• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Tekanan Darah Dengan Berbagai Posisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Tekanan Darah Dengan Berbagai Posisi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006 :172). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg, dan tekanan diastolic pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer& Bare, 2001 dalam Yanti: 2012).

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Wikipedia:2012).

Atas dasar perbedaan nilai tekanan darah yang tergantung aktivitas inilah dan pentingnya seorang mahasiswa kedokteran mengetahui cara menghitung tekanan darah dengan berbagai posisi dan aktivitas maka praktikum “ pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung” sangat penting untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ada perbedaan tekanan darah pada posisi duduk, berdiri, setelah melakukan aktivitas otot dan berbaring ?

(2)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Memahami cara mengukur tekanan darah pada berbagai posisi

2. Memahami cara mengukur arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi

3. Memahami perbedaan tekanan darah pada posisi duduk, berdiri, setelah melakukan aktivitas otot dan berbaring

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi 2. Mengukur tekanan darah brachialis pada berbagai posisi

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan darah

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton,2006 :172). Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehinga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus.

2.2 Faktor – Faktor Tekanan Darah 1. Faktor Jenis Kelamin

Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian mekanisme vasodilatasi.

Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause memiliki resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi, setelah menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah menopause.

(4)

Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Green, 2008 dalam Anggita, 2012).

Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung.

a. Berbaring

Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit.

Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi

(5)

sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Guyton, 2002 dalam Anggita, 2012)

b. Berdiri

Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri.

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002 dalam Anggita, 2012 )

Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke

(6)

bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002 dalam Anggita, 2012)

c. Duduk

`Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002 dalam Anggita, 2012)

Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak.

Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring, yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak.

2.3 Metode Klinis untuk Mengukur Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastolik

(7)

Guyton (2007 : 182) mengemukakan bahwa cara auskultasi sebagai berikut. Para klinisi menentukan tekanan sistolik dan tekanan diastolic secara tidak langsung, biasanya menggunakan cara auskultasi. Sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri yang terdapat di area lipat siku (antecubiti) dan di sekelilingi lengan atas dipasang sebuah manset tekanan darah digembungkan. Selama manset menekan lengan dengan tekanan yang terlalu kecil untuk menyumbat arteri brakialis, tidak ada bunyi yang terdengar dari arteri tersebut melalui stetoskop. Namun bila tekanan dalam manset itu cukup besar untuk menyumbat arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, bunyi akan terdengar pada setiap pulsasi. Bunyi – bunyi ini disebut bunyi Korotkoff.

Penyebab pasti dari bunyi korotkoff ini masih diperdebatkan namun ada anggapan bahwa penyebabnya terutama adalah semburan darah yang melewati pembuluh yang mengalami hambatan parsial. Semburan darah ini menimbulkan aliran turblen di dalam pembuluh yang terletak di luar area manset dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop.

Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi, tekanan dalam manset mula – mula dinaikkan sampai di atas tekanan sistolik arteri. Selama tekanan manset lebih tinggi daripada tekanan sistolik, arteri brakialis akan tetap kolaps dan tidak akan ada darah yang mengalir ke dalam arteri yang lebih distal selama siklus penekanan. Oleh karena itu, tidak akan terdengar bunyi korotkoff di arteri yang lebih distal. Namun kemudian tekanan dalam manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan dalam manset turun di bawah tekanan sistolik, darah akan mulai mengalir melalui arteri yang terletak di bawah manset selama puncak tekanan sistolik, dan mulai mendengar bunyi berdetak dari arteri antekubiti yang sinkron dengan denyut jantung. Begitu bunyi itu

(8)

terdengar nilai tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang terhubung dengan manset kira – kira sama dengan tekanan sistolik.

Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut, terjadi perubahan kualitas bunyi korotkoff, kualitas detaknya menjadi berkurang dan bunyinya menjadi lebih berirama dan lebih kasar. Kemudian akhirnya sewaktu tekanan manset turun mencapai tekanan diastolik, arteri tersebut tidak tersumbat lagi yang berarti bahwa faktor dasar yang menyebabkan timbulnya bunyi tidak ada lagi. Oleh karena itu bunyi tersebut berubah menjadi redam dan kemudian menghilang seluruhnya setelah tekanan manset diturunkan lagi sebanyak 5 sampai 10 milimeter. Mencatat tekanan pada manometer ketika bunyi korotkoff berubah menjadi redam nilai tekanan yang tercatat ini kurang lebih sama dengan tekanan diastolik. Cara auskultasi untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik ini tidak seluruhnya akurat namun biasanya hanya berbeda 10 persen dari nilai yang diperoleh dengan pengukuran katerisasi langsung dari dalam arteri.

b. Cara Palpasi Cara palpasi:

Hanya untuk mengukur tekanan sistolik. Manset tensimeter yang mengikat lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudia tekanan didalam manset diturunkan. Amati tekanan dalam tensi meter. Waktu denyut nadi teraba kembali, kita baca tekanan dalam tensi meter, tekanan ini adalah tekanan sistolik.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

(9)

Waktu : Rabu, 16 Mei 2012

Tempat : Ruang Skill Lab Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

3.2 Alat dan Bahan 1. Sfigmomanometer

(10)

3. Alat Tulis 3.3 Cara Kerja

Cara memasang manset yang benar

1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehingga tidak terlilit manset 2. Tepi bawah manset berada pada 2 – 3 cm di atas fossa cubiti

3. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti 4. Manset diikat dengan cukup ketat

5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis

(11)

Cara Kerja :

1. Naracoba berbaring telentang selama 10 menit

2. Pasang manset sfigmomanometer padalengan kanan atas naracoba

3. Temukan denyut arteri brachialis pada fossa cubiti dan arteri radialis pada pergelangan tangan memalui palpasi.

4. Sambil meraba arteri radialis, pompa manset sampai arteri radialis tidak teraba lagi ( mencapai tekanan sistolik). Bila arteri radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai ±30 mmHg di atas tekanan sistolik.

5. Letakkan stetoskop di atas denyut arteri brachialis.

6. Turunkan tekanan udara dalam manset ( buka klep udara) secara perlahan sambil mendengarkan adanya bunyipembuluh ( penurunan tekanan 2- 3 mmHg per denyut).

7. Tentukan ke – 5 fase Korotkoff

8. Ulangi pengukuran ( no. 4 – 7)sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata – rata, catat hasislnya. ( sebelum mengulang, yakinkan bahwa tekanan manset kembali ke nol )

9. Naracoba duduk, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur di atas. (posisi lengan atas sedikit merapat batang tubuh ).

10. Naracoba berdiri, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur di atas. (posisi lengan atas sedikit merapat batang tubuh).

11. Bandingkan tekanan darah pada tiga posisi tersebut.

(12)

Cara kerja :

1. Naracoba berada pada posisi duduk, lengan bawah berpangku di atas paha, pergelangan supinasi.

2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi seperti percobaan A, tentukan tekanan sistoli dan diastolic

3. Turunkan tekanan manset sampai posisi nol.

4. Sambil meraba arteri radialis, naikkan tekanan manset sampai denyut arteri radialis tidak teraba. Tekanan terus dinaikkan sampai 30 mmHg diatasnya.

5. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset sampai denyut arteri radialis kembali teraba. Pada saat arteri radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan sistolik.

6. Bandingkan dengan tekanan sistolik melalui auskultasi. C. Tekanan Darah Setelah Aktivitas Otot

Cara kerja : ( cukup 1 naracoba laki-laki dan 1 naracoba perempuan) 1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolic arteri brachialis pada posisi

duduk seperti percobaan A

2. Tanpa melepas manset, naracoba berlari di tempat ± 120 lompatan permenit selama 2 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan ukur tekanan darah.

