PENGANTAR PERJANJIAN LAMA
PENGANTAR PERJANJIAN LAMA DOSEN:Petrus A, M.Th (c)
STT- APOLOGET Penjelasan Lengkap:
Kursus Pengantar PL ini akan mempelajari tentang pokok-pokok penting dalam pengenalan akan dunia PL Alkitab,khususnya tentang hal-hal yang melatarbelakangi sejarah PL, simbol- simbol PL, tema-tema PL, etika PL, relasi PL dan PB, serta implikasi PL bagi kehidupan orang Kristen.
Tujuan Pelajaran
Sesudah mengerjakan seluruh Pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan dan menyelesaikan PPL, maka diharapkan mahasiswa peserta akan dapat:
Mengenal dunia Perjanjian Lama secara lebih luas sehingga memperoleh kemampuan untuk mengerti dunia PL dengan lebih baik.
1.Mengenal Allah melalui Perjanjian Lama, kehendak-Nya yang terwujud dalam tema-tema teologis, simbol-simbolyang digunakan, etika, ataupun aspek praktis dalam kehidupan sehari-hari
2.Mengenal relasi yang jelas antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sehingga tahu bagaimana mengerti Alkitab secara keseluruhan dengan baik.
3.Materi Pelajaran (Disesuaikan dengan materi pertemuan STTA) PELAJARAN 01: PENTINGNYA PERJANJIAN LAMA
Tujuan: Dalam pelajaran ini peserta diharapkan dapat mengenal PL dari sudut pandang keseluruhan kebenaran Alkitab supaya kita dapat melihat dengan jelas relevansinya bagi kehidupan Kristen kita sekarang.
PELAJARAN 02: LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA
belakang geografis dunia PL.
PELAJARAN 03: SEJARAH PERJANJIAN LAMA
Tujuan: Dalam pelajaran ini peserta diharapkan dapat belajar tentang sejarah Perjanjian Lama secara sekilas, untuk mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi kejadian tertentu, serta beberapa bukti otentik dalam Perjanjian Lama.
PELAJARAN 04: BUDAYA PERJANJIAN LAMA
Tujuan: Dalam pelajaran ini peserta diharapkan dapat belajar tentang struktur masyarakat, kehidupan ibadah, dan sistem pendidikan masa PL. PELAJARAN 05: KANON ALKITAB PERJANJIAN LAMA
Tujuan: Dalam pelajaran ini peserta diharapkan dapat belajar proses kanonisasi alkitab PL.
PELAJARAN 06: HUBUNGAN PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU
Tujuan: Dalam pelajaran ini peserta diharapkan dapat belajar mengenai hubungan Perjanjian Lama (PL) dengan Perjanjian Baru (PB).
Bahan Referensi PPL
Berikut ini adalah daftar buku yang dipakai sebagai referensi untuk membantu peserta PESTA mendapatkan penjelasan-penjelasan yang lebih dalam dan luas tentang pokok-pokok materi yang dibahas dalam PENGANTAR PERJANJIAN LAMA. Karena tujuannya adalah untuk melengkapi, maka akan sangat baik jika Anda bisa mengusahakan memiliki buku-buku tsb. dalam bentuk cetaknya untuk kebutuhan di masa y.a.d..
Baker, Dr. David L., MARI MENGENAL PERJANJIAN LAMA, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Drane, John, BAGAIMANA MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA III, Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab,2003
Dyrness, William. TEMA-TEMA DALAM PERJANJIAN LAMA, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1979.
Green, Denis. PEMBIMBING PADA PENGENALAN PERJANJIAN LAMA, Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas, 1984.
Guthrie, D, J.A. Motyer, D.J. Wiseman. Editors. TAFSIRAN ALKITAB MMASA KINI 1, KEJADIAN-ESTER.
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Cetakan ketiga 1987. Hill, Andrew E. dan John H. Walton. SURVEI PERJANJIAN BARU. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas,
1991.
Michaeli, Frank, BAGAIMANA MEMAHAMI PERJANJIAN LAMA, Bandung: Kalam Hidup, 1961.
Wright, Dr. Christopher, HIDUP SEBAGAI UMAT ALLAH; ETIKA PERJANJIAN LAMA, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1995.
---, ENSIKLOPEDI ALKITAB MASA KINI. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Cetakan kedua
1994.
---, CD SABDA (Software Alkitab, Biblika, Dan Alat-alat), Yayasan Lembaga SABDA, 1999.
F,Charles dkk (Tafsirran Alkitab Wycliffe ),Indonesia : Gandum Mas,2004
PENTINGNYA PERJANJIAN LAMA Isi
Mengapa penting mempelajari Perjanjian Lama? a.Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah
b.Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah c.Perjanjian Lama adalah Firman Allah
d.Perjanjian Lama adalah Nubuat bagi Perjanjian Baru 1.Mengapa sulit mempelajari Perjanjian Lama?
a.Halangan Bahasa b.Halangan Budaya c.Halangan Ketekunan
PENTINGNYA PERJANJIAN LAMA
MENGAPA PENTING MEMPELAJARI PERJANJIAN LAMA? Umat Kristen pada umumnya dapat menerima Alkitab Perjanjian Baru (PB) dengan mudah karena Alkitab PB adalah dokumen yang memberi kesaksian tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan dan pengajaran Kristus yang penuh kuasa serta sejarah pendirian gereja- Nya. Tetapi, bagaimana dengan Perjanjian Lama? Sering umat Kristen bertanya, apakah gunanya mempelajari kitab-kitab Perjanjian Lama? Bukankah PL lebih banyak berbicara tentang cerita usang dari sejarah bangsa
Yahudi (Israel) dan tentang raja-raja dan nabi-nabi dan tokoh-tokoh yang tidak ada hubungan langsung dengan kita sekarang? Dapatkah kita
menerima keseluruhan PL sebagai Firman Allah yang berotoritas mutlak dalam hidup kita?Pertanyan-pertanyaan di atas sangat penting untuk dijawab. Pelajaran pertama dari Kursus Pengantar Perjanjian Lama (PPL) ini akan menolong kita untuk melihat PL dari sudut pandang seseluruhan kebenaran Alkitab supaya kita dapat melihat dengan jelas relevansinya bagi kehidupan Kristen kita sekarang.Marilah kita mulai dengan menjawab pertanyaan, mengapa penting mempelajari Perjanjian Lama?Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah Cara Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia adalah dengan memberikan Penyataan Umum dan Penyataan Khusus, yaitu melalui alam, sejarah, hati nurani manusia dan juga melalui Firman dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam Penyataan-penyataan inilah Allah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Diri-Nya kepada manusia (Rom 1:19-20; Yes. 52:10). Dalam Perjanjian Lama, Allah memakai hamba-hamba-Nya, dengan latar belakang satu bangsa, yaitu bangsa Israel, untuk menjadi sarana dalam menyampaikan Penyataan-penyataan rencana-Nya kepada
manusia (Yes 49:6). Oleh karena itu sejarah lahirnya bangsa Israel dan bagaimana Allah menyertai, menghukum dan memberkati bangsa ini (yang kita pelajari melalui kitab-kitab PL) seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan iman Kristen. Karena melalui sejarah bangsa ini Allah sebenarnya sedang memberitahukan kepada
manusia tentang Diri-Nya; siapakah Dia dan apakah rencana-Nya bagi umat manusia, termasuk rencana-Nya bagi kita yang hidup sekarang. Dengan mempelajari PL, maka kita akan melihat bagaimana Allah secara progresif menyatakan Diri-Nya untuk dikenal; pertama melalui bangsa pilihan-Nya (Israel), lalu selanjutnya melalui orang- orang yang dipilih-Nya pada masa Perjanjian Baru (Rom 1:16).
Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah Dibalik cerita sejarah bangsa Israel, PL juga menjadi bukti penting akan kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta yang diciptakan- Nya,
termasuk di dalamnya manusia. Dialah yang mengawasi sejarah dan yang akan menyelesaikan rencana-Nya tepat pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya (Fil 1:6). Dia juga yang memilih hamba-hamba-Nya sesuai dengan kedaulatan-Nya untuk melaksanakan rencana kekal-Nya. Di sini sekaligus PL juga menjadi bukti penyataan progresif akan
kesetiaan Allah (Yes. 25:1). Allah turut bekerja dalam sejarah, termasuk ketika Israel tidak taat, tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya (Rom 3:3). Oleh karena itu kitab-kitab PB tidak mungkin dilepaskan dari PL; Allah PB adalah juga Allah PL yang setia melaksanakan rencana kedaulatan-Nya (keselamatan) bagi umat pilihan- kedaulatan-Nya.
Perjanjian Lama adalah Firman Allah
Mengakui bahwa PL adalah Firman Allah adalah bagian yang penting dari iman Kristen, karena apabila kita mengakui otoritasnya maka berarti kita bersedia tunduk pada otoritas tsb. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana kita tahu dan yakin bahwa kitab- kitab PL adalah Firman Allah yang berotoritas? Berikut ini adalah beberapa bukti bahwa PL adalah Firman Allah.
Pertama, bukti dari dalam Alkitab sendiri:
Yesus mengakui otoritas PL Selama Yesus hidup di dunia Ia mengakui otoritas PL secara penuh. Hal ini terbukti jelas dalam kitab-kitab Injil bagaimana Yesus selalu mengutip PL untuk menunjukkan dasar otoritas dan pengajaran-Nya.Misalnya pada waktu Ia dicobai (Mat 4:1-11). Juga ketika Yesus harus mengklaim kedudukan-Nya sebagai Anak Allah
(Yoh. 10:31-36). Sikap Yesus yang menjunjung tinggi PL cukup menjadi bukti bahwa PL memiliki otoritas sebagai Firman Allah.
1.Para Rasul mengakui otoritas PL Diantara para Rasul tidak ada bukti satupun yang memperlihatkan bahwa mereka tidak mempercayai PL sebagai inspirasi dari Allah. Di antara para rasul, Paulus adalah yang paling jelas memberikan pengakuan secara penuh akan otoritas PL. 2 Tim. 3:16, "tulisan" yang dimaksud pada waktu itu adalah tulisan dari kitab-kitab PL.
2.Para penulis Alkitab mengakui otoritas PL Pola pengakuan otoritas PL juga dijumpai pada penulis-penulis PB lain,seperti Yakobus atau penulis kitab Ibrani. Mereka melihat PL bukan sebagai rangkaian sejarah dan peraturan yang mati, tetapi merupakan kisah yang hidup tentang karya Allah yang menyelamatkan manusia (Yak 1:22-23; Ibr. 4:12).
