• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPK Orthopaedi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPK Orthopaedi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN PELAYANAN KEDOKTERAN

PANDUAN PELAYANAN KEDOKTERAN

BEDAH ORTHOPAEDI

BEDAH ORTHOPAEDI

DAFTAR

DAFTAR ISI

ISI ::

1.

1.

... 2

... 2

2.

2.

……….

……….

8

8

3.

3.

……….

……….

11

11

4.

4.

………..

………..

15

15

5.

5.

... 23

... 23

6.

6.

... 31

... 31

7.

7. ...

...

...

...

...

...

. ...

...

...

..

36

36

(2)

2 2

REDUKSI

REDUKSI TERTUTUP

TERTUTUP DENGAN P

DENGAN PEMASANGAN

EMASANGAN GIPS

GIPS

PADA FRAKTUR TIBIA ANAK (79.16)

PADA FRAKTUR TIBIA ANAK (79.16)

DEFINISI : DEFINISI :

Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan reduksi

Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan reduksi  pada  pada fraktur fraktur tibia tibia secarasecara tertutup dilanjutkan dengan pemasangan gips

tertutup dilanjutkan dengan pemasangan gips

INDIKASI : INDIKASI :

1.

1. Fraktur komplit dan displaced dari tibiaFraktur komplit dan displaced dari tibia 2.

2. Usia anakUsia anak

PERSIAPAN : PERSIAPAN :

1.

1. Patah tulang terbuka derajad 3Patah tulang terbuka derajad 3 2.

2. Evaluasi prosedur pembiusanEvaluasi prosedur pembiusan 3.

3. Persiapan alat – alat berupa gips, sofban, stockinetPersiapan alat – alat berupa gips, sofban, stockinet 4. 4. 1 asisten1 asisten PROSEDUR TINDAKAN PROSEDUR TINDAKAN 1. 1. Sign inSign in 2.

2. Pasien terlentang di meja operasiPasien terlentang di meja operasi 3.

3. Time outTime out 4.

4. Dilakukan pembiusan (GA)Dilakukan pembiusan (GA) 5.

5. Pasien diposisikan Pasien diposisikan tungkai bawah menggantungtungkai bawah menggantung 6.

6. Dilakukan reduksi tertutup dengan traDilakukan reduksi tertutup dengan traksi longitudinalksi longitudinal 7.

7. Malakukan pemasangan stockinet, sofban dan pemasangan gips sirkuler dimulaiMalakukan pemasangan stockinet, sofban dan pemasangan gips sirkuler dimulai dari pedis sampai di atas sendi lutut, posisi planty grade dan sendi lutut semi fleksi dari pedis sampai di atas sendi lutut, posisi planty grade dan sendi lutut semi fleksi (pemakaian C-arm jika diperlukan)

(pemakaian C-arm jika diperlukan) 8.

8. Pertahankan posisi dengan gips kerasPertahankan posisi dengan gips keras 9.

9. Pasien dibangunkanPasien dibangunkan

PASCA PROSEDUR TINDAKAN : PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

1.

(3)

REDUKSI

REDUKSI TERTUTUP

TERTUTUP DENGAN P

DENGAN PEMASANGAN

EMASANGAN GIPS

GIPS

PADA FRAKTUR TIBIA ANAK (79.16)

PADA FRAKTUR TIBIA ANAK (79.16)

DEFINISI : DEFINISI :

Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan reduksi

Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan reduksi  pada  pada fraktur fraktur tibia tibia secarasecara tertutup dilanjutkan dengan pemasangan gips

tertutup dilanjutkan dengan pemasangan gips

INDIKASI : INDIKASI :

1.

1. Fraktur komplit dan displaced dari tibiaFraktur komplit dan displaced dari tibia 2.

2. Usia anakUsia anak

PERSIAPAN : PERSIAPAN :

1.

1. Patah tulang terbuka derajad 3Patah tulang terbuka derajad 3 2.

2. Evaluasi prosedur pembiusanEvaluasi prosedur pembiusan 3.

3. Persiapan alat – alat berupa gips, sofban, stockinetPersiapan alat – alat berupa gips, sofban, stockinet 4. 4. 1 asisten1 asisten PROSEDUR TINDAKAN PROSEDUR TINDAKAN 1. 1. Sign inSign in 2.

2. Pasien terlentang di meja operasiPasien terlentang di meja operasi 3.

3. Time outTime out 4.

4. Dilakukan pembiusan (GA)Dilakukan pembiusan (GA) 5.

5. Pasien diposisikan Pasien diposisikan tungkai bawah menggantungtungkai bawah menggantung 6.

6. Dilakukan reduksi tertutup dengan traDilakukan reduksi tertutup dengan traksi longitudinalksi longitudinal 7.

7. Malakukan pemasangan stockinet, sofban dan pemasangan gips sirkuler dimulaiMalakukan pemasangan stockinet, sofban dan pemasangan gips sirkuler dimulai dari pedis sampai di atas sendi lutut, posisi planty grade dan sendi lutut semi fleksi dari pedis sampai di atas sendi lutut, posisi planty grade dan sendi lutut semi fleksi (pemakaian C-arm jika diperlukan)

(pemakaian C-arm jika diperlukan) 8.

8. Pertahankan posisi dengan gips kerasPertahankan posisi dengan gips keras 9.

9. Pasien dibangunkanPasien dibangunkan

PASCA PROSEDUR TINDAKAN : PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

1.

(4)

3 3 2.

