• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Proses Penelitian di Lapangan

Sebelum peneliti melakukan wawancara,terlebih dahulu peneliti memberikan surat ijin penelitian dari Universitas kepada Kesbangpol Kota Semarang, setelah itu mendapat surat ijin penelitian dari kesbangpol ke Dinas Kesehatan Kota Semarang dan lalu setelah mendapat surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, peneliti memberikan surat ijin penelitian tersebut ke Subag Yankes Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Bulu Lor Kota Semarang. Hasil Observasi Lapangan bahwa Puskesmas Bulu Lor terletak di daerah perkampungan yang sangat padat tepatnya di sekitar tempat tersebut terdapat warung kecil dan dekat dengan rumah tukang pijat bayi, Puskesmas Bulu Lor selalu ramai dikunjungi oleh pasien maka dari itu kunjungan dari pasien tersebut sangat membutuhkan obat – obatan yang ada di Apotik Puskesmas, karena semakin lama kebutuhan akan obat di Puskesmas terus naik dari tahun ke tahun, maka diperlukan cara – cara agar Puskesmas Bulu Lor tidak mengalami stok obat habis.

Pada hari pertama peneliti meminta ijin kepada pihak Puskesmas Bulu Lor untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut. Lalu setelah mendapatkan ijin peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu dengan informan utama Asisten Apoteker lalu dengan Dokter – Dokter di poli umum sebagai informan crosscheck dan dilanjut kepada Kepala Puskesmas sebagai informan crosscheck. Lalu selanjutnya mewawancarai informan crosscheck yaitu Kepala Seksi Farmasi, Makanan dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Wawancara

(2)

ini selesai dalam waktu 3 hari, kisaran waktu yangdigunakan antara 15 menit sampai dengan 25 menit.

B. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Puskesmas Bulu Lor terletak di Jalan Banowati Selatan II RT 14 / RW 01 Kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 M2 dan luas bangunan 346 M2, dengan luas wilayah kerja 3,42 Km2. Puskesmas tersebut terletak di daerah perkampungan yang padat. Lokasi Puskesmas tersebut strategis karena letaknya berada ditengah – tengah kampung jadi lebih dekat dengan masyarakat dan dapat mudah dalam melihat keadaan masyarakat secara langsung.

Batas wilayah Puskesmas Bulu Lor di sebelah utara ada Laut Jawa, di sebelah timur ada wilayah Puskesmas Krobokan, di sebelah Selatan ada wilayah Puskesmas Poncol dan di sebelah barat ada wilayah Puskesmas Bandarharjo. Jumlah wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor ada 5 Kelurahan, 40 RW dan 327 RT. Selain itu Puskesmas Bulu Lor Memiliki Pustu (Puskesmas Pembantu) yang bernama Pustu Panggung yang berlokasi di alamat jalan Brotojoyo.(25)

Adapun batas wilayah Puskesmas Bulu Lor meliputi :(25)

1. Kelurahan Bulu Lor 2. Kelurahan Plombokan 3. Kelurahan Purwosari 4. Kelurahan Panggung Kidul 5. Kelurahan Panggung Lor

Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor berbatasan dengan :(25)

(3)

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Semarang Tengah 3. Sebelah Barat : Kecamatan Semarang Barat

4. Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo

(Kelurahan : Bandarharjo, Kuningan, Dadapsari)

Program pelayanan yang berada di puskesmas tersebut antara lain :(25)

1. Promosi kesehatan 2. Kesehatan ibu dan anak

3. Balai pengobatan umum (program unggulan) 4. Balai pengobatan gigi (program unggulan) 5. Konsultasi gizi

6. Imunisasi

7. Konsultasi kesehatan remaja dan usila 8. Usaha kesehatan sekolah (UKS / UKGS) 9. Pencegahan dan pemberantasan penyakit 10. Kesehatan lingkungan

11. Kesehatan jiwa

12. Pemeriksaan laboratorium sederhana 13. Kesehatan mata

14. Kesehatan telinga

Jumlah SDM (sumber daya manusia) di Puskesmas Bulu Lor meliputi :(25)

1. Kepala Puskesmas 1 2. Kepala Tata Usaha 1 3. Dokter Umum 1 4. Dokter Gigi 1 5. Perawat 1 6. Bidan 1

(4)

7. Perawat Gigi 1 8. Epidemiologi 1 9. Penyuluh 0

10. Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 11. Tenaga Gizi 1

12. Tenaga Laboratorium 1 13. Apoteker 0

14. Asisten Apoteker 1

15. Tenaga Administrasi Loket 2 16. Sopir 1

17. Tenaga Kebersihan 1 18. Penjaga Malam 0

(5)

Struktur Organisasi Puskesmas Bulu Lor

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Puskesmas Bulu Lor(25)

Kepala Puskesmas

Kelompok Jabatan Fungsional

Dokter Gigi Bidan

Perawat Perawat Gigi Sanitarian

Dokter Umum Pustu

Farmasi Laboratorium Nutrisionis

Penyuluh Kesehatan Perekam Medis Epidemiologi

Kepala Subag Tata Usaha

Pengadm. Umum-Petugas Loket

Pengadm. Umum Tenaga Administrasi

Bendahara pengeluaran pembantu

Bendahara penerima

Bendahara BOK Bendahara Barang

(6)

C. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN

Karakteristik subjek penelitian diambil berdasarkan sesuai profesinya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Subjek penelitian terdiri dari Asisten Apoteker, Dokter Umum, Kepala Puskesmas dan Kepala Seksi Farmasi, Makanan dan Perbekalan Kesehatan. Keterangan kode untuk subjek penelitian antara lain IU merupakan kepanjangan dari Informan Utama sedangkan IC merupakan Informan Crosscheck, keterangan selanjutnya Asisten Apoteker sebagai IU 1, Dokter Umum sebagai IC 2 dan IC 3, Kepala Puskesmas sebagai IC 4, sedangkan IC 5 sebagai Kepala Seksi Farmasi, Makanan dan Perbekalan Kesehatan. Rata – rata subjek penelitian berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang dan 1 orang laki – laki. Usia mereka antara 36 – 46 tahun dengan lama bekerja 1 – 6 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh semua lulusan sarjana, dari yang DIII Analis Farmasi dan Makanan sampai yang tertinggi S2 MEP.

