38 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kota Samarinda merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah total 718,00 km2. Kota ini terbelah oleh sungai Mahakam yang menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur. Secara geografis, Kota Samarinda terletak pada posisi 0o21’18’’ – 1o09’16’’ LS dan 116o15’16’’ - 117o24’16’’ BT.
Secara administratif, seluruh wilayah Kota Samarinda berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara baik bagian Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Batas wilayah Kota Samarinda adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara
3. Sebelah Barat : Kecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak, Kutai Kartanegara
4. Sebelah Timur : Kecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara
Gambar 4.1 Peta Kota Samarinda commit to user commit to user
Topografi Kota Samarinda meliputi tanah datar dan berbukit di ketinggian antara 10m-200m di atas permukaan laut. Kota Samarinda beriklim tropis basah, yang mengalami dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Kota ini memiliki suhu dan kelembaban udara yang cukup tinggi. Suhu udara Kota Samarinda berkisar 27,7oC dengan kelembaban udara rata-rata 81,2 persen (BPS Kota Samarinda, 2018).
Wilayah Kota Samarinda terdiri dari 10 kecamatan, 59 kelurahan, dan 1.979 rukun tetangga (RT). Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017, penduduk Kota Samarinda sebesar 843.333 jiwa, terdiri dari 435.947 jiwa laki- laki dan 407.497 jiwa perempuan yang tersebar di 10 Kecamatan yaitu Kecamatan Palaran, Samarinda Seberang, Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu, Sambutan, Samarinda Utara, Sungai Pinang, Samarinda Ilir, dan Samarinda Kota.
Kota Samarinda memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 1.175 jiwa/km2. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Samarinda Ulu yaitu sebanyak 15,12 persen atau lebih dari 127 ribu jiwa dengan kepadatan sebesar 5.764 jiwa/km2. Kecamatan Samarinda Kota merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yakni sebesar 34 ribu jiwa (4,11 persen) dengan kepadatan penduduk sebesar 6.302 jiwa/km2. Sarana Kesehatan di Kota Samarinda terdiri 9 Rumah Sakit Umum, 6 Rumah Sakit Khusus, 63 Klinik, dan 26 Puskesmas (Dinkes Kota Samarinda, 2016).
B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 180 subjek penelitian, didapatkan gambaran umum data penelitian masing-masing variabel penelitian meliputi usia, pengetahuan, lama kerja, pelatihan, beban kerja, insentif, supervisi, dan motivasi.
Data kontinu dideskripsikan dalam n, Mean, SD, Min, Maks. Data kategorikal dideskripsikan dalam n dan persen (%).
commit to user commit to user
Tabel 4.1 Karakteristik sampel (data kontinu)
Variabel (n) Mean Std. Dev
(SD)
Min Maks
Usia Bidan
Pengetahuan ANC Lama kerja
Pelatihan ANC Beban Kerja Supervisi Motivasi Kinerja
180 180 180 180 180 180 180 180
36.3 9.4 13.2
2.1 13.7 29.4 45.3 19.4
9.9 1.2 10.3
1.5 1.6 3.1 3.7 0.9
21 7 1 0 10 20 35 17
58 12 37 6 19 38 56 20
Tabel 4.2 Karakteristik sampel (data kategorikal)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia
≤ 45 tahun
> 45 tahun
139 41
77.2 22.8 Pengetahuan ANC
Kurang (skor < 9) Baik (skor ≥ 9)
42 138
23.3 76.7 Lama Kerja
< 13 tahun
≥ 13 tahun
102 78
56.7 43.3 Pelatihan ANC
< 2 pelatihan
≥ 2 pelatihan
60 120
33.3 66.7 Beban Kerja
Ringan (skor < 14) Berat (skor ≥ 14)
87 93
48.3 51.7 Insentif
Tidak Ada Ada
80 100
44.4 55.6 Supervisi
Tidak Dilakukan (skor < 29) Dilakukan (skor ≥ 29)
69 111
38.3 61.7 Motivasi
Rendah (skor < 45) Tinggi (skor ≥ 45)
85 95
47.2 52.8 Kinerja
Kurang (skor < 20) Baik (skor 20)
48 132
26.7 73.3
commit to user commit to user
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat menjelaskan pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Hasil analisis bivariat Kelompok