2. Observasi pasca pembiusanObservasi pasca pembiusan 3.

3. Perawatan selama 1 hariPerawatan selama 1 hari 4.

4. Observasi ateri dan nervus distal, serta tanda – tanda sindroma kompartemenObservasi ateri dan nervus distal, serta tanda – tanda sindroma kompartemen 5.

5. Edukasi mengenai komplikasi pemasangan gipsEdukasi mengenai komplikasi pemasangan gips

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN : INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

80 % tindakan selesai dalam waktu 20 menit 80 % tindakan selesai dalam waktu 20 menit 80% dirawat 1 hari

80% dirawat 1 hari

KEPUSTAKAAN : KEPUSTAKAAN :

1.

1. Bucholz, et al. 2006 rockwood & green’s Fractures in Children, 6th edision,Bucholz, et al. 2006 rockwood & green’s Fractures in Children, 6th edision, Lippincott Williams & Wilkins

(5)

REDUKSI TERTUTUP

REDUKSI TERTUTUP

DENGAN SPICA CAST PADA FEMUR (79.15)

DENGAN SPICA CAST PADA FEMUR (79.15)

DEFINISI : DEFINISI :

Memfiksasi posisi fraktur setelah dilakukan traksi dan memasang spica cost Memfiksasi posisi fraktur setelah dilakukan traksi dan memasang spica cost

INDIKASI : INDIKASI :

1.

1. Fraktur komplit dan displaced dari femur setelah di traksiFraktur komplit dan displaced dari femur setelah di traksi 2.

2. Usia anak – anakUsia anak – anak

KONTRA INDIKASI KONTRA INDIKASI

Fraktur site belum sticky (belum terbentuk soft calus) Fraktur site belum sticky (belum terbentuk soft calus)

PERSIAPAN : PERSIAPAN :

1.

1. Puasa 4-6 jamPuasa 4-6 jam 2.

2. Evaluasi prosedur pembiusanEvaluasi prosedur pembiusan 3.

3. Persiapan alat – alat berupa gips, softban dan stockinetPersiapan alat – alat berupa gips, softban dan stockinet 4. 4. 2 asisten2 asisten PROSEDUR TINDAKAN PROSEDUR TINDAKAN 1. 1. Sign inSign in 2.

2. Pasien terlentang di meja operasiPasien terlentang di meja operasi 3.

3. Time outTime out 4.

4. Dilakukan pembiusan (GA)Dilakukan pembiusan (GA) 5.

5. Melakukan pemeriksaan fraktur site, stabil atau non stabilMelakukan pemeriksaan fraktur site, stabil atau non stabil 6.

6. Jika stabil (sticky) dilakukan posisi fleksi hip dan sendi lutut pada posisi 90° sertaJika stabil (sticky) dilakukan posisi fleksi hip dan sendi lutut pada posisi 90° serta abduksi hip

abduksi hip 7.

7. Dilakukan pemasangan stokinet, softban dan gips secara sirkuler dimulai dariDilakukan pemasangan stokinet, softban dan gips secara sirkuler dimulai dari  proksimal ankle (ankle bebas) sampai hip

 proksimal ankle (ankle bebas) sampai hip 8.

8. Dipertahankan posisi gips sampai Dipertahankan posisi gips sampai dengan gips keringdengan gips kering 9.

(6)

5 PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

1. Sign out

2. Observasi pasca pembiusan 3. Perawatan selama 1 hari

4. Observasi ateri dan nervus distal, serta tanda sindroma kompartemen 5. Edukasi mengenai komplikasi dan perawatn selama terpasang spica cost

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

80 % tindakan selesai dalam waktu 20 menit 80 % dirawat 1 hari post pemasangan spica cast

KEPUSTAKAAN :

Bucholz, et al. 2006. Rackwood & Green’s Fractures in children, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins

(7)

REDUKSI TERTUTUP DENGAN CAST

PADA RADIUS ANAK (79.12)

DEFINISI :

Melakukan reduksi tertutup fraktur radius dan dilakukan pemasangan cast

INDIKASI :

1. Fraktur komplit atau inkomplit dari radius 2. Usia anak – anak

PERSIAPAN :

1. Puasa 4-6 jam

2. Evalusi prosedur pembiusan

3. Persiapan alat – alat berupa gips, sofban dan stockinet 4. 2 asisten

PROSEDUR TINDAKAN 1. Sign

2. Pasien terlentang di meja operasi 3. Time-out

4. Dilakukan pembiusan (GA)

5. Melakukan pemeriksaan fraktur site (bisa dengan bantuan C-arm)

6. Dilakukan pemasangan stockinet,sofban dan gips secara sirkuler dimulai dari metacarpal sampai dengan 1/3 tengah tungkai atas

7. Dipertahankan posisi gips sampai dengan gips kering 8. Pasien dibangunkan

PASCA PROSEDUR TINDAKAN : 1. Sign out

2. Observasi pasca pembiusan 3. Perawatan selama 1 hari

(8)

7 5. Edukasi mengenai komplikasi dan perawatn selama terpasang cast

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

80 % tindakan selesai dalam waktu 20 menit 80 % dirawat 1 hari post pemasangan spica cast

KEPUSTAKAAN :

Bucholz, et al. 2006. Rackwood & Green’s Fractures in children, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins

(9)

DEBRIDEMENT (86.22)

DEFINISI :

Suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengeliminasi abses  pada sendi mencegah kerusakan sendi

INDIKASI :

1. Septic arthritis 2. Coxitis

KONTRA INDIKASI

PERSIAPAN :

