• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Kelainan Kongenital Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Kelainan Kongenital Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KELAINAN KONGENITAL DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007-2011

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000047

STELLA MARISKA YUNCIE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KELAINAN KONGENITAL DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007-2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000047

STELLA MARISKA YUNCIE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN KELAINAN KONGENITAL DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007-2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000047

STELLA MARISKA YUNCIE

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 31 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

NIP. 194904171979021001 NIP. 196404041992031005 Drs. Jemadi, M.Kes

Penguji II Penguji III

drh. Hiswani, M.Kes

NIP. 196501121994022001 NIP. 197803312003121001

dr. Taufik Ashar, MKM

Medan, Agustus 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan.

(4)

ABSTRAK

Kelainan kongenital adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Di Indonesia kematian bayi baru lahir disebabkan oleh kelainan kongenital sebesar 7%. Riskesdas (2007) mengindikasikan adanya kematian bayi usia 0-6 hari akibat kelainan kongenital sebesar 1,4%, sedangkan kematian bayi usia 7-28 hari akibat kelainan kongenital sebesar 18,1%. Di RSIA Sri Ratu Medan tahun 2009 dari 1.317 persalinan, terdapat 20 kasus (1,51%).

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 102 bayi. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji chi-square, Mann-Whitney, dan Kruskal-wallis.

Proporsi karakteristik ibu tertinggi: umur 20-35 tahun 84,3%, suku Jawa 45,0%, agama Islam 74,2%, pendidikan SLTA 48,8%, pekerjaan ibu rumah tangga 78,3%, daerah asal Kota Medan 54,9%, umur kehamilan 37 – 40 minggu 65,3%, dan tidak ada riwayat komplikasi kehamilan 66,7%. Proporsi bayi dengan kelainan kongenital tertinggi pada jenis kelainan kongenital sistem gastro-intestinal 66,7%, laki-laki 54,9%, penatalaksanaan medis non-bedah 51,0%, Jamkesmas 58,8%, lama rawatan rata-rata 7,57 hari (8 hari), pulang berobat jalan (PBJ) 46,1%. Beberapa bayi tidak dilakukan bedah dengan alasan bayi mengalami komplikasi sepsis, asfiksia, anemia, ada keluarga yang tidak setuju sehingga hanya dilakukan tindakan konservatif. Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur ibu berdasarkan jenis kelainan kongenital (p=0,012). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelainan kongenital berdasarkan penatalaksanaan medis (p=1,000). Tidak ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis kelainan kongenital (p=0,126). Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,0001).

Kepada pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan untuk meningkatkan pelayanan dan manajemen khususnya untuk penatalaksanaan medis bagi bayi dengan kelainan kongenital sehingga dapat mengurangi tingginya angka kematian dan untuk lebih melengkapi catatan mengenai riwayat mediko-obstetrik ibu. Kepada dokter dan perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan agar memberikan pemahaman kepada keluarga pasien tentang penanganan kelainan kongenital. Setiap bayi baru lahir seharusnya dilakukan skrining kelainan kongenital, selain pemeriksaan fisik juga dibutuhkan pemeriksaan laboratorium supaya jenis kelainan kongenital lebih jelas dan dapat diberikan penanganan yang sesuai.

(5)

ABSTRACT

Congenital anomaly is a disorder that has been around since birth can be caused by genetic or non-genetic factors. In Indonesia infant mortality is mainly due to congenital anomalies 7%. Riskesdas results in 2007 have indicated the existence of the death of infants aged 0 to 6 days due to congenital abnormalities of 1.4%, while the mortality of infants aged 7 to 28 days due to congenital abnormalities by 18.1%. In the RSIA Sri Ratu Medan in 2009 from 1317 deliveries, there were 20 cases (1.51%).

To know the characteristics of mother who gave birth a baby with a congenital anomaly in Dr Pirngadi Hospital Medan in 2007-2011 is used descriptive research with case series design. Population was 102 mothers who gave birth a baby with a congenital anomalies, sample size equal to the population. The Data had done analyzed by using Chi-square, Mann-Whitney, and Kruskal-wallis test.

The result showed the highest proportion of maternal characteristics: age 20-35 years old 84.3 %, Javanese 45,0%, Islam 74,2%, senior high school education 48,8%, housewife 78,3%, live in Medan 54,9%, gestational age 37 – 40 weeks 65,3%, and no pregnancy complications history 66,7%. The proportion of babies with congenital anomalies, the highest type of congenital anomalies in the gastro-intestinal system 66,7%, male 54,9%, non-surgical 51,0%, Jamkesmas 58,8%, average length of stay 7,57 days (8 days), outpatient control 46,1%. There was a difference between proportion of maternal age and the type of congenital anomalies (p = 0.012). There is no difference between the proportion of type of congenital anomalies and medical act (p = 1.000). There is no difference between the average length of stay and the type of congenital anomalies (p = 0,126). There is a difference between average length of stay and the condition when go home (p = 0.0001).

To the Dr Pirngadi Hospital Medan suggested to improve services and management, especially for the medical management of infants with congenital anomaly that can reduce the high mortality rate and to complete records regarding the maternal medical-obstetrict history. To the doctors and nurses at the Dr Pirngadi Hospital Medan, suggested to provide insight to the family of a baby with congenital anomalies about the medical act. Every newborn screening of congenital anomalies should be done, in addition to the physical examination is also required so that the laboratory examination of congenital anomalies and can be more clearly granted appropriate responses.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Stella Mariska Yuncie Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi/7 Juli 1990 Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 4 dari 4 bersaudara Nama Ayah : Arlen Siahaan, S.E. Nama : Nurdiana Panjaitan

Alamat Rumah : Jl. Bunga Bangsa 12 B.8/7 Papan Mas Tambun Kab. Bekasi

Riwayat Pendidikan : 1. 1996-2002 : SDN Mekarsari 01 Tambun Selatan 2. 2002-2005 : SLTP Negeri 1 Tambun Selatan 3. 2005-2008 : SMA Negeri 1 Bekasi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Jemadi, M.Kes Dosen Pembimbing II selaku yang dengan sabar membimbing, memberikan masukan, saran dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji I dan Bapak Taufik Azhar, MKM selaku Dosen Penguji II atas masukan, saran, dan kritik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, Kepala Bagian Rekam Medik beserta seluruh pegawai yang telah memberikan izin kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian.

8. Bapak, Mama, Kakak (Febrin Helena, S.E., Ak. dan Lola Audita Anastasia, S.Si, Apt), Abang (Octo Alexandro, S.Kom), dan Abang ipar (A.D. Tampubolon, S.E.) dan semua keluarga yang ada di Medan atas segala memberikan dukungan moril dan materil yang tidak terhingga untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabatku sejak semester I (Ervanny, Linda, dan Bianca) dan teman-teman kos (Dewi, Ribka, Oliv, Sari, Tasia, Winda, Mila, Aka, dan lainnya) atas segala doa, perhatian, dan dukungan selama ini kepada penulis.

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Kesehatan Masyarakat USU khususnya angkatan 2008, teman-teman di peminatan Epidemiologi (Ervanny, Linda, Tari, Christivani, Nelly, Stiphany, Rohani, Dian, Desy, Mery, Helfi, Rani, Nursiani, Edy, Merlyn, Novika, Habidah, Pipit, Ayu, Syafni, dan yang tak disebutkan satu persatu) atas kebersamaannya selama mengikuti pendidikan di FKM USU, KTB-ku d’Luvena (Kak Eva, Kak Maria, Kak Lusi, Ervanny, Yossy, Suzanna, Ristari), dan teman-teman perpulungan FKM 08 atas dukungan selama mengerjakan skripsi ini.

(9)

kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2012

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1.Definisi Kelainan Kongenital ... 7

2.2.Embriogenesis ... 7

2.3.Embriogenesis Abnormal ... 8

2.4.Patofisiologi ... 9

2.4.1. Malformasi ... 9

2.4.2. Deformasi ... 10

2.4.3. Disrupsi ... 11

2.4.4. Displasia ... 11

2.5.Beberapa Macam Pengelompokkan Kelainan Kongenital ... 12

2.5.1. Menurut European Registration of Congenital Anomalies ... 12

2.5.2. Menurut Gejala Klinis ... 12

2.5.3. Menurut Berat Ringannya ... 14

2.5.4. Menurut Kemungkinan Hidup Bayi ... 14

2.5.5. Menurut Bentuk/Morfologi ... 15

2.5.6. Menurut Tindakan Bedah yang Harus Dilakukan ... 15

2.6.Beberapa Kelainan Kongenital yang Dapat Dijumpai di Klinik ... 15

2.6.1. Spina Bifida ... 15

2.6.2. Labiopalatoskisis ... 16

2.6.3. Hidrosefalus ... 17

2.6.4. Anensefalus ... 18

2.6.5. Omfalokel ... 19

2.6.6. Hernia Umbilikalis ... 20

2.6.7. Atresia Esofagus ... 20

(11)

2.6.9. Atresia dan Stenosis Jejenum/Ileum ... 22

2.6.10.Obstruksi pada Usus Besar ... 22

2.6.11.Atresia Ani ... 22

2.6.12.Penyakit Jantung Bawaan (PJB) ... 23

2.7.Diagnosis ... 24

2.7.1. Penelaahan Prenatal ... 24

2.7.2. Riwayat Persalinan ... 24

2.7.3. Riwayat Keluarga ... 24

2.7.4. Pemeriksaan Fisik ... 24

2.7.5. Pemeriksaan Penunjang ... 24

2.8.Epidemiologi ... 25

2.8.1. Distribusi Frekuensi ... 25

2.8.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kelainan Kongenital ... 26

2.9.Pencegahan ... 33

2.9.1. Pencegahan Primer ... 33

2.9.2. Pencegahan Sekunder ... 35

2.9.3. Pencegahan Tersier ... 37

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 38

3.1.Kerangka Konsep ... 38

3.2.Defenisi Operasional ... 38

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 42

4.1.Jenis dan Desain Penelitian ... 42

4.2.Lokasi dan waktu Penelitian ... 42

4.2.1.Lokasi Penelitian ... 42

4.2.2.Waktu Penelitian ... 42

4.3.Populasi dan Sampel ... 42

4.3.1.Populasi ... 42

4.3.2.Sampel ... 43

4.4.Metode Pengumpulan Data ... 43

4.5.Teknik Analisa Data ... 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 44

5.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

5.1.1.Visi ... 44

5.1.2.Misi ... 45

5.1.3.Motto ... 45

5.2.Karakteristik Ibu yang Melahirkan bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Sosiodemografi ... 46

5.3.Karakteristik Ibu yang Melahirkan bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Mediko-obstetri ... 48

5.4.Jenis Kelainan Kongenital ... 49

(12)

5.6.Penatalaksanaan Medis ... 50

5.7.Sumber Biaya ... 51

5.8.Lama Rawatan Rata-rata ... 51

5.9.Keadaan Sewaktu Pulang ... 52

5.9.1. Case fatality Rate (CFR) Bayi dengan Kelainan Kongenital ... 52

5.10. Analisa Statistik ... 53

5.10.1.Umur Ibu Berdasarkan Jenis Kelainan Kongenital ... 53

5.10.2.Jenis Kelainan Kongenital Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 54

5.10.3.Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 55

5.10.4.Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Kelainan Kongenital ... 56

5.10.5.Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 57

BAB 6 PEMBAHASAN ... 58

6.1.Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Sosiodemografi ... 58

6.1.1.Umur Ibu ... 58

6.1.2.Suku ... 59

6.1.3.Agama ... 60

6.1.4.Pendidikan ... 61

6.1.5.Pekerjaan ... 62

6.1.6.Daerah Asal ... 63

6.2.Karakteristik Ibu yang Melahirkan bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Mediko-obstetri ... 64

6.2.1.Umur Kehamilan ... 64

6.2.2.Riwayat Komplikasi Kehamilan ... 65

6.3.Jenis Kelainan Kongenital ... 66

... 6.4.Jenis Kelamin ... 68

6.5.Penatalaksanaan Medis ... 69

6.6.Sumber Biaya ... 70

6.7.Lama Rawatan Rata-rata ... 71

6.8.Keadaan Sewaktu Pulang ... 72

6.8.1.Case fatality Rate (CFR) Bayi dengan Kelainan Kongenital ... 73

6.9.Analisa Statistik ... 75

6.9.1.Umur Ibu Berdasarkan Jenis Kelainan Kongenital ... 75

6.9.2.Jenis Kelainan Kongenital Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 77

6.9.3.Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 78

(13)

6.9.5.Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang ... 80

BAB 7 PEMBAHASAN ... 82

7.1.Kesimpulan ... 82

7.2.Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Pengelompokkan Kelainan Kongenital Menurut European Registration of Congenital Anomalies (2010)

Lampiran 2 : Master Data

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi

dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Sosiodemografi di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 46 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi

dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Mediko-obstetri

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 48 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Jenis Kelainan Kongenital di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 49 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007-2011 ... 50 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2007-2011 ... 50 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007-2011 ... 51 Tabel 5.7. Lama Rawatan Rata-rata Bayi dengan Kelainan Kongenital

di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 51 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 52 Tabel 5.8.1. Case fatality Rate (CFR) Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Karakteristik Bayi di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2007-2011 ... 52 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Jenis Kelainan

Kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 53 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kelainan Kongenital Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun

(15)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007-2011 ... 55 Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-rata Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Jenis Kelainan Kongenital di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 56 Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-rata Bayi dengan Kelainan Kongenital

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Ibu yang

Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 58 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Suku Ibu yang

Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 59 Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Agama Ibu yang

Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 60 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Agama Ibu yang

Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 61 Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Pekerjaan Ibu yang

Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 62 Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Daerah Asal Ibu yang

Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 63 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan

Bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Umur Kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun

2007-2011 ... 64 Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan

Bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Riwayat Komplikasi Kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007-2011 ... 65 Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan

Kongenital Berdasarkan Jenis Kelainan Kongenital di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 66 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan

Kongenital Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Dr.

(17)

Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 69 Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan

Kongenital Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 70 Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Bayi dengan Kelainan

Kongenital Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di

RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 72 Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Jenis

Kelainan Kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007-2011 ... 75 Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelainan Kongenital

Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 77 Gambar 6.16. Diagram Bar Proporsi Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2007-2011 ... 78 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis

Kelainan Kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2007-2011 ... 79 Gambar 6.18. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Dr. Pirngadi Medan

(18)

ABSTRACT

Congenital anomaly is a disorder that has been around since birth can be caused by genetic or non-genetic factors. In Indonesia infant mortality is mainly due to congenital anomalies 7%. Riskesdas results in 2007 have indicated the existence of the death of infants aged 0 to 6 days due to congenital abnormalities of 1.4%, while the mortality of infants aged 7 to 28 days due to congenital abnormalities by 18.1%. In the RSIA Sri Ratu Medan in 2009 from 1317 deliveries, there were 20 cases (1.51%).

To know the characteristics of mother who gave birth a baby with a congenital anomaly in Dr Pirngadi Hospital Medan in 2007-2011 is used descriptive research with case series design. Population was 102 mothers who gave birth a baby with a congenital anomalies, sample size equal to the population. The Data had done analyzed by using Chi-square, Mann-Whitney, and Kruskal-wallis test.

The result showed the highest proportion of maternal characteristics: age 20-35 years old 84.3 %, Javanese 45,0%, Islam 74,2%, senior high school education 48,8%, housewife 78,3%, live in Medan 54,9%, gestational age 37 – 40 weeks 65,3%, and no pregnancy complications history 66,7%. The proportion of babies with congenital anomalies, the highest type of congenital anomalies in the gastro-intestinal system 66,7%, male 54,9%, non-surgical 51,0%, Jamkesmas 58,8%, average length of stay 7,57 days (8 days), outpatient control 46,1%. There was a difference between proportion of maternal age and the type of congenital anomalies (p = 0.012). There is no difference between the proportion of type of congenital anomalies and medical act (p = 1.000). There is no difference between the average length of stay and the type of congenital anomalies (p = 0,126). There is a difference between average length of stay and the condition when go home (p = 0.0001).

To the Dr Pirngadi Hospital Medan suggested to improve services and management, especially for the medical management of infants with congenital anomaly that can reduce the high mortality rate and to complete records regarding the maternal medical-obstetrict history. To the doctors and nurses at the Dr Pirngadi Hospital Medan, suggested to provide insight to the family of a baby with congenital anomalies about the medical act. Every newborn screening of congenital anomalies should be done, in addition to the physical examination is also required so that the laboratory examination of congenital anomalies and can be more clearly granted appropriate responses.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.1 Upaya kelangsungan hidup, perkembangan, dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi, dan anak balita. Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal kehidupannya, yaitu tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia di bawah lima tahun.2

Anak terutama bayi baru lahir merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat karena masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB).3 Menurut WHO (2000) Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia mencapai 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 AKB di Afrika sebesar 94 per 1.000, Mediterania Timur 62 per 1.000, Asia Tenggara 52 per 1.000, Pasifik Barat 20 per 1.000, Amerika 18 per 1.000 dan Eropa 14 per 1.000 kelahiran hidup.4

(20)

2.365 kelahiran. Yang paling sering adalah kelainan pada sistem muskuloskeletal (42,7 per 1.000 kelahiran) dan kulit (16,1 per 1.000 kelahiran).6

Hasil penelitian Dastgiri, dkk di Iran (2000-2008) angka kejadian kelainan kongenital berkisar 1,7 per 100 kelahiran. Saluran genital-kemih, kerusakan ginjal, kelainan sistem saraf, dan kelainan anggota tubuh menyumbang secara proporsional sebesar lebih dari 68% dari seluruh kelainan kongenital di wilayah tersebut. Ada kecenderungan peningkatan angka kejadian kelainan kongenital dari tahun 2000 (1,05 per 100 kelahiran) hingga 2008 (2,45 per 100 kelahiran).7

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh estimasi AKB di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup.8 Angka Kematian Bayi Baru Lahir mencapai 2/3 dari total Angka Kematian Bayi. Sebagian besar (78,5%) kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan (0-6 hari).3 Kematian bayi dalam bulan pertama kehidupan sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.9

(21)

Kelainan kongenital dapat disebabkan oleh kelainan gen tunggal, kelainan kromosom, multifaktorial, lingkungan, dan kekurangan nutrisi. Ibu yang terinfeksi sifilis atau rubella merupakan penyebab kelainan kongenital di negara berkembang. Penyakit seperti diabetes mellitus, ibu yang kekurangan iodin dan asam folat, dan paparan obat-obatan serta narkoba termasuk alkohol dan tembakau, bahan kimia, dan radiasi dosis tinggi merupakan faktor lain yang menyebabkan kelainan kongenital. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Namun seringkali penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.5,11

Kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%).12 Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 telah mengindikasikan adanya kematian bayi usia 0 sampai dengan 6 hari akibat kelainan kongenital sebesar 1,4%, sedangkan kematian bayi usia 7 sampai dengan 28 hari akibat kelainan kongenital sebesar 18,1%.13,14 Penelitian Indrasanto dan Effendi di RSAB Harapan Kita (2001-2005) terdapat 315 bayi dengan kelainan kongenital dari 16.490 kelahiran (1,92%).15

(22)

Jenis kelainan kongenital yang paling sering dijumpai adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB) sebesar 0,4%, diikuti dengan polidaktili sebesar 0,2%.17

Dari hasil survei pendahuluan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, dari tahun 2007-2011 terdapat 102 bayi dengan kelainan kongenital. Rincian tiap tahun yaitu tahun 2007 sebanyak 30 bayi, tahun 2008 sebanyak 29 bayi, tahun 2009 sebanyak 15 bayi, tahun 2010 sebanyak 13 bayi, dan tahun 2011 sebanyak 15 bayi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2011.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2011.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

(23)

b. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital menurut Mediko-obstetri meliputi umur kehamilan dan riwayat komplikasi kehamilan.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan jenis kelainan kongenital.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan jenis kelamin.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan penatalaksanaan medis.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan sumber biaya.

g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata dengan kelainan kongenital.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur ibu berdasarkan jenis kelainan kongenital.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelainan kongenital berdasarkan penatalaksanaan medis.

k. Untuk mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai masukan bagi pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam upaya meningkatkan pelayanannya, khususnya pada penanggulangan kejadian bayi dengan kelainan kongenital.

1.4.2. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dan untuk menambah wawasan dan penerapan ilmu yang telah didapat selama mengikuti perkuliahan di FKM USU Medan.

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.11 Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian lain tentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang mencakup aspek fisis, intelektual dan kepribadian.9

2.2. Embriogenesis11

Embriogenesis adalah proses pembentukan organ dari tahap embrio sampai menjadi organ yang dapat berfungsi. Embriogenesis normal merupakan proses yang sangat kompleks. Perkembangan pranatal terdiri dari 3 tahap yaitu:

2.2.1. Tahap implantasi (implantation stage), dimulai pada saat fertilisasi/pembuahan sampai akhir minggu ketiga kehamilan.

2.2.2. Tahap embrio (embryonic stage), awal minggu keempat sampai minggu ketujuh kehamilan:

a. Terjadi diferensiasi jaringan dan pembentukan organ definitif.

(26)

c. Jantung mulai berdenyut, sehingga darah dapat bersirkulasi melalui sistem vaskular yang baru terbentuk meskipun struktur jantung belum terbentuk sempurna.

d. Terlihat primordial dari struktur wajah dan ekstremitas.

2.2.3. Tahap fetus (fetal stage), dimulai minggu kedelapan sampai lahir. Pada tahap ini diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah dalam ukuran, pertumbuhan progresif struktur skeletal dan muskulus.

Seluruh proses perkembangan normal terjadi dengan urutan yang spesifik, khas untuk setiap jaringan atau struktur dan waktunya mungkin sangat singkat. Oleh sebab itu meskipun terjadinya perlambatan proses diferensiasi sangat singkat, dapat menyebabkan pembentukan yang abnormal tidak hanya pada struktur tertentu, tetapi juga pada berbagai jaringan di sekitarnya. Sekali sebuah struktur sudah selesai terbentuk pada titik tertentu, maka proses itu tidak dapat mundur kembali meskipun struktur tersebut dapat saja mengalami penyimpangan, dirusak atau dihancurkan oleh tekanan mekanik atau infeksi.

2.3. Embriogenesis Abnormal

Setiap proses yang mengganggu embrio dapat menyebabkan gangguan bentuk atau kematian. Setiap proses yang menggangu janin dapat berakibat pertumbuhan organ yang salah misalnya otak, jantung atau seluruh janin.18

(27)

yang timbul tergantung pada jaringan yang terkena, penyimpangan, mekanisme perkembangan, dan waktu pada saat terjadinya. Penyimpangan pada tahap implantasi dapat merusak embrio dan menyebabkan abortus spontan. Diperkirakan 15% dari seluruh konsepsi akan berakhir pada periode ini.

Bila proliferasi sel tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi struktur, dapat berkisar dari tidak terdapatnya ekstremitas sampai ukuran daun telinga yang kecil. Abnormal atau tidak sempurnanya diferensiasi sel menjadi jaringan yang matang mungkin akan menyebabkan lesi hamartoma lokal seperti hemangioma atau kelainan yang lebih luas dari suatu organ. Kelainan induksi sel dapat menyebabkan beberapa kelainan seperti atresia bilier, sedangkan penyimpangan imigrasi sel dapat menyebabkan kelainan seperti pigmentasi kulit.

Proses “kematian sel” yang tidak adekuat dapat menyebabkan kelainan, antara lain sindaktili dan atresia ani. Fungsi jaringan yang tidak sempurna akan menyebabkan celah bibir dan langit-langit. Beberapa zat teratogen dapat mengganggu perkembangan, tetapi efeknya sangat dipengaruhi oleh waktu pada saat aktivitas teratogen berlangsung selama tahap embrio.11

2.4. Patofisiologi

Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

2.4.1. Malformasi

(28)

dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Beberapa contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit, defek penutupan tuba neural, stenosis pylorus, spina bifida, dan defek sekat jantung.9,19

Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor. Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari malformasi minor.11

2.4.2. Deformasi

(29)

2.4.3. Disrupsi

Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal. Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke berbagai bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak, serta muka. 11,20

2.4.4. Displasia

(30)

2.5. Beberapa Macam Pengelompokkan Kelainan Kongenital

2.5.1. Menurut European Registration of Congenital Anomalies (2010)

Kelainan kongenital dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang dapat dilihat pada halaman lampiran.21

2.5.2. Menurut Gejala Klinis11

Kelainan kongenital dikelompokkan berdasarkan hal-hal berikut: a. Kelainan tunggal (single-system defects)

Porsi terbesar dari kelainan kongenital terdiri dari kelainan yang hanya mengenai satu regio dari satu organ (isolated). Contoh kelainan ini yang juga merupakan kelainan kongenital yang tersering adalah celah bibir, club foot, stenosis pilorus, dislokasi sendi panggul kongenital dan penyakit jantung bawaan. Sebagian besar kelainan pada kelompok ini penyebabnya adalah multifaktorial.

b. Asosiasi (Association)

Asosiasi adalah kombinasi kelainan kongenital yang sering terjadi bersama-sama. Istilah asosiasi untuk menekankan kurangnya keseragaman dalam gejala klinik antara satu kasus dengan kasus yang lain. Sebagai contoh “Asosiasi VACTERL” (vertebral anomalies, anal atresia, cardiac malformation, tracheoesophageal fistula, renal anomalies, limbs defects). Sebagian besar anak dengan diagnosis ini tidak mempunyai keseluruhan anomali tersebut, tetapi lebih sering mempunyai variasi dari kelainan di atas.

c. Sekuensial (Sequences)

(31)

aplasia ginjal. Tidak adanya produksi urin mengakibatkan jumlah cairan amnion setelah kehamilan pertengahan akan berkurang dan menyebabkan tekanan intrauterine dan akan menimbulkan deformitas seperti tungkai bengkok dan kontraktur pada sendi serta menekan wajah (Potter Facies). Oligoamnion juga berefek pada pematangan paru sehingga pematangan paru terhambat. Oleh sebab itu bayi baru lahir dengan “Potter Sequence” biasanya lebih banyak meninggal karena distress respirasi dibandingkan karena gagal ginjal.

d. Kompleks (Complexes)

Istilah ini menggambarkan adanya pengaruh berbahaya yang mengenai bagian utama dari suatu regio perkembangan embrio, yang mengakibatkan kelainan pada berbagai struktur berdekatan yang mungkin sangat berbeda asal embriologinya tetapi mempunyai letak yang sama pada titik tertentu saat perkembangan embrio. Beberapa kompleks disebabkan oleh kelainan vaskuler. Penyimpangan pembentukan pembuluh darah pada saat embriogenesis awal, dapat menyebabkan kelainan pembentukan struktur yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut. Sebagai contoh, absennya sebuah arteri secara total dapat menyebabkan tidak terbentuknya sebagian atau seluruh tungkai yang sedang berkembang. Penyimpangan arteri pada masa embrio mungkin akan mengakibatkan hipoplasia dari tulang dan otot yang diperdarahinya. Contoh dari kompleks, termasuk hemifacial microsomia, sacral agenesis, sirenomelia,

(32)

e. Sindrom

Kelainan kongenital dapat timbul secara tunggal (single), atau dalam kombinasi tertentu. Bila kombinasi tertentu dari berbagai kelainan ini terjadi berulang-ulang dalam pola yang tetap, pola ini disebut dengan sindrom. Istilah “syndrome” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “berjalan bersama”. Pada pengertian yang lebih sempit, sindrom bukanlah suatu diagnosis, tetapi hanya sebuah label yang tepat. Apabila penyebab dari suatu sindrom diketahui, sebaiknya dinyatakan dengan nama yang lebih pasti, seperti “Hurler syndrome” menjadi “Mucopolysaccharidosis type I”. Sindrom biasanya dikenal setelah laporan oleh beberapa penulis tentang berbagai kasus yang mempunyai banyak persamaan. Sampai tahun 1992 dikenal lebih dari 1.000 sindrom dan hampir 100 diantaranya merupakan kelainan kongenital kromosom. Sedangkan 50% kelainan kongenital multipel belum dapat digolongkan ke dalam sindrom tertentu.

2.5.3. Menurut Berat Ringannya11

Kelainan kongenital dibedakan menjadi: a. Kelainan mayor

Kelainan mayor adalah kelainan yang memerlukan tindakan medis segera demi mempertahankan kelangsungan hidup penderitanya.

b. Kelainan minor

Kelainan minor adalah kelainan yang tidak memerlukan tindakan medis. 2.5.4. Menurut Kemungkinan Hidup Bayi2

Kelainan kongenital dibedakan menjadi:

(33)

b. Kelainan kongenital yang mungkin hidup, misalnya sindrom down, spina bifida, meningomielokel, fokomelia, hidrosefalus, labiopalastokisis, kelainan jantung bawaan, penyempitan saluran cerna, dan atresia ani.

2.5.5. Menurut Bentuk/Morfologi2

Kelainan kongenital dibedakan menjadi:

a. Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ tubuh, dimana tidak terbentuknya organ atau sebagian organ saja yang terbentuk, seperti anensefalus, atau terbentuk tapi ukurannya lebih kecil dari normal, seperti mikrosefali.

b. Gangguan penyatuan/fusi jaringan tubuh, seperti labiopalatoskisis, spina bifida c. Gangguan migrasi alat, misalnya malrotasi usus, testis tidak turun.

d. Gangguan invaginasi suatu jaringan, misalnya pada atresia ani atau vagina e. Gangguan terbentuknya saluran-saluran, misalnya hipospadia, atresia esofagus 2.5.6. Menurut Tindakan Bedah yang Harus Dilakukan9

Kelainan kongenital dibedakan menjadi:

a. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan segera, dan bantuan tindakan harus dilakukan secepatnya karena kelainan kongenital tersebut dapat mengancam jiwa bayi.

b. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan yang direncanakan, pada kasus ini tindakan dilakukan secara elektif.

2.6. Beberapa Kelainan Kongenital yang Dapat Dijumpai di Klinik 2.6.1. Spina Bifida

(34)
[image:34.612.219.429.224.361.2]

menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Kelainan ini biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya hidrosefalus, atau gangguan fungsional yang merupakan akibat langsung spina bifida sendiri, yakni gangguan neurologik yang mengakibatkan gangguan fungsi otot dan pertumbuhan tulang pada tungkai bawah serta gangguan fungsi otot sfingter.2,9

Gambar 2.1. Spina Bifida22

2.6.2. Labiopalatoskisis (Celah Bibir dan Langit-langit)

(35)
[image:35.612.252.388.88.226.2]

Gambar 2.2. Labiopalatoskisis24

2.6.3. Hidrosefalus

(36)
[image:36.612.250.396.141.317.2]

berlebih, gangguan absorpsi di vilus araknoidalis, dan obsruksi pada sirkulasi cairan serebrospinal. 2,9,25

Gambar 2.3. Hidrosefalus26

2.6.4. Anensefalus

(37)
[image:37.612.256.387.81.244.2]

Gambar 2.4. Anensefalus28

2.6.5. Omfalokel

Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong. Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari posisi ekstra-abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam minggu keenam sampai kesepuluh kehidupan janin. Terkadang kelainan ini bersamaan dengan terjadinya kelainan kongenital lain, misalnya sindrom down. Pada omfalokel yang kecil, umumnya isi kantong terdiri atas usus saja sedangkan pada yang besar dapat pula berisi hati atau limpa.9

[image:37.612.230.417.539.643.2]
(38)

2.6.6. Hernia Umbilikalis

[image:38.612.228.408.281.472.2]

Hernia umbilikalis berbeda dengan omfalokel, yaitu kulit dan jaringan subkutis menutupi benjolan herniasi pada defek tersebut, pada otot rektus abdominis ditemukan adanya celah. Hernia umbilikalis bukanlah kelainan kongenital yang memerlukan tindakan dini, kecuali bila hiatus hernia cukup lebar dan lebih dari 5 cm. Hernia umbilikalis yang kecil tidak memerlukan penatalaksanaan khusus, umumnya akan menutup sendiri dalam beberapa bulan sampai 3 tahun.9

Gambar 2.6. Hernia Umbilikalis30

2.6.7. Atresia Esofagus

(39)
[image:39.612.250.394.168.273.2]

fistula trakeo-esofagus. Secara klinis, pada kelainan ini tampak air ludah terkumpul dan terus meleleh atau berbusa, pada setiap pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak napas, batuk, muntah, dan biru.9

Gambar 2.7. Atresia Esofagus31

2.6.8. Atresia dan Stenosis Duodenum

Pada kehidupan janin, duodenum masih bersifat solid, perkembangan selanjutnya berupa vakuolisasi secara progresif sehingga terbentuklah lumen. Gangguan pertumbuhan inilah yang menyebabkan terjadinya atresia atau stenosis duodenum sering kali diikuti kelainan pankreas anularis. Pada pemeriksaan fisis tampak dinding perut yang memberi kesan skafoid karena tidak adanya gas atau cairan yang masuk ke dalam usus dan kolon.9

[image:39.612.242.401.539.670.2]
(40)

2.6.9. Atresia dan Stenosis Jejunum/ileum

Jenis kelainan kongenital ini merupakan salah satu obstruksi usus yang sering dijumpai pada bayi baru lahir. Angka kejadian berkisar 1 per 1.500-2.000 kelahiran hidup. Patofisiologi atresia usus halus diduga terjadi sejak kehidupan intrauterine sebagai volvulus, kelainan vaskular mesenterika, dan intususepsi intrauterine. Sisa kejadian inilah yang kemudian menyebabkan nekrosis usus halus yang masih steril menjadi atresia atau stenosis.9

2.6.10. Obstruksi pada Usus Besar

Salah satu obstruksi pada usus besar yang agak sering dijumpai adalah gangguan fungsional pada otot usus besar yang dikenal sebagai Hirschsprung Disease dimana tidak dijumpai pleksus auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. Umumnya kelainan ini baru diketahui setelah bayi berumur beberapa hari atau bulan.9 2.6.11. Atresia Ani

(41)

Gambar 2.9. Atresia Ani33

2.6.12. Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

(42)

2.7. Diagnosis11

Dalam menegakkan diagnosis postnatal kita perlu beberapa pendekatan, antara lain:

2.7.1. Penelaahan Prenatal

Riwayat ibu: usia kehamilan, penyakit ibu seperti epilepsi, diabetes melitus, varisela, kontak dengan obat-obatan tertentu seperti alkohol, obat anti-epilepsi, kokain, dietilstilbisterol, obat antikoagulan warfarin, serta radiasi. 2.7.2. Riwayat Persalinan

Posisi anak dalam rahim, cara lahir, lahir mati, abortus, status kesehatan neonatus.

2.7.3. Riwayat Keluarga

Adanya kelainan kongenital yang sama, kelainan kongenital yang lainnya, kematian bayi yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, serta retardasi mental.

2.7.4. Pemeriksaan Fisik

Mulai dari pengukuran sampai mencari anomali baik defek mayor maupun minor. Biasanya bila ditemukan dua kelainan minor, sepuluh persen diserai kelainan mayor. Sedangkan bila ditemukan tiga kelainan minor, delapan puluh lima persen disertai dengan kelainan mayor.

2.7.5. Pemeriksaan Penunjang

(43)

ditunjang dengan melakukan pemotretan terhadap bayi dengan kelainan konenital adalah merupakan hal yang sangat penting dibanding dengan pemeriksaan penunjang laboratorium.

2.8. Epidemiologi

2.8.1. Distribusi Frekuensi

Penelitian Parmar, dkk (2010) di Entebbe, Uganda menunjukkan proporsi kelainan kongenital lebih tinggi pada anak laki-laki (8%; 99 dari 1.224) daripada anak perempuan (7%; 81 dari 1.141), akan tetapi tidak ada perbedaan secara signifikan (p

= 0,4).6 Di Urmia, Iran (2008), kejadian kelainan kongenital lebih tinggi pada perempuan (1,99%; 139 dari 6.979) dibandingkan laki-laki bayi baru lahir (1,68%; 120 dari 7.137), namun perbedaan itu tidak signifikan secara statistik (p = 0,65).34 Di Sir T Hospital, Gujarat (Januari 2006 – Juni 2007) menunjukkan kejadian kongenital secara signifikan lebih tinggi (6,1%) pada ibu yang berusia >30 tahun dibandingkan dengan kelompok usia muda.35

(44)

Lebih dari 90% dari semua bayi dengan kelainan kongenital serius dilahirkan di negara-negara berkembang.6 Dari survei perinatal, hampir semua negara maju memiliki angka kematian perinatal sebesar lebih dari 1% dan sekitar 25% dari jumlah ini meninggal sebagai akibat langsung dari suatu malformasi berat.37

2.8.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Kelainan Kongenital2,9

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor yang diduga dapat memengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:

a. Kelainan Genetik dan Kromosom.

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant traits) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.

(45)

b. Mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (club foot).

c. Infeksi.

Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus ialah :9,11

c.1. Infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan.

(46)

c.3. Infeksi virus toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah hidrosefalus, retardasi mental, korioretinitis, mikrosefalus, atau mikroftalmia. Ibu yang menderita infeksi toksoplasmosis berisiko 12% pada usia kehamilan 6-17 minggu dan 60% pada usia kehamilan 17-18 minggu.

c.4. Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi.

c.5. Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.

d. Obat

(47)

e. Faktor Ibu e.1. Umur

Usia ibu yang makin tua (> 35 tahun) dalam waktu hamil dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Contohnya yaitu bayi sindrom down lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Beberapa faktor ibu yang dapat menyebabkan deformasi adalah primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, dan kehamilan kembar.

e.2. Ras/Etnis

Angka kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat berbeda-beda untuk berbagai ras dan etnis, misalnya celah bibir dengan atau tanpa celah langit-langit bervariasi tergantung dari etnis, dimana insiden pada orang asia lebih besar daripada pada orang kulit putih dan kulit hitam.38 Di Indonesia, beberapa suku ada yang memperbolehkan perkawinan kerabat dekat (sedarah) seperti suku Batak Toba (pariban) dan Batak Karo (impal). Perkawinan pariban dapat disebut sebagai perkawinan hubungan darah atau incest. Perkawinan incest membawa akibat pada kesehatan fisik yang sangat berat dan memperbesar kemungkinan anak cacat.39

e.3. Agama

(48)

memiliki risiko lima kali yang lebih besar melahirkan anak laki-laki dengan hipospadia atau kelainan pada penis.41 Penelitian yang dilakukan di Irlandia menemukan bahwa wanita dengan tingkat vitamin B12 (dapat ditemukan dalam daging, telur, dan susu) yang rendah ketika hamil berisiko lebih besar untuk memiliki anak dengan cacat tabung saraf. Wanita yang mungkin menjadi hamil atau yang sedang hamil disarankan untuk mengonsumsi suplemen asam folat.42 e.4. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu berkaitan secara tidak langsung dengan kelainan kongenital. Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko tinggi dan kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal menyebabkan angka kematian perinatal meningkat. Pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu penyuluhan kesehatan terhadap ibu karena mereka kurang menyadari pentingnya informasi-informasi tentang kesehatan ibu hamil.43

e.5. Pekerjaan

(49)

anemia, keguguran, perdarahan saat dan sesudah hamil, infeksi, persalinan macet, sedang pada bayi dapat menyebabkan terjadi berat badan lahir rendah bahkan kelainan bawaan lahir.44

f. Faktor Mediko Obstetrik

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada faktor mediko obstetrik adalah umur kehamilan, riwayat komplikasi, dan riwayat kehamilan terdahulu, dimana hal ini akan memberi gambaran atau prognosa pada kehamilan pada kehamilan berikutnya.

f.1. Umur Kehamilan

Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu, dihitung dari hari pertama haid yang terakhir. Lama kehamilan dapat dibedakan atas:

f.1.1. Partus prematurus, adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur. Berat janin antara 1.000-2.500 gram.

f.1.2. Partus matures atau aterm (cukup bulan), adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.

f.1.3. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus cukup bulan.

Penelitian Prabawa (1998) menunjukkan bahwa sekitar 26,5% bayi kelainan kongenital lahir pada umur kehamilan < 36 minggu (kurang bulan).36

f.2. Riwayat Kehamilan Terdahulu

(50)

lalu diharapkan risiko kehamilan yang dapat memperberat keadaan ibu dan janin dapat diatasi dengan pengawasan obstetrik yang baik.

f.3. Riwayat Komplikasi

Risiko terjadinya kelainan kongenital terjadi pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus adalah 6% sampai 12%, yang empat kali lebih sering daripada bayi dengan ibu yang bukan penderita diabetes melitus. Keturunan dari ibu dengan insulin-dependent diabetes mellitus mempunyai risiko 5-15% untuk menderita kelainan kongenital terutama PJB, defek tabung saraf (neural tube defect) dan agenesis sacral. Penyakit ibu lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital adalah epilepsi. Risiko meningkat sekitar 6% untuk timbulnya celah bibir dan PJB dari ibu penderita epilepsi.2,9,11,46

g. Faktor Hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.

h. Faktor Radiasi

(51)

i. Faktor Gizi

Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kurang gizi lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian & kelainan kongenital.

j. Faktor-faktor Lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.

2.9. Pencegahan

2.9.1. Pencegahan Primer

Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan :

a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35 tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.47

(52)

hamil, karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini. Maka kepada wanita yang hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya pada trimester pertama dan dianjurkan kepada wanita yang berencana hamil untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 400mcg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari. Asam folat banyak terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam, brokoli, buah alpukat, pisang, jeruk, berry, telur, ragi, serta aneka makanan lain yang diperkaya asam folat seperti nasi, pasta, kedelai, sereal.2

c. Perawatan Antenatal (Antenatal Care)47

Antenatal care mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku. Tujuan dilakukannya antenatal care adalah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi serta mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan bayinya. Perawatan antenatal juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau berat badan lahir rendah yang sangat rentan terkena penyakit infeksi. Selain itu dengan pemeriksaan kehamilan dapat dideteksi kelainan kongenital. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut:

(53)

c.3. Minimal 2 kali pada trimester III (K3 dan K4), usia kehamilan > 24 minggu d. Menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan, dan alkohol karena dapat

menyebabkan kelainan kongenital seperti atresia ani, celah bibir dan langit-langit.

2.9.2. Pencegahan Sekunder a. Diagnosis

Diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan dengan cara: a.1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara dini beberapa kelainan kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan ganda, molahidatidosa, dan sebagainya.48 Beberapa contoh kelainan kongenital yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan non invasive (ultrasonografi) pada midtrimester kehamilan adalah hidrosefalus dengan atau tanpa spina bifida, defek tuba neural, porensefali, kelainan jantung bawaan yang besar, penyempitan sistem gastrointestinal (misalnya atresia duodenum yang memberi gambaran gelembung ganda), kelainan sistem genitourinaria (misalnya kista ginjal), kelainan pada paru sebagai kista paru, polidaktili, celah bibir, mikrosefali, dan ensefalokel.9,49

a.2. Pemeriksaan cairan amnion (amnionsentesis)2,9,50

(54)

genetik/kromosom, pemeriksaan alfa-feto-protein terhadap defek tuba neural (anensefali, mengingomielokel), pemeriksaan terhadap beberapa gangguan metabolic (galaktosemia, fenilketonurua), dan pemeriksaan lainnya.

a.3. Pemeriksaan Alfa feto protein maternal serum (MSAFP).

Apabila serum ini meningkat maka pada janin dapat diketahui mengalami defek tuba neural, spina bifida, hidrosefalus, dan lain-lain. Apabila serum ini menurun maka dapat ditemukan pada sindrom down dan beberapa kelainan kromosom.2

a.4. Biopsi korion

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom pada janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi dengan analisis DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal kongenital.2

a.5. Fetoskopi/kordosentesis

Untuk mengenal kelainan kongenital setelah lahir, maka bayi yang baru lahir perlu diperiksa bagian-bagian tubuh bayi tersebut, yaitu bentuk muka bayi, besar dan bentuk kepala, bentuk daun telinga, mulut, jari-jari, kelamin, serta anus bayi.2

b. Pengobatan

(55)

produksi cairan serebrospinal. Penanganan PJB dapat dilakukan dengan tindakan bedah atau obat-obatan, bergantung pada jenis, berat, dan derajat kelainan.2

2.9.3. Pencegahan Tersier2

Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital pencegahan tersier bergantung pada jenis kelainan. Misalnya pada penderita sindrom down, pada saat bayi baru lahir apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya.

(56)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital 1. Sosiodemografi

Umur Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Daerah Asal 2. Mediko Obstetri

Umur Kehamilan

Riwayat Komplikasi Kehamilan 3. Jenis Kelainan Kongenital 4. Jenis Kelamin

5. Penatalaksanaan Medis 6. Sumber Biaya

7. Lama Rawatan Rata-rata 8. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.2.1. Bayi dengan kelainan kongenital adalah bayi dengan kelainan berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tertulis dalam kartu status.

3.2.2. Umur ibu adalah umur ibu saat melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas43 :

(57)

3.2.3. Suku adalah keterangan mengenai etnis ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Aceh 5. Nias

3.2.4. Agama adalah kepercayaan yang dianut ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan

3.2.5. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh ibu, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Tidak tamat SD 2. SD

3. SLTP 4. SLTA

5. Akademi/Perguruan Tinggi

3.2.6. Pekerjaan adalah kegiatan yang paling utama dilakukan oleh ibu, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2. Pegawai Swasta

3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga

3.2.7. Daerah asal adalah wilayah atau tempat darimana ibu berasal, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

(58)

2. Luar Kota Medan

3.2.8. Umur kehamilan adalah umur kandungan ibu saat melahirkan, dikategorikan atas34 :

1. 28 – 36 minggu (kurang bulan) 2. 37 – 40 minggu (cukup bulan) 3. > 40 minggu (lebih bulan)

3.2.9. Riwayat komplikasi kehamilan adalah ada tidaknya mengalami komplikasi yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan kehamilan, berdasarkan kategori :

1. Tidak ada komplikasi

2. Ada komplikasi (Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes, Preeklamsia/Eklampsia, Ketuban Pecah Dini, Perdarahan antepartum, dan lain-lain)

3.2.10.Jenis kelainan kongenital adalah jumlah bayi yang lahir dengan kelainan kongenital berdasarkan jenisnya, dikategorikan atas:

1. Sistem Susunan Saraf Pusat 2. Sistem Cardio-Torax 3. Sistem Gastro-Intestinal 4. Sistem Kranio-Fasial

5. Sistem muskulo-skeletal/ekstremitas

Untuk analisa statistik, jenis kelainan kongenital dikategorikan menjadi: 1. Kelainan yang terjadi pada kehamilan ≤ 7 minggu (sistem susunan saraf

pusat, cardio-torax, dan gastro-intestinal)

2. Kelainan yang terjadi pada kehamilan > 7 minggu (sistem kranio-fasial dan muskulo-skeletal)

3.2.11.Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh bayi yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

(59)

3.2.12.Penatalaksanaan medis adalah penanganan yang dilakukan tim medis kepada bayi dengan kelainan kongenital dalam rangka penyembuhan sesuai yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Bedah 2. Non-bedah

3.2.13.Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh orangtua dari bayi dengan kelainan kongenital seperti yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1. ASKES 2. Jamkesmas 3. Medan Sehat 4. Jampersal 5. Umum

3.2.14.Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya hari rawatan bayi yang dihitung sejak dilahirkan sampai keluar dari rumah sakit.

3.2.15.Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi bayi sewaktu pulang dari rumah sakit, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Orang Tua 3. Meninggal

(60)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital pada tahun 2007-2011 dan rumah sakit tersebut memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember 2011 – Juli 2012

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(61)

4.3.2. Sampel

Sampel adalah data ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2011. Besar sampel yang diperlukan sama dengan jumlah populasi (total sampling) yaitu sebanyak 102 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status yang terdapat di rekam medik RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2011 kemudian dicatat sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

(62)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah Dr. W. Bays, pada tahun1939 pimpinan rumah sakit ini diserahkan kepada Dr. A. A. Messing.

Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun1942, rumah sakit ini diambil alih oleh bangsa jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Bysono Ince dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro.

Lokasi RSUD Dr. Pirngadi Medan ada di jalan Prof. H. M. Yamin, jalan Perintis Kemerdekaan, jalan Thamrin Medan. Rumah sakit ini mempunyai luas tanah 76.306 m² dan luas bangunan 34.562 m².

5.1.1. Visi

(63)

5.1.2. Misi

a. Meningkatkan upaya pelayanan medik, non medik, dan perawatan secara profesional,

b. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan pengembangan IPTEK,

c. Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se-Sumatera Utara, dan

d. Meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang berkualitas, transparan dan akuntabel

5.1.3. Motto

Aegroti Salus Lex Suprima artinya adalah “Kepentingan Penderita Adalah Yang Utama.” Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menyediakan fasilitas pelayanan antara lain:

a. Pelayanan spesialis/klinik diantaranya anak, bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, gigi dan mulut, syaraf, THT, mata, paru-paru, kulit dan kelamin, jantung, bedah tulang, alergi, klinik ketergantungan obat, klinik menopause, jiwa, bedah laser, dan bedah syaraf.

b. Perawatan rawat inap diantaranya kelas III, II, I, utama, VIP, ICU, ICCU, dan unit stroke.

(64)

5.2. Karakteristik Ibu yang Melahirkan bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Sosiodemografi

[image:64.612.114.534.207.604.2]

Proporsi karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011

No. Sosiodemografi f %

1. Umur

Umur < 20 tahun dan > 35 tahun Umur 20-35 tahun

16 86

15,7 84,3

Total 102 100,0

2. Suku Tercatat Tidak Tercatat 91 11 89,2 10,8

Total 102 100,0

Suku Batak Jawa Melayu Nias Aceh 39 41 3 2 6 42,9 45,0 3,3 2,2 6,6

Total 91 100,0

3. Agama Tercatat Tidak Tercatat 97 5 95,1 4,9

Total 102 100,0

Agama Islam Kristen Protestan 72 25 74,2 25,8

Total 97 100,0

No. Sosiodemografi f %

4. Pendidikan

(65)

Tidak Tercatat 16 15,7

Total 102 100,0

Pendidikan Tidak tamat SD SD SLTP SLTA Akademi/Perguruan Tinggi 1 6 31 42 6 1,2 7,0 36,0 48,8 7,0

Total 86 100,0

5. Pekerjaan Tercatat Tidak Tercatat 83 19 81,4 18,6

Total 102 100,0

Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pegawai Swasta

Wiraswasta

Ibu Rumah Tangga

3 2 13 65 3,6 2,4 15,7 78,3

Total 38 100,0

6. Daerah asal Kota Medan Luar Kota Medan

56 46

54,9 45,1

Total 102 100,0

(66)

5.3. Karakteristik Ibu yang Melahirkan bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Mediko-obstetri

[image:66.612.113.534.210.604.2]

Proporsi karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan Mediko-obstetri di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital Berdasarkan Mediko-obstetri di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011

No. Mediko-obstetri f %

1. Umur Kehamilan Tercatat Tidak Tercatat 72 30 70,6 29,4

Total 102 100,0

Umur Kehamilan 28 – 36 minggu 37 – 40 minggu > 40 minggu

21 47 4 29,2 65,3 5,5

Total 72 100,0

2. Riwayat Komplikasi Kehamilan Tercatat Tidak Tercatat 66 36 64,7 35,3

Total 102 100,0

Riwayat Komplikasi Kehamilan Tidak ada komplikasi

Ad

Gambar

Gambar 2.1. Spina Bifida22
Gambar 2.2. Labiopalatoskisis24
Gambar 2.3. Hidrosefalus26
Gambar 2.4. Anensefalus28
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian distribusi jawaban responden tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap bayi prematur sebagian besar menjawab ”Benar” adalah pertanyaan nomor 7

Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan status komplikasi (p=0,067), antara jenis kelamin berdasarkan status komplikasi (p=0,372), lama rawatan rata-rata

Perbedaan secara bermakna di jumpai pada: Lama rawatan rata-rata bukan biaya sendiri lebih lama dari biaya sendiri (4,77 vs 3,67, t= -3,429, p=0,001), Lama rawatan rata-rata (hari)

Tidak ada perbedaan yang bermakna jenis kelamin berdasarkan jenis leukemia (p=0,514), lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis leukemia (p=0,461), lama rawatan rata-rata

bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu, bayi cukup bulan dengan masa.. kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu dan bayi lebih bulan, yaitu

Distribusi Proporsi Rata-Rata Lama Rawatan Berdasarkan Stadium Klinik Penderita Kanker Payudara yang Dirawat Inap di.

kolmogrov wirnov, lama rawatan rata-rata berdsarkan penatalaksanaan medis..

Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata