• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spo Sanitasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Spo Sanitasi"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

RS. NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENYEDIAAN AIR BERSIH

No. Dokumentasi

01/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/3 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Air bersih adalah air yang layak konsumsi oleh manusia dan

memiliki kualitas minimal sebagaimana dalam Keputusan

Mentri Kesehatan Republik Indonesia No :

907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum

Tujuan Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada saat

pelaksanaan kegiatan dirumah sakit agar kebutuhan akan air bersih dapat terpenuhi.

Kebijakan 1. Jumlah kebutuhan air bersih untuk rumah sakit masih

belum dapat ditetapkan secara pasti.

2. Jumlah kebutuhan air mengikuti perkembangan

pelayanan dan kelas dalam rumah sakit.

Prosedur 1. Menilai prioritas kebutuhan Air Bersih.

A. Kebutuhan air disesuaikan dengan jumlah kamar, jumlah pelayanan Yang ada dalam rumah sakit tersebut, dan jumlah tempat tidur.

B. Perkiraan jumlah kebutuhan air bersih / tempat tidur adalah 500 – 900 liter/tempat tidur/hari.

2. Mengetahui standar Kualitas Air Bersih.

A. Secara fisik : jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.

B. Secara mikrobiologis : tidak mengandung organisme pathogen dan bebas dari kandungan biologi yang membahayakan kesehatan manusia atau estetika.

C. Secara kimia : tidak mengandung bahan kimia pada

konsentrasi yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis, gangguan estetis, atau merugikan secara ekonomis, tidak korosif atau keruh, tidak meninggalkan endapan pada jaringan perpipaan, tangki dan lain-lain.

(2)

Prosedur 3. Sumber Air Bersih A. Sumur gali B. Sumur bor

4. Cara pengolahan Air Bersih.

A. Penyimpanan Air sumber dalam suatu reservoir

bersekat.

B. Pemberian bahan koagulasi untuk mengurangi

kekeruhan dan warna.(Almunium sulfat)

C. Sedimentasi (pengendapan) terhadap partikel hasil

koagulasi guna meringankan beban penjernihan selanjutnya.

D. Pemberian bahan untuk menetralisir keasaman jika air

baku yang digunakan pH nya tinggi. (kapur/Calsium bicarbonat).

E. Desinfeksi air dengan menggunakan bahan kimia atau

fisika guna menghilangkan bakteri patogen.

(kaporit/hipoklorit).

5. Pengitungan jumlah kebutuhan air.

A. Hitung debit yang dihasilkan pompa, dengan rumus

Q = V/T

Dimana Q = Debit ait (Liter/Sekon) V = Volume air (Liter)

T = Waktu (Sekon)

B. Hitung luas tempat penampungan air (reservoir) agar

disesuaikan dengan debit dan pemakaian pada waktu-waktu padat (pagi dan siang).

Rumus = P X L X T

C. Menghitung jumlah tempat tidur dan jumlah instalasi

yang membutuhkan sarana air bersih, untuk perkiraan jumlah pemakain air per tempat tidur adalah minimum

500 liter/tempat tidur/hari. (Kemenkes No :

1204/Menkes/sk.x/2004)

Prosedur 6. Sistem Distribusi Air

Menggunakan sistem sambungan langsung dan booster pompa, kapasitas pompa harus cukup besar sehingga memenuhi kebutuhan untuk menyedot hingga ke lantai 5. Usahakan untuk menyetel pompa booster agar bila terjadi penurunan tekanan negatif, maka penurunan tekanan sampai tingkat yang telah distel (misalnya 30 psi).

7. Sistem air panas

(3)

Heating, Refrigerating, and Air Condition Engineers).

B. Suhu : 110º F suhu maksimal bathubs dan shower.(93ºC)

C. Persyaratan untuk dapur dan laundry.

Laundry : 5 gal per pound

Dapur : 1,37 gal/orang/sekali masak

Pelaksanaan 1. Sanitasi

2. Tenaga teknis air bersih 3. Teknisi plumbing air bersih

Evaluasi 1. Mutu air sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia No : 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.

2. Kuantitas sesuai dengan kebutuhan.

3. Perlu dilakukan frekuensi pemeriksaan plumbing sebulan sekali.

(4)

RS. NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENYEDIAAN AIR PADA KEGUNAAN KHUSUS

No. Dokumentasi 02/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian

Penyediaan air yang memerlukan mutu air lebih dari mutu untuk keperluan sehari-hari sehingga perlu dilakukan pengolahan tambahan.

Tujuan

Menyediakan air ke unit-unit yang memerlukan mutu air secara khusus:(laboratorium, farmasi, unit perawatan, bedah, laundri dan peralatan medis tertentu)

Kebijakan

1. Masalah kontaminasi air pada kegunaan khusus

A. Kontaminasi dari bahan kimia, bahan kimia yang biasa ditambahkan pada proses pengolahan air untuk konsumsi umum bisa dipandang kontaminan pada keperluan khusus.

B. Kontaminasi mikroba, yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

C. Kontaminasi gas dalam air, misalnya amonia dan chlorin. Kontaminan tersebut dalam kegunaan khusus di laboratorium menyebabkan penyimpangan hasil uji laboratorium.

Prosedur

1. Alternatif metode pengolahan A. Saringan karbon :

a) Siapkan karbon aktif letakkan didasar reservoar. b) Masukkan bahan baku air.

c) Alirkan air sampai warna pekat karbon hilang,buang

air kotor dari karbon.

d) Air siap digunakan didalam reservoar, lakukan ”back wash”, terhadap karbon secara berkala sesuai petunjuk pabrik.

e) Frekuensi ”back wash” dapat ditentukan melalui uji bakteri, maka saringan perlu diganti atau diaktifkan kembali.

(5)

B. Pertukaran ion :

a) Siapkan granula dan resin dalam kolom silindris.

b) Air yang akan diolah melewati kolom silindris dengan perlahan,maka perlu diatur debit airnya.

c) Ketika air kontak dengan resin terjadilah pertukaran

kimia ion yang ada dalam resin bertukar dengan ion yang ada didalam air.

d) Bila ion sodium pada resin telah terpakai, ion sodium harus diperbahrui dengan larutan ”brine” ( NaCl konsentrasi tinggi).

e) Water softener dapat di pergunakan lagi pada air .

C. Destilasi

a) Siapkan air baku yang akan diolah.

b) Panaskan air pada suhu 150ºc pada alat destilator.

c) Tampung uap air yang keluar dinginkan, masukkkan

kedalam reservoir.

d) Jika ada senyawa amonia atau clor yang terkondensasi dalam air maka dapat dilakukan pertukaran ion ataupun dengan saringan karbon sebelum proses destilasi.

Catatan : setelah air murni dihasilkan maka perlu dilakukan upaya untuk menjaga kualitasnya.dan dipantau berkala mengenai kualitas airnya.

Pelaksana

1. Sanitasi

2. Tenaga teknis air bersih 3. Teknisi plumbing air bersih

(6)

RS. NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

No. Dokumentasi 03/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang

berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia beracun, dan radio aktif.

Tujuan 1. Untuk mengolah limbah cair dari hasil kegiatan rumah

sakit

2. Agar limbah aman di buang kelingkungan sehingga tidak

mencemari lingkungan sekitar.