1. Bila hasil aspirasi cairan sendi tidak terbukti purulent dan tidak ditemukan adanya  pertumbuhan kuman

PROSEDUR TINDAKAN 1. Sign in

2. Pasien terlentang di meja operasi 3. Time – out

4. Dilakukan pembiusan (GA)

5. Dilakukan pengambilan sample kultir pus dan sensitivity test

6. Dilakukan evakuasi cairan sendi dan jaringan nekrotik serta pencucian berulang – ulang dengan cairan isotonik

7. Dilakukan pengambilan jaringa synovial sendi dan evaluasi permukaan sendi 8. Dilakukan pemasangan selang drain untuk evakuasi dan irigasi sendi

9. Dilakukan penjahitan luka operasi 10. Operasi selesai

PASCA PROSEDUR TINDAKAN : 1. Sign out

(10)

9 3. Perawatan selama minimal 2-3 minggu serta pemberian AB sesuai kultur

4. Observasi ateri dan nervus distal, serta adanya keadaan umum dan adanya tanda – tanda septicemia

5. Edukasi mengenai komplikasi dan perawatan selama perawatan diruangan

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

Perbaikan l;inis dimana demam menurun serta nyeri berkurang

Pasien dipulangkan bila keadaan membaik dan dapat mengkonsumsi obat oral

KEPUSTAKAAN :

1. Vernan T Toto, Master tehnique in orthopaedic surgery pediatric, Lippincott Willian & wilkins

(11)

PEMASANGAN ALAT

DAN

BAHAN MUSKULOSKELETAL YANG LAIN (84.5)

DEFINISI :

Pemasangan pavlik harness orthosis pada pasien anak dengan DDH (0-6 bulan) INDIKASI :

1. Pada pasien anak DDH dengan usia < 6 bulan

2. Mencegah ekstensi dan adduksi sendi panggul yang dapat menyebabkan redislokasi

KONTRA INDIKASI :

1. Pada pasien anak DDH dengan usia > 6 bulan 2. Pada pasien dengan tetrologi

PERSIAPAN :

1. Dilakukan foto kontrol x-ray pelvis

2. Dilakukan pengukuran alat untuk pemasangan pavlik harness

3. Konsul pasien ke bagian rehabilitasi medik untuk pembuatan alat pavlik harness

PROSEDUR TINDAKAN

1. Pasien tidur posisi supine

2. Pasien diposisikan artholani positif

3. Dilakukan pemasangan pavlik harness orthosis

4. Dilakukan evaluasi kesesuaian orthosis dengan pasien

PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

1. Edukasi mengenai perawatan orthosis tersebut dan komplikasi dari pemasangan orthosis

(12)

11 INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

Pasien anak – anak yang mengalami DDH dengan umur 0-6 bulan

KEPUSTAKAAN :

1. Beaty, James H; Kasser, James R, Rockwood & Wilkins ”Fractures in Children, 6th Edition, 2006

2. Marissy, Raymond T: Weinstein, Shart L, Lovell & Winter’s pediatrics orthopaedis 6th edition 2006

3. Canale Terry S, Beaty, James H, Compbell’s Operative Orthopaedics 11th edition 2008

4. Miller, Mark D. Review of orthopaedics 5th edition 2008

5. Salomon, Luis; warwick, David Nayagam, Selvadurai, Appley’s system of Orthopaedics and Fractures 9th edition

(13)

FRAKTUR TERTUTUP DIAFISIS RADIUS

PADA ANAK (S52.4)

DEFINISI :

Patah tulang diafisis radius tertutup

INDIKASI :

1.  Nyeri pada daerah lengan bawah 2. Riwayat trauma 3. Gangguan fungsi PEMERIKSAAN FISIK : 1. Pembengkaan 2. Deformitas angulasi 3.  Nyeri tekan

4. Gangguan ruang lingkup sendi (ROM)

KRITERIA DIAGNOSIS : 1. Riwayat trauma

2. Deformitas disertai pembengkakan dan nyeri tekan 3. Gambaran radiologis

DIAGNOSIS KERJA

Fraktur tertutup diafiasis radius ulna (S52.4)

DIAGNOSIS BANDING

1. Strain injury pada lengan bawah

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto polos antebracii proyeksi AP dan lateral

Gambaran garis patah inkomplit / komplit, transverse, extraarticular , pada diafiasis, angulasi, pembengkakan pada jaringan lunak

(14)

13

TERAPI

1. Splint

2. Closed reduction + cast (dengan bantuan C-arm)

3. Pemberian antinyeri oral : Paracetamol 10mg/kgBB 3 -6x per hari EDUKASI

1. Prosedur tindakan dan rencana perawatan 2. Penyulit

3. Komplikasi yang dapat terjadi

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad sanationam : bonam Ad fungsionam : bonam INDIKATOR MEDIS

80 % Pasien dirawat dalam waktu 4 – 5 hari 80 % Pasien sembuh dalam waktu 4 – 6 minggu

KEPUSTAKAAN

Bucholz, et al. 2006. Rackwood & Green’s Fractures in children, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins

(15)

FRAKTUR HUMERUS 1/3 TENGAH (S 42.3)

DEFINISI

Patah tulang tertutup pada bagian diafisis dari humerus ANAMNESIS

1. Nyeri pada bagian tengah dari lengan atas

2. Riwayat trauma (jatuh saat bermain dengan lengan posisi ekstensi), menahan  benturan dengan menangkis

3. Bengkak dan kaku saat menggerakkan lengan atas, siku

4. Keluhan kesemutan dan kelemahan pada jari – jari tangan ataupun pergelangan tangan

5. Riwayat child abuse

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pembengkakan, hematom

2. Ada tidaknya riwayat trauma di tempat lain (child abuse) 3. Deformitas angulasi

4. Nyeri pada lengan atas

5. Gangguan pada ruang lingkup sendi

6. Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuuh darah ataupun nervus  pada daerah sekitar fraktur

KRITERIA DIAGNOSIS

1. Riwayat trauma (jatuh dengan siku posisi ekstensi)

2. Tampak deformitas, hematom, pembengkakan pada lengan atas 3. Terdapat gambaran fraktur pada pemeriksaan radiologi

DIAGNOSIS KERJA

(16)

15 DIAGNOSIS BANDING

1. Fraktur proksimal humerus 2. Fraktur humerus segmental

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto polos X-ray humerus AP/lateral/oblique tampak garis fraktur bs dalam  berbagai macam varian (inkomplit, komplit, kominutif, transverse, oblik).