3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali ke nilai semula.

(13)

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil Praktikum pengukuran tekanan darah di berbagai posisi: No Nama Naracoba Umur L

/P

Berbaring Duduk Berdiri

S D S D S D 1. Eksaka Fajarnata 19 L 110 60 130 70 130 90 2. Rista Purnama 19 P 110 70 120 80 110 90 3. Lisa Wendi A 19 P 110 70 110 60 110 80 4. Wendra Armansyah 19 L 110 70 100 70 110 80 5. Indria Rizki 19 P 90 70 100 80 110 85 6. M. Aulia 19 L 110 80 100 90 110 80 7. Yolanda Rachmi 19 P 100 80 100 80 110 80 8. Aldieo 19 L 130 90 130 110 130 70 9. Zukhruful Muzaki 19 L 90 60 110 80 120 80 10. Putra Manggala 19 L 110 70 110 80 110 80 11. Imam Taqwa 19 L 110 70 120 80 120 70 12. Risma Kurniasih 19 P 100 70 100 70 110 90 13. Rachmi 19 P 100 70 100 80 120 80 14. Ika Arizka 19 P 100 60 110 90 100 70 15. Santi Annisa 19 P 110 70 100 80 100 80 16. Erica Fitriani 19 P 100 60 100 50 100 70 17. Evi Maisari 19 P 100 60 100 70 110 70 18. Suci Lestari 19 P 100 60 110 60 120 70 19. Rika Puspa 19 P 100 60 110 70 110 70 20. Nedya Belinawati 19 P 100 70 120 90 130 90 21. Ani Isnaini 19 P 100 60 110 70 130 90 22. Tri Anggun 19 P 100 60 110 70 90 80 23. Ira Maulani 19 P 100 60 100 70 100 70 24. Irvandra Afren 19 L 100 70 110 70 100 90 25. Masithha 19 P 100 70 110 60 110 50 26. Zulia Navira 19 P 100 70 110 70 120 70 27. Andreas Syaputra 19 L 100 60 110 80 120 80 28. Ridwan Perman 19 L 100 70 120 80 120 80 29. Aprilia Ayu F 19 P 100 70 110 70 130 70 30. Febry Setiawan 19 L 120 70 115 75 120 90 31. Apriliandy Sharif 19 L 140 80 140 70 130 80 32. K.A. Imanudin 19 L 120 60 120 70 120 70 33. Merri Febrianti 19 P 110 60 110 60 110 70 34. Siti Kusuma 19 P 120 80 120 70 130 70 35. Cendy A 19 P 120 70 120 90 130 90 36. Fabiola 19 P 100 60 110 70 130 90 37. Monika Sari 19 P 130 80 130 80 130 90 38. Dwi Indah 19 P 100 70 120 90 130 90

(14)

39. Dera A. 19 P 100 70 110 70 130 70 40. Purry Ayu 19 P 120 70 115 75 120 90 41. Nursin M. 19 L 140 80 140 70 130 80 42. Poppy Geraldine 19 P 120 60 120 70 120 70 43. Hendra Ercha 19 L 110 60 110 60 110 70 44. Geta V. 19 P 100 70 110 70 130 70 45. Perda Anggraini 19 P 120 70 115 75 120 90 46. Syafar A. 19 L 140 80 140 70 130 80 47. Eldhi A. 19 L 100 80 100 80 110 80 48 Fadiil R. 20 L 130 90 130 110 130 70 49. Suci Lestari 19 P 90 60 110 80 120 80 50. M. Fajar 19 L 120 70 115 75 120 90 51. Dian Wijayanti 19 P 140 80 140 70 130 80 52. Anisa Penidaria 19 P 140 80 140 70 130 80 53. Febbyene V. 19 P 120 60 120 70 120 70 54. Utin Karmila 19 P 100 70 110 70 130 70 55. Marmah O. 19 P 120 70 115 75 120 90 56. Sulastri 19 P 100 70 110 70 130 70 57. Tantri R. 19 P 100 60 100 50 100 70 58. Lilia Muspida 19 P 140 80 140 80 140 90 59. Umi Chusnul 19 P 100 60 110 60 120 70 60. Maya A. 19 P 130 80 130 80 140 80