3. Meminimalisasi penyakit berbasis lingkungan yang

disebabkan oleh air limbah rumah sakit

Kebijakan 1. Adanya karakteristik air limbah yang disesuaikan dengan

jenis limbah, misalnya : limbah radio aktif, limbah bersuhu tinggi, limbah berlemak, caustic asam dan solvent dan lain-lain.

2. Sifat limbah yang bermacam-macam dari kegitan tiap unit

di rumah sakit.

Prosedur 1. Tahap pengumpulan limbah cair

Dalam tahap pengumpulan limbah ke bak penampungan meliputi aspek :

A. Berapa banyak unit sumber yang menghasilkan limbah

cair.

B. Untuk masing–masing sumber perlu dilakukan alat

pengukur debit limbah cair untuk mengetahui berapa debit limbah cair yang dihasilkan.

C. Khusus untuk limbah dari dapur pada saluran

pembuangan harus dipasang penangkap lemak dengan ukuran yang disesuaikan.

D. Ukuran dan jumlah bak penampungan awal disesuaikan

(7)

Prosedur

E. Tampung limbah pada bak penampungan air limbah.

2. Tahap pengolahan limbah :

A. Freeteatment : pengolahan pendahuluan ,menyaring

padatan kasar dari hasil limbah (Saringan kasar ,penangkap minyak dan lemak).

B. Primarytreatment : bak pengolahan limbah utama

meliputi pengendapan lumpur dan bahan tersuspensi dalam air limbah serta padatan –padatan kecil. Meliputi pengolahan utama dalam air limbah dan penambahan mikroba untuk menguraikan air limbah

C. Secondary treatment : bak pengolahan limbah tahap ke

2 meliputi saringan pasir halus.

D. Tertiary treatment : bak pengolahan limbah tambahan,

pengolahan ini dimaksudkan untuk memperbaiki mutu air limbah, contoh: jika terlalu asam (pH rendah) air limbah ditambahkan kapur tohor, jika kandungan mikrobanya tinggi di tambahkan kaporit untuk mengurangi mikroba.

3. Hitung berapa meter kubik limbah yang dibuang ke

lingkungan per harinya.

4. Pembuangan langsung ke badan air, atau saluran

terdekat.dengan pemeriksaan mutu limbah secara continue selama 3 bulan sekali. Di bak pengolahan, dipembuangan dan di badan air.

Pelaksana 1. Sanitarian rumah sakit ( pengawas dan penanganan)

2. Operator proses pengolahan limbah

Evaluasi Parameter air limbah memenuhi baku mutu seperti pada

(8)

RS. NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENGELOLAAN SAMPAHNON MEDIS

No. Dokumentasi 04/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Sampah rumah sakit adalah hasil buangan dari kegiatan di

tiap-tiap unit rumah sakit, yang menghasilkan limbah buangan non medis yang memiliki karakteristik limbah bahan domestik rumah tangga baik organik dan an organik.

Kebijakan 1. Adanya karakteristik sampah padat rumah sakit yang

bermacam-macam yang mengakibatkan harus dilakukanya pemisahan sampah pada tahap awal pembuangan.

2. Untuk kategori sampah medis dilakukan pengolahan khusus yang dikhawatirkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan khususnya bagi karyawan rumah sakit.

Prosedur 1. Harus dilakukan batasan dan penggolongan sampah rumah

sakit.

2. Menghitung volume sampah perhari di rumah sakit , berkaitan dengan :

A. Jumlah pengunjung di rumah sakit perhari.(asumsi sampah domestik adalah 2 kg/orang/hari)

B. Meningkatnya jumlah sampah berkaitan dengan barang sekali pakai (disposable).

C. Menghitung jumlah unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit.

3. Penampungan sampah :

A. Tempat penampungan harus memenuhi syarat : a) Bahan tidak mudah berkarat.

b) Kedap air, terutama untuk menampung sampah basah.

c) Bertutup rapat.

d) Mudah untuk dibersihkan

(9)

Prosedur f) Tidak menimbulkan bising. g) Tahan benda tajam dan runcing.

B. Digunakan kantong plastik selapis dalam bak sampah,

khusus untuk laboratorium paling tidak diperlukan tiga tipe tempat penampungan sampah ( sampah pecah belah, sampah infeksius, sampah basah).

C. Pengangkutan sampah dalam rumah sakit :

Menggunakan kereta pengangkut sampah dengan memperhatikan :

a) Penyebaran tempat penampungan sampah.

b) Jalur jalan dalam rumah sakit.

c) Jenis dan jumlah sampah.

d) Jumlah tenaga dan sarana yang tersedia.

D. Pembuangandan pemusnahan :

Terdapat 2 alternatif pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis.

1. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non

medis secara terpisah

2. Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non

medis dijadikan satu.

Pelaksana 1. Tenaga sanitarian (pengawas)

2. Tenaga kebersihan rumah sakit 3. Tenaga pengelola sampah

Evaluasi 1. Akumulasi sampah yang tidak terangkut/terolah

2. Pengukuran tingkat kepadatan lalat (indeks lalat)

3. Ada tidaknya keluhan, baik dari masyarakat yang tinggal disekitar rumah sakit, pengunjung, pasien dan petugas rumah sakit.

(10)

RS. NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBUANGAN SAMPAH NON MEDIS No. Dokumentasi 05/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/1 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Pembuangan sampah non medis merupakan kegiatan

penanganan dan pengelolaan sampah yang dihasilkan rumah sakit secara layak dan aman guna menghindari terjadinya pengembangbiakan serangga, tikus dan jenis serangga lainnya yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan petugas dan lingkungan sekitar.

Tujuan 1. Memberi acuan langkah-langkah penanganan sampah non

medis

2. Acuan langkah-langkah dalam upaya meningkatkan

sanitasi rumah sakit dan pencegahan terjadinya mata rantai penyebaran penyakit menular.

Kebijakan Petugas yang melaksanakan tugas harus menggunakan alat

perlindungan diri (APD)

Prosedur 1. Sampah yang berasal dari masing-masing unit pelayanan

dikumpulkan oleh petugas khusus cleaning service dengan pengawasan sanitasi mengangkut sampah medis maupun non medis secara terpisah.

2. Siapkan plastik untuk memungut sampah

3. Menggunakan alat tersendiri saat mengambil sampah

4. Setiap tempat/tong sampah dilapisi dengan kantong

plastik

5. Tempat pembuangan sampah mudah dikosongkan dan

ditempatkan pada lokasi yang terjangkau.

6. Pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan

alat pengangkut tersendiri

7. Pengangkutan ke tempat pembuangan dilakukan pihak

ketiga

Unit terkait - Cleaning Service, Sanitasi

(11)

RS. NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

No. Dokumentasi 06/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/6 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Limbah medis adalah limbah yang terdiri dari limbah

infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Kebijakan Diperlukan untuk pengelolahan limbah medis sesuai dengan

kegiatan masing-masing unit kerja.

Prosedur 1. Mengkategorikan limbah dalam beberapa golongan :

A.Golongan A

a) Dressing bedah, swab dan semua limbah

terkontaminasi dari daerah ini.

b) Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi.

c) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun

tidak), bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing.

