Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan
LUSIANA PUTRI MN
135102022
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nama : Lusiana Putri MN
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 26 Januari 1991
Agama : Islam
Nama Ayah : Maryulis
Nama Ibu : Nettidawati
Anak Ke : I (satu)
Alamat : Jln. Jamin Ginting No.45 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK Islam Annur Pekanbaru 1996-1997 2. SD Negeri 053 Pekanbaru 1997-2003 3. SMP Negeri 22 Pekanbaru 2003-2006 4. SMA Negeri 04 Pekanbaru 2006-2009 5. Poltekkes Kemenkes Riau 2009-2012
Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan
ABSTRAK Lusiana Putri MN
Latarbelakang : Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas bahwa sekitar 57,1% remaja SMP dan 18,89% remaja SMK memiliki perilaku kesehatan reproduksi remaja kategori kurang baik. Terdapat 150 buah PIK-KRR yang tersebar di seluruh kota Medan yang terbentuk di sekolah, karang taruna dan universitas. Salah satunya SMAN 13 Medan merupakan sekolah yang telah memiliki PIK-KRR dan telah berjalan dalam waktu yang cukup lama yaitu lebih kurang 2 tahun. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan.
Metodologi : Penelitian ini bersifat deskriptif analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel 270 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan chisquare dengan tingkat kemaknaan 95% CI.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perilaku kesehatan reproduksi siswa baik sebanyak 244 orang (90,4%) dan siswa yang tidak memanfaatkan PIK-KRR dengan baik sebanyak 210 orang (77,8%). Dari 60 siswa yang memanfaatkan PIK-KRR dengan baik terdapat 50 orang (83,3%) yang memiliki kesehatan reproduksi yang baik. Dan dari 210 orang (77,8%) siswa yang tidak memanfaatkan PIK-KRR dengan baik terdapat 16 orang (7,6%) yang memiliki kesehatan reproduksi yang tidak baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,065 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan.
Kesimpulan : Pemanfaatan PIK-KRR tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi siswa karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya maka disarankan guru pembimbing PIK-KRR untuk memperkenalkan keberadaan PIK-PIK-KRR dengan melakukan promosi dan sosialisasi melalui kegiatan yang dapat menarik minat siswa seperti bedah film, out bound, bedah buku dan melalui media seperti majalah sekolah, leaflet dan poster agar persepsi siswa terhadap pelaksanaan PIK-KRR baik.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, Mkes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku Ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dina Indarsita, SST, M.Kes selaku pembimbing karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat pada penulis
4. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku penguji I 5. Bapak dr. Ichwanul Adenin, SpOG(K) selaku penguji II
6. Orang Tua dan saudara yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
A. Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa ... 6
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 18
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik
Siswa di SMAN 13 ... 35
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan perilaku
kesehatan reproduksi siswa ... 36 Tabel 5.2 Distribusi ferkuensi respoden berdasarkan
pemanfaatan PIK-KRR ... 36
Tabel 5.3 Distribusi ferkuensi respoden berdasarkan hubungan
pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka konsep hubungan pemanfaatan PIK-KRR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Kegiatan Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 4 : Lembar kuesioner
Lampiran 5 : Lembar data sampel per kelas
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Item kuesioner berdasarkan jawaban siswa
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan
ABSTRAK Lusiana Putri MN
Latarbelakang : Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas bahwa sekitar 57,1% remaja SMP dan 18,89% remaja SMK memiliki perilaku kesehatan reproduksi remaja kategori kurang baik. Terdapat 150 buah PIK-KRR yang tersebar di seluruh kota Medan yang terbentuk di sekolah, karang taruna dan universitas. Salah satunya SMAN 13 Medan merupakan sekolah yang telah memiliki PIK-KRR dan telah berjalan dalam waktu yang cukup lama yaitu lebih kurang 2 tahun. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan.
Metodologi : Penelitian ini bersifat deskriptif analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel 270 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan chisquare dengan tingkat kemaknaan 95% CI.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas perilaku kesehatan reproduksi siswa baik sebanyak 244 orang (90,4%) dan siswa yang tidak memanfaatkan PIK-KRR dengan baik sebanyak 210 orang (77,8%). Dari 60 siswa yang memanfaatkan PIK-KRR dengan baik terdapat 50 orang (83,3%) yang memiliki kesehatan reproduksi yang baik. Dan dari 210 orang (77,8%) siswa yang tidak memanfaatkan PIK-KRR dengan baik terdapat 16 orang (7,6%) yang memiliki kesehatan reproduksi yang tidak baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,065 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan.
Kesimpulan : Pemanfaatan PIK-KRR tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi siswa karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya maka disarankan guru pembimbing PIK-KRR untuk memperkenalkan keberadaan PIK-PIK-KRR dengan melakukan promosi dan sosialisasi melalui kegiatan yang dapat menarik minat siswa seperti bedah film, out bound, bedah buku dan melalui media seperti majalah sekolah, leaflet dan poster agar persepsi siswa terhadap pelaksanaan PIK-KRR baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja dan permasalahannya menjadi isu penting saat ini karena era globalisasi memiliki yang berpengaruh besar terhadap perkembangan remaja. (Santrock, 2003, hal. 26). Perilaku kesehatan reproduksi remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas. Berdasarkan penelitian Harahap (2004, hlm.43) bahwa sekitar 57,1 % remaja SMP kota Medan memilki perilaku
kesehatan reproduksi remaja dalam kategori kurang. Sedangkan berdasarkan penelitian Normanita (2008, hlm.35) bahwa sekitar 18,89% remaja SMK Kebumen
memiliki perilaku kesehatan reproduksi remaja kategori kurang baik.
Menurut survei Komnas Perlindungan Anak di 33 provinsi januari s/d juni 2008 menyimpulkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film
porno, 93,7% remaja SMA pernah ciuman, genital stimulation dan oral seks. Berdasarkan Laporan Assement (2003, hal. 27-39) bahwa dari 1379 remaja terdapat
1066 (77%) remaja pernah berpacaran dan mulai berpacaran pada umur 15 -17 tahun. Hampir setengah dari jumlah responden (1.379 orang), yaitu sebanyak 665 orang (48,22%) pernah melakukan onani. Onani/masturbasi sebagian besar dilakukan oleh
responden laki-laki. Dan 850 orang (61,64%) pernah menggunakan media pornografi dari 1.379 remaja. Hal diatas menunjukkan bahwa perilaku kesehatan reproduksi
remaja (KRR) saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.
kasus Seksualitas (kehamilan yang tidak diinginkan, abortus tidak aman, PMS), Napza dan HIV/AIDS.(SDKI, 2007 dalam BKKBN. 2009.hal.1).
Kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) pada remaja mengalami peningkatan. Menurut Mitra Citra Remaja (MCR) Bandung, terdapat
pada tahun 2000 terdapat 54 kasus, sementara pada tahun 2001 terdapat 79 kasus. Survei fact sheet secara nasional memperlihatkan sebesar 58 persen dari 2.558 kasus
aborsi dilakukan oleh remaja usia 14-19 tahun (Anas, 2010, hal 3). Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang
terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 -19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930
orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I dalam kartika.hal.6). Hasil SKRRI 2002 – 2003 menunjukkan bahwa sekitar 6 dari 10 remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun merokok setiap hari. Sedangkan sekitar 15 – 24 tahun pernah mengkonsumsi alkohol dan 8 % pernah menggunakan narkoba
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan berbagai pendekatan. BKKBN dalam hal ini sebagai salah satu instansi pemerintah melakukan pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014, merespon melalui program PIK-KRR (BKKBN, 2009, hal.7).
PIK-KRR merupakan upaya pelayanan untuk membantu remaja memiliki
program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membentuk agar remaja
memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kesehatan reproduksi. Sasaran program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah agar seluruh remaja
dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku kesehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun
2015 (Pinem, 2009, hal.305)
Pembentukan PIK-KRR merupakan wadah kegiatan pemberdayaan remaja dalam pengenalan pendidikan kesehatan reproduksi. Pembentukan PIK-KRR di
wilayah NTB sudah dimulai sejak tahun 2009 dan mencapai 222 unit di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan tersebar di berbagai kabupaten/kota di Provinsi NTB.
Di Jakarta Utara sejak tahun 2005 telah terbentuk KRR dengan jumlah 30 PIK-KRR dan 7 sekolah telah memiliki PIK-PIK-KRR. Provinsi Bali pada tahun 2009 telah terbentuk PIK-KRR dengan jumlah 54 PIK-KRR, pembentukan PIK-KRR tersebut
di sekolah menengah umum (SMU) yang tersebar di delapan kabupaten/kota Bali. Penyuluhan dilakukan di SMA disebabkan remaja SMA merupakan masa
remaja lanjut yang berusia 16-19 tahun. Pada usia ini remaja mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri dan bangkitnya dorongan
seksual. Menurut survei Indikator KB Nasional/SIPI(2003), menyatakan bahwa dikalangan remaja, teman sebaya menduduki peran penting dalam membicarakan KRR hampir 83 % laki- laki dan perempuan usia 10-24 tahun membicarakan KRR
Dari Survei pendahuluan oleh peneliti di kantor Pemberdayaan Perempuan
dan BKKBN Perlindungan Anak di Kota Medan tahun 2012 bahwa terdapat 150 buah PIK-KRR yang tersebar di seluruh kota Medan yang terbentuk di sekolah-sekolah, Karang Taruna dan Universitas. Salah satunya SMAN 13 Medan merupakan
sekolah yang telah memiliki PIK-KRR dan telah berjalan dalam waktu yang cukup lama yaitu lebih kurang 2 tahun. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
hernaningrum Ristina Fauzi (2013. Hal.52) di Karang Taruna Gibita desa Rempoah Kabupaten Banyumas bahwa pemanfaatan PIK-KRR oleh remaja dalam kategori cukup sebanyak 8 orang (23,6%) dari 34 orang.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan karena belum dilakukannya penelitian tentang pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi
siswa, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah “Hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku
kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 MEDAN”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan PIK-KRR
b. Untuk mengetahui bagaimana perilaku kesehatan reproduksi siswa
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PIK-KRR
Dapat dijadikan informasi dan acuan dalam meningkatkan minat siswa untuk memanfaatkan PIK-KRR sebagai sumber informasi yang tepat
sehingga terbentuklah perilaku kesehatan reproduksi yang lebih terarah. 2. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai pemanfaatan PIK-KRR dan perilaku kesehatan reproduksi siswanya.
3. Bagi Orang tua
Dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai perilaku kesehatan reproduksi anaknya
4. Bagi peneliti berikutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa
1. Defenisi perilaku
Menurut Notoatmojo (2003.hal.114) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku terbentuk melalui proses tertentu.dan
berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Menurut KBBI perilaku adalah tsnggapan/reaksi indiviu terhadap
rangsangan/lingkungan.
Skinner (1938, dalam Notoatmojo, 2007, hal. 133) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
2. Defenisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Menurut (Machfudli, 2009, hal.221) Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja dan bebas dari penyakit atau bebas kecacatan juga sehat secara mental dan
social budaya.
Menurut BKKBN (2009, hal. 13) Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu
Dalam kesehatan reproduksi remaja, ruang lingkup yang dibahas adalah
seksualitas (PMS, KTD dan aborsi), Napza dan HIV/AIDS. 3. Definisi Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja
Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja adalah perbuatan/tindakan remaja
menyangkut kondisi sehat sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja dan bebas dari penyakit atau bebas kecacatan termasuk terhindar dari
risiko TRIAD KRR yaitu seksulitas (IMS, Aborsi, KTD), Napza dan HIV/AIDS. Adapun yang dapat dilakukan remaja agar terhindar dari risiko TRIAD yaitu seksualitas (IMS, Aborsi dan KTD) Napza dan HIV/AIDS (BKKBN, 2009. hal.
142)
A. Seksualitas:
1. Menjaga kebersihan alat kelamin
Menurut Kusmiran (2012, hal.24) cara pemeliharaan alat reproduksi secara umum untuk remaja laki-laki dan perempuan antara
lain:
a. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari
b. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.seperti katun dan tidak ketat agar tidak menimbulkan rasa panas dan lembap sehingga tidak menimbulkan pertumbuhan jamur.
c. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan air atau kertas pembersih (tisu). Gerakan cara membersihkan anus untuk perempuan adalah dari daerah
d. Tidak menggunakan air yang kotor untuk mencuci alat
kelamin dan mencukur atau merapikan rambut kemaluan agar tidak ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal.
2. Menghilangkan keinginan melakukan hubungan seksual. Menurut Kusmiran (2012, hal.34) cara yang dapat dilakukan untuk
menghilangkan keinginan melakukan hubungan seksual adalah a. Menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas
b. Menghabiskan tenaga dengan berolahraga
c. Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada tuhan d. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler disekolah untuk mengisi
waktu luang
e. Menghindari membaca buku romantis/majalah/ film yang menampilkan gambar yang dapat merangsang nafsu birahi/
f. Membiasakan mengenakan pakaian yang sopan dan tidak merangsang
g. Berkencan di tempat umum dan terbuka.
3. Mengendalikan diri saat bermesraan yaitu menghindari perbuatan yang dapat menyebabkan dorongan seksual seperti meraba-raba
tubuh pasangan, mencium pipi atau pun bibir, berpelukan dan berpegangan tangan. Agar tidak menjurus ke seks pra nikah yang dapat mengakibatkan kehamilan.
B. Napza :
2. Tidak mencoba-coba Napza yaitu alcohol dan rokok
3. Jangan mudah menerima sesuatu seperti permen atau cemilan dari orang yang tidak dikenal atau dari orang yang kamu kenal namun tidak kamu percayai
4. Memperbanyak ibadah atau doa, dengan berdoa dan beribadah kita akan merasa malu dan berdosa memakai Napza karena
melanggar larangan Tuhan.
