• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN METODE BERCERITA MENGGUNAKAN WAYANG KARDUS PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN METODE BERCERITA MENGGUNAKAN WAYANG KARDUS PADA ANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

120 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN METODE

BERCERITA MENGGUNAKAN WAYANG KARDUS PADA ANAK

Tri Utami Ngesti Handayani (11260985)

Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak

Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diberikan oleh guru mengakibatkan anak tidak termotivasi untuk mengikuti kegiatan, anak cenderung bermain sendiri dengan alat tulis mereka daripada mendengarkan cerita yang dibacakan guru. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu pembelajaran menggunakan media yang menarik perhatian anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kepercayaan diri anak melalui penggunaan wayang kardus. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus dilaksanakan 2 (dua) kali pertemuan. Setiap pertemuan ada 4 (empat) langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas A Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari Tempuran Kabupaten Magelang yang berjumlah 15 (lima belas). Pengumpulan data menggunakan instrumen pedoman observasi dan pedoman wawancara data kualitatif yang terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif interaktif. Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus diberikan 2 (dua) kali tindakan bercerita menggunakan wayang kardus memperoleh persentase ketuntasan belajar siswa terhadap kepercayaan diri yang meningkat dari belum terdapat siswa yang tuntas pada kondisi awal, kemudian meningkat menjadi 46.5% pada akhir siklus I dan kempali meningkat 33.5% menjadi 80% pada akhir siklus II.

Kata Kunci : kepercayaan diri pada anak, wayang kardus

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting di masa kanak-kanak, karena perkembangan kepribadian, sikap mental dan Intelektual dibentuk pada usia dini. Kualitas masa awal anak merupakan cermin kualitas bangsa yang akan datang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang tepat untuk memulai memberikan berbagai stimulus agar anak dapat berkembang secara optimal.

Anak Taman Kanak-Kanak adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek seperti gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya (Ernawulan Syaodih, 2006:1).

Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Melalui pendidikan usia dini guru dapat memberikan suatu kegiatan untuk mengoptimalkan perkembangan potensi dan kecakapan anak, sebagai salah satu modal untuk mencapai kemajuan bangsa yang sekaligus meningkatkan harkat martabat manusia. Keberhasilan pendidikan terutama pendidikan formal salah satunya ditentukan oleh keberhasilan

(2)

121 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu dengan cara menumbuhkan kepercayaan diri siswa (Isjoni, 2011: 40).

Terbentuknya kepercayaan diri tidak dapat dilepaskan dari perkembangan manusia pada umumnya Kepercayaan diri sudah terbentuk pada tahun pertama yang diperoleh dari perlakuan orang yang merawat, mengasuh dan memenuhi segala kebutuhan anak. Sikap orang tua yang terlalu melindungi menyebabkan rasa percaya diri anak kurang, karena sikap tersebut membatasi pengalaman anak (Singgih Gunarsa, 2001: 16)

Sifat percaya diri sulit dikatakan secara nyata, tetapi kemungkinan besar anak yang percaya diri akan bisa menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau mencoba sesuatu yang baru walaupun sadar bahwa kemungkinan salah pasti ada. Orang yang percaya diri tidak takut menyatakan pendapatnya di depan orang banyak. Rasa percaya diri dapat membantu untuk menghadapi situasi di dalam pergaulan dan untuk menangani berbagai tugas dengan lebih mudah (Tama Sofiani, 2008: 3). Anak yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diberikan oleh guru diyakini mengakibatkan anak tidak termotivasi untuk mengikuti kegiatan, pada pengamatan awal peneliti menemukan bahwa beberapa anak terlihat asyik sendiri dengan alat tulis mereka daripada mendengarkan cerita yang dibacakan guru. Kurang aktifnya anak pada saat belajar di kelas dirasakan juga turut mempengaruhi kepercayaan diri anak, karena anak yang pemalu kurang berinteraksi baik dengan teman atau dengan guru. Hal tersebut sebenarnya merupakan dasar pemikiran mengapa anak perlu dan harus dikembangkan kepercayaan dirinya. Jika rendahnya kepercayaan diri pada anak terus terjadi dan berlangsung dalam jangka waktu lama, tentunya dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk mengatasi hal ini, guru perlu mempertimbangkan penggunaan berbagai pendekatan pembelajaran yang memungkinkan pengembangan potensi anak, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri.

Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh guru ialah pendekatan pembelajaran menggunakan media tertentu yang menarik perhatian anak. Media pembelajaran akan merangsang anak untuk menyampaikan pikiran, gagasan, ide untuk mengungkapkan perasaanya secara langsung karena media wayang tersebut dapat menarik perhatian anak dilihat dari segi bentuk wayang dan ceritanya. Dalam proses pembelajaran ini dapat memudahkan kebiasaan siswa untuk dapat berbicara dengan orang-orang yang ada disekitarnya seperti guru, siswa yang lain maupun dengan orang-orang tua.

Berdasarkan pengamatan awal pada kelompok A Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari peneliti masih menjumpai beberapa anak yang belum berani bertanya secara sederhana, ada juga yang tidak berani untuk pulang sekolah sendirian, tidak berani bercerita secara sederhana, tidak mampu mengambil keputusan secara sederhana, tidak berani menyebutkan nama sendiri di depan kelas, dan

(3)

122 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

juga ada yang tidak berani menjawab pertanyaan sederhana dari guru. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri anak-anak tersebut masih rendah.

Wayang kardus sebagai media seni pertunjukan tradisional yang juga sangat layak dikonsumsi anak-anak, maka dibutuhkan beberapa alat pendukung agar pertunjukkan ini menjadi lebih menarik. Kelebihan bercerita menggunakan wayang kardus antara lain melatih daya pikir dan fantasi anak, menciptakan suasana menyenangkan pada anak, mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah perpendaharaan kata bagi anak didik, turut melastarikan budaya seni pertunjukian karena bernilai sejarah, waktu yang digunakan untuk bercerita lebih efektif dan efisien.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Kepercayaan Diri

Angelis (dalam Lasitosari, 2007) menyatakan bahwa rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi degan berbuat sesuatu. Percaya diri lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Percaya diri datang dari kesadaran pribadi bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai.

Menurut Hakim (dalam Lasitosari, 2007), rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat dikata bahwa seseorang yang memiliki keprcayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua aktifitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistis, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasar uraian-uraian tersebut dapat diartikan bahwa kepercayaan diri anak diartikan sebagai suatu sikap yang dimiliki anak dalam kehidupan yang tercermin dari perilaku siswa seperti menunjukkan kemauannya, dan emosinya (sedih atau senang), berani tampil di depan kelas, bergaul dengan teman sebayanya atau dengan guru.

Pengertian Wayang Kardus

Wayang dapat dianggap sebagai gambaran budaya Jawa, yang merupakan manifestasi cipta, rasa, dan karsa dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai kesenian, keindahan, filsafat, pola tingkah laku, persepsi keagamaan, dambaan dan cita-cita, semuanya terkandung dan dapat dilihat dalam dunia pewayangan. Wayang menjadi bentuk manifestasi seni budaya yang tinggi mutunya, yang sarat dengan nilai-nilai budaya bangsa (Sujamto, 2002: 80).

Wayang adalah seni dekoratif yang merupakan ekspresi kebudayaan nasional. Disamping merupakan juga merupakan ekspresi kebudayaan nasional juga merupakan media pendidikan, media informasi dan media hiburan (Arie Abimanyu, 2009), yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

(4)

123 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

1) Wayang merupakan media pendidikan, karena ditinjau dari segi isinya, banyak memberikan ajaran-ajaran kepada manusia. Baik manusia sebagai individu atau manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi wayang dalam media pendidikan terutama pendidikan budi pekerti, besar sekali gunanya.

2) Wayang menjadi media informasi, karena dari segi penampilannya, sangat komunikatif di dalam masyarakat. Dapat diapakai untuk memahami sesuatu tradisi, dapat diapakai sebagai alat untuk mengadakan pedekatan kepada masyarakat¸memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan dan segala seluk-beluknya.