Tabel 4.1

Karakteristik Subjek Penelitian di Puskesmas Bulu Lor dan Dinas Kesehatan Kota Semarang

Subjek Penelitian

IU 1 IC 2 IC 3 IC 4 IC 5

Nama A.P.E S.D F.F E.E P.W.N

Umur 36 th 39 th 36 th 46 th 37 th Jenis Kelamin P P P P L Jabatan Asisten Apoteker Dokter Umum Dokter Fungsional Kepala Puskesmas Kepala Seksi Farmasi, Makanan dan Perbekalan Kesehatan Lama Bekerja 5 th 5 th 6 th 1 th 2 th

Pendidikan DIII Analis

Farmasi dan Makanan Semarang S1 Kedokteran Umum S1 Kedokteran Umum S2 MEP S1 Kedokteran Umum

(7)

D. Hasil Wawancara Mendalam

1. SDM (Sumber Daya Manusia)

a. Peran Dalam Pengadaan Obat Di Puskesmas

Dalam pengadaan obat di Puskesmas Bulu Lor yang berperan menurut mereka antara lain Apoteker, Asisten Apoteker, Kepala Puskesmas, Dokter, Paramedisnya, Perawat, Pejabat Pengadaan Barang, Pejabat Penerima Barang, Bendahara. Sebagian besar menjawab Apoteker, Asisten Apoteker, Dokter dan Kepala Puskesmas. Masing – masing peran mereka antara lain Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab, Asisten Apoteker sebagai pengusul, penanggung jawab di Apotik dan yang membuat LPLPO, Dokter – Dokter sebagai pengusul obat apa saja yang dibutuhkan dan pengguna (User), Paramedis dan Perawat sebagai Pengguna (User), Pejabat Pengadaan Barang sebagai yang memilah – milah obat apa saja yang akan dipilih, Pejabat Penerima Barang sebagai penerima obat ketika obat didrop ke Puskesmas dan yang mengecek waktu obat didrop baik itu jenis dan jumlah maupun keadaan obatnya, Bendahara sebagai yang mengeluarkan dana dalam perencanaan obat.

(8)

„Eee....assis kan disini di Puskesmas, tidak ada Apoteker adanya Asisten Apoteker jadi yang berperan disini Asisten Apoteker Saya sendiri terus sama Kepala Puskesmas dan itu untuk eee.... apa namanya yang mengerjakan tapikan Saya tetep ada bantuan pendukung dari apa namanya eee.... kalo kayak ada obat keluar gitu kan mesti Dokter. Dokter ikut andil dalam apa memberikan resep gitu loh maksudnya heem heem jadi kalo untuk yang secara tertulis itu yang membuat asisten apoteker dengan persetujuan Kepala Puskesmas.‟ (IU_1)

„Kepala Puskesmas terus pejabat pengadaan barang ya pejabat pengadaan barang ya pejabat pengadaan barang, Apotek AA ya kalo disini kan adanya AA Apoteker, Bendahar....eee... Pejabat PenerimaBarang. Ya to yaitukan

masuknya didalam pejabat anu jadi tim itu tim bentuknya. Jadikan usulan dulu pertama usulan setiap Dokter, Dokter Gigi maupun Dokter semua yang pengguna usernya disini. Jadi usulan dulu semua itu. Dia mengusulkan nanti akan dipilah oleh ini, oh ini bisa gak kan ada eee....Pejabat Pengadaannya ini bisa dibeli ini gak, kalo tidak berarti karena apa di IF tersedia dia ambil di IF, tim – tim ya pokoknya ada Asisten Apoteker ada Saya, ada ada Kepala Puskesmas ada itunya.‟(IC_4)

b. Jumlah SDM Yang Berada Di Apotik

SDM (Sumber Daya Manusia) yang bekerja di Apotik Puskesmas Bulu Lor sepengetahuan mereka yang bekerja di Apotik hanya 1 Asisten Apoteker dan terkadang dibantu oleh rekan – rekan kerja apabila pada waktu luang dikarenakan yang sesuai tupoksi hanya Asisten Apoteker, belum ada Apoteker jadi rekan – rekan kerjanya membantunya disaat waktu luang.

(9)

Kotak Wawancara 2

„Kalo SDM yang sebenarnya yang sesuai tupoksi itu cuman Saya Asisten Apoteker Cuma satu. Kalo yang membantu temen – temen ada perawat ya.... temen – temen yang apa namanya eee.... pas selow ndak ada pekerjaan biasanya membantu tapi tetep Saya yang memberikan, mereka Cuma membantu membuatkan etiket kayak gitu. Tetapi untuk meracik tetep Saya karena memang aturannya Asisten Apoteker yang harus memberikan itu apa namanyaobat kepasien gitu.‟(IU_1)

„Dua, heem. AA sama yang 1 PNS, yang 1 Magang.‟(IC_4)

c. Mengalami Kekurangan SDM untuk Apotik

Di Apotik Puskesmas Bulu Lor mengalami kekurangan tenaga khususnya Apoteker, di Puskesmas tersebut membutuhkan 1 tenaga tambahan lagi yaitu Apoteker seharusnya ada 1 Apoteker dan 1 Asisten Apoteker. Untuk saat ini yang ada Apotekernya di Puskesmas yang ada rawat inapnya, kemungkinan kedepannya secara bertahap setiap Puskesmas akan memiliki Apoteker. Untuk penambahan SDM (Sumber Daya Manusia) harus memiliki beberapa tahapan. Selama bertahun – tahun ini tidak ada formasi untuk Apoteker.

Kotak Wawancara 3

„Ya kekurangan jelas kekurangan, untuk Apotik ssss harusnya ada Apotekernya ada Asisten Apoteker, paling tidak ada 2 ya, ya itu tadi ada Apoteker ada Asisten Apoteker. Gak kalo pun tidak apa tidak ada Apoteker paling tidak ada dua ada temen lah kalo sendiri kayaknya nggak ndak mungkin gitu loh. Emmm.... mungkin opo ya karena biasanya Apoteker kalo yang selama ini ada di eee....Puskesmas di.... Kota Semarang itu biasanya Apoteker ada rawat inap, yang ada rawat inap

(10)

rawat inapnya ada Apotekernya. Untuk sementara kalo yang belum ada rawat inapnya itu masih Asisten Apoteker satu – satu tapi kat kemungkinan untuk kedepannya eee akan ada Apoteker mungkin berpra bertahap gitu karena sudah ada eee puskesmas yang ada ass.... ada Apotekernya ada Asisten Apotekernya. Gak mungkin gak bisa langsung dikasih langsung gitu mungkin gak, mungkin secara bertahap. Saya juga kurang tahu kenapa hahaha....‟(IU_1)

„Kalo Apotiknya Apotekernya karena baru AA aja kan harusnya ada Apotik Apotekernya kita gak punya Apoteker satu, heem. Aaaa.... untuk Farmasi PNS memang ga ada jadi karena gini eeee.... untuk kebutuhan pengad... tenaga. Puskesmaskan tidak bisa merekrut tenaga. Dia harus usul ke Dinas dan Dinaskan harus tergantung juga dengan Pemerintah Kota dan tahun sudah beberapa tahun ini tidak ada formasi untuk Apoteker.‟(IC_4)

d. SDM Di Apotik Sesuai Kompetensinya

Menurut mereka SDM yang berada di Apotik Puskesmas Bulu Lor sudah cukup sesuai yang dibutuhkan karena sudah ada Asisten Apotekernya akan tetapi masih kekurangan SDM untuk Apotekernya. Dikatakan tidak sesuai karena tidak sesuai poksinya karena sering digantikan poksinya karena terkadang digantikan oleh Bidan, Perawat, Ahli Gizi dan Analis.