Orthogonal view untuk melihat keterlibatan dari bahu dan siku

TERAPI

1. Imobilisasi dan dilakukan sling dan swathe atau collar & cuff

2. Reposisi terbuka bila didapatkan keterlibatan neurvaskular post reduksi tertututp, disertai floating elbow, pasien dengan multiple trauma, cedera bahu

3. Pemberian anti nyeri per oral dengan paracetamol 10 mg/kgbb/hari atau dengan ibuprofen 5 mg/kgbb/hari

EDUKASI

1. Prosedur tindakan dan perawatan gips tergantung 2. Komplikasi compartement syndrom

3. Penyulit pada saat pemasangan gips 4. Evakuasi dr keterlibatan neurovaskuler

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam Ad sanationam : bonam Ad fungsionam : bonam

INDIKATOR KRITIS

80% fraktur tertutup humerus 1/3 tgh tidak memerlukan rawat inap

KEPUSTAKAAN

1. Beaty, James H; Kasser, James R, Rockwood & Wilkins ”Fractures in Children, 6th Edition, 2006

(17)

2. Marissy, Raymond T: Weinstein, Shart L, Lovell & Winter’s pediatrics orthopaedis 6th edition 2006

3. Canale Terry S, Beaty, James H, Compbell’s Operative Orthopaedics 11th edition 2008

4. Miller, Mark D. Review of orthopaedics 5th edition 2008

5. Salomon, Luis; warwick, David Nayagam, Selvadurai, Appley’s system of Orthopaedics and Fractures 9th edition

(18)

17

FRAKTUR TERTUTUP

SUPRACONDYLER HUMERUS (S.42.4)

DEFINISI

Patah tulang tertutup pada bagian distal humerus diatas epicondylus (sering pada anak  – anak)

ANAMNESIS

1.  Nyeri pada 1/3 bawah lengan atas

2. Riwayat trauma (jatuh saat bermain dengan siku pada posisi full extensi) 3. Bengkak dan kaku saat menggerakkan siku

4. Keluhan kesemutan dan kelemahan pada jari – jari tangan ataupun pergelangan tangan

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pembengkakakan, hematom

2. Deformitas angulasi (berbentuk S)

3. Pucker sign (defek pada kulit dimana fragmen distal menarik kulit ke arah dalam) 4. Gangguan pada ruang lingkup sendi

5. Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuluh darah ataupun nervus  pada daerah sekitar fraktur

KRITERIA DIAGNOSIS

1. Riwayat trauma (jatuh dengan siku posisi ekstensi)

2. Dari pemeriksaan klinis : bengkak, deformitas angulasi pucker sign, hematom, nyeri tekan, gangguan neurovaskuler pada jari – jari tangan atau pergelangan tangan

3. Terdapat gambaran fraktur pada pemeriksaan radiologi

DIAGNOSIS KERJA

(19)

DIAGNOSIS BANDING 1. Fraktur olecranon

2. Fraktur humerus 1/3 tgh

3. Fraktur humerus intraartikular

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Arthrogram (untuk mendeteksi perluasan dari cedera pada siku) 2. MRI/USG membantu evaluasi cedera dari unosified epifisis

3. Foto polos X-Ray humerus AP/lateral/oblique tampak garis fraktur bisa dalam  berbagai macam varian (inkomplit, komplit, kominutif, transverse, oblik) bisa diserta rotasi ataupun angulasi dari distal humerus, disertai pembengkakan dari  jaringan lunak di bagian anterior atau posterior

TERAPI

1. Imobilisasi sederhana dengan posterior splint (untuk sementara) dengan siku fleksi 60-90 0dan dilakukan supprot dengan collar and cuff

2. Reposisi tertutup dengan pembiusan dan dilakukan pemasangan perkutaneus  pinning (cross pinning atau lateral pin fiksasi, intramedullary pin fiksasi) serta

splint dan dilakukan pemasangan collar and cuff (bila diperlukan bisa dibantu dengan C-arm)

3. Reposisi terbuka dengan pembiusan umum dan dilakukan k-wire insertion 4. Traksi dan insersi wing nut

5. Bila terdapat neurovascular involvement dapat dilakukan explorasi

6. Pemberian anti nyeri per oral dengan paracetamol 10 mg/ kg bb/hari atau dengan ibuprofen 5 mg/ kg bb/ hari

EDUKASI

1. Prosedur tindakan dan perawatan gips dan collar and cuff  2. Komplikasi compartement syndrom

3. Penyulit pada saat pemasangan gips 4. Evaluasi dari keterlibatan neurovaskular 

(20)

19 PROGNOSIS 1. Ad vitam : bonam 2. Ad sanationam : bonam 3. Ad fungsionam : bonam INDIKATOR KRITIS

1. 80% fraktur tertutup supracondyler tipe 1 tidak memerlukan rawat inap 2. 70% fraktur tertutup supracondyler tipe 2 dan memerlukan rawat inap