3) Wayang sebagai media hiburan, karena wayang dipakai sebagai pertunjukan di dalam berbagai macam keperluan sebagai hiburan. Selain dihibur para peminat dibudayakan dan diperkaya secara spiritual.

Wayang dapat dipakai sebagai sarana pendidikan terutama pendidikan mental, karena di dalamnya banyak tersirat unsur-unsur pendidikan mental dan watak. Wayang kardus sendiri merupakan model wayang yang dibuat dengan bahan dasar kardus, yang tentunya cukup mudah untuk dibuat dibandingkan dengan bahan yang berasal dari kulit. Wayang kardus sebagai media seni tradisional juga sangat layak dikonsumsi oleh anak-anak terutama jika digunakan sebagai media/peraga dalam pembelajaran.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 3) Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan sebuah kegiatan pembelajaran dengan suatu tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama

Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik yang disusun dari 4 (empat) tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, keempat tahapan tersebut disebut dengan siklus (Arikunto, 2007: 16). Dengan menggunakan jenis penelitian ini diharapkan akan mendapat informasi yang terperinci dan detail untuk meningkatkan kepercayaan diri anak.

Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok A Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari Tempuran Kabupaten Magelang. Peneliti memilih tempat tersebut karena beberapa pertimbangan diantaranya adalah biaya, waktu dan keberadaan subyek penelitian memudahkan peneliti dalam memperoleh data serta lokasi penelitian yang mudah dijangkau, serta didasari pemikiran bahwa fungsi dantujuan tindakan kelas adalah untuk mengevaluasi proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian kelas guru kelas adalah orang yang paling mengetahui permasalahan yang terjadi di kelasnya.

(5)

124 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang 2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas A Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari Tempuran Kabupaten Magelang yang berjumlah 15 (lima belas) siswa yang masih memiliki ciri-ciri atau karakteristik anak dengan kepercayaan diri rendah. Adapun alasan dipilih kelas tersebut sebagai subjek penelitian berdasar pada informasi yang diperoleh dari guru kelas dan pengamatan awal bahwa terdapat masalah terdapat beberapa anak yang memiliki kepercayaan diri rendah.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013. Penentuan waktu penelitian mengacu pada jadwal kegiatan di Taman Kanak-kanak, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. Sumber Data Penelitian

Data atau informasi dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Observasi 2. Dokumen 3. Wawancara

Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Observasi/Pengamatan

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk merekam/mencatat seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action) terus dimonitor secara reflektif Suharsimi Arikunto, dkk (2006: 127). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap onjek di tempat terjadi atau berlangsung peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki disebut obserbasi langsung (Margono, 2010:158).

Metode pengamatan digunakan untuk mengamati kinerja guru dan siswa. Pengamatan dilakukan di Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari Tempuran Kabupaten Magelang.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum A Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari Tempuran Kabupaten Magelang seperti tenaga pengajar, jumlah murid, sarana, dll, catatan perkembangan siswa, kegiatan harian, kegiatan mingguan, catatan perkembangan anak yang berkaitan dengan kepercayaan diri anak.

3. Metode Wawancara

Menurut Margono (2010: 165), wawancara merupakan pengumpul data dengan cara mengajukan sejumlah pentanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Metode ini peneliti gunakan untuk mencari tahu kepercayaan diri pada anak dengan cara bertanya jawab.

(6)

125 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang HASIL PENELITIAN

Deskripsi Siklus I

Tahap-tahap pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Siklus I

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan pada Siklus I ini adalah : 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)

2) Menyiapkan media pembelajaran wayang kardus 3) Menyiapkan cerita Daun Hijau Kecil

4) Menentukan tema pembelajaran, yaitu tanaman, subtema bagian-bagian tanaman. 5) Menyiapkan lembar penilaian kepercayaan diri pada anak

6) Menyiapkan lembar observasi b. Tahap Pelaksanaan Siklus I

Tindakan berupa kegiatan peningkatan kepercayaan diri pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari Tempuran Kabupaten Magelang menggunakan wayang kardus dalam siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 Juli 2013. Dalam pelaksanaan kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus tersebut peneliti melakukan penilaian terhadap kepercayaan diri pada anak yang diukur dengan 4 item indikator kepercayaan diri pada anak usia 4-5 tahun.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran bercerita menggunakan wayang kardus pada siklus I sebagai berikut :

1) Guru menerangkan tentang kesenian wayang. 2) Guru menerangkan tentang wayang kardus 3) Guru menunjukkan wayang kardus

4) Guru mendemostrasikan cara bermain wayang kardus.