Kotak Wawancara 4

„Ya sesuai sesuai kan mb nina memang memang Apot Asisten Apotekernya ya kan kalo memang di Apotekkan memang harus Apoteker, Asisten Apoteker ya kalo tidak sesuai, kalo sesuai tapi memang sering digantikan tuh yang bukan sesuai poksinya ya maksudnya ya selain itu mungkin ada bidan itu mbak “Su” tuh suka

(11)

membantu, ada perawat tuh mbak “Ek”, mbak “De” atau bahkan gizi gitu atau bahkan Analis atau pun yang lainnya untuk membantu diobat karena mbak “Ni” memang gak ada temennya gak ada yang membantu.‟(IC_2)

„Kalo AA nya kan sesuai tapikan Apotekernya nggak ada iya harus ada Apotekernya‟(IC_4)

e. Apoteker Mengikuti Pelatihan

Asisten Apoteker tidak pernah mengikuti pelatihan akan tetapi sudah beberapa kali Asisten Apoteker mengikuti seminar – seminar, Asisten Apoteker memiliki PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) dalam setiap tahun mengadakan 3 sampai 4 kali seminar dan dalam mengikuti seminar – seminar tersebut ada kemajuan atau perbaikan seperti menambah wawasan. Selain itu hal – hal yang perlu diperbaiki dari sisi SDM nya.

Kotak Wawancara 5

„Belum pernah belum pernah belum ada. Ya paling ada paling ikutnya seminar – seminar gitu. Seminar itu tergantung ini kan ter... seminar tergantung ini apa namanya. Kan Saya punya ca.... apa eee Provisi Persatuan itu Provisi pe... PAFI Persatuan Ahli Farmasi itukadang menga mengadakan bisa setahun 3x 4x terserah mereka sih. Gak gak bisa ditentukan berapa kali gitu. Kadang juga ikut seminar diluar kota hehehehe. Ya untuk menambah wawasan ya. Emmm....yaitu tadi se.... sumber dayanya itu ya. Sumber dayanya kayaknya itu deh mbk.‟(IU_1) „Pernah sering, ada harus ada to yo memang ada.‟(IC_4)

(12)

Menurut mereka tidak pernah ada komplain dari pasien waktu stok obat habis di Puskesmas Bulu Lor terkadang apabila stok obat tertentu habis digantikan oleh obat yang fungsinya sama seperti obat yang stoknya habis, selain itu jika obat tersebut habis maka Asisten Apoteker akan memberikan resep kepada pasien untuk membeli obatnya diluar. Dari pernyataan Kepala Puskesmas ada obat yang dari BPJS yang tidak tersedia di Apotik Puskesmas karena terkadang di awal tahun mengalami keterlambatan pemberian anggaran.

Kotak Wawancara 6

„Stok obat itu emmm.... itu... itu kadangkan stok abis tuh kadang KLB kayak Kejadian Luar Biasa tuh kadang kita gak tau. Kadang gak gak gak tau kadang obatnya habissss. Itu kan sudah apa namanya udah di.... buat apa ssss.... emmm.... ssss.... perencanaan setahun yang lalu gitu kan. Kita merencanakan sesuai yang direncanakan toh. Terus tiba – tiba ada KLB kita kan gak tau kalo ternyata itunya meremp....opo pengeluarannya meningkat gitu. Stok obat habis....komplen dari pasien gitu ? eeee paling karena selama ini kalo obat habis gitu heem, pernah ada misalnya kayak tetes telinga apa kayak salep apa gitu, pas kebetulan habis tak suruh beli diluar mau gitu.‟(IU_1)

„Kalo biasanya eeee....bukan kalo di interen Puskesmas nggak ya... biasanya komplen itu untuk pasien BPJS ya karena apa kita kan tidak menyediakan obat itu, dia kadang kerjasama dengan Apotik – Apotik luar. Jadi ada pihak ke 3 karena itu memang sudah mekanismenya BPJS seperti itu untuk terutama untuk pasien yang tergantung dalam Prolanis. Eee... itu obatnya gak lewat Apotik juga gak lewat Apotiknya Puskesmas. Jadi langsung ke Apotik eee... luar itu jadi pasiennya pasien BPJS kesini ke Apotik luar lha Apotik luar sering kali tidak apa namanya tidak ada obatnya, stok obatnya gak ada karena itu tadi karena

(13)

keterlambatan biasanya pada awal tahun anggaran. Stok obatnya dia tidak ada karena dari PBF juga karena belum ada. Kalo di Puskesmas sendiri komplen, gak gak ada mungkin Cuma hanya opo ya kekurangan dalam arti ada beberapa obat yang disediakan oleh IF IF tuh Instalasi Farmasi Dinas, kita kan droping obatnya dari situ tapi kurang nah kita kan bisa mengadakan sendiri. Nah mengadakan sendiri ini tergantung pengadaan obat pakek E – katalog itu katanya harus lewat E - Purchasing. Biasanya mekanisme sana kan bisa beli langsung harus lewat E - Purchasing.‟(IC_4)

g. Standar Jumlah Apoteker dan Asisten Apoteker Dan Langkah Solusinya Menurut Informan Crosscheck seharusnya jumlah Apoteker di setiap Puskesmas ada 1 dan ditambah dengan Asisten Apoteker. Sementara ini mereka belum mengambil langkah apa – apa. Jumlah Puskesmasnya 37 sedangkan Apotekernya 9 orang jadi mendapat surat keputusan dari Kepala Dinas Kesehatan, bahwa 9 Apoteker menjadi Apoteker koordinator, 1 Apoteker akan membawahi beberapa Puskesmas jadi secara legal hukum semua Puskesmas memiliki semua Apoteker.

