• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan, Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan, Jakarta Barat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

54 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan, Jakarta Barat

2. Waktu Penelitian

Sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman masalah yang di teliti penelitian dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret 2013 dengan perlakuan dalam penelitian ini di tetapkan sebanyak delapan kali (8 x) perlakuan, dua kali (2 x) dalam seminggu secara berurutan.

B. Metode

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Time Series Designs yang termasuk kategori quasi eksperimental. Time Series Designs mengacu pada pretesting dan posttesting dari satu kelompok subjek pada interval yang berbeda. Tujuannya untuk menentukan efek dari treatment yaitu pemberian latihan keseimbangan dan stimulasi proprioseptif dan karenanya nilai pra-dan posttest dapat bervariasi dari masing-masing subjek. (AllPsych and Heffner Media Group, Inc., 2011)

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan kontrol postural anak dengan autism dalam melakukan stabilitas postur saat berdiri statik dan saat merubah posisi tanpa adanya perubahan Base Of Support , desain

(2)

penelitian yang digunakan adalah A-B Design dimana kesimpulan penelitian di ambil dari perbandingan nilai pada periode baseline atau periode pengumpulan data dasar sebelum perlakuan diberikan dengan periode pengukuran setelah perlakuan diberikan. (AllPsych and Heffner Media Group, Inc., 2011)

Nilai postural control di ukur dan dievaluasi dengan menggunakan pediatric reach test. Hasil pengukuran dilakukan terhadap stabilitas postur saat berdiri statik dan saat perubahan posisi tanpa merubah BOS nya. yang secara konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 3.1 Metode Penelitian

Postural Control

Sebelum Perlakuan Sesudah perlakuan

(3)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Adalah jumlah pasien yang terdaftar di tempat penelitian yang terdiagnose autism. Diagnose telah ditegakkan oleh dokter yang berkompeten di bidangnya melalui rekam medik pasien.

2. Sampel

Adalah sebagian atau seluruh populasi yang akan diteliti yaitu pasien yang datang di tempat penelitian dengan diagnose autism dan memenuhi pertimbangan, kriteria dan syarat yang ditetapkan berdasarkan variabel yang di teliti. Jumlah sampel ditentukan dengan cara Total Sampling (Sampling Jenuh). Adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. (Hendry, 2010)

Sampel yang telah lolos kriteria yang ditetapkan berjumlah 13 orang dan akan dilakukan pengukuran selama dua periode yaitu periode pertama sebelum perlakuan dan periode terminasi yaitu pengukuran setelah pemberian perlakuan. adapun kriteria sample diambil berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Diagnose autism telah ditegakkan oleh dokter.

b. Tidak ada cacat fisik dan kelaianan neurologis lain yang mengganggu proses penelitian ini dan telah ditetapkan oleh dokter yang berwenang.

c. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan observasi dengan memberikan pertanyaan dan lembar kuestioner dalam menggali

(4)

faktor-faktor yang mendukung kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini.

d. Berdasarkan pengukuran awal sebelum perlakuan dengan instrument pengukuran pediatric reach test

3. Kriteria Penerimaan

a. Sampel usia 5 s/d 12 tahun, jenis kelamin laki-laki dan atau perempuan.

b. Mampu berespons terhadap objek dan suara.

c. Tidak tantrum (menyakiti diri sendiri, mengamuk tidak terkontrol) dan atau kejang.

d. Hasil pengamatan dan observasi minimal anak di level kemampuan mampu di berikan intruksi berulang-ulang.

e. Saat pengambilan data awal dengan pengukuran pediatric reach test memenuhi syarat nilai yaitu di bawah nilai normal.

f. Keluarga mengijinkan sampel untuk mendapatkan perlakuan sebanyak delapan kali (8 x), dua kali (2 x) seminggu selama satu bulan dan menandatangani informed consent.