Variabel
Penilaian Kinerja Total OR p
Kurang Baik
N % N % N %
Usia
≤ 45 tahun
>45 tahun
42 6
30.2 14.6
97 35
69.8 85.4
139 41
100 100
2.53 0.047 Pengetahuan ANC
Kurang Baik
21 27
50.0 19.6
21 111
50.0 80.4
42 138
100 100
4.11 <0.001 Lama Kerja
< 13 tahun
≥ 13 tahun
42 6
41.2 7.7
60 72
58.8 92.3
102 78
100 100
8.40 <0.001 Pelatihan ANC
< 2 pelatihan
≥ 2 pelatihan
31 17
51.7 14.2
29 103
48.3 85.8
60 120
100 100
6.48 <0.001 Beban Kerja
Ringan Berat
17 31
19.5 33.3
70 62
80.5 66.7
87 93
100 100
0.49 0.037 Insentif
Tidak Ada Ada
40 8
50.0 8.0
40 92
50.0 92.0
80 100
100 100
11.50 <0.001 Supervisi
Tidak Dilakukan Dilakukan
29 19
42.0 17.1
40 92
58.0 82.9
69 111
100 100
3.51 <0.001 Motivasi
Rendah Tinggi
36 12
42.4 12.6
49 83
57.6 87.4
85 95
100 100
5.09 <0.001
Tabel 4.3 menyajikan data hasil analisis bivariat tentang pengaruh variabel independen (usia, pengetahuan, lama kerja, pelatihan, beban kerja, insentif, supervisi, dan motivasi) terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal.
Berdasarkan analisis bivariat tentang pengaruh usia terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 2.53 dengan nilai p=0.047. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara usia bidan terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Bidan yang berusia ≤ 45 tahun dapat
commit to user commit to user
meningkatkan kinerja lebih baik 2.53 kali dibandingkan dengan bidan yang berusia > 45 tahun.
Analisis bivariat tentang pengaruh pengetahuan terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 4.11 dengan nilai p<0.001. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pengetahuan terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Bidan yang memiliki pengetahuan baik dapat meningkatkan kinerja 4.11 kali dibandingkan dengan bidan yang memiliki pengetahuan kurang.
Analisis bivariat tentang pengaruh lama kerja terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 8.40 dengan nilai p<0.001. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara lama kerja terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Bidan yang memiliki masa kerja >13 tahun dapat meningkatkan kinerja lebih baik 8.40 kali dibandingkan dengan bidan yang memiliki masa kerja <13 tahun.
Analisis bivariat tentang pengaruh pelatihan terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 6.48 dengan nilai p<0.001. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pelatihan terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Bidan yang mengikuti pelatihan ≥ 2 pelatihan dapat meningkatkan kinerja lebih baik 6.48 kali dibandingkan dengan bidan yang mengikuti pelatihan < 2 pelatihan.
Analisis bivariat tentang pengaruh beban kerja terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 0.49 dengan nilai p=0.037. Agar lebih bermakna odds ratio dibalik menjadi 1/0.49=2.04. Bidan yang memiliki beban kerja berat dapat memiliki kinerja yang kurang 2.04 kali dibandingkan dengan bidan yang memiliki beban kerja ringan.
Analisis bivariat tentang pengaruh insentif terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 11.50 dengan nilai p<0.001. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara insentif terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Bidan yang mendapatkan insentif di luar gaji pokok dapat memiliki kinerja yang baik 11.50 kali dibandingkan dengan bidan yang tidak mendapatkan insentif.
commit to user commit to user
Analisis bivariat tentang pengaruh supervisi terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 3.51 dengan nilai p<0.001. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara supervisi terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Bidan yang mendapatkan supervisi dari kepala puskesmas dapat memiliki kinerja lebih baik 3.51 kali dibandingkan dengan bidan yang tidak mendapatkan supervisi dari kepala puskesmas.
