• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pilihan Karir

2.1.1 Pengertian Pilihan Karier

Karir seseorang bukan sekedar pekerjaan apa yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan atau jabatan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi-potensi diri dari orang-orang yang menjabatnya (Andersen, 2012). Kata pilihan mengandung makna menentukan sesuatu. Karier adalah istilah yang didefenisikan oleh kamus oxford inggris sebagai suatu lintasan atau perjalanan dalam kehidupan (atau bagian yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut Holland (1985) dalam Sukardi (1994) merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua dan orang dewasa yang dianggap memiliki peran yang penting. Faktor keturunan dan sejarah hidup membangun proses perkembangan atau orientasi modal pribadi membuat individu bereaksi terhadap tuntutan lingkungan.

Pada dasarnya pilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan kepribadian kedalam dunia kerja yang diikuti oleh pengidentifikasian terhadap stereotipe

(2)

12 okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi tentang suatu okupasi tentang penerimaan atau penolakannya merupakan faktor penentu utama dalam pilihan karier. Keselarasan antara pandangan seseorang tentang dirinya dengan okupasi yang disukainya membentuk “Modal Personal Style”.

Orientasi kesenangan pribadi (modal orientasi pribadi) merupakan proses perkembangan yang terbentuk melalui hereditas dan pengalaman individu dalam bereaksi terhadap tuntutan lingkungannya.

Individu memilih sebuah karier untuk memuaskan orientasi kesenangan pribadinya. Jika individu telah mengembangkan suatu orientasi yang dominan, maka akan lebih besar kemungkinannya dalam okupasi yang sesuai. Akan tetapi, jika individu belum dapat menetukan pilihan, maka kemungkinan untuk dapat memperoleh kepuasan itu, akan hilang. Pilihan karier yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan selanjutnya. Perkembangan karier seorang dewasa masih harus membuat pilihan-pilihan diantara kemungkinan untuk meningkatkan kariernya dan memperoleh kepuasan pribadi yang mendalam.

Adanya pencarian karier menciptakan homogenitas okupasi. Homogenitas okupasi merupakan

(3)

13 jalan terbaik menuju pemenuhan diri dan pola karier yang konsisten. Individu yang mempunyai peran dan tujuan okupasional yang bertentangan dengan lingkungan akan mempunyai pola karier yang tidak konsisten dan divergen. Holland menekankan pentingnya “self-knowledge” dalam upaya mencari kepuasan dan stabilitas vocational. Holland (1985) memandang pilihan karier sebagai ekspresi atau ekstensi kepribadian dalam dunia pekerjaan, yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap stereotype

okupasional tertentu. Holland (1985) memandang modal orientasi diri sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu.

2.1.2 Proses Pilihan Karier

Secara singkat proses pilihan karier menurut Holland (1985) dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) orang secara langsung mengorientasikan dirinya kepada kelompok besar klasifikasi karier, selama perkembangannya individu melakukan seleksi atau penjajakan karier-karier tersebut dengan berbagai kecenderungan terhadap klasifikasi jabatan tertentu sebagai puncak dari pilihannya, (b) pilihan dari sekelompok karier-karier dimana individu akan mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau jabatan dan merupakan fungsi dari penilaian diri dan kemampuannya (Kompetensinya) untuk memebuat

(4)

14 pilihan yang memadai dengan lingkungan pekerjaannya, (c) lebih lanjut dikatakan dalam proses pilihan karier atau pekerjaan disertai dengan sejumlah faktor-faktor internal individu, meliputi pengetahuan tentang diri (Self-knowledge), evaluasi diri (

Self-evaluation), dan pengetahuan tentang jenis pekerjaan

dalam hal, arah dan luasnya lingkungan pekerjaan serta perbedaan antara dua dalam lingkungan pekerjaan, tingkat hierarki perkembangan dan sejumlah faktor-faktor lingkungan meliputi luasnya potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari keluarga dan teman-teman, pembatasan-pembatasan yang berasal dari sumber sosial-ekonomi dan lingkungan fisik.

2.1.3 Syarat-syarat Pilihan Karier

Untuk dapat menentukan pilihan karier secara tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan karier. Ada tiga syarat pengambilan keputusan yang baik, menurut Holland (1985) dalam Sukardi (1994) yaitu: (a) pemeriksaan dan pengenalan nilai-nilai pribadi, pengambilan keputusan yang berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan nilai-nilai memberikan pengalaman kepada individu-individu yang memberikan kontribusi pada kematangan emosional, konsep diri dan orientasi-orientasi nilai, (b)

(5)

15 pengetahuan dan penggunaan informasi yang kuat dan relevan (sebelum memutuskan). Salah satu dari langkah-langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan sumber-sumber informasi kepada individu-individu dan bagaimana menggunakannya, (c) pengetahuan dan penggunaan strategi untuk mengkonfirmasikan informasi kadalam tindakan. Individu-individu biasanya menggunakan berbagai strategi pengambilan keputusan seperti memberikan kemudahan untuk menemukan strategi-strateginya dan bagaimana meningkatkannya.

2.1.4 Aspek-aspek Pilihan Karier

Adapun berbagai aspek dalam pilihan karier menurut Holland (1985) terdiri dari 6 (enam) yaitu:(a)kemampuan Intelegensi, sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memasuki dunia kerja maupun studi lanjut, (b) Bakat, mengetahui bakat diri, agar dapat memberikan bimbingan belajar yang sesuai dan dapat memprediksi jabatan maupun bidang kerja setelah menamatkan studi, (c) Minat, mempunyai pengaruh dalam mencapai suatu pekerjaan atau karier, apabila individu tidak berminat terhadap pekerjaan yang dipilihnya maka, tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. (d) Sikap, merupakan aspek pilihan karier yang cenderung relatif stabil bereaksi

(6)

16 terhadap dirinya sendiri, orang lain, atau situasi tertentu. (e) Konsep diri, seseorang yang dapat menilai dirinya pasti dapat menilai karier yang dipilih, karena pilihan karier mencerminkan konsep diri, dan (f) Ketrampilan, apabila seseorang tidak mempunyai ketrampilan khusus seperti menguasai bahasa asing, pemanfaatan Ilmu Teknologi, maka mempengaruhi pilihan karier.