5) Guru memberikan penjelasan bahwa akan dilakukan kegiatan bercerita mengunakan wayang kerdus.

6) Guru membacakan cerita Daun Hijau Kecil dengan peraga wayang kardus.

7) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba bermain wayang kardus 8) Guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengulang cerita Daun Hijau Kecil 9) Guru memberikan pertanyaan pada anak tentang cerita Daun Hujau Kecil

Tabel 1. Distribusi Kepercayaan Diri Anak Siklus I

No Kepercayaan Diri Anak Frekuensi Persentase

1 Percaya Diri 7 46.5%

2 Cukup 8 53.5%

3 Kurang Pecaya Diri 0 0

Jumlah 15 100%

(7)

126 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Melihat pada Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 46.5% atau 7 anak memperoleh rata-rata bulat penuh (Percaya Diri), sedangkan anak yang kepercayaan dirinya dalam kategori cukup sebanyak 8 anak atau 53.5% dari jumlah total subyek penelitian. Hasil kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus untuk meningkatkan kepercayaan diri pada anak siklus I tersebut dapat dibuat grafik sebagai berikut :

Grafik 1. Kepercayaan Diri pada Anak Setelah Siklus I c. Tahap Observasi Siklus I

Hasil pengamatan terhadap kinerja siswa menunjukkan bahwa anak sangat menyukai kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus, terbukti anak dapat melakukan kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus dengan baik seluruh anak mau melaksanakan petunjuk dari peneliti dan guru, hal ini menunjukkan anak merasa senang dengan kegiatan wayang kardus yang baru pertama kali diketahui oleh anak, sehingga anak sangat antusias dalam kegiatan belajar mengajar, namun pada siklus I ini terdapat anak yang masih membutuhkan bantuan dari peneliti dan guru untuk menyelesaikan latihan-latihan yang diberikan, anak masih terlihat malu pada awalnya untuk maju ke depan kelas dan bersuara atau mengulang perkataan dari guru, anak tersebut setelah beberapa kali didorong oleh guru akhirnya mau dan melaksanakan tugas dari guru berupa mengulang cerita Daun Hijau Kecil dan bermain wayang kardus di depan kelas.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa secara keseluruhan indikator kinerja guru adalah baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru mampu menerapkan kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus dengan baik.

d. Tahap Refleksi Siklus I

Melihat pada hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat 7 anak atau 46.5% dari 15 subyek penelitian yang mencapai ketuntasan belajar/dapat dikatakan memiliki kepercayan diri dan 8 anak atau 53.5% memiliki kepercayaan diri cukup/dapat dikatakan belum mencapai ketuntasan belajar, pada akhir siklus I tidak terdapat lagi anak yang kepercayaan dirinya kurang. Anak kelompok A TK PGRI Kalisari sangat terbuka dan antusias menerima kegiatan pembelajaran bercerita menggunakan wayang kardus. Semangat anak mengikuti kegiatan bercerita menggunakan wayang

7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

KEPERCAYAAN DIRI

PADA ANAK

Percaya Diri Cukup

(8)

127 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

kardus timbul karena metode dan cara penyampaian guru dalam bercerita dilakukan dengan baik sehingga anak memperoleh perasaan senang dan termotivasi.

Persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai pada akhir siklus I adalah 46.5% (7 anak). Hal ini menuntut peneliti untuk melanjutkan kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus ke siklus selanjutnya, karena indikator keberhasilan tindakan yang ditetapkan sebesar 75% belum tercapai.