5. Menyibukkan diri dengan hal-hal atau kegiatan yang positif seperti menjadi anggota pencinta lingkungan ,ikut kegiatan
ekstrakurikuler, ikut organisasi sekolah atau kampus, dll. Dengan menyibukkan diri kita jadi tidak sempat memikirkan hal-hal
negatif yang bisa merusak diri sendiri seperti Napza. C.HIV/AIDS :
1. Menghindari penggunaan jarum suntik, tindik dan tato
2. Tidak melakukan hubungan seksual
B.Pemanfaatan PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja)
1. Definisi Pemanfaatan
2. Definisi PIK-KRR
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) adalah suatu wadah program KRR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling dan kegiatan lainnya.
Program KRR adalah program untuk memfasilitasi terwujudnya agar TEGAR yaitu remaja yang berperilaku sehat terhindar dari risiko TRIAD KRR (
seksualitas, napza, HIV dan AIDS ) melalui pemberian informasi KRR, pelayanan konseling, rujukan PKBR, pendewasaan usia kehamilan, Keterampilan hidup. (BKKBN, 2009, hal 13).
3. Definisi Pemanfaatan PIK-KRR
Pemanfaatan PIK-KRR adalah proses, cara, perbuatan menggunakan PIK-KRR
oleh siswa agar terhindar risiko TRIAD KRR. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hernaningrum (2013. hal.57) pemanfaatkan PIK KRR yang baik seperti mengunjungi PIK-KRR setiap minggunya, membaca buku yang disediakan oleh perpustakaan PIK KRR, memanfaatkan fasilitas konsultasi, dan menggunakan internet yang ada.
Haliadhy (2012 dalam hernaningrum, 2013, hal. 33) mengungkapkan bahwa
remaja berusaha mencari pelayanan kesehatan dan mengunjungi PIK-KRR dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu:
a. Kebutuhan informasi
Menurut Lestari, dkk(2008 dalam hernaningrum, 2013, hal. 33) alasan remaja mendatangi PIK-KRR karena remaja ingin mengetahui mengenai enam hal
b. Teman sebaya
Pratini dkk (2008 dalam hernaningrum, 2013, hal. 33 )teman sebaya memiliki peran yang penting dalam proses perkembangan sosial remaja, antara lain : sebagai sahabat, sumber dukungan semangat, sumber dukungan fisik, sumber
dukungan ego, funsi komparasi sosial dan funsi kasih sayang c. Motivasi
Haliadhy (2012 dalam hernaningrum. hal. 33) menjelaskan bahwa remaja memiliki motivasi untuk mengnjungi PIK-KRR dengan berbagai alasan. Saat remaja mengunjungi PIK-KRR, remaja bisa memperoleh teman baru, melatih
berorganisasi serta dapat mengisi waktu luang mereka dengan hal-hal yang positif selama di PIK.
4. PIK-KRR (PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA)
a) Latarbelakang
Besarnya permasalahan yang dihadapi remaja saat ini yaitu masalah seksualitas (kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan PMS), Napza dan
HIV dan AIDS. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi maslah tersebut diantaranya melalui PIK-KRR.
b)Tujuan PIK-KRR
Pembentukan PIK-KRR di lingkungan remaja (desa, sekolah, pesantren, tempat kerja dll) bertujuan untuk memberikan informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk
c) Sasaran
Sasaran yang terkait dengan pembentukan, pengembangan, pengelolaan, pelayanan dan pembinaan PIK-KRR adalah Pembina dan Pengelola PIK-KRR
d)Ruang Lingkup
Ruang lingkup PIK-KRR meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (life skills), pelayanan
konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.
e) Arah Kebijakan Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
Adalah mewujudkan TEGAR REMAJA , dalam rangka Tegar Keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera sebagai misi Keluarga
Berencana Nasional. Kehidupan remaja dalam tahap transisi kehidupan yang memiliki lima masa transisi kehidupan (transition of youth) pada saat remaja dihadapkan untuk mengambil keputusan dalam lima bidang kehidupan yaitu :
1. Melanjutkan sekolah 2. Mencari pekerjaan
3. Memulai kehidupan berkeluarga 4. Menjadi anggota masyarakat 5. Mempraktekkan hidup sehat.
Dari lima bidang atau tahapan kehidupan dimana remaja harus mengambil keputusan ternyata sangat tergantung pada bagaimana remaja mengambil keputusan untuk bisa mempraktekan hidup sehat (ARH).
Mempraktekkan pola hidup sehat pada masa transisi kehidupan
remaja adalah dalam rangka mewujudkan kehidupan TEGAR REMAJA. Adapun ciri TEGAR REMAJA adalah remaja yang;
a. Menunda usia pernikahan,
b. Berperilaku sehat,
c. Terhindar dari resiko TRIAD-KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS,
dan Napza),
d. Bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera e. Menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman
sebayanya.
Secara garis besar ruang lingkup program KRR meliputi:
a. Perkembangan seksualitas dan resiko (termasuk pubertas, anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan kehamilan tidak diinginkan) dan penundaan usia kawin.
b. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS
c. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya)
d. Masalah-masalah remaja yang terkait dengan dampak dari resiko TRIAD KRR seperti: kenakalan remaja, perkelahian antar remaja dan
lain-lain (BKKBN, 2008)
f) Tahapan Pengembangan dan Pengelolaan PIK-KRR
Dalam upaya mencapai tujuan pengembangan dan pengelolaannya
Masing-masing tahapan proses pengembangan dan pengelolaan tersebut
didasarkan pada :
a. Materi dan isi pesan (assets) yang diberikan
b. Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki
c. Ciri kegiatan yang dilakukan .
1. Tahap Tumbuh
Materi dan isi pesan : Materi TRIAD KRR, pendewasaan usia
perkawinan dan hak-hak reproduksi bagi remaja.
Kegiatan yang dilakukan: Aktivitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam
lokasi PIK-KRR berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok.
Dukungan dan jaringan : Menyediakan ruangan khusus, memiliki papan
nama, memiliki pengurus yaitu pembina, bidang administrasi, bidang program dan kegiatan, pendidik sebaya dan konselor sebaya, lokasi
PIK-KRR yang mudah diakses, dua orang pendidik sebaya yang mudah diakses.
2. Tahap Tegak
Materi dan isi pesan : Pada tahap ini tetap mempertahankan materi dan
isi pesan pada tahap Tumbuh, namun ditambah dengan beberapa :
Mempelajari dan memberikan pelayanan PIK-KRR berkaitan dengan materi kecakapan hidup (life skills), materi advokasi.
Dukungan dan jaringan : Menyediakan ruangan sekretariat dan ruang
konselor sebaya. Lokasi PIK-KRR yang mudah diakses, empat orang
pendidik sebaya yang mudah diakses, dua orang konselor sebaya yang dapat diakses, jaringn mitra kerja dan pelayanan medis dan non medis. Kegiatan yang dilakukan: Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar
PIK-KRR. Bentuk kegiatan yang dilakukan di dalam lokasi PIK-KRR berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok. Bentuk aktivitas bersifat
penyadaran (KIE) di luar PIK-KRR antara lain:sosialisasi dan dialog interaktif melalui radio atau TV, proses gathering, pemberian informasi KRR oleh pendidik sebaya kepada remaja seperti pasar, jalanan, sekolah,
dll. Road show, Promosi KRR, pemberian informasi dalam momentum strategis, diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga, sosialisasi bagi
calon pengantin. Melakukan konseling melalui sms, telepon, tatap muka dan surat menyurat. Melaukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan formulir terlampir, melakukan kegiatan yang dapat menarik remaja
datang ke PIK-KRR 3. Tahap Tegar :
Materi dan isi pesan : Materi yang disampaikan tetap sama pada tahap
tegak.