2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi

Pilihan Karier

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pilihan karier Holland dalam Sukardi (1994) yaitu: (a) faktor pengetahuan diri, artinya pengaruh pengetahuan diri ini, lebih mengacu kepada pengetahuan individu tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri sendiri mempunyai peran untuk meningkatkan

(increase) dan menurunkan (decrease) ketepatan

pilihan seseorang. Pengetahuan diri diartika, sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut kemampuan-kemampuannya sendiri, namun ada perbedaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri. Penilaian diri menitikberatkan penghargaan terhadap dirinya, sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki oleh individu tentang dirinya seperti, usia dan jenis kelamin. Menurut Ginzberg dalam sukardi (1994) bahwa pilihan

(7)

17 karier siswa SMK berada pada periode tentatif berlangsung pada umur 11-18 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menghadapi perlunya keputusan dengan cepat dan konkrit tentang vokasional yang akan datang. Dengan lain kata, tugas utama perkembangan siswa SMK adalah melakukan eksplorasi, uji coba peranan untuk memperoleh kesesuaian antara konsep diri dan faktor-faktor lingkungan pekerjaan dan pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan. Sedangkan untuk jenis kelamin kecenderungan antara kualitas pilihan karier siswa wanita dan pria berbeda, baik pada aspirasi dan pilihan studi, ataupun aspirasi dan bidang pekerjaan (Holland, 1995). Karena tinggi-rendahnya pengetahuan diri seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya keputusan yang diambil, (b) faktor lingkungan, artinya dalam memilih karier dapat dipengaruhi oleh tekanan sosial, seperti tuntutanorang tua, pengaruh di masa kecil, lingkungan pergaulan. Sejalan dengan pendapatBerk (1993) menyatakan bahwa untuk menetapkan pilihan karir seorang remaja ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya orang tua, teman-teman, gender, dan karakteristik diri sendiri. Berikut adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi pemilihan karir pada remaja.

(8)

18 a. Orang tua.

Orang tua berperan dalam menentukan arah pemilihan karir pada anak remajanya. Walaupun pada akhirnya keberhasilan dalam menjalankan karir selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan dan profesionalismeanak yang menjalaninya. Karena hal ini berkaitan dengan masalah pembiayaan pendidikan, masa depan anaknya agar terarah dengan baik, orang tua turut ikut campur agar anaknya memilih program studi yang mampu menjamin kehidupan karirnya.

Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi, menghendaki anaknya untuk memilih program studi yang cepat menghasilkan nilai materi, misalnya fakultas ekonomi (akuntasi, manajemen), teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lain-lain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki program ini tentu akan terjamin masa depannya. Dalam kenyataannya tak selamanya yang menjadi pilihan orang tua akan berhasil dijalankan oleh anaknya, kalau tidak disertai oleh minat bakat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal dari anak yang bersangkutan. Inilah yang perlu diperhatikan.

b. Teman (Peer group)

Tidak dipungkiri, pada kenyataannya, lingkungan pergaulan dalam kelompok remaja, cukup memberi pengaruh pada diri seseorang dalam memilih jurusan program studi di SMA maupun Perguruan Tinggi.

(9)

19 Mereka mungkin merasa tidak enak kalau tidak sama dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh teman kelompok sebaya ini bersifat eksternal. Bila remaja tidak mempunyai dorongan internal, minat bakat atau kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau tuntutan, maka kemungkinan anak akan mengalami kegagalan.

c. Peran Jenis Gender

Stereotype masyarakat seringkali telah menilai terhadap jenis kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu, dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula. Memang baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang menentukan seseorang dalam memilih karir pekerjaan.

d. Karakteristik Kepribadian Individu

Keberhasilan dalam memilih dan menjalankan program studi serta karir pekerjaan, sangat ditentukan karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. Individu yang memiliki minat, kemampuan, kecerdasan, motivasi internal, tanpa ada paksaan dari orang lain, biasanya akan mencapai keberhasilan dengan baik. Keberhasilan tidak dapat diukur secara materi finansial yang melimpah, tetapi seberapa besar nilai kepuasan hidup yang diperoleh melalui pilihan-pilhan tersebut.

(10)

20 Adapun faktor lain yang mempengaruhi pilihan karier (Kochung and Migunde, 2011) dalam penelitiannya mengenai Factors Influencing Students Career Choices Among Secondary School students in

Kisumu Municipality, Kenya. Dalam penelitian ini

melibatkan 233 siswa, menyatakan bahwa faktor yang sangat berpengaruh dari beberapa faktor diatas adalah hubungan antara anak dengan orang tua, anak dengan guru serta harapan yang dimiliki.

2.3 Unsur-unsur Pilihan Karier

Unsur-unsur pilihan karier menurut Holland (1985) yaitu mengetahui akan aktivitas yang disukai, mengetahui kompetensi yang dimiliki dan mengetahui akan pilihan pekerjaan yang disenangi. Sejalan denganUnsur dari pilihan karier berdasarkan (Sampson, J. P., et al 1992) yaitu; (1) mengetahui tentang diri sendiri, meliputi; Nilai diri, ketertarikan diri, keterampilan diri, kepribadian diri, bakat atau kemampuan diri, (2) mengetahui tentang pilihan diri sendiri, meliputi; Mempelajari tentang pekerjaan tertentu,apa itu program studi dan pekerjaan, mempelajari tentang bagaimana pekerjaan, program studi, dapat mengatur orang, dan mempelajari tentang latar belakang pekerjaan., (3) mengetahui bagaimana membuat keputusan dan (4) memikirkan keputusan yang dibuat.