Deskripsi Siklus II

Tahap-tahap pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Siklus II

Secara garis besar perencanaan kegiatan pada siklus II sama dengan perencanaan siklus I, yaitu :

1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) 2) Menyiapkan media pembelajaran wayang kardus 3) Menyiapkan cerita Daun Hijau Kecil

4) Menentukan tema pembelajaran, yaitu “tanaman”, subtema “bagian-bagian tanaman” seperti akar, batang, ranting, daun.

5) Menyiapkan lembar penilaian kepercayaan diri pada anak 6) Menyiapkan lembar observasi

b. Tahap Pelaksanaan Siklus II

Tindakan berupa kegiatan peningkatan kepercayaan diri pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak PGRI Kalisari Tempuran Kabupaten Magelang menggunakan wayang kardus dalam siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 dan 26 Juli 2013. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran bercerita menggunakan wayang kardus pada siklus I sebagai berikut :

1) Guru menerangkan kembali tentang wayang kardus.

2) Guru menunjukkan wayang kardus tokoh-tokoh dalam cerita daun hijau kecil yaitu daun hijau kecil, kakak daun laki-laki, kakak daun perempuan.

3) Guru mengulang mendemostrasikan cara bermain wayang kardus.

4) Guru kembali membacakan cerita Daun Hijau Kecil dengan peraga wayang kardus. 5) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba bermain wayang kardus.

6) Guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengulang cerita Daun Hijau Kecil sesuai dengan bahasa anak.

(9)

128 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Tabel 2. Distribusi Kepercayaan Diri Anak Siklus II

No Kepercayaan Diri Anak Frekuensi Persentase

1 Percaya Diri 12 80%

2 Cukup 3 20%

3 Kurang Pecaya Diri 0 0

Jumlah 15 100%

Keterangan : 15 = jumlah subyek penelitian

Melihat pada Tabel 2 tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 80% atau 12 anak memperoleh rata-rata bulat penuh (Percaya Diri), sedangkan anak yang kepercayaan dirinya dalam kategori cukup (centang) sebanyak 3 anak atau 20% dari jumlah total subyek penelitian. Hasil kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus untuk meningkatkan kepercayaan diri pada anak siklus II tersebut dapat dibuat grafik sebagai berikut :

Grafik 2. Kepercayaan Diri pada Anak Setelah Siklus II c. Tahap Observasi Siklus II

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa setelah diberi tindakan berupa kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus subyek dapat berinteraksi dengan baik, lebih aktif dan antusias saat kegiatan berlangsung anak berkreasi dengan memilih wayang kardus sesuai tokoh dalam cerita daun hijau kecil yang disenanginya seperti Daun Hijau Kecil, Kakak Daun Laki-laki, Kakak Daun Perempuan atau Ibu Pohon, anak terlihat sangat menikmati kegiatan bercerita sambil bermain wayang kardus, anak juga dapat menjawab beberapa pertanyaan dari guru mengenai cerita Daun Hijau Kecil hal ini menandakan anak fokus ketika cerita Daun Hijau Kecil dibacakan.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut secara keseluruhan indikator kinerja guru adalah baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dapat menerapkan kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus dengan baik dan meningkat pada kinerja mendemonstrasikan wayang kardus dan membacakan cerita. 12 3 0 2 4 6 8 10 12 14

KEPERCAYAAN DIRI

PADA ANAK

Percaya Diri Cukup Kurang Percaya Diri

(10)

129 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang d. Tahap Refleksi Siklus II

Berdasar dari hasil pengamatan diketahui bahwa kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus disenangi oleh anak, dalam proses kegiatan anak terlihat aktif dan mempunyai inisiatif untuk mengekspresikan idenya seperti mau untuk maju ke depan kelas, bermain wayang kardus, maupun menjawab beberapa pertanyaan tentang wayang kardus. Kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus pada siklus yang ke II tersebut berhasil meningkatkan persentase siswa yang menjacai ketuntasan belajar atau mempunyai kepercayaan diri sebanyak 12 anak (80%). Pada akhir siklus II masih terdapat 3 anak (20%) yang belum mencapai ketuntasan belajar hal ini dimungkinkan karena intelektual dan karakter anak yang berbeda-beda, namun karena indikator keberhasilan tindakan telah tercapai maka kegiatan pembelajaran bercerita menggunakan wayang kardus tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

