I.
I. JUDUL JUDUL PERCOBAAN PERCOBAAN : : Uji Uji Fitokimia Fitokimia pada pada EkstrakEkstrak Daun Kelor dan Kunyit Putih Daun Kelor dan Kunyit Putih II.
II. HARI/TANGGAL PERCOBAHARI/TANGGAL PERCOBAAN AN : Selasa, 2 M: Selasa, 2 Mei 2017ei 2017 III.
III. TUJUAN TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN :: 1.
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan.percobaan. 2.
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan dengan Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan dengan percobaan.percobaan. 3.
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid,Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid, fenolik (antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan steroid, fenolik (antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun kelo
alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun kelor dan kunyit putihr dan kunyit putih IV.
IV. DASAR DASAR TEORI TEORI ::
Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang atau tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk ke dalam zat terdapat pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk ke dalam zat gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral gizi karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang maupun air. Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fitokimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam disebut fitokimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan (Fe
dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan (Fessenden, 1982).ssenden, 1982).
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit.
penyakit. Karenanya, Karenanya, zat-zat zat-zat ini ini berbeda berbeda dengan dengan apa apa yang yang diistilahkandiistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi
bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, metabolisme normal, dan ketiadaan zdan ketiadaan zat-zatat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang n
Menurut Robinson (1991) alasan lain melakukan fitokimia adalah Menurut Robinson (1991) alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat,
bermanfaat, yang yang ditunjukan ditunjukan oleh oleh ekstrak ekstrak tumbuhan tumbuhan kasar kasar bila bila diujidiuji dengan sistem
dengan sistem biologis. biologis. Pemanfaatan prosedur Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempufitokimia telah mempunyainyai peranan yang mapan dalam
peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu semua cabang ilmu tumbuhan. tumbuhan. Meskipun caraMeskipun cara ini penting
ini penting dalam semua telaah dalam semua telaah kimia dan biokkimia dan biokimia juga imia juga telahtelah dimanfaatkan dalam kajian biologis.
dimanfaatkan dalam kajian biologis.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Moelyono (1996) analisis Sejalan dengan hal tersebut, menurut Moelyono (1996) analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya.
isolasi atau pemisahannya.
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
berkembang menjadi menjadi satu satu disiplin disiplin ilmu ilmu tersendiri, tersendiri, berada berada diantara diantara kimiakimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam
keduanya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik yangsenyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
biosintesisnya, perubahan perubahan serta serta metabolismenya, metabolismenya, peneyebarannya peneyebarannya secarasecara ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne,1987).
ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne,1987).
Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan ekstrak. Senyawa Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan ekstrak. Senyawa alkaloid diuji dengan pereaksi Bouchardat, dibuktikan dengan alkaloid diuji dengan pereaksi Bouchardat, dibuktikan dengan terbentuknya warna coklat merah. Senyawa flavonoid diuji dengan terbentuknya warna coklat merah. Senyawa flavonoid diuji dengan pereaksi
pereaksi amil amil alkohol, alkohol, dibuktikan dibuktikan dengan dengan terbentuknya terbentuknya warna warna merah.merah. Senyawa tanin dan polifenol diuji dengan larutan 1 % FeCl
Senyawa tanin dan polifenol diuji dengan larutan 1 % FeCl33 memberikan memberikan warna biru lalu hitam. Senyawa tanin diuji dengan larutan gelatin warna biru lalu hitam. Senyawa tanin diuji dengan larutan gelatin memberikan endapan putih. Senyawa saponin diuji dengan pengocokan memberikan endapan putih. Senyawa saponin diuji dengan pengocokan dan ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil pada filtrat simplisia. dan ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil pada filtrat simplisia. Senyawa triterpenoid dan steroid diuji dengan pereaksi Senyawa triterpenoid dan steroid diuji dengan pereaksi Liebermann-Bouchardat ditandai dengan warna ungu untuk triterpenoid dan warna Bouchardat ditandai dengan warna ungu untuk triterpenoid dan warna hijau biru untuk steroid. Senyawa kuinon diuji dengan larutan NaOH dan hijau biru untuk steroid. Senyawa kuinon diuji dengan larutan NaOH dan ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Moelyono, 1996).
ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Moelyono, 1996). Kandungan metabolit sekunder antara lain :
Menurut Robinson (1991) alasan lain melakukan fitokimia adalah Menurut Robinson (1991) alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang untuk menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat,
bermanfaat, yang yang ditunjukan ditunjukan oleh oleh ekstrak ekstrak tumbuhan tumbuhan kasar kasar bila bila diujidiuji dengan sistem
dengan sistem biologis. biologis. Pemanfaatan prosedur Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempufitokimia telah mempunyainyai peranan yang mapan dalam
peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu semua cabang ilmu tumbuhan. tumbuhan. Meskipun caraMeskipun cara ini penting
ini penting dalam semua telaah dalam semua telaah kimia dan biokkimia dan biokimia juga imia juga telahtelah dimanfaatkan dalam kajian biologis.
dimanfaatkan dalam kajian biologis.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Moelyono (1996) analisis Sejalan dengan hal tersebut, menurut Moelyono (1996) analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya.
isolasi atau pemisahannya.
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
berkembang menjadi menjadi satu satu disiplin disiplin ilmu ilmu tersendiri, tersendiri, berada berada diantara diantara kimiakimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam
keduanya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik yangsenyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,
biosintesisnya, perubahan perubahan serta serta metabolismenya, metabolismenya, peneyebarannya peneyebarannya secarasecara ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne,1987).
ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne,1987).
Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan ekstrak. Senyawa Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan ekstrak. Senyawa alkaloid diuji dengan pereaksi Bouchardat, dibuktikan dengan alkaloid diuji dengan pereaksi Bouchardat, dibuktikan dengan terbentuknya warna coklat merah. Senyawa flavonoid diuji dengan terbentuknya warna coklat merah. Senyawa flavonoid diuji dengan pereaksi
pereaksi amil amil alkohol, alkohol, dibuktikan dibuktikan dengan dengan terbentuknya terbentuknya warna warna merah.merah. Senyawa tanin dan polifenol diuji dengan larutan 1 % FeCl
Senyawa tanin dan polifenol diuji dengan larutan 1 % FeCl33 memberikan memberikan warna biru lalu hitam. Senyawa tanin diuji dengan larutan gelatin warna biru lalu hitam. Senyawa tanin diuji dengan larutan gelatin memberikan endapan putih. Senyawa saponin diuji dengan pengocokan memberikan endapan putih. Senyawa saponin diuji dengan pengocokan dan ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil pada filtrat simplisia. dan ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil pada filtrat simplisia. Senyawa triterpenoid dan steroid diuji dengan pereaksi Senyawa triterpenoid dan steroid diuji dengan pereaksi Liebermann-Bouchardat ditandai dengan warna ungu untuk triterpenoid dan warna Bouchardat ditandai dengan warna ungu untuk triterpenoid dan warna hijau biru untuk steroid. Senyawa kuinon diuji dengan larutan NaOH dan hijau biru untuk steroid. Senyawa kuinon diuji dengan larutan NaOH dan ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Moelyono, 1996).
ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Moelyono, 1996). Kandungan metabolit sekunder antara lain :
a.
a. AlkaloidAlkaloid
Alkaloid merupakan sekelompok metabolit sekunder alami yang Alkaloid merupakan sekelompok metabolit sekunder alami yang mengandung nitrogen yang aktif secara farmakologis yang berasal dari mengandung nitrogen yang aktif secara farmakologis yang berasal dari tanaman, mikroba tau hewan. Dalam kebanyakan alkaloid, atom tanaman, mikroba tau hewan. Dalam kebanyakan alkaloid, atom nitrogen
nitrogen merupakan merupakan bagian bagian dari dari cincin. cincin. Alkaloid Alkaloid secara biosintesissecara biosintesis diturunkan dari asam amino. Namun alkaloid berasal dari kata “alkalin” diturunkan dari asam amino. Namun alkaloid berasal dari kata “alkalin” yang berarti basa yang larut air. Sejumlah alkaloid alami dan yang berarti basa yang larut air. Sejumlah alkaloid alami dan turunannya telah dikembangkan sebagai obat untuk mengobati berbagai turunannya telah dikembangkan sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit, reserfpin dan taxol. Alkaloid bersifat basa dan macam penyakit, reserfpin dan taxol. Alkaloid bersifat basa dan membentuk garam yang larut air dengan asam-asam mineral. Pada membentuk garam yang larut air dengan asam-asam mineral. Pada kenyataannya satu atau lebih atom nitrogen yang ada dalam alkaloid kenyataannya satu atau lebih atom nitrogen yang ada dalam alkaloid pada
pada umumnya umumnya membentuk membentuk amina amina 1º, 1º, 2º 2º atau atau 3º, 3º, yang yang berkontribusiberkontribusi pada
pada kebasaan kebasaan alkaloid. alkaloid. Tingkat Tingkat kebasaan kebasaan alkaloid alkaloid sangat sangat bervariasibervariasi tergantung pada strukrut molekul, dan keberadaan gugus fungsional. tergantung pada strukrut molekul, dan keberadaan gugus fungsional. Kebanyakan alkaloid adalah padat kristalin dan berasa pahit. Alkaloid Kebanyakan alkaloid adalah padat kristalin dan berasa pahit. Alkaloid pada
pada umumnya umumnya dikelompokkan dikelompokkan sesuai sesuai dengan dengan asam asam amino, amino, baik baik yangyang menyediakan atom nitrogen maupun kerangka alkaloidnya. Meskipun menyediakan atom nitrogen maupun kerangka alkaloidnya. Meskipun demikian, alkaloid juga dapat dikelompokkan secara bersama-sama demikian, alkaloid juga dapat dikelompokkan secara bersama-sama berdasarkan pada kesamaan struktur generiknya (Robinson, 199
berdasarkan pada kesamaan struktur generiknya (Robinson, 1991).1).
b.
b. Terpenoid (termasuk Triterpenoid, Steroid, Saponin)Terpenoid (termasuk Triterpenoid, Steroid, Saponin)
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks hasil kondensasi suatu Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organic yang apabila dihidrolisis gula dengan suatu senyawa hidroksil organic yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. Saponin ini terdiri dari dua kelompok yaitu saponin triterpenoid dan Saponin ini terdiri dari dua kelompok yaitu saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan saponin steroid. Saponin banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-Struktur Alkaloid Struktur Alkaloid
hari, misal untuk bahan pencuci kain dan sebagai shampoo (Harborne, hari, misal untuk bahan pencuci kain dan sebagai shampoo (Harborne, 1987).
1987).
Terpenoid mencakup sejumlah senyawa tumbuhan yang secara Terpenoid mencakup sejumlah senyawa tumbuhan yang secara biosintesis berasal dari senyawa yang sama, yaitu isoprena. Triterpenoid biosintesis berasal dari senyawa yang sama, yaitu isoprena. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam isoprena adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam isoprena dan secara biosintesis diturunk
dan secara biosintesis diturunkan dari hidan dari hidrokarbon C30 rokarbon C30 asiklik yaituasiklik yaitu skualen. Triterpenoid merupakan senyawa berwarna, berbentuk kristal, skualen. Triterpenoid merupakan senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi, optis aktif dan umumnya sukar dicirikan seringkali bertitik leleh tinggi, optis aktif dan umumnya sukar dicirikan karena tidak
karena tidak memiliki kereaktifan kmemiliki kereaktifan kimia. imia. (Matsjeh, 1996).(Matsjeh, 1996).
Steroid merupakan golongan lipid utama. Steroid berhubungan dengan Steroid merupakan golongan lipid utama. Steroid berhubungan dengan terpena dalam artian bahwa keduanya dibiosintesis lewat rute yang terpena dalam artian bahwa keduanya dibiosintesis lewat rute yang mirip.
mirip. Lewat reaksi Lewat reaksi yang yang benar-benar luar bbenar-benar luar biasa urutannya, iasa urutannya, triterpenatriterpena asiklik skualena dikonversi secara stereospesifik menjadi steroid asiklik skualena dikonversi secara stereospesifik menjadi steroid tetrasiklik lanosterol, dan dari sini disintetis steroid lain. Ciri struktur tetrasiklik lanosterol, dan dari sini disintetis steroid lain. Ciri struktur yang umu
yang umum pada steroid ialah emm pada steroid ialah empat cincin yang pat cincin yang tergabung. tergabung. Cincin A,Cincin A, B, dan C beranggota enam, dan cincin D beranggota lima, biasanya B, dan C beranggota enam, dan cincin D beranggota lima, biasanya bergabung dengan cara trans (Hart, 2003
bergabung dengan cara trans (Hart, 2003).).
Struktur Saponin Struktur Saponin
Struktur Triterpenoid Struktur Triterpenoid
Steroid terdapat dalam hampir setiap tipe sistem kehidupan. Dalam Steroid terdapat dalam hampir setiap tipe sistem kehidupan. Dalam binatang
binatang banyak banyak steroid steroid bertindak bertindak sebagai sebagai hormon. hormon. Steroid Steroid ini,ini, demikian pula steroid sintetik digunakan meluas sebagai bahan obat. demikian pula steroid sintetik digunakan meluas sebagai bahan obat. Kolesterol merupakan sterfoid hewani yang terdapat paling meluas dan Kolesterol merupakan sterfoid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai dalamhampir
dijumpai dalamhampir semua jaringan semua jaringan hewan. hewan. Batu kanduBatu kandung empedung empedu dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawaini. dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawaini. Kolesterol merupakan zat yang diperlukan dalam biosintesis hormon Kolesterol merupakan zat yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid, namun tak merupkan keharusan dalam makanan dalam steroid, namun tak merupkan keharusan dalam makanan dalam makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzim A (Fessenden, makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzim A (Fessenden, 1982).