Dukungan dan jaringan : Menyediakan ruangan sekretariat dan ruang
pertemuan, memiliki papan nama, memiliki pengurus yaitu pembina, bidang administrasi, bidang program dan kegiatan, pendidik sebaya dan konselor sebaya. Lokasi PIK-KRR yang mudah diakses, empat orang
memiliki hotline/ SMS konseling, memiliki perpustakaan sendiri,
memiliki jaringan dengan kelompok remaja sebaya, orang tua, guru sekolah, PIK-KRR lain, dll.
Kegiatan yang dilakukan: Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar
PIK-KRR. Bentuk kegiatan yang dilakukan di dalam lokasi PIK-KRR berada, misalnya penyuluhan individu dan kelompok. Bentuk aktivitas bersifat
penyadaran (KIE) di luar PIK-KRR antara lain:sosialisasi dan dialog interaktif melalui radio atau TV, proses gathering, pemberian informasi KRR oleh pendidik sebaya kepada remaja seperti pasar, jalanan, sekolah,
dll. Road show, advokasi dan Promosi KRR untuk mengembangkan jaringan pelayanan, pemberian informasi dalam momentum strategis,
diskusi anti kekerasan dalam rumah tangga, sosialisasi bagi calon pengantin. Melakukan konseling melalui SMS, telepon \, tatap muka dan surat menyurat. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
formulir panduan pengelolaan PIK-KRR. Melakukan kegiatan yang dapat menarik minat remaja datang ke PIK-KRR. Pengelola PIK-KRR
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antar konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2010, hal.
100). Berdasarkan tinjauan teori yang telah di uraikan maka kerangka konsep dalam penelitian tentang “Hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan” terdiri dari variabel independen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan PIK-KRR dan variabel dependen adalah perilaku kesehatan reproduksi siswa
Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Skema 1 B. Hipotesis
Ada hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi
siswa di SMAN 13 Medan
C. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menetukan variabel dan mengukur suatu variabel.
Tabel 3.1
No Variabel Defenisi Operasional Cara
Ukur Alat Ukur HasilUkur Skala
informasi dan berkonsultasi
mengenai masalah yang dihadapi agar terhindar TRIAD
KRR
• Apakah anda
pernah
mengunjungi
PIK-KRR
• Apakah anda
mengunjungi PIK KRR dengan rutin
setiap minggunya • Apakah ketika anda
mengalami
masalah anda
datang konsultasi ke PIK-KRR
• Apakah anda
mengunjungi pertemuan
PIK-KRR untuk mendapatkan
No.1
No.2
No.3
informasi yang benar mengenai
kesehatan reproduksi
• Apakah solusi dari
permasalahan anda,
anda dapatkan setelah konsultasi ke PIK-KRR?
• Apakah informasi
kesehatan
reproduksi
mengenai risiko
seksualitas meliputi kehamilan yang tidak diingnkan)
anda dapatkan setelah
mengunjungi pertemuan PIK-KRR
• Apakah informasi
kesehatan reproduksi
No. 5
No.6
mengenai risiko HIV AIDS dan
penyakit menular seksual, anda dapatkan setelah
mengunjungi pertemuan
PIK-KRR
• Apakah informasi
kesehatan reproduksi
mengenai risiko penyalahgunaan
NAPZA anda
dapatkan setelah mengunjungi
pertemuan PIK-KRR
• Apakah anda
memahami kesehatan
reproduksi
mengenai risiko
seksualitas, HIV
No.8
AIDS dan Napza setelah anda
menghadiri
pertemuan PIK-KRR
• Apakah anda dapat
menghindari risiko TRIAD KRR meliputi seksualitas
(kehamilan yang tidak diinginkan,
infeksi menular seksual), NAPZA dan HIV AIDS
setelah anda menghadiri
pertemuan PIK-KRR
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ini peneliti menggunakan desain penelitian
kuantitatif yang berjenis penelitian analitik deskriptif penelitian dengan pendekatan penelitian cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmojo, 2010, hal. 37). Penelitian ini untuk meneliti Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan
Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini (Notoatdmojo, 2010, hal. 115). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa sekolah SMAN 13 yang melaksanakan program PIK-KRR dibawah binaan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan BKKBN wilayah Kota Medan yang terdiri dari kelas 10 dan kelas 11 yaitu 828 siswa..
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau bagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007, hal. 68). Sampel adalah
dalam sampel ini yang digunakan adalah 270 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik proportionate stratified random
tidak homogen yang terdiri dari kelompok yang homogen atau berstrata secara
proporsional.
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Solvin menurut (Nursalam, 2008) yaitu :
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,05)
n = N
1+N (d2)
n = 828
1+ 828�0,052�
n= 828
1+ 828(0,0025)
n= 828
1+ 2,07
n = 828
3,07
n = 269,70
n = 270 n=
Jumlah sampel yang digunakan peneliti sebanyak 270 orang. Kemudian
untuk mengambil sampel tiap-tiap kelas dilakukan secara stratified random sampling dengan menggunakan rumus :
�
=
���
��
Ni =ukuran sampel pada kelas
N=ukuran populasi
n=ukuran sampel keseluruhan
Ni =ukuran populasi pada kelas
Kelas X1 =
�
=
38828
�
270
n= 12,4
n= 12 orang
Kriteria inklusi sampel yang digunakan yaitu :
1) Siswa kelas X dan XI di SMAN 13 Medan 2) Berada di tempat penelitian
3) Bersedia dijadikan sebagai responden dan menandatangani inform consent
Kriteria eksklusi sampel yang digunakan yaitu :
Setelah dibuat strata untuk pengambilan sampel pada setiap kelas adalah
secara undian. Misalnya pada kelas X1 terdapat sampel sebanyak 12 orang. Peneliti menggunakan gulungan kertas undian sebanyak 38 buah, kemudian diambil secara acak untuk 12 undian tersebut.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 13 yang menjadi binaan Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana wilayah Kota Medan. Dengan alasan peneliti :
1. Di lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan
pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa
2. Di lokasi ini telah melaksanakan PIK-KRR selama lebih kurang 2
tahun dibanding sekolah yang lainnya dan sudah pada tahap tegak. D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan November 2013-juni 2014 E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh Institusi Pendidikan
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya surat diajukan ke tempat penelitian yang dilakukan. Peneliti
menjunjung tinggi prinsip menghormati manusia, karena manusia adalah makhluk mulia yang harus dihormati. Maka responden memilki hak dalam menetukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek
penelitian. Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Untuk menjaga kerahasiaan maka instrumen penelitian akan diberi kode tertentu tanpa nama dan hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut (Hidayat, 2011, hlm. 92).