KESIMPULAN

Kepercayaan diri pada anak dapat ditingkatkan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan karakter dari anak usia dini pada umumnya yaitu melalui permainan yang edukatif. Metode bercerita merupakan metode yang pada umumnya sangat sering dilaksanakan di Taman Kanak-kanak dengan menambahkan wayang kardus sebagai peraga akan mempermudah penyampaian pesan dan mengurangi sifat verbalis dari metode bercerita tersebut.

Melalui kegiatan bercerita menggunakan wayang kardus Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sekaligus membina dan mengembangkan kepercayaan diri anak untuk memainkan wayang kardus tersebut, sehingga akan meningkatkan kepercayaan diri anak.

Berdasarkan hasil tindakan kelas yang telah dilakukan dalam 2 siklus persentase ketuntasan belajar siswa terhadap kepercayaan diri dapat ditingkatkan dari belum terdapat siswa yang tuntas pada kondisi awal, kemudian meningkat menjadi 46.5% pada akhir siklus I dan kempali meningkat 33.5% menjadi 80% pada akhir siklus II, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri pada anak dapat ditingkatkan menggunakan wayang kardus.

DAFTAR PUSTAKA

Ameri. 2010. Strategi Bangun Percaya Diri Anak. http://ayahbunda.com. (diakses pada 12 Juli 2013).

Angelis, B. D. 2003. Confidence : Percaya Diri Sumber Sukses Dan Kemandirian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Arie Abimanyu. 2009. Fungsi Wayang dan Wayang sebagai Sarana Pendidikan.

http://arieabimanyu.blogspot.com. (diakses pada 12 Juli 2013). Ernawulan Syaodih. 2006. Psikologi Perkembangan. Artikel.

(11)

130 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang

Iswidharmanjaya. 2005. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lauster, P. 2003. Tes Kepribadian (alih bahasa: D.H. Gulo). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rindi Antika. 2011. Efektivitas Drama Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Anak Prasekolah. Jurnal. Jakarta: Fakultas PsikologiUniversitas Gunadarma.

Sando, 2008. Cara Membuat Wayang. http://wayangkancil.tripod.com. (diakses pada 12 Juli 2013).

Singgih D Gunarsa. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Citra.

Sujamto, 2002. Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize.

Supratiknya, dkk. 2000. Peran Psikologi Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tama Sofiani. 2008. Peningkatan Kepercayaan Diri Pada Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Visual Auditorial Kinestetik. Jurnal. Surakarta: FKIP UMS.

Gambar

Grafik 1. Kepercayaan Diri pada Anak Setelah Siklus I  c.  Tahap Observasi Siklus I
Grafik 2. Kepercayaan Diri pada Anak Setelah Siklus II  c.  Tahap Observasi Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah adanya peningkatan terhadap kemampuan berbahasa anak dengan bercerita dengan boneka wayang di TK PGRI Tegalsari Tahun

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti kemampuan memahami akhlak mulia anak dipengaruhi oleh pembelajaran yang menyenangkan bagi anak terutama dalam kegiatan bercerita

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa lisan anak melalui metode bercerita dengan wayang pada anak kelompok B TK Pertiwi I Towangsan

Untuk itu dalam ini penulis memberikan judul penelitian “ UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERSOSIALISASI ANAK MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG BONEKA DI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa lisan anak melalui metode bercerita dengan wayang pada anak kelompok B TK Pertiwi I Towangsan

Terjadinya peningkatan kemampuan menyimak pada anak setelah penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas disebabkan oleh ketertarikan anak pada kegiatan

Media Bercerita Wayang Karton Menumbuhkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK ‘Aisyiyah 3 Surabaya tentang penanaman nilai moral anak usia dini melalui metode bercerita berbasis wayang