(11)

21 Gambar 2.1 Piramida menunjukkan Unsur yang Terlibat

dalam membuat Pilihan Karier (Sampson, J.P., et al., 1992)

Unsur dari pilihan karier yaitu, mengetahui tentang diri sendiri, mengetahui tentang pilihan saya, bagaiman membuat keputusan, memikirkan keputusan yang dibuat, unsur-unsur ini merupakan dasar yang dijadikan acuan untuk pilihan karier sebagai hasil interaksi antara faktor internal dan eksternal individu.

2.4 Teori Perkembangan Karier

MenurutSukardi (2008) teori yang dikembangkan olehHolland menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Selain itu, Holland juga merumuskan tipe-tipe

Thinking about my decision making Knowing how I make decision Knowing about my self Knowing about my options

(12)

22 (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat.

Kemudian, setiap tipe-tipe kepribadian itu dijabarkan ke dalam suatu model teori, yang disebut model orientasi (the model orientation). Model orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku-perilaku penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki urutan orientasi yang berbeda-beda, dan hal inilah yang menyebabkan mengapa setiap orang itu mempunyai corak hidup yang berbeda-beda.

Urutan orientasi yang pertama terhadap suasana lingkungan pekerjaan tertentu merupakan corak hidup yang utama dan pertama, urutan model orientasi kedua terhadap lingkungan kerja yang lainnya, dan merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang untuk selanjutnya. Penempatan urutan corak hidup itu sangat bergantung dari tingkat kecerdasan serta penilainnya terhadap diri sendiri. Makin jelas penempatan urutan corak hidupnya maka akan semakin menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi seseorang. Namun perlu digarisbawahi, jika model orientasi John L. Holland ini mengajukan model orientasi berdasarkan budaya Amerika.

Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh John L. Holland (1985) adalah sebagai berikut:

(13)

23 a. Realistis

Tipe kepribadian dan lingkunganrealistis, memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu; mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan menyampaikan informasi secara lisan maupun tertulis untuk orang lain, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki ketrampilan sosial, serta kurang peka dalam hubungan dengan orang lain.

Orang dengan model orientasi realistis dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah dan seringkali berada diluar gedung.Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, operator mesin/radio, sopir truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis.

(14)

24 b. Intelektual

Tipe model kepribadian dan lingkungan Intelektual, memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif.

Orang model orientasi intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis mutlak dipelihara dalam oreientasi ini. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli fiika, ahli

(15)

25 biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.

c. Artistik

Tipe model Kepribadian dan Lingkungan Artistik, memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri.

Orang model orientasi artistik ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui cita rasa, perasaan dan imajinai.Dengan kata lain, orientasi artistik lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan fisik. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli musik, ahli kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan pekerjaan lain yang sejenis.

d. Sosial

Tipe model Kepribadian dan lingkungansosial, memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri

(16)

26 dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan menyampaikan informasi secara tertulis maupun lisan, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapi dan teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi pada perasaan.

Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis.

e. Usaha

Tipe model kepribadian dan lingkungan Usaha (Enterpreuner), memiliki ciri khas diantaranya menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang besar pada

(17)

27 kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan lisan.

Orang model orientasi usaha ditandai dengan berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan penyampaian informasi secara lisan maupun tertulis yang digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.

f. Konvensional

Tipe model Kepribadian dan lingkungan konvensional, pada umumnya memiliki kecenderungan untuk terhadap kegiatan berupa penyampaian informasi secara lisan maupun tertulis pada orang lain, menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerik (angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.

Orang model orientasi konvensional pada lingkungan nyatanya ditandai dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi secara lisan maupun tulisan dan matematis secara berkelanjutan, rutin, konkrit, dan

(18)

28 sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative singkat. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan lain yang sejenis.

2.5 Pengukuran Pilihan Karier

Variabel pilihan karier dapat diukur menurut Holland (1985) yaitu dengan menggunakan Vocational Preference Inventory (VPI) yang telah dialih bahasakan oleh Noah, Sidek Mohd (2007) memiliki 160 pernyataan pekerjaan yang harus dipertimbangkan ketika menyesuaikan keadaan psikologis individu untuk memilih karier.

Pilihan karier juga dapat diukur dengan menggunakan self directed search (SDS) yang dikembangkan Holland (1995) dari Vocational Preference Inventory (VPI), berisikan tiga unsur pilihan karier yaitu, mempertimbangkan aktivitas, kompetensi yang dimiliki, dan jenis pekerjaan yang disukai dalam memilih karier. Maka penulis menggunakan Self Directed Search untuk mengetahui pilihan karier siswa.

2.6 Layanan Informasi Karir

Layanan informasi karir merupakan salah satu sub bagian dari layanan bimbingan dan konseling di

(19)

29 sekolah yang harus diberikan kepada siswa meliputi: (a) layanan orientasi, (b) layanan informasi, (c) layanan konten, (d) layanan penempatan dan penyaluran, (e) layanan konseling perorangan, (f) layanan bimbingan kelompok, (g) konsultasi dan (h) mediasi (Sudrajat, 2008)

Hakikat layanan informasi adalah untuk memberikan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik atau siswa melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan itu, menurut Ifdil (2008) bahwa layanan informasi merupakan penyampaian berbagai informasi karier kepada sasaran layanan agar individu dapat mengolah dan memanfaatkan informasi demi kepetingan hidup dan perkembangannya.

Menurut Sukardi (2008) Informasi karier merupakan salah satu alat yang dipergunakan untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri, dunia kerja pada umumnya serta aspek-aspek dunia kerja pada khususnya. Sedangkan menurut Hartono (2010) bahwa Informasi karier merupakan, fakta dan ide mengenai karier yang disajikan dalam bentuk kuantitatif, kualitatif atau gabungan keduanya. Berbagai informasi karier mencangkup informasi tentang kesuksesan kerja seseorang dalam berbagai bidang, macam-macam kerja, kondisi aktivitas kerja,

(20)

30 Kompensasi kerja, jaminan kesehatan, syarat pekerjaan yaitu kompetensi yang dimiliki, jenjang pendidikan, pengalaman kerja, dan informasi berbagai perguruan tinggi yang terkait dengan jenis pekerjaan. Sejalan dengan pendapat sukardi dan hartono bahwa informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan (Karneli, 2009).