KEPUSTAKAAN

1. Beaty, James H; Kasser, James R, Rockwood & Wilkins ”Fractures in Children, 6th Edition, 2006

2. Marissy, Raymond T: Weinstein, Shart L, Lovell & Winter’s pediatrics orthopaedis 6th edition 2006

3. Canale Terry S, Beaty, James H, Compbell’s Operative Orthopaedics 11th edition 2008

4. Miller, Mark D. Review of orthopaedics 5th edition 2008

5. Salomon, Luis; warwick, David Nayagam, Selvadurai, Appley’s system of Orthopaedics and Fractures 9th edition

(21)

CLOSED REDUCTION + PERKUTANUES PINNING

+ CAST DENGAN C-ARM

DEFINISI

Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan insersi K-wire percutaneus serta melakukan imobilisasi

INDIKASI :

1. Fraktur pada supracondyler humerus Gartland 2

KONTRA INDIKASI :

1. Patah tulang dengan luka yang besar dan membutuhkan perawatan berkala 2. Patah tulang dengan indikasi ORIF

3. Patah tulang dengan kecurigaan sindroma kompartemen

PERSIAPAN : 1. KIE pasien 2. Site marking

3. Persiapan alat-alat berupa stockinette, gips 10 cm, softbann 10 cm, arm sling, K-wire 4. Air

5. 2 orang asisten

PROSEDUR TINDAKAN : 1. Sign in

2. Pasien tidur di bed tindakan

3. Dilakukan desinfeksi dan demarkasi pada lapangan operasi 4. Dilakukan reposisi tertutup bisa dengan bantuan C-arm 5. Dilakukan perkutaneus pinning dengan C-arm

6. Cek stabilitas sendi siku

7. Dilakukan perawatan luka dan pemasangan gips dengan flesi sendi siku 60-900 8. Menunggu gips mengering sambil tetap mempertahankan posisi yang diinginkan 9. Membersihkan kembali sisa gips pada kulit pasien

(22)

21

11. Pasien dibangunkan

PASCA PROSEDUR TINDAKAN : 1. Sign out

2. Observasi pasca pembiusan

3. Edukasi mengenai komplikasi pemasangan gips dan perkutaneus pinning 4. Edukasi perawatan luka di ruangan

5. Pemberian analgetik dan antibiotik

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

1. 80% tindakan reposisi tertutup dengan perkutaneus pinning dan pemasangan cast membutuhkan rawat inap disertai observasi perawatan luka

KEPUSTAKAAN :

1. Beaty, James H.; Kasser, James R. Rockwood & Wilkins’ Fractures in Children, 6th Edition, 2006

2. Morrisy, Raymond T; Weinstein, Stuart L, Lovell & Winter’s Pediatric Orthopaedics 6th edition. 2006

3. Canale, Tery S; Beaty, James H. Campbell’s Operative Orthopaedics 11th edition. 2008

(23)

REDUKSI TERTUTUP TANPA DISERTAI

INTERNAL FIKSASI (79.01)

DEFINISI

Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan pemasangan splint dengan posisi fleksi sendi siku 60-900 dan pemasangan splint tambahan yang dikaitkan ke leher dan  pergelangan tangan

INDIKASI :

1. Fraktur pada supracondyler humerus Gartland 1

KONTRA INDIKASI :

1. Patah tulang dengan luka yang besar dan membutuhkan perawatan berkala 2. Patah tulang dengan indikasi ORIF

3. Patah tulang dengan kecurigaan sindroma komparteme n

PERSIAPAN :

1. KIE pasien 2. Site marking

3. Persiapan alat-alat berupa stockinette, gips 10 cm, softbann 10 cm, arm sling, K-wire

4. Air

5. 2 orang asisten

PROSEDUR TINDAKAN :

1. Sign in

2. Pasien tidur di bed tindakan

3. Dilakukan desinfeksi dan demarkasi pada lapangan operasi 4. Dilakukan reposisi tertutup bisa dengan bantuan C-arm 5. Dilakukan perkutaneus pinning dengan C-arm

6. Cek stabilitas sendi siku

7. Dilakukan perawatan luka dan pemasangan gips dengan flesi sendi siku 60-900 8. Menunggu gips mengering sambil tetap mempertahankan posisi yang diinginkan

(24)

23 9. Membersihkan kembali sisa gips pada kulit pasien

10. Pemasangan arm sling 11. Pasien dibangunkan

PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

1. Sign out

2. Observasi pasca pembiusan

3. Edukasi mengenai komplikasi pemasangan gips dan perkutaneus pinning 4. Edukasi perawatan luka di ruangan

5. Pemberian analgetik dan antibiotik

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

1. 80% tindakan reposisi tertutup dengan perkutaneus pinning dan pemasangan cast membutuhkan rawat inap disertai observasi perawatan luka

KEPUSTAKAAN :

1. Beaty, James H.; Kasser, James R. Rockwood & Wilkins’ Fractures in Children, 6th Edition, 2006

2. Morrisy, Raymond T; Weinstein, Stuart L, Lovell & Winter’s Pediatric Orthopaedics 6th edition. 2006

3. Canale, Tery S; Beaty, James H. Campbell’s Operative Orthopaedics 11th edition. 2008

(25)

REDUKSI TERBUKA

DISERTAI INTERNAL FIKSASI (79.3)

DEFINISI :

Mengembalikan posisi fraktur dengan operasi terbuka dan disertai pemasangan fleksible nail