1982).
c.
c. Flavonoid, Tannin dan FenolFlavonoid, Tannin dan Fenol
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan zat warna meraah, ungu, ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan zat warna meraah, ungu, biru,
biru, dan dan kuning kuning yang yang ditemukan ditemukan banyak banyak dalam dalam tumbuh-tumbuhan.tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, serta molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, serta jarang
jarang sekali sekali ditemukan ditemukan berupa berupa senyawa senyawa tunggal. tunggal. Misalnya, Misalnya, antosianinantosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hamper selalu ditemukan dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hamper selalu ditemukan mengandung senyawa flavon atau flavonol yang tak berwarna. mengandung senyawa flavon atau flavonol yang tak berwarna.
Flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, membantu memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai antibiotik, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepressant dan diuretic (Harborne, 1987).
Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan yang memiliki cirri dan karakter yang sama, yaitu memiliki cincin aromatic yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor kasar. Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu adanya perubahan warna larutan menjadi
merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne, 1987).
Polifenol-polifenol tanaman, juga dikenal sebagai tanin sayuran, merupakan sekelompok senyawa alami yang heterogen yang tersebar secara luas dalam tanaman. Tanin sering terdapat dalam buah yang tidak masak, dan menghilang ketika buah masak. Dipercayai bahwa tanin dapat memberikan perlindingan terhadap serangan mikroba. Tanin mempunyai 2 jenis struktur yang laus yaitu proantosianidin terkondensasi dalam mana satuan struktur fundamental adalah inti fenolik flavan-3-ol (katekin) serta ester galoil dan heksahidroksidi-fenoil dan turunan-turunannya (Hart, 2003).
Struktur Tanin Struktur Flavonoid
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya sebagai berikut :
1. Fitokimia karotenoid 2. Fitokimia fitosterol 3. Fitokimia saponin 4. Fitokimia glukosinolat 5. Fitokimia polifenol
6. Fitokimia inhibitor protease 7. Fitokimia monoterpen
8. Fitokimia fitoestrogen 9. Fitokimia sulfide
(Harborne,1987). Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna kuning-jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat, nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh (Harborne, 1987).
Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5% dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker. Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan. Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol (Harborne, 1987).
Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan kolesterol (Harborne, 1987)
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol dan flavonoid (Harborne, 1987).
Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah. Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan (Harborne, 1987).
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan. Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel kanker tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker, dan menurut penelitian, orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL kolesterol (Harborne, 1987).
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai, bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan
daya tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol. Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar gula darah (Harborne, 1987)
Fitokimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan mikroba,menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan. Dari sekitar 30. 000 fito-kimia yang sudah diketahui sekarang, sebanyak 5.000-10.000 terdapat dalam bahan pangan. Dan hampir 400.000 jenis tanaman mengandung fito-kimia. Bagi mereka yang senang atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta biji-bijian, dalam seharinya sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fitokimia. Bagi vegetarian tentu lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran berasal dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi berasal dari senyawa fito-kimia (Moelyono, 1996).
V. ALAT DAN BAHAN : 1. Alat : Blender Neraca Gelas kimia 100 mL Gelas kimia 500 mL Tabung reaksi
Rak tabung reaksi Pipet tetes Pembakar spirtus Spatula Corong pisah Kertas saring 2. Bahan - Etanol 70%
-
HCl pekat - Aquades-
H2SO4 pekat - ReagenLieberman-Burchard
-
H2SO4 2N - Reagen Mayer-
FeCl3 - Reagen Dragendorff- Kloroform - Reagen Wagner
-
Amoniak - Metanol 60-80 %VI. ALUR PERCOBAAN
1. Penyiapan ekstrak methanol rimpang temulawak/daun kelor
2. Identifikasi alkanoid dengan Culvenor-Fitzgerald (Harborne, 1987) Rimpang temulawak / daun kelor - Dibersihkan dan dikuliti - Dikeringkan Temulawak kering / daun kelor
- Ditimbang sebanyak 5 gram
- Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL - Ditambahkam 15 mL methanol 60-80 % - Dipanaskan secukupnya
- Disaring dengan kertas saring
Residu
- Diuapkan dalam penangas air
Sampel Filtrat
± 1 mL Sampel
- Dimasukkan dalam tabung reaksi - Ditambahkan 1 mL kloroform - Ditambahkan1 mL amoniak - Dipanaskan di atas penangas air - Dikocok
- Disaring
Residu Filtrat
- Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
- Diambil
- Diuji dengan pereaksi meyer Tabung 1
- Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N -Dikocok
-Didiamkan beberapa menit hingga terpisah
Bagian bawah Bagian atas
Terbentuk endapan Jingga (ada alkaoid)
Tabung 2
- Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N - Dikocok
- Didiamkan beberapa menit hingga terpisah
Bagian bawah Bagian atas
Terbentuk endapan coklat (ada alkaoid)
- Diambil
- Diuji dengan pereaksi wagner
Tabung 2
- Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N - Dikocok
- Didiamkan beberapa menit hingga terpisah
Bagian bawah Bagian atas
Terbentuk endapan putih (ada alkaoid)
- Diambil
3. Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987)
4. Identifikasi Saponin (Harborne, 1987)
± 1 mL Sampel - Ditambahkan 3 mL etanol 70% - Dikocok - Dipanaskan - Dikocok lagi - Disaring Residu Filtrat - Ditambahkan Mg 0,1 g
- Ditambahkan 2 tetes HCl pekat
Terbentuk warna merah pada lapisan
etanol ada flavonoid
± 1 mL Sampel - Ditambah 10 mL
- Didihkan dalam penangas air - Disaring
Residu Filtrat
- Dikocok
- Didiamkan selama 15 menit
Terbentuk busa yang bertahan lama
5. Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)
6. Identifikasi Triterpenoid (Harborne, 1987)
7. Identifikasi Tanin (Edeoga et al ., 2005) ± 1 mL sampel
- Ditambahkan 3 mL etanol 70%
- Ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat
- Ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat (reagen Liebermann-Burchard)
Terjadi perubahan warna dari ungu ke
biru/hijau
-Ditambahkan 2 mL kloroform
- Ditambahkan 3 mL asam sulfat pekat Terbentuk warna merah kecoklatan pada antar permukaan (ada triterpenoid) ± 1 mL sampel ± 1 mL Sampel - Ditambahkan 20 mL air - Didihkan diatas penangas air - Disaring
Residu Filtrat
- Ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%
Terbentuk warna coklat kehijauan/ biru kehitaman
VII. HASIL PENGAMATAN
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. Persiapan Ekstrak Metanol Rimpang Kunyit Putih
a.
b.