Bukti dari luar Alkitab:
3.Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima pengakuan akan otoritas PL melalui pengkanonan Alkitab. Dinyatakan bahwa masing-masing Kitab PL menunjukkan sifat yang tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman ilahi.
4.Allahlah yang memberi inspirasi kepada para penulis PL. Itulah
sebabnya sekalipun para penulis PL hidup pada jaman dan latar belakang yang berbeda, berita yang mereka sampaikan tidak ada yang saling
bertentangan, malah sebaliknya memberikan satu benang merah berita yang menunjuk pada karya keselamatan Allah.
5.Secara praktis terbukti bahwa kitab-kitab PL telah menjadi standard kebenaran dan memberikan manfaat yang sanggup mengubah kehidupan manusia, karena Allahlah yang ada dibalik penulisan itu.
6.Perjanjian Lama berisi Nubuatan bagi Perjanjian Baru
Kitab-kitab dalam PL banyak menunjuk pada nubuatan-nubuatan yang akhirnya digenapi pada masa PB (Mat. 9:31; Luk24:44; Rom 10:4). Keseluruhan dan kelengkapan berita keselamatan harus dimulai dari PL dan diakhiri dengan PB; sehingga jelas keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu PL harus dipelajari sebagai sumber dan
landasan untuk mengerti penggenapan rencana agung Allah.
Kitab-kitab dalam PL juga penuh dengan tipologi-tipologi yang kalau dipelajari akan menolong pembaca kitab-kitab PB untuk mengerti lebih jelas KEUTUHAN KESELURUHAN KEBENARAN Alkitab.
MENGAPA SULIT MEMPELAJARI PERJANJIAN LAMA?
Dari uraian di atas kita melihat bahwa penting sekali kita mempelajari Penyataan Allah yang bersifat progresif itu mulai dari masa PL supaya kita mendapatkan konteks lengkap bagaimana Penyataan Allah itu diberikan. Namun demikian mempelajari kitab-kitab PL tidaklah tanpa halangan. Ada faktor-faktor penghambat yang kadang menyulitkan kita mengerti maksud sesungguhnya berita dalam PL. Kesulitan-kesulitan tsb. dapat dijelaskan sbb.:
Halangan Bahasa
Kitab-kitab asli PL disampaikan dalam bahasa Ibrani kuno yang kadang tidak dapat secara jelas diterjemahkan dalam bahasaIndonesia.
Halangan Budaya
Seluruh konteks PL adalah budaya bangsa Israel kuno yang informasi sejarahnya tidak dapat kita pahami dengan lengkap.
Halangan Ketekunan
Kurangnya ketekunan dalam mempelajari Alkitab secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Halangan Praduga yang Salah
Sering kita telah memiliki praduga yang salah tentang PL sehingga kita cenderung hanya memilih berita yang kita sukai dan mengerti, tapi kemudian mengabaikan isi berita PL yang lain.
DOA
"Ya Allah, saya bersyukur bahwa Engkau berkenan untuk menyatakan diri-Mu kepada bangsa Israel sedemikian rupa sehingga saya sekarang dapat belajar mengenal tentang Engkau lebih baik. Tapi doronglah saya untuk tidak cepat puas hanya sampai di sini.Ajarkan saya untuk semakin
rindu mempelajari Firman-Mu dalam PL sehingga saya bisa menjadi semakin dekat dan mengenal kehendak-Mu lebih baik." Amin
PERJANJIAN LAMA INSTRUKSI
Harap setiap Mahasiswa mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.: Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran dengan teliti. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
Lembar jawaban yang telah diisi harap dikirimkan dalam bentuk plain text (e-mail biasa) dan bukan dalam bentuk attachment ke:<>
Selamat mengerjakan! Pertanyaan (A):
Dalam kisah-kisah Perjanjian Lama, bangsa mana yang Tuhan pakai untuk menyatakan diri-Nya, kehendak-Nya dan rencana-Nya kepada manusia?
1.Sebutkan bukti-bukti bahwa Tuhan Yesus mengakui Perjanjian Lama sebagai Firman Allah yang berotoritas!
2.Ayat manakah dalam Perjanjian Baru yang membuktikan bahwa Rasul Paulus mengakui otoritas Perjanjian Lama?
3.Seluruh kisah dalam PL menunjukkan rangkaian cerita yang memiliki satu benang merah atau satu inti berita. Berita apakah itu?
4.Apakah faktor-faktor penghambat dalam kita mempelajari PL? Pertanyaan (B):
Berikan contoh-contoh praktis pentingnya kita mempelajari PL? PL banyak menyebutkan hukum-hukum Tuhan untuk bangsa Israel
(misalnya Hukum Taurat), apakah hukum-hukum itu juga masih berlaku untuk kita sekarang?
PENDAHULUAN
Sebuah buku mengenai Perjanjian Lama sekarang ini tidak akan menjadi buku yang laris. Bahkan di antara mereka yang berhasrat besar
mempelajari Alkitab dan terus-menerus menjadikannya buku terlaris sepanjang zaman, konferensi-konferensi tentang Perjanjian lama tidak
akan menarik perhatian. Sebabnya sederhana saja. Sering kali orang- orang Kristen memberikan waktu terbanyak untuk mempelajari
Perjanjian Baru, dan hanya sekali-sekali menyelidiki kitab Mazmur dan Amsal, atau kadang-kadang ditambah dengan kitab nabi-nabi. Akibatnya ialah bahwa banyak orang Kristen gagal untuk memahami keseluruhan wawasan pengungkapan Allah tentang diri-Nya sendiri -- gambaran mereka tentang maksud-maksud Allah tidak sempurna. Bahkan
Perjanjan Lama tidak diterjemahkan ke dalam semua bahasa di dunia. Tentu saja dapat dipahami mengapa Perjanjian Baru merupakan bagian pertama yang diterjemahkan kalau dana yang tersedia terbatas, tetapi kalau para misionaris dan pendeta mendasarkan seluruh pengajaran mereka pada Perjanjian Baru saja maka mereka tidak akan dapat mengajarkan Firman Allah seutuhnya. Hal ini sangat penting dalam situasi- situasi penginjilan, di mana sering kali terdapat jembatan
alamiah di antara Perjanjian Lama dengan kebanyakan orang, terutama yang berasal dari kebudayaan bukan Barat. Ajaran Perjanjian Lama berlatarkan rumah tangga dan pasar, kasih setia Allah disampaikan
dalam bentuk konkret. Jelaslah sudah bahwa Perjanjian Baru tidak dapat berdiri sendiri.Tidaklah sulit untuk mendaftarkan contoh-contoh keadaan ini dalam kepustakaan misionaris. Di Cina, misalnya, para misionaris zaman dahulu sering kali hanya memakai Perjanjian Baru dalam khotbah-khotbah mereka. Ketika membahas kelemahan misi-misi di Cina, Arthur Glasser mencatat: Kekurangan yang nyata dalam
pergerakan misionaris adalah penggunaan Firman Allah yang tidak memadai. Ia hanya menitikberatkan ajarannya pada sebagian dari
Alkitab, yaitu Perjanjian Baru dan Mazmur.... Alkitab tidak hanya berisi mandat pekabaran Injil dari Perjanjian Baru, tetapi juga mengandung panggilan Allah kepada tanggung jawab kebudayaan: suatu alur kewajiban yang mengalir sepanjang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kalau Perjanjian Baru terutama berfokus pada seorang pribadi di hadapan Allah, maka Perjanjian Lama menekankan hubungan yang bersifat umum (keluarga, masyarakat, dan negara). Di Sinai Allah
memberikan kepada umatNya suatu gaya hidup yang egalitarian
(sederajat) dan manusiawi.... Pendek kata, Perjanjian Lama mengajarkan suatu cara hidup di mana hak-hak setiap orang dilindungi. (New Forces in Missions, ed. David Cho, Seoul 1976, hal. 194-95) Maksud penulisan buku ini ialah memberikan penerangan tentang Perjanjian Lama bagi orang Kristen. Buku ini pantas disebut sebagai buku teologi Perjanjian Lama, dan penting sekali untuk memahami arti istilah tersebut. Semua teologi yang benar, pastilah lebih kurang bersifat alkitabiah, tetapi teologi alkitabiah (Biblika) ialah mata pelajaran khusus yang berusaha mempelajari pokok-pokok Alkitab berdasarkan warna-warninya sendiri. Berbeda dengan teologia sistematika yang berusaha memahami
hubungan timbal balik antara pokok- pokok Alkitab dengan implikasi-implikasi historis dan filosofisnya, teologi Biblika mempelajari tema pokok Alkitab menurut perkembangannya selama Allah berurusan dengan manusia dalam periode alkitabiah.
Teologi Biblika bersifat historis dan berkesinambungan atau progresif. Teologi Biblika berpusat pada penyingkapan diri Allah Penyelamat, yang terwujud dalam kejadian-kejadian tertentu, di mana Allah
memanggil bagi diri-Nya sendiri suatu bangsa yang akan mencerminkan sifat-Nya serta melanjutkan maksud-maksud-Nya yang penuh kasih. Teologi Biblika melihat perkembangan-perkembanga ini dengan latar belakang dunia yang diciptakan Allah sebagai wahana bagi maksud tujuan serta nlai-nilai- Nya. Akhirnya, teologi Biblika melihat
bagaimana Allah menolak meninggalkan maksud tujuan-Nya, sekalipun umat-Nya tidak setia sehingga allah bekerja terus untuk menciptakan umat yang lebih sempurna dan utuh sebagai umat kepunyaan-Nya
sendiri.Jika kita dapat senantiasa mengingat pemikiran ini dan membaca Perjanjian Baru (dan sebenarnya juga keseluruhan sejarah) dari sudut pemikiran tersebut, kita telah engambil langkah awal yang penting dalam berpikir secara teologis - dan dengan agak nekad dengan cara Allah sendiri memandang dunia ini. Yan gpasti ialah bahwa pokok-pokok pikiran ini diungkapkan secara khusus dalam Perjanjian Lama.