Kotak Wawancara 7

„Standarnya 1 setiap Puskesmas ya. Bagaimana apanya ? ya kita ndak bisa standart atau belum mbak, soalnya itu 2 hal yang sangat berbeda ya. Kalo apa eee.... standart menurut Permenkes 1 Apoteker ditiap Puskesmas ya apa eee.... kalo menurut Permenkes memang disarankan 1 tapi untuk memenuhi itu kebijaksanaan itu menyangkut berbagai macam pihak kita sudah mengusulkan ke Menpan yang menentukan eeee.... alokasinya masing – masing Kabupaten Kota itu tahun ini berapa Dokter, berapa Bidan, berapa jadi tidak bisa apa ke 2 hal itu tidak bisa

(14)

disatukan. Idealnya memang 1 Puskesmas 1, Cuma birokrasi untuk menambah pegawai negeri itu panjang sekali dan setiap tahun belum tentu setiap daerah itu dapat Apoteker. Kalo yang di tempat kita ni sementara eeee.... ndak ada Apotekernya mesti sudah ada Asisten Apotekernya, seperti itu jadi eee.... sementara kita belum mengambil langkah apa – apa karena apa eeee... setiap Puskesmas itu mesti sudah ada tenaga kefarmasiannya Apoteker atau Asisten Apoteker atau dua – duanya. Ada Puskesmas yang punya dua – duanya gitu ya untuk Apoteker sendiri ya karena kita kan masih kekurangan jumlah Puskesmasnya 37 Apotekernya 9, maka kita berikan surat keputusan Kepala Dinas ya 9 Apoteker itu nanti dia eeee.... dinamakan Apoteker koordinator 1 Apoteker nanti membawahi beberapa Puskesmas. Jadi sebenarnya secara legal hukum semua Puskesmas Di Kota Semarang mempunyai Apoteker.‟(IC_5)

h. Kriteria SDM Yang Dibutuhkan

Menurut Informan Crosscheck Kriteria SDM yang dibutuhkan di Puskesmas khususnya untuk SDM di Apotik Puskesmas Bulu Lor menurut Permenkes 1 Apoteker dan 1 Asisten Apoteker.

Kotak Wawancara 8

„Ya memang kalo menurut Permenkesnya paling ndak 1 Apoteker 1 apa Asisten Apoteker begitu.‟(IC_5)

i. Pentingkah Pelatihan Bagi Apoteker

Pelatihan bagi Apoteker yang berkaitan tentang obat menurut Informan Crosscheck penting dan dibutuhkan untuk syarat memperpanjang STR jadi hal itu memang dibutuhkan oleh Asisten Apoteker.

(15)

Kotak Wawancara 9

„Ya mestikan kalo setiap apa pengobatan itu berkembang ya, jadi emang harus sih 1 syaratnya, perumpamaannya dia untuk memperpanjang surat tanda registrasinya aja dia harus menempuh pendidikan berkelanjutan ya bet bisa bentuk seminar bentuk kursus atau bentuk apa itu nanti eee.... siap ya namanya itu nanti untuk syarat dia bisa memperpanjang STR nya atau ndak jadi itu memang dibutuhkan.‟(IC_5)

2.

Metode

a. Alur Pelayanan Obat

Menurut subjek penelitian alur pelayanan obat di Puskesmas dari awal pasien mendaftar ke Loket lalu dapat nomor antrian, setelah itu ke masing – masing Poli yang di tuju, periksa, setelah periksa lalu mendapat resep dari dokter setelah itu ke kamar obat menyerahkan resep lalu mendapatkan obat dan pasien pulang.

Kotak Wawancara 10

„Alur pertama dari pasien datang ke Loket daftar. Habis itu habis daftar ke Loket terus dia mau periksa kemana ? ke BP Umum pasiennya atau ke BP KIA atau ke BP Gigi Poli Gigi nah tergantung, terus dari Poli – Poli itu tadi nanti dikasih resep masuk ke Apotik dari Apotik langsung pulang.‟(IU_1)

„Ayul.... pelayanan obat itu mbak “Ni” ya itu ya otomatis dari pemeriksaan pasien pertamanya eeee.... pendaftaran, dari pendaftaran terus ke poli masing – masing, dari poli periksa Dokter dapat resep, dari resep dikasihkan ke ruang obat ke apotiknya disitu terus mbak disiapin oleh mbak “Ni” terus kemudian pasien dipanggil dan itu sesuai ada itu ada

(16)

nomor urutnya, jadi tidak ada kekacauan atau apa sesuai urutnya berjalan lancar ndak ada masalah sih. Walaupun pasien banyak mbak “Ni” tuh sudah faith siap weeehhh porak.‟(IC_2)

b. Mekanisme Pengadaan Obat

Mekanisme pengadaan obat menurut mereka adalah untuk pengadaan obat di Puskesmas terlebih dahulu membuat perencanaan tahunan dari tahun lalu untuk tahun 2015, lalu dikirim ke Instalasi Farmasi memberikan LPLPO yang selama 1 tahun, lalu untuk selanjutnya wewenang ada di Instalasi Farmasi Obat apa saja yang akan diberikan untuk setiap Puskesmas, IF melakukan pengedropan setahun 4x pengedropan. Jika obat sebelum 4 bulan sudah habis maka boleh meminta obat atau mengebon ke IF dari itu lah IF melakukan pengedropan obat setiap bulan ke Puskesmas tersebut. Selain itu Puskesmas juga mendapat dana dari JKN untuk pasien BPJS. Pembelian obat itu melalui mekanisme E - Purchasing yang sudah ada di E – Katalog ada ketentuan dari Pemerintah obat – obat apa saja yang ada didaftar boleh dibeli apabila obat tersebut tidak ada didaftar maka tidak boleh dibeli.

Kotak Wawancara 11

„Pengadaan obat di Puskesmas itu kita membuat perencanaan tahunan. Itu yang punyanya program pemerintah itu kita membuat perencanaan setahun gitu dari tahun lalu untuk tahun 2015 kita memakai pemakaian pengeluaran tahun 2014 itu kita buat selama 1 tahun itu kita kirim ke Instalasi Farmasi lah dari Instalasi Farmasi itu nanti dia yang mengadakan. Eee apa pengadaan obatnya itu yang mengadakan pengadaan itu ssss.... dari Instalasi Farmasi. Kita cuman me.... memberikan LPLPO yang data pengeluaran pemakaian kebutuhan selama setahun aja jadi kita ndak ndak beli. Cuman karena sekarang ada