Berdasarkan beberapa defenisi informasi karier dengan hakikat layanan informasi di atas, maka penulis menyimpulkan layanan informasi karier adalah suatu layanan yang diberikan oleh konselor kepada konseli yang berlangsung di lembaga pendidikan melalui komunikasi langsung, yang bertujuan agar konseli dapat memperoleh informasi dunia kerja dan sebagainya serta memperoleh pemahaman diri yakni, minat, kemampuan, ketrampilan, kepribadian, sikap dan nilai-nilai.

Adapun teori perkembangan karier yang mendukung layanan informasi karier berdasarkan

(21)

31 pandangan Super (1994). Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga pendidik bila merancang program pendidikan karier, yang membawa orang muda dalam hal ini siswa ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia karja, selaras dengan tahapan perkembangan karier tertentu. Dengan lain kata, program layanan karier yang dilakukan di Sekolah mengangkat para siswa ke tahap pemahaman diri dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan lebih matang. (Winkel, 2006).

2.7 Faktor – faktor yang Mempengaruhi

Layanan Informasi Karier

Materi informasi yang diberikan kepada siswa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan siswa, sehingga benar-benar dapat dirasakan lebih bermanfaat dan memiliki makna

(meaningful). Pemilihan dan penetuan jenis materi

informasi yang tidak didasarkan kepada kebutuhan dan masalah siswa akan cenderung tidak memiliki daya tarik, sehingga siswa akan menjadi kurang partisipatif dan kooperatif dalam mengikuti kegiatan layanan. Materi informasi yang lengkap dan akurat akan sangat membantu siswa untuk lebih tepat dalam mempertimbangkan dan memutuskan pilihan kariernya.

(22)

32 Penyampaian informasi bisa dilakukan oleh konselor, melalui teknik ekspositorik. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara meminta bantuan dari pihak lain sebagai narasumber, misalkan dengan mengundang “tokoh karier”. Upaya pemanfatan narasumber memiliki keunggulan tersendiri, yakni informasi yang diberikan cenderung bersifat nyata, berdasarkan hasil pengalamannya.

2.8 Pengukuran Layanan Informasi Karier

Terdapat beberapa alat ukur untuk mengukur keberhasilan layanan informasi karier siswa.Menurut Sutijono (2008), diantaranya adalah dengan menggunakan hasil belajar siswa terkait dengan materi informasi yang diberikan berupa test awal (pree test) sebelum materi disampaikan dan sesudah materi disampaikan melalui Tes akhir (post test). Selain itu, dapat juga mengukur ketuntasan layanan informasi karier dengan menggunakan Angket berupa Lembar Perencanaan Karier.

Hartono (2012) dalam penelitianya yang berjudul Efektivitas Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling Karier dengan berbantuan Komputer Website dalam Pilihan karier. Penelitian ini melibatkan 90 siswa kelas XI SMA di Surabaya. Instrumen yang digunakan

(23)

33 adalah Kuesioner Kebermanfaatan Layanan Bimbingan Karier yang diadaptasi menggunakan skala likert.

Anisa dan Mochamad (2011) juga mengemukakan bahwa layanan informasi karier juga dapat diukur dengan menggunakan sarana pembelajaran berupaPizza Karier yang dapat diterapkan ketika pemberian layanan informasi karier bagi siswa, sehingga siswa benar-benar memahami akan karier yang akan dipilihnya.

2.9 Pola Asuh Orang Tua

Pengasuhan atau sering disebut pola asuh berarti bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).Sejalan dengan pendapat Walgito (2010), bahwa pola asuh adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Macam-macam pola asuh orang tua dibedakan berdasarkan tuntutan dan tanggapan orang tua terhadap anak menurut Baumrind, Maccoby and Martin (1983) sejalan dengan(Besembeum, 2008) adalah sebagai berikut:

(24)

34 a. Otoriter

Pola asuh orangtua yang autoritarian adalah orangtua yang memberikan batasan-batasan tertentu dan aturan yang tegas terhadap anaknya, tetapi memiliki komunikasi verbal yang rendah. Pola asuh ini merupakan cara yang membatasi dan bersifat menghukum, sehingga anak harus mengikuti petunjuk orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha orangtua.Biasanya pola asuh ini memiliki kontrol yang kuat, sedikit komunikasi, membatasi ruang gerak anak, dan berorientasi pada hukuman fisik maupun verbal agar anak patuh dan taat. Ada ketakutan yang tinggi dalam diri orangtua terhadap anaknya, karena adanya pertentangan dalam kemauan dan keinginan. Jadi anak-anak ini sering sekali tidak bahagia, ketakutan, dan cemas dibandingkan dengan anak lain, gagal memulai suatu kegiatan, menarik diri karena tidak puas diri dan memiliki ketrampilan komunikasi yang lemah.

b. Demokratis

Menurut Shochib (2000), pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh

(25)

35 pengertian antara orang tua dan anak. Pola asuh dan sikap orang tua yang demokratis menjadikan adanya kominukasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan adanya kehangatan yang membuat anak remaja merasa diterima oleh orang tua sehingga ada pertautan perasaan. Sejalan dengan pendapat Santrock(2007), pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri, namun masih menempatkan batas dan kendali pada tindakan mereka, Orang tua lebih bersikap hangat dan penyayang.

Menurut Yuniati (2003), orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan tersendiri dalam hukum untuk mengembangkan kedisiplinan. Pola asuh demokratis dihubungkan dengan tingkah laku anak-anak yang memperlihatkan emosional positif, sosial, dan pengembangan kognitif. Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis yakni; (a) Menentukan peraturan dan

disiplin dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan alasan-alasan yang diterima, (b) Mengarahkan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik ditinggalkan, (c) Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian, (d) Dapat menciptakan keharmonisan keluarga, dan (e)

(26)

36 Dapat menciptakan suasana komunikatif antar orang tua dan sesama keluarga. Sejalan dengan Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992) ciri-ciri pola asuh demokratis adalah: (a) Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak, (b) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar di tinggalkan, (c) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian, (d) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga, dan (e) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak serta sesama keluarga.