Hal ini bukan berarti tidak mengakui adanya perbedaaan di antara
keduanya. Maksud-maksud Allah terlihat lebih nyata di dalam Perjanjian Baru. Perjanjian ini telah dimeteraikan sekali untuk selamanya dengan kematian Kristus, dan bukan lagi berkali-kali seperti hanya dalam upacara kurban Perjanjian Lama. Perjanjian Lama lebih berurusan dengan bangsa Israel sedangkan Perjanjian Baru menaruh perhatian yang lebih besar kepada seluruh dunia. Akan Tetapi, kesamaan di antara kedua perjanjian itu lebih penting daripada perbedaannya. Kedua
perjanjian secara serempak mencatat sejarah tindakan-tindakan Allah terhadap umat manusia secara tahap demi tahap. Pekerjaan Kristus lebih merupakan puncak daripada sanggahan atas kebenaran Perjanjian Lama. Meskipun Perjanjian Baru menyajikan sesuatu yang baru, sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang samasekali baru. Ada kesinambungan penting yang menghubungkan kedua perjanjian tersebut, baik dalam cara maupun hakikat dari ungkapan Allah dan di dalam cara manusia menanggapi ungkapan tsb. Seperti dikatakan Yohanes Calvin, "Saya mengakui adanya perbedaan- perbedaan dalam Alkitab... namun sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi keutuhannya yang telah ditetapkan.... Semua ini berkenaan dengan cara penyalurannya dan bukan isi pokok" (Institusio II, II, I).
Pendekatan pada studi Alkitab yang telah terbukti berhasil dalam
menggambarkan kesatuan yang menyeluruh ini ialah tipologi atau ajaran tentang lambang-lambang, suatu studi persesuaian di antara unsur-unsur tertentu dari kedua perjanjian. Meski cara ini sering kali menjadi bahan olok-olok dan mengakibatkan penafsiran yang berlebihan terhadap hal-hal kecil, tetapi kalau dapat dipahami dengan benar maka pendekatan ini akan menolong dalam menggarisbawahi perkembangan dari ungkapan Allah yang konsisten dan historis. Suatu tipe atau lambang ialah "suatu peristiwa, seorang tokoh, atau suatu lembaga dalam Alkitab yang
berlaku sebagai contoh atau pola untuk peristiwa- peristiwa, tokoh-tokoh atau lembaga-lembaga lainnya", dan didasarkan pada konsistensi sifat dan aktivitas Allah (Baker 1977, 267). Artinya, peristiwa atau objek
dalam Perjanjian Lama meskipun tetap memiliki makna yang utuh dalam keseluruhan konteks Alkitab, namun artinya diperluas melalui tampilnya padanan (dan penggenapan) dalam Perjanjian Baru, yang boleh kita sebut sebagai konteks Perjanjian Baru. Jalan pemikiran ini melatarbelakangi banyak diskusi dalam buku ini, apabila saya mengacu kepada Perjanjian baru.
Perjanjian Lama adalah kumpulan buku-buku yang dikarang lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Maka bisa saja dipertanyakan apakah
Perjanjian Lama itu masih perlu dipelajari pada zaman yang modern ini. Kalau kita membeli baju baru, yang lama dapat dibuang. Kalau kita memasuki Orde Baru, yang lama tidak berlaku lagi. Bagaimana tentang Perjanjian Lama? Apakah masih perlu? Ataukah sudah usang? Apakah tidak ada buku-buku baru yang lebih penting untuk dibaca dan dihayati pada akhir abad kedua puluh ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dijawab dengan beberapa pokok.
Perjanjian lama merupakan Alkitab Yesus Kristus:
Yesus mengenal sejarah Perjanjian Lama (misalnya Yoh 3:14; bnd. Bil 21:4-9); m
Yesus mendasarkan pengajaranNya pada Perjanjian Lama (lihat Mat. 5:17; bnd. Mark 11:17); m
Yesus menggunakan pengajaranNya untuk menentang pencobaan (lihat Mat. 4:1-11); m
Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama digenapi dalam diriNya (misalnya Luk. 4:16-21; Yoh 15:25).
Perjanjian lama sering dikutip oleh Perjanjian Baru. Ada kurang lebih 2650 kutipan dari Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru, yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung, dan 2300 kutipan tidak langsung, serta persamaan bahasa. Dengan kata lain,terdapat rata- rata satu kutipan Perjanjian Lama dalam setiap tiga ayat Perjanjian baru. Kitab Yesaya dan mazmur paling sering dikutip (masing-masing lebih dari 400 kali); dan hanya kitab Kidung Agung yang tidak dikutip dalam Perjanjian
Baru.
Perjanjian lama merupakan dasar untuk pengertian Perjanjian baru antara lain:
a.Dari segi bahasa (Perjanjian Baru ditulis dalam sejenis bahasa Yunani yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Perjanjian Lama)
b.Dari segi sejarah (sejarah Perjanjian lama dilanjutkan oleh sejarah Perjanjian Baru)
c.Dari segi teologi (tema-tema teologi Perjanjian lama, seperti penciptaan, dosa, hukuman, pertobatan, kurban,keselamatan dan sebagainya menjadi dasar teologi Perjanjian Baru).
d.Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dinyatakan Allah yang Esa. Allah Israel adalah sama dengan Bapa Yesus Kristus: sifatNya sama (mahakuasa, mahakudus, mahapengasih, dsb.)
e.RencanaNya sama (untuk keselamatan manusia dan penyempurnaan dunia yang diciptakanNya)
f.TuntutanNya sama (hidup yang suci; kasih kepada Allah dan sesama manusia).
g.Perjanjian Lama merupakan firman Allah. Allah berbicara (berfirman) melalui Perjanjian lama, sebagaimana juga melalui
h.Perjanjian Baru, untuk menyatakan kasihNya dan untuk menyampaikan kehendakNya kepada manusia.
i.Perjanjian Lama mengandung sastra yang indah, termasuk cerita yang termasyur, seperti cerita Yusuf, Rut, Daud, Elisa,Yunus, Ester dan
sebagainya; dan puisi yang bagus seperti dalam Kitab Ayub, Mazmur, Yesaya dan lain-lain.
PENDEKATAN KEPADA PERJANJIAN LAMA
Mempelajari Perjanjian Lama adalah tugas yang amat besar, tetapi persiapan yang tepat dapat menolong mahasiswa untuk menuai panen yang melimpah. Allah yang berdaulat yang menciptakan alam semesta, yang mengawasi sejarah, dan yang akan menyelesaikan rencanaNya
tepat pada waktu yang sudah ditetapkanNya yang telah memutuskan untuk berbicara. Hal itu sendiri telah merupakan tindakan anugerah, dan kita berkewajiban untuk mendengarkan. Walaupun demikian,
mendengarkan dapat terhalang oleh banyak faktor yang menyulitkan. Pertama, wahyu atau penyataan Allah tidak disampaikan dalam bahasa atau kebudayaan kita. Sebagai akibatnya, kita barangkali harus bekerja lebih keras untuk dapat menerima berita yang disampaikan dengan jelas. Semakin paham para mahasiswa akan kebudayaan Timur Dekat purba, khususnya kebudayaan Israel, selama zaman Perjanjian Lama, semakin mampulah mereka menyingkirkan penghalang-penghalang yang ada. Faktor kedua yang mempersulit adalah bahwa kendati kita
mendengarkan, kita cenderung untuk memilih-milih apa yang kita dengar atau mencoba untuk menyesuaikan berita itu dengan apa yang kita ingin dengar. Jalan keluar untuk ini adalah dengan mengizinkan Alkitab berbicara sendiri. Kita semua mempunyai berbagai praduga tentang Alkitab. Praduga-praduga ini perlu dievaluasi terus-menerus dan disaring agar jangan sampai memutarbalikkan ajaran Alkitab. Tujuan para penulis Alkitab tidak boleh ditempatkan lebih rendah terhadap maksud tujuan kita sendiri, betapapun berguna maksud tujuan kita itu. Banyak hal yang sangat berharga dapat dipelajari dari Perjanjian Lama, tetapi tidak semuanya itu hendak diajarkan oleh Perjanjian Lama. Jika para mahasiswa berkeinginan untuk memeproleh pengajaran yang absah dari teks Perjanjian lama, maka harus belajar untuk menambah ide-ide mereka sendiri pada teks tersebut. Apabila Alkitab diizinkan untuk berbicara dari ketinggiannya sendiri dan menurut agendanya sendiri, pembaca akan dapat menjadi lebih terbuka untuk memepelajari apa yang hendak diajarkan oleh Alkitab.
PENYATAAN DIRI
Sebagai penyataan diri Allah sasaran Perjanjian Lama adalah agar pembaca akan mengenal Allah dengan lebih baik. Namun, proses ini tidak dimaksudkan untuk sekedar mengetahui bahwa Allah ada.
sifat- sifatNya. Mampu mencatat semua sifat Allah tidak penting. Yang harus kita capai adalah bahwa sifat-sifatNya itu menjadi kerangka dari pandangan hidup kita. Yang kami maksudkan dengan ini adalah bahwa pandangan kita terhadap diri sendiri, masyarakat kita, dunia kita, sejarah kita, perilaku kita, keputusan-keputusan kita - segala sesuatu – harus disatukan dengan pandangan yang jelas dan terpadu tentang Allah. Sasaran Perjanjian Lama bukanlah kehidupan yang diubah, kendatipun pengenalan akan Allah sudah seharusnya mengubah kehidupan
seseorang. Sasaran Perjanjian Lama bukanlah menyetujui suatu sistem nilai, kendatipun suatu sistem nilai tentu saja akan merupakan akibat dari mengenal Allah dengan sungguh-sungguh. Perjanjian Lama bukanlah tempat penyimpan berbagai model peran historis, kidung-kidung yang berdebu, dan perkataan nubuat yang tidak jelas, tetapi merupakan ajakan Allah untuk mendengarkan kisahNya.
Kisah Allah ini diawali dengan penciptaan. Akan tetapi, yang ditegaskan bukanlah bagaimana dunia mulai, tetapi bagaimana rencana itu dimulai. Segala sesuatunya sudah tepat untuk pelaksanaan rencana Allah. Dalam pengertian itu, penciptaan hanya merupakan pendahuluan dari sejarah. Kedaulatan Allah pada awalnya dijamin oleh kenyataan bahwa Ia menciptakan. Meskipun kenyataan ini mau tidak mau menyangkal
kedaulatan ilah-ilah lain, maksud tujuannya bukanlah membuka polemik melawan politeisme kafir pada zaman itu. Tetapi daripada mengadakan pendekatan negatif yang mencela dan membuktikan ketidakbenaran ilah-ilah lain, Perjanjian Lama mengadakan pendekatan positif dengan
memberitahukan seperti apa Allah yang esa dan benar itu dan apa yang sudah dikerjakanNya. Sewaktu sejarah mulai, akan terlihat bahwa Perjanjian lama tidak memberikan perhatian utama pada aspek-aspek politik dan social dari sejarah. Yang terutama diperhatikan dari sejarah ini adalah bagaimana Allah sudah menyatakan diriNya kepada orang-orang pada masa lalu. Hal ini dicerminkan dalam nama-nama Allah yang memenuhi halaman-halaman Perjanjian lama. Nama-nama ini
dan yang menyebabkan terjadinya segala sesuatu. Akan tetapi, Ia juga adalah Allah yang mendengar, melihat, dan menyediakan. Pembrontakan dan kelemahan yang biasa terdapat pada umat manusia menunjukkan Dia sebagai Allah yang penuh kesabaran dan kasih karunia.