B.Golongan B

Syringe bekas, jarum, catridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.

C.Golongan C

Limbah dari ruang laboratorium dan post-martum kecuali yang termasuk dalam golongan A

D.Golongan D

Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

E.Golongan E

Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad dan stomabags.

2. Latihan penanganan dan pembuangan limbah untuk

petugas/staf yang bekerja di unit yang menghasilkan limbah medis.

(12)

tertutup dengan rapat

B. Menangani kantong/tempat sampah dengan hanya

memegang leher kantong/tempat sampah saja.

C. Mengetahui prosedur jika kantong/tempat sampah

tumpah yaitu pada saat mengambil sampah gunakanlah sarung tangan karet yang sekali pakai, jika kantong sampah tumpah maka sampah di pungut dengan menggunakan sarung tangan karet, lantai yang

terdapat tumpahan dilap dengan lap bersih

menggunakan alkohol.

D. Memastikan bahwa pengikat pada kantong limbah tidak

akan putus ataupun tumpah pada saat pengangkutan.

E. Pemungut, sopir dan petugas lain sadar akan sifat-sifat

dan bahaya dari limbah yang ditangani.

3. Mengkodekan container tempat sampah sesuai dengan

warnanya :

A. Merah untuk limbah radio aktif dengan simbol radio

aktif (kontainer boks tibal)

B. Hitam untuk limbah rumah tangga atau hasil buangan

dari dapur dengan symbol recyle.(kontainer boks kuat,anti bocor dan anti karat).

C. Kuning untuk limbah infeksius,patologi dan anatomi

dengan symbol hazard (kontainer kuat,anti bocor, ringan dan sterilisasi otoklaf).

D. Ungu untuk limbah sitotoksis dengan symbol bahan

beracun biasanya untuk limbah laboratorium dan farmasi ( kontainer kuat ringan , anti bocor tahan zat kimia dan asam)

(13)

Prosedur

lambang hazard (container kuat,dan anti bocor,rapat)

4. Penanganan limbah berdasarkan golongannya :

A.Golongan A.

a) Dessing bedah yang kotor swab, dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung pada bak penampungan limbah medis yang tersedia.

b) Lengkapi dengan kantong pelapis pada tempat penampungan sampah.

c) Pelapis tersebut hendaknya diambil paling sedikit satu

hari sekali atau bila tiga per empat kontainer penuh. d) Ikat dengan kuat sebelum diangkut dan ditampung

sementara di bak sampah klinis.

e) Bak dibuat dengan kuat dan tidak bocor.

f) Sampah dari unit haemodialisis hendaknya

dimusnahkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving tetapi kontainer harus dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bias menembus secara efektif.

g) Limbah dari unit lain hendaknya juga dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak memungkinkan bisa dengan cara lain yaitu ditimbun dengan tanah pada kedalaman ± 2m .

h) Prosedur yang digunakan dalam menangani limbah penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang bertanggung jawab, kepala bagian sanitasi, dan dinas kesehatan setempat c.q Sub Din PKL setempat.

i) Semua jaringan tubuh, placenta dan lain-lain

hendaknya ditampung pada bak limbah klinis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incenerator.

j) Karkas laboratorium yang terinfeksi hendaknya

(14)

Prosedur B.Golongan B

a) Syringe, jarum, dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.

b) Sampah golongan ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya ditampung didalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimusnahkan dengan incinerator.

C.Golongan C

Pembuangan sampah klinis yang berasal dari unit patologi kimia,haematologi dan transfusi darah, microbiologi, histologi dan postmortum serta unit sejenis (misalnya tempat binatang percobaan disimpan ), dibuat dalam kode pencegahan infeksi dalam laboratorium klinis dan ruang post-mortum.

D.Golongan D

Untuk limbah golongan D merupakan golongan limbah bahan farmasi,untuk pembuangannya hendaknya dengan kontainer sampah yang kuat dan kedap air. Untuk barang-barang lebih atau produk medis yang baru sebagian digunakan hendaknya dikembalikan kepada petugas yang bertanggung jawab dibagian farmasi.

E.Golongan E

Untuk semua limbah golongan E kecuali pada ruangan beresiko tinggi, isi dari sampah golongan ini bias dibuang melalui saluran air melalui sluice, WC atau unit pembuangan untuk itu. Namun untuk sampah yang tidak bisa dibuang melalui saluran air hendaknya disimpan dalam bak sampah klinis dan dimusnahkan dengan incinerator

5. Syarat trolli transportasi sampah klinis.

A. Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus.

B. Tidak akan menjadi sarang serangga.

C. Mudah dibersihkan dan dikeringkan.

Sampah tidak menempel pada alat angkut.

D. Sampah mudah diisikan, diikat, dan

dituang kembali.

Prosedur Catatan :

1. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa di dalam alat truck pengangkut sampah.

(15)

terkontaminasi dengan sampah lain.

3. Harus dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau tumpah.

6. Syarat penampungan sampah medis menunggu

pengumpulan

A. Sampah klinis disimpan dalam kontainer yang

memenuhi syarat.

B. Ditaruh ditempat yang strategis, merata dengan

ukuran disesuaikan dengan frekuensi

pengumpullannya dengan kantong berkode warna tertentu.

C. Diletakkan pada tempat kering/mudah

dikeringkan, lantainya tidak rembes, dan disediakan sarana untuk mencuci.

D. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung

jawab, dari binatang dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.

E. Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah

(jika memungkinkan).

F.Untuk sampah yang tidak berbahaya dengan

penanganan pendahuluan dapat di tampung

bersama sampah lain sambil menunggu

pengumpulan. Evaluasi

1. Tidak terdapat timbunan sampah medis.

2. Tidak ditemukannya penyakit akibat sampah medis

terutama penyakit yang infeksius.

3. Tidak terdapat vektor ataupun binatang pengganggu

(16)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi 07/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/5 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Makanan dan minuman adalah semua makanan yang

disajikan di rumah sakit, dijual didalam lingkungan rumah sakit serta yang dibawa dari luar rumah sakit. Penyehatan makanan-minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor

yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang

mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan additive pada makanan-minuman yang berasal dari proses penanganan makanan-minuman yang disajikan di rumah sakit serta tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan

Kebijakan 1. Makanan merpakan media yang sangat baik untuk

pertumbuhan kuman serta bakteri pathogen. 2. Makanan sering dijamah tangan.

3. Ada berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh makanan dan mempunyai dampak bermacam-macam

Prosedur 1. Dasar-dasar ekternal yang harus diperhatikan pada saat

pengolahan makanan.

A. Hanya memperkerjakan tenaga penjamah makanan yang sehat dan terlatih.

B. Biasakan membuang makanan yang kualitasnya diragukan.

C. Gunakan peralatan yang bersih dan refrigerator yang baik dan selalu diusahakan bahan-bahan beracun (pestisida,zat kimia) jauh dari ruang pengolahan dan penyajian makanan.

D. Cuci dengan bersih semua buah dan sayur sebelum

(17)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi 07/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/5 Prosedur

E. Jagalah makanan potensial berbahaya pada suhu yang

tepat (dibawah 40ºF atau diatas 150ºF) kecuali pada saat penyajian cepat atau saat pengolahan.