F. Alat Pengumpul Data
Dalam tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang dilakukan dengan cara koesioner yaitu : memberikan kuesioner pernyataan pada
variabel perilaku kesehatan rerproduksi siswa dan berupa pertanyaan pada variabel pemanfaatan PIK-KRR.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi : Data SMA Negeri 13 Medan diambil dari data sekunder sekolah.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002, hal. 136)
Instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa adalah lembar kuisioner yang berisi data responden dan pernyataan mengenai perilaku kesehatan reproduksi
dengan menggunakan kuesioner yang dibuat berdasarkan buku PIK-KRR dan
pengukuran pemanfaatan PIK-KRR menggunakan kuesioner yang diadopsi dari hernaningrum R.F (2013) dan disesuaikan dengan tempat penelitian kemudian dilakukan content validity.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini dilakukan dengan content validity yaitu dengan cara memberikan kuisioner kepada orang yang lebih ahli dalam hal ini dilakukan oleh master kebidanan
dengan hasil Content Validity Indeks 0,79. Satu butir instrumen penelitian dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya diharapkan 0.7 atau lebih.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen penelitian, artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada sampel yang
sama maka hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach dengan koefisien alpha mendekati angka 0,6 dinyatakan reliabel.
Uji reabilitas dilakukan kepada 50 responden yang termasuk sampel dengan nilai koefisien alpha yaitu 0,896
I. Metode Pengukuran
Alat yang diguanakan untuk mengetahui Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa adalah dengan menggunakan kuisioner
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau
kuesioner tertutup atau berstruktur dengan metode checklist yaitu dimana responden diberikan kebebasan untuk memilih jawaban yang sesuai dengan apa yang dilakukannya (Notoatmojo, 2010, hal. 125). Total kuisioner terdiri dari 27
pernyataan untuk perilaku dan 10 pernyataan untuk pemanfaatan. Bentuk kuisioner yang diberikan peneliti adalah bentuk skala Guttman. Skala Guttman
merupakan sekala yang bersifat tegas dan konsisten berupa jawaban Ya dan Tidak, dengan interprestasi penilaian apabila jawaban benar nilainya 1 dan jawaban salah nilainya 0. Untuk memperoleh melakukan interval kelas dari
jawaban yang ada melalui kuisioner, maka digunakan rumus : Range (R)
i =
jumlah alternative jawaban Keterangan :
Range = Skor Tertinggi – Skor Terendah
i = Lebar Interval Kelas
maka skor maksimal masing-masing kuisioner adalah 27 x 1 = 27 dan skor
minimal 27 x 0 = 0, jadi intervalnya adalah :
13,5
Berdasarkan rumus jawaban diatas ditetapkan interval digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.2 jawaban untuk variable perilaku kesehatan reproduksi siswa:
Indikator Interval
Baik 14-27
Untuk memperoleh melakukan interval kelas dari jawaban yang ada
melalui kuisioner, maka digunakan rumus : Range (R)
i =
jumlah alternative jawaban
Keterangan :
Range = Skor Tertinggi – Skor Terendah
i = Lebar Interval Kelas
maka skor maksimal masing-masing kuisioner adalah 10 x 1 = 10 dan skor minimal 10 x 0 = 0, jadi intervalnya adalah :
5
jumlah alternative jawaban
Berdasarkan rumus jawaban diatas ditetapkan interval digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3 jawaban untuk variable Pemanfaatan PIK-KRR:
Indikator Interval
Baik 5-10
Tidak baik 0-4
J. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu meminta surat
rekomendasi dari bagian pendidikan bidan pendidik DIV Keperawatan USU.
penelitian maka peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan terlebih
dahulu meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner pada responden. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan.
Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuisioner dengan tetap di dampingi oleh peneliti. Penelitian dilakukan tidak boleh mengganggu
jam belajar siswa jadi penelitian dilakukan ketika siswa istirahat, terdapat jam kosong mata pelajaran dan setelah pulang sekolah.
K. Pengolahan data
Pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan pengolahan
data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) ,data yang didapat lalu diolah dengan langkah – langkah berikut:
a. Pengeditan data (editing)
Editing adalah memerikasa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan, apakah data tersebut sudah lengkap, jelas, relevan dan
konsisten. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancaara ulang, maka kuisioner tersebut dikeluarkan (droup out).
b. Pemberian kode (coding)
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Lembaran atau kartu kode berisi nomor
c. Memasukan data (data entry)
Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam kolom atau kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Tabulasi (Tabulating)
Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti.
L.Analisa Data
Analisa data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden, lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi. Metode statistik
untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik univariat dan bivariat.Pada statistik univariat analisa data dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi dan statistik bivariat analisa data dilakukan untuk
mengetahui hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa dengan mengguanakan uji statistik dengan uji chisquare.
1) Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi baik dari variabel independen maupun variabel dependen. Tujuan
analisa ini adalah untuk mencari distribusi frekuensi dan presentase hasil dari masing –masing varibel. Analisa dalam perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut : (Machfoedz, 2010)
Keterangan :
P = Persentase (%) F = jumlah frekuensi N = Jumlah total sampel
2) Analisis Bivariat
Data hasil penelitian dianalisis secara bivariat yaitu analisis data digunakan untuk melihat hubungan antara variabel Independent dengan
variabel Dependent dengan menggunakan uji statistic “chi square 2 sampel” dengan menggunakan rumus menurut (Hastono, 2010, hal.115) yaitu:
�� = ∑(� − �)2
�
dk = (b-1.(k-1)
Keterangan:
N : Jumlah sampel O : hasil observasi
E : nilai ekspektasi
X2 : chi-square yaitu untuk mengetahui perbedaan dua variable dk : derajat kebebasan
Bila nilai chi square x2 hitung lebih besar dari nilai x2 tabel, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara variabel independent dan variabel dependent (Ho ditolak).
Sebaliknya jika nilai chi square x2 hitung lebih kecil dari nilai x2 tabel, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel independent dengan variabel
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai “Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di
SMAN 13 Medan”. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai Februari 2013 sampai dengan Juli 2014 di SMAN 13 Medan dengan jumlah responden sebanyak 270 orang. Untuk mengetahui hubungan pemanfaatan pik-krr dengan perilaku kesehatan
reproduksi siswa, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 37 pertanyaan. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu pemanfaatan
PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan. 1. Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi karakteristik responden di SMAN 13 Medan
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Umur
Berdasarkan tabel 5.1 dari dua ratus tujuh puluh responden, mayoritas respoden
2. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan masing – masing variabel yang diteliti, yakni melihat frekuensi pemanfaatan PIK-KRR dan frekuensi perilaku kesehatan reproduksi siswa.
a) Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa
Tabel 5.2
Distribusi Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan
Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Perilaku :
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas menyatakan bahwa mayoritas responden yang memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang baik yaitu sebesar 244 orang (90,4%).