(17)

program dari JKN, itu kita ada dana JKN sendiri heem dari JKN yang setiap bulan kita harus eeee.... beli obat lewat E - Purchasing gitu. E - Purchasing itu pembelian obat yang lewat on line yang sudah di E – Katalog yang sudah ada ketentuan dari pemerintah dan obat – obat itu sudah ada di Fornas Formularium Nasional. Sudah ada ketentuannya heem. Khususnya JKN, jadi di Puskesmas itu kan ada ketentuannya di Fornas itu obatnya ini ini ini di Puskesmas yang boleh di beli kalo dia butuh misal Puskesmas ada yang kosong ternyata obatnya tidak masuk di Fornas itu kita gak boleh beli heem, harus mungkin bisa lewat gudang obat dari Instalasi Farmasi yang kita mungkin bisa lewat gudang obat dari Instalasi Farmasi yang kita perencanaan yang setahun itu. Alur permintaan obat dari puskesmas mengajukan membuat permintaan setiap bulan ke Instalasi Farmasi, jadi langsung dari Instalasi Farmasi yang akan me mengedrop ke Puskesmas Puskesmas gitu setiap 1 bulan sekali. 1 tahun waktu kita membuat laporan LPLPO setiap bulan itu kan dibelakang ada permintaan lah itu permintaan itu kita mengajukan setiap bulan. Selain yang didrop 4 bulan sekali yang setahun selam ehh.... setahun 4x eee....beda yang setiap bulan itu kalo stoknya habis belum didrop , stokku tiba – tiba habis, udah habis boleh minta ke Instalasi Farmasi. Setahun sekali ndak ada, heem adanya setahun 4x sama setiap bulan. Setiap bulan kan alur permintaan itu kan sebenarnya didrop dari dinas ehh.... dari Instalasi Farmasi setahun 4x kan tidak ada kadang ada obat yang belum waktunya sudah habis misal harusnya didropkan 4 bulan to.... sebelum 4 bulan itu obat sudah habis. Kita boleh merencanakan untuk meminta ke dee.... ke Instalasi Farmasi setiap bulan melalui laporan LPLPO itu, dari pemakaian kita setiap bulan mana yang kosong kita boleh meminta mengebon dulu ke Instalasi Farmasi

(18)

gitu. Lewat laporan LPLPO lewat laporan heem lewat laporan yang sudah ada itu nya sudah ada ketentuannya heem gitu.‟(IU_1)

„Ya kalo di Puskesmas itu dia apa eeee.... perencanaan dulu ya setiap tahunnya nanti umpamanya untuk tahun ini, akhir tahun kemarin itu dia merekap paling ndak setahun nanti di rata – rata dia bikin perencanaan, perencanaan obatnya kebutuhannya dari setahun itu berapa. Setelah itu perencanaan dikasih kan ke IF ya dari IF Gudang Farmasi itu nanti dia merekap se Kota Semarang dari rekapan se Kota Semarang itu baru kita adakan, mana yang ndak bisa atau apa mungkin ada item tambahan apa disesuaikan dengan anggaran yang kita dapat dari pemerintah Kota Semarang, itu kalo sudah disusun perencanaanya kita terus lelangkan, lelangnya lewat LPSE Kota Semarang di apa eeee... bagian pembangunan lalu setelah kita lelang obat kita distribusikan ke Puskesmas.‟(IC_5)

c. Puskesmas Mendapat Suntikan Dana

Menurut mereka Puskesmas mendapat suntikan dana obat dari APBD II dan dari JKN. APBD II berasal dari Dinas Kesehatan sedangkan JKN untuk pasien peserta BPJS.

Kotak Wawancara 12

„Dari dinas dari Dinas Kesehatan heem. BPJS dari BPJS, dana dari BPJS , JKN yang JKN itu loh tau to JKN heem la ya itu. Seee... lah itu dapet dari dana dari situ sama dana dari APBD, biasanya APBD II dari Dinas. Cukup cukup cukup cukup.‟(IU_1)

„Kalo obat Puskesmas kita droping ya mbak, droping itu terus kalo dana lainnya Puskesmas bisa beli sendiri. Obat tambahan itu dari dana APBD

(19)

II Kota Semarang sama dari dana JKN dana kapitasi. Ya selama ini ketersediaan obat kita selalu 100 % bahkan eeee.... itungannya ada pernah lebih dari 100 %.‟(IC_5)

d. Metode Perencanaan Obat

Metode yang digunakan untuk perencanaan tahun 2015 menggunakan metode konsumsi. Sebagian besar Informan tidak mengetahui metode apa yang digunakan dalam perencanaan obat untuk tahun 2015.

Kotak Wawancara 13

„Eeee.... ini apa namanya metodene ki konsumsi sama heem heem sama kombinasi hehehehe iya tapi nek selama ini pakek ekonsumsi karena kita pakek LPLPO itukan direkap selama setahun to. Pemakaian dari setahun itu direkap totalnya berapa nanti dikalikan 2 % apa 1 % atau 2 % 2 pers.... eh 1 % apa 2 % ya 1 % apa, aku lupa dikalikan itu dikurangi stok stok ob itu nanti tak kasi tau. Konsumsi heem heem heem konsumsi. Aku pakek e konsumsi.‟(IU_1)

„Ya biasanya kalo Puskesmas metodenya kita sarankan 2 metode yang 1 metode rekapan itu setahun nanti di rata – rata kebutuhannya yang satunya eee.... metode secara epidemiologi. Jadi persiapan kalo – kalo ada ledakan kasus – kasus penyakit tertentu. Iya heem, itu harus juga diperhitungkan jadi dia memperhitungkannya dari 2 kebutuhan rutin yang setahun kemarin sama persiapan kalo ada KLB. Ya konsumsi itu tadi kebutuhannya itu kan konsumsi, konsumsi konsumsi setiap bulannya berapa rata – rata setahunnya berapa. Ya kalo make dua itu kan sama epidemiologi namanya kombinasi ya. Ya pake. Heem ya apa dia biasanya memperhitungkan kalo ada eeee.... KLB kalo umpamanya ada

(20)

KLB apa dia memperhitungkan tetep kita sarankan memperhitungkan.‟(IC_5)

e. Mengalami Stok Obat Habis

Menurut Informan di Puskesmas Bulu Lor pernah mengalami stok obat yang habis pada tahun 2015 dan ada beberapa obat yang pernah kehabisan stok. Akan tetapi menurut Informan Utama sekaligus sebagai Informan Crosscheck yang bekerja selama 1 tahun di Puskesmas Bulu Lor tidak pernah mengalami kehabisan stok obat sampai fatal, jadi beranggapan di dalam intern Puskesmas tidak pernah mengalami stok obat habis. Padahal Puskesmas pernah mengalami stok obat habis di dalam Intern Puskesmas. Selain itu ada stok obat habis dari JKN itu dikarenakan prosedur E – Katalog yang agak susah. Salah satu obat dari IF yang habis adalah Carbamazepine yang fungsinya untuk orang Epilepsi beranggapan bahwa jika Carbamazepine habis itu hal yang wajar dikarenakan kompetensinya ada di Dokter Spesialis, dari Puskesmas hanya memutuskan obat dari Dokter Spesialis tersebut.