2. Prinsip dasar terhadap makanan.

Makanan yang disimpan dalam refrigerator hendaknya diwadahi dalam Loyang ceper dengan dalam dasar loyang tidak lebih dari 5-7,5 cm , dengan demikian makanan tidak terlalu tebal sehingga bias cepat dingin dan mengurangi pertumbuhan kuman.

A. Harus tersedia ruang dalam refrigerator dalam jumlah

cukup untuk sirkulasi udara dingin di dalam refrigerator.

B. Suhu refrigerator dijaga tetap 40ºF dan kapasitas harus

cukup kuat sehingga makanan cepat dingin.

C. Pada saat penyajian, suhu makanan dijaga di atas 150º

F atau di bawah 40 ºF. hal ini berarti makanan tetap berada di tempat pengolahan/penyimpanan sebelum disajikan.

D. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada

rak-rak yang baik dengan ketinggian rak-rak terbawah dari lantai 20-25 cm. hal ini untuk menghindari kontaminasi genangan air, memudahkan pembersihan, mencegah infestasi serangga.

E. Suhu gudang untuk makanan kering dan kaleng dijaga

kurang dari 70ºF hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pertumbuhan serangga, bakteri atau kerusakan kaleng..

F. Gudang harus di buat anti tikus dan serangga.

G. Rak-rakdalam refrigerator diatur sedemikian sehingga

bahan makanan tidak saling berdesakan untuk mendapatkan aliran udara.

H. Menggunakan prinsip FIFO pada saat memasukkan dan

mengeluarkan barang (First In First Out).

3. Untuk penjamah makanan harus diperhatikan aspek

(18)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi 07/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 3/5 Prosedur

A. Mencuci tangan, hendaknya mencuci tangan pada

saat-saat berikut : a) Sebelum bekerja

b) Sesudah menangani bahan makanan mentah/kotor atau terkontaminasi.

c) Setelah dari kamar kecil.

d) Setelah tangan digunakan untuk menggaruk, batuk dan bersin

e) Setelah makan atau merokok.

Catatan : mencuci tangan menggunakan sabun ataupun diinfektan dan cucilah tangan di air mengalir.

B. Pakaian hendaknya memakai pakaian khusus untuk

bekerja. Pakaian kerja harus bersih, yang sudah usang jangan dipakai lagi

C. Kuku dan perhiasan, kuku hendaknya dirawat dan

dibersihkan dan dianjurkan untuk tidak memakai perhiasan sewaktu bekerja.

D. Topi/penutup rambut, semua penjamah hendaknya

memakai topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan dan mencegah kebiasaan mengusap/menggaruk rambut.

E. Merokok, penjamah makanan sama sekali tidak

diizinkan merokok selama bekerja baik waktu mengolah maupun mencuci peralatan. Merokok merupakan mata rantai antara bibir dan tangan dan kemudian ke makanan disamping sangat tidak etis.

F. Lain-lain, kebiasaan lain seperti batuk-batuk ke tangan, garuk-garuk, memencet jerawat, merupakan tindakan

yang tidak hygienis. Kebiasaan ini akan

mengkontaminasi tangan dan pada gilirannya

mengkontaminasi makanan.

Catatan : tanggung jawab pengawas, tetap bertanggung jawab untuk mengawasi apakah seseorang penjamah makanan berada dalam keadaan sehat pada saat bekerja

(19)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi 07/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 4/5 Prosedur

4. Syarat perlengkapan dan peralatan

A. Perlengkapan merajang, blender, dan sebagainya

seringkali tidak tercuci dengan baik karena tidak bias dipindahkan, maka harus dicuci ditempat, terhadap alat demikian perlu dibuatkan prosedur yang mencangkup bongkar-pasang, mencuci,dan mensanitasi.

B. Alat-alat kecil lain(misalnya : sendok, penggoreng,

papan Rajang dan lain-lain) banayak terdiri dari bagian –bagian berlubang atau semacam porus yang menyulitkan pencucian. Karena itu alat semacam ini perlu selalu dikontrol dan sering diganti. Disarankan bias diganti tiap 6 bulan.

C. Standar Industri Indonesia barangkali dapat dipakai

sebagai rujukan untuk pengadaan

perlengkapan/peralatan pengolahan makanan dirumah sakit untuk mendapatkan barang yang tidak membahayakan ,awet dan mudah dicuci

D. Apabila menggunakan alat cuci manual harus

memperhatikan urutan pencucian

a) Sebaiknya menggunakan 3 bak pencucian, yang terdiri dari untuk mencuci, membilas, dan mensucikan hama.

b) Bak 1 diisi air panas 110º F, dan detergent yang sesuai, tangki ke 2 diisi dengan air hangat untuk membilas, dan tangki ke tiga diisi air panas 170 ºF untuk mencuci hama dengan merendam 30 detik.

c) Sebagai alternatif air panas dapat digunakan larutan

khlorin 200ppm atau yodium 25ppm.

d) Detergent yang digunakan hendaknya sesuai dengan kesadahan air, tipe mesin, kondisi kotoran, dan peyediaan air. Detergent yang baik adalah yang memiliki sifat : cepat larut dan terurai dalam air,

tidak korosif terhadap permukaan logam,

melunakkan dan mengkondisi air, mengandung biang chelating, menjadi desinfektan yang baik, menjaga

(20)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumentasi 07/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 5/5

Prosedur presipitasi dalam suspense, melarutkan bahan organis, dan

anorganis dengan baik.

5. Menyelidiki dan evaluasi mengenai penyakit yang

ditularkan melalui makanan.

Perlu dilakukan penyelidikan makanan yang bertujuan

untuk memastikan penyebab penyakit dan

mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk mencegah terulangnya kejadian penyakit.

Pelaksana 1. Petugas sanitasi (pengawas)

2. Petugas kebersihan dapur

3. Penjamah makanan didapur

4. Instalasi gizi

Evaluasi 1. Pengambilan sampel makanan untuk di uji ada tidaknya

kontaminasi.

2. Pengambilan sampel alat untuk di uji ada tidaknya

(21)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGELOLAAN LINEN No. Dokumentasi 08/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Linen adalah pengelolaan mengenai kualitas cucian baik itu

berupa kain, baju ataupun gorden yang berada dirumah sakit. Meliputi alat-alat kain yang digunakan dalam kegiatan rumah sakit baik berupa medis ataupun non medis.

Kebijakan Linen kotor merupakan sumber kontaminasi udara penting di

rumah sakit yang memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial diruang sakit antara karyawan rumah sakit dan pasien, untuk itu perlu dilakukan penanganan mengenai linen.

Prosedur 1. Penanganan Linen Kotor

A. Penyortiran linen kotor sebelum dicuci

a) Linen sejenis dapat dicuci bersama, jadi akan menghemat siklus pemakaian air untuk tiap jenis. b) Proses penanganan linen bersih dapat hemat

sehingga mengurangi kontaminasi.

B. Pembilasan pertama.

Guyurkan air dingin biasa, biasanya dipakai sebagai pembilasan pertama untuk menghilangkan noda-noda, terutama noda darah.