Sebelum :
- Rimpang kunyit putih halus : berwarna kuning.
- Metanol 60-80% : larutan tak berwarna.
Sesudah :
- Kunyit putih halus + metanol : larutan berwarna kuning dan endapan serbuk kunyit putih berwarna coklat
- Dipanaskan : larutan berwarna kuning dan
endapan serbuk berwarna coklat
- Disaring :
Filtrat : larutan berwarna kuning
Residu : endapan coklat Filtrat diuapkan : ekstrak berwarna kuning
Hasil uji fitokimia kandungan metabolik sekunder ekstrak metanol kunyit putih (curcuman petiolata)
1. Alkaloid pereaksi Meyer (+) 2. Saponin (aquades) (+) 3. Flavonoid (HCl) (+)
4. Terpenoid (reagen lieberman burchad) (-)
5. Tanin (FeCl3) (-)
6. Fenolik (FeCl3) (+)
7. Glikosida (killer killani) (+)
Sumber : “Rusdiana, I. Hasanuddin dan Mrning”
Ekstrak kunyit putih dapat dihasilkan dengan merendam serbuk kunyit putih ke dalam metanol
5 gram Serbuk kunyit putih
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL
- Direndam dengan 5 mL metanol 60-80%
- Dipanaskan dengan penangas air - Disaring
Residu
- Dipekatkan dengan cara uap
Ekstrak metanol kunyit putih
Filtra Rimpang kunyit putih
- Dibersihkan dan dikuliti - Dikeringkan
- Digiling Serbuk kun it
Persiapan Ekstrak Metanol Daun Kelor a.
b.
Sebelum :
- Rimpang daun kelor halus : berwarna hijau tua.
Metanol 60-80% : larutan tak berwarna.
Sesudah :
- Daun kelor halus + metanol : larutan berwarna hijau tua dan endapan serbuk kelor berwarna hijau lumut - Dipanaskan : larutan
berwarna hijau dan endapan serbuk berwarna coklat tua
- Disaring :
Filtrat : larutan berwarna kuning
Residu : endapan coklat Filtrat diuapkan : ekstrak berwarna hijau lumut
5 gram Serbuk daun kelor
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL
- Direndam dengan 5 mL metanol 60-80%
- Dipanaskan dengan penangas air - Disaring
Residu
- Dipekatkan dengan cara uap Ekstrak metanol daun kelor
atau sampel Filtra Daun kelor - Dibersihkan - Dikeringkan - Digiling Serbuk Daun
Persiapan Ekstrak Metanol Daun Kelor a.
b.
Sebelum :
- Rimpang daun kelor halus : berwarna hijau tua.
Metanol 60-80% : larutan tak berwarna.
Sesudah :
- Daun kelor halus + metanol : larutan berwarna hijau tua dan endapan serbuk kelor berwarna hijau lumut - Dipanaskan : larutan
berwarna hijau dan endapan serbuk berwarna coklat tua
- Disaring :
Filtrat : larutan berwarna kuning
Residu : endapan coklat Filtrat diuapkan : ekstrak berwarna hijau lumut
5 gram Serbuk daun kelor
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL
- Direndam dengan 5 mL metanol 60-80%
- Dipanaskan dengan penangas air - Disaring
Residu
- Dipekatkan dengan cara uap Ekstrak metanol daun kelor
atau sampel Filtra Daun kelor - Dibersihkan - Dikeringkan - Digiling Serbuk Daun
2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor Fitzgerald
Sebelum :
- Sampel kunyit putih : larutan berwarna coklat muda
- Sampel daun kelor : larutan berwarna hijau lumut - Kloforom : larutan tak
berawarna.
- Ammonia : larutan tak berwarna.
- H2SO4 2 N : larutan tak berwarna.
- Reagen meyer :larutan tak berwarna.
- Reagen wagner : larutan berwarna kuning
- Reagen dragendorf : larutan berwarna kuning
kecoklatan
Sampel Kunyit putih
Reaksi Meyer
4 KI + HgCl2→HgI2 + 2KCl
Reaksi Wagner I2 + I-→ I
3
-Pada sampel kunyit putih pada uji reagen
wegner, reagen meyer, dan reagen dragendrof dihasilkan uji positif (+) Pada sampel daun kelor putih pada uji reagen
reagen meyer, dan reagen dragendrof dihasilkan uji positif (-) sedangkan reagen wegner positif (+)
1 mL sampel + 1 mL kloroform + 1 mL ammonia
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Dipanaskan dengan peanangas air - Dikocok dan disaring
Filtrat Residu Tabung 3 Tabung 2 Tabung 1 - Ditambahkan 3 tetes H2SO42N - Dikocok - Didiamkan hingga terpisah - Diambil bagian atas larutan - + reagen meyer - Ditambahkan 3 tetes H2SO4 - Dikocok - Didiamkan hingga pisah - Diambil bagian atas larutan - + reagen meyer - Ditambahkan 3 tetes H2SO42N - Dikocok - Didiamkan hingga terpisah - Diambil bagian atas larutan - + reagen meyer Endapan jingga Endapan coklat Endapan putih
2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor Fitzgerald
Sebelum :
- Sampel kunyit putih : larutan berwarna coklat muda
- Sampel daun kelor : larutan berwarna hijau lumut - Kloforom : larutan tak
berawarna.
- Ammonia : larutan tak berwarna.
- H2SO4 2 N : larutan tak berwarna.
- Reagen meyer :larutan tak berwarna.
- Reagen wagner : larutan berwarna kuning
- Reagen dragendorf : larutan berwarna kuning
kecoklatan
Sampel Kunyit putih
Reaksi Meyer
4 KI + HgCl2→HgI2 + 2KCl
Reaksi Wagner
I2 + I-→ I3
-Pada sampel kunyit putih pada uji reagen
wegner, reagen meyer, dan reagen dragendrof dihasilkan uji positif (+) Pada sampel daun kelor putih pada uji reagen
reagen meyer, dan reagen dragendrof dihasilkan uji positif (-) sedangkan reagen wegner positif (+)
1 mL sampel + 1 mL kloroform + 1 mL ammonia
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Dipanaskan dengan peanangas air - Dikocok dan disaring
Filtrat Residu Tabung 3 Tabung 2 Tabung 1 - Ditambahkan 3 tetes H2SO42N - Dikocok - Didiamkan hingga terpisah - Diambil bagian atas larutan - + reagen meyer - Ditambahkan 3 tetes H2SO4 - Dikocok - Didiamkan hingga pisah - Diambil bagian atas larutan - + reagen meyer - Ditambahkan 3 tetes H2SO42N - Dikocok - Didiamkan hingga terpisah - Diambil bagian atas larutan - + reagen meyer Endapan jingga Endapan coklat Endapan putih
NB : Sampel = kunyit putih dan daun kelor Ekstrak sampel kunyit putih
+ kloroform + ammonia : larutan berwarna kuning kecolatan
Dikocok + dipanaskan :
larutan berwarna kuning kecoklatan
+ H2SO4 dan dikocok :
larutan berwarna kuning kecoklatan membentuk 2 lapisan
Ditambah dengan reagen
meyer : larutan berwarna kuning jernih
Ditambah dengan reagen
wagner : larutan b erwarna merah kecoklatan dengan endapan coklat
Ditambah dengan reagen dargendorf : larutan
Reaksi Dragendorf
Sampel yang positif mengandung alkaloid apabila diuji dengan reagen meyer, wagner, dragendorf mengahsilkan warna merah kecoklatan.