Kotak Wawancara 14

„Pernah ada obat yang ini, obat habis yang dari kayak dari kayak JKN itu loh itu tuh bukan karena karena memang prosedurnya E – Katalog itu agak susah agak ribet gitu loh. Dari perusahaan biasanya perusahaannya kosong kayak obat – obat. Obat yang maag, Ranitidin apa itu dari perusahaannya kosong kalo gak emmm kosong itu deh kosong, yang sini kemaren ada yang 1, 15 Carbamazepine, thrihex itu kosong karena memang kosong dari gudang dari gudang perusahaan sana perusahaannya. Itu kan ada yang lewat E - Purchasing, yang aku bilang dari JKN itu to. Itu emang kosong dari perusahaan padahal kita butuh, karena memang ada kasus epilepsi itu heem heem heem itu

(21)

kosong.‟(IU_1)

„Ndak ndak pernah habis tapi bisa diusulkan dimintakkan ic biasanya gitu. Jadi gini misalnya Saya kekurangan obat ini terus Saya minta ke IF, IF kok ada diambilkan dari Puskesmas lain yang stoknya berlebih gitu jadi habis obatnya memang pernah habis tapi tetep obatnya segera dipenuhi kita kita mengajukan usulan kalo gak kita beli sendiri.‟(IC_4)

f. Faktor – Faktor Penyebab Stok Habis

Faktor – faktor penyebab stok obat itu menjadi habis menurut para Informan dikarenakan KLB (Kejadian Luar Biasa) baik pada wabah maupun karena bencana. Cara penyelesaian untuk mengatasi out off stock obat yaitu dengan menggunakan dana sendiri yang berasal dari APBD II dan JKN agar tidak terjadi kekosongan obat dalam waktu lama.

Kotak Wawancara 15

„Eeee.... apa tadi karena adanya biasanya kayak KLB gitu lho. Yang tiba – tiba ada apa namanya emmm...KLB kita tidak gak, perencanaannya ndak ndak dilebihkan gitu karena kita ndak tau kalau mau itu kan ada wabah misalnya kayak – kayak gitu kayak biasanya tuh Acyclovir Acyclovir salep itu biasanya kan wabah to kayak gitu. Ya untuk kedepannya mungkin di perencanaannya lebih dinaikkan. Opo ya ? paling itu aja.‟(IU_1)

„Kita gak pernah kehabisan ic.... kalo kehabisan pun kan bisa beli langsung karena eeee.... anggaran kita longgar jadi anggaran kita tidak dikunci misalnya Saya setahun mau beli obat Antalgin itu nggak tapi sudah disitu hanya anggaran obat gelondong masih belum ada rinciannya. Jadi lebih longgar lebih leluasa kita menggunakannya mau beli apa aja. Jadi kalau misalnya kehabisan pun kita dengan cepat bisa

(22)

membeli. Gak pernah kalo di kit kita gak pernah k.... lha terus pie kemarin.... gak gak ya mungkin dia opo ya me... terjadi KLB atau gimana tadi eeee.... diluar kasus yang sudah ada tapi rata – rata kalo secara umum di Kota Semarang tidak pernah kekurangan obat. Diluar mekanisme JKN tadi loh ya, itu beda lagi yang pasien BPJS. Ya perencanaannya yang baik terus eeee.... ketersediaan dalam arti setiap ya sudah bisa memprediksi tahun 2000, eeee.... penggunaan tahun – tahun sebelumnya kita lihat juga dengan kunjungan pasien kita lihat kan bandingkan, pasien yang mana eeee.... biasanya kan kenaikan pasien atau lonjakan pasien bisa dilihat dari itu kunjungan dan sebagainya. Heem gak KLB kita eee.... untuk kasus – kasus penyakit di kita gak ada, gak terlalu banyak. KLB misalnya terjadinya bencana itu yang mungkin stok obatnya akan apa bukan stok obat, penggunaannya akan meningkat ketika bencana biasanya begitu ja dari daerah kan sudah di petakan daerah – daerah mana kota Semarang yang rawan bencana.‟(IC_4)

g. Perencanaan Obat Berdasarkan Tahun Lalu

Menurut Informan dalam perencanaan obat itu berdasarkan tahun lalu dan dinaikkan lagi jumlahnya, akan tetapi meskipun sudah dinaikkan lagi jumlahnya tetap masih kehabisan stok dikarenakan meskipun sudah dinaikkan terkadang terjadi KLB yang diluar dugaan dan terjadi ledakan kasus yang menyebabkan terjadinya kekosongan stok obat.

Kotak Wawancara 16

„Heem heem heem heem kadang kan kita lihat misal untuk tahun kemarin eeee.... kok stoknya masih banyak disini. Terus apa namanya itu bisa dikurangi pengeluarannya bisa dikurangi kalok stoknya disini masih buaaanyaakkkk pengeluarannya kok. Apa namanya eeee....

(23)

pemakaiannya pemakaiannya gak terlalu banyak stoknya masih banyak itu gak gak dinaikkan. Tapi yang pemakaiannya mungkin sering itu dinaikkan hahahaha. Ihhhh pertanyaannya hahahaha ya.... stok abis terus ya kayak itu tadi kayak yang apa namanya kekosongan dari gud apa dari perusahaan itu loh dari perusahaannya yang misal kosong kita gak bisa, mau mencari mau nambah di itu kan tetep gak bisa karena biasanya tu perencanaan tu mbak kayak yang di gudang obat itu kita merencanakan segini tiba – tiba tengah taa.... tengah pertengahan – pertengahan itu stok obat kosong. Jadi kita gak bisa nambah lagi heem heem heem‟(IU_1)

„Ya ya biasanya kita memang setahun 2 tahun ber aaaa... rata – rata nya berapa terakhir ditambah itu tadi kalo ada eee.... jaga – jaga buat ledakan kasus – kasus tertentu cuma kalo memang kasus kejiwaan itu jarang kita perhatikan biasanya kita perhatikan itu kaya Tipoid, DB gitu ya mbak yang kita apa eee.... jagani penyakit seperti itu 10 penyakit besar.‟(IC_5)

3. Kebijakan

a. Sarana Prasarana Pemerintah

Semua Informan baik Informan Utama maupun Informan Crosscheck menyatakan bahwa sarana prasarana yang diberikan Pemerintah cukup Khususnya untuk di Apotik Puskesmas dan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk Apotik dalam perencanaan obat seperti komputer atau Laptop, internet, data apa saja dan Simpus.