C. Tahap penyabunan.

Kegiatan pencucian pokok terjadi pada tahap ini. Suhu yang digunakan bervariasi. Namun disarankan untuk menggunakan air panas antara 150º-170ºF selama 30 menit. Sabun yang digunakan juga bervariasi.bleaching biasanya juga digunakan pada akhir penyabunan. Bahan bleaching yang umum digunakan adalah chlorine (110 ppm) yang mampu menghancurkan bakteri vegetatif.

(22)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGELOLAAN LINEN No. Dokumentasi 08/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/2

2. Penanganan Linen Bersih

A. Pertama harus ada pemisahan antara penyortiran linen

kotor dan linen bersih. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat ruang sama sekali terpisah untuk penyortiran linen kotor yang dilengkapi dengan ventilasi bertekanan negatif untuk mencegah sirkulasi udara menuju ruang linen bersih.

B. Mengurangi jarak transportasi antara satu prosesdan

proses berikutnya. Setelah pemerasan linen bersih dengan hati-hati dipindahkan ke mesin pengering dan setrika atau proses lain ke bagian inspeksi dan mengepakan dengan sedikit mungkin kontak dengan pekerja.

C. Para pekerja yang menangani linen bersih hendaknya

mengenakan seragam yang bersih dan terlatih dalam teknik kebersihan. Mengenakan topi bagi yang berambut panjang dan selalu mempraktekkan prilaku mencuci yang benar

D. Sebagai pembungkus linen bersih lebih baik

menggunakan plasti daripada kertas.

Catatan : standar kuman bagi linen bersih memang belum dapat ditetapkan namun disarankan bahwa linen bersih setelah keluar dari semua proses diatas tidak mengandung 6000 spora spesies bacillus peinchi persegi.

Pelaksanaan 1. Tenaga sanitasi

2. Pengelola loundri

3. Tenaga kerja bagian loundri

Evaluasi 1. Laporan rutin yang berisi output ( jumlah linen yang dicuci

dan input(misal : disinfektan yang dipakai).

2. Pengamatan langsung secara uji petik dari proses

pengelolaan linen

(23)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGELOLAAN SANITASI RUANG BANGUNAN

No. Dokumentasi 09/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/3 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Ruang bangunan adalah semua ruang/unit yang ada di dalam

batas/pagar rumah sakit (bangunan fisik dan

kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan/kegiatan rumah sakit.

Persyaratan umum

1. Lantai harus kedap air, tidak licin, tidak retak dan mudah

dibersihkan

2. Dinding berwarna terang dan bersih, berpermukaan halus

tidak bergelombang atau bergerigi dan retak-retak.

3. Langit-langit berwarna terang dan bersih, bebas sarang

laba-laba

Prosedur 1. Pemeliharaan ruangan :

A. Lantai, dinding dan langit-langit harus selalu

dijaga kebersihannya dan kerapihannya.

B. Dianjurkan pada ruangan/area penting disediakan

kain pel tersendiri, kain pel dipilih yang mampu menyerap debu, dan di cuci tiap hari sebelumnnya di rendam semalam dengan germisida.

C. Membersihkan ruangan hendaknya dipagi hari.

D. Pada bangsal perawatan, pembersihan lantai

dilakukan segera setelah pembenahan tempat tidur.

E. Pemeliharaan dinding tidak seketat lantai, kecuali

bila terdapat percikan ludah ,darah atau eksodat luka. Cara yang biasa dilakukan bila hal tersebut terjadi yaitu dengan penyemprotan langsung gerimisida ke dinding, sedangkan penyemprotan disinfektan dilakukan setelah pasien keluar.

F. Tingkat kebersihan lantai di rumah sakit diukur

dengan angka kuman.

G. Angka kuman diruangan operasi 0-5 organisme per

(24)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGELOLAAN SANITASI RUANG BANGUNAN

No. Dokumentasi 09/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/3 Prosedur

2. Perhitungan angka kuman :

A. Letakkan piring steril di lantai.

B. Basahi swab dengan larutan buffer butterfield.

C. Usapkan swab pada lantai dengan posisi usap vertical

dan horizontal selama 30 detik.

D. Kembalikan swab ke dalam larutan buffer dan diaduk.

E. Tuangkan 1 ml sampel kedalam sediaan agar.

F. Lakukan pemeriksaan di laboratorium.

3. Kualitas udara di ruangan.

Untuk menjaga kualitas udara diruangan dapat digunakan dengan aerosol seperti : glyserin, resorcinol, dan triethylen gycol atau dengan penggunaan lampu uv pada kamar operasi. Untuk penerapan di rumah sakit perlu diwaspadai karena walau telah terbukti efektif dalam percobaan belum menjamin efektif dalam praktek sehari-hari.

Catatan : criteria jumlah hitung kuman di udara ruang operasi 5 -10 organisme /ft³ dan tidak boleh ada staphylococcus haemoliticus, bangsal 10-20 organisme /ft³.

4. System ventilasi dan air conditioning.

Ventilasi dirumah sakit hendaknya mendapat perhatian yang memadai. Bila menggunakn system pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sedemikian sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembapan nyaman bagi pasien dan karyawan.

Catatan : untuk suhu dan kelembapan optimum selanjutnya terlampir.

5. Supply udara

Supply udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis. Ehaust fan hendaknya diletakkan pada ujung system ventilasi. Frekuensi pergantian udara per 2 jam sampai dengan 12 kali.

(25)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGELOLAAN SANITASI RUANG BANGUNAN

No. Dokumentasi 09/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 3/3 Prosedur 6. Pencahayaan.

A. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja

maupun untuk menyimpan barang/ peralatan perlu diberi penerangan.

B. Ruang tidur pasien/bangsal hendaknya dapat

disediakan penerangan umum dan khusus 1 luminer untuk penerangan malam perlu disediakan dengan scalar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik terjangka

Pelaksana 1. Tenaga kebersihan ruangan.

2. Tenaga sanitasi

Evaluasi 1. Mutu udara rumah sakit dibandingkan dengan standar

udara

2. Pencahayaan dan kebisingan dibandingkan dengan

pedoman

3. Secara visual keadaan bangunan seiring waktu.

4. Keserasian letak.

5. Tingkat kebersihan dievaluasi dengan pengamatan oleh

penanggung jawab dan pengukuran angka kuman pada lantai dan udara

(26)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

No. Dokumentasi 10/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/3 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

Pengertian Pengendalian serangga dan tikus adalah program sanitasi

rumah sakit yang merupakan upaya untuk meminimalisasi , menekan kepadatan dan menghilangkan semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan digudang dan peralatan instalasi rumah sakit.

Dampak Apabila serangga, tikus atau binatang pengganggu lainnya

tidak dikendalikan maka berakibat gangguan kesehatan dan menimbulkan kerugian ekonomi.

Prosedur 1. Identifikasi vektor.

a. Nyamuk b. Lalat c. Rayap d. Kecoa e. Lipas f. Pinjal g. Tikus h. Kucing/anjing. 2. Identivikasi perindukan.

a. Tempat penampungan sampah.

b. Saluran air limbah.

c. Tempat penyimpanan, pengolahan dan penyajian

makanan.

d. Penampungan air bersih.

e. Gudang : farmasi, logistik, peralatan medis dan

lain-lain

3. Pengendalian serangga.

(27)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

No. Dokumentasi 10/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/3

Prosedur B. Sering dilakukan pembersihan dan perawatan rutin di

tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat

perindukan serangga.