INDIKASI :

1. Fraktur pada diafisis humerus pada semua umur 2. Fraktur terbuka pada humerus

3. Fraktur humerus disertai keterlibatan struktur neurovaskuler

KONTRA INDIKASI :

1. Patah tulang tertutup dan sederhana

PERSIAPAN :

1. KIE pasien 2. Site marking

3. Persiapan alat-alat : fleksible nail 4. Antibiotik profilaksis

PROSEDUR TINDAKAN :

1. Sign in

2. Pasien tidur di bed tindakan 3. Dilakukan insisi lapis demi lapis

4. Diidentifikasi fraktur site pada os humerus 5. Dilakukan insersi flexible nail dengan boor 6. Cek dengan c-arm (bila perlu)

7. Cek stabilitas

8. Jahit luka lapis demi lapis 9. Rawat luka dengan tulle 10. Pasien dibangunkan

(26)

25

PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

1. Sign out

2. Observasi luka pasca operasi

3. Edukasi mengenai komplikasi operasi humerus 4. Edukasi kontrol perawatan luka

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

1. 80% tindakan ORIF memerlukan rawat inap

KEPUSTAKAAN :

1. Beaty, James H.; Kasser, James R. Rockwood& Wilkins’ Fractures in Children, 6th Edition,2006

2. www.Orthobullets.com/pediatrics/4005/humerus-shaft-fracture--pediatric

3. Canale,Terry S; Beaty, James H. Campbell’s Operative Orthopaedics 11 th edition. 2008

(27)

REPOSISI TERTUTUP

TANPA INTERNAL FIKSASI (79.32)

DEFINISI :

Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan pemasangan splint dan dilakukan  pemasangan sling melingkar di leher

INDIKASI :

1. Fraktur pada diafisis humerus pada semua umur

2. Fraktur diafisis humerus tanpa disertai keterlibatan intraartikular pada anak semua umur

KONTRA INDIKASI :

1. Patah tulang dengan luka yang besar dan membutuhkan perawatan berkala 2. Patah tulang dengan indikasi ORIF

3. Patah tulang dengan kecurigaan sindroma komparteme n

PERSIAPAN :

1. KIE pasien 2. Site marking

3. Persiapan alat-alat berupa stockinette, elastic bandage 10cm, gips 10cm, softbann 10cm

4. Air

5. 2 orang asisten

PROSEDUR TINDAKAN : 1. Sign in

2. Pasien tidur di bed tindakan 3. Dilakukan reposisi

4. Asisten menahan posisi yang diinginkan, operator melakukan pemasangan  backslab

(28)

27 6. Pemasangan collar dan cuff ke leher

7. Pasien dibangunkan

PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

1. Sign out

2. Observasi pasca pemasangan backslab

3. Edukasi mengenai komplikasi pemasangan backslab dan perawatan backslab 4. Edukasi durasi backslab dipakai

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN :

80% tindakan pemasangan backslab dan collar and cuff selesai dalam waktu 30 menit dan tidak memerlukan rawat inap

KEPUSTAKAAN :

1. Beaty, James H.;Kasser, James R. Rockwood & Wilkins’ Fractures in Children, 6th Edition, 2006

2. www.Orthobullets.com/pediatrics/4005/humerus-shaft-fracture--pediatric

3. Canale,Terry S; Beaty, James H. Campbell’s Operative Orthopaedics 11 th edition. 2008

(29)

CTEV (Q 66.0)

DEFINISI

Suatu sindrom congenital dari clubfoot yang terdiri dari: adduksi kaki depan, supinasi dari sendi midtarsal, heel varus pada sendi subtalar, equines pada sendi engkel dan medial deviasi dari seluruh kaki terhadap lutut

ANAMNESIS

1. Nyeri akut pada daerah paha sisi yang terkena. 2. Riwayat trauma

3. Gangguan fungsi/gerak

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pembengkakan pada daerah paha.

2. Deformitas angulasi dan perbedaan panjang tungkai 3. Nyeri tekan

4. Gangguan ruang lingkup sendi (ROM)

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Riwayat trauma

2. Deformitas disertai pembengkakan, nyeri dan ketidakmempuan untuk berjalan. 3. Gambaran radiologis

DIAGNOSIS KERJA

Fraktur tertutup diafisis femur (S72.30)

DIAGNOSIS BANDING

1. Fraktur subtrochanter femur 2. Fraktur intercondyler femur

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto polos pelvis proyeksi AP, Femur AP/Laternal: Gambaran garis patah komplit  pada diafisis femur, simple/kominutif, angulasi, pembekakan pada jaringan lunak.

(30)

29 TERAPI

1. Skin traksi sementara

2. Pemberian antinyeri oral pada waktu skin traksi (fase akut): Paracetamol 10mg/kg  berat badan p.o.

3. Spica cast

EDUKASI

1. Prosedur tindakan konservatif 2. Penyulit pada traksi

3. Komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan cast 4. Rehabilitasi pasca pelepasan cast

PROGNOSIS

Ad vitam :bonam

Ad sanationam : dubia et bonam Ad fungsinam : dubia et bonam

INDIKATOR KRITIS

KEPUSTAKAAN

1. Bucholz, Robert W; Heckman, James D; Court-brown, Charles. Rockwood & Greens’ Fractures in Children, 6th Edition, 2006

(31)

DISLOKASI SENDI PANGGUL KONGENITAL (Q 65.0)

DEFINISI

Suatu kompleks kelainan termasuk displasia asetabular tanpa disertai displacement, subluksasi dan dislokasi