4. Kriteria Penolakan

a. Usia diatas 12 tahun atau kurang dari 5 tahun.

b. Sampel dinyatakan oleh dokter dalam keadaan sakit dan butuh istirahat.

(5)

5. Kriteria Pengguguran

a. Sampel meninggal dunia

b. Saat penelitian berlangsung sampel dinyatakan sakit dan harus istrirahat dalam waktu yang lama oleh dokter.

c. Keluarga menolak dan atau mengakhiri program sebelum penelitian berakhir

d. Tidak mengikuti program latihan selama tiga kali (3 x) berturut-turut

e. Selama penelitian sampel tetap tidak mampu merespons intruksi selama tiga kali pertemuan berturut-turut.

(6)

Formulir 3.1

Form Penilaian Pediatric Reach Test FORMULIR PENILAIAN PEDIATRIC REACH TEST

Nama Lengkap : ………

Tgl Lahir/ Umur :………

Tinggi Badan :………

Tanggal Periksa :………

Pemeriksa : ………

NO NILAI PRT NILAI PRT NORMAL

1 Catatan : ……… ……….. ………. ………. Paraf pemeriksa ( )

(7)

Formulir 3.2

Lembar Pengamatan dan Observasi

FORMULIR KEMAMPUAN ANAK Nama : Jenis kelamin : Umur : Tanggal : NO DESKRIPSI A B C Pemahaman Akademisi

1 Anak mampu berhitung minimal 1-10 2 Anak mampu mengenal bentuk objek

sederhana

3 Anak mampu membedakan arah kiri, kanan, atas dan bawah 4 Anak mampu memberikan jumlah

objek benda yang diminta 1-9 5 Mampu mengenal warna 6 Mampu mengenal bentuk

7 Mampu mengenal symbol sederhana Jumlah

Gerak Motorik Dan Penglihatan Terhadap Objek 1 Ada Kontak mata

2 Mampu diam dan menunggu

3 Mampu meraih benda di semua posisi sepanjang lingkup gerak sendinya 4 Mampu melempar bola pada objek

yang dituju

5 Mampu meraih benda pada jarak tertentu

6 Mampu berjalan di titian.

7 Mampu berdiri tegak pada ketinggian minimal 20 cm

8 Anak mampu meraih objek 9 Anak mampu mengambil dan

melempar bola pada arah yang dituju 10 Anak berespon terhadap cahaya dan

atau objek berwarna

(8)

Pelaksanaan Kegiatan Aktifitas Sehari-hari di Rumah 1 Apakah anak mampu melepas dan

memakai pakaian

2 Apakah anak bisa mengancing baju sendiri

3 Apakah anak mampu mandi dan menggosog gigi sendiri

4 Apakah anak mampu melakukan aktifitas yang berhubungan dengan toileting

5 Apakah anak mampu mengutarakan kehendaknya ketika ingin makan dan minum

6 Apakah anak menunjuk benda atau objek saat meminta

7 Apakah anak berespon sesuai, ketika diperintah mengambil sesuatu benda 8 Apakah anak anda bisa memegang

remot tv dan memindahkan chanel tv 9 Apakah anak mampu berinisiatif

memilih objek sendiri Jumlah

Keterangan : A: Mampu/ Mandiri B: Diarahkan C: Dibantu/ tidak mampu

Kesimpulan : …….………. Interpretasi data adalah dengan menjumlahkan kemampuan bernilai A, B dan atau C 1. Level I Jika A berjumlah 19 – 26 termasuk anak yang mampu instruksi

2. Level II Jika A berjumlah 12 – 18 termasuk Anak membutuhkan intruksi berulang-ulang.

3. Level III Jika B berjumlah 12 – 26 Termasuk anak membutuhkan instruksi berulang-ulang

4. Level IV Jika A berjumlah < 11 termasuk Anak kurang mampu diberikan instruksi.

(9)

D. Instrumen Penelitian 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua macam variabel yang digunakan yaitu variabel dependent dan variabel independent. Variabel dependent pada penelitian ini adalah nilai postural control yaitu stabilitas postural posisi berdiri statis sedangkan variabel independent adalah pemberian latihan kesimbangan dan stimulasi proprioseptif.