C. Gunakan insektisida jika pertumbuhan serangga sudah

membludak dan tidak dapat dikendalikan secara mekanis dan biologis.

D. Sering dilakukan perawatan terhadap ruangan dirumah

sakit.

E. Contoh insektisida antara lain : clhoradane 2,5 % atau

lindane 1 % (digunakan untuk kecoa). Disemprotkan pada celah, retakan, bagian belakang lemari di bawah peralatan dan sejenisnya, malation dapat digunakan sebagai insektisida kutu busuk dan nyamuk malaria. Untuk nyamuk aedes dapat digunakan abate atau pembersihan pada tempat penampungan air dan tempat yang dapat menimbulkan genangan air. Bila terjadi infestasi dapat dilakukan fogging

4. Pengendalian tikus

A. Identifikasi jenis tikus

B. Penghadang fisik dan structural, rumah sakit

hendaknya didesain sedemikian mungkin, untuk tempat-tempat yang dapat menjadi sarng tikus. Lubang-lubang di dindind, ruang kosong, ruang buntu, sejauh mungkin ditiadakan demikian juga tumpukan sampah dan barang bekas.

C. Ada penangan khusus untuk mengusir tikus dan bukan

bersifat untuk membunuh misalnya, penimbul bunyi frekuensi tinggi yang tersedia untuk mengusir tikus dari ruang.

D. Harus rutin dilakukan pemeliharaan kebersihan,

penampungan, pengangkutan dan pembuangan sampah dengan benar merupakan unsure pengendalian yang penting

(28)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

No. Dokumentasi 10/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 3/3

Prosedur E. Penggunaan pestisida , seperti halnya serangga namun

penggunaan pestisida bukan satu-satunya jalan keluar, pestisida digunakan jika keadaan memaksa.

Misalnya : untuk menghilangkan populasi tikus yang sudah terbentuk disebuah bangunan contoh pestisida untuk tikus adalah : warfarin, fumarin, dan pivol atu untuk fumigasi masal dapat dilakukan dengan HCN.

Namun lenih dari semua itu program

sanitasi/kebersihan adalah yang terbaik dan permanena untuk mengendalikan tikus.

Unit Terkait

1. Petugas sanitasi

2. Petugas kebersihan

3. Petugas pengendalian vector

Evaluasi

1. Indeks larva ( demam berdarah ).

2. Kepadatan lalat

3. Man bitting ratio (malaria)

4. Frekuensi tindakan dan cangkupan.

5. Jumlah sarana pengendalian serangga dan tikus per

(29)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMBUANGAN JARUM SUNTIK DAN BENDA TAJAM

No. Dokumentasi 11/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/1 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Tata cara pembuangan benda tajam dan jarum habis pakai

sesudah tindakan terhadap pasien.

TUJUAN Mencegah terjadinya resiko penularan infeksi pada petugas

rumah sakit.

KEBIJAKAN 1. Pembuangan semua benda tajam dan jarum habis pakai

harus dipisahkan dari sampah medis dan non medis.

PROSEDUR 1. Letakkan/masukkan sampah benda tajam dan jarum

setelah tindakan ke safety box

2. Gunakan alat lain untuk membawa sampah benda tajam

dan jarum sebelum dibuang

3. Pastikan jarum telah tertutup dengan benar sebelum

dibuang

4. Khusus untuk spuit, pisahkan jarum dari spuit sebelum

dibuang ke safety box

UNIT TERKAIT - Seluruh ruangan yang melakukan tindakan

- Sanitasi

(30)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL IDENTIFIKASI LIMBAH B3 No. Dokumentasi 12/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/1 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Pengidentifikasian adalah suatu cara pembedaan atau

pemisahan masing-masing bahan/golongan yang sejenis dengan mempertimbangkan jenis bahaya limbah B3 tersebut.

TUJUAN 1. Untuk memudahkan dalam penggolongan jenis limbah B3

yang berasal dari sumber, karakteristik dan uji toksikologinya

2. Memudahkan petugas dalam pengambilan limbah B3

KEBIJAKAN Memberikan informasi tentang identifikasi B3 secara benar

PROSEDUR 1. Pelabelan pada masing-masing jenis limbah B3

2. Pemisahan jenis limbah b3 sesuai label yang tertera

seperti dibawah ini :

 Mudah meledak  Mudah terbakar  Reaktif  Beracun  Menyebabakan infeksi

Bersifat korosif

3. Pengumpulan sementara limbah B3 di tiap-tiap ruangan

yang menghasilkan limbah B3 berdasarkan jenisnya

4. Pengangkutan/pembuangan limbah B3 ke TPS medis

khusus limbah B3 yang telah diberi label

UNIT TERKAIT - Radiologi - Cleaning Servis

- Laboratorium

(31)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3)

No. Dokumentasi 13/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/1 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Semua bahan yang dapat menyebabkan bahaya bagi

kesehatan bahkan kematian pada manusia, contoh : Formaldehyde, Nitrogen Dioksisa, Oksigen Tekanan Tinggi,dll.

TUJUAN Sebagai acuan bagi petugas dalam penyimpanan bahan

berbahaya beracun agar terhindar dari kecelakaan dan terpapar dari bahan berbahaya tersebut.

KEBIJAKAN Tata cara penyimpanan B3 harus dilakukan dengan benar

PROSEDUR 1. Penyimpanan B3 pada tempat yang ditentukan

2. Pengangkutan B3 dari ruangan ke TPS

3. Pemilahan/pemisahan B3 sesuai dengan jenis

karekteristik limbah B3

4. Pelabelan untuk masing-masing limbah B3

5. Penimbangan dan pencatatan limbah B3 (logbook)

UNIT TERKAIT - Teknisi

- Laboratorium

- Radiologi

(32)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN B3 No.Dokumentasi 14/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/4 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Penanganan B3 merupakan suatu cara melakukan

penanganan limbah B3 yang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dengan persyaratan K3

TUJUAN Untuk mengetahui dilaksanakannya penanganan B3 sesuai

prosedur yang ditentukan/tetapkan

KEBIJAKAN Prosedur penanganan limbah B3 secara benar

PROSEDUR Prosedur pengelolaan :

1. Identifikasi Potensial Bahaya

1) Untuk mengetahui potensial bahaya yang mungkin

terjadi didalam proses penanganan material harus dilakukan terlebih dahulu identifikasi potensial bahaya dan menilai resiko kegiatan tersebut

2) Identifikasi dan penilaian resiko dilaksanakan oleh

petugas yang berkompeten (Petugas terkait,

Laboraorium, Radiologi)

3) Penentuan penanganan bahan/material dilaksanakan

secara manual atau mekanis ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi dan cara penanganan jika terjadi paparan.

2. Sistem pengangkutan dan penyimpanan

1) Sistem pengangkutan bahan material yang

diterima dilakukan pengangkutan ke dalam TPS dilakukan secara manual yang dilaksanakan dengan perlakuan yang benar guna menghindari tumpahan atau ceceran B3. Pemindahan ini dilakukan dengan tenaga manusia dengan

mempergunakan alat bantu berupa troli dan perlengkapan lainnya.

