010).

(7)

h. Lama Pelepasan Tali Pusat

Tali pusat umumnya berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam satu minggu setelah lahir dan luka akan sembuh dalam 15 hari (Meiliya & Karyuni, 2008).

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu bisa menyebabkan tetanus neonatorum. Untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus selain menjaga prinsip pencegahan infeksi, ibu juga harus mendapatkan suntik TT selama hamil (Wahyono, 2008).

Bayi yang memliki tanda-tanda infeksi, seperti: pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus-menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat (Hidayat, 2008).

i. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Tali Pusat

Menurut Wawan (2009) pelepasan tali pusat pada bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

(8)

1) Timbulnya infeksi pada tali pusat

Hal ini disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.

2) Kelembaban tali pusat

Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan risiko infeksi.

3) Kondisi sanitasi lingkungan

Daerah sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

4) Cara perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat sangat berperan penting terhadap lepasnya tali pusat. Hal ini karena tali pusat terjaga kebersihannya sehingga dapat mengurangi angka kejadian infeksi akibat tali pusat. Perawatan tali pusat dapat dilakukan baik secara tradisional maupun dengan cara modern, namun perawatan tali pusat dengan cara modern sekarang lebih sering dilakukan karena mudah dan nyaman bagi bayi. Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menggunakan kassa steril. Penggunaan kassa steril pada perawatan tali pusat dengan tujuan agar tali pusat tetap

(9)

kering dan bersih sehingga dapat mengurangi kejadian infeksi pada tali pusat (Wijaya, 2006).

2. Konsep Bayi Baru Lahir a. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4 minggu, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2005). Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan fisiologis dan psikososial yang besar terjadi pada saat bayi lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrauterin, perubahan ini menjadi dasar petumbuhan dan perkembangan bayi dikemudian hari (Bobak, 2005).

b. Adaptasi Kehidupan Ekstra Uteri

Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Bobak, 2005).

Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan baru lahir merupakan periode kritis karena harus beradaptasi terhadap lingkungan baru. Mekanisme hemodinamik dan thermoregulasi mendukung keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan ekstra uteri (Henderson, 2006).

(10)

Dalam uterus semua kebutuhan janin secara sempurna dilayani pada kondisi normal yaitu nutrisi dan oksigen disuplai oleh sirkulasi ibu melalui plasenta, produk buangan tubuh dikeluarkan dari janin melalui plasenta, lingkungan yang aman disekat oleh plasenta, membran dan cairan amnion untuk menghindari syok dan trauma, infeksi dan perubahan dalam temperatur. Di dalam uterus bayi juga hidup di lingkungan yang terlindung dengan suhu terkontrol, kedap suara, terapung dalam suatu genangan cairan hangat, dan memperoleh pasokan untuk semua kebutuhan fisiknya (Meiliya & Pamilih, 2008).

Elemen-elemen kunci dalam transisi kelahiran adalah pergeseran dari oksigenasi maternal bergantung pada respirasi terus-menerus, perubahan dari peredaran janin untuk dewasa sirkulasi dengan meningkatnya aliran darah paru dan hilangnya kiri ke kanan melangsir, dimulainya homeostatis glukosa independen, termoregulasi independen, dan oral menyusui. Adaptasi fisiologis dianggap lengkap bila tanda-tanda vital, pemberian makan, dan pencernaan dan fungsi ginjal normal. Pengamatan adaptasi bayi ke kehidupan extra uterin sangat penting untuk mengidentifikasi masalah dalam transisi dan melakukan intervensi (Sinsin, 2008).

c. Perawatan Bayi Baru Lahir

Perawatan bayi baru lahir dimulai saat lahir. Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah adanya komplikasi sedini mungkin.

(11)

Perawatan yaitu berawal dari pengkajian awal hingga perawatan secara keseluruhan.

B. Pengkajian

1. Pengkajian Awal

Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan menggunakan nilai apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat. Pengkajian nilai apgar didasarkan pada lima aspek yang menunjukkan kondisi fisiologis neonatus yakni, denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop. Pernafasan, dilakukan berdasarkan pengamatan gerakan dinding dada. Tonus otot dilakukan berdasarkan derajat fleksi dan pergerakan ekstremitas. Pergerakan iritabilitas refleks, dilakukan berdasarkan respon terhadap tepukan halus pada telapak kaki. Warna, dideskripsikan sebagai pucat diberi nilai 0, sianotik nilai 1, atau merah muda nilai 2. Evaluasi dilakukan pada menit pertama dan menit kelima setelah bayi lahir. Sedangkan pengkajian usia gestasi dilakukan dua jam pertama setelah lahir (Bobak, 2005).