Kotak Wawancara 17

„Alhamdulillah sudah cukup deh. Sudah ada puyer sudah ada gerusan, heem. Biasanya kalok untuk perencanaan kita butuhnya ya

(24)

komputer. Bahan pendukungnya kan Cuma komputer. Lewat email heem heem heem ya itu internet ya internet ada ada ada.‟(IU_1) „Cukup sih cukup semuanya ya cuman, ya itu tadi kembali tenaga „Kalo Apotik cukup yang gak cukup ya ruangannya aja karena kalo kita kan memang tidak opo yo tidak ini sudah tidak layak untuk sebagai Puskesmas Induk karena mau relokasi kita heem . Sarana prasarananya ya data itu pasti, ya harus data apapun itu baik yang mengenai surat laporan itu harus lengkap terus eee.... data penyakit, 10 besar penyakit yang banyak. Hubungan eeee... jenis – jenis laporan yang kemarin intinya berasal data dulu kita harus lengkap. Baru kita bisa merencanakan obat dengan baik. Mau sistem berdasarkan penyakit atau kah berdasarkan kasus kejadian itu nanti kita lihat mau seperti apa.‟(IC_4)

b. Tanggal Pemberian LPLPO

Sebagian besar Informan menjawab bahwa pada setiap sebelum tanggal 5 setahun sekali Puskesmas wajib memberikan LPLPOnya kepada Dinas Kesehatan Kota untuk perencanaan obat kedepan dan sebelum tanggal 5 Puskesmas membuat LPLPO untuk tahun depan setahun sekali. Sedangkan dari Kepala Puskesmas sudah menetapkan tanggal 31 sudah selesai dalam membuat LPLPOnya.

Kotak Wawancara 18

„Se se belum tanggal 5 biasanya setiap bulannya, ehh.... setiap untuk perencanaan 1 tahun itu kan sekali tok. Heem itu biasanya kalo laporan – laporan ituh.... sebelum tanggal 5 harus masuk ke DKK. Kalo perencanaannya perencanaan biasanya dibulan gak mesti ya mbak karena setiap tahun tuh kadang beda – beda kemarin juni.

(25)

Terus yang tahun – tahun kemarin – kemarin dulu pernah april, maret gitu ya sebelum tanggal 5. Maksud e untuk perencanaan tahun depan ? ohh itu mbuatnya ssss.... eeee.... dari biasanya dari Instalasi Farmasi sudahmemberikan soft copy gitukan, untuk perencanaan untuk kedepannya udah dikasih reng – rengan kayak apa namanya apa sih, kayak form form form untuk perencanaan. Nah kita tinggal memasuk – masukkan aja gitu biasanya dibulan itu tadi dibulan april, mei nan gitu. Heem heem oh akhir – akhirnya bulan biasanya ya sebelumnya, berapa bulan sebelumnya. Biasanya misal bulan mei ehh bulan juni itu mmmm.... aaaa.... nanti april dah dikasihkan, 1 bulan tenggang waktunya 1 bulan, heem heem. Kita diberi waktu 1 bulan untuk membuat perencanaan. 1 bulan istilahe misal aku dikasih tanggal pokoknya biasanya 1 bulan dek. Kita 1 bulan dikasih kesempatan untuk membuat LPLP ehhh.... opo perencanaan setahun. Gak gak di...cuman heem cuman nek kalo laporan tuh biasanya sebelum tanggal 5. Heem heem, ngirim mbuat ngirim pokok e ya kita mbuat tanggal 5. Otomatis jangan lebih tanggal 5 gitu ngirimnya ya sebelum tanggal 5 heem. Nek gak kalo gak ya molor – molornya tuh sampe tanggal 10, tenggangnya heem tapi kalo bisa tanggal 5.‟(IU_1) „Tanggal 5 heem, sebelum tanggal 5 kalo bisa jadi gini kalo di Saya harus sudah menetapkan tanggal 31. Pokoknya akhir bulan sudah selesai jadi H – dia harus eeee.... 5 hari, tinggal dari IF tanggal berapa lah itu dia harus sebelum tanggal itu sudah selesai dan menyerahkan. Saya gak eee.... terus terang Saya gak tau urusan inti urusan eksternal IF seperti apa tapi kalo disini. Saya berlakukan semua bukan hanya Apoteker semua laporan ketika dia menentukan dari disana menentukan hanya H 10 atau H5 5 kita harus mines itu gak

(26)

boleh tep gak boleh jadi Saya gak akan mentolelir tenggang waktu,gak ! jadi di di internal jadi itu yang harus kita komitmen bersama, tidak boleh di Puskesmas Bulu Lor. Misal dari sana menetapkan tanggal 10 kita harus sebelum tanggal 10.‟(IC_4)

c. Melakukan Pengedropan Obat

Dari Informasi yang didapat dari sebagian Informan menjawab sama bahwa yangmelakukan pengedropan obat bukan dari Dinas Kesehatan Kota akan tetapi dari IF, DKK hanya memberikan dana APBD untuk IF. Tahun 2015 pengedropan obat ke Puskesmas hanya 4 kali dalam 1 tahun, sedangkan peraturan barunya tahun 2016 bisa setiap bulan sekali meminta obat jika stok kosong.

Kotak Wawancara 19

„Untuk pengedropan obat tuh ndak dari DKK, dari Instalasi Farmasi jadi kita yang meng membuat apa eeee.... yang mengatur obat, pengadaan obat itu sebenarnya dari Instalasi Farmasi. Instalasi Farmasi itu kit.... dia minta data dari Puskesmas, jadi LPLPO dari semua Puskesmas itu to. Itu dia dikasih eehh.... disuruh mbuat perencanaaan. Jadi itunya dari LPLPO dasarnya itu dari LPLPO. Dari pemakaian LPLPO itu, jadi 37 Puskesmas di kumpulke dek di Instalasi Farmasi yang mengolah bukan DKK, DKK cuma ngasih dana dana APBD ke Instalasi Farmasi heem untuk yang merekap apa namanya obatnya yang itu yang mengajukan dari Instalasi Farmasi, heem yang kayak ngedrop. Ngedrop itu juga Instalasi Farmasi jadi Instalasi Farmasi biasanya untuk tahun 2015 1 tahun 4x droping heem itu droping yang besar tapi misalkan 1 bulan kita obat kosong habis, kita

(27)

bisa minta ke Instalasi Farmasi. Heem setiap bulannya kita pakek LPLPO sesuai dengan pemakaian heem. Terus kalo untuk permintaan ke itu yang setiap bulan itu ada rumusnya jadi 2x pemakaian dikurangi stok sisa itu nanti kita permintaan masukannya. DKK itu memberikan dana sama mungkin ada bagian khusus yang itu loh dek apa ada obat – obat yang masuk Fornas itu kan itu dari DKK ada ke kan....sama Instalasi Farmasi. Kayak yang per menyetujui gitu loh obat apa yang masuk. Tapikan karena mereka itunya besar. Nggak - nggak sendiri – sendiri kayak Puskesmas, Puskesmas kan kayak DKK, UPTD kan dia Instalasi Farmasi itu.‟(IU_1)

„Tiap bulan, heem heem. Tergantung nanti kalok ada kekurangan nanti kita bisa minta kan juga anu lagi kalo yang rutinkan 12x. Oh ngene eee.... 2015 itu 4x, 2016 anunya berubah lagi tahun ini nanti setiap bulan. 4x setahun, tapi ketika kita misalnya butuh apa dan sebagainya ya kita bisa diluar itu kita bisa anu bisa di droping.‟(IC_4)

d. Disetujui Dinas Kesehatan Kota

Menurut subjek penelitian yang disetujui Dinas Kesehatan Kota dari setiap jenis obat yang diminta oleh Puskesmas selalu 100 % selama itu sesuai dengan Fornas. Selama masih ada didalam Plafon itu masih bisa disetujui 100%.