(33)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN B3 No.Dokumentasi 14/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/4 PROSEDUR 2) Penyimpanan

a) Untuk penyimpanan bahan kimia harus dipersiapkan

tempat khusus menurut spesifikasi (jenis)

b) Bahan-bahan kimia tidak dibenarkan dicampur

dengan bahan lainnya (Gudang / penempatan harus terpisah dari bahan lain) dilengkapi dengan label B3 dan MSDS (Material Safety Data Sheet) atau LDP (Lembar Data Pengaman) yang sesuai.

c) Penyimpanan bahan material disusun menurut

spesifikasi (jenis) dengan mempertimbangkan faktor

agronomis, estetika, tata letak kemudahan

pengambilan, dengan metodee FIFO

d) Khusus penyimpanan tabung bertekan ( N2O, O2, UT

dan elpiji ) disimpan di tempat khusus yang terpisah sesuai dengan jenisnya

e) Setiap bahan material yang disimpan didalam gudang

diberi label dengan jelas sesuai spesifikasi, khusus bahan-bahan B3 harus diberi label peringatan yang jelas untuk diketahui bahaya dari masing-masing bahan dan cara penangannya.

(34)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN B3 No.Dokumentasi 14/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 3/4 PROSEDUR 3) Pembuangan B3

a) Khusus wadah bekas bahan B3 harus diberi label dengan jelas sesuai sifat bahan tersebut

(beracun,iritasi, korosif, dll)

b) Wadah bekas bahan kimia cair disimpan dan tidak dibenarkan dipakai untuk kegiatan lain

penanganan limbah padat dan limbah cair sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku (Peraturan Lingkungan Hidup)

3.Pemindahan Dan Penggunaan

a) Dalam pengambilan bahan material dari gudang

untuk dipergunakan di lokasi kerja harus

memperhatikan aspek K3 (menghindari

tumpahan, kebocoran, ceceran dan kerusakan) sesuai dengan petunjuk pedoman teknis yang berlaku

b) Petugas pelaksana yang menangani pemindahan

dan penggunaan harus memperhatikan aspek K3 kalau perlu harus mempergunakan APD , alat bantu yang memadai dan apabila terjadi tumpahan atau ceceran pada pemindahan harus ditangani sesuai prosedur penanganan B3

4. Pengendalian Barang-barang rusak dan kadaluwarsa

Bahan-bahan yang diidentifikasi telah mengalami kerusakan dan kadaluwarsa ditempatkan ditempat yang aman dan khusus, tidak dapat dipergunakan, tercatat dan penanganya harus sesuai dengan prosedur

(35)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN B3 No.Dokumentasi 14/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 4/4

UNIT TERKAIT - Sanitasi

- Cleaning Servis

- Radiologi

(36)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGGUNAAN B3 No. Dokumentasi 15/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/1 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Penggunaan B3 yang dimaksud adalah suatu cara dalam

mempergunakan B3 sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dan mencantumkan MSDS

TUJUAN 1. Mengetahui penggunaan bahan-bahan yang diproduksi

lebih awal untuk menghindari kadaluarsa dan

kemungkinan terjadi paparan saat penggunaan

2. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku

sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun

KEBIJAKAN Memonitor penggunaan B3 yag akan digunakan

PROSEDUR

1. Melakukan pemeriksaan penempatan B3 sesuai tempat

yang telah disediakan

2. Memonitor pembuangan limbah B3 pada unit yang

menghasilkan

3. Pengangkutan limbah B3 ke TPS yang telah memiliki izin

UNIT TERKAIT - Sanitasi

- Teknisi

- Laboratorium

(37)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN LABEL B3 No. Dokumentasi 16/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN 1. Label limbah B3 adalah setiap keterangan mengenai

limbah B3 yang berbentuk simbol atau piktogram, tulisan atau kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang berisi informasi karakteristik limbah B3

2. Pelabelan limbah B3 adalah proses penandaan atau

pemberian label yang dilekatkan atau dibubuhkan ke kemasan langsung dan pada kemasan luar dari suatu B3.

TUJUAN Memberikan informasi dan peringatan tentang identitas B3

serta kuantitas B3.

KEBIJAKAN Standarisasi pemasangan label B3 untuk identitas B3

PROSEDUR 1. Menyesuaikan bentuk, warna dan ukuran label yang akan

dipasang sesuai dengan karakterisitik limbah B3

2. Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak

mudah terhapus dan dipasang pada setiap kemasan B3. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan bahan kimia yang mungkin mengenainya misalnya bahan plastik, kertas, atau plat logam

3. Pada label wajib dicantumkan informasi minimal sebagai

berikut :

 Nama B3,Komposisi, No.CAS/No UN, Produsen

 Simbol  Kata peringatan  Pernyataan bahaya:  klasifikasi B3.  fisik, kesehatan,lingkungan  Informasi Penanganan  Keterangan tambahan

(38)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN LABEL B3 No. Dokumentasi 16/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/2

PROSEDUR 4. Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol

dan harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada wadahbagian luar dan dalam kemasan.

(39)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PELAPORAN DAN INVESTIGASI DARI TUMPAHAN DAN PAPARAN B3 No. Dokumentasi 17/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/3 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Pelaporan dan Investigasi merupakan suatu kegiatan

pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui kebenaran atau kesalahan sebuah fakta yang kemudian membuat kesimpulan atas temuan atau kejadian.

TUJUAN Untuk mengantisipasi adanya paparan langsung tumpahan

limbah B3 bagi kesehatan manusia dan lingkungan

KEBIJAKAN Prosedur laporan investigasi tumpahan paparan B3

PROSEDUR Penanganan tumpahan limbah B3

A. Limbah B3 Cair

1. Beri pembatas area tumpahan limbah B3 cair dengan area lainnya dengan menggunakan tali rafia atau warning line 2. Kenali tumpahan limbah B3 cair, dari bahan, jenis, dan

sifatnya. (lihat Tabel dan MSDS)

3. Beri tanda bahaya pada area tumpahan limbah B3 cair

4. Hindarkan penempatan limbah B3 dari pekerjaan yang dapat menghasilkan api atau percikan api dari area tumpahan (merokok, pekerjaan las, gerinda, tumbukan besi dengan besi, dll)

5. Gunakan perlengkapan safety atau alat pelindung diri (APD), sarung tangan karet, bila perlu gunakan masker muka atau goggles agar lebih aman

6. Jika tumpahan banyak lakukan penyiraman dengan air untuk mengurangi kepekatan dan salurkan ke bak penampung. (hati-hati ada beberapa jenis bahan kimia yang reaktif terhadap air) seperti

(40)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PELAPORAN DAN INVESTIGASI DARI TUMPAHAN DAN PAPARAN B3 No. Dokumentasi 17/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/2

PROSEDUR alkali (Na, K), alkali tanah (Ca), logam halida anhidrat

(alumunium tribomida), logam oksida anhidrat (CaO) dan oksida non-logam halida.

7. Jika tumpahan sedikit atau hanya ceceran cukup

ditutupi dengan pasir, atau lap dengan kain kering/majun.

8. Jika terkena tumpahan segera bilas dengan air yang

mengalir sebanyak-banyaknya dan membawa ke tim

medis.