Sebagaimana halnya penciptaan memasuki sejarah, demikian juga sejarah memasuki nubuat.
Rencana Allah diawali pada permulaan, dijalankan sepanjang sejarah, dan akan terus berlangsung sampai semua tercapai. Dengan melihat rencana Allah dijalankan pada masa lalu (Pentateukh dan kitab-kitab sejarah dan dimaksudkan untuk masa depan kitab-kitab para nabi), kita mulai menghargai hikmat yang tidak terduga dari Allah yang layak dipuji dan disembah (Mazmur-mazmur dan sastra hikmat).Dengan demikian, Perjanjian Lama harus dilihat sebagai penyajian sifat-sifat Allah dalam perbuatan. Kita dapat mengetahui siapa Allah itu dan seperti apa Dia dengan jalan mendengar apa yang sudah ada yang akan dilakukanNya. Sesudah kita mengethui siapa Dia itu, dan seperti apa Dia, maka tanggapan yang selayaknya adalah penyembahan, komitmen, dan pelayanan.
PERJANJIAN ALLAH
Di bagian inti dari penyataan-diri ini, yang menggambarkan rencana Allah, terdapat perjanjian Allah (covenant). Bahkan nama "Perjanjian Lama" menunjukkan bahwa covenant itu merupakan konsep inti dari kumpulan kitab-kitab ini. Melalui covenant atau perjanjian ini Allah menyatakna seperti apa Dia dan mengharuskan diriNya untuk menuruti kelakukan tertentu. KesetiaanNya (hesed) pada covenant itu sering kali menyebakan Dia melakukan tindakan kasih karunia dan kemurahan, namun keadilan juga
tercakup dalam covenant untuk memastikan pemberian
pertanggungjawaban oleh umatNya. Karena covenant itu merupakan sarana yang digunakan Allah untuk mengadakan penyataan diri,
Perjanjian Lama sering kali tampil sebagai sejarah covenant, atau dari berbagai aspeknya, lebih dari sekedar sejarah Israel. Jadi kitab Kejadian
12-50 adalah sejarah pengadaan perjanjian Abraham (atau Abrahamic Covenant).
Kitab Keluaran sampai dengan kitab Ulangan adalah sejarah mengenai penetapan perjanjian di Sinai. Kitab Yosua adalah catatan mengenai kesetiaan Allah terhadap perjanjian itu, sedangkan kitab Hakim-hakim adalah catatan mengenai ketidak-setiaan Israel terhadap perjanjian tsb. Kitab Samuel dan Raja-raja adalah sejarah perjanjian kerajaan
(Perjanjian Daud atau Davidic Covenant). Perjanjian itu sebagai rencana Allah terlihat dengan lebih jelas daripada orang-orang yang terlibat dari generasi ke generasi.
Beberapa pendekatan yang berbeda-beda terhadap Perjanjian Lama dapat dibedakan satu daripada yang lain melalui paham setiap
pendekatan itu mengenai gagasan perjanjian dan kaitan berbagai
perjanjian itu terhadap satu sama lain. Adakah banyak perjanjian yang berbeda-beda yang terlepas dari yang lain mengatur berbagai periode sejarah, ataukah hanya ada satu atau dua perjanjian yang mengatur yang memiliki beberapa perjanjian tambahan lainnya yang menawarkan
perluasan dan penjelasan? Adakah satu perjanjian yang tidak bersyarat yang terdiri atas beberapa perjanjian bersyarat sebagai bagian
pelangkapnya, ataukah keseluruhannya merupakan perjanjian bersyarat? Pertanyaan-pertanyaan ini yang dijawab dalam berbagai cara oleh para sarjana yang berbeda-beda, menjelaskan berbagai kontroversi teologis tentang Perjanjian Lama, hubungannya dengan Perjanjian Baru dan keterkaitannya dengan kita dewasa ini. Namun jawaban-jawaban yang diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan ini tidak mengubah citra Allah yang diberikan oleh perjanjian itu. Hanya bentuk teologinyalah yang dipertaruhkan dalam persoalan ini, dan bukan sifat Allah sebagaimana Ia dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Bahkan, jika seandainya pun ada yang cenderung untuk membuat garis-garis pemisah yang jelas di antara perjanjian-perjanjian itu, kesatuan organik dari perjanjian- perjanjian tersebut tidak boleh diabaikan.
Allah sebagai suatu wujud yang konsisten dan menyatu. Dalam
pandangan ini, perjanjian dengan Abraham menetapkan Israel sebagai umat Allah "yang menyatakan Allah" maksudnya melalui umat Israel Allah berkenan menyatakan diriNya kepada dunia. Taurat yang
diberikan di Sinai merupakan satu bagian utama dari penyataan yang akan diberikan oleh perjanjian yang ditetapkan sebagai sasarannya. Pada waktu yang sama, kitab Imamat, Ulangan, dan Yosua berisi
pembaharuan perjanjian yang memperkuat persetujuan itu. Perjanjian Daud (Davidic Covenant) menggenapi beberapa dari janji-janji mula-mula Allah kepada Abraham (misalnya, raja-raja akan berasal dari dia) dan pada waktu yang sama memperluas persetujuan itu untuk mencakup suatu garis keturunan dinasti. Para nabi berbicara tentang perjanjian yang akan datang (bandingkan Yesaya 61:8; Yeremia 31:31-34;
Yehezkiel 16:60-63; 34:25- 30; 37:19-28; Hosea 2:18:20), dan semua ini biasanya berhubungan dengan penggenapan yang akan datang dari
aspek-aspek perjanjian terdahulu yang sama sekali tidak terwujud karena kegagalan umat Israel.
OTORITAS
Kendatipun tidaklah salah untuk mempelajari Alkitab dari perspektif sastra dan menghargai sebagai karya sastra yang agung, kita tidak dapat berhenti di situ. Jika Alkitab hendak dikenal sebagai penyataan diri Allah, maka Alkitab harus dipandang sebagai karya yang tidak sekedar mengetengahkan pandangan-pandangan umat yang saleh. Dengan kata lain, jika Allah tidak dipahami sebagai sumber Perjanjian Lama, maka Perjanjian Lama itu bukan penyataan-diri Allah. Jika Allah adalah
sumber Perjanjian Lama, maka dapat dimengerti bahwa Perjanjian Lama memiliki otoritas. Kita menelaah Alkitab karena kita berharap akan memperoleh firman yang memiliki otoritas dari Allah, bukan berbagai pendapat yang subjektif dari manusia, betapapun berharga atau benar pendapat-pendapat tersebut. Otoritaslah yang menjadikan Perjanjian Lama lebih dari sekedar sastra yang bagus. Oleh karena itu Perjanjian
Baru mengacu kepada Perjanjian Lama sebagai tulisan yang dinapaskan Allah, atau "diilhami". Pengilhaman adalah sifat yang menunjukkan Allah sebagai sumber dan menjamin bahwa karya tulisan yang
dihasilkan memiliki otoritas (II Timotius 3:16).
Maka dapat dimengerti bahwa jika kita mengharapkan Alkitab berisi penyataan yang berkuasa dan absah dari Allah maka otoritas tersebut harus terdapat dalam apa yang hendak dikomunikasikan oleh Alkitab, bukan dalam apa yang pembaca ingin dengar. Dalam hal ini pun Alkitab berbeda dari kepustakaan yang lain. Bila kita membaca sebuah novel atau syair, daya atau kekuatan buku atau tulisan itu dapat diukur melalui kemampuannya untuk membangkitkan tanggapan dari pembaca dan memadu hal itu dengan gagasan dari pengarangnya untuk menciptakan dan menciptakan kembali "berbagai arti" baru setiap kali buku itu
dibaca. Dalam cara ini sebuah syair dapat berarti satu hal bagi seorang pembaca, sedangkan bagi pembaca lain syair tersebut mempunyai makna yang lain sama sekali. Kendatipun dinamika seperti ini dapat merupakan hasil dari proses penerapan ketika membaca
Perjanjian Lama, kenyataan bahwa firman tertulis itu memiliki otoritas sedangkan tanggapan pembaca tidak, hendaknya menjadi peringatan agar kita tidak dapat merasa pias dengan mempelajari pelajaran kita sendiri dari Alkitab, betapa pun bernilainya pelajaran-pelajaran tersebut. Kita harus berusaha untuk menemukan apa yang hendak dikumunikasikan oleh penulis, karena disitulah terkandung otoritas. Apakah implikasi-implikasi dari otoritas yang dimiliki oleh teks? Yang pertama adalah bahwa kita menerima apa yang dikatakan teks sebagai kebenaran. Jika Allah tidak pernah mengadakan perjanjian dengan Abraham atau tidak pernah berfirman kepada Musa di Sinai; jika penaklukkan negeri perjanjian hanya sekedar suatu polemik khayal bagi Israel untuk memebela ekspansi wilayahnya; jika perjanjian Daud tidak lebih dari suatu siasat politik yang dilakukan oleh orang-orang Daud untuk menyatakan bahwa Allah membenarkan keberlangsungan dinasti mereka, maka Alkitab bukanlah penyataan-diri Allah, melainkan sekedar
propaganda dan tidak ada sangkut paut sama sekali dengan kita. Jika ada pengertian meskipun sedikit, yang menunjukkan bahwa Alkitab adalah firman Allah, maka Alkitab harus diterima sebagai kebenaran.
Implikasi kedua adalah bahwa kita perlu menanggapinya. Jika Alkitab benar-benar pernyataan-diri Allah yang berwenang, maka kita tidak boleh mengabaikannya ataupun tidak mengambil peduli. Allah tidak hanya menghendaki penyembahan, tetapi juga ketaatan, keadilan, kesetiaan, kekudusan, kebenaran, dan kasih. Singkatnya, Ia ingin agar kita menjadi seperti Dia - itulah salah satu alasan Ia menyatakan diri sebagaimana adanya itu.
LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA Daftar Isi
1.Mengapa Penting Mempelajari Latar Belakang Geografi PL 2.Ruang Lingkup Geografi PL
3.Geografis secara fisik 4.Geografis secara politik 5.Geografis secara sejarah
6.Makna Teologis Latar Belakang Geografis PL Tanah Perjanjian 7.Peta Geografis Perjanjian Lama 4.
LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA
1. MENGAPA PENTING MEMPELAJARI LATAR BELAKANG GEOGRAFI PL?
Pada pelajaran yang pertama telah kita pelajari bahwa melalui kitab-kitab PL, yang berisi sejarah bangsa Israel, Allah telah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Diri-Nya kepada manusia. Untuk itu Allah telah melibatkan Diri dalam sejarah hidup umat pilihan-Nya yang dibatasi dalam ruang dan waktu. Kisah sejarah bangsa Israel dalam Kitab-kitab PL bukanlah karya sastra yang direka-reka dan direncanakan oleh pikiran manusia. Kita patut bersyukur bahwa Alkitab adalah unik dibandingkan dengan kitab suci-kitab suci agama lain, karena Alkitab menyebutkan banyak sekali nama-nama tempat yang memang pernah ada di dunia ini. Itulah
sebabnya ada dua alasan penting untuk mempelajari latar belakang geografis dunia PL: untuk menjadi bukti bahwa sejarah umat Allah dalam PL adalah sejarah yang sungguh terjadi di suatu tempat, di suatu waktu di dunia ini. supaya kita dapat mengerti dan menginterpretasikan teks Alkitab dengan lebih baik; ada ribuan nama tempat, gunung, sungai, bukit, laut dll. dalam Alkitab sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup tentang data-data geografis tsb. Untuk dapat menafsirkan ayat dengan tepat.
2. RUANG LINGKUP GEOGRAFIS PL
Adapun lingkup geografis PL dapat dilihat dari beberapa sisi:
Geografi secara fisik; berhubungan dengan bumi secara fisik: gunung, sungai, lembah, dan struktur tanah, angin dan cuaca dll. Semua ini mempengaruhi bagaimana masyarakat hidup di daerah itu; tipe bangunan rumahnya, tipe pekerjaannya, gaya hidupnya dll. .
Geografi secara politis; sehubungan dengan pengaturan kelompok
masyarakat yang ada, dari kelompok masyarakat sederhana yang tinggal berpindah-pindah (nomandi) sampai akhirnya membentuk suatu daerah pemukiman yang memiliki daerah teritori yang jelas dan bahkan menjadi kerajaan yang berkuasa atas daerah yang lebih luas.
Geografi secara sejarah; berhubungan dengan perkembangan sejarah masyarakat dalam satu tempat dan satu waktu. Alkitab mencatat
bagaimana, di mana dan kapan Allah menyatakan Diri dan rencana- Nya pada umat pilihan-Nya.
3. MAKNA TEOLOGIS LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PL
Tanah Perjanjian Wilayah tanah Kanaan memiliki porsi muatan makna teologis yang sangat besar dalam seluruh kitab PL, karena tanah Kanaan merupakan komponen utama dalam perjanjian Allah dengan bangsa pilihan-Nya, Israel. Hal ini dimulai ketika Abraham dipanggil untuk pergi ke tanah yang akan Tuhan berikan kepadanya dan bangsa keturunannya, yaitu Tanah Perjanjian, (Kej. 11:31 - 12:10). Wilayah Tanah Perjanjian itu disebutkan "mulai dari sungai Mesir sampai ke
sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej. 15:18) dan janji itu
dikonfirmasi lagi kepada Ishak (Kej. 26:3) dan juga kepada Yakub (Kej. 28:13).Luas tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham tidaklah jelas batasnya. Namun dapat dipastikan lebih luas dari negeri Kanaan, karena ketika Lot memilih untuk tinggal di lembah Yordan yang subur dan banyak air di sebelah timur, Abraham tinggal di tanah Kanaan, dan di situlah Tuhan berkata kepada Abraham: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama- lamanya." (Kej. 13:14-15). Ratusan tahun kemudian ketika Musa mengingatkan bangsa Israel akan Tanah Perjanjian yang Tuhan telah berikan kepada mereka, maka Musa menjelaskan batas-batas tanah itu sebagai, "Majulah,
berangkatlah, pergilah ke pegunungan orang Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan di tepi pantai laut, yakni negeri orang Kanaan dan ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu. Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya." (Ul. 1:7-8). Dan saat itu bangsa Israel telah menduduki tanah bahkan sampai ke TransJordan, yang lebih luas dari batas Tanah Perjanjian.
Pada masa Yosua, Tuhan memberi perintah kepada Yosua untuk mengambil seluruh teritori seperti yang telah disebutkan oleh Musa (Yos. 1:4). Namun selama masa itu Israel gagal untuk mendapatkan seluruh tanah yang telah Tuhan janjikan, sebab utamanya adalah karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan, sehingga Tuhan menghukum
mereka dengan tidak memberikan seluruh tanah itu kepada bangsa Israel. Dan selama masa raja-raja Israel, tidak ada satu raja pun yang berhasil mendapatkan seluruh
Tanah orang Het yang tidak menjadi kekuasaan Israel). Sebagai
kesimpulan dapat di katakan bahwa konsep Tanah dan Perjanjian dalam PL saling memiliki kaitan yang erat. Tanah merupakan anugerah Tuhan yang dijamin di atas perjanjian (covenant) yang sah. Oleh karena itu Tanah Perjanjian merupakan simbol akan ketergantungan mereka pada Tuhan. Hubungan Israel dengan tanah itu merupakan indikasi hubungan mereka dengan Tuhan. Apabila mereka taat kepada Tuhan maka
kemakmuran yang luar biasa akan terjadi di atas tanah itu (Ul. 22). Sebaliknya,ketidaktaatan bangsa Israel akan perintah Tuhan akan
berakhir dengan dibuangnya mereka dari Tanah Perjanjian (Ul. 4:25-28; 28:63-68; Yos. 23:13-16; I Raj. 9:6- 9; 2 Raj. 17:22-23; dll.). Dan
akibatnya pada masa-masa itu orang Israel harus hidup di tanah
pembuangan dan dijajah bangsa-bangsa lain. Namun karena janji bahwa Tuhan akan setia menyertai bangsa ini, maka tidak untuk selamanya bangsa Israel tinggal di tanah pembuangan. Pada jaman Ezra, sejarah PL mulai diwarnai dengan pertobatan dan perjanjian untuk menjauhkan diri dari pemcemaran dosa dari bangsa kafir (Ez. 9:10-15) sehingga bangsa Israel akhirnya pulang kembali ke tanah airnya dan tinggal di tanah yang Tuhan janjikan itu.
4. PETA GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA DOA
"Allah Yahweh, Allah sumber segala berkat, saya bersyukur karena Engkaulah yang menyediakan tanah di mana saya tinggal saat ini. Saya bersyukur bahwa Engkau sediakan segala sesuatunya itu untuk kebaikan saya. Ajarkan kepada saya untuk senantiasa ingat bahwa tempat dimana saya berada adalah anugerah Tuhan. Di sinilah Tuhan ingin saya
berkarya dan memuliakan nama Tuhan. Oleh karena itu Allah, berikan saya kekuatan agar saya senantiasa hidup suci di hadapan Tuhan. Amin." INSTRUKSI
Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.: Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi dengan teliti.
jelas dan tepat.
2.Lembar jawaban yang telah diisi harap dikirimkan dalam bentuk plain text (e-mail biasa) dan bukan dalam bentuk attachment ke:<>
3.Selamat mengerjakan! Pertanyaan (A)
1.Sebutkan 2 alasan penting mengapa kita perlu mempelajari latar belakang geografis PL
2.Kepada siapakah Allah memberikan janji "Tanah Perjanjian" itu? 3.Menurut Kej. 15:18, dimanakah batas-batas "Tanah Perjanjian" itu? 4.Mengapa bangsa Israel sering tidak berhasil menduduki Tanah Perjanjian seperti yang Tuhan janjikan?
5.Menjadi simbol apakah Tanah Perjanjian bagi bangsa Israel? Pertanyaan (B)
1.Mengapa mendapatkan Tanah Perjanjian menjadi begitu penting bagi Bangsa Israel? Apakah implikasi teologisnya?
2.Setelah meneliti peta wilayah dimana bangsa Israel tinggal pada masa Perjanjian Lama, bandingkan dengan peta wilayah negara Indonesia, lalu sebutkan perbedaan dan persamaannya.
SURVEI PERJANJIAN LAMA
LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA NEGERI PALESTINA
Negeri Palestina dinamai menurut bangsa Filistin (Pelishtim dalam bahasa Ibrani) yang menetap di daerah pantai Laut Tengah dari Yope sampai Gaza sekitar tahun 1300-1200 SM. Menurut Alkitab, orang-orang Filistin berhubungan dengan orang-orang Kaftor, yang biasanya
dikaitkan dengan pulau Kreta (Yeremia 47:4; Amos 9:7). Sebelum orang Filistin bermigrasi daerah itu dikenal sebagai Kanaan. Nama ini
mengandung arti "negeri ungu" dan barangkali nama itu diambil dari bahan pewarna ungu yang dihasilkan oleh orang pribumi dari sejenis kerang-kerangan yang banyak terdapat sepanjang pantai Laut
dari dunia purbaka. Negeri ini tidak hanya terletak di persimpangan jalan jalur-jalur perdagangan yang penting pada zaman purbakala tetapi juga di daerah Yudaisme, Kekristenan, dan Islam mengawali keberadaan mereka. Luas negeri itu sekitar 242 km dari Dan ke Bersyeba (utara- selatan) dan 160 km dari Laut
Tengah ke sungai Yordan (timur-barat). Iklimnya normal bagi daerah Timur Dekat, musim dinginnya sejak sampai dingin bergantung pada ketinggiannya, dengan sedikit salju di tempat- tempat yang lebih tinggi. Musim hujan berlangsung dari Oktober sampai April, dengan musim panas yang kering, tidak berawan dari bulan Mei sampai Agustus. Negeri Palestina terbagi dengan mudah dalam empat daerah geografis utama yang membujur dari utara ke selatan: dataran pantai, daerah perbukitan tengah, celah Yordan, dan dataran tinggi Transyordania. Pembagian geografis utama Palestina yang melintang dari timur ke barat berkaitan dengan segi-segi geografis negeri itu dan tapal batas politis dari dua kerajaan Israel yang pecah.
Pembagian ini meliputi daerah Galilea di utara, Samaria dan di daerah utaran-tengah Palestina. Yehuda di bagian selatan-tengah Palestina, dataran Negev (atau padang rumput "kering") di selatan, dan
semenanjung Sinai yang membentuk perintang besar antara Palestina dan Mesir (lihat peta dan gambar 4.1).