Pengukuran antropometri dengan menimbang berat badan menggunakan timbangan, penilaian hasil timbangan dengan kategori sebagai berikut, bayi normal BB 2500-3500 gram, bayi prematur <2500 gram dan bayi marosomia >3500 gram (Wiknjosastro, 2007).

(12)

2. Mempertahankan Bersihan Jalan Napas

Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase. Apabila terdapat depan atau bagian belakang. Untuk membersihkan telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Bagian dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan cotton bad atau tisu yang digulung kecil, jika menggunakan jari pastikan jari benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan menggunakan penyedot hidung bayi, atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Surinah, 2010).

Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada lidah (oral thurust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya jamur. Untuk membersihkan mulut bayi digunakan kapas yang sudah direndam dengan air masak, diperas dan mulut bayi dibersihkan dengan hati-hati serta mengeluarkan lendir yang ada di mulut bayi. Dapat juga dilakukan dengan menggunakan kain kasa atau waslap yang sudah dibasahi dengan air matang hangat lalu dibalut pada jari telunjuk, kemudian membersihkan mulut dari bagian luar, yaitu bibir dan sekitarnya. Setelah itu bagian gusi belakang hingga depan, lalu membersihkan lidah bayi dengan perlahan-lahan. Posisi bayi sebaiknya terbaring agar lebih mudah dibersihkan (Musbikin, 2005).

Kuku jari yang panjang dapat menimbulkan luka garukan pada wajah bayi dan luka ini bisa terinfeksi. Kuku yang panjang dapat pula terkoyak

(13)

karena sekalipun panjang, tetapi kuku tersebut sangat lunak. Jika kuku tersebut terkoyak, jaringan di bawahnya yang sensitif terhadap infeksi dapat terpajan. Bayi dapat menggunakan sarung tangan atau dengan melakukan pemotongan kuku dengan hati-hati (Farrer, 2009; 79).

3. Merawat Tali Pusat

Menurut Paisal (2008) tali pusat bayi umumnya berwarna kebiruan dan panjangnya 2,5 cm sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem tali pusat akan dipasang untuk menghentikan perdarahan. Klem tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering. Sebelum tali pusat lepas jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan membasuh tali pusat dengan lap basah. Sebelum melakukan perawatan pada tali pusat harus mencuci tangan bersih-bersih.

Membersihkan sisa tali pusat terutama pangkalnya dilakukan dengan hati-hati jika tali pusat masih berwarna merah. Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini. Setiap hari harus melakukan pemeriksaan untuk menemukan tanda-tanda infeksi (Bobak, 2005).

Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas (Paisal, 2008). Cara persalinan yang tidak steril dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan

(14)

tradisional meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Wijaya, 2006).

Perawatan tali pusat sebenarnya sederhana, yang penting pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama ini standar perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orang tua baru adalah membersihkan atau membasuh tali pusat dengan kassa steril. Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara celupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya Untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat (bukan menarik tali pusat). Sisa air menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan kain kassa steril atau kapas, setelah itu keringkan tali pusat (Paisal, 2008).

4. Higiene dan Perawatan Kulit

Higiene bayi dapat terjaga dengan mandi. Mandi memiliki beberapa tujuan yaitu membersihkan seluruh tubuh, mengobservasi keadaan, memberi rasa nyaman, dan mensosialisasikan orang tua, anak dan keluarga (Bobak, 2005). Perawatan kulit dengan menggunakan minyak telon, krim, baby oil, dan colegne,diperkenankan tetapi penggunaan bedak tabur tidak dianjurkan karena dapat terhirup oleh bayi dan mengganggu jalan napas atau membuat tersedak (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010).

(15)

5. Alat Genitalia dan Anus

Genitalia bayi laki-laki dibersihkan dengan menggunakan air sabun. Gunakan kapas basah untuk membersihkan lipatan-lipatannya jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam atau menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari gland, sesekali bisa ditarik dan membersihkan bawahnya. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari luar ke dalam. Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010).