ANAMNESIS

1. Riwayat keluarga dengan DDH

2. Riwayat ANC dan riwayat persalinan (perempuan, anak pertama dan posisi sungsang)

3. Riwayat pembedongan paska persalinan

PEMERIKSAAN FISIK 1. Ortholani tes (+)

2. Barlow provocation tes (+)

3. Adanya lipatan kulit yang berlebih pada bagian dalam paha dan eksternal rotasi dari bagian bawah tubuh

4. ROM terbatas (abduksi pasif dari hip fleksi) 5. Elatisitas ligamen yang berlebih

6. Perbedaan panjang kaki

7. Pada anak usia lebih dr 2 tahun ditemukan gejala pincang, berjalan dengan jari2 kaki, gaya berjalan seperti bebek, tanpa galeazzi

KRITERIA DIAGNOSIS

1. USG dinamik dan morologik pada sendi panggul 2. X-ray pelvis AP/Latera

3. Riwayat keluarga dan persalinan

4. Pemeriksaan fisik : (ortholani tes dan barlow tes+) 5. Terdapat perbedaan panjang dari kaki

DIAGNOSIS KERJA

(32)

31 DIAGNOSIS BANDING

1. Hemihypertrofi kongenital

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG dinamik pada sendi panggul 2. X-ray pelvic AP/Lateral

3. MRI pelvic untuk evaluasi diagnosis DDH dan evaluasi DDH

TERAPI

1. Tergantung dari usia : usia 1-2 tahun dengan menggunakan orthosis pavlik harness selama 1-2 bulan,1-6 bulan menggunakan spica cast

EDUKASI

1. Edukasi mengenai gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang diderita pada  pasien

2. Edukasi mengenai jenis terapi dan car penggunaan orthosis

3. Edukasi mengenai jenis operasi yang dilakukan bila keadaan tidak membaik P

ROGNOSIS

Ad vitam :bonam

Ad sanationam :dubia ad bonam Ad fumgsionam :dubia ad bonam

KEPUSTAKAAN

1. Beaty, James H; Kasser, James R, Rockwood & Wilkins ”Fractures in Children, 6th Edition, 2006

2. Marissy, Raymond T: Weinstein, Shart L, Lovell & Winter’s pediatrics orthopaedis 6th edition 2006

3. Canale Terry S, Beaty, James H, Compbell’s Operative Orthopaedics 11th edition 2008

4. Miller, Mark D. Review of orthopaedics 5th edition 2008

5. Salomon, Luis; warwick, David Nayagam, Selvadurai, Appley’s system of Orthopaedics and Fractures 9th edition

(33)

FRAKTUR TERTUTUP DISTAL RADIUS (S 52.5)

DEFINISI

Patah tulang tertutup pada bagian distal radius pada anak

ANAMNESIS

1. Nyeri pada bagian pergelangan tangan

2. Riwayat trauma (jatuh saat bermain dengan tangan posisi dorsifleksi) 3. Bengkak dan kaku saat mengerakkan pergelangan tangan

4. Keluhan kesemutan dan kelemahan pada jari-jari tangan ataupun pergelangan tangan

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pembekakan ,hematom 2. Deformitas angulasi

3. Gangguan pada ruang lingkup sendi pergelangan, lengan bawah dan tangan

4. Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuluh darah ataupun nervus  pada daerah sekitar fraktur 

KRITERIA DIAGNOSIS

1. Riwayat trauma (jatuh dengan wrist posisi dorsifleksi)

2. Dari pemeriksaan klinis : bengkak, deformitas angulasi, pucker sign, hematom, nyeri tekan, gangguan neurovaskuler pada jari-jari tangan atau pergelangan tangan 3. Terdapat gambaran fraktur os radius pada pemeriksaan radiologi

DIAGNOSIS KERJA

FRAKTUR TERTUTUP DISTAL RADIUS (S 42.4)

DIAGNOSIS BANDING

1. Fraktur diafisis os radius 2. Fraktur os carpalia

(34)

33

3. Fraktur distal ulna

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto polos X-ray antebrachii AP/Lateral untuk mendiagnosis adanya fraktur distal radius disertai derajat dari Salter Harris

2. CT scan untuk mendiagnosis pola dr fraktur dan derajat dari intraartikular displacement

3. C-arm untuk reposisi tertutup

TERAPI

1. Imobilisasi dengan gips tanpa dilakukan reduksi

2. Reposisi tertutup dan imobilisasi dengan pembiusan umum 3. Reposisi tertutup disertai imobilisasi dengan pin

4. Reposisi terbuka dengan pin fiksasi

EDUKASI

1. Edukasi prosedur tindakan baik imobilisasi dengan gips maupun reposisi tertutup ataupun reposisi terbuka

2. Komplikasi compartement syndrom post pemasangan gips 3. Penyulit pada saat pemasangan gips

4. Evaluasi dr keterlibatan neurovaskular

PROGNOSIS

Ad vitam :bonam

Ad sanationam :bonam Ad fumgsionam :bonam

KEPUSTAKAAN

1. Beaty, James H; Kasser, James R, Rockwood & Wilkins ”Fractures in Children, 6th Edition, 2006

2. Marissy, Raymond T: Weinstein, Shart L, Lovell & Winter’s pediatrics orthopaedis 6th edition 2006

3. Canale Terry S, Beaty, James H, Compbell’s Operative Orthopaedics 11th edition 2008

(35)

5. Salomon, Luis; warwick, David Nayagam, Selvadurai, Appley’s system of Orthopaedics and Fractures 9th edition

(36)