Analisis bivariat tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja bidan, didapatkan Odds Ratio (OR) sebesar 5.09 dengan nilai p<0.001. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara motivasi terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal. Bidan yang memiliki motivasi tinggi dapat meningkatkan kinerja lebih baik 5.09 kali dibandingkan dengan bidan yang memiliki motivasi rendah.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat menjelaskan pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan adalah regresi logistik ganda multilevel dengan bantuan STATA 13. Hasil analisis multivariat yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil analisis regresi logistik ganda multilevel Variabel Independen Koefisien
(b)
CI 95% OR p
Batas Bawah
Batas Atas Fixed Effect
Usia (> 45 tahun) -2.48 -4.53 -4.34 0.83 0.018 Pengetahuan ANC (Baik) 1.35 0.38 2.31 6.65 0.006 Lama Kerja (≥13 tahun) 1.89 -0.07 3.86 5.71 0.059 Pelatihan ANC (≥2 pelatihan) 1.30 0.29 2.30 3.84 0.011 Beban Kerja (Berat) -1.30 -2.27 -0.34 3.67 0.008
Insentif (Ada) 1.74 0.30 3.18 0.27 0.018
Supervisi (Dilakukan) 1.12 0.19 2.05 3.07 0.017
Motivasi (Tinggi) 1.42 0.45 2.38 4.14 0.004
Random Effect Puskesmas var (konstanta)
<0.01 -3.05 -0.77 N observasi = 180
N puskesmas = 25 Log likelihood = -58.63 LR test vs. Logistic Regression,
p<0.001 ICC <1% commit to user commit to user
Tabel 4.3 menyajikan hasi uji regresi logistik ganda multilevel dengan penjelasan sebagai berikut:
Terdapat pengaruh usia terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang berusia > 45 tahun memiliki logodd untuk kinerja yang baik 2.48 unit lebih rendah daripada bidan yang berusia ≤ 45 tahun (b= -2.48; CI 95%= -4.53 hingga -4.34; p= 0.018).
Terdapat pengaruh pengetahuan terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang memiliki pengetahuan baik memiliki logodd untuk kinerja yang baik 1.35 unit lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang memiliki pengetahuan kurang (b= 1.35; CI 95%= 0.38 hingga 2.31; p= 0.006).
Terdapat pengaruh lama kerja terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang memiliki lama kerja ≥ 13 tahun memiliki logodd untuk kinerja yang baik 1.89 unit lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang memiliki lama kerja < 13 tahun (b= 1.89; CI 95%= -0.07 hingga 3.86; p= 0.059).
Terdapat pengaruh pelatihan terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang mengikuti pelatihan ≥ 2 pelatihan memiliki logodd untuk kinerja yang baik 1.30 unit lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang mengukuti pelatihan < 2 pelatihan (b= 1.30; CI 95%= 0.29 hingga 2.30; p=
0.011).
Terdapat pengaruh beban kerja terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang memiliki beban kerja berat memiliki logodd untuk kinerja yang baik 1.30 unit lebih rendah dibandingkan dengan bidan yang memiliki beban kerja ringan (b= -1.30; CI 95%= -2.27 hingga -0.34; p= 0.008).
Terdapat pengaruh insentif terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang mendapat insentif tambahan memiliki logodd untuk kinerja yang baik 1.74 unit lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang tidak mendapat insentif tambahan (b= 1.74; CI 95%= 0.30 hingga 3.18; p= 0.018).
Terdapat pengaruh supervisi terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang mendapatkan supervisi dari kepala puskesmas memiliki logodd untuk kinerja yang baik 1.12 unit lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang tidak mendapatkan supervisi dari kepala puskesmas (b= 1.12; CI 95%= 0.19 hingga 2.05; p= 0.017). commit to user commit to user
Terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja bidan dan secara statistik signifikan. Bidan yang memiliki mottivasi tinggi memiliki logodd untuk kinerja yang baik 1.42 unit lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang memiliki motivasi rendah (b= 1.42; CI 95%= 0.45 hingga 2.38; p= 0.004).
Nilai ICC < 1 %, artinya tidak terdapat pengaruh kontekstual puskesmas terhadap kinerja bidan dalam pelayanan antenatal care. Tabel 4.4 juga menunjukkan nilai LR test vs Logistic Regression p <0.001 yang artinya terdapat perbedaan signifikan model analisis regresi logistik multilevel dengan model regresi logistik biasa.
commit to user commit to user