Genitalia perempuan dibersihkan menggunakan sabun dan air. Gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin, lakukan dari arah depan ke belakang. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari arah anus keluar. Kemudian keringkan dengan tisu lembut. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010).

6. Nutrisi

Nutrisi yang baik pada bayi memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama kehidupan dan juga membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik pada masa selanjutnya. Pemenuhan nutrisi pada bayi baru lahir sebaiknya dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI), namun jika adanya kendala-kendala khusus dapat diberikan susu formula (Bobak, 2005).

(16)

Kebutuhan nutrien yang diperlukan yaitu meliputi energi, karbohidrat, lemak, protein, cairan, mineral dan vitamin. Perawat mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan penerapan ASI eksklusif agar bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh kembangnya. Keputusan untuk memberikan bayi susu botol adalah logis jika ibu tidak ingin menyusui karena berbagai alasan yang tepat (Bobak, 2005).

7. Imunisasi

Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan kondisi bayi dan anak sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit dapatan yang mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk untuk memvaksinasi bayi terhadap penyakit-penyakit seperti polio dan batuk rejan bahkan cacar. Beberapa orang tua dalam upaya melindungi dari efek samping resiko vaksinasi memutuskan untuk tidak mengimunisasi anaknya. Mereka lebih suka mengambil resiko yaitu anak mereka terkena penyakit dari pada melihat anaknya mengalami efek samping dari vaksinasi. Sebaiknya orang tua mengumpulkan informasi dari masing-masing vaksin saat membuat pilihan tentang imunisasi (Surinah, 2010).

C. Diagnosa Keperawatan yang Sesuai dengan Fokus Intervensi

Diagnosa keperawatan yang dapat penulis rumuskan dalam kasus ini adalah: Risiko perdarahan tali pusat berhubungan dengan trauma pada umbilicus, Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, dan tindakan aseptik pada tali tali pusat (NANDA, 2004)

(17)

D. Intervensi Fokus yang Sesuai dengan Database Penelitian 1. Perawatan Tali Pusat

a. Pengertian

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 2007). Tali pusat atau umbilikal cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen kejanin. Tetapi segera setelah lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Jadi, perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setalah tali pusat dipotong sampai sebelum puput (Faisal, 2008).

Hal yang paling terpenting dalam perawatan tali pusat adalah memastikan tali pusat dan area disekelilingnya selalu bersih dan kering, Selalu mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup diusap saja dengan kain yang direndam air hangat (Sinsin, 2008).

b. Tujuan Perawatan Tali Pusat

Alasan merawat tali pusat dengan baik dan benar adalah untuk menjaga agar tali pusat tetap kering. Sedangkan, bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit diangkat (bukan menarik) tali

(18)

pusatnya. Jadi, tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan menjadikannya lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Kemudian pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa (Depkes RI, 2010).

Tujuan dari perawatan tali pusat selanjutnya adalah untuk mencegah infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Sebagai upaya untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, banyak zat yang berbeda dan kebiasaan-kebiasaan yang digunakan untuk merawatan tali pusat. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan baik zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan

chlorhexidine dianggap dapat mencegah terjadinya infeksi namun belum dapat bekerja dengan baik (Hasselquist, 2006).

c. Cara perawatan tali pusat

Prinsip perawatan tali pusat yang direkomendasikan WHO adalah berdasarkan prinsip aseptik, sedangkan cara perawatan tali pusat menurut WHO (2008) dibedakan menjadi dua yaitu perawatan tradisional dan perawatan tali pusat secara medis.

1) Perawatan tradisional

Lebih kuranng 2/3 proses persalinan di Negara berkembang terjadi diluar fasilitas kesehatan dan hanya sebagian ibu-ibu tersebut

(19)

melahirkan bayi ditolong oleh dukun terlatih. Disamping itu banyak cara-cara tradisional untuk merawat tali pusat yang diyakini oleh masyarakat setempat secara turun temurun, misalnya dengan mengoleskan ASI (Kenya), mengoleskan minyak ghee (India) dan mengikat perut (Amerika Latin, Asia). Cara perawatan tradisional tersebut sebagian merugikan namun ada juga yang tidak merugikan bagi kesehatan.