35

FRAKTUR TERTUTUP DIAFISIS TIBIA

PADA ANAK (S82.2)

DEFINISI

Patah tulang diafisis tibia tertutup

ANAMNESIS

1. Nyeri pada daerah tungkai bawah 2. Riwayat trauma 3. Gangguan fungsi PEMERIKSAAN FISIK 1. Pembengkakan 2. Deformitas angulasi 3. Nyeri tekan

4. Gangguan ruang lingkup sendi (ROM)

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Riwayat trauma

2. Deformitas disertai pembengkakan dan nyeri tekan 3. Gambaran radiologis

DIAGNOSIS KERJA

FRAKTUR TERTUTUP DIAFISIS TIBIA (S82.2)

DIAGNOSIS BANDING 1. Fraktur tibial plateau 2. Fraktur diafisis fibula 3. Fraktur pylon

(37)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto polos cruris proyeksi AP dan lateral: Gambaran garis patah ikomplet/komplit, transverse,extraarticular, pada jaringan lunak

TERAPI

1. Splint

2. Closed reduction + cast

3. Pemberian antinyeri oral: Paracetamol 10mg/kgBB 3-6x per hari

EDUKASI

1. Prosdur tindakan dan rencana perwatan 2. Penyulit

3. Komplikasi yang dapat terjadi

PROGNOSIS Ad vitam :bonam Ad sanationam :bonam Ad fumgsionam :bonam INDIKATOR KRITIS KEPUSTAKAAN

Bucholz, et al. 2006. Rockwood & Green’s Fractures in Chidren, 6th Edition. Lippioncott Williams & Wilkins

(38)

37

FRAKTUR TERTUTUP DIAFISIS FEMUR

PADA ANAK (S72.30)

DEFINISI

Patah tulang paha yang terjadi pada diafisis, yaitu di antara 5cm distal dari trochanter minor sampai dengan 5cm proksimal dari tuberkel adduktor.

ANAMNESIS

1. Nyeri akut pada daerah paha sisi terkena. 2. Riwayat trauma

3. Gangguan fungsi/gerak

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pembengkakan pada daerah paha.

2. Deformitas angulasi dan perbedaan panjang tungkai 3. Nyeri tekan

4. Gangguan ruang lingkup sendi (ROM)

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Riwayat trauma

2. Deformitas disertai pembengkakan, nyeri dan ketidakmampuan untuk berjalan. 3. Gambaran radiologis

DIAGNOSIS KERJA

FRAKTUR TERTUTUP DIAFISIS FEMUR (S72.30)

DIAGNOSIS BANDING

1. Fraktur subtrochanter femur 2. Fraktur intercondyler

(39)

1. Foto polos pelvis proyeksi AP,Femur AP/ Laternal: Gambaran garis patah komplit  pada diafisis femur, simple/kominutif, angulasi, pembengkakan pada jaringan

lunak

TERAPI

1. Skin traksi sementara

2. Pemberian antinyeri oral pada waktu skin traksi (fase akut): Paracetamol 10mg/kg  berat badan p.o.

3. Spica cast

EDUKASI

1. Prosedur tindakan konservatif 2. Penyulit pada traksi

3. Komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan cast 4. Rehabilitasi pasca pelepasan cast

PROGNOSIS

Ad vitam :bonam

Ad sanationam :dubia et bonam Ad fumgsionam :dubia et bonam

KEPUSTAKAAN

1. Bucholz, robert W;Heckman, James D; Court- Brown, Charles. Rockwood & Greens’ Fractures in Children, 6th Edition,2006

(40)

39 DEFINISI ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR KRITIS KEPUSTAKAAN DEFINISI ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR KRITIS KEPUSTAKAAN DEFINISI ANAMNESIS

(41)

PEMERIKSAAN FISIK KRITERIA DIAGNOSIS DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI EDUKASI PROGNOSIS INDIKATOR KRITIS KEPUSTAKAAN DEFINISI : INDIKASI :

(42)

41 KONTRA INDIKASI :

PERSIAPAN :

PROSEDUR TINDAKAN

PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN : KEPUSTAKAAN : DEFINISI : INDIKASI : KONTRA INDIKASI : PERSIAPAN : PROSEDUR TINDAKAN

PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN : KEPUSTAKAAN : DEFINISI : INDIKASI : KONTRA INDIKASI : PERSIAPAN : PROSEDUR TINDAKAN

PASCA PROSEDUR TINDAKAN :

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN : KEPUSTAKAAN :

DEFINISI : INDIKASI :

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip umum dari perawatan fraktur mandibula tidak berbeda dengan fraktur pada bagian tubuh yang lain, dimana terdiri dari reposisi fragmen fraktur secara tertutup dan secara

Judul KTI : Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Pasca Operasi Fraktur Tibia Plateau Sinistra Dengan Pemasangan Plate and Screw di Rumah sakit PKU

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi

Hubungan Lama Waktu Operasi pada Fraktur Femur Tertutup Satu Sisi Yang dilakukan Fiksasi Interna dengan Penurunan Kadar Hemoglobin di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode

Judul KTI : Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Pasca Operasi Fraktur Tibia Plateau Sinistra Dengan Pemasangan Plate and Screw di Rumah sakit PKU

Hasil ini hamipir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kahlon et al (2004), yang mendapatan angka kejadian fraktur tertutup lebih banyak didapatkan pada tulang tibia,

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

Klasifikasi jaringan lunak yang paling umum pada fraktur tibia tertutup adalah klasifikasi Tscherne dan Gotzen 1984 yang menggambarkan empat jenis cedera jaringan lunak dengan jumlah