B. Limbah B3 Padatan/Powder (serbuk)

1. Beri pembatas area tumpahan limbah B3

padatan/powder dengan area lainnya dengan

menggunakan tali rapiah atau warning line.

2. Kenali tumpahan limbah B3 , dari bahan, jenis, dan

sifatnya. (lihat Tabel dan MSDS)

3. Beri tanda bahaya pada area tumpahan limbah B3

padatan/powder

4. Hindarkan pekerjaan yang menggunakan api atau

menghasilkan percikan api dari area tumpahan. (merokok, pekerjaan las, gerinda, tumbukan besi dengan besi)

5. Gunakan perlengkapan safety atau alat pelindung diri

(APD), sarung tangan karet, bila perlu gunakan masker muka

6. Bersihkan tumpahan limbah B3 padatan atau powder

dengan cara disapu, gunakan sapu ijuk dan tampung tumpahan dalam drum dengan penutupnya atau karung / zak

(41)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PELAPORAN DAN INVESTIGASI DARI TUMPAHAN DAN PAPARAN B3 No. Dokumentasi 17/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 3/3

PROSEDUR 7. Hindarkan dari tiupan angin saat menyapu tumpahan

karena limbah B3 powder akan berhamburan dan dapat membahayakan pernapasan

8. Jika tumpahan limbah B3 padatan atau powder banyak

basahi dengan air terlebih dahulu untuk mencegah debu berhamburan atau beterbangan ke udara.

9. Jika terkena tumpahan segera bilas dengan air yang

mengalir sebanyak-banyaknya, dan membawa ke tim

medis.

UNIT TERKAIT - Sanitasi

- Cleaning Servis

(42)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBUANGAN LIMBAH B3 No. Dokumentasi 18/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/1 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Pembuangan limbah B3 adalah kegiatan membuang,

menempatkan, dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu

TUJUAN 1. Mencegah dan menanggulangi pencemaran atau

kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3

2. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah

tercemar

KEBIJAKAN Prosedur standar pembuangan limbah B3

PROSEDUR 1. Pengangkutan limbah B3 dari TPS ke pengolah atau

penimbun dilakukan oleh transporter yang telah memiliki izin

2. Pengelolaan limbah B3 diserahkan ke pengolah atau penimbun yang telah memenuhi persyaratan /izin dari KLH

3. Pihak pengolah atau penimbun wajib menyertakan

dokumen limbah B3/manifast kepada

penghasil/pengumpul limbah B3

4. Pengambilan limbah B3 tercatat jenis limbah B3 dan berat dalam satuan ton

5. Wajib disertai berita acara pemusnahan limbah B3 dari pengolah/penimbun limbah B3

6. Pencataan/log book/neraca untuk limbah B3 yang masuk dan keluar dari TPS

UNIT TERKAIT - Sanitasi

(43)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TANGGAP DARURAT LIMBAH B3

No. Dokumentasi 19/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Darurat limbah B3 adalah suatu kejadian, kondisi, atau

peristiwa yang akan membahayakan kesehatan/keselamatan karyawan dan masyarakat, dan atau mengganggu/merusak fungsi lingkungan, dan atau menganggu keberlangsungan operasional rumah sakit, di mana bila terjadi akibat limbah yang membahayakan lingkungan dan manusia.

TUJUAN Untuk mengatur tata cara melaksanakan

tanggapan dalam mencegah, mengendalikan,

menanggulangi, dan mengevaluasi suatu keadaan darurat yang dapat menyebabkan dampak penting terhadap

lingkungan,kesehatan/keselamatan karyawan dan

masyarakat

KEBIJAKAN Diperlukan standar penanganan terhadap limbah B3

PROSEDUR 1. Petugas memantau limbah B3 yang dapat berpotensi

terjadinya kebakaran atau ledakan akibat limbah B3 dan kebocoran limbah B3 pada TPS

2. Petugas segera melakukan evakuasi limbah B3 bila

terjadi kebocoran cara sebagai berikut :

 Segera mengganti wadah limbah B3 dan

(44)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TANGGAP DARURAT LIMBAH B3

No. Dokumentasi 19/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 2/2

Prosedur  Petugas selalu menggunakan APD seperti sepatu

boat, sarung tangan kulit dan masker saat melakukan evakuasi

 Menyiapkan tempat penampungan limbah B3 jika

terjadi tumpahan

3. Petugas segera melakukan evakuasi bila terjadi

kebakaran dengan cara :

 Menggunakan APAR

 Memindahkan/menjauhkan limbah B3 dari

sumber api dengan jalur/rute khusus yang aman

4. Menyediakan P3K pada TPS B3

UNIT TERKAIT - Sanitasi

- Teknisi

(45)

RS.NATAR MEDIKA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TUMPAHAN CAIRAN TUBUH PASIEN

No. Dokumentasi 20/RSNM-SANITASI/01/14 No. Revisi 00 Halaman 1/1 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02 Januari 2014 Ditetapkan oleh Direktur

dr. Uliria Desianna Silaen, MARS

PENGERTIAN Tumpahan cairan tubuh merupakan suatu keadaan/kejadian yang

tidak disengaja/disengaja dilakukan oleh objek tertentu yang berasal dari darah, urine, keringat, feces, muntahan dan cairan tubuh lainnya

TUJUAN Untuk mengurangi infeksi nosokomial yang ada dilingkungan

rumah sakit

KEBIJAKAN Pengendalian tumpahan cairan tubuh perlu stadarisasi

PROSEDUR Apabila tumpahan pada linen/bed sebaiknya :

 Pengambilan linen yang terkena tumpahan

 Menempatkan linen kotor pada tempat yang telah

disediakan

 Segera mengganti linen dengan yang baru setelah

pasien dipindahkan

 Membersihan bed menggunakan desinfektan apabila

bed terkena tumpahan cairan tubuh pasien

 Menggunakan lap khusus untuk pembersihan

jenis-jenis tumpahan

Apabila tumpahan pada lantai sebaiknya :

 Membersihkan tumpahan cairan tubuh pasien dengan

menggukan kain pel dan desinfektan

 Kain pel yang telah digunakan, di cuci dan dilakukan

penjemuran.

UNIT TERKAIT - Sanitasi

- Cleaning Service

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini akan meneliti tentang hubungan kepercayaan, dan keterlibatan konsumen terhadap kepuasaan konsumen pada

(2) Dalam hal NJOP sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (3) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan pajak bumi dan bangunan pada tahun

Adapun faktor penyebab terjadinya kecurangan tidak terlepas dari konsep segitiga kecurangan yaitu tekanan ( pressure ) yang berkaitan dengan keadilan distributif dan

Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI,

La- han sebagai tempat dasar dari pada ruang menjadi salah satu faktor kunci untuk mengendalikan aktivitas di dalam ruang (Pribadi, 2006). Keberadaan kawasan hutan dalam

Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau

Selain itu data sekunder lainnya dibutuhkan berkaitan dengan koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah, jumlah pegawai instansi berkaitan dengan persampahan,

Mohon kehadiran anggota Komisi Teologi-Bidang Iman & Ajaran dan Presbiter sektor Pelayanan Pniel dan Betseda dalam pertemuan dengan KMJ (Ketua Majelis Jemaat) pada hari