61. Yulisti Fitri Utami 19 P 100 70 120 90 130 90

62. Selina H. 19 P 140 80 140 80 140 90 63. Destrianti 19 P 100 60 110 70 90 80 64. Ayu Aryani 20 P 100 60 100 70 100 70 65. Veranika Antonia 19 P 120 70 120 70 130 70 Rata-rata 110. 61 69.23 0 115 74.3 82 119.09 78.538

B. Hasil percobaan secara palpasi

No Nama Naracoba Umur L /P Palpasi S 1. Eksaka Fajarnata 19 L 120 2. Rista Purnama 19 P 120 3. Lisa Wendi A 19 P 110 4. Wendra Armansyah 19 L 100 5. Indria Rizki 19 P 100 6. M. Aulia 19 L 100 7. Yolanda Rachmi 19 P 90

(15)

8. Aldieo 19 L 130 9. Zukhruful Muzaki 19 L 110 10. Putra Manggala 19 L 110 11. Imam Taqwa 19 L 110 12. Risma Kurniasih 19 P 100 13. Rachmi 19 P 100 14. Ika Arizka 19 P 100 15. Santi Annisa 19 P 90 16. Erica Fitriani 19 P 100 17. Evi Maisari 19 P 100 18. Suci Lestari 19 P 110 19. Rika Puspa 19 P 100 20. Nedya Belinawati 19 P 120 21. Ani Isnaini 19 P 110 22. Tri Anggun 19 P 100 23. Ira Maulani 19 P 90 24. Irvandra Afren 19 L 110 25. Masithha 19 P 110 26. Zulia Navira 19 P 110 27. Andreas Syaputra 19 L 110 28. Ridwan Perman 19 L 120 29. Aprilia Ayu F 19 P 110 30. Febry Setiawan 19 L 110 31. Apriliandy Sharif 19 L 130 32. K.A. Imanudin 19 L 120 33. Merri Febrianti 19 P 90 34. Siti Kusuma 19 P 120 35. Cendy A 19 P 120 36. Fabiola 19 P 110 37. Monika Sari 19 P 130 38. Dwi Indah 19 P 120 39. Dera A. 19 P 110 40. Purry Ayu 19 P 115 41. Nursin M. 19 L 140 42. Poppy Geraldine 19 P 120 43. Hendra Ercha 19 L 110 44. Geta V. 19 P 110 45. Perda Anggraini 19 P 115 46. Syafar A. 19 L 140 47. Eldhi A. 19 L 90 48 Fadil R. 20 L 130 49. Suci Lestari 19 P 110 50. M. Fajar 19 L 115 51. Dian Wijayanti 19 P 140

(16)

52. Anisa Penidaria 19 P 130 53. Febbyene V. 19 P 120 54. Utin Karmila 19 P 90 55. Marmah O. 19 P 110 56. Sulastri 19 P 110 57. Tantri R. 19 P 100 58. Lilia Muspida 19 P 140 59. Umi Chusnul 19 P 100 60. Maya A. 19 P 130

61. Yulisti Fitri Utami 19 P 120

62. Selina H. 19 P 140

63. Destrianti 19 P 110

64. Ayu Aryani 20 P 90

65. Veranika Antonia 19 P 100

Rata-rata 111.9

C.Hasil Pengamatan Tekanan setelah aktivitas otot

No Nama Naracoba Umur L /P TO1 TO2 S D S D 1. Eksaka Fajarnata 19 L 150 90 140 80 2. Rista Purnama 19 P 140 90 130 80 3. Lisa Wendi A 19 P 130 80 120 70 4. Wendra Armansyah 19 L 140 90 120 80 5. Indria Rizki 19 P 110 85 100 80 6. M. Aulia 19 L 120 90 120 90 7. Yolanda Rachmi 19 P 130 80 120 80 8. Aldieo 19 L 130 70 130 110 9. Zukhruful Muzaki 19 L 120 80 110 80 10. Putra Manggala 19 L 130 80 120 80 11. Imam Taqwa 19 L 120 90 120 80 12. Risma Kurniasih 19 P 140 90 130 80 13. Rachmi 19 P 140 80 130 80 14. Ika Arizka 19 P 140 70 130 70