Pendapat Baurmind (1971) tentang tipe pola asuh orang tua, yang dikembangkan oleh Casmini (2007) berdasarkan pada konseptualisasi Baumrind bahwa pola asuh domokratis adalah perpaduan antara pola asuh otoriter dengan pola asuh Negletful. Dengan demikian, Orang tua yang demokratis mempunyai ciri-ciri yaitu; (a) tegas namun tetap hangat, (b) mengatur standar agar dapat melaksanakan dan memberi harapan yang konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak, (c) memberi kesempatan anak untuk berkembang otonomi dan mampu mengarahkan diri, namun anak harus memiliki tanggung jawab terhadap tingkah lakunya, (d) menghadapi anak secara rasional, orientasi pada masalah-masalah memberi dorongan

(27)

37 dalam diskusi keluarga dan menjelaskan disiplin yang mereka berikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri orang tua yang menggunakan tipe demokratis antara lain : (a) tegas namun tetap hangat, (b) komunikasi yang baik dan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anak serta sesama keluarga, (c) anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginanya namun tetap memberi pengawasan dan tuntutan tanggung jawab secara wajar terhadap setiap perilakunya, (d) menentukan peraturan dan

disiplin dengan memperhatikan,dan

mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak, (e) memberikan bimbingan dan dorongan dengan penuh pengertian. Secara umum orang tua mengkombinasikan kontrol dan dorongan, dimana dalam waktu yang bersamaan mereka mengawasi perilaku anak dan mendorong untuk memenuhi peraturan yang ada dalam keluarga dengan mengikuti standar yang diterapkan.

c. Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang serba boleh terhadap keinginan anak. Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anaknya untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Melalui pola asuh seperti ini,

(28)

38 anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari orang tua.

Permisif yang penuh kelalaian, pada pola ini orangtua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan anaknya. Orangtua yang seperti ini tidak akan pernah tahu keberadaan anak mereka dan tidak cakap secara sosial, padahal anak membutuhkan perhatian orang tua ketika mereka melakukan sesuatu. Anak ini biasanya memiliki self-esteem yang rendah, tidak dewasa dan diasingkan dalam keluarga. Pada masa remaja mereka mengalami penyimpangan-penyimpangan perilaku, misalnya suka tidak masuk sekolah, kenakalan remaja. Dengan demikian anak menunjukkan pengendalian diri yang buruk dan tidak bisa menangani kebebasan dengan baik. Jadi orangtua yang tidak menuntut ataupun menanggapi menunjukkan suatu pola asuh yang neglectful atau

uninvolved. Orangtua ini tidak memonitor perilaku

anaknya ataupun mendukung ketertarikan mereka, karena orang tua sibuk dengan masalahnya sendiri dan cenderung meninggalkan tanggung jawab mereka sebagai orang tua.

Pada pola ini orangtua terlibat dengan anaknya, tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan mereka. Biasanya orangtua yang demikian akan memanjakan, dan mengizinkan anak untuk melakukan

(29)

39 apa saja yang mereka inginkan. Gaya pola asuh ini menunjukkan bagaimana orangtua sangat terlibat dengan anaknya, tetapi menempatkan sedikit sekali kontrol pada mereka. Hal ini berkaitan dengan ketidakmampuan sosial, terutama dalam kontrol diri. Jadi gaya pola asuh permisif indulgent, orangtua memiliki tuntutan rendah dan tanggapan terlibat tinggi pada anak. Orangtua ini toleran, hangat dan menerima. Mereka menunjukkan sedikit otoritas, dan membiarkan terbentuknya self-regulation pada anak atau remaja.

Pola asuh permisif mengutamakan kebebasan, dan anak diberikan kebebasan penuh untuk mengungkapkan keinginan dan kemauannya dalam memilih. Pada dasarnya orangtua dalam pola ini akan menuruti kehendak anak, dan kerangka pemikiran psikoanalitis melandasi pandangan orangtua yang memandang bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki kebutuhan dasar pribadi yang menuntut untuk dipenuhi. Oleh karena itu apabila tuntutan ini tidak dipenuhi, maka akan terjadi halangan perkembangan dan timbul penyimpangan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu anak harus diberikan kebebasan penuh serta dihindari penekanan terhadap keinginan dan kemauan anak, dan dibiarkan berkembang dengan apa adanya. Pandangan liberal ini berkembang di Inggris, yang

(30)

40 dikembangkan oleh Neill (1960), dia menyarankan supaya anak sebaiknya diberikan kebebasan penuh untuk melakukan apa yang menjadi keinginannya. Jika anak berbuat kesalahan, maka orang tua tidak perlu ikut serta untuk memperbaikinya tetapi cukup hanya membiarkan saja supaya anak itu memperbaiki sendiri dirinya sendiri. Paham ini memandang bahwa seorang anak secara alamiah telah memiliki suatu kemampuan untuk dapat mengurus dan mengatur dirinya sendiri, sehingga orang lain tidak perlu ikut campur tangan. Dari perkembangan liberal yang ada kemudian berkembang konsep baru dari Rogers dimana menyarankan supaya anak diasuh dengan campur tangan yang sesedikit mungkin dari orang tua maupun dari lingkungan.

Pola asuh orang tua permisif bersikap terlalu lunak, tidak berdaya, memberi kebebasan terhadap anak tanpa adanya norma-norma yang harus diikuti oleh mereka. Mungkin karena orang tua sangat sayang

(over affection) terhadap anak atau orangtua kurang

dalam pengetahuannya. Pola asuh demikian ditandai dengan nurturance yang tinggi, namun rendah dalam tuntutan kedewasaan, kontrol dan komunikasi, cenderung membebaskan anak tanpa batas, tidak mengendalikan anak, lemah dalam keteraturan hidup, dan tidak memberikan hukuman apabila anak

(31)

41 melakukan kesalahan, dan tidak memiliki standart bagi perilaku anak, serta hanya memberikan sedikit perhatian dalam membina kemandirian dan kepercayaan diri anak.

