• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fistula Preaurikular Kongenital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fistula Preaurikular Kongenital"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Fistula Preaurikular Kongenital

Ainul Mardhiah

Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan leher FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan

Abstrak: Fistula preaurikular congenital adalah suatu traktus yang didasari oleh epitel skuamos yang

bermula di depan daun telinga. Ini disebabkan oleh kegagalan untuk bersatu dari tuberkulum arkus pertama ke tuberkulum-tuberkulum lainnya. Apabila tidak dijumpai adanya gejala maka pengobatan tidak diperlukan. Tetapi bila terjadi infeksi biasanya menyebabkan daerah di depan daun telinga bengkak dan sakit yang mungkin pecah serta bernanah. Eksisi yang sempurna dari traktus dilakukan setelah infeksi akut sudah reda. Traktus sering berjalan diantara cabang-cabang nervus fasialis dan harus berhati-hati sewaktu melakukan eksplorasi.

Kata kunci: fistula preaurikular kongenital, infeksi, eksisi, nervus fasialis.

Abstract: Congenital preauricular fistula is a blind tract lined by squamous epithelium starting in

front of the auricle. It is due to faulty fusion of the first arch tubercle to other tubercles. If no symptoms are present it requires no treatment. But it may get infected commonly causing tender swelling in front of the ear which may ruptur and discharge. Complete excision of the tract, preferably after the acute infection has subsided. Tract often runs between branches of facial nerve and must be explored with great caution.

Key words: Congenital preauricular fistula, infected, excision, facial nerve.

PENDAHULUAN

Fistula preaurikular congenital pada

umumnya banyak terdapat pada kelompok anak1

yang terjadi akibat kegagalan penyatuan atau

penutupan dari tonjolan-tonjolan (hilloks) pada

masing-masing arkus brankialis pertama dan kedua yang akan membentuk daun telinga pada

masa pertumbuhan embrional.1,2 Biasanya

terdapat tepat di bagian anterior tragus atau crus helicis, tetapi jarang ditemukan dibagian superior atau inferior perlekatan telinga.3

Kelainan ini pertama sekali diperkenalkan

oleh Heusinger pada tahun 1864.4 Sering

ditemukan pada suku bangsa di Asia dan Afrika,

merupakan kelainan herediter yang dominan.5

Keadaan ini sering kurang mendapat perhatian dari penderita karena pada umumnya tidak menimbulkan gejala dan karena ukuran lubangnya yang kecil (lebih kecil dari 1 mm). Pada keadaan tenang tampak muara fistel berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pinsil. Dari muara fistel sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea dan bila infeksi dapat mengeluarkan sekret yang berbau

busuk.5 Penderita sering datang pertama kali ke

dokter karena obstruksi dan infeksi fistel ini sehingga terjadi pioderma atau selulitis fasial.5

Kelainan ini dapat terjadi unilateral atau bilateral.6

Diagnosa fistula preaurikular kongenital dapat ditegakkan dengan ditemukannya muara fistula di sekitar telinga yang terdapat sejak lahir.4

Terapi diperlukan bila timbul infeksi pada fistula. Hal ini diterapi dengan antibiotika dan dilakukan pengangkatan fistel itu seluruhnya, oleh karena bila tidak bersih akan menyebabkan kekambuhan.7

ETIOLOGI

Fistula preaurikular kongenital terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus

brankialis pertama dan kedua dari hillocks of

His.3 Pada usia janin 4 minggu arkus brankialis tampak dipermukaan janin. Setelah minggu keenam arkus hioid dan arkus mandibular menyatu dan melintas di bawah kedudukan kanalis aurikularis eksterna, lalu kemudian menutup. Daerah penyatuan terletak di leher pada regio sub mandibular. Gangguan penutupan celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular kongenital, sehingga pada umumnya muara fistula terletak pada krus

(2)

bawah heliks ke sudut mulut.3 Fistula ini bisa

juga terbuka keatas pada lantai meatus akustikus eksternus dan di bagian pinggir depan bawah dari otot sternokleido-mastoideus pada daerah belakang sudut rahang bawah.9

Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang sering menyebabkan infeksi ini

adalah Staphylococcus epidermidis (31%),

Staphylococcus aureus (31%), Streptococcus viridans (15%), Peptococcus species (15%), dan

Proteus species (8%).4

KEKERAPAN

Insiden di Amerika Serikat diperkirakan 0– 0,9% sedangkan di New York 0,23%. Secara Internasional, di Taiwan diperkirakan 1,6–2,5%, Skotlandia 0,06% dan Hungaria 0,47%. Di beberapa negara Asia dan Afrika insiden diperkirakan 4–10%. Suatu penelitian di China didapatkan insiden fistula preaurikular kongenital > 1.1% pada bangsa China dan Caucasians, tertinggi pada ras kulit hitam. Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa lokus untuk fistula preaurikular kongenital ini terletak pada kromosom 8q11.1-q13.3.10

Di RSUP Dr. Sardjito Jogyakarta (1998) terdapat 4 kasus fistula aurikula kongenital yang dilakukan pembedahan karena terjadi infeksi

yang berulang.11 Di RSUP H. Adam Malik

Medan (Januari 2000 – Pebruari 2004) ditemukan 12 kasus fistula preaurikular kongenital.

GAMBARAN KLINIS

Kelainan ini asimptomatik.1 Penderita

dengan fistula preaurikular kongenital pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi

obstruksi dan infeksi fistel ini baik infeksi yang pertama ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-keluhan rasa sakit dan bengkak di

depan telinga serta demam.11 Akibat infeksi

tersering adalah manipulasi penderita terhadap muara fistula karena timbulnya rasa gatal atau

keluarnya sekret.1 Sekret yang tidak dapat

dikeluarkan juga merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri sehingga akan timbul suatu infeksi dan selanjutnya menjadi

abses.3 Dapat pula terjadi pyoderma atau

selulitis fasial.5

GAMBARAN HISTOLOGIS

Pada pemeriksaan makroskopis, sinus preaurikular terdiri dari struktur tubular yang

sederhana atau pola arborise pada dindingnya,

tipis dan berkilau atau putih dan menebal.

Saluran sinus dapat berstruktur arborise dan

dapat berkelok-kelok, lumen terisi dengan debris. Sinus preaurikular ini sering penuh dengan keratin dan dikelilingi oleh jaringan penyambung yang padat.

Secara mikroskopis, duktus dari sinus dibatasi oleh epitel skuamosa bertatah dan terdiri dari banyak kista sepanjang salurannya. Jaringan penyambung mengelilingi duktus yang dapat terdiri dari folikel-folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, jaringan inflamasi seperti limfosit, sel-sel plasma dan leukosit

PMN.4

DIAGNOSIS

Diagnosis fistula preaurikular kongenital dapat ditegakkan dengan ditemukannya muara fistula didepan telinga yang terdapat sejak lahir.11

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan kecuali

sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin. Pada kasus dengan infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres

(3)

hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan disebabkan oleh adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk menentukan luas keseluruhan saluran tersebut. Selama eksisi pembedahan, harus diingat bahwa salurannya dapat berkelok-kelok dengan cabang-cabangnya di subkuta-neus. Diseksi sampai ke periosteum dari tulang temporal biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari salurannya harus diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang. Pengangkatan yang tidak lengkap menimbulkan sinus yang mengeluarkan cairan sehingga membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit

dan lebih radikal.2,4 Untuk membantu

pembedahan dapat disuntikkan larutan

methylene blue kedalam saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang berwarna bisa digunakan sebagai petunjuk panjang dan luasnya fistula. Harus diingat bahwa zat warna itu mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian selama diseksi untuk mencari saluran-saluran kecil yang tidak berwarna. Beberapa ahli bedah yang berpengalaman dalam menangani penyakit ini merasa bahwa penyuntikan zat warna harus ditinggalkan karena penyebaran zat warna ke sekitarnya akan mengorbankan jaringan sehat

dengan sia-sia.2 Cara lain ialah dengan

fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat kontras ke dalam muara fistel, lalu dilakukan

pemeriksaan radiologik.5 Pada pemeriksaan

fistulografi tidak dapat menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya karena infeksi yang berulang menimbulkan tersumbatnya traktus

oleh jaringan fibrosis.11 Pembedahan dilakukan

apabila inflamasi sudah sembuh.12

TEKNIK OPERASI

Gambar 1. Pada saat memulai operasi, saluran diisi melalui muaranya dengan

methylene blue atau brilliant green.

12

Menyuntikkannya harus menggunakan tekanan yang lembut untuk memperlihatkan garis bentuk seluruh sistem saluran. Prosedur ini untuk memudahkan diseksi selanjutnya; pewarnaan keseluruhan jaringan yang mengelilingi fistula harus dihindarkan.12

Gambar 2. Dibuat insisi berbentuk oval mengeli-lingi muara fistula. Selan-jutnya diseksi diteruskan sampai ke saluran dan kantong fistula. Diseksi ini

menggunakan gunting lengkung.12

Gambar 3. Bagian yang bergerak dari sistem saluran dipegang secara hati-hati dengan forsep dan dengan sedikit penarikan dapat membebaskan

(4)

Gambar 4. Menunjukkan suatu fistula preaurikular yang buntu dilengkapi oleh dua saluran ke kartilago dari anterior tepi heliks sesudah diseksi

komplit.12

IDENTIFIKASI SARAF FASIALIS

Sewaktu pembedahan eksisi komplit harus diingat bahaya terkenanya kelenjar parotis atau saraf fasialis. Keduanya harus benar-benar

diindentifikasi.1 Pada beberapa penderita

kelainan ini, salurannya dapat berjalan di medial atau lateral dari saraf fasialis, oleh karena itu saraf fasialis perlu dikenali pada waktu diseksi.10 Atau juga salurannya sering berjalan diantara cabang saraf fasialis dan harus dieksplorasi dengan sangat hati-hati sewaktu pembedahan. Sebelum melakukan pembedahan, sangat penting untuk mengetahui letak anatomi perjalanan saraf fasialis, terutama setelah keluar dari foramen stilomastoideus.5

Untuk mengidentifikasi saraf fasialis terlebih dahulu harus dicari trunkus utamanya, yaitu:14

1. Trunkus utama saraf fasialis dicari

kira-kira 5 mm di bawah apek triangular dari kartilago meatus.

2. Trunkus dapat juga ditemukan sewaktu

memulai diseksi pada fissura timpanomastoideus dan diseksi 6-8 mm ke medial.

3. Suatu tehnik terbaik adalah suatu garis

yang membagi sudut yang terbentuk oleh pinggir anterior dari muskulus sternokleido-mastoideus dan muskulus digastrikus posterior belli.

cabangnya (cabang temporal, zigomatikus, bukkal, mandibular dan servikal). Sebaiknya pembedahan menggunakan bantuan lup atau mikroskop operasi.14

KOMPLIKASI

1. Perdarahan

2. Infeksi

3. Paralisis fasialis

4. Pembentukan jaringan fibrotik atau keloid

5. Rekurensi 8

PROGNOSIS

Fistula preaurikular kongenital umumnya memiliki prognosis yang baik. Jika fistula preaurikular kongenital ini ditanggulangi secara terampil dan cermat maka hasilnva akan memuaskan dan kecil kemungkinan untuk residif.

KEPUSTAKAAN

1. Kroon DF, Strasnick B. Diseases of the Auricle, External Auditory Canal, and

Tympanic Membrane. In : Glasscock ME,

Gulya AJ. Ed. Glasscock – Shambaugh

Surgery of the Ear. 5th ed. Hamilton : BC

Decker Inc. 2003.pp: 345 – 8.

2. Ballenger JJ. Tumor Telinga Luar dan Telinga Tengah. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1997.hal: 351.

3. Yanagisawa E, Kmucha S. Diseases of the

External and Middle Ear. In: Lee KJ, Ed. Textbook of Otolaryngology and Head and Neck Surgery. New York : Elsevier, 1989.pp: 63, 65.

4. Scheinfeld NS. Preauricular Sinuses.

Available from com/derm/byname/preauricular-sinuses. htm

5. Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga

Luar, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher; Edisi kelima. Cetakan ke-3. Jakarta : FKUI. 2001. .hal:44-5.

6. Linstrom CJ, Lucente FE. Infections of the

External Ear. In : Bailey BJ et all, Ed. Head and Neck Surgery Otolaryngology. Volume II. Philadelphia : J. B Lippincott

(5)

7 Dhillon R.S, East C.A. The Auricle (Pinna) and Ear Wax In: Ear, Nose and Throat and

Head and Neck Surgery. 2nd ed. Churchill

Livingstone. 2002. pp: 24-5.

8. Austin M. Preauricular Cysts, Pits

and Fissures. Available from:

http://www.

emedicine.com/ent/topic200.htm

9. Wright D. Diseases of the external ear. In: Booth JB,Ed. Otology. Scott-Brown's

Otolaryngology. 6thed. London :

Butterworth-Heinemann, 1997. pp: 3/6/1-2. 10. Zou F, ed all. A locus for Congenital

Preauricular Fistulae maps to Chromosome

8q11.1-q13.3. Available from:

entrez/query.fcgi

11. Sapto H, Samodra E, Setasubrata D. Abses retroaurikula berulang: Suatu abses pada fistula aurikula kongenital. Dalam :

Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional XII Perhati. Semarang, 28 - 30 Oktober, 1999. .hal: 738 – 42.

12. Naumann HW. Operations on the Meatus and on the Tympanic Membrane. In : Naumann HH, Ed. Head and Neck Surgery. Volume 3. New York: George Thieme Verlag. 1982. pp: 107-10.

13. Liston SL, Duvall AJ. Embriologi,

Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam :

Adam GL, Boies RL, Higler PA, Ed. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. .hal: 27.

14. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Ear, Nose and Throat Diseases a Pocket

Reference. 2nded. New York : Thieme

Medical Publishers, 1994. pp: 82,164,556-7.

Gambar

Gambar 1. Pada saat memulai operasi, saluran  diisi melalui muaranya dengan  methylene blue atau  brilliant green.
Gambar 4.  Menunjukkan suatu fistula  preaurikular yang buntu dilengkapi  oleh dua saluran ke kartilago dari  anterior tepi heliks sesudah diseksi  komplit

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar 6.17 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi dengan jenis kelainan kongenital yang terjadi pada kehamilan ≤ 7 minggu adalah 7,40 hari (4 hari),

Keterbatasan vasektomi adalah karena dilakukan dengan tindakan medis atau pembedahan, maka masih memungkinkan terjadi komplikasi seperti perdarahan, nyeri dan infeksi,

Saya juga memberi izin kepada dr.Surya Ramadhan untuk melakukan Evalusi Kejadian Infeksi Pada Luka operasi Pasca Av Fistula Dengan Penberian Antibiotik Profilaksis dan dilakukan

Pembedahan ini biasanya menjadi tantangan sendiri karena infeksi, peradangan, dan jaringan parut yang sering terjadi. Dalam kasus ini, pasien harus diberitahu

4–6 Laporan kasus ini bertujuan untuk memaparkan rekonstruksi satu tahap pada koloboma palpebra kongenital bilateral dengan menggunakan teknik Modified

Indikasi dilakukan pembedahan pada kasus benda asing di esofagus adalah bila terjadi perforasi dari esofagus, terjadi komplikasi yang tidak dapat ditangani dengan

Tabel 2.. Berdasarkan kriteria Barrow, tipe CCF dibagi menjadi 4, yaitu: 1) tipe A, terdapat fistula direk antara intralumen arteri karotis interna dengan sinus kavernosus;

Secara umum, tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi oroantral fistula adalah dengan melakukan foto rontgen terlebih dahulu sebelum tindakan pencabutan