2) Perawatan tali pusat secara medik

a) Diberbagai institusi kesehatan tersedia banyak peralatan untuk mangikat tali pusat, tetapi belum ada penelitian untuk menguji efektifitasnya. Tali pengikat dari plastik merupakan salah satu pilihan yang cukup efektif untuk mengikat tali pusat disamping mudah digunakan, tatapi harganya cukup mahal dan kadang-kadang tidak selalu tersedia.

b) Alat pemotong tali pusat harus tajam dan steril seperti silet atau gunting. Penggunaan instrumen yang tumpul dapat menimbulkan perdarahan akibat trauma yang cukup luas.

c) Panjang tali pusat yang disisakan sehabis dipotong dianjurkan 2-3 cm. Beberpa penelitian menganjurkan sisa panjang tali pusat 3-4 cm dari dinding abdomen untuk mencegah terikatnya sebagiangudyang masuk ke umbilikus walaupun kasusnya jarang. Bila putung tali pusat terlalu panjang dikawatirkan sulit menjaga kebersihan disamping mudah terkena feses dan air kencing bayi.

(20)

d) Sesudah diikat dan dipotong putung tali pusat tidak ditutup dengan kassa steril agar terpapar udara untuk mempercepat proses pengeringan dan mecegah kelembaban (Wijaya, 2006).

Bahaya lain yang ditakutkan ialah infeksi. Untuk menghindari infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis, menginitis, dan lain-lain maka ditempat pemotongan dan pangkal tali pusat serta 2,5 cm disekitar pusat diberi obat antiseptik. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril atau bersih dan kering.

Perawatan tali pusat dengan kassa steril menurut Saifudin (2005), antara lain sebagai berikut :

1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih (kassa steril) secara longgar.

2) Lipat popok dibawah sisa tali pusat.

3) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air bersih lalu keringkan.

Perawatan tali pusat dilakukan secara bersih tidak menganjurkan untuk mengoleskan bahan atau ramuan apapun pada puntung tali pusat. Perawatan tali pusat yang dilakukan secara rutin manggunakan air dan dikeringkan menggunakn air bersih ini, tidak menyebabkan peningkatan infeksi serta merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk perawatan tali pusat (Depkes RI, 2005).

1) Perawatan tali pusat menurut asuhan persalinan normal (2008) :

(21)

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.

b) Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali pusat tidak steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

c) Lipat popok dibawah putung tali pusat

d) Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT atau steril dan sabun kemudian segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.

e) Segera mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah, atau berbau. (JNPK-KR, 2008).

Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri S aureus

adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya kemerahan pada kulit (Wawan, 2009). Infeksi tali pusat sebenarnya dapat dengan

(22)

mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin, 2009).

d. Dampak perawatan tali pusat yang tidak baik

Perawatan tali pusat yang tidak bersih dapat mengakibatkan gangguan pada bayi antara lain tetanus neonatorum dan infeksi tali pusat. Tetanus neonatorum adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh Clostridium tetani. Gejala pada tetanus neonatorum seperti mulut mencucu, kejang, pucat dan suhu tubuh meningkat. Sedangkan infeksi tali pusat (omfalitis) merupakan tali pusat yang basah atau lengket yang disertai bau tidak sedap. Komplikasi yang lebih lanjut infeksi dapat menyebar kebagian dalam tubuh disepanjang umbilical dan akan menyebabkan penyumbatan vena. Gejala yang timbul seperti bayi rewel dan demam yang tinggi (Riksani, 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi responden yang merupakan anak dengan umur 9-12 tahun sudah baik karena asupan karbohidrat, protein

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang menggunakan teknik

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Almilia dan Herdiningtyas (2005) yang menyatakan bahwa BOPO mempunyai pengaruh positif signifikan untuk memprediksi

Temuan dalam penelitian ini adalah adanya peranan komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok yang dilakukan tenaga pengamanan perambah hutan illegal.. Hal ini

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul “Uji Aktivitas Sediaan

Fenomena Koebner (juga dikenal sebagai respon isomorfik) adalah induksi traumatik pada psoriasis pada kulit yang tidak terdapat lesi, yang terjadi lebih sering selama

 Setelah rombongan ini usai berbaiat dengan Rasulullah Setelah rombongan ini usai berbaiat dengan Rasulullah saw, mereka kembali ke Yatsrib..

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana konsep pemikiran ekonomi dari tokoh-tokoh Islam, yaitu pada pada Masa Rasulullah SAW,