2.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola

Asuh

Menurut Baumrind dalam Supartini (2004), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya yaitu:

a. Usia orang tua

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan pasangan dalam menjalankan peran pengasuhan terhadap anaknya. Usia yang terlalu muda ataupun yang terlalu tua menyebabkan orang tidak dapat melaksanakan peran pengasuhan secara optimal.

b. Keterlibatan ayah

Kedekatan hubungan antara ibu dan anak sama pentingnya dibandingkan kedekatan antara ayah dan anaknya, walaupun secara kodrati terdapat perbedaan diantara keduanya. Pengasuhan anak dalam rumah tangga dapat melibatkan ayah untuk memnjalankan peran pengasuhannya. Seorang ayah tidak saja bertanggung jawab dalam memberikan nafkah akan tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam

(32)

42 melakukan perawatan anak seperti mengajak bermain dan olah raga bersama sebagai salah satu upaya dalam melakukan interaksi.

c. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam melakukan perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka dalam menjalankan peran pengasuhan. Pengalaman dalam menjalankan peran tersebut dipelajari dari pengalaman orang tua ataupun pengalaman terdahulu.

d. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh Orang tua yang sebelumnya memiliki pengetahuan dalam merawat anak, mereka akan lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan. Selain itu mereka akan lebih mampu dalam mengenali tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal.

e. Stress orang tua

Stress yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam kaitannya dengan strategi kopingadalah suatu proses individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari menghadapi

(33)

43 permasalahan anak dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam diri. Kondisi yang lain anak juga dapat menyebabkan stress pada orang tua, misalnya orang tua dengan anak yang keterbelakangan mental.

f. Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri akan berdampak kepada kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia, karena satu sama lain dapat saling memberi dukungan dan menghadapi segala masalah dengan koping yang positif.

2.11 Mengukur Pola Asuh Orang Tua

Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur jenis atau tipe pola asuh orang tua diantaranya adalah menggunakan lembar kuesionare Persepsi siswa tentang Pola Asuh demokratis Orang Tua (Yuliana, 2012). Adapun cara lain yang dapat digunakan untuk mengukur jenis pola asuh orang tua yaitu Family Communication Patterns (FCP) yang dikembangkan oleh Richie and Fitzpatrick, (1990) yang dipadukan dengan Physicology Control Scale (PCS)

menjadi Revised Family Communication Pattern (RFCP)

instrumen yang digunakan untuk mengukur tipe atau gaya pola asuh orang tua berdasarkan pada cara

(34)

44 berkomunikasi anak dengan orang tua dalam penelitian (Kuhar, M., 2010) tentang Parent Authority Styles in

Adolescent-Parent Relationship.

Menurut Reitman at al (2002) bahwa Pola asuh orang tua dapat diukur dengan menggunakan Konseptualisasi Baumrind tentang gaya pengasuhan dengan menggunakan Parental Authority Questionare - Revisi (PAQ-R) yang bertujuan untuk menguji sifat dari gaya pengasuhan orang tua. PAQ-R adalah salah satu instrumen yang dibuat untuk mengukur pola pengasuhan orang tua baik berdasarkan pada etnis dan sosioekonomi dilihat dari segi persepsi anak terhadap sikap orang tua di Amerika-Afrika. Maka alat yang digunakan oleh penulis untuk mengukur sifat atau jenis pola asuh orang tua yaitu Kuesioner Pola Asuh Demokratis berdasarkan pada Persepsi Anak.

2.12 Kajian Hubungan Layanan Informasi

Karier dan Pola Asuh Demokratis

dengan Pilihan karier

Teori pengembangan karier menurut Holland (1985) yang di dalamnya yaitu mengenai pilihan karier berdasarkan pada tipe kepribadian, seperti minat, perlu disesuaikan dengan jenis pekerjaan nantinya. Untuk itu, siswa perlu mengetahui bahwa apa yang menjadi minat mereka dan mengetahui sejumlah informasi

(35)

45 terkait dengan kariernya. untuk mengetahui akan kariernya, siswa di sekolah diperhadapkan dengan layanan informasi karier yang disampaikan oleh guru, ternyata dapat mengarahkan siswa akan pilihan kariernya. Dalam menentukan pilihan karier, menurut Sucipto (2008) membahas layanan informasi karier dapat meningkatkan arah pilihan karier.

Penelitian yang dilakukan oleh Bacanli (2012), menyatakan bahwa, pemberian layanan informasi dalam dunia karier dapat memberikan manfaat bagi individu untuk dapat melihat hubungan antara keputusan karier yang dibuat secara matang dan tidak rasional. Penelitiannya melibatkan 188 mahasiswa Turki. Setelah dilakukan analisis ditemukan bahwa, layanan informasi karier berhubungan secara positif signifikan pada mahasiswa Turki dengan koefisien korelasi sebesar r : 0,331 p(<0,01).

Emily (2011) meneliti tentang Relationship Among Career and Life stress, Negative Career Thoughts, and Career Decision State: A Cognitive Information Processing

Perspective menyatakan bahwa proses pengumpulan

informasi dari tiap individu dipengaruhi oleh faktor kehidupan stres dan perspektif negatif tentang karier, apabila kurangnya informasi karier maka akan berdampak bagi individu untuk dapat menentukan karier yang hendak dipilih. Penelitian ini melibatkan

(36)

46 232 mahasiswa di University of Southern Mississipi. Instrumen yang digunakan yaitu decision making list (Test). Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara kehidupan stress dengan peningkatan pilihan karier yang keliru berdasarkan sejumlah pengolahan informasi karier, dengan koefisien korelasi sebesar r : 0,380 p(<0,01).

Alika (2010) meneliti tentang Parental and Peer group influence as Correlates of career choice in humanities Among High school students in Edo state,

Nigeria. Menyatakan bahwa pola asuh orang tua

berhubungan langsung dengan karier yang akan dipilih siswa. Penelitian ini melibatkan 100 siswa di Sekolah Menengah Atas di Nigeria. Instrumen yang digunakan yaitu students occupational clusters preferences scale (OCPS), peer pressure assessment scale (PPAS), dan parental influence assessment inventory (PIAI). Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan pola asuh orang tua dan pilihan karier siswa, dengan koefisien korelasi sebesar r : 0,371 p(<0,05). Sejalan dengan penelitian Safitri (2012) tentang Hubungan antara persepsi pola asuh demokratis dengan pilihan karier pada siswa kelas XI SMA Negeri 11 Yogyakarta. Dalam penelitian ini, melibatkan 160 siswa. Instrumen yang digunakan berupa Kuesioner yang terdiri dari, Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh

(37)

47 Demokratis yang dikembangkan oleh (Baumrind, 1971) dan Skala Pilihan Karier yang dikembangkan oleh (Holland, 1985). Hasil analisis menunjukkan bahwa tedapat hubungan yang positif antara Pola asuh demokratis dan pilihan karier siswa, dengan nilai koefisien koelasi sebesar r : 0,381 p(< 0,05).

2.13 Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian sebelumnya Wicaksono (2012) menunjukkan bahwa informasi karier sangat berhubungan dalam pengambilan keputusan dengan koefisien korelasi r: 0,522 p (<0,05). Sejalan dengan Luhur (2004) dalam penelitiannya terhadap para siswa SMA di Malang juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian layanan informasi karier dengan pengambilan putusan karier dengan koefisien korelasi sebesar r : 442 p (<0,05).

Adapun hasil penelitian Ismadi (2012) sejalan dengan penelitian Wicaksono (2012) dan Luhur (2004) tentang hubungan layanan informasi karier dengan menggunakan teknik E-learning terhadap kemantapan dalam pilihan karier siswa, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara layanan informasi karier dengan pilihan karier siswa. Dengan koefisien korelasi sebesar r:0,571p(<0,05) dimana jumlah responden yang

(38)

48 digunakan sebagai sampel adalah siswa yang berjumlah N=32.

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2002) tentang Hubungan antar Pola asuh orng tua dengan pilihan karier siswa Kelas II di SMU Islam Malang, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan pilihan karier siswa sebesar 9,46% dengan nilai r : 0,397 p(<0,05). Sejalan dengan penelitian Yuliana (2012) tentang Hubungan antara pola asuh demokratis dengan pemilihan karier siswa kelas XI di SMA Negeri 11 Yogyakarta, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pola asuh demokratis orang tua dengan pilihan karier siswa dengan presentase 29% dimana, N=160 dengan koofesien korelasi sebesar r : 0,561 p(<0,05)

2.14 Kerangka Teoritik

Setiap Individu dalam masa pertumbuhan dan perkembangan akan beranjak pada tiap fase kehidupan. masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah memilih dan menentukan karir. Remaja yang sudah berada di sekolah menengah kejuruan (SMK) sudah mulai

(39)

49 memikirkan masa depan mereka. Untuk siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga yang rata-rata usianya 15-17 tahun, proses pilihan karirnya termasuk dalam tahap tentatif. Pada tahap tentatif mencakup usia kurang lebih 11 tahun sampai 18 tahun, jadi masa anak bersekolah di SMP dan SMA/SMK maupun yang sederajat. Siswa SMK mulai mengalami perubahan dalam pilihan karirnya, anak mulai menyadari tentang tuntutan-tuntutan yang terkandung dalam suatu pekerjaan. Untuk memilih pekerjaan, anak memikirkan apakah ia berminat di bidang pekerjaan tersebut atau tidak, anak juga memikirkan seberapa besar kemampuannya bila berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi pilihannya serta nilai-nilai kehidupan juga tidak lepas menjadi pertimbangan dalam pilihan karirnya tersebut. Dalam tahap tentatif ini anak memadukan antara minat, kemampuan yang miliki serta nilai-nilai kehidupan sebagai gambaran diri yang jelas dan menyadari akibat-akibatnya terhadap keputusan karir yang dipilihnya. Masa remaja juga masa berkembangnya identity (jati diri). Perkembangan

identity pada masa remaja erat kaitannya dengan

komitmen terhadap okupasi masa depan. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu memilih, maka dia akan mengalami kebingungan. Individu yang mengalami kebingungan identitas tidak menemukan

(40)

50 arah pekerjaan atau komitmen ideology yang mana pun, dan mencapai kemajuan kecil kearah tujuan-tujuan ini.

Untuk dapat menentukan pilihan karirnya secara tepat individu memerlukan proses yang panjang yang dipengaruhi oleh taraf perkembangannya. Walaupun individu bisa memutuskan karir yang akan dipilihnya tetapi banyak hal yang perlu diperhatikan agar keputusannya tersebut sesuai dengan keadaan dan kemampuan individu tersebut. Pilihan karir merupakan suatu proses untuk memilih suatu pekerjaan tertentu. Seseorang akan mempertimbangkan beberapa pilihan pekerjaan yang didasarkan atas berbagai faktor diantaranya kesesuaian internal seperti minat, kemampuan, dan nilai-nilai, dukungan orang tua, pengaruh teman sebaya, serta informasi kerja dan lain-lain.

Layanan informasi karier merupakan sub bagian dari Layanan bimbingan dan konseling di sekolah dimana proses pendidikan di sekolah, bukan hanya memperoleh pengetahuan saja, melainkan pembentukan karakteristik tiap individu, serta kesiapan siswa dalam menentukan kariernya kelak. Maka sejalan dengan pendapat Arikunto (2008) bahwa bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari manajemen pendidikan di sekolah karena, manajemen pendidikan berarti mengatur seluruh

(41)

51 kebetuhan siswa dari segi pengetahuan dan sikap semenjak masuk sekolah sampai pada kelulusannya. Apabila siswa telah memperoleh sejumlah informasi yang berkaitan dengan dunia pekerjaan, maka dia akan menentukan pilihan karier sesuai dengan kemampuannya. Jadi Hubungan antara layanan informasi karier yang diberikan guru bagi siswa sangat mempengaruhi pilihan kariernya.