NB : Sampel = kunyit putih dan daun kelor Ekstrak sampel kunyit putih
+ kloroform + ammonia : larutan berwarna kuning kecolatan
Dikocok + dipanaskan :
larutan berwarna kuning kecoklatan
+ H2SO4 dan dikocok : larutan berwarna kuning kecoklatan membentuk 2 lapisan
Ditambah dengan reagen
meyer : larutan berwarna kuning jernih
Ditambah dengan reagen
wagner : larutan b erwarna merah kecoklatan dengan endapan coklat
Ditambah dengan reagen dargendorf : larutan
Reaksi Dragendorf
Sampel yang positif mengandung alkaloid apabila diuji dengan reagen meyer, wagner, dragendorf mengahsilkan warna merah kecoklatan.
berwarna merah kecoklatan
Sampel Daun Kelor
Ekstrak sampel kunyit putih
+ kloroform + ammonia : larutan berwarna kuning kecolatan
Dikocok + dipanaskan :
larutan berwarna kuning kecoklatan
+ H2SO4 dan dikocok : larutan berwarna kuning kecoklatan membentuk 2 lapisan
Ditambah dengan reagen
meyer : larutan berwarna kuning jernih
Ditambah dengan reagen
wagner : larutan b erwarna merah kecoklatan dengan
berwarna merah kecoklatan
Sampel Daun Kelor Ekstrak sampel kunyit putih
+ kloroform + ammonia : larutan berwarna kuning kecolatan
Dikocok + dipanaskan : larutan berwarna kuning kecoklatan
+ H2SO4 dan dikocok : larutan berwarna kuning kecoklatan membentuk 2 lapisan
Ditambah dengan reagen meyer : larutan berwarna kuning jernih
Ditambah dengan reagen wagner : larutan b erwarna merah kecoklatan dengan
endapan coklat
Ditambah dengan reagen dargendorf : larutan berwarna merah kecoklatan 3. Identifikasi Flavonoid Sebelum :
- Sampel kunyit putih : kuning muda
- Sampel daun kelor : hijau tua
- Mg : serbuk putih
- HCl pekat : larutan tidak berwarna
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih - Sampel kunyit putih +
etanol : kuning muda, jernih - + serbuk Mg : Mg tidak
larut
- + HCl pekat : muncul gelembung
2) Sampel Daun Kelor - Sampel daun kelor + etanol :
kuning muda, jernih
+ 2H2 → + 5H+ Sampel positif mengandung flavonoid karena terdapat gelmbung ketika ditambahkan HCl. ± 1 mL sampel - Dicampurkan 3 mL etanol 70% - Dikocok - Dipanaskan - Dikocok kembali - Disaring - Ditambah 0,1 gram Mg - Ditambah 2 tetes HCl Residu Filtrat Hasil
endapan coklat
Ditambah dengan reagen dargendorf : larutan berwarna merah kecoklatan 3. Identifikasi Flavonoid Sebelum :
- Sampel kunyit putih : kuning muda
- Sampel daun kelor : hijau tua
- Mg : serbuk putih
- HCl pekat : larutan tidak berwarna
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih
- Sampel kunyit putih + etanol : kuning muda, jernih - + serbuk Mg : Mg tidak
larut
- + HCl pekat : muncul gelembung
2) Sampel Daun Kelor
- Sampel daun kelor + etanol : kuning muda, jernih
+ 2H2 → + 5H+ Sampel positif mengandung flavonoid karena terdapat gelmbung ketika ditambahkan HCl. ± 1 mL sampel - Dicampurkan 3 mL etanol 70% - Dikocok - Dipanaskan - Dikocok kembali - Disaring - Ditambah 0,1 gram Mg - Ditambah 2 tetes HCl Residu Filtrat Hasil - + serbuk Mg : Mg tidak larut - + HCl pekat : muncul gelembung + MgCl2 → +Cl -4. Identifikasi Saponin Sebelum :
- Sampel kunyit putih : kuning muda
- Sampel daun kelor : hijau tua
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih
- Sampel kunyit putih + 3 mL air : berwarna putih dan terdapat endapan putih - Dipanaskan : tetap berwarna
putih dan terdapat endapan putih
- Dikocok : tidak terdapat busa
Sampel tidak terdapat busa sehingga sampel negative mengandung saponin.
± 1 mL sampel - Ditambah 3 mL air
- Dididihkan dengan 5 mL air dalam penangas air selama 10 menit Filtrat
- Dikocok
- Didiamkan selama 1,5 menit Hasil
- + serbuk Mg : Mg tidak larut - + HCl pekat : muncul gelembung + MgCl2 → +Cl -4. Identifikasi Saponin Sebelum :
- Sampel kunyit putih : kuning muda
- Sampel daun kelor : hijau tua
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih
- Sampel kunyit putih + 3 mL air : berwarna putih dan terdapat endapan putih - Dipanaskan : tetap berwarna
putih dan terdapat endapan putih
- Dikocok : tidak terdapat busa
Sampel tidak terdapat busa sehingga sampel negative mengandung saponin.