Dataran Pantai
Dataran pantai secara berangsur-angsur meluas sejauh 16 sampai 19 km mil di Palestina selatan. Hamparan tanah subur ini menerima lebih dari 75 cm curah hujan setiap tahun dekat Laut Tengah. Tiga dataran berbeda dikenali sepanjang pantai: Akre (Akko), membentang ke utara dari Gunung Karmel; (sekitar 40 km panjangnya dan 8 sampai 13 km lebarnya); Saron, antara Gunung Karmel dan Yope, kota Pelabuhan (sekitar 80 km panjangnya dan 16 km lebarnya); dan dataran Filistin di bagian paling selatan dari Yope ke Gaza. Dari segi geografis dataran pantai tidak pernah memegang peranan yang sangat penting bagi umat Ibrani selama sejarah Perjanjian Lama. Orang Fenesia menguasai
dataran sebelah utara, orang Filistin menguasai dataran selatan dan dataran Saron merupakan gurun, rawa, dan hutan yang lebat pada zaman dahulu kala.
Daerah Perbukitan Tengah
Daerah perbukitan tengah secara geografis paling beraneka ragam dan secara historis paling penting pada masa Perjanjian Lama.Kebanyakan kota-kota Israel terletak di daerah ini, dan wilayah tersebut merupakan bagian terbesar yang dikuasai oleh kerajaan Ibrani ketika masih bersatu dan ketika terpecah. Daerah yang berbukit-bukit membentuk punggung, atau tulang belakang dari Palestina barat dan umumnya terbagi atas tiga bagian utama: Galilea, Samaria, dan Yehuda. Daerah-daerah yang landai mencapai ketinggian 900 m - 990 m; daerah tersebut menerima curah hujan yang memadai dan cocok sekali bagi orang-orang ibrani untuk mengembangkan pertanian, termasuk gandum, kebun anggur, buah-buahan dan rumpun-rumpun pohon zaitun. Bagian-bagian utama Galilea meliputi Gunung Tabor (Hakim-Hakim 4:6, 12) dan lembah Yizrel. Kota Sikhem, diapit oleh Gunung Ebal dan Gunung Gerizim, yang dikuasai oleh Samaria (Yosua 8:30-35). Yerusalem terletak secara menonjol di persimpangan jalur-jalur lalu lintas perdagangan di Yehuda (2Samuel 5:6-12). Bidang tanah di antara dataran pantai di selatan dan daerah pegunungan di bagian tengah dikenal sebagai shephelah. Daerah luas subur (atau dataran tinggi antara pantai dan pegunungan) adalah daerah hutan pada zaman Perjanjian Lama dan diduduki oleh orang Filistin (bd. Hakim-Hakim 14-15; 1Samuel 17). Selama masa kerajaan Yehuda, Bet-Semes dan Lakhis merupakan kubu-kubu pertahanan penting di sisi barat daya Yehuda (2Tawarikh 25:17-28).
Lembah Yordan
Lembah Sungai Yordan atau celah Yordan, adalah lembah geologis besar yang mulai di Siria di pegunungan Libanon dan membujur ke selatan sampai ke Teluk Akaba dan Laut Merah. Lembah Sungai Yordan yang membentuk perbatasan timur Palestina adalah bagian dari parit geologis yang berigi-rigi ini.Sungai Yordan bermula pada lereng-lereng bagian
bawah dari Gunung Hermon dan timbul dari tiga anak sungai yang
mendapat airnya dari sumber-sumber. Sungai Yordan mengalir ke selatan dari Gunung Hermon ke Danau Hula dan rawa-rawa dan selanjutnya dengan deras mengalir turun sekitar 270 m, dan bermuara di Danau Galilea. Danau air tawar di daerah pedalaman ini berada 195 m di bawah permukaan laut dan dikelilingi oleh bukit-bukit kecil. Danau itu sendiri sekitar 21 km lebarnya dan 11 km panjangnya. Dari Danau Galilea itu Sungai Yordan mengalir ke selatan, berkelok-kelok menuju ke Laut Garam atau Laut Mati yang besar, sekitar 390 m di bawah permukaan laut - bagian yang paling rendah di muka bumi. Dahulu kala daerah sekitar Danau Galilea berpenduduk sangat padat dan secara intensif dan ditanami dengan memakai irigasi. Lebih jauh lagi ke selatan, lembah sungai itu menyempit dan dipadati tumbuh-tumbuhan hingga berupa hutan, tempat tinggal binatang-binatang liar pada masa Perjanjian Lama (bd. Yeremia 49:19; 50:44; Zakharia 11:3). Sebagian besar wilayah ujung selatan dari lembah sungai ini tidak ada penduduknya, kecuali di tempat Sungai Yabok memasuki Yordan dan di Oasis yang diairi
sumber-sumber di Yerikho. Bukit-bukit tanah liat yang licin dan berlumpur dan tumbuh-tumbuhan yang lebat yang berjajar sepanjang lembah Yordan membuatnya tetap merupakan perintang alam antara Palestina dan dataran tinggi Transyordan. Laut Mati tidak mempunyai saluran keluar yang alami, dan airnya yang melimpah dengan mineral mengandung kadar garam sampai 30 persen. Tebing-tebing batu kapur yang berjajar sepanjang pantai barat Laut mati dipenuhi gua-gua yang dipergunakan sebagai tempat persembunyian untuk penyamun, pelarian politik, dan komunitas-komunitas berbagai sekte keagamaan. Di tempat inilah di antara gua-gua dengan pemandangan "yang kurang
menyedapkan" ini ditemukan gulungan-gulungan naskah Laut Mati atau gulungan-gulungan naskah komunitas Qumran. Di sebelah selatan Laut Mati, lembah Araba membentang sejauh beratus-ratus km ke arah Teluk Kaba. Penduduk di pinggiran daerah padang gurun yang kering dan terpencil ini menambang endapan-endapan biji besi dan tembaga yang
dijumpai di daerah bukit-bukit di perbatasan Araba, atau giat dalam perdagangan dengan kafilah-kafilah yang melintasi daerah itu.
Dataran Tinggi Transyordania
Pada umumnya, dataran tinggi Tranyordania merupakan dataran luas yang menjulang dengan ketinggian sekitar 600-1800 m diatas
permukaan laut antara Sungai Yordan dan daerah paling utara dari gurun Arabia. Daerah ini menghasilkan beberapa jenis mineral dan cocok
untuk gaya hidup pertanian dan penggembalaan. Empat wadi utama atau anak sungai mengalir ke Sungai Yordan dari dataran tinggi ini, termasuk Yarmuk, Yabok, Arnon, dan Zered.Dataran tinggi Transyordania ini dapat dibagi menjadi tiga dataran tinggi utama: dataran tinggi Gunung Seir di selatan (dari Teluk Elat sampai Sungai Zered), daerah Moab dan Gilead di Transyordania tengah (membentang dari Zered ke Sungai Yarmuk), dan dataran tinggi Basan di utara (memanjang dari Yarmuk sampai Dan). "Jalan raya raja" menyusur sepanjang dataran tinggi Transyordan dan Bozra ke Damsyik.Dataran tinggi Seir merupakan daerah yang paling tidak datar dari ketiga daerah tersebut, dengan puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi sampai hampir 1800 m. Di sini orang Edom dan kemudian orang Nabeta membangun kota-kota mereka di antara tebing-tebing karang yang curam. Moab dan Gilead mempunyai tanah subur untuk bercocok tanam dan bidang tanah
berumput yang luas untuk kawanan ternak. Sisa-sisa hutan lebat masih dapat dijumpai di Gilead. Dataran tinggi yang paling luas dan subur adalah daerah Basan. Di sini dataran tinggi itu terletak sekitar 900-1500 m di atas permukaan laut, yang mengizinkan curah hujan yang memadai untuk pertanian. Tanah gunung berapi subur dari dataran Basan
menjadikannya padang-padang rumput yang terbaik di seluruh daerah Levantin di sebelah timur Laut Tengah (bd. Mazmur 22:13; bd. Amos 4:1). Daerah Trans-yordania adalah daerah yang pertama-tama didiami oleh orang-orang Ibrani sebagai bagian dari penaklukkan
Palestina sesudah peristiwa-peristiwa Keluaran dari Mesir (Yosua 13:24-31). Sepanjang sejarah PL daerah dataran tinggi ini sering kali
merupakan ajaran pertempuran militer sewaku orang Ibrani, orang Aram, orang Asyur, orang Moab dan orang Amon semua berlomba-lomba untuk menguasai pusat- pusat perdagangan sepanjang jalan raya raja dan daerah subur di Gilea dan Basan, suatu komoditi yang sangat bernilai di lingkungan gurun pasir dan kering dari bagian terbesar wilayah Timur Dekat. Referensi 02b
-PENGENALAN PERJANJIAN LAMA ILMU BUMI PERJANJIAN LAMA
Daerah Timur Kuno Daerah kejadian-kejadian Perjanjian lama pada garis besarnya termasuk lembah utara dan delta/beting sungai Nil, semenanjung Sinai, negara-negara Palestina, Fenesia, Aram (Siria), lembah- lembah sungai Efrat, Tigris, dan negara Persia (Iran). Sekarang seluruh daerah yang luas itu disebut "Sabit Subur" (Fertile Crescent). Penduduknya mendiami daerah yang berbentuk seperti dua garis
memanjang yang merupakan lengan daripada suatu sudut, dengan ujung sudut itu terletak di dekat mata air sungai Efrat. Garis timur dari sudut tersebut menuju ke arah Selatan melalui lembah Efrat sampai ke Teluk Persia. Pada garis itu terdapat bangsa Asyur, Babel dan Persia. Pada garis Barat-daya, terdapat bangsa Aram (Siria), Fenesia, Israel dan Mesir.
1.Kedua sistem sungai yang besar, yaitu sungai Nil (bagian Barat daya) dan Efrat-Tigris (bagian Timur laut)memungkinkan tanah datar yang luas dan berpengairan. Kedua daerah daratan tersebut menjadi pusat daripada dua kekuasaan besar pada masa Perjanjian Lama, yaitu Mesir dan Mesopotamia (Babel).
2.Perhatikanlah letak Israel di antara kedua kekuasaan besar tersebut. Mula-mula Mesir, kemudian Asyur, setelah itu Babel, Persia dan kerajaan-kerajaan Ptolemy dan Seleucus (raja-raja Yunani/Gerika), sangat mempengaruhi jalannya sejarah Israel. Dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan yang kuat itu, Israel kelihatan kecil dan tidak berdaya, bahkan tidak berarti bagi pandangan duniawi. Akan tetapi Israel telah
menandai dan mempengaruhi sejarah dunia dari segi agama dengan cara yang tidak tercapai oleh kerajaan-kerajaan yang lain itu.