Kotak Wawancara 20

„Ya ini mungkin 100 semuanya di acc, selama itu masuk ke sesuai dengan Fornas. Heem total total di ini dilaporan ic dek nanti tak kasih itunya sama tak kasih contoh perencanaan obat.‟(IU_1)

„Rata – rata di acc,ya... ya....gak semuanya kalo dia ada pokok e kalok kita mintak, dia ada dari yang ngam di Apotik Saya kan juga gak

(28)

hafal. Biasanya AA nya akan laporan, bu ini yang gak anu yang gak ada, terus misalnya gak ada pun biasanya AA nya akan ehhh.... Apotekernya ehhh.... IF nya akan berusaha mencarikan itu tadi melihat eeee.... Puskesmas mana yang stoknya berlebih. Kalo misalnya memang semuanya gak ada kita bisa mengadakan sendiri. Jadi pengadaan terakhir kalo semua stok semua sudah gak ada kita bisa mengadakan sendiri membeli sendiri. Gak tau ohh.... Saya harus lihat laporan, gak bisa to ya. Yo pokoknya AA nya nanti yang tau kan Saya tinggal oh ini banyak dia sudah laporan, Saya gak mungkin menghafalkan.‟(IC_4)

e. Protap (Prosedur Tetap)

Menurut semua Informan menyatakan pandangan mereka tentang Protap (Prosedur Tetap) di Apotik Puskesmas berbeda – beda karena berdasarkan Protap yang mereka jalankan sesuai dengan tugasnya masing - masing. Protap dari Asisten Apoteker adalah memakai obat – obat yang sesuai dengan Fornas obat – obat yang dasar atau obat generik. Pemberian resep untuk dewasa biasanya 10 tablet sedangkan wewenang Dokter maupun Bidan memberikan resep untuk anak – anak berdasarkan berat badan dan juga memberikan resep untuk dewasa berdasarkan usia, selain itu Protap dari DKK untuk Dokter atau Bidan tidak boleh memberikan lebih dari 4 jenis obat dalam melakukan peresepan obat. Sedangkan dari Kepala Puskesmas protapnya dalam hal obat pertama melakukan usulan – usulan obat lalu mengusulkan ke IF, jika IF kosong obatnya maka bisa mengadakan sendiri. Sedangkan Protap menurut Informan Crosscheck Protap itu dalam bentuk SOP, SOP yang lengkap biasanya ada di Puskesmas yang sudah ada ISOnya.

(29)

„Prosedur tetap ya ini opo kita memakai obat – obat yang sesuai dengan Fornas. Kita pakeknya obat yang itu dek, obat – obat yang kita pakek itu obat yang stan opo dasar heem heem dasar, jarang yang kombi kombinasi tuh jarang, ke pri kebanyakan obat yang generik hmmm.... itu yang mana ya dek. Ohh kalo kalo ohh itu heem 10 10 kalo biasanya kasih ke pasien heem 10 tablet itu untuk dewasa. Kalo dewasa memberikan 10 10, untuk anak – anak itu tergantung bidan dan dokter, mereka punya ini sendiri – sendiri biasanya sesuai berat badan apa sesuai umur gitu. Biasanya berat badan heem heem itu itu racikan obat yang buat bidan sama dokter kita tinggal resep, kita tinggal baca resep. Lansia obat – obat yang ini apa namanya kayak tensi gula tuh boleh 1 bulan sekali jadi dia heem heem misal untuk 30 hari boleh tapi kalo disini obat – obat yang kayak gitu ngasinya 10 hari 10 hari.‟(IU_1)

„Untuk apanya itu ? eeee... kalo yang ad kita ada yang ada bok kita SOPnya itu hampir semua ada, kita sudah bikin semua SOPnya dari SOP pengadaan ada, terus mulai dari apa perencanaan sampe lelang sampe ap pemeriksaan pekerjaan kita sudah buat SOPnya semua ya banyak sekali banyak sekali. Ya umpamanya kayak apa perencanaan tuh langkah – langkah bagaimana nanti kalo untuk pelelangan langkah – langkahnya seperti apa disitu kita ada pelelangan untuk pengadaan obat kan kita mesti lelang, dilelang secara ulang kalo di Puskesmas. Setiap Puskesmas juga punya SOP tentang apa eeee.... pelayanan obat di dia sendiri – sendiri tuh sudah ada terutama ada beberapa Puskesmas kita yang sudah di ISO ya sudah di ISO, dia sudah menyusun eeee.... SOP untuk pelayanan yang dari apa eee.... pengambilan pelayanan ke pasien, penyimpanan di gudangnya apa

(30)

Gambar

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Puskesmas Bulu Lor (25) Kepala Puskesmas

Referensi

Dokumen terkait

Bidan yang mendapatkan supervisi dari kepala puskesmas dapat memiliki kinerja lebih baik 3.51 kali dibandingkan dengan bidan yang tidak mendapatkan supervisi dari kepala

Misal, saya (Ibu Yeni Suryani) sebagai pihak medis yang menangani pelanggan yang komplain, saya yang akan ditanya oleh atasan mengenai keluhan atau komplain tersebut, begitu

“Ya saya lumayan tau tentang perencanaan komunitas ini, ya gitu lah anak-anak Flying Dutchman mah barageur (baik) saropan (sopan) kalo lagi ngobrol juga enak

bergairah untuk hidup.” (P5. Jadi beta harus bisa kalau bisa sih beta harus patuh dengan obat supaya jangan sampe beta sakit. Nanti kalo beta sakit bagaimana beta pung

“Biasanya para pengiklan juga melihat apakah akun twitter kanal tersebut sesuai dengan produk yang mereka miliki, misal perusahaan telekomunikasi maka supaya

Dalam proses transaksi jual beli grosir di Pasar Darmo Trade Centre (DTC) Wonokromo Surabaya, jual beli grosir yang sering dilakukan adalah jual beli dimana pihak

Kalo menurut saya yang pertama karakter dari tokohnya sendiri baik, yang ke dua animasi ini banyak pembelajaran gitu ya beberapa kali saya nonton, kalo animasi yang lain kan karakter

Abdul Samad S.Ag., M.Pd selaku Pembina REMUS melanjutkan bahwa: kesemuanya perempuan, setau saya dia bukan dari pengurus REMUS dan kalo saya tidak salah ada sekitar tiga atau empat