b)Pemanfaatan PIK-KRR
Tabel 5.3
Distribusi Pemanfaatan PIK-KRR di SMAN 13 Medan
Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Pemanfaatan :
3. Analisis Bivariat
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pemanfaatan PIK KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa
Pemanfaatan PIK-KRR
Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja
Total %
Nilai p
Baik Tidak baik 0,065
f % f %
Baik 50 83,3 10 16,7 60 22,2
TidakBaik 194 92,4 16 7,6 210 77,8
Jumlah 244 90,4 26 9,6 270 100
Berdasarkan tabel 5.4 diatas menyatakan bahwa dari 60 siswa yang
memanfaatkan PIK-KRR dengan baik terdapat 50 orang (83,3%) yang memiliki kesehatan reproduksi yang baik. Dan dari 210 orang (77,8%) siswa yang tidak
memanfaatkan PIK-KRR dengan baik terdapat 16 orang (7,6%) yang memiliki kesehatan reproduksi yang tidak baik. Hasil uji statistik chisquare yang sudah dilakukan koreksi (continuity correction) diperoleh nilai p=0,065 berarti p>0.05
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan PIK KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13
Berdasarkan hasil penelitian, diuraikan pembahasan tentang hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13
Medan.
1. Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas menyatakan bahwa mayoritas responden yang memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang baik yaitu sebesar 244 orang (90,4%).
Hal ini terlihat dari jawaban siswa mengenai perilaku kesehatan reproduksi
yaitu biasa mengenakan pakaian yang sopan agar tidak memicu orang lain untuk melakukan hubungan seksual yaitu 260 siswa (96,3%), selalu mengganti celana
dalam minimal 2 kali sehari agar terpeliharanya kebersihan alat kelamin yaitu 254 siswa (94,07%), cara membersihkan alat kelamin dari arah depan ke belakang agar mencegah masuknya kuman dari anus ke alat kelamin yaitu 253 siswa (93,70%),
menggunakan celana dalam yang menyerap keringat seperti katun agar tidak lembab yaitu 241 siswa (89,25%), tidak menggunakan celana dalam ketat agar tidak
menimbulkan rasa panas dan lembab yaitu 208 siswa (77,03%), mengikuti kegiatan ektrakurikuler untuk menghilangkan keinginan melakukan hubungan seksual yaitu 165 siswa (61,1%), tidak bergaul bebas dimalam hari yaitu 242 siswa (89,62%),
tidak menggunakan tindik agar terhindar dari penularan HIV/AIDS yaitu 260 siswa (96,29%), menolak ajakan lawan jenis (pacar) untuk berhubungan seksual agar
terhindar dari kehamilan tidak diinginkan yaitu 262 siswa (97,03%), tidak menggunakan jarum suntik secara sembarangan agar terhindar dari penularan HIV/AIDS yaitu 262 siswa (97,03%), memperbanyak ibadah untuk menghilangkan
informasi kesehatan reproduksi yang diberikan terintegrasi di beberapa mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Biologi, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (PENJASKES), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Agama Islam (Dwisetiani, dkk, hal.1)
Berdasarkan penelitian Harahap (2004) terdapat faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja yaitu komunikasi keluarga berupa dukungan orang tua untuk selalu membicarakan kesehatan reproduksi secara benar
kepada anaknya cenderung akan mempengaruhi perilaku kesehatan reproduksinya. Teman sebaya berupa pembicaraan teman sebaya seperti teman disekolah ataupun
teman di luar sekolah yang baik secara kualitas dan kuantitas dapat meningkatkan pemahaman yang benar mengenai kesehatan reproduksi dan cenderung akan dapat meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi remaja. Serta keterpaparan sumber
informasi yakni semakin banyak sumber informasi yang diperoleh para remaja tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan baik melalui media cetak dan
elektronik serta pola komunikasi kesehatan reproduksi remaja di lingkungan keluarga dan teman sebaya dapat memperbaiki perilaku kesehatan reproduksi remaja.
Menurut Suryoputro, Ford dan Shaluhiyah (2010) selain faktor lingkungan
perilaku kesehatan reproduksi dapat dipengaruhi oleh faktor personal seperti tingkat relijiusitas berupa aktivitas yang berhubungan dengan agama, aktivitas sosial berupa
aktivitas individu dalam mengisi waktu luang, gaya hidup berupa pilihan remaja terhadap majalah/novel, jenis pakaian, tontonan/acara TV dan pengendalian diri.
Hal ini sejalan dengan penelitian Normanita (2008, hlm.35) bahwa sekitar
Berdasarkan tabel 5.3 diatas menyatakan bahwa mayoritas responden tidak memanfaatkan PIK-KRR dengan baik yaitu sebesar sebesar 210 orang (77,8%).
Hal ini terlihat dari jawaban siswa mengenai pemanfaatan PIK-KRR bahwa siswa yang pernah mengunjungi PIK-KRR yaitu hanya 75 siswa (27,78%) dari 270
siswa, siswa yang mengunjungi PIK KRR dengan rutin setiap minggunya yaitu 12 siswa (4,44%), ketika mengalami masalah anda datang konsultasi ke PIK-KRR yakni 32 siswa (11,85%).
Hal ini sesuai dengan pemaparan hasil survei RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) tahun 2010 menunjukkan remaja yang terpapar informasi
PIK-Remaja (Pusat Informasi dan Konseling PIK-Remaja) mencapai 28 persen. Berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan informasi kesehatan reproduksi.
Berdasarkan penelitian Desyolmita dan Firman (2013) bahwa tidak dimanfaatkanya PIK-KRR oleh siswa disebabkan persepsi siswa terhadap
pelaksanaan program PIK-KRR berupa pemahaman tentang pelaksanaan, pelaksana, materi dan kegunaan PIK-KRR. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afrima, A, dkk (2011) tidak dimanfaatkannya PIK-KRR oleh siswa dapat disebabkan oleh
adanya hambatan psikologis berupa perasaan malu dan takut jika masalahnya diketahui oleh orang lain. Dan berdasarkan penelitian Anjarwati, Nurhidayati,
Rokhanawati (2011) bahwa besarnya responden belum memanfaatkan jasa pusat layanan layanan kesehatan reproduksi remaja karena kurangnya sosialisasi program atau belum cukup jumlah unit tersebut.
Afrima, Ismail, Emilia (2011) siswa yang memanfaatkan PIK-KRR yaitu 50%. Dan berdasarkan penelitian Anjarwati, Nurhidayati, Rokhanawati (2011) bahwa sekitar
40 orang (83,3%) siswa SMU PIRI 1 Yogyakarta belum pernah menggunakan jasa pelayanan dari pusat kesehatan reproduksi remaja.
3. Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi
Siswa
Berdasarkan data penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.4 maka diketahui
nilai α = 0,05 dan p = 0,065 > α yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan
antara pemanfaatan PIK KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN
13 Medan.
Siswa yang berperilaku kesehatan reproduksi baik belum tentu memanfaatkan PIK-KRR dengan baik. Menurut penelitian Desyolmita dan Firman (2013) bahwa hal
ini dapat disebabkan oleh persepsi siswa terhadap program PIK-KRR berupa pemahaman tentang pelaksanaan, pelaksana, materi dan kegunaan PIK-KRR. Dan
menurut penelitian Afrima, Ismail, Emilia. (2011) disebabkan oleh adanya hambatan pskologis berupa perasaan malu dan takut jika masalahnya diketahui oleh orang lain. Dan berdasarkan penelitian Anjarwati, Nurhidayati, Rokhanawati (2011) bahwa
besarnya responden belum memanfaatkan jasa pusat layanan layanan kesehatan reproduksi remaja karena kurangnya sosialisasi program atau belum cukup jumlah
unit tersebut.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan PIK KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa karena yang berpengaruh dengan perilaku
menggabungkan pengalaman dan pengamatan mereka untuk membentuk pengetahuan mereka dan menyertakan pemikiran-pemikiran baru yang mereka
dapatkan dari sumber informasi karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman mereka tentang suatu pengetahuan (Santrock, 2003).
Berdasarkan penelitian Dewi, R.N (2010) bahwa sumber informasi remaja tentang kesehatan reproduksi terbanyak dari internet. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutisna (2009 dalam Dewi, R.N, 2010) bahwa sebagian besar remaja menggunakan
internet atau media online untuk mendapatkan informasi. Jenis media massa yang dimaksud adalah koran, majalah, buku, televisi, radio, film, pamflet/ leaflet, VCD/
DVD dan internet.
Menurut roger dan Soemoker dalam Sarwono (2004), menyebutkan bila lingkungan memberikan dukungan positif maka proses adopsi perilaku akan tetap
dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik lingkungan, terutama dari kelompok acuan, maka biasanya adopsi tersebut tidak jadi dipertahankan. Hal ini
diperkuat oleh penelitian Harahap (2004) bahwa remaja yang memiliki perilaku kesehatan reproduksi baik dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga berupa adanya dukungan untuk membicarakan kesehatan
reproduksi dan lingkungan teman sebaya berupa pembicaraan teman sebaya seperti teman disekolah ataupun teman di luar sekolah yang baik secara kualitas dan
kuantitas.
Menurut Suryoputro, Ford dan Shaluhiyah (2010) selain faktor lingkungan perilaku kesehatan reproduksi dapat dipengaruhi oleh faktor personal seperti tingkat
diri, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, sikap terhadap seksualitas, dukungan sosial, serta
kepercayaan diri yang memiliki perbedaan dari setiap individu.
Pentingnya KRR menurut Desyolmita dan Firman (2013) bahwa
PIK-KRR untuk mengakomodir kebutuhan remaja serta mendapatkan informasi secara lengkap tentang kesehatan organ reproduksi serta sopan santun dalam bertingkah laku.PIK-KRR dapat mendidik remaja agar tidak melakukan seks secara bebas dan
dapat membicarakan permasalahan reproduksi secara leluasa, dan berterus terang pada orangtua, guru dan orang dewasa lainnya yang lebih memahami tentang
kesehatan reproduksi. PIK-KRR menjawab keingintahuan siswa mengenai kesehatan reproduksi dan siswa untuk memiliki wawasan baru dan lebih bertanggung jawab serta untuk menjaga dirinya karena dibekali pengetahuan kepercayaan diri.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa PIK-KRR memiliki peranan yang penting sebagai sumber informasi yang tepat, benar, lengkap dan
sesuai kebutuhan remaja tentang KRR.
Keterbatasan Penelitian :
Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti masih memiliki keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu:
menjawab pertanyaan tidak dapat diketahui dengan pasti. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hasil penilaian kuesioner.
3. Dalam penelitian ini tidak mengukur faktor yang mempengaruhi pemanfaatan PIK-KRR dan perilaku kesehatan reproduksi remaja.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Perilaku kesehatan reproduksi siswa diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang baik yaitu sebesar 244 orang (90,4%).
2. Pemanfaatan PIK-KRR diperoleh bahwa mayoritas responden tidak memanfaatkan PIK-KRR dengan baik yaitu sebesar 210 orang (77,8%)
3. Hubungan pemanfaatan PIK KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di
SMAN 13 Medan yaitu diketahuinya p = 0,065 > α dengan tingkat kepercayaan
95% yang artinya bahwa tidak ada hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan
perilaku kesehatan reproduksi siswa. B. Saran
1. Bagi PIK-KRR
a. Disarankan guru pembimbing PIK-KRR memberikan penyuluhan materi kesehatan reproduksi remaja melalui kegiatan yang menarik siswa seperti bedah
buku, bedah film, out bound dan melalui media seperti leaflet, poster, majalah sekolah ataupun media sosial seperti website khusus PIK-KRR untuk
meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi remaja ke arah yang lebih baik. b. Diharapkan guru pembimbing PIK-KRR untuk memperkenalkan keberadaan
PIK-KRR dengan melakukan promosi dan sosialisasi melalui kegiatan yang
PIK-KRR baik sehingga pemanfaatkan PIK-KRR oleh juga baik.
c. Diharapkan guru pembimbing PIK-KRR melakukan kerja sama lintas sektoral seperti puskesmas, perguruan tinggi, badan pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana, untuk melibatkan para profesional dalam PIK-KRR seperti dokter, bidan, psikolog, pemberi penyuluh.
d. Diharapkan guru pembimbing menyediakan layanan terpisah dengan kegiatan lain dan jam sesuai dengan kondisi remaja untuk penyuluhan/sharing/seminar KRR agar siswa dapat memanfaatkan PIK-KRR
2. Bagi sekolah
a. Diharapkan kepala sekolah mewajibkan siswanya untuk mengikuti kegiatan
ekstakurikuler untuk mengisi waktu luang siswa dan memperbanyak kegiatan keagamaan sesuai dengan agama yang dianut untuk lebih meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi remaja .
b. Diharapkan kepala sekolah memberikan fasilitas sarana dan prasarana sebagai dukungan terhadap PIK-KRR untuk meningkatkan kualitas PIK-KRR sehingga
pemanfaatan PIK-KRR juga meningkat. 3. Bagi Orang tua
a. Disarankan kepada orang tua untuk memperhatikan teman pergaulan anak, bahan
bacaan siswa baik dari media online ataupun media cetak agar dapat menghindarkan dari TRIAD KRR sehingga perilaku kesehatan reproduksi remaja
yang sudah baik dapat dipertahankan.
khusus PIK-KRR sehingga pemanfaatan PIK-KRR oleh siswa meningkat. 4. Bagi guru
a. Diharapkan guru-guru memperhatikan bahan bacaan siswa baik dari media online
ataupun media cetak serta pergaulan siswa ketika berada di sekolah agar perilaku kesehatan reproduksi remaja yang baik dapat dipertahankan.
Anas. (2010). Sketsa Kesehatan Reproduksi Remaja. Studi Gender dan Anak.5 (1) 199-214
Anjarwati, Nurhidayati, Rokhanawati. (2011). Peningkatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi melalui Analisis Kebutuhan Informasi dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA PIRI 1 Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional. Yogyakarta: Stikes Aisyah.