Orang tua menjadi salah satu faktor dari beberapa faktor, yang mempengaruhi pilihan karier anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda beda, dan hal ini akan menentukan hasil akhir dari arah pilih anak. Ada beberapa orang tua yang senang memaksakan kehendaknya mereka cenderung otoriter dan membatasi gerak anak, anak tidak bebas memilih harus sesuai pilihan orang tua. Ada juga orang tua yang cenderung permisif atau terlalu membebaskan anak, anak cenderung seenaknya namun menjadi kurang bertanggung jawab. Ada pula yang lebih demokratis, yaitu orang tua menggabungkan antara pola asuh otoriter dan permisif yang biasa disebut dengan pola asuh demokratis. Disini orang tua tidak terlalu mengekang dan tidak terlalu membebaskan. Anak diberi kebebasan namun tetap diawasi dan diberi tanggung jawab. Anak bisa menentukan pilihannya namun tetap didiskusikan dengan orang tua dan dicarikan solusi yang terbaik.

(42)

52 Dalam keluarga demokratis senantiasa mencari penalaran di belakang perintah yang diberikan sehingga anak terlatih menetapkan pilihannya, apakah sesuai atau tidak terutama dengan norma. Hal ini akan termanifestasi dalam perilaku sehari-hari terutama dalam menetapkan pilihan karier. Individu terbiasa memperhitungkan apa yang akan dia lakukan, apa yang akan dia pilih, apa akibat dari pilihannya, bagaimana pendapat orang tua dan pertimbangan lain.

Hubungan antara orang tua dan anak yang baik akan menumbuhkan persepsi yang positif dalam diri anak tentang orang tua mereka. Remaja yang memiliki persepsi bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh demokratis, akan merasa dirinya diterima dan dihargai karena anak merasa orang tua tidak sekedar menutut atau memaksakan kehendak namun lebih mengakui hak-hak mereka sebagai anak. Kaitannya dengan pilihan karir ketika anak sudah memiliki pemahaman positif tentang pola asuh demokratis yang diterapkan orang tua, maka ketika dihadapkan dalam pilihan karir anak lebih bisa menentukan pilihannya tanpa merasa tertekan oleh orang tua. Anak tidak akan menganggap orang tua mereka sebagai hambatan dalam pilihan karir namun sebaliknya anak tidak akan ragu menjadikan orang tuanya sebagai pedoman ketika mereka mengalami kebingungan dalam memilih karena menentukan pilihan itu, bukanlah hal yang mudah,

(43)

53

H1

H2

H3

dan anak tidak akan ragu atau takut untuk berdiskusi dengan orang tua yang memberi kenyamanan serta bisa memahami mereka. Hal ini erat hubungannya dengan ketepatan pilihan karir anak kelak. Dari uraian diatas jelas terdapat hubungan antara pola asuh demokratis dengan pilihan karir anak.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperjelas denga uraian bentuk bagan seperti berikut ini;

Layanan Informasi Karier (X1)

1. Usaha yang dilakukan individu dalam memahami materi informasi karier.

2. Sejauh Mana Individu ingin memperoleh layanan informasi karier.

3. Bentuk-bentuk Layanan Informasi Karier di Sekolah.

Pola asuh demokratis (X2)

1. Bentuk pola asuh demokratis dilihat dari aspek pengontrolan.

2. Bentuk pola asuh demokratis dilihat dari aspek tanggapan.

Pilihan Karier (Y) 1. Aktivitas yang disukai 2. Kompetensi yang dimiliki 3. Pekerjaan yang disukai

(44)

54 Gambar 2.2

Bagan Kerangka Pikir

2.15 Hipotesis Penelitian

2.15.1 Hipotesis Empirik

1. Ada hubungan yang signifikan antara layanan informasi karier dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2012/2013

2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis orang tua dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2012/2013

3. Ada hugungan yang signifikan antara layanan informasi karier dan pola asuh demokratis orang tua dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2012/2013

2.15.2 Hipotesis Statistik

1. Ho: Rx1.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara layanan informasi karier dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga, dan jika H1:Rx1.y ≠ 0artinya ada

(45)

55 hubungan yang signifikan antara layanan informasi dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga.

2. Ho: Rx2.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratif orang tua dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga, dan jika H1: Rx2.y ≠ 0 artinya ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratif orang tua dengan piliha karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga.

3. Ho: Rx12.y = 0 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara layanan informasi karier, pola asuh demokratif orang tua dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga dan jika H1: Rx12.y ≠ 0 artinya ada hubungan yang signifikan antara layanan informasi karier, pola asuh demokratif orang tua dengan pilihan karier siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel VI.3. dapat kita lihat bahwasanya kedisiplinan yang terdapat pada PT. Ramayana Lestari Semtosa Panam Square dikategorikan bagus, adapun responden

dari lembaga kolektif dalam mengawasi pelaksanaan dan memantau setiap perjanjian lisensi oleh lagu ciptaan yang dilakukan oleh pencipta lagu / pemegang hak cipta

Di dalam sistem ini, pemain dapat melihat hasil kerjanya dalam permainan ini yang berupa Trophy yang diperoleh dari pencapaiannya di Story Mode dan juga High Score yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “ PENGARUH WAKTU PERENDAMAN DALAM ELECTROLYZED ACIDIC WATER (EAW) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA

Hasil pengujian tersebut mengindikasikan bahwa dalam waktu yang lebih panjang (sebelum sampai dengan sesudah stock split ), ekspektasi pasar terhadap return

Namun pada usahatani kedelai polong muda, pendapatan atas biaya total bernilai negatif yang berarti usahatani yang dijalankan tidak menguntungkan sebab penerimaan yang

Tetapi perlu kita teliti lebih lanjut, apakah penurunan jumlah pengguna jasa DHL GF Semarang mungkin terjadi karena adanya faktor lain terutama yang berkaitan