3.Palestina Tanah Palestina atau Kanaan adalah daerah yang terletak di antara Lautan Tengah sebagai batas Barat dan Padang Gurun Arab sebagai batas Timur. Batas Utara dan Selatan tidak ditetapkan dengan pasti, tetapi kira-kira sesuai dengan ucapan yang sering kali terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu "dari Dan sampai Bersyeba" (Hakim-hakim 20:1; II Sam. 3:10; 17:11; I Tawarikh 21:2; II Tawarikh 30:5). Namun ""Palestina" berasal dari nama "Filistin" sebab orang-orang itu menduduki dataran pantai.
Panjang Tanah Palestina dari Dan sampai Barsyeba kurang lebih 240 km, sedangkan lebarnya kalau dihitung dari sungai Yordan ke pantai kurang lebih 95 km di bagian Selatan, dan kurang lebih 50 km di bagian Utara. Di sebelah Timur sungai Yordan, garis perbatasan agak kurang jelas.
Sifat Umum - pada umumnya, tanah Palestina berupa daerah
pegunungan. Di antara gunung-gunung itu, terdapat lembah-lembah yang cukup subur. Sebagai orang yang biasa hidup di daerah
pegunungan, bani Osrael kurang pandai berperang di tanah datar (Hakim-hakim 1:9), walaupun kemudian mereka mulai memakai
pasukan kuda untuk melawan Siria dan Asyur. Oleh sebab itu bani Israel tidak dapat mempertahankan bagian dataran pantai dalam waktu yang lama,sedangkan Dataran Esdralon sering menjadi perjuangan, yang tidak selalu berhasil baik bagi tentara Israel.
1.Bagian-bagian Umum - Tanah Palestina dengan sendirinya terbagi menjadi empat bidang dengan arah Utara-Selatan."Dataran Pantai", yang menyusur Lautan Tengah dari Gunung Karmel ke Selatan "Pegunungan Tengah", yang mulai dari Libanon dan mengarah terus ke padang gurun Selatan, dengan Datar Esdralon (Yiztreel) di pertengahannya.
b."Lembah Yordan" termasuk Laut Galilea dan Laut Mati.
c."Pegunungan Timur", mulai dari G. Hermon sampai ke tanah Moab. d.Dataran Pantai: Lebarnya berubah-ubah dari 8 sampai 24 km. Di
sebelah Utara G. Karmel terletak Fenesia dengan
.pelabuhan-pelabuhannya yang terkenal yaitu Tirus dan Sidon. Tetapi dari Karmel ke Selatan, garis pantai lurus saja dengan hanya satu tempat sebagai kemungkinan pelabuhan, yaitu Yope (Jaffa), yang sejak semula menjadi pelabuhan
Kota Yerusalem. Pegunungan Tengah:
Bagian Utara - Disini sebenarnya terdapat dua pegunungan, yaitu
Libanon dan Anti-Libanon. Di antara dua pegunungan tersebut terdapat rute yang biasa dipakai oleh penyerbu- penyerbu dari Utara/Timur. Para pemazmur dan nabi sering menyebutkan tentang salju, pohon-pohon cedar, sungai- sungai, keindahan dan kesuburan daerah Libanon itu (Yer. 18:14; Kidung Agung 4:15; Yes. 60:13). Gunung yang paling tinggi di bagian ini adalah Hermon (2800 m) yang ditutupi oleh salju, juga
disebut "Siryon" di Perjanjian Lama (Ul. 3:9; Maz. 42:7; 89:13; 133:3). Menuju ke Selatan pegunungan Libanon (Barat) menjadi pegunungan Galilea, yang tidak setinggi pegunungan Libanon. Bagian ini jarang masuk sejarah Perjanjian Lama karena jauh dari pusat kejadian-kejadian besar. Namun, pada zaman Perjanjian Baru, daerah Galilea itu menjadi tempat yang sangat penting. Pegunungan Samaria - sebelah Selatan Dataran Esdralon, Pegunungan Tengah memasuki daerah "pegunungan Samaria", tanah yang berbukit-bukit dengan lembah-lembah yang subur, misalnya Dataran Dotan di mana kakak-kakak Yusuf penggembalakan kambing domba ayah mereka (Kej. 37:17). Di Samaria juga terdapat beberapa kota yang terkenal pada zaman Perjanjian Lama, misalnya kota Sikhem (terletak di antara G. Ebal & Gerizim) yang ada hubungannya dengan Abraham (Kej. 12:6) dan Yakub (Kej. 33:18), dan juga menjadi tempat perkumpulan sidang-sidang besar orang Israel (Yos.
24).Pegunungan Yudea - Menuju ke Selatan lagi, terdapat "pegunungan Yudea". Pada batas Utaranya terdapat banyak benteng-benteng, yang menceritakan peperangan-peperangan antara Yehuda dan Israel. Di bagian Selatan terletak kota Betlehem, tempat lahirnya Daud (I Sam.
16:1) dan tempat kejadian kisah Rut (Rut 1:1,19). Agak ke Selatan lagi terletak Hebron, kota yang paling tua di Palestina, dimana para kepala bangsa (patriarkh) dikuburkan di dalam Gua Makhpela (Kej. 23:19; 25:9; 50:13), dan yang dijadikan ibu kota Yehuda oleh Daud sebelum Yerusalem ditaklukkan (I Taw. 11:1,2).
Lembah Yordan
Sungai Yordan - mata airnya terletak di sebelah Barat G. Hermon, kurang lebih 525m. di atas permukaan laut. Dia mengalir ke Selatan melalui dua danau, yaitu mata air Meron (Danau Huleh) (Yos. 11:1-9) dan Laut Galilea, akhirnya masuk Laut Mati kira-kira 400m. di bawah permukaan laut. Sebab daerahnya menurun, sungai itu mengalir cukup deras dan tidak dapat dilayari secara praktis. Tetapi sungai Yordan dapat diseberangi dengan memakai arungan yang terletak misalnya di Yerikho, dan di beberapa tempat di sebelah Utara Yabok. Di tempat
penyeberangan Yabok itu Yakub bergulat pada waktu malam (Kej. 32:33 dst.).Laut Galilea - panjangnya 20 km. sedangkan pada bagian yang paling lebar 12 km. Letaknya berupa tempat dalam (210m di bawah permukaan laut), dikelilingi bukit-bukit tinggi. Laut ini jarang
disebutkan dalam Perjanjian Lama, kecuali dengan memakai nama "Kinerot" (Yos. 11:2) atau "Kineret" (Ul. 3:17). Laut Mati - disebut "Laut Asin" dalam Perjanjian Lama (Kej. 14:3; Bil. 34:3), atau "Laut Araba" (Ul. 3:17). Panjangnya 69 km, lebarnya 5 km. sampai 14 km, dan merupakan genangan air yang paling rendah di dunia (397m. di bawah permukaan laut). Oleh sebab itu, iklimnya panas sekali. Tidak ada saluran keluar, dan kalau air meluap, akhirnya menguap. Oleh karena itu airnya penuh dengan garam dan mineral- mineral lain. Di sebelah barat terletak jurang-jurang En- Gedi, tempat di mana Daud menyembunyikan dirinya (I Sam. 24:1).
Pegunungan Timur Di bagian ini terdapat tanah berbukit-bukit yang cukup subur, dengan hutan dan kebun buah-buahan. Di sini juga terdapat dataran tinggi Basan, yang terkenal karena lembu-lembunya (Amos 4:1; Ul. 32:14) dan kota-kotanya yang besar. Ke Selatan lagi terletak Gilead,
yang terkenal karena rempah-rempahnya (Kej. 37:25), dan tanah Amori yang rajanya Sihon dikalahkan oleh Israel (Bil. 21:21 dst.). Di daerah ini juga terletak Yabesy-Gilead, tempat Saul pertama kali muncul sebagai seorang yang berkuasa di Israel (I Sam. 11); juga Ramot-Gilead, dimana raja Ahab dikalahkan oleh Aram dan mati (I Raja-raja fas. 22). Lebih ke Selatan lagi, yaitu dekat Laut Mati dan sebelah Timurnya, terdapat bani Amon dan Moab, tetangga yang sering menyerang Israel. Daerah paling Selatan didiami bani Edom. Oleh karena daerah ini sukar sekali
dipertahankan, maka Israel tidak dapat menegakkan diri secara tetap di sebelah Timur sungai Yordan.
Dataran Esdralon Daerah yang bersegi-tiga ini sangat penting di dalam sejarah Perjanjian Lama, maka karena itu diperhatikan secara khusus. Letaknya di antara Galilea dan Samaria; pegunungan Galilea sebagai batas Utara, pegunungan Karmel sebagai batas Barat- daya, dan pegunungan Gilboa sebagai batas Timur. Sungai Kison mengalir daripadanya ke Lautan Tengah. Jalan keluar dari sebelah Timur ke lembah Yordan ialah melalui lembah Yizreel (dalam bahasa Yunani "Esdralon""). Dataran ini sangat penting karena letaknya sangat
strategis. Pedagang-pedagang dari Damsyik, Arabia dan Mesopotamia yang menuju ke pantai Siria atau Mesir, biasanya melewati dataran Esdralon. Tanahnya juga subur sekali, maka dari itu dipandang sebagai tanah yang berharga dan baik dimiliki.
Oleh karena daerah ini mudah dimasuki baik dari sebelah Timur maupun dari sebelah Barat, maka menjadi medan peperangan Israel. Terutama, pernah terjadi empat perang besar di sini:
1.Sisera, panglima Kanaan, dikalahkan oleh Debora dan barak (Hakim-hakim 5:19-21)
2.orang Midian dihancurkan oleh Gideon dengan 300 prajuritnya di kaki Gunung Gilboa (Hakim-hakim fas 7).
3.Raja Saul dan anaknya Yonathan dibunuh di G. Gilboa oleh orang filistin (I Sam. 31)
memasuki Dataran Esdralon melalui jalan Megido (II Raja-raja 23:29, 30). Di G. Karmel, Elia mengadakan pengujian terhadap nabi-nabi Baal (I Raja-raja 18:20 dst.) Kota Yizreel kadang-kadang menjadi tempat tinggal Raja Ahab, dan di lereng gunung tersebut terletak kebun anggur Nabot yang dirampas Ahab dengan tipu muslihat (I Raja-raja 21:1 dst). Letak kota Yerusalem Yerusalem terletak 700m di atas permukaan laut, di daerah pegunungan Yudea. Sebenarnya tempat itu kurang baik sebagai lokasi ibu kota negara - jauh dari laut (54km), tidak terletak di tepi
sungai besar, tidak dekat dengan jalan raya/dagang, persediaan airnya kurang bagus dan termasuk daerah kurang subur. Namun demikian, tidak ada sebuah kota lain yang telah sedemikian rupa mempengaruhi sejarah dunia.