Afrima, Ismail, Emilia. (2011). Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konsultasi. Berita Kedokteran Masyarakat. 27(3). 160-168
Arikunto. (2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. (2009). PIK-R. Medan : BKKBN
Depkes. (2010). Kesehatan Remaja:Problem dan Solusinya. Salemba Medika: Jakarta
Dewi, R.N. (2010). Hubungan Penggunaan Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di SMAN 8 SURAKARTA. Prodi DIV kebidanan Fakultas Kedokteran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Dwisetiayani, dkk. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi dalam Kurikulum Nasional
Indonesia. Australian Development Research Award, Ford Foundation, ADSRI‐ANU
dan BAPPENAS.
Desyolmita dan Firman. (2013). Hubungan Persepsi dengan Peranan Siswa Dalam Pelaksanaan Program Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di SMPN 2 Pariaman. Jurnal Ilmiah Konseling. 2(1). 213-214.
Harahap, Zainuddin. (2004). Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2004. Tesis. Program Pasca Sarjana. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Medan: Universitas Sumatera Utara
seksual remaja di Desa Rempoah Kabupaten Bnyumas. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jurusan Keperawatan. Purwokerto :Universitas Jendral Sudirman
Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
KBBI online
Kusmiran, Eny. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika
Machfudli, dan ferry effendi. (2009). Keperawatan Kesehatan komunitas. Jakarta : Salemba Medika
Machfoedz, ircham. (2010). Metodologi Penelitian (Kuantitatif & kualitatif). Yogyakarta: Fitramaya
Normanita, dkk. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas 2 Akutansi di SMK Batik Sakti 1 Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Jurusan Keperawatan Stikes Muhammadiah Gembong
Notoatmojo Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmojo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineka cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Pinem, Sarona. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : CV. Trans Info Medika
Riduan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.Alfabeta : Bandung
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Suryoputro, Ford dan Shaluhiyah. (2010). Makalah Kesehatan. Faktor-faktor yang mempegaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah: Implikasinya terhadap Kebijakan dan layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi, 10 (1), 29-40
Tanjung, dkk. (2001). Laporan Need Assement di Kupang, Palembang, Singkawang, cirebon dan
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalammualaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat,
Saya Lusiana Putri MN, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pemanfaatan PIK-KRR dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi Siswa di SMAN 13 Medan”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemanfaatan PIK-KRR dengan perilaku kesehatan reproduksi siswa di SMAN 13 Medan. Saya akan memberikan kuesioner kepada siswa mengenai judul saya ini meliputi kusioner tentang pemanfaatan PIK-KRR dan perilaku kesehatan reproduksinya jika siswa bersedia dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Partisipasi siswa bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini siswa tidak akan dikenakan biaya apapun.
Terima kasih saya ucapkan kepada siswa yang telah ikut berpatisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan siswa dalam penelitian ini akan menyumbangkan hal yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan siswa bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami siapkan.
Medan , 2014 Peneliti
Kuesioner yang disampaikan kepada siswa adalah berupa pernyataan
A. Bagian I identitas responden
Siswa dimohon untuk mengisi titik-titik yang sesuai dengan keadaan siswa.
B. Bagian II pertanyaan tentang pemberian stimulasi
1. Bacalah pernyataan tersebut dengan teliti dan siswa dimohon untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan siswa
2. Siswa menjawab setiap pertanyaan dengan memberikan tanda chek list pada jawaban yang dipilih.
3. Jika siswa merasa salah atau ragu-ragu dan ingin memilih jawaban lain, maka jawaban yang pertama boleh dicoret.
4. Jawaban siswa tidaklah salah, karena itu tidak perlu mencontoh dari teman, dan
HUBUNGAN PEMANFAATAN PIK-KRR DENGAN PERILAKU KESEHATAN
REPRODUKSI SISWA
P
PRROOGGRRAAMM DD--IIVVBBIIDDAANN P
PEENNDDIIDDIIKK FFAAKKUULLTTAASS
K
KEEPPEERRAAWWAATTAANNUUNNIIVVEERRSSIITTAASSSSUUMMAATTRRAAUUTTAARRAATTAAHHUUNN22001144
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. No Responden Kelas :
2. Umur siswa
Jenis kelamin
3. Tanda tangan
Thn
I . P e r n y a t a a n p e r i l a k u k e s e h a t a n r e p r o d u k s i r e m a j a
1 Saya selalu mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari agar terpeliharanya kebersihan alat kelamin
2 Saya menggunakan celana dalam yang menyerap keringat seperti katun agar tidak lembab
3 Saya tidak menggunakan celana dalam ketat agar tidak menimbulkan rasa panas dan lembab 4 Saya membesihkan alat kelamin dari arah
depan ke belakang setiap setelah buang air besar maupun kecil agar mencegah masuknya kuman dari anus ke alat kelamin
5 Saya berolahraga ketika dorongan seksual saya meninggi
6 Saya memperbanyak ibadah untuk
menghilangkan keinginan melakukan hubungan seksual
7 Saya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah untuk menghilangkan keinginan melakukan hubungan seksual
8 Saya tidak pernah membaca buku romantis yang dapat merangsang nafsu birahi
9 Saya tidak pernah menonton film porno yang dapat merangsang nafsu birahi
10 Saya tidak melihat gambar yang dapat merangsang nafsu birahi
11 Saya biasa mengenakan pakaian yang sopan agar tidak memicu orang lain untuk melakukan hubungan seksual
II. PEMANFAATAN PIK-KRR DENGAN PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI SISWA
13 Saya tidak pernah menyentuh tubuh lawan jenis untuk menghindari timbulnya dorongan seksual 14 Saya tidak pernah ciuman pipi dengan lawan
jenis untuk menghindari timbulnya dorongan seksual
15 Saya tidak pernah ciuman bibir dengan lawan jenis untuk menghindari timbulnya dorongan seksual
16 Saya tidak pernah berpegangan tangan dengan lawan jenis untuk menghindari timbulnya dorongan seksual
17 Saya tidak pernah merangkul lawan jenis untuk menghindari timbulnya dorongan seksual 18 Saya tidak bergaul bebas pada malam hari C.Napza
19 Saya menolak ajakan penggunaan alcohol agar tidak terjerumus ketergantungan NAPZA 20 Saya menolak ajakan penggunaan merokok
agar tidak terjerumus ketergantungan NAPZA 21 Saya tidak pernah mencoba rokok agar tidak
terjerumus ketergantungan NAPZA
22 Saya tidak pernah mencoba alcohol agar tidak terjerumus ketergantungan NAPZA
23 Saya mengikuti organisasi sekolah agar tidak terjerumus ketergantungan NAPZA
C.HIV/AIDS
24 Saya tidak menggunakan jarum suntik secara sembarangan agar terhindar dari penularan HIV/AIDS
25 Saya tidak menggunakan tato agar terhindar dari penularan HIV/AIDS
26 Saya tidak menggunakan tindik agar terhindar dari penularan HIV/AIDS
27 Saya menolak ajakan lawan jenis (pacar) untuk berhubungan seksual agar terhindar dari