2. Defenisi Konseptual

Latihan keseimbangan dan stimulasi proprioseprtif adalah pendekatan terapi physical exercise yang diberikan untuk melatih keseimbangan postural.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh

(10)

dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. (Irfan, Muh, 2010)

Sistem vestibular adalah komponen utama dan bekerjasama dengan system visual dalam membangun keseimbangan tubuh, Sistem vestibular ini sebagai “business center”, karena semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini terletak pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau lambat (Accelerated or decelerated movement), gerakan bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan (level of arousal) dan emosi. (Gunadi, Tri, 2008)

Stimulasi proprioseptif adalah adalah rangsangan yang diberikan pada system proprioseptif untuk membangun kesadaran akan informasi rasa gerak, posisi, lokasi dan postur tubuh dari tendon, otot dan persendian. Stimulasi/ input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditaril (being pull) atau ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan mengenal bagian

(11)

tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak (Gunadi, Tri, 2008).

Postural Control adalah Gerakan korektif yg di perlukan untuk menjaga pusat gravitasi tubuh, memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai stabilitasi guna menjaga keseimbangan tubuh dan orientasi guna memelihara hubungan yg tepat antar segmen tubuh, antara tubuh dengan lingkungan, membangun orientasi vertikal untuk menjaga tubuh terhadap kekuatan gravitasi, dan membangun persepsi dan aksi dalam interaksinya dengan dunia luar.

Proses penelitian dilakukan dari tanggal 28 Januar s/d 7 maret 20013, di awali dengan proses identifikasi psien dilakukan dari tanggal 28 Januari 2013 s/d 1 Februari 2013 dengan mengidentifikasi populasi berdasarkan kriteria anak yang terdiagnose autism, dalam penentuan diagnose peneliti bekerja sama dengan dokter spesialis kesehatan jiwa anak, populasi berdasarkan diagnose yang telah teridetifikasi lalu dilakukan pengamatan dan observasi dengan mengisi formulir kemampuan anak, formulir tersebut berisi kemampuan anak dalam melakukan aktifitas di kelas dan akifitas di rumah. Formulir pengamatan dan observasi berisi tentang pemahaman akademisi, gerak motorik, focus visual, dan kegiatan aktifitas sehari-hari di rumah. Dalam mengamati aktifitas di rumah peneliti berdiskusi dengan orangtua untuk mengetahui interaksi anak sekaligus juga peneliti meminta persetujuan orangtua dengan terlebih dahulu peneliti menjelaskan tentang tujuan serta manfaat

(12)

dari penelitian ini. Hasil dari pengamatan dan observasi didapatkan level anak dalam memahami instruksi, ada 26 item dalam formulir tersebut dengan penilain A jika anak mampu mandiri, penilaian B jika anak hanya mampu dengan arahan dan penilaian C jika anak tidak mampu atau di bantu. Penilaian dengan ceklist poin lalu di jumlahkan dan hasil penjumlahan tersebut di konversikan berdasarkan level kemampuan anak. Level I jika jumlah nilai A berjumlah 19 – 26 point, Level II jika jumlah nilai A berjumlah 12-18 point, Level III jika nilai B berjumlah 12-26 poin. Syarat dalam penentuan populasi berdasarkan formulir pengamatan ini akan memenuhi syarat jika anak mampu di level I hingga Level III, adapun yang dimaksud dengan Level I adalah anak mampu mengerti intruksi secara baik dan mampu mandiri.Level II anak membutuhkan interuksi ulang. Level III anak membutuhkan interuksi berulang-ulang.