SEJARAH PERJANJIAN LAMA Daftar Isi
a.Hal-hal penting yang perlu diketahui dalam mempelajari sejarah PL b.Sejarah PL adalah sejarah KEHIDUPAN MANUSIA YANG NYATA c.Sejarah PL adalah PEKERJAAN ALLAH
d.Sejarah PL adalah SEJARAH KESELAMATAN 1.Kronologis Sejarah PL
Jaman Adam sampai Abraham (kira-kira 5000 - 4000 SM) . Jaman Patriakh-Patriakh (kira-kira 2000 - 1400 SM) b.
Jaman Keluaran/Eksodus dari Mesir (kira-kira 2000 - 1400 SM) c. Jaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 SM) d.
Jaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 SM) e. Jaman Kerajaan Terpisah (kira-kira 930 - 586 SM) f.
Jaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah Israel (kira-kira 587 B.C). g.
SEJARAH SINGKAT PERJANJIAN LAMA
Seperti yang telah disinggung pada pelajaran sebelumnya bahwa
sebagian besar Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama berisi cerita sejarah, khususnya tentang sejarah bangsa Israel. Cerita-cerita tsb. bukanlah cerita yang sekedar kita dengar lalu kita lupakan, karena ada makna
teologis yang dapat ditarik kalau kita mempelajari dengan teliti dan dengan tujuan yang benar.
Mempelajari sejarah PL harus dimulai dengan kerinduan untuk mengerti maksud dan rencana Allah berintervensi (turut campur tangan) dalam sejarah manusia. Hal inilah juga yang mendorong para ahli Alkitab untuk meneliti dan menyusun urutan kejadian-kejadian dalam Alkitab untuk melihat kembali bagaimana Allah berkarya, menyatakan Diri-Nya dan bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia. Tindakan Allah dalam sejarah ciptaan-Nya ini membuktikan akan penyertaan dan pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya. Apa yang Allah kerjakan dan tunjukkan di masa lampau dalam sejarah Perjanjian Lama, memberikan dampak dan pengharapan bagi kita yang hidup pada masa kini.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah hal-hal penting yang perlu diketahui dalam mempelajari sejarah PL ini.
a. HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIKETAHUI DALAM MEMPELAJARI SEJARAH PL
Sejarah PL adalah Sejarah KEHIDUPAN MANUSIA YANG NYATA
Sejarah PL bukanlah cerita-cerita usang belaka dari suatu bangsa yang hanya rekaan manusia. Sejarah PL adalah kisah dari sebuah bangsa yang betul-betul ada di dunia, yang telah dipilih Allah untuk menjadi saluran kasih-Nya. Setiap kejadian yang ada dalam sejarah PL merupakan sebuah mata rantai sejarah Keselamatan Allah yang panjang yang saling menyambung, karena kisah yang ada dal
PL tsb. satu dengan yang lain memiliki hubungan/kaitan yang sangat erat, baik hubungan sebagai kelanjutan cerita, tapi juga hubungan akan penggenapan atas nubuat yang telah diberikan sebelumnya.
b.Sejarah PL adalah PEKERJAAN ALLAH
Alkitab PL bukan saja meliputi cerita kronologis bangsa Israel dari permulaan pemilihan sampai jaman Yesus Kristus, tapi adalah sejarah pekerjaan Allah yang terus menerus dinyatakan di dalam kehidupan orang-orang Israel agar mereka mengerti tujuan pekerjaan dan rencana karya Allah untuk keselamatan mereka serta menjadikan mereka rekan kerja Allah.
c.Sejarah PL adalah SEJARAH KESELAMATAN
Dari peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis maka terlihatlah suatu benang merah berita inti dalam seluruh sejarah umat manusia, yaitu Sejarah Keselamatan yang Allah anugerahkan kepada manusia.
Manusia yang telah jatuh dalam dosa dan terputus hubungan dengan Allah diberikan pengharapan baru; dan pada setiap generasi, sejarah mencatat, Allah selalu mengulangi panggilan-Nya agar manusia berbalik dan menerima keselamatan yang dari Tuhan. Dari tiga hal di atas
jelaslah bahwa untuk mempelajari sejarah PL kita harus melihat keseluruhan beritanya dalam konteks yang tepat. Sejarah PL bukan berisi perintah-perintah yang harus kita ikuti atau cerita yang bisa kita ambil dan mengerti secara terpisahpisah, karena masing-masing
peristiwa memiliki latarbelakang historis yang menuju ke satu berita utama, yaitu berita Keselamatan. Oleh karena itu mempelajari sejarah PL akan menolong kita secara langsung untuk mempelajari konteks dalam menafsirkan berita PL secara benar.
2. KRONOLOGIS SEJARAH PL
Sebelum memberikan garis besar sejarah seluruh PL, perlu terlebih dahulu kita mengerti bagaimana para ahli Alkitab dan sejarah
menentukan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa tsb. secara kronologis. Penentuan waktu kronologis sejarah PL (dari masa penciptaan, Adam dan seterusnya) tidak begitu mudah untuk dipastikan, karena Alkitab sendiri tidak ditulis untuk maksud memberikan catatan kronologis yang urut dan lengkap. Tujuan Alkitab mencatat peristiwa-peristiwa penting adalah untuk memberikan gambaran sehubungan dengan bagaimana Allah bertindak terhadap manusia pada tempat dan waktu saat itu. Salah satu cara menentukan waktu kejadian penciptaan Adam adalah dengan teori Ussher (sekalipun sekarang teori ini tidak populer), yaitu dengan cara menjumlahkan kebelakang genealogi- genealogi (silsilah) dan data-data kronologis lain yang terdapat dalam PL (dengan asumsi bahwa silsilah-silsilah PL semua lengkap dan berurutan). Dengan cara ini ditentukan bahwa waktu penciptaan Adam adalah thn. 4004 SM
(Sebelum Masehi). Banyak orang masih memakai pedoman pentarikhan waktu Ussher ini sebagai pedoman pengurutan kronologisnya saja,
sedangkan penentuan tahunnya tidak diikuti.
Jaman Adam sampai Abraham (kira-kira 5000 - 4000 SM)
Jaman ini oleh beberapa sarjana ditempatkan dalam ruang waktu antara 5000-4000 SM, walaupun ada banyak pandangan yang berbeda- beda tentang penetapan waktu ini. Dalam jaman ini dicatat dua peristiwa besar:
Air bah (Kejadian 6:13; 9:17) - 3000 SM, tahun ini ditentukan dengan memperhatikan kesamaan antara Air Bah di dalam Alkitab dengan sebuah kisah air bah yang berasal dari Babel.
1.Menara Babel (Kejadian 11:1-9) - 3000-2000 SM, karena kejadiannya ini tidak lama sesudah air bah, (dimana semua manusia masih tinggal di satu daerah).
2.Jaman Patriakh-Patriakh (kira-kira 2000 - 1400 SM)
Kisah pengembaraan Abraham dalam Kejadian 12-50 dapat diyakinkan dari berbagai keterangan yang cocok sekali dengan lingkungan
kebudayaan periode tahun 2000-1600 SM, dimana cara hidup orang-orang jaman itu adalah mengembara (nomandik). Tanah Palestina saat itu masih jarang penduduknya sehingga pengembaraan masih dapat dilakukan dengan bebas di daerah-daerah yang subur, bahkan dari daerah Mesopotamia (tempat asal Abraham) ke Palestina.
Jaman Keluaran/Eksodus dari Mesir (kira-kira 2000 - 1400 SM)
Ada dua periode besar pada jaman ini yang berjalan kira-kira 430 tahun (Kel. 12:40-41). Pertama adalah masa Abraham dipanggil Tuhan sampai Yakub masuk ke Mesir (Kej. 12:4; 2:15; 25:26; 47:9). Dan kedua adalah masa bgs. Israel di Mesir sampai keluar dari Mesir. Thn. 1290 SM
diperkirakan sebagai tahun keluarnya (Eksodus) bangsa Israel dari Mesir. Saat itu diperkirakan umur Musa adalah 80 tahun.
Jaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 SM)
Jaman ini adalah masa sesudah kematian Yosua. Dalam periode ini ada 13 hakim yang ditunjuk Tuhan untuk memimpin bangsa Israel hidup di
Tanah Perjanjian. (Daftar Hakim-hakim lihat di bahan eferensi) Masa Hakim-hakim ini dianggap sebagai masa gelap bangsa Israel,
diungkapkan sebagai masa dimana "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." (Hak. 17:6). Pada masa ini sepertinya Tuhan tidak bekerja, baik melalui mujizat maupun tanda-tanda lain yang menyertai. Kehidupan bangsa Israel sangat mundur bukan hanya secara rohani tapi juga dalam hal keamanan dan kesejahteraan jasmani. Mereka sering dikalahkan, dirampok dan diperlakukan sangat buruk oleh
bangsa-bagsa lain yang lebih kuat. Kunci dari masalah ini adalah karena dosa-dosa yang diperbuat oleh bangsa Israel, sehingga Tuhan
meninggalkan mereka.
Jaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 SM)
Dalam rangkaian sejarah bangsa Israel, periode jaman ini dapat dikatakan sebagai jaman yang paling gemilang dan makmur. Israel menjadi bangsa yang memiliki derajat tinggi diantara bangsa- bangsa di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam berbagai bidang (ilmu pengetahuan, kesusasteraan, pembangunan dll.) Tapi pada pihak yang lain sistem pemerintahan "Teokrasi", yaitu kepemimpinan langsung oleh Tuhan, mulai ditinggalkan oleh bangsa Israel. Tuhan mengijinkan mereka memiliki raja sendiri untuk
memerintah karena kedegilan hati bangsa ini. Tetapi Tuhan memberikan peringatan yang jelas (I Sam. 8) bahwa mereka akan menyesal
dikemudian hari. (Daftar Raja-raja Israel dapat dilihat di bahan Referensi).
Jaman Kerajaan Terpecah (kira-kira 930 - 586 SM)
Kejayaan kerajaan Israel berakhir setelah pemerintahan raja Salomo, karena kemudian kerajaan ini mulai pecah dan runtuh sedikit demi
sedikit dan akhirnya hancur karena kejahatan mereka di mata Tuhan dan penyembahan-penyembahan mereka kepada patung- patung berhala. Karena janji dan kesetiaan Tuhan pada bangsa ini maka tak
henti-hentinya Tuhan berbicara dengan mengirimkan utusan-utusan-Nya. Pada jaman ini beberapa nabi dibangkitkan Tuhan untuk menyampaikan