(17)

15. Santi Annisa 19 P 140 80 130 80 16. Erica Fitriani 19 P 120 80 120 70 17. Evi Maisari 19 P 110 70 100 70 18. Suci Lestari 19 P 120 70 110 60 19. Rika Puspa 19 P 140 70 130 70 20. Nedya Belinawati 19 P 130 90 120 90 21. Ani Isnaini 19 P 130 90 110 70 22. Tri Anggun 19 P 130 80 110 70 23. Ira Maulani 19 P 130 80 110 70 24. Irvandra Afren 19 L 140 90 130 70 25. Masithha 19 P 140 70 130 60 26. Zulia Navira 19 P 120 70 120 70 27. Andreas Syaputra 19 L 120 80 110 80 28. Ridwan Perman 19 L 120 80 120 80 29. Aprilia Ayu F 19 P 130 70 120 70 30. Febry Setiawan 19 L 120 90 115 75 31. Apriliandy Sharif 19 L 130 80 140 70 32. K.A. Imanudin 19 L 120 70 120 70 33. Merri Febrianti 19 P 140 70 130 70 34. Siti Kusuma 19 P 140 70 120 70 35. Cendy A 19 P 130 90 120 90 36. Fabiola 19 P 150 90 130 90 37. Monika Sari 19 P 130 90 130 80 38. Dwi Indah 19 P 140 90 120 90 39. Dera A. 19 P 130 70 110 70

40. Purry Ayu Ovilia 19 P 120 90 115 75

41. Nursin M. 19 L 130 80 140 70 42. Poppy Geraldine 19 P 140 80 130 80 43. Hendra Ercha 19 L 140 70 120 70 44. Geta V. 19 P 130 70 110 70 45. Perda Anggraini 19 P 120 90 115 75 46. Syafar A. 19 L 130 80 140 70 47. Eldhi A. 19 L 130 80 120 70 48 Fadil R. 20 L 140 90 130 90 49. Suci Lestari 19 P 140 80 130 80 50. M. Fajar 19 L 120 90 115 75 51. Dian Wijayanti 19 P 130 80 140 70 52. Anisa Penidaria 19 P 130 80 140 70 53. Febbyene V. 19 P 120 70 120 70 54. Utin Karmila 19 P 130 70 110 70 55. Marmah O. 19 P 120 90 115 75 56. Sulastri 19 P 130 70 110 70 57. Tantri R. 19 P 120 80 100 70 58. Lilia Muspida 19 P 140 90 140 80

(18)

59. Umi Chusnul 19 P 120 70 110 60

60. Maya A. 19 P 140 80 130 80

61. Yulisti Fitri Utami 19 P 130 90 120 90

62. Selina H. 19 P 140 90 140 80 63. Destrianti 19 P 120 80 110 70 64. Ayu Aryani 20 P 120 70 100 70 65. Veranika Antonia 19 P 130 80 120 70 Rata-rata 110. 61 69. 23 0 115 74.38 2 2. Pembahasan

Pada praktikum ini, tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung dan pengukuran dilakukan pada lengan bagian atas. Tekanan darah dari masing-masing praktikan diukur dalam beberapa keadaan, yaitu pada saat duduk, berdiri, setelah exercise dan berbaring. Sebelum praktikan melakukan kegiatan (istirahat) praktikan diukur tekanan darahnya dengan menggunakan spigmomanometer. Kemudian praktikan melakukan sejumlah aktivitas otot yaitu berlari kecil di tempat dan Pengukuran tekanan darah dengan spigmomanometer ini memperoleh hasil yang sangatlah beragam antara 100/60 mmHg sampai 160/90 mmHg. Berdasarkan pada referensi dan literatur, seluruh data yang dihasilkan tersebut masih menunjukkan range tekanan darah yang normal. Tekanan darah sistolik yang dianggap normal untuk orang dewasa adalah adalah 90-130 mmHg, sedangkan tekanan diastolik yang normal untuk orang dewasa adalah sebesar 60-90 mmHg. Angka yang ditunjukkan dalam tekanan sistolik selalu lebih besar dari angka diastolik karena selama sistol, ventrikel kiri jantung memaksa darah untuk masuk ke aorta dengan fase ejeksi (penyemprotan). Hal tersebut terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara ventrikel dengan aorta. Sehingga ketika katup yang membatasi atrium dengan aorta terbuka maka terjadi perpindahan darah dari atrium ke aorta dengan ejeksi dan tekanan yang besar.

(19)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, jenis kelamin, usia, aktivitas, obesitas, kondisi kesehatan, stress,obat – obatan dll. Namun, pada praktikum ini hanya dibahas faktor aktivitas dan jenis kelamin dan umur. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelum beraktivitas otot, ternyata data menunjukkan bahwa tekanan darah setelah melakukan aktivitas otot cenderung akan lebih tinggi.Dari hasil pengukuran rata-rata didapatkan setelah melakukan exercise tekanan darah lebih tinggi daripada berdiri, tekanan saat berdiri lebih tinggi dari pada duduk dan tekanan saat duduk lebih tinggi duduk lebih tinggi daripada berbaring. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi aktivitas yang dilakukan maka akan semakin tinggi pula aktivitas dari kerja jantung yang harus mengeluarkan tenaga yang tinggi sehingga tekanan darah juga meningkat.

. Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi oleh tingkatan aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar. Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktu pun bertambah sehingga volume darah pada arteriol akan meningkat dan tekanannya pun akan meningkat. Dapat dikatakan bahwa volume darah yang masuk dari arteri ke jantung meningkat. Pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang. Persentase darah yang dialirkan ke organ-organ tersebut untuk menunjang peningkatan aktivitas metabolik keduanya. Kerja jantung juga akan semakin cepat dalam memompa darah. Namun demikian, denyut jantungnya tetap dalam keadaan normal. Sedangkan terdapat praktikan lain yang memiliki tekanan darah yang hampir mendekati ambang bawah tidak normal yaitu sebesar 100/70 mmHg pada saat istirahat. Berdasarkan dua hal tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu faktor

(20)

yang mempengaruhi tinggi-rendahnya tekanan darah adalah besar aktivitas atau jenis aktivitas yang dilakukan.

BAB V KESIMPULAN

(21)

1. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia, dll.

3. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan metode tidak langsung dengan auskultasi dan palpasi yang bisa menggunakan spigmomanometer (manual atau digital) dan stetoskop.

4. Semakin berat aktivitas tubuh , semakin cepat curah jantung karena adanya vasodilatasi di otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di arteriol pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang.berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah setelah exercise lebih tinggi dibandingkan saat berdiri, tekanan darah saat berdiri lebih tinggi daripada saat duduk, saat duduk tekanan darah lebih tinggi dari pada berbaring.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton,Arthur C dan Hall, John E.2007.Buku ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta

(22)

Yanti,2012 Pengukuran tekanan darah dalam

http://www.scribd.com/doc/90447671/PENGUKURAN-TEKANAN-DARAH

diakses pada 22 Mei 2012

Anggita,2012 Faktor – faktor tekanan darah dalam

http://www.scribd.com/doc/56191664/Faktor-Jenis-Kelamin-Dan-Gravitas

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311011/BAB %20II.pdf

LAMPIRAN

1. Mengapa pada perubahan posisi, pengukuran harus menunggu setelah 3 menit?

(23)

Jawab : Karena pengukuran tekanan darah yang berkali-kali menyebabkan hipoksia di otot. Naracoba akan merasa kesakitan. Maka dari itu, setelah 3 menit energi di otot akan kembali normal sehingga memungkinkan kita untuk mengukur tekanan darah kembali.

2. Apakah ada perbedaan tekanan darah pada 3 posisi di atas (percobaan A)? Mengapa demikian?

Jawab : Ada, karena pada saat berbaring tekanan darah akan rendah (ketegangan fisik dan psikis menurun dan dalam fase istirahat), keadaan istirahat mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan saat berdiri tekanan darah akan meningkat karena berdiri membutuhkan energi yang lebih banyak dari berbaring dan juga pada saat berdiri dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang memperlancar aliran darah sehingga semakin banyak denyut yang dihasilkan. Sedangkan pada posisi duduk tubuh kita dalam posisi diantara berdiri dan berbaring maka angka tekanan darahnya akan berkisar diantara posisi berbaring dan berdiri.

3. Apakah pengukuran tekanan darah secara palpasi dapat menentukan nilai Korotkoff dan tekanan diastolik? Mengapa demikian?

Jawab : Cara palpasi hanya dapat menentukan tekanan diastol. Palpasi dilakukan sebelum melakukan auskultasi (penggunaan stetoskop) karena dari pengukuran palpasi kita akan mendapatkan nilai standar patokan untuk mengukur tekanan darah dengan cara auskultasi.

(24)

Jawab : Karena tekanan sistolik yang terjadi disebabkan oleh kontraksi jantung yang memompa darah ke arteri radialis. Akibatnya tekanan darah meningkat dan membuat arteri radialis teraba saat sistolik

5. Bagaimana mekanisme perubahan tekanan darah karena aktivitas otot rangka?

Jawab : Saat berbaring (istirahat) tekanan darah rendah, ketika duduk, tubuh memerlukan energi sehingga jantung berdenyut lebih kencang untuk memompa darah dengan cara menaikkan tekanan darah agar suplai oksigen terpenuhi untuk otot rangka yang berkontraksi pada posisi duduk.

Hal ini sama teorinya saat berdiri dan berdiri memerlukan energi yang lebih besar dari duduk. Maka dari itu tekanan darah pada posisi berdiri menjadi tinggi dan lebih tinggi dari pada posisi duduk sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Berat badan yang besar akan membuat beban pada otot jantung saat berkontraksi me- mompa darah menuju atau dari jantung (Ganong, 2008).Para ahli fisiologi telah

Mioglobin telah menarik perhatian sebagai marker awal pada MI. Mioglobin adalah protein heme yang ditemukan pada otot rangka dan jantung. Berat molekulnya yang

Saat melakukan aktivitas tubuh memerlukan lebih banyak oksigen sehingga frekuensi pernafasan akan naik, pada saat yang bersamaan jantung memompa lebih banyak darah yang

senyawa bioaktif juga menurunkan curah jantung yang menempel pada reseptor β1 yaitu berfungsi dalam menurunkan tekanan perifer pada jantung sehingga otot-otot pada jantung

Jika tekanan darah terlalu tinggi dalam waktu yang lama, maka dapat merusak pembuluh darah dan organ tubuh yang vital seperti jantung, ginjal, dan otak.. Hal ini dapat

Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah teregang.. Selama diastole arteri masih tetap

Komplikasi Hipertensi yang terjadi pada seseorang dalam kurun waktu yang lama akan menimbulkan komplikasi pada berbagai organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri,

Pathway Inovasi Terapi Inhalasi Aromaterapi Jahe Usia, jenis kelamin, stress, Curah jantung menurun Vasokontriksi kuramg aktivitas, faktor genetic, konsumsi garam, obseitas