Populasi yang telah memenuhi krieria berdasarkan level perkembangan akan diukur kemampuan stabilitas posturnya dengan menggunakan instrument pediatric reach test yaitu dengan cara mengukur jarak capaian lengan dari posisi awal berdiri diam dengan posisi akhir yaitu saat anak mampu mencondongkan badannya dengan lengan lurus kedepan tanpa terjatuh. Prosedur dalam pengukuran ini adalah anak dalam posisi berdiri tegak di samping alat ukur yang telah disiapkan, alat ukur ditempatkan disamping anak setinggi bahu, dalam posisi ini anak diminta meluruskan lengan searah penggaris lalu anak diminta mencondongkan

(13)

tubuhnya kedepan dengan lengan lurus sejauh kemampuan tanpa adanya perubahan base of support. Penilaian diukur dari ujung jari ke tiga saat posisi diam sebagai titik awal sampai dengan capaian akhir saat anak mencodongkan tubuhnya kedapan sebagai titik akhir, peneliti menandai kedua posisi tersebut lalu diukur dengan meteran , nilai yang diambil dari jarak yang terjauh yang mampu dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3x. Syarat dan kriteria penelitian berdasarkan pengukuran pediatric reach test adalah nilai sebelum perlakuan adalah memenuhi syarat dan kriteria jika jarak yang mampu dilakukan anak dibawah angka normal, baik angka normal berdasarkan usia maupun angka normal berdasarkana tinggi badan. Untuk pengukuran pediatric reach test setelah perlakuan juga dilakukan prosedur yang sama ketika dilakukan pengkuran pediatric reach test sebelum perlakuan.

Populasi yang telah terkumpul dan memenuhi syarat serta kriteria penelitian sebanyak 13 orang dan oleh karena populasi berjumlah sedikit maka penentuan sampel di ambil dengan tehnik total sampling yaitu populasi tersebut seluruhnya diambil oleh peneliti untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Perlakuan adalah kegiatan latihan fisik guna melatih keseimbangan dan pemberian stimulasi proprioseptif. Penelitian dimulai dari tanggal 4 Februari 2013 s/d 7 Maret 2013, perlakuan dilakukan terhadap 13 orang sampel sebanyak 8 kali pertemuan, dengan frekuensi 2 kali seminggu.

(14)

Latihan diberikan selama 45 menit dengan beberapa bentuk latihan yang telah disiapkan, tidak semua bentuk latihan diberikan pada anak namun telah mewakili semua bentuk yang ada dengan tujuan yang sama yaitu keseimbangan dan stimulasi proprioseptif, bentuk latihan yang diberikan masing-masing individu pun tidak dilakuan seragam, bentuk latihan yang telah disiapkan merupakan pilihan dari banyaknya kegiatan latihan yang mampu direspons dan mampu dilakukan oleh anak, kegiatan fisik tersebut dalam bentuk melonpat di trampolin, berayun, meloncat, naik turun tangga, berdiri diatas ketinggian, duduk diatas bola, berdiri diatas rolling board dan berjalan pada titian, di kombinasikan dengan focus visual yaitu meraih dan melempar bola.

Bentuk latihan adalah kegiatan fisik yang telah disiapkan, terdiri dari 8 bentuk yaitu bentuk latihan 1 di sebut dengan rebounder adalah bentuk latihan fisik dengan melompat-lompat diatas trampoline, prosedur pelaksanaan kegiatan ini cukup sederhana yaitu peneliti mencontohkan bentul latihan ini kemudian anak diarahkan atau di intruksikan untuk beridir diatas trampoline dan melakukan sesuai contoh yang telah diberikan.

Bentuk latihan 2 yaitu swing adalah kegiatan latihan dalam bentuk ayunan, prosedur yang dilakukan adalah peneliti mencotohkan bentuk latihan ini lalu anak di arahkan naik ke ayunan dalam posisi diam, sebelum di ayun anak dipastikan dalam posisi berpegangan dengan tali dan posisi tapak kaki selebar bahu anak, dalam melakukan bentuk latihan

(15)

ini dikombinasikan dengan meraih dan melempar bola kedalam keranjang/tong sejauh 1 meter atau jarak dapat disesuaikan.

Bentuk latihan 3 yaitu jump adalah kegiatan latihan berupa melompat balok kayu setinggi 20 cm atau dapat disesuaikan berdasarkan respons anak, prosedur kegiatan ini di contohkan terlebih dahulu lalu anak diminta melakukan prosedur tersebut yaitu dengan melompati titian lalu berdiri di atas balok dan turun dengan cara melompat, latihan ini di kombinasikan dengan melempar bola kedalam tong dengan jarak 1 meter atau disesuaikan dengan respons anak.

Bentuk latihan 4 yaitu naik tangga adalah kegiatan naik dan turun tangga, prosedur dalam melakukan kegiatan ini adalah dengan menaik tangga secara mandiri, posisi diperhatikan saat naik tangga untuk anak yang sudah mampu anak diminta naik tangga tanpa berpegangan anak tangga yang lainnya, sedangkan anak yang masih takut saat naik tangga diizinkan untuk berpegangan dengan anak tangga lainnnya.

Bentuk latihan 5 yaitu meraih dan melempar bola adalah kegiatan latihan dengan berdiri pada balok dengan ketinggian kurang dari 30 cm, prosedur kegiatan anak diminta naik dan berdiri diatas balok kemudian pelatih memberikan bola dalam jarak tertentu agar anak meraih bola yang di pegang pelatih lalu anak diminta melempar bola tersebut kedalam tong dengan jarak sekitar 1 meter.

Bentuk latihan 6 yaitu physioball adalah kegitan latihan duduk diatas bola besar, prosedur kegiatan latihan ini pelatih meletakkan/

(16)

mendudukkan anak diatas bola, agar anak tidak takut dipastikan pegangan pelatih cukup kuat, aman dan nyaman bagi anak, dalam posisi duduk diatas bola pelatih mengawali dengan memantulkan tubuh anak lalu saat diam anak di lakukan perubahan posisi dengan menggulirkan bola ke berbagai arah.

Bentuk latihan 7 yaitu rolling board adalah kegiatan latihan berupa berdiri diatas rollboard, prosedur kegiatan latihan ini pelatih meletakkan anak diatas rollboard dalam posisi berdiri, agar anak tidak takut dipastikan pegangan pelatih cukup kuat, aman dan nyaman bagi anak, pelatih memegang pinggul anak lalu satu kaki pelatih berada diatas rollboard untuk menstabilkan rollboard dan melakukan perubahan posisi dengan mendorong rollboard kedepan dan kebelakang.

Benuk latihan ke 8 yaitu walking board adalah kegiatan latihan berupa jalan pada titian, prosedur kegiatan latihan ini adalah dengan cara anak diminta berjalan pada titian, kegiatan ini dapat di kombinasikan dengan meraih dan memasukkan bola kedalam tong.

3. Defenisi Operasional a. Prosedur Tindakan

Adalah tata cara pemberian modalitas/ metode latihan yang diberikan pada pasien autism yang mengalami gangguan postural control dengan pemberian latihan keseimbangan dan stimulasi proprioseptif. Jenis latihan telah disiapkan dan dikemas dengan

(17)

mengandung unsur vestibular, visual dan proprioseptif. Pemberian jenis latihan diberikan sesuai dengan kebutuhan anak, tidak semua jenis latihan ini diberikan karena masing-masing anak memiliki kemampuan dan kecocokan yang berbeda terhadap setiap jenis latihan, namun minimal 3 jenis yang akan diberikan sudah cukup mewakili kriteria latihan yaitu latihan keseimbangan dan stimulasi proprioseptif. Waktu yang dibutuhkan dalam latihan ini adalah 45 menit.

b. Prosedur Pengukuran

Tehnik pengambilan data dari instrument ini adalah dengan melihat dari samping anak, anak berdiri tegak dengan tangan lurus kedepan, kemudian mencondongkan badannya sejauh kemampuan maksimal tanpa ada perubahan base of support. Nilai yang diukur ditandai dari patokan awal yaitu ujung jari ke 3 dalam posisi lurus sampai sepanjang patokan akhir yang di tandai dari jari yang sama yaitu ujung jari ke 3 atau disebut juga sebagai pengukuran finger-to-finger, (Kage, 2009)

Pengukuran dilakukan sebanyak 3x dengan nilai yang digunakan adalah nilai terpanjang yang mampu dicapai oleh sampel . sebagai contoh ketika pengukuran pertama di diperoleh selisih 20 cm, pengukuran ke 2 selisih 22 cm dan pengukuran ke 3 selisih 24 cm maka yang di pakai adalah nilai 24 cm.

(18)

Sebagai patokan nilai normal dalam pengukuran ini adalah sebagai berikut (Danahoe,1994) :

1.) Nilai Normal Berdasarkan Umur

a.) Usia 5 -6 tahun nilai normal 21,17 cm b.) Usia 7-8 tahun nilai normal 24, 21 cm c.) Usia 9-10 tahun nilai normal 27, 97 cm d.) Usia 11-12 tahun nilai normal 32, 79 cm 2.) Nilai Normal Berdasarkan Tinggi Badan

a.) < 130.2 cm nilai normal 23,07 cm b.) 130.2-148 cm nilai normal 30.66 cm c.) 148.1-168.5 nilai normal 33.61 d.) >168.5 nilai normal 37.90

Gambar 3.1

Functional Reach Test

(19)

E. Teknik Analisa Data

Data berasal dari pengukuran instrumen Pediatric Reach Test sebelum dan sesudah perlakuan, selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS 13, untuk menganalisa data yang diperoleh, peneliti melakukan pengujian sebagai berikut:

1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas Distribusi.

Sample berjumlah 13 orang setelah dilakukan pengujian dengan uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk Test didapatkan variabel tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas.

Untuk menguji homogenitas dua variabel yaitu sebelum dan sesudah perlakuan peneliti menggunakan uji homogenitas yaitu dengan Leven’s test dan hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah homogen,

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji signifikasi dua variabel sebelum dan sesudah perlakuan dan berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan variabel tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon signed ranks test. dengan ketentuan Ho ditolak bila p<α(0.05).

(20)

Adapun hipotesis yang ditegakkan adalah :

1) Hipotesis nol (Ho) : Pemberian latihan keseimbangan dan stimulasi proprioseptif terhadap tidak meningkatan postural control pada anak dengan autism.

2) Hipotesa kerja (Ha) : Pemberian latihan keseimbangan dan stimulasi proprioseptif meningkatan postural control pada anak dengan autism.

Gambar

Gambar 3.1  Functional Reach Test

Referensi

Dokumen terkait

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku anggota atau karyawan sehingga mampu meningkatkan fungsi peran sebagai pembeda antara organisasi

(BTB) yang digunakan sebagai indikator disterilkan menggunakan autoclave.. 2) Medium yang telah disterilkan diperkaya dengan pestisida jenis Malathion dan Profenofos

Mahasiswa memiliki kemampuan memahami langkah-langkah penelitian kebudayaan dan menyusun proposal penelitian kebudayaan Jawa.. Materi kuliah meliputi penyusunan rumusan

Rencana Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010- 2015 merupakan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.. 287,824 c Bagian efektif dari lindung nilai arus kas

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia |

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku yang dapat ditemukan di Wilayah Perkebunan Sawit Desa Trinsing Kecamatan Teweh

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Peningkatan Jalan Simpang Melasu Baru Sebuku , dimana perusahaan saudara termasuk