± 1 mL sampel
- Ditambah 3 mL air
- Dididihkan dengan 5 mL air dalam penangas air selama 10 menit
Filtrat
- Dikocok
- Didiamkan selama 1,5 menit
Hasil
2) Sampel Daun Kelor
- Sampel daun kelor + 3 mL air : berwarna hijau tua - Dipanaskan : tetap berwarna
hijau tua
- Dikocok : tidak terdapat busa
5. Identifikasi Steroid Sebelum :
- Sampel kunyit putih : kuning muda
- Sampel daun kelor : hijau tua
- Etanol : larutan tidak berwarna
- H2SO4 pekat : tidak
berwarna
- CH3COOH anhidrat : tidak
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih
- Sampel kunyit putih + etanol : berwarna hijau tua - + H2SO4 pekat : berwarna
hijau tua
- + CH3COOH anhidrat :
Sampel mengandung steroid karena warna larutan berubah menjadi lebih pekat (kehitaman). - Ditambah 3 mL etanol 70%
- Ditambah 2 mL H2SO4 pekat
- Ditambah 2 mL CH3COOH anhidrat
± 1 mL sampel
Perubahan warna dari menjadi lebih kehitaman
2) Sampel Daun Kelor - Sampel daun kelor + 3 mL
air : berwarna hijau tua - Dipanaskan : tetap berwarna
hijau tua
- Dikocok : tidak terdapat busa
5. Identifikasi Steroid Sebelum :
- Sampel kunyit putih : kuning muda
- Sampel daun kelor : hijau tua
- Etanol : larutan tidak berwarna
- H2SO4 pekat : tidak berwarna
- CH3COOH anhidrat : tidak
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih - Sampel kunyit putih +
etanol : berwarna hijau tua - + H2SO4 pekat : berwarna
hijau tua
- + CH3COOH anhidrat :
Sampel mengandung steroid karena warna larutan berubah menjadi lebih pekat (kehitaman). - Ditambah 3 mL etanol 70%
- Ditambah 2 mL H2SO4 pekat - Ditambah 2 mL CH3COOH anhidrat
± 1 mL sampel
Perubahan warna dari menjadi lebih kehitaman
terbentuk lapisan atas berwarna coklat terang dan lapisan bawah merah gelap 2) Sampel Daun Kelor - Sampel daun kelor + etanol :
berwarna hijau tua
- + H2SO4 pekat : berwarna hijau tua
- + CH3COOH anhidrat : berwarna hijau tua (+++)
terbentuk lapisan atas berwarna coklat terang dan lapisan bawah merah gelap
2) Sampel Daun Kelor
- Sampel daun kelor + etanol : berwarna hijau tua
- + H2SO4 pekat : berwarna hijau tua
- + CH3COOH anhidrat : berwarna hijau tua (+++)
6. Identifikasi Triterpenoid Sebelum :
- Sampel kunyit putih : berwarna jingga - Sampel daun kelor :
berwarna hijau tua - Kloroform : tidak
berwarna
- H2SO4 : tidak berwarna Sesudah :
- Sampel kunyit putih + kloroform : berwarna kuning
- + H2SO4 : terbentuk warna merah kecoklatan pada antar permukaan
- Pada sampel kunyit putih positif
mengandung triterpenoid 1 mL sampel
Dimasukkan dalam tabung
reaksi
Ditambah 2 mL kloroform Ditambah 3 mL H2SO4 pekat
6. Identifikasi Triterpenoid Sebelum :
- Sampel kunyit putih : berwarna jingga - Sampel daun kelor :
berwarna hijau tua - Kloroform : tidak
berwarna
- H2SO4 : tidak berwarna
Sesudah :
- Sampel kunyit putih + kloroform : berwarna kuning
- + H2SO4 : terbentuk warna
merah kecoklatan pada antar permukaan
- Pada sampel kunyit putih positif
mengandung triterpenoid 1 mL sampel
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambah 2 mL kloroform Ditambah 3 mL H2SO4 pekat
Terbentuk warna merah kecoklatan
7. Identifikasi Tanin Sebelum :
- Ekstrak metanol kunyit putih : larutan berwarna kuning
kecoklatan
- Ekstrak daun kelor : hijau
- Larutan FeCl3 1%:
larutan tidak berwarna Sesudah :
- 1 ml ekstrak kunyit putih + 5 ml air :
larutan putih keruh - + dipanaskan : putih keruh - + FeCl3 1%: larutan putih keruh + FeCl3 (aq)→
Pada sampel kunyit putih negatif
mengandung tannin
Coklat kehijauan/biru kehitaman
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Dididihkan dalam penangas air Disaring
1 mL sam el
Filtrat Residu
7. Identifikasi Tanin Sebelum :
- Ekstrak metanol kunyit putih : larutan berwarna kuning
kecoklatan
- Ekstrak daun kelor : hijau
- Larutan FeCl3 1%:
larutan tidak berwarna Sesudah :
- 1 ml ekstrak kunyit putih + 5 ml air :
larutan putih keruh - + dipanaskan : putih keruh - + FeCl3 1%: larutan putih keruh + FeCl3 (aq)→
Pada sampel kunyit putih negatif
mengandung tannin
Coklat kehijauan/biru kehitaman
Dimasukkan dalam tabung
reaksi
Dididihkan dalam penangas air Disaring
1 mL sam el
Filtrat Residu
Ditambah beberapa tetes FeCl3 1%
VIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada perobaan fitokimia ini bertujuan untuk memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan, memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan, mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid, fenolik (antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak rimpang kunyit putih dan daun kelor. Hal yang dilakukan adalah :
1. Persiapan ekstrak metanol pada kunyit putih dan daun kelor
Pada percobaan pertama yaitu menyiapkan bahan yaitu rimpang kunyit putih dan daun kelor. Pada percobaan ini bertujuan untuk menghasilkan ekstrak metanol pada rimpang kunyit putih dan daun kelor.
a. Ekstrak metanol pada kunyit putih
Hal yang harus dilakukan yaitu rimpang kunyit putih yang berwarna coklat muda dibersihkan dari kulit dan kotoran yang menempel pada rimpang kunyit putih. Tujuannya yaitu agar dihasilkan sampel yang benar-benar bersih dan tidak
VIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada perobaan fitokimia ini bertujuan untuk memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan, memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan yang dikerjakan, mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid, fenolik (antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak rimpang kunyit putih dan daun kelor. Hal yang dilakukan adalah :
1. Persiapan ekstrak metanol pada kunyit putih dan daun kelor
Pada percobaan pertama yaitu menyiapkan bahan yaitu rimpang kunyit putih dan daun kelor. Pada percobaan ini bertujuan untuk menghasilkan ekstrak metanol pada rimpang kunyit putih dan daun kelor.
a. Ekstrak metanol pada kunyit putih
Hal yang harus dilakukan yaitu rimpang kunyit putih yang berwarna coklat muda dibersihkan dari kulit dan kotoran yang menempel pada rimpang kunyit putih. Tujuannya yaitu agar dihasilkan sampel yang benar-benar bersih dan tidak
tercampur dengan zat pengotor lain. lalu dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Tujuannya yaitu agar sampel yang dikeringkan dibawah sinar matahari dihasilkan sampel yang bagus, karena jika di oven akan dapat menimbulkan sampel rusak jika oven terlalu panas, sehingga tidak dapat dilakukan uji fitokimia. Kemudian di haluskan menggunakan blender hingga halus, sehingga dihasilkan sampel serbuk kunyit putih berwarna coklat muda.
Selanjutnya menimbang serbuk kunyit putih sebanyak 5 gram menggunakan neraca ohaus. Setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL. Lalu serbuk yang berada dalam gelas kimia di ekstraksi dengan cara merendam larutan etanol 60-80% tidak berwarna sebanyak 30 mL. Fungsi penambahan metanol yaitu metanol mempunyai ukuran molekul yang kecil sehingga dapat menembus organel sel tempat terdapatnya senyawa metabolit sekunder pada kunyit putih. Metanol merupakan pelarut universal yang memiliki gugus polar (-OH) dan gugus nonpolar (-CH3) sehingga dapat menarik analit-analit yang bersifat polar dan nonpolar, sehingga semua kandungan kimia yang terdapat di dalam kunyit putih akan tertarik oleh metanol. Metanol dapat menarik alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman. Ketika serbuk kunyit putih ditambahkan dengan metanol hasilnya larutan berwarna kining kecoklatan.
Kemudian dipanaskan selama ± 1 menit. Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat jalannya reaksi antara serbuk kunyit putih yang direndam di dalam
metanol. Lalu larutan yang sudah dipanaskan selama ± 1 menit disaring
menggunakan corong dan kertas saring. Sehingga dihasilkan filtrat berwarna coklat muda dan residu berwarna coklat. Kemudian filtrat yang berwarna coklat muda dipekatkan dengan cara diuapkan diatas penangas air. Fungsinya yaitu untuk memperlambat proses pengendapan, sehingga filtrat yang dihasilkan akan stabil. Ketika filtrat sudah mengental berwarna kuning kecoklatan, maka filtrat dari rimpang kunyit putih tersebut sudah dapat digunakan untuk uji fitokimia.
Persamaan reaksinya:
b. Ekstrak metanol pada daun kelor
Hal yang harus dilakukan yaitu daun kelor yang berwarna hijau tua dibersihkan dari tangkainya. Tujuannya yaitu agar dihasilkan sampel yang benar- benar bersih. lalu dikeringkan dibawah sinar matahari. Tujuannya yaitu agar sampel yang dikeringkan dibawah sinar matahari dihasilkan sampel yang bagus, karena jika di oven akan dapat menimbulkan sampel rusak jika ovennya terlalu panas, sehingga tidak dapat dilakukan uji fitokimia. Kemudian di haluskan menggunakan blender hingga halus, sehingga dihasilkan sampel serbuk daun berwarna hijau tua.
Selanjutnya menimbang serbuk daun kelor sebanyak 5 gram menggunakan neraca ohaus. Setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL. Lalu serbuk yang berada dalam gelas kimia di ekstraksi dengan cara merendam larutan etanol 60-80% tidak berwarna sebanyak 30 mL. Fungsi penambahan metanol yaitu metanol mempunyai ukuran molekul yang kecil sehingga dapat menembus organel sel tempat terdapatnya senyawa metabolit sekunder pada daun kelor. Metanol merupakan pelarut universal yang memiliki gugus polar (-OH) dan gugus nonpolar (-CH3) sehingga dapat menarik analit-analit yang bersifat polar dan nonpolar, sehingga semua kandungan kimia yang terdapat di dalam daun kelor akan tertarik oleh metanol. Metanol dapat menarik alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman. Ketika serbuk daun kelor ditambahkan dengan metanol hasilnya larutan berwarna hijau tua. Kemudian dipanaskan selama ± 1 menit. Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat jalannya reaksi antara serbuk daun kelor yang direndam di dalam metanol. Lalu larutan yang sudah dipanaskan selama ± 1 menit disaring menggunakan corong dan kertas saring. Sehingga dihasilkan filtrat berwarna coklat muda dan residu berwarna coklat. Kemudian filtrat yang berwarna coklat muda dipekatkan dengan cara diuapkan diatas penangas air. Fungsinya yaitu untuk memperlambat proses pengendapan, sehingga filtrat yang dihasilkan akan stabil. Ketika filtrat sudah mengental berwarna kuning kecoklatan, maka filtrat dari rimpang kunyit putih tersebut sudah dapat digunakan untuk uji fitokimia.
2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor Fitzgerald
Pada percobaan identifikasi alkaloid dengan metode Colvenor-Fitzgerald ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan alkaloid dalam rimpang kunyit putih dan daun kelor. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak yang ditemukan di alam. Senyawa ini biasanya ditemukan pada daun-daunan yang memiliki rasa pahit. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada juga yang sangat berguna dalam pengobatan, misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloida
yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis serta psikologis.
Fungsi senyawa alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai zat racun untuk melawan serangga atau hewan pemakan tanaman dan sebagai faktor pengaruh pertumbuhan. Identifikasi alkaloid ini dilakukan dengan menggunakan metode Colvenor-Fitzgerald yaitu dengan menggunakan reagen meyer, reagen wagner, dan reagen dragendorff, reagen-reagen tersebut berfungsi untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder. Hal yang dilakukan adalah :
a. Identifikasi Alkaloid pada rimpang kunyit putih dengan metode culvenor fitzgerald. Hal yang harus dilakukan yaitu menimbang sampel kunyit putih yang berwarna kuning kecoklatan sebanyak ± 1 mL dengan menggunakan neraca ohaus. Kemudian ditambahkan dengan 1 mL kloroform tidak berwarna larutan menjadi berwarna jingga kekuningan dan larutan memisah. Lalu ditambahkan 1 mL larutan ammonia tidak berwarna larutan terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna kuning sedangkan larutan bawah berwarna jingga tua. Fungsi penambahan kloroform dan ammonia yaitu, pada kloroform bertujuan untuk mengambil atau melarutkan senyawa yang ada di dalam daun tersebut dan kemudian diekstraksi dengan kloroform amoniakal. Proses ekstraksi dengan kloroform amoniakal ini bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tanin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan silang stabil dengan gugus hidroksifenolik dari asam tanin tersebut. Dengan terputusnya ikatan tersebut alkaloid akan bebas sedangkan asam tanin akan terikat pada kloroform amoniakal. kemudian dipanaskan diatas penangas, fungsinya pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi. Kemudian di saring menggunakan kertas saring, tujuannya untuk menyaring antara filtrat dan residu. Dihasilkan filtrat berwarna kuning muda dan residu berwarna coklat muda. Kemudian filtrat yang berwarna kuning muda didistribusikan kedalam 3 tabung reaksi yang telah diberi label I, II, dan III.
Pada tabung pertama ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak 3 tetes, sehingga larutan menjadi kuning kecoklatan. Penambahan asam sulfat 2 N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi meyer tidak berwarna sehingga larutan menjadi endapan jingga dan larutan jingga. Fungsi penambahan pereaksi meyer yaitu untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini akan berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar
yang mengendap berwarna putih kekuningan. Persamaan reaksinya:
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam rimpang kunyit putih pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Alkaloid Reagen Mayer Larutan berwarna merah kecoklat an + Reagen Wagner Larutan berwarna merah + 4 KI + HgCl2→HgI2 + 2KCl
kecoklat an dan terbentuk endapan coklat Reagen Dragendo orff Larutan berwarna merah kecoklat an +
Pada tabung kedua ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak 3 tetes, sehingga larutan menjadi kuning kecoklatan. Fungsi penambahan H2SO4yaitu untuk Penambahan asam sulfat 2 N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi wagner berwarna jingga sehingga larutan menjadi merah kecoklatan. Fungsi penambahan pereaksi wagner yaitu untuk mendeteksi alkaloid dengan ditandai terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap berwarna
coklat.
Persamaan reaksinya: I2 + I- → I3
-Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam rimpang kunyit putih pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Alkaloid Reagen Mayer Larutan berwarna merah kecoklat an + Reagen Wagner Larutan berwarna merah kecoklat an dan terbentuk endapan coklat + Reagen Dragendo orff Larutan berwarna merah kecoklat an +
Pada tabung ketiga ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak 3
tetes, sehingga larutan menjadi kuning kecoklatan. Penambahan asam sulfat 2 N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi dragendrof berwarna jingga
(++) sehingga larutan menjadi berwarna jingga. pada uji Dragendorff ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+). Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodide membentuk endapan hitam Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen
koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Persamaan reaksinya:
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam rimpang kunyit putih pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Alkaloid Reagen Mayer Larutan berwarna merah kecoklat an + Reagen Wagner Larutan berwarna merah kecoklat an dan terbentuk endapan coklat +
Reagen Dragendo orff Larutan berwarna merah kecoklat an +
b. Identifikasi Alkaloid pada rimpang daun kelor dengan metode culvenor fitzgerald. Hal yang harus dilakukan yaitu menimbang sampel daun kelor yang berwarna hijau tua sebanyak± 1 mL dengan menggunakan neraca ohaus. Kemudian ditambahkan dengan 1 mL kloroform tidak berwarna larutan menjadi berwarna hijau. Lalu ditambahkan 1 mL larutan ammonia tidak berwarna larutan terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna kuning sedangkan larutan bawah berwarna hijau. Fungsi penambahan kloroform dan ammonia yaitu, pada kloroform bertujuan untuk mengambil atau melarutkan senyawa yang ada di dalam daun tersebut dan kemudian diekstraksi dengan kloroform amoniakal. Proses ekstraksi dengan kloroform amoniakal ini bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tanin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan silang stabil dengan gugus hidroksifenolik dari asam tanin tersebut. Dengan terputusnya ikatan tersebut alkaloid akan bebas sedangkan asam tanin akan terikat pada kloroform amoniakal. Kemudian dipanaskan diatas penangas, fungsinya pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi. Kemudian di saring menggunakan kertas saring, tujuannya untuk menyaring antara filtrat dan residu. Dihasilkan filtrat berwarna hijau dan residu berwarna hijau tua. Kemudian filtrat yang berwarna hijau didistribusikan kedalam 3 tabung reaksi yang telah diberi label I, II, dan III.
Pada tabung pertama ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak
3 tetes, sehingga larutan menjadi Hijau kehitaman. Penambahan asam sulfat 2 N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua
diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi meyer tidak berwarna sehingga larutan menjadi kuning jernih. Fungsi penambahan pereaksi meyer yaitu untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini akan berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar yang mengendap berwarna putih kekuningan.
Persamaan reaksinya
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam daun kelor pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Alkaloid Reagen Mayer Larutan berwarna merah kecoklatan -Reagen Wagner Larutan berwarna merah kecoklatan dan terbentuk endapan coklat + Reagen Dragendoorff Larutan berwarna merah kecoklatan
-Pada tabung kedua ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak 3
tetes, sehingga larutan menjadi Hijau kehitaman. Penambahan asam sulfat 2 N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat
kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi meyer tidak berwarna sehingga larutan menjadi merah kecoklatan Fungsi penambahan pereaksi wagner yaitu untuk mendeteksi alkaloid dengan ditandai terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K + akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap berwarna coklat.
Persamaan reaksinya: I2 + I- → I3
-Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam daun kelor pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Alkaloid Reagen Mayer Larutan berwarna merah kecoklatan -Reagen Wagner Larutan berwarna merah kecoklatan dan terbentuk endapan coklat +
Reagen Dragendoorff Larutan berwarna merah kecoklatan
-Pada tabung ketiga ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak 3
tetes, sehingga larutan menjadi Hijau kehitaman. Penambahan asam sulfat 2 N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna.. lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi meyer tidak berwarna sehingga larutan menjadi larutan jingga. pada uji Dragendorff ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+). Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodide membentuk endapan hitam Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam.
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam daun kelor pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Alkaloid Reagen Mayer Larutan berwarna merah kecoklatan -Reagen Wagner Larutan berwarna merah kecoklatan dan terbentuk endapan coklat + Reagen Dragendoorff Larutan berwarna merah kecoklatan -3. Identifikasi Flavonoid
a. Sampel Kunyit Putih
Pada percobaan ketiga ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia yaitu flavonoid yang terkandung pada sampel. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan banyak dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, serta jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Misalnya antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu ditemukan mengandung senywa flavon atau flavonol yang tak berwarna (Tim Kimia Organik, 2017 : 43).
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan sampel sebanyak ± 1 mL ke dalam tabung reaksi. Sampel kunyit putih berwarna kuning kecoklatan. Kemudian sampel tersebut ditambahkan 3 mL etanol 70%. Penambahan etanol ini berfungsi untuk mengekstrak senyawa tertentu yang ada dalam sampel misalnya senyawa flavonoid. Setelah ditambahkan etanol larutan sampel menjadi lebih jernih karena lebih encer dari yang sebelumnya. Setelah itu campuran dikocok dan dipanaskan di atas penangas. Setelah dipanaskan, campuran larutan dikocok untuk mempercepat larutan menjadi homogen dan kemudian disaring.
Setelah proses penyaringan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan 0,1 gram Mg yang berupa serbuk putih. Setelah ditambahkan Mg, Mg tidak dapat larut dan mengendap pada dasar tabung. Kemudian ditambahkan 2 tetes HCl yang tidak berwarna. Setelah ditambahkan HCl pekat, timbul gelembung-gelembung pada campuran larutan. Penambahan HCl berfungsi untuk melarutkan logam Mg, sehingga dalam larutan tersebut terbentuk senyawa MgCl2 dan gas H2 dengan reaksi sebagai berikut.
Mg (s) + 2HCl (aq) → MgCl2 (aq) + H2(g)
Senyawa MgCl2 dan gas H2 inilah yang nantinya akan bereaksi dengan
flavonoid yang terkandung dalam sampel kunyit putih (jika ada) menghasilkan senyawa kompleks dengan Mg yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning pekat pada lapisan etanol. Fungsi penambahan Mg dan HCl pekat yaitu untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga dapat berikatan dengan Mg. Hal ini menunjukkan bahwa sampel kunyit putih positif mengandung senyawa flavonoid. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
+